ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA"

Transkripsi

1 ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA Sarah Maulidia Milova*), Satia Negara Lubis**), Siti Khadijah**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan. Hp , sarahmilova@yahoo.com **) Staf pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis daerah yang menjadi unggulan dalam pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara, serta menganalisis pertumbuhan ternak sapi per kabupaten/kota pada Provinsi Sumatera Utara. Metode penentuan daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive area sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ), dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat, Labuhan Batu Utara, Simalungun, dan Asahan merupakan daerah unggulan (basis) pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara; Pertumbuhan ternak sapi di daerah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai berada pada klasifikasi I (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi dan dominan pada wilayah Studi), sedangkan di daerah Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli dan Toba Samosir berada pada klasifikasi II (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi namun tidak dominan pada wilayah studi). Kata kunci : Daerah Unggulan, Pertumbuhan Ternak Sapi, Klasifikasi ABSTRACT This study aims to analyze the superior area in the development of cattle of Provinsi Sumatera Utara, and to analyze the growth of cattle in the kabupaten / kota of Provinsi Sumatera Utara. Method of determining area used in this research is method purposive sampling area. The method of analysis used is the method of analysis Location Quotient (LQ), Growth Ratio Model. The results showed that Kabupaten Langkat, Labuhan Batu Utara, Simalungun, and Asahan are base areas to the development of cattle of Provinsi Sumatera Utara. The growth of cattle in Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang,

2 Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai is in classification I (the dominant growth in the Reference region and dominant in the Study area). The in Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli and Toba Samosir is inclassification II (the dominant growth in the Reference region but not dominant in the Study Area) Keywords : Base Area, The Growth of Cattle, Classification PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan salah satu komoditas pangan yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi devisa negara dan harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Pada kenyataannya, target kebutuhan protein hewani asal ternak sebesar 6 g/kapita/hari masih jauh dari terpenuhi. Ada sedikitnya 10 permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan peternakan yaitu pemerataan dan standar gizi nasional belum tercapai, peluang ekspor yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sumber daya pakan yang minimal, belum adanya bibit unggul produk nasional, kualitas produk yang belum standar, efisiensi dan produktifitas yang rendah, sumber daya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal, belum adanya keterpaduan antara pelaku peternakan, komitmen yang rendah dan tingginya kontribusi peternakan pada pencemaran lingkungan (Cahyan, 2003). Menurut Dirjen Peternakan (2009), Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi tingkat konsumsi daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan membaiknya perekonomian masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Kebutuhan daging sapi nasional pada Tahun 2008, sebesar 60% dipasok dari produksi dalam negeri dan 40% dipenuhi melalui impor, yaitu dalam bentuk daging dan jerohan beku sebesar 70 ribu ton dan impor sapi mencapai 630 ribu ekor.

3 Pemerintah provinsi Sumatera Utara memiliki lahan yang sangat luas untuk dapat melakukan pengembangan peternakan. Terdapatnya dua puluh lima kabupaten, delapan kota dan banyak pulau-pulau yang terdapat di kawasan Sumatera Utara merupakan bukti bahwa banyak lahan yang dapat dijadikan sentra pengembangan peternakan. Hal tersebut akan berhasil apabila dilakukan melalui perencanaan pengembangan wilayah peternakan sesuai dengan keunggulan komoditas. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Dimanakah daerah yang menjadi unggulan dalam pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana pertumbuhan ternak sapi perkabupaten/kota pada Provinsi Sumatera Utara? Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk : 1. Untuk menganalisis daerah yang menjadi unggulan dalam pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara 2. Untuk menganalisis pertumbuhan ternak sapi per kabupaten/kota pada Provinisi Sumatera Utara. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Sumatera Utara memiliki potensi yang strategis dan memegang peranan penting sebagai pendorong swasembada daging nasional (Umar, 2009). Pemeliharaan secara ekstensif atau semi-intensif dapat dilakukan dengan memanfaatkan padang penggembalaan seluas ha dan lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang mencapai ha dalam pola integrasi tanaman dan ternak (SITT). Landasan Teori Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan

4 basis dan kegiatan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan, 2005). Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut (Arsyad, 2002). Sutikno dan Maryunani (2007) menyebutkan bahwa semakin banyak sektor basis pada suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa didalamnya dan meningkatkan nilai investasi serta menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Oleh sebab itu, sebenarnya kegiatan basis memiliki peran yang sangat penting sebagai penggerak pertama yang akan berdampak pada setiap perubahan pendapatan sektor tersebut serta memberikan efek pengganda terhadap perekonomian agregat daerah. Analisis yang digunakan untuk mengetahui sektor basis dan non basis adalah dengan Analisis Location Quotient (LQ) (Arsyad,2000). Sektor Potensial dalam Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk merangsang perkembangan sosial ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan hidup di suatu wilayah serta mengurangi kesenjangan antar wilayah (Zulaechah, 2011). Penerapan kebijakan pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan yang terjadi di wilayah tersebut (Susanto, 2009). Dalam upaya pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan pengembangan terhadap semua sektor secara serentak akan tetapi diprioritaskan pada beberapa sektor yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal

5 tersebut dilakukan dengan harapan sektor yang memiliki potensi cukup besar itu dapat berkembang pesat dan mampu merangsang tumbuhnya sektor lain. Berkembangnya sektor lain akibat tumbuhnya sektor potensial dapat meciptakan peluang bagi sektor lain baik sebagai input bagi sektor potensial maupun sebagai imbas dari meningkatnya kebutuhan tenaga keja sektor potensial yang mengalami peningkatan output. Oleh karena itu, upaya memprioritaskan sektor potensial untuk dikembangkan merupakan langkah awal dalam pengembangan perekonomian wilayah. Guna mengetahui sektor yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan yaitu dengan menganalisanya menggunakan Analisi Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam suatu wilayah referensi dan wilayah studi. Model rasio pertumbuhan adalah perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam wilayah referensi (RPr) dan wilayah studi (RPs). Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian Salindri Masfufah dkk (2015) yang berjudul Analisis Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur Tahun , bahwa hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor basis ketiga di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,16. Subsektor yang memiliki nilai LQ 1 dan menjadi subsektor basis adalah subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Peran dan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur di masa yang akan datang dapat dilihat melalui nilai LQ sektor pertanian sebesar 1,2 yang berarti sektor pertanian masih dapat menjadi sektor unggul atau memiliki potensi di masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Nudiatulhuda Mangun judul Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor basis/unggulan, yang mempunyai daya saing kompetitif dan spesialisasi di masing-masing Kabupaten/Kota, menentuka tipologi daerah dan prioritas sektor basis guna pengembangan pembangunan Kabupaten/Kota. Alat analisis yang digunakan adalah LQ, Shift-share, Tipologi Klassen dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP).

6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan kondisinya namun sektor Pertanian masih merupakan sektor basis yang dominan di Provinsi Sulawesi Tengah karena 9 Kabupatennya mempunyai basis/unggulan di sektor ini; sedangkan sektor lainnya bervariasi khusus sektor Pertambangan dan industri Pengolahan hanya dimiliki Kota Palu sekaligus sebagai kota yang paling banyak memiliki sektor basis (8 sektor basis). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive. Metode Pengambilan Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa data Time Series. Metode Analisis Data Untuk Identifikasi Masalah 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) atau analisis keadaan wilayah (sektor basis atau non basis). Analisis LQ atau analisis keadaan wilayah (sektor basis atau non basis). Dilakukan dengan menghitung perbandingan Si dan Ni. Si= Perbandingan antara populasi ternak tertentu per kabupaten/kota dengan penduduk di wilayah yang sama, Ni= Perbandingan antara populasi ternak tertentu dengan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Rumus Location Quotient (LQ): Dimana: Si = Populasi jenis komoditi i pada tingkat kabupaten/kota S = Populasi penduduk pada tingkat kabupaten/kota Ni = Populasi jenis komoditi i pada tingkat Provinsi Sumatera Utara N = Populasi penduduk pada tingkat Provinsi Sumatera Utara Hasil perhitungan LQ memiliki tiga kriteria, yaitu:

7 a. LQ > 1, basis artinya produksi komoditi i di wilayah kabupaten/kota berarti memiliki keunggulan komparatif b. LQ = 1, non basis artinya produksi komoditi i di wilayah kabupaten/kota tidak memiliki keunggulan komparatif, hanya cukup memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah tersebut. c. LQ < 1, non basis artinya produksi komoditi i di wilayah kabupaten/kota tidak memiliki keunggulan komparatif, produksi komoditi i wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat pasokan dari luar wilayah. Untuk Identifikasi Masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Analisis Model Rasio Pertumbuhan merupakan perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam suatu wilayah referensi dan wilayah studi. Model Rasio Pertumbuhan adalah perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam wilayah referensi dan wilayah studi. Model rasio pertumbuhan dibagi ke dalam dua rasio yakni Rasio Pertumbuhan wilayah referensi (RPr = Provinsi Sumatera Utara) dan Rasio Pertumbuhan wilayah studi (RPs = kabupaten/kota di Provinsi Sumtera Utara). Formula yang dipakai untuk menghitung MRP adalah sebagai berikut: 1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) Rasio pertumbuhan wilayah referensi yaitu membandingkan pertumbuhan masing-masing sektor dalam konteks wilayah referensi (Provinsi Sumatera Utara) dengan sektor i dalam konteks wilayah referensi (Provinsi Sumatera Utara). Dimana: Er = Pertumbuhan populasi ternak besar wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian Er = Populasi ternak besar wilayah referensi pada akhir tahun penelitian Eir = Pertumbuhan populasi ternak sapi wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian Eir = Populasi ternak sapi di wilayah referensi pada awal tahun penelitian

8 Jika RPr lebih besar dari 1 maka RPr dikatakan (+), yang berarti pertumbuhan suatu populasi sapi dalam tingkat Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dari pertumbuhan populasi sapi di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan jika RPr lebih kecil dari 1 dikatakan (-), yang berarti bahwa pertumbuhan populasi sapi dalam tingkat Provinsi Sumatera Utara lebih rendah dari pertumbuhan populasi sapi pada tingkat kabupaten/kota. 2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) memiliki perbedaan dengan RPr. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yaitu membandingkan pertumbuhan populasi sapi di masing-masing wilayah studi (kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara) dengan pertumbuhan populasi sapi Provinsi Sumatera Utara. Rumus RPs adalah: Dimana: Eij = Pertumbuhan populasi ternak sapi di wilayah studi pada awal dan akhir tahun penelitian Eij = Populasi ternak sapi di wilayah studi pada awal tahun penelitian Eir = Pertumbuhan populasi ternak sapi wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian Eir = Populasi ternak sapi di wilayah referensi pada awal tahun penelitian Jika nilai RPs lebih besar dari 1 maka dikatakan (+) yang menunjukkan pertumbuhan populasi ternak sapi di wilayah studi tinggi. Demikian sebaliknya jika RPs (-). Analisis MRP akan diperoleh nilai riil dan nilai nominal kemudian hasil kombinasi keduanya dapat diperoleh deskripsi populasi ternak sapi potensial dikembangkan di suatu kabupaten/kota pada Provinsi Sumatera Utara yang dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian, meliputi: a. Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs (+), artinya komoditi tersebut pertumbuhannya dominan, baik pada wilayah referensi (kabupaten/kota) maupun pada wilayah studi (provinsi). b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), artinya komoditi tersebut pertumbuhannya menonjol di wilayah referensi namun tidak menonjol di wilayah studi.

9 c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya komoditi tersebut mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi namun potensial dikembangkan di wilayah studi. d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), artinya komoditi tersebut tidak mempunyai pertumbuhan yang memadai ssbaik di wilayah referensi maupun di wilayah studi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Ternak Sapi Hasil analisis LQ pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan daerah basis secara berturut-turut adalah Kabupaten Langkat, Labuhan Batu Utara, Simalungun, Asahan, dengan indeks hasil > 1 Rincian mengenai hasil Analisis LQ ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :

10 Tabel 1. Hasil Analisis LQ Pengembangan Ternak Sapi Provinsi Sumatera Utara Tahun Kabupaten/Kota Location Quotient Ratarata LQ Nias 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mandailing Natal 0,23 0,15 0,17 0,21 0,21 0,19 Tapanuli Selatan 0,22 0,08 0,15 0,17 0,20 0,16 Tapanuli Tengah 0,80 0,07 0,11 0,12 0,15 0,25 Tapanuli Utara 0,06 0,03 0,02 0,02 0,03 0,03 Toba Samosir 0,17 0,16 0,22 0,13 0,24 0,18 Labuhan Batu 0,64 0,90 0,50 0,95 0,90 0,80 Asahan 2,43 2,20 2,54 2,56 2,64 2,50 Simalungun 2,50 2,49 2,52 2,56 2,52 2,51 Dairi 0,24 0,08 0,19 0,16 0,01 0,13 Karo 0,44 0,55 0,28 0,55 0,40 0,44 Deli Serdang 0,96 0,99 1,02 0,94 1,82 0,56 Langkat 3,46 3,81 4,20 3,80 3,72 3,80 Nias Selatan 0,01 0,00 0,01 0,01 0,04 0,01 Humbang Hasundutan 0,35 0,06 0,11 0,08 0,14 0,14 Pakpak Bharat 0,17 0,10 0,08 0,09 0,10 0,10 Samosir 0,30 0,20 0,22 0,27 0,36 0,27 Serdang Bedagai 1,63 1,44 1,43 1,53 1,52 1,51 Batubara 1,57 1,44 1,45 1,54 1,63 1,52 Padang Lawas Utara 1,25 1,20 0,96 1,21 1,25 1,17 Padang Lawas 0,66 0,52 0,19 0,58 0,60 0,51 Labuhan Batu Selatan 0,83 0,94 0,65 0,97 0,97 0,90 Labuhan Batu Utara 2,61 2,52 2,45 2,66 2,45 2,53 Nias Utara 0,06 0,02 0,01 0,02 0,02 0,02 Nias Barat 0,03 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 Sibolga Tanjung Balai 0,03 0,04 0,10 0,08 0,15 0,08 Pematang Siantar 0,09 0,03 0,02 0,02 0,06 0,04 Tebing Tinggi 0,22 0,22 0,21 0,23 0,28 0,23 Medan 0,03 0,02 0,02 0,03 0,01 0,02 Binjai 0,42 0,34 0,37 0,44 0,53 0,42 PadangSidempuan 0,11 0,05 0,09 0,10 0,10 0,09 Gunung Sitoli 0,02 0,01 0,02 0,01 0,15 0,04 Sumber: Data Sekunder Diolah Tabel 1. menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 3,72 dan dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Langkat 6.263,29 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi

11 pada kabupaten ini yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dalam kurun waktu , serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan juga sangat besar jika dimanfaatkan limbahnya seperti jerami padi dan jagung sebagai sumber pakan (hijauan dan konsentrat) bagi ternak. Dengan produksi padi sawah dan ladang dengan luas panen ha, dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas lahan dan dengan produksi ton. Lalu Kabupaten Simalungun merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 2,51. Dan dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Simalungun 4.368,60 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi pada kabupaten ini juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun juga pernah mengalami penurunan pada tahun 2013, dalam kurun waktu Serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan yaitu padi sawah dan ladang dengan luas panen ha, dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Kemudian Kabupaten Asahan merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 2,50. Dan dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Asahan 3.675,79 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi pada kabupaten ini juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun juga pernah mengalami penurunan pada Tahun 2013, dalam kurun waktu Serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan yaitu padi sawah dan ladang dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Dan Kabupaten Labuhan Batu Utara merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 2,455. Dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Labuhan Batu Utara 3.545,80 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi pada kabupaten ini juga terus mengalami penningkatan setiap tahuanya, namun juga pernah mengalami penurunan pada Tahun 2013, dalam kurun waktu Serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan yaitu padi sawah dan ladang dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas panen 71

12 ha dan dengan produksi 305 ton. Dengan asumsi bahwa tidak terjadi alih fungsi lahan pada tahun-tahun berikutnya pada wilayah Provinsi Sumatera Utara khususnya pada kabupaten/kota yang potensial. Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Sapi Rincian mengenai hasil Analisis MRP ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai RPr dan RPs Sapi di Sumatera Utara Antara Tahun Kabupaten/kota RPr Nominal RPs Nominal Nias 1, ,34 - Mandailing Natal 1, Tapanuli Selatan 1,20 + 0,35 - Tapanuli Tengah 1,20 + 5,7 + Tapanuli Utar 1, ,7 - Toba Samosir 1,20 + 1,3 + Labuhan Batu 1,20 + 3,7 + Asahan 1, Simalungun 1,20 + 1,75 + Dairi 1,20 + 1,61 + Karo 1,20 + 3,00 + Deli Serdang 1,20 + 1,59 + Langkat 1,20 + 1,92 + Nias Selatan 1, ,91 - Humbang Hasundutan 1, ,21 - Pakpak Bharat 1, ,68 - Samosir 1, ,93 - Serdang Bedagai 1,20 + 4,56 + Batubara 1,20 + 0,62 - Padang Lawas Utara 1,20 + 0,86 + Padang Lawas 1,20 + 0,68 + Labuhan Batu Selatan 1,20 + 1,91 + Labuhan Batu Utara 1,20 + 2,70 + Nias Utara 1, ,09 - Nias Barat 1,20 + 0,89 - Sibolga 1, Tanjung Balai 1,20 + 8,65 + Pematang Siantar 1, ,17 - Tebing Tinggi 1,20 + 2,75 + Medan 1,20 + 1,45 + Binjai 1,20 + 1,43 + Padang Sidempuan 1, ,17 - Gunung Sitoli 1, ,53 - Sumber: Data Sekunder Diolah

13 Berdasarkan data pada Tabel 2. diperoleh deskrispsi kegiatan ekonomi beternak sapi yang potensial pada tingkat wilayah studi dan wilayah referensi dengan merujuk kepada 2 klasifikasi sebagai berikut: a. Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs juga (+) menunjukkan pertumbuhan populasi sapi dominan di wilayah referensi (provinsi) dan wilayah studi (kabupaten/kota). Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai. b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi sapi dominan di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi (kabupaten/kota). Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli Toba Samosir, Masuk ke dalam klasifikasi ini. c. Klasifikasi III yaitu RPr (-) dan RPs (-), tidak ada pertumbuhan yang tidak dominan pada wilayah Referensi, artinya tidak ada satu kabupaten pun yang tidak dominan untuk mengembangkan ternak sapi. d. Klasifikasi IV yaitu RPr (-) dan RPs (+), tidak ada yang termasuk dalam klasifikasi ini artinya semua kabupaten/kota mempunyai pertumbuhan yang dominan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarakan data hasil Analisis LQ di semua Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tampak bahwa wilayah potensial bagi pengembangan ternak sapi di Sumatera Utara berturut-turut adalah di Kabupaten Langkat, Asahan, Simalungun dan Labuhan Batu Utara. 2. Hasil perhitungan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sapi di Sumatera Utara menunjukan bahwa Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan,

14 Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai termasuk ke dalam klasifikasi I (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi dan dominan pada wilayah Studi). Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Simalungun, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli masuk ke dalam klasifikasi II (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi namun tidak dominan pada wilayah studi). Saran Adapun saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk Peternak Diharapkan untuk peternak agar bisa mengembangkan ternak sapi di Sumatera Utara pada daerah-daerah yang potensial seperti Langkat, Asahan, Simalungun, Labuhan Batu Utara dan hendaknya lebih diperhatikan dan lebih di fokuskan dalam pengembangannya agar setiap kabupaten/kota memiliki tingkat produktifitas peternakan yang tinggi. 2. Untuk Pemerintah Diharapkan pemerintah dapat ikut serta dalam membantu mengembangkan usaha peternakan rakyat pada daerah-daerah di Sumatera Utara. Dan pemerintah perlu melakukan zonasi yang terstruktur dalam pengembangan peternakan di Sumatera Utara. Hal ini untuk mencegah alih fungsi lahan produktif bagi ternak yang semakin meluas. Dan diharapkan juga kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan peternakan-peternakan kecil di daerahdaerah. Bentuk perhatian yang paling dibutuhkan oleh peternak adalah bantuan pakan dan bahan penunjang lainnya. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat menganalisis daerah potensial lainnya untuk pengembangan ternak besar seperti kerbau, kuda, dan kambing. Atau daerah potensial untuk pengembangan ternak unggas. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers. Arsyad, Lincoln. Pengantar Perencana Ekonomi Daerah (edisi kedua). Yogyakarta: BPFE.2002.

15 Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, Populasi Ternak Besar 2015 Mangun, Nadiatulhuda Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Thesis. Semarang: Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro. Sofyadi, Cahyan Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. Bogor: Badan Litbang Departemen Pertanian Bogor. Sutikno, Maryunani Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Kabupaten Malang. Journal of Indoneisa Applied Econbomics Vol. 1 No. 1 Oktober Malang: Universitas Brawijaya.

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah

Lebih terperinci

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.

Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan. Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus

Lebih terperinci

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)

Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang

I. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan

Lebih terperinci

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015

KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk pada tanah pertanian terutama pupuk kandang telah di mulai berabad abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk

Lebih terperinci

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun

Lampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor

PENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian

Lebih terperinci

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan

Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.

BAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Mitrawan Fauzi mitrawanfauzi94@gmail.com Luthfi Mutaali luthfimutaali@ugm.ac.id Abtract Competition

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, 60 BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1 Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No. Kabupaten No. Kota 1. Kabuapaten Asahan 1. Kota Binjai 2. Kabuapaten Batubara 2. Kota Gunung Sitoli 3. Kabuapaten Dairi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan, pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi pembangunan negara sedang berkembang

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA

SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara

Lampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1., Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara NO KABUPATEN/KOTA Produksi (Ton) TAHUN 2005 2006 2007 2008 Produktivitas Produksi Produktivitas Produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.

PENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara. PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Sedangkan tujuan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan jenis tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik

Lebih terperinci

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN

Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,

I. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1975, keikutsertaan petani dalam pengadaan tebu hanya terbatas sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu, sebagian besar bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan

Lebih terperinci

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI

RINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KABUPATEN/KOTA DI TINGKAT PROVINSI DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 diisi berdasarkan formulir Model DB1 PPWP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan

Lebih terperinci

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des

Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Lampiran 1 Perkembangan Harga Kacang Kedelai Tingkat Produsen di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2012 Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 2003 2,733 2,733 2,375 2,921 2,676

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian

LAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian 2015 Tahapan Penelitian Januari Jan-Mei Jun-Sep Oktober Pengajuan proposal skripsi Penyetujuan proposal skripsi Penyelesaian proposal skripsi Bimbingan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012

Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah komoditas kopi. Kopi merupakan

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS

PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI : Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel

Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Kriteria No Nama Kabupaten / Kota 1 2 Sampel 1 Kota Binjai Sampel 1 2 Kota gunung Sitoli X X - 3 Kota Medan Sampel 2 4 Kota Pematang Siantar Sampel 3 5 Kota Sibolga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak

BAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perhatian masyarakat sehubungan dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi sayuran dan buah buahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA 2014

PERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA 2014 OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 1. Jadwal Penelitian Lampiran 1. Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan Penelitian April 2013. Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 September 2013. M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 1 Pengajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian

BAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini.

Lebih terperinci

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian

Daftar Populasi dan Sampel Penelitian Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kabupaten dan Kota Populasi Kriteria Pemilihan Sampel Sampel 1 2 1 Kabupaten Asahan 1 - - 2 Kabupaten Dairi 2 Sampel 1 3 Kabupaten Deli Serdang 3 Sampel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup

Lebih terperinci

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010

Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Energy planning is essentially an estimate of energy demand and supply in the future. Estimates of energy

Lebih terperinci

,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara Lampiran 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2011 No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Kabupaten 1 Nias 1 2 Mandailing Natal 399 3 Tapanuli Selatan 592

Lebih terperinci

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA

Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PDRB PERKAPITA EKSPOR, IMPOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Daging Sapi Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia adalah sapi asli Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014

TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *

ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran I JADWAL PENELITIAN kegiatan Sep-15 okt 2015 Nov-15 des 2015 Jan-16 peb 2016 Mar-16 Apr-16 mei 2016 juni2016 pengajuan judul penyetujuan judul penulisan proposal bimbingan proposal penyelesaian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara 2004-2013 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2004 12.123.360 2005 12.326.678 2006 12.643.494 2007 12.834.371 2008 13.042.317 2009 13.248.386 2010 12.982.204 2011

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)

Lampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%) Lampiran 1 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 Kab. Asahan 18 13 20 69 9 Kab. Dairi 0 59 41 82-35 Kab. Deli Serdang 13 159 27 22 22 Kab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Jenis Pendapatan Pajak untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Jenis pajak kabupaten/kota meliputi: 1. Pajak kendaraan bermotor 2. Bea balik nama kendaraan bermotor 3. Pajak bahan bakar kendaraan

Lebih terperinci

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai

pemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah kepulauan yang besar yang terdiri dari ribuan pulau, memiliki alam yang kaya, tanah yang subur dan ratusan juta penduduk. Di samping

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA

PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA ii PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA 140823016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)

Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah) LAMPIRAN 1 Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Surplus/Defisit APBD DAERAH 2011 2012 2013 2014 Kab. Nias -58.553-56.354-78.479-45.813

Lebih terperinci

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010. Lampiran 1. Jumlah tani per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2009 No KABUPATEN/KOTA KELOMPOK TANI/POKTAN 1 Dairi 673 2 Deli Serdang 1.512 3 Humbang Hasundutan 808 4 Karo 2.579 5 Langkat 1.772 6 Pak Pak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan manusia, dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi-potensi yang

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)

Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa) Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 2007 (Jiwa) No Kabupaten/kota Tahun 2005 2006 2007 Kabupaten 1 Nias 441.807 442.019 442.548 2 Mandailing natal 386.150

Lebih terperinci