ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA
|
|
- Sugiarto Sumadi
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS POTENSI PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI PROVINSI SUMATERA UTARA Sarah Maulidia Milova*), Satia Negara Lubis**), Siti Khadijah**) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Jl. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan. Hp , sarahmilova@yahoo.com **) Staf pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis daerah yang menjadi unggulan dalam pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara, serta menganalisis pertumbuhan ternak sapi per kabupaten/kota pada Provinsi Sumatera Utara. Metode penentuan daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive area sampling. Metode analisis yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ), dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat, Labuhan Batu Utara, Simalungun, dan Asahan merupakan daerah unggulan (basis) pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara; Pertumbuhan ternak sapi di daerah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai berada pada klasifikasi I (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi dan dominan pada wilayah Studi), sedangkan di daerah Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli dan Toba Samosir berada pada klasifikasi II (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi namun tidak dominan pada wilayah studi). Kata kunci : Daerah Unggulan, Pertumbuhan Ternak Sapi, Klasifikasi ABSTRACT This study aims to analyze the superior area in the development of cattle of Provinsi Sumatera Utara, and to analyze the growth of cattle in the kabupaten / kota of Provinsi Sumatera Utara. Method of determining area used in this research is method purposive sampling area. The method of analysis used is the method of analysis Location Quotient (LQ), Growth Ratio Model. The results showed that Kabupaten Langkat, Labuhan Batu Utara, Simalungun, and Asahan are base areas to the development of cattle of Provinsi Sumatera Utara. The growth of cattle in Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang,
2 Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan dan Binjai is in classification I (the dominant growth in the Reference region and dominant in the Study area). The in Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli and Toba Samosir is inclassification II (the dominant growth in the Reference region but not dominant in the Study Area) Keywords : Base Area, The Growth of Cattle, Classification PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan salah satu komoditas pangan yang memberikan kontribusi yang cukup besar bagi devisa negara dan harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Pada kenyataannya, target kebutuhan protein hewani asal ternak sebesar 6 g/kapita/hari masih jauh dari terpenuhi. Ada sedikitnya 10 permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia dalam mengembangkan peternakan yaitu pemerataan dan standar gizi nasional belum tercapai, peluang ekspor yang belum dimanfaatkan secara maksimal, sumber daya pakan yang minimal, belum adanya bibit unggul produk nasional, kualitas produk yang belum standar, efisiensi dan produktifitas yang rendah, sumber daya manusia yang belum dimanfaatkan secara optimal, belum adanya keterpaduan antara pelaku peternakan, komitmen yang rendah dan tingginya kontribusi peternakan pada pencemaran lingkungan (Cahyan, 2003). Menurut Dirjen Peternakan (2009), Indonesia telah berhasil dalam swasembada daging ayam dan telur, namun data statistika peternakan mengungkapkan bahwa Indonesia belum dapat memenuhi tingkat konsumsi daging masyarakat yang semakin menanjak tiap tahunnya seiring dengan membaiknya perekonomian masyarakat. Laju konsumsi daging sapi belum dapat tertutupi dengan laju produksi daging sapi dalam negeri. Kebutuhan daging sapi nasional pada Tahun 2008, sebesar 60% dipasok dari produksi dalam negeri dan 40% dipenuhi melalui impor, yaitu dalam bentuk daging dan jerohan beku sebesar 70 ribu ton dan impor sapi mencapai 630 ribu ekor.
3 Pemerintah provinsi Sumatera Utara memiliki lahan yang sangat luas untuk dapat melakukan pengembangan peternakan. Terdapatnya dua puluh lima kabupaten, delapan kota dan banyak pulau-pulau yang terdapat di kawasan Sumatera Utara merupakan bukti bahwa banyak lahan yang dapat dijadikan sentra pengembangan peternakan. Hal tersebut akan berhasil apabila dilakukan melalui perencanaan pengembangan wilayah peternakan sesuai dengan keunggulan komoditas. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Dimanakah daerah yang menjadi unggulan dalam pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara? 2. Bagaimana pertumbuhan ternak sapi perkabupaten/kota pada Provinsi Sumatera Utara? Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah di atas maka tujuan penelitian adalah untuk : 1. Untuk menganalisis daerah yang menjadi unggulan dalam pengembangan ternak sapi pada Provinsi Sumatera Utara 2. Untuk menganalisis pertumbuhan ternak sapi per kabupaten/kota pada Provinisi Sumatera Utara. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Sumatera Utara memiliki potensi yang strategis dan memegang peranan penting sebagai pendorong swasembada daging nasional (Umar, 2009). Pemeliharaan secara ekstensif atau semi-intensif dapat dilakukan dengan memanfaatkan padang penggembalaan seluas ha dan lahan perkebunan kelapa sawit dan karet yang mencapai ha dalam pola integrasi tanaman dan ternak (SITT). Landasan Teori Teori Basis Ekonomi Teori basis ekonomi (economic base theory) mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan
4 basis dan kegiatan non basis. Hanya kegiatan basis yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan, 2005). Teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu wilayah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan (aid) kepada dunia usaha yang mempunyai pasar secara nasional maupun internasional. Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan/batasan terhadap perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut (Arsyad, 2002). Sutikno dan Maryunani (2007) menyebutkan bahwa semakin banyak sektor basis pada suatu daerah akan menambah arus pendapatan kedalam daerah yang bersangkutan, menambah permintaan barang dan jasa didalamnya dan meningkatkan nilai investasi serta menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Oleh sebab itu, sebenarnya kegiatan basis memiliki peran yang sangat penting sebagai penggerak pertama yang akan berdampak pada setiap perubahan pendapatan sektor tersebut serta memberikan efek pengganda terhadap perekonomian agregat daerah. Analisis yang digunakan untuk mengetahui sektor basis dan non basis adalah dengan Analisis Location Quotient (LQ) (Arsyad,2000). Sektor Potensial dalam Pengembangan Wilayah Pengembangan wilayah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk merangsang perkembangan sosial ekonomi, menjaga kelestarian lingkungan hidup di suatu wilayah serta mengurangi kesenjangan antar wilayah (Zulaechah, 2011). Penerapan kebijakan pengembangan wilayah harus disesuaikan dengan kondisi, potensi dan permasalahan yang terjadi di wilayah tersebut (Susanto, 2009). Dalam upaya pengembangan wilayah tidak dapat dilakukan pengembangan terhadap semua sektor secara serentak akan tetapi diprioritaskan pada beberapa sektor yang memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal
5 tersebut dilakukan dengan harapan sektor yang memiliki potensi cukup besar itu dapat berkembang pesat dan mampu merangsang tumbuhnya sektor lain. Berkembangnya sektor lain akibat tumbuhnya sektor potensial dapat meciptakan peluang bagi sektor lain baik sebagai input bagi sektor potensial maupun sebagai imbas dari meningkatnya kebutuhan tenaga keja sektor potensial yang mengalami peningkatan output. Oleh karena itu, upaya memprioritaskan sektor potensial untuk dikembangkan merupakan langkah awal dalam pengembangan perekonomian wilayah. Guna mengetahui sektor yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan yaitu dengan menganalisanya menggunakan Analisi Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam suatu wilayah referensi dan wilayah studi. Model rasio pertumbuhan adalah perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam wilayah referensi (RPr) dan wilayah studi (RPs). Penelitian Terdahulu Menurut hasil penelitian Salindri Masfufah dkk (2015) yang berjudul Analisis Peranan Sektor Pertanian terhadap Perekonomian Provinsi Jawa Timur Tahun , bahwa hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor basis ketiga di Provinsi Jawa Timur sebesar 1,16. Subsektor yang memiliki nilai LQ 1 dan menjadi subsektor basis adalah subsektor tanaman bahan makanan dan subsektor peternakan. Peran dan kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Jawa Timur di masa yang akan datang dapat dilihat melalui nilai LQ sektor pertanian sebesar 1,2 yang berarti sektor pertanian masih dapat menjadi sektor unggul atau memiliki potensi di masa yang akan datang. Penelitian yang dilakukan oleh Nudiatulhuda Mangun judul Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis sektor-sektor basis/unggulan, yang mempunyai daya saing kompetitif dan spesialisasi di masing-masing Kabupaten/Kota, menentuka tipologi daerah dan prioritas sektor basis guna pengembangan pembangunan Kabupaten/Kota. Alat analisis yang digunakan adalah LQ, Shift-share, Tipologi Klassen dan Model Rasio Pertumbuhan (MRP).
6 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kabupaten/Kota mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan kondisinya namun sektor Pertanian masih merupakan sektor basis yang dominan di Provinsi Sulawesi Tengah karena 9 Kabupatennya mempunyai basis/unggulan di sektor ini; sedangkan sektor lainnya bervariasi khusus sektor Pertambangan dan industri Pengolahan hanya dimiliki Kota Palu sekaligus sebagai kota yang paling banyak memiliki sektor basis (8 sektor basis). METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive. Metode Pengambilan Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa data Time Series. Metode Analisis Data Untuk Identifikasi Masalah 1, dianalisis dengan menggunakan metode analisis Location Quotient (LQ) atau analisis keadaan wilayah (sektor basis atau non basis). Analisis LQ atau analisis keadaan wilayah (sektor basis atau non basis). Dilakukan dengan menghitung perbandingan Si dan Ni. Si= Perbandingan antara populasi ternak tertentu per kabupaten/kota dengan penduduk di wilayah yang sama, Ni= Perbandingan antara populasi ternak tertentu dengan jumlah penduduk di Provinsi Sumatera Utara. Rumus Location Quotient (LQ): Dimana: Si = Populasi jenis komoditi i pada tingkat kabupaten/kota S = Populasi penduduk pada tingkat kabupaten/kota Ni = Populasi jenis komoditi i pada tingkat Provinsi Sumatera Utara N = Populasi penduduk pada tingkat Provinsi Sumatera Utara Hasil perhitungan LQ memiliki tiga kriteria, yaitu:
7 a. LQ > 1, basis artinya produksi komoditi i di wilayah kabupaten/kota berarti memiliki keunggulan komparatif b. LQ = 1, non basis artinya produksi komoditi i di wilayah kabupaten/kota tidak memiliki keunggulan komparatif, hanya cukup memenuhi kebutuhan sendiri dalam wilayah tersebut. c. LQ < 1, non basis artinya produksi komoditi i di wilayah kabupaten/kota tidak memiliki keunggulan komparatif, produksi komoditi i wilayah tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri dan harus mendapat pasokan dari luar wilayah. Untuk Identifikasi Masalah 2, dianalisis dengan menggunakan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Analisis Model Rasio Pertumbuhan merupakan perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam suatu wilayah referensi dan wilayah studi. Model Rasio Pertumbuhan adalah perbandingan pertumbuhan suatu kegiatan dalam wilayah referensi dan wilayah studi. Model rasio pertumbuhan dibagi ke dalam dua rasio yakni Rasio Pertumbuhan wilayah referensi (RPr = Provinsi Sumatera Utara) dan Rasio Pertumbuhan wilayah studi (RPs = kabupaten/kota di Provinsi Sumtera Utara). Formula yang dipakai untuk menghitung MRP adalah sebagai berikut: 1. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr) Rasio pertumbuhan wilayah referensi yaitu membandingkan pertumbuhan masing-masing sektor dalam konteks wilayah referensi (Provinsi Sumatera Utara) dengan sektor i dalam konteks wilayah referensi (Provinsi Sumatera Utara). Dimana: Er = Pertumbuhan populasi ternak besar wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian Er = Populasi ternak besar wilayah referensi pada akhir tahun penelitian Eir = Pertumbuhan populasi ternak sapi wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian Eir = Populasi ternak sapi di wilayah referensi pada awal tahun penelitian
8 Jika RPr lebih besar dari 1 maka RPr dikatakan (+), yang berarti pertumbuhan suatu populasi sapi dalam tingkat Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dari pertumbuhan populasi sapi di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dan jika RPr lebih kecil dari 1 dikatakan (-), yang berarti bahwa pertumbuhan populasi sapi dalam tingkat Provinsi Sumatera Utara lebih rendah dari pertumbuhan populasi sapi pada tingkat kabupaten/kota. 2. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) Rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs) memiliki perbedaan dengan RPr. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) yaitu membandingkan pertumbuhan populasi sapi di masing-masing wilayah studi (kabupaten/kota Provinsi Sumatera Utara) dengan pertumbuhan populasi sapi Provinsi Sumatera Utara. Rumus RPs adalah: Dimana: Eij = Pertumbuhan populasi ternak sapi di wilayah studi pada awal dan akhir tahun penelitian Eij = Populasi ternak sapi di wilayah studi pada awal tahun penelitian Eir = Pertumbuhan populasi ternak sapi wilayah referensi pada awal dan akhir tahun penelitian Eir = Populasi ternak sapi di wilayah referensi pada awal tahun penelitian Jika nilai RPs lebih besar dari 1 maka dikatakan (+) yang menunjukkan pertumbuhan populasi ternak sapi di wilayah studi tinggi. Demikian sebaliknya jika RPs (-). Analisis MRP akan diperoleh nilai riil dan nilai nominal kemudian hasil kombinasi keduanya dapat diperoleh deskripsi populasi ternak sapi potensial dikembangkan di suatu kabupaten/kota pada Provinsi Sumatera Utara yang dapat diklasifikasikan menjadi empat bagian, meliputi: a. Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs (+), artinya komoditi tersebut pertumbuhannya dominan, baik pada wilayah referensi (kabupaten/kota) maupun pada wilayah studi (provinsi). b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), artinya komoditi tersebut pertumbuhannya menonjol di wilayah referensi namun tidak menonjol di wilayah studi.
9 c. Klasifikasi III yakni RPr (-) dan RPs (+), artinya komoditi tersebut mempunyai pertumbuhan tidak menonjol di wilayah referensi namun potensial dikembangkan di wilayah studi. d. Klasifikasi IV yakni RPr (-) dan RPs (-), artinya komoditi tersebut tidak mempunyai pertumbuhan yang memadai ssbaik di wilayah referensi maupun di wilayah studi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Ternak Sapi Hasil analisis LQ pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan daerah basis secara berturut-turut adalah Kabupaten Langkat, Labuhan Batu Utara, Simalungun, Asahan, dengan indeks hasil > 1 Rincian mengenai hasil Analisis LQ ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
10 Tabel 1. Hasil Analisis LQ Pengembangan Ternak Sapi Provinsi Sumatera Utara Tahun Kabupaten/Kota Location Quotient Ratarata LQ Nias 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Mandailing Natal 0,23 0,15 0,17 0,21 0,21 0,19 Tapanuli Selatan 0,22 0,08 0,15 0,17 0,20 0,16 Tapanuli Tengah 0,80 0,07 0,11 0,12 0,15 0,25 Tapanuli Utara 0,06 0,03 0,02 0,02 0,03 0,03 Toba Samosir 0,17 0,16 0,22 0,13 0,24 0,18 Labuhan Batu 0,64 0,90 0,50 0,95 0,90 0,80 Asahan 2,43 2,20 2,54 2,56 2,64 2,50 Simalungun 2,50 2,49 2,52 2,56 2,52 2,51 Dairi 0,24 0,08 0,19 0,16 0,01 0,13 Karo 0,44 0,55 0,28 0,55 0,40 0,44 Deli Serdang 0,96 0,99 1,02 0,94 1,82 0,56 Langkat 3,46 3,81 4,20 3,80 3,72 3,80 Nias Selatan 0,01 0,00 0,01 0,01 0,04 0,01 Humbang Hasundutan 0,35 0,06 0,11 0,08 0,14 0,14 Pakpak Bharat 0,17 0,10 0,08 0,09 0,10 0,10 Samosir 0,30 0,20 0,22 0,27 0,36 0,27 Serdang Bedagai 1,63 1,44 1,43 1,53 1,52 1,51 Batubara 1,57 1,44 1,45 1,54 1,63 1,52 Padang Lawas Utara 1,25 1,20 0,96 1,21 1,25 1,17 Padang Lawas 0,66 0,52 0,19 0,58 0,60 0,51 Labuhan Batu Selatan 0,83 0,94 0,65 0,97 0,97 0,90 Labuhan Batu Utara 2,61 2,52 2,45 2,66 2,45 2,53 Nias Utara 0,06 0,02 0,01 0,02 0,02 0,02 Nias Barat 0,03 0,02 0,02 0,03 0,03 0,02 Sibolga Tanjung Balai 0,03 0,04 0,10 0,08 0,15 0,08 Pematang Siantar 0,09 0,03 0,02 0,02 0,06 0,04 Tebing Tinggi 0,22 0,22 0,21 0,23 0,28 0,23 Medan 0,03 0,02 0,02 0,03 0,01 0,02 Binjai 0,42 0,34 0,37 0,44 0,53 0,42 PadangSidempuan 0,11 0,05 0,09 0,10 0,10 0,09 Gunung Sitoli 0,02 0,01 0,02 0,01 0,15 0,04 Sumber: Data Sekunder Diolah Tabel 1. menunjukkan bahwa Kabupaten Langkat merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 3,72 dan dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Langkat 6.263,29 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi
11 pada kabupaten ini yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dalam kurun waktu , serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan juga sangat besar jika dimanfaatkan limbahnya seperti jerami padi dan jagung sebagai sumber pakan (hijauan dan konsentrat) bagi ternak. Dengan produksi padi sawah dan ladang dengan luas panen ha, dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas lahan dan dengan produksi ton. Lalu Kabupaten Simalungun merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 2,51. Dan dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Simalungun 4.368,60 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi pada kabupaten ini juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun juga pernah mengalami penurunan pada tahun 2013, dalam kurun waktu Serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan yaitu padi sawah dan ladang dengan luas panen ha, dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Kemudian Kabupaten Asahan merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 2,50. Dan dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Asahan 3.675,79 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi pada kabupaten ini juga terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun juga pernah mengalami penurunan pada Tahun 2013, dalam kurun waktu Serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan yaitu padi sawah dan ladang dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Dan Kabupaten Labuhan Batu Utara merupakan daerah basis pengembangan ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara dengan nilai LQ sebesar 2,455. Dengan daya dukung sebagai berikut: yaitu luas wilayah Kabupaten Labuhan Batu Utara 3.545,80 km², dengan populasi sapi Tahun 2015 berjumlah ekor, dan pertumbuhan populasi ternak sapi pada kabupaten ini juga terus mengalami penningkatan setiap tahuanya, namun juga pernah mengalami penurunan pada Tahun 2013, dalam kurun waktu Serta daya dukung pakan dari potensi tanaman pangan yaitu padi sawah dan ladang dengan luas panen ha dan dengan produksi ton. Serta produksi jagung dengan luas panen 71
12 ha dan dengan produksi 305 ton. Dengan asumsi bahwa tidak terjadi alih fungsi lahan pada tahun-tahun berikutnya pada wilayah Provinsi Sumatera Utara khususnya pada kabupaten/kota yang potensial. Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Sapi Rincian mengenai hasil Analisis MRP ternak sapi di Provinsi Sumatera Utara tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai RPr dan RPs Sapi di Sumatera Utara Antara Tahun Kabupaten/kota RPr Nominal RPs Nominal Nias 1, ,34 - Mandailing Natal 1, Tapanuli Selatan 1,20 + 0,35 - Tapanuli Tengah 1,20 + 5,7 + Tapanuli Utar 1, ,7 - Toba Samosir 1,20 + 1,3 + Labuhan Batu 1,20 + 3,7 + Asahan 1, Simalungun 1,20 + 1,75 + Dairi 1,20 + 1,61 + Karo 1,20 + 3,00 + Deli Serdang 1,20 + 1,59 + Langkat 1,20 + 1,92 + Nias Selatan 1, ,91 - Humbang Hasundutan 1, ,21 - Pakpak Bharat 1, ,68 - Samosir 1, ,93 - Serdang Bedagai 1,20 + 4,56 + Batubara 1,20 + 0,62 - Padang Lawas Utara 1,20 + 0,86 + Padang Lawas 1,20 + 0,68 + Labuhan Batu Selatan 1,20 + 1,91 + Labuhan Batu Utara 1,20 + 2,70 + Nias Utara 1, ,09 - Nias Barat 1,20 + 0,89 - Sibolga 1, Tanjung Balai 1,20 + 8,65 + Pematang Siantar 1, ,17 - Tebing Tinggi 1,20 + 2,75 + Medan 1,20 + 1,45 + Binjai 1,20 + 1,43 + Padang Sidempuan 1, ,17 - Gunung Sitoli 1, ,53 - Sumber: Data Sekunder Diolah
13 Berdasarkan data pada Tabel 2. diperoleh deskrispsi kegiatan ekonomi beternak sapi yang potensial pada tingkat wilayah studi dan wilayah referensi dengan merujuk kepada 2 klasifikasi sebagai berikut: a. Klasifikasi I yakni RPr (+) dan RPs juga (+) menunjukkan pertumbuhan populasi sapi dominan di wilayah referensi (provinsi) dan wilayah studi (kabupaten/kota). Wilayah yang termasuk ke dalam klasifikasi ini adalah Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Simalungun, Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan, Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai. b. Klasifikasi II yaitu RPr (+) dan RPs (-), mengindikasikan pertumbuhan populasi sapi dominan di wilayah referensi (provinsi) namun tidak menonjol di wilayah studi (kabupaten/kota). Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli Toba Samosir, Masuk ke dalam klasifikasi ini. c. Klasifikasi III yaitu RPr (-) dan RPs (-), tidak ada pertumbuhan yang tidak dominan pada wilayah Referensi, artinya tidak ada satu kabupaten pun yang tidak dominan untuk mengembangkan ternak sapi. d. Klasifikasi IV yaitu RPr (-) dan RPs (+), tidak ada yang termasuk dalam klasifikasi ini artinya semua kabupaten/kota mempunyai pertumbuhan yang dominan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarakan data hasil Analisis LQ di semua Kabupaten/Kota di Sumatera Utara tampak bahwa wilayah potensial bagi pengembangan ternak sapi di Sumatera Utara berturut-turut adalah di Kabupaten Langkat, Asahan, Simalungun dan Labuhan Batu Utara. 2. Hasil perhitungan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) sapi di Sumatera Utara menunjukan bahwa Kabupaten Mandailing Natal, Tapanuli Tengah, Toba Samosir, Labuhan Batu, Asahan, Dairi, Karo, Deli Serdang, Langkat, Serdang Bedagai, Padang Lawas Utara, Padang Lawas, Labuhan Batu Selatan,
14 Labuhan Batu Utara, Tanjung Balai, Tebing Tinggi, Medan, dan Binjai termasuk ke dalam klasifikasi I (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi dan dominan pada wilayah Studi). Kabupaten Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Simalungun, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Batubara, Nias Utara, Nias Barat, Sibolga, Pematang Siantar, Padang Sidempuan, Gunung Sitoli masuk ke dalam klasifikasi II (pertumbuhan dominan pada wilayah Referensi namun tidak dominan pada wilayah studi). Saran Adapun saran untuk penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk Peternak Diharapkan untuk peternak agar bisa mengembangkan ternak sapi di Sumatera Utara pada daerah-daerah yang potensial seperti Langkat, Asahan, Simalungun, Labuhan Batu Utara dan hendaknya lebih diperhatikan dan lebih di fokuskan dalam pengembangannya agar setiap kabupaten/kota memiliki tingkat produktifitas peternakan yang tinggi. 2. Untuk Pemerintah Diharapkan pemerintah dapat ikut serta dalam membantu mengembangkan usaha peternakan rakyat pada daerah-daerah di Sumatera Utara. Dan pemerintah perlu melakukan zonasi yang terstruktur dalam pengembangan peternakan di Sumatera Utara. Hal ini untuk mencegah alih fungsi lahan produktif bagi ternak yang semakin meluas. Dan diharapkan juga kepada pemerintah untuk lebih memperhatikan peternakan-peternakan kecil di daerahdaerah. Bentuk perhatian yang paling dibutuhkan oleh peternak adalah bantuan pakan dan bahan penunjang lainnya. 3. Kepada Peneliti Selanjutnya Kepada peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat menganalisis daerah potensial lainnya untuk pengembangan ternak besar seperti kerbau, kuda, dan kambing. Atau daerah potensial untuk pengembangan ternak unggas. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, A Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers. Arsyad, Lincoln. Pengantar Perencana Ekonomi Daerah (edisi kedua). Yogyakarta: BPFE.2002.
15 Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Utara, Populasi Ternak Besar 2015 Mangun, Nadiatulhuda Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah. Thesis. Semarang: Magister Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Universitas Diponegoro. Sofyadi, Cahyan Konsep Pembangunan Pertanian dan Peternakan Masa Depan. Bogor: Badan Litbang Departemen Pertanian Bogor. Sutikno, Maryunani Analisis Potensi dan Daya Saing Kecamatan Sebagai Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah Pengembangan (SWP). Kabupaten Malang. Journal of Indoneisa Applied Econbomics Vol. 1 No. 1 Oktober Malang: Universitas Brawijaya.
Provinsi Sumatera Utara: Demografi
Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan, kehutanan dan tanaman pangan. Dari sektor peternakan ada beberapa bagian lagi dan salah
Lebih terperinciSejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus menurun. Pada 2 tahun terakhir, laju penurunan tingkat kemiskinan cukup signifikan.
Jiwa (Ribu) Persentase (%) 13 12.5 12 11.5 11 10.5 10 9.5 9 8.5 8 12.55 11.51 11.31 11.33 10.41 10.39 9.85 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tingkat Kemiskinan Sejak tahun 2008, tingkat kemiskinan terus
Lebih terperinciLampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut Kabupaten/Kota Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah)
LAMPIRAN Lampiran 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita Menurut / Atas Dasar Harga Konstan (Rupiah) / 2010 2011 2012 2013 2014 2015 1 Nias 3.887.995 4.111.318 13.292.683.44 14. 046.053.44
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun demikian, tiap tahun penduduk yang tidak cukup makan makin banyak jumlahnya. Indonesia merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di beberapa daerah di Indonesia telah memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman dagang yang sangat menguntungkan, dengan masukan (input) yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah merupakan tanaman palawija yang secara ekonomis berperan penting bagi kehidupan manusia. Selain itu, juga dapat dijadikan bahan baku industri. Sebagai sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain bertujuan sebagai ketahanan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan
Lebih terperinciKEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015
BPS KABUPATEN ASAHAN No. 02/10/1208/Th. XIX, 24 Oktober 2016 KEMISKINAN ASAHAN TAHUN 2015 Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Asahan tahun 2015 sebanyak 85.160 jiwa (12,09%), angka ini bertambah sebanyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh karena pupuk kimia lebih mudah diperoleh dan aplikasinya bagi tanaman
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan pupuk pada tanah pertanian terutama pupuk kandang telah di mulai berabad abad yang silam sesuai dengan sejarah pertanian. Penggunaan senyawa kimia sebagai pupuk
Lebih terperinciPRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 50/08/12/Th. XVIII, 3 Agustus 2015 PRODUKSI CABAI BESAR, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 PRODUKSI CABAI BESAR SEBESAR 147.810 TON, CABAI RAWIT SEBESAR 33.896 TON,
Lebih terperinciLampiran 1. Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun
Lampiran 1 Data Luas Panen dan Produksi Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 Kabupaten/Kota Luas Panen (ha) Produksi (ton) Rata-rata Produksi (kw/ha) Nias 9449 30645 32.43 Mandailing Natal 37590
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan daging sapi sebagai salah satu sumber protein hewani semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya gizi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan
12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada pada sektor
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian
Lebih terperinciDisampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan
KEMENTERIAN DALAM NEGERI Disampaikan Oleh: SAUT SITUMORANG Staf Ahli Mendagri Bidang Pemerintahan Medan, 3 April 2013 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 150 ayat (1) dan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 No. 31/05/12/Thn. XX, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedaulatan pangan adalah konsep pemenuhan pangan melalui produksi lokal. Kedaulatan pangan merupakan konsep pemenuhan hak atas pangan yang berkualitas gizi baik dan
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA Mitrawan Fauzi mitrawanfauzi94@gmail.com Luthfi Mutaali luthfimutaali@ugm.ac.id Abtract Competition
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya
I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,
60 BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, isi kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah-buahan, tanaman sayuran, tanaman hias dan wangi-wangian, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, dan
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS KOTA GUNUNGSITOLI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 IPM KOTA GUNUNGSITOLI TAHUN 2016 SEBESAR 66,85 No. 01/12785/06/2017, 11 Juli 2017 Pembangunan manusia di Kota Gunungsitoli
Lebih terperinciBAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA
39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh suatu bangsa, dalam upaya untuk meningkatkan taraf hidup maupun kesejahteraan rakyat. Salah satu
Lebih terperinciLampiran 1. Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 1 Tabel Daftar Pemerintahan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara No. Kabupaten No. Kota 1. Kabuapaten Asahan 1. Kota Binjai 2. Kabuapaten Batubara 2. Kota Gunung Sitoli 3. Kabuapaten Dairi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan, pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pemerataan adalah hal yang sangat penting. Pada tahun 1950an, orientasi pembangunan negara sedang berkembang
Lebih terperinciSumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba
, Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan
Lebih terperinciSUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA
Karya Tulis SUATU TINJAUAN KEBIJAKAN ALOKASI BELANJA 3 (TIGA) BIDANG UTAMA (SOSIAL BUDAYA, INFRASTRUKTUR, EKONOMI) UNTUK 25 KABUPATEN DAN KOTA PADA RAPBD TA. 2006 PROVINSI SUMATERA UTARA Murbanto Sinaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari
BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam. Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan Pembangunan Nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata dan kebudayaan merupakan salah satu sektor yang sangat potensial dan perlu mendapat perhatian yang baik bagi pemerintah daerah untuk keberlangsungan
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 29/05/12/Thn. XX, 5 Mei 2017 IPM PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 MEMASUKI KATEGORI TINGGI Pembangunan manusia di Sumatera
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya berusaha di bidang pertanian. Dengan tersedianya lahan dan jumlah tenaga kerja yang besar, diharapkan
Lebih terperinciLampiran 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 1., Produksi dan Produktivitas Buah Manggis Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara NO KABUPATEN/KOTA Produksi (Ton) TAHUN 2005 2006 2007 2008 Produktivitas Produksi Produktivitas Produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1994). Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan yang meluas merupakan tantangan terbesar dalam upaya Pembangunan (UN, International Conference on Population and Development, 1994). Proses pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sektor perekonomian yang sangat berkembang di propinsi Sumatera Utara.
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan manusia karena agar dapat hidup sehat, manusia memerlukan protein. Pemenuhan kebutuhan protein dalam tubuh sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan karena sektor pertanian mampu memberikan pemasukan dalam mengatasi krisis yang sedang terjadi.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan. pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,1985). Sedangkan tujuan pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Termasuk yang menguntungkan kan adalah jamur konsumsi. konsumsi atau sering dikenal dengan istilah mushroom merupakan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diseluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang cukup hangat. Dari ribuan jenis tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian yang mempunyai peranan yang strategis dan penting adalah sektor tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan pokok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu daerah pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan berkesinambungan yang dijalankan secara bersama-sama baik
Lebih terperinciLampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN
Lampiran 1 REALISASI DANA ALOKASI UMUM (DAU) KABUPATEN / KOTA PROVINSI SUMATERA UTARA (Tabulasi Normal dalam Rupiah) TAHUN No Uraian 2005 2006 2007 2008 1 Kab. Asahan 292231000000 493236000000 546637000000
Lebih terperinciINDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 39/07/12/Thn.XIX, 01 Juli 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA SUMATERA UTARA 2015 MENCAPAI 69,51. Pembangunan manusia di Sumatera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebelum tahun 1975, keikutsertaan petani dalam pengadaan tebu hanya terbatas sebagai pihak yang menyewakan lahan atau sebagai buruh kasar. Saat itu, sebagian besar bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan adalah salah satu hak azasi manusia dan sebagai komoditi strategis yang dilindungi oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kesepakatan
Lebih terperinciRINCIAN LABUHANBATU UTARA TEBING TINGGI BATUBARA ASAHAN TANJUNG BALAI NAMA DAN TANDA TANGAN KPU PROVINSI
SERTIFIKAT REKAPITULASI HASIL DAN PENGHITUNGAN PEROLEHAN SUARA DARI SETIAP KABUPATEN/KOTA DI TINGKAT PROVINSI DALAM PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 diisi berdasarkan formulir Model DB1 PPWP
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir disetiap negara berkembang kemiskinan selalu menjadi trending topic yang ramai dibicarakan. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang menempati urutan
Lebih terperinciTahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
Lampiran 1 Perkembangan Harga Kacang Kedelai Tingkat Produsen di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2003-2012 Tahun Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des 2003 2,733 2,733 2,375 2,921 2,676
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian
LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal dan Waktu Penelitian 2015 Tahapan Penelitian Januari Jan-Mei Jun-Sep Oktober Pengajuan proposal skripsi Penyetujuan proposal skripsi Penyelesaian proposal skripsi Bimbingan dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang
Lebih terperinciLampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012
Lampiran 1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2012 No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk (jiwa) Luas Wilayah (km 2 ) Kepadatan Penduduk (jiwa/km
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses peningkatan kualitas kehidupan masyarakat sehingga dinilai lebih baik dari sebelumnya. Sedangkan pembangunan wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perkebunan merupakan sektor yang berperan sebagai penghasil devisa negara, salah satu komoditas perkebunan penghasil devisa adalah komoditas kopi. Kopi merupakan
Lebih terperinciPERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS
PERBANYAKAN BENIH SUMBER PADI DAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA MELALUI UPBS CATUR HERMANTO dan Tim Disampaikan pada seminar proposal kegiatan BPTP Sumatera Utara TA. 2014 Kamis, 9 Januari 2014 OUTLINE 1.
Lebih terperinciJURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April ISSN LIPI :
Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciLampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel
Lampiran 1 Daftar Kabupaten/ Kota, Sampel Kriteria No Nama Kabupaten / Kota 1 2 Sampel 1 Kota Binjai Sampel 1 2 Kota gunung Sitoli X X - 3 Kota Medan Sampel 2 4 Kota Pematang Siantar Sampel 3 5 Kota Sibolga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan penganggaran pada dasarnya mempunyai manfaat yang sama dengan kegiatan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan. Penganggaran juga merupakan komitmen resmi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lagi sayuran dan buah buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu perhatian masyarakat sehubungan dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi sayuran dan buah buahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsumsi daging sapi di Indonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PEMBANGUNAN PROVINSI SUMATERA UTARA 2014
OUTLINE ANALISIS PROVINSI 1. Perkembangan Indikator Utama 1.1 Pertumbuhan Ekonomi 1.2 Pengurangan Pengangguran 1.3 Pengurangan Kemiskinan 2. Kinerja Pembangunan Kota/ Kabupaten 2.1 Pertumbuhan Ekonomi
Lebih terperinciLampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 1. Jadwal Penelitian Bulan No. Kegiatan Penelitian April 2013. Mei 2013 Juni 2013 Juli 2013 Agustus 2013 September 2013. M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 M3 M4 M1 M2 1 Pengajuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Produksi dari suatu usaha penangkapan ikan laut dan perairan umum sebahagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan alam laut yang banyak dan beranekaragam. Sektor perikanan memegang peranan penting dalam perekonomian nasional terutama dalam penyediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Tanaman karet memiliki peranan yang cukup besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini.
Lebih terperinciDaftar Populasi dan Sampel Penelitian
Lampiran 1 Daftar Populasi dan Sampel Penelitian No Kabupaten dan Kota Populasi Kriteria Pemilihan Sampel Sampel 1 2 1 Kabupaten Asahan 1 - - 2 Kabupaten Dairi 2 Sampel 1 3 Kabupaten Deli Serdang 3 Sampel
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan produksi menuju swasembada, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan serta meratakan taraf hidup
Lebih terperinciYulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010
Yulianta Siregar Departemen electrical engineering University of North Sumatera Bali 28 Mei 2010 Energy planning is essentially an estimate of energy demand and supply in the future. Estimates of energy
Lebih terperinci,85 8,44 - Sumatera Utara ,01 Sumber : Sumatera Utara Dalam Angka 2012, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 1. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara Tahun 2011 No Kabupaten/Kota Luas Panen (Ha) Kabupaten 1 Nias 1 2 Mandailing Natal 399 3 Tapanuli Selatan 592
Lebih terperinciMusrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA
Musrenbang RKPD Provinsi Sumatera Utara 2013 Hotel Santika, Selasa 2 April 2013 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SUMATERA UTARA 1 PERTUMBUHAN EKONOMI, STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN PDRB PERKAPITA EKSPOR, IMPOR
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Daging Sapi Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia adalah sapi asli Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,
Lebih terperinciTIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/03/12/Th. XVIII, 2 Maret 2015 TIPOLOGI WILAYAH HASIL PENDATAAN POTENSI DESA (PODES) 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk
Lebih terperinciANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem *
ANALISIS PERTUMBUHAN DAN PERSEBARAN PENDUDUK PROVINSI SUMATERA UTARA BERDASARKAN HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 2010 Oleh Mbina Pinem * Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan persebaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran I JADWAL PENELITIAN
LAMPIRAN Lampiran I JADWAL PENELITIAN kegiatan Sep-15 okt 2015 Nov-15 des 2015 Jan-16 peb 2016 Mar-16 Apr-16 mei 2016 juni2016 pengajuan judul penyetujuan judul penulisan proposal bimbingan proposal penyelesaian
Lebih terperinciLampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Lampiran 1. Jumlah Penduduk Di Provinsi Sumatera Utara 2004-2013 Jumlah Penduduk (Jiwa) 2004 12.123.360 2005 12.326.678 2006 12.643.494 2007 12.834.371 2008 13.042.317 2009 13.248.386 2010 12.982.204 2011
Lebih terperinciLampiran 1. Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (%)
Lampiran 1 Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010-2014 Kab. Asahan 18 13 20 69 9 Kab. Dairi 0 59 41 82-35 Kab. Deli Serdang 13 159 27 22 22 Kab.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
Lampiran 1 Jenis Pendapatan Pajak untuk Provinsi dan Kabupaten/Kota Jenis pajak kabupaten/kota meliputi: 1. Pajak kendaraan bermotor 2. Bea balik nama kendaraan bermotor 3. Pajak bahan bakar kendaraan
Lebih terperincipemerintahan lokal yang bersifat otonomi (local outonomous government) sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah kepulauan yang besar yang terdiri dari ribuan pulau, memiliki alam yang kaya, tanah yang subur dan ratusan juta penduduk. Di samping
Lebih terperinciPENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA
ii PENGELOMPOKAN KABUPATEN/ KOTA DI SUMATERA UTARA BERDASARKAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA MISKIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS CLUSTER SKRIPSI WIDYA REZA 140823016 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi. Kemiskinan merupakan persoalan kompleks yang terkait dengan berbagai dimensi yakni sosial,
Lebih terperinciTabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A (dalam jutaan rupiah)
LAMPIRAN 1 Tabel 1.1. Daftar Surplus/Defisit Laporan Realisasi APBD Kabupaten/Kota T.A 2011-2014 (dalam jutaan rupiah) Surplus/Defisit APBD DAERAH 2011 2012 2013 2014 Kab. Nias -58.553-56.354-78.479-45.813
Lebih terperinciSumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, 2010.
Lampiran 1. Jumlah tani per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2009 No KABUPATEN/KOTA KELOMPOK TANI/POKTAN 1 Dairi 673 2 Deli Serdang 1.512 3 Humbang Hasundutan 808 4 Karo 2.579 5 Langkat 1.772 6 Pak Pak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang integral dalam kehidupan manusia, dimana manusia dapat membina kepribadiannya dengan jalan mengembangkan potensi-potensi yang
Lebih terperinciLampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun (Jiwa)
Lampiran 1. Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2005 2007 (Jiwa) No Kabupaten/kota Tahun 2005 2006 2007 Kabupaten 1 Nias 441.807 442.019 442.548 2 Mandailing natal 386.150
Lebih terperinci