BAB II LANDASAN TEORI. membiarkan bayi kontak kulit dengan kulit ibunya setidaknya selama. berakhir menurut Roesli (2012) dalam Fikawati dkk (2015).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. membiarkan bayi kontak kulit dengan kulit ibunya setidaknya selama. berakhir menurut Roesli (2012) dalam Fikawati dkk (2015)."

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) a. Definisi IMD IMD atau early initiation of breastfeeding adalah proses menyusu yang dimulai secepatnya segera setelah lahir. IMD dilakukan dengan cara membiarkan bayi kontak kulit dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam pertama setelah lahir atau hingga proses menyusu awal berakhir menurut Roesli (2012) dalam Fikawati dkk (2015). b. Fisiologi Laktasi Produksi ASI bergantung pada kerja hormon dan refleks menyusui. Selama kehamilan terjadi perubahan pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan, bahkan dimulai sejak usia kehamilan 6 bulan, terjadi perubahan hormonal yang menyebabkan payudara mulai memproduksi ASI. Saat hamil, terjadi pelepasan hormon estrogen dan progesteron oleh korpus luteum yang merangsang adenohypophysis untuk meningkatkan sintesis dan pelepasan prolaktin ke peredaran darah. korpus luteum juga melepaskan hormon human placental lactogen (HPL), human chorionic gonadotropin (HCG). Hormon 6

2 7 Prolaktin, HCG, HPL, estrogen, progesteron ditambah dengan hormon insulin, kortisol, tiroid, paratiroid, dan hormon pertumbuhan memengaruhi pembentukan duktus, lobulus, serta alveolus payudara. HPL, estrogen, progesteron juga merangsang hipotalasmus yang menskresi prolacting inhibitory factor (PIF) sehingga akan menghambat kerja adenohypophysis. Setelah melahirkan, prolaktin disekresi oleh adenohypophysis. Oksitosin dilepas oleh neurohypophysis karena adanya isapan dari bayi. Bekerjanya kedua hormon ini dibantu oleh hormon insulin, kortisol, tiroid, paratiroid, dan hormon pertumbuhan (merupakan hormon penunjang metabolik). 1) Refleks Menyusui Selain karena kerja hormon, produksi ASI juga ditentukan oleh refleks akibat isapan bayi. Isapan bayi mengakibatkan terjadinya dua refleks yang menyebabkan ASI keluar pada saat dan jumlah yang tepat. Kedua refleks tersebut adalah refleks produksi ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex) yang dipengaruhi oleh hormon oksitosin. 2) Refles Prolaktin Refleks produksi ASI atau refleks prolaktin adalah proses yang terjadi dari perangsangan payudara sampai pembuahan ASI.

3 8 Hormon yang berperan dalam proses ini adalah hormon prolaktin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian depan yang berada di dasar otak. Hormon prolaktin berperan dalam produksi ASI di tingkat alveolus. Hormon prolaktin akan merangsang kelenjar payudara untuk memproduksi ASI yang tersimpan di dalam alveolus, prolaktin akan dihasilkan jika terjadi pengosongan ASI dalam payudara ibu. Isapan bayi akan merangsang ujung saraf di sekitar payudara, dan saraf ini akan membawa pesan ke bagian depan kelenjar hipofisa untuk memproduksi prolaktin. Prolaktin kemudian dialirkan oleh darah ke kelenjar payudara untuk merangsang pembuatan ASI. Semakin sering bayi menghisap atau ASI dikeluarkan dengan pompa, ASI akan semakin banyak diproduksi. Sebaliknya, bila bayi berhenti mengisap atau sama sekali tidak pernah memulainya maka payudara akan berhenti memproduksi ASI. 3) Refleks Oksitosin Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang (posterior) kelenjar hipofisa. Seperti halnya prolaktin, oksitosin juga dihasilkan bila ujung saraf sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Bayi tidak akan mendapatkan ASI yang cukup bila hanya mengandalkan refleks prolaktin saja. Kedua refleks harus berjalan

4 9 seimbang. Refleks oksitosin merupakan refleks pengeluaran ASI yang sifatnya lebih rumit dibanding refleks prolaktin. Pada saat menyusui, hormon oksitosin akan memacu kontraksi otot polos pada dinding alveolus dan dinding saluran/duktus sehingga ASI bisa mengalir keluar dan membantu terjadinya pengerutan rahim. Sekresi oksitosin sangat dipengaruhi oleh suasana emosi ibu. Pikiran dan perasaan ibu akan sangat memengaruhi refleks ini. Terdapat beberapa hal yang dapat meningkatkan pengeluaran ASI, yaitu bila ibu melihat bayi, memikirkan bayinya menangis, mencium bayi, atau ibu dalam keadaan tenang. Pijatan di bagian punggung ibu yang membuat ibu rileks juga dapat merangsang pengeluaran oksitosin. Sementara itu, hal yang dapat menghambatnya adalah pikiran negatif seperti ibu yang sedang bingung atau pikirannya sedang kacau, khawatir atau ASI yang dikeluarkannya tidak cukup, merasakan kesakitan terutama saat menyusui, juga saat ibu merasa sedih, cemas, marah, dan malu menyusui (Fikawati dkk, 2015).

5 10 Proses fisiologi laktasi akan dijelaskan oleh gambar dibawah ini: Gambar 2.1 Refleks Prolaktin dan Refleks Oksitosin Sumber : Depkes RI, 2007 c. Manfaat IMD Banyak manfaat dari IMD, diantaranya adalah: 1) Mencegah terjadinya hipotermia Hal ini terjadi karena bayi mendapatkan kehangatan melalui kontak kulit ibu dan bayi. Christensson et al. (1992) dalam Fikawati dkk tahun 2015 membandingkan temperatur bayi yang tetap melakukan kontak kulit dengan ibunya pada posisi breast crawl dengan bayi yang tinggal di ruangan beberapa jam setelah lahir. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa bayi yang melakukan kontak kulit dengan ibu pada posisi breast crawl memiliki temperatur lebih baik. Hal ini karena suhu badan ibu menjadi sumber kehangatan bagi bayi.

6 11 2) Kunci keberhasilan ASI eksklusif Bayi dapat memiliki kemampuan menyusu yang efektif dan lebih cepat, sehingga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk sukses menyusui. Berbagai penelitian mengungkapkan bahwa IMD merupakan salah satu kunci keberhasilan ASI eksklusif. Penelitian Fikawati dan Syafiq (2003) dalam Fikawati dkk tahun 2012 di 8 kabupaten di Jawa Barat dan Jawa Timur menunjukkan bahwa ibu yang menyusui segera setelah lahir (kurang dari 1 jam) akan 2-8 kali lebih berhasil untuk memberikan ASI eksklusif selama 4 bulan dibandingkan dengan ibu yang tidak menyusui segera. 3) Menurunkan risiko kematian balita di negara berkembang Risiko kematian balita menjadi berkurang karena terjadi penurunan risiko bayi untuk mengalami infeksi. Dengan melakukan IMD bayi akan mendapatkan kolostrum lebih cepat. Kolostrum mengandung antibodi yang sangat bermanfaat untuk mencegah infeksi, selain itu koloni flora bakteri baik saat kontak kulit juga dapat mencegah terjadinya infeksi. 4) Mencegah terjadinya hipoglikemia dan membantu dalam pengaturan parameter biokimia lainnya saat beberapa jam pertama setelah lahir. ASI mengandung zat gizi yang dibutuhkan bayi. Konsumsi ASI pada beberapa jam setelah lahir dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi dan mencegah bayi dari hipoglikemia.

7 12 5) Memindahkan bakteri dari kulit ibu ke dirinya. Pada saat skin to skin contact bayi akan menjilat kulit ibu kemudian menelan bakteri yang ada pada kulit ibu. Bakteri akan berkoloni usus bayi menyaingi bakteri ganas dari lingkungan sehingga membentuk kekebalan tubuh bayi lebih optimal menurut Hanson (2004) dalam Fikawati, dkk tahun ) Mempererat ikatan batin antara ibu dengan bayi. Pada proses IMD bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi skin to skin contact, saat itu ibu dapat melihat langsung bayinya yang merangkak menuju payudara ibu. Kontak kulit ke kulit ibu dan bayi pada jam pertama setelah lahir dapat membuat ikatan antara ibu dan bayi dan mencegah terjadinya gagal tumbuh pada bayi. Saat proses IMD ibu akan merasa rileks melihat bayinya baru lahir menyusu kepadanya. Tubuh ibu kemudian akan memproduksi hormon oksitosin yang berperan pada letdown reflex ibu. 7) Kontraksi uterus lebih baik. Isapan bayi pada puting susu ibu akan merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang akan membantu pengerutan rahim, mempercepat pengeluaran plasenta, mengurangi risiko perdarahan postpartum dan mencegah anemia menurut Sobhy dan Mohame (2004) dalam Fikawati tahun 2015.

8 13 d. Breast Crawl Breast crawl merupakan kemampuan yang dimiliki setiap bayi untuk merangkak dan menemukan payudara ibunya sendiri dan menentukan kapan pertama kali menyusu dari ibunya. Breast crawl merupakan teknik IMD. Ketika bayi diletakkan di dada ibu pada awalnya terjadi proses mengisap, gerakan menarik puting ibu selama menit. Bayi dapat menemukan puting payudara ibu dengan bantuan indra penciuman, penglihatan, dan perasa, selain itu suara dan sentuhan akan membantu proses ini menurut Widstrom et al. 1987; Righard, 1990; Varendi, Porter, Winberg, 1994 dan 1996). Selama proses menyusu pertama, bayi akan belajar mengkoordinasikan antara isapan, menelan, dan bernafas, terkadang bayi sudah bisa mendapatkan kolostrum. Menurut World Health Organization (WHO) (2007) IMD dilakukan segera setelah lahir, dengan interval waktu maksimum diletakkannya bayi ke dada ibu setelah kelahiran adalah 5 menit. Masa lima menit pertama setelah kelahiran bayi dianggap sebagai waktu yang paling menandakan bahwa bayi tersebut sedang berada dalam kondisi alert atau aktif. Apabila proses awal menyusu ini ditunda maka bayi akan kehilangan keinginan untuk menyusu.

9 14 e. Faktor-faktor pendukung IMD Kesiapan fisik dan psikologi ibu yang sudah dipersiapkan sejak awal kehamilan: 1) Informasi yang diperoleh ibu mengenai inisiasi menyusu dini. 2) Tempat Bersalin dan Tenaga Kesehatan. (Yuliarti, 2010). f. Tahapan dalam melakukan IMD Berikut ini adalah tata cara pelaksanaan IMD yang dipublikasikan oleh Kemeterian Kesehatan RI (2010) dalam Fikawati dkk tahun 2015, yaitu: Langkah 1: setelah kelahiran, lakukan penilaian pada bayi dan keringkan: 1) Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran. 2) Sambil meletakkan bayi di perut bawah ibu lakukan penilaian apakah bayi perlu resusitasi atau tidak. 3) Jika bayi stabil tidak memerlukan resusitasi, keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya dengan lembut tanpa menghilangkan verniks. Verniks akan membantu menyamankan dan menghangatkan bayi. Setelah dikeringkan, selimuti bayi dengan kain kering untuk menunggu 2 menit sebelum tali pusat di-klem.

10 15 4) Hindari mengeringkan punggung tangan bayi. Bau cairan amnion pada tangan bayi membantu bayi mencari puting ibunya yang berbau sama. 5) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal) kemudian suntikkan oksitosin 10 UI intra muskular pada ibu. Langkah 2: lakukan kontak kulit ibu dengan kulit bayi selama paling sedikit satu jam: 1) Setelah tali pusat dipotong dan diikat, letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada ibu. Kepala bayi harus berada di antara payudara ibu tapi lebih rendah dari puting. 2) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. 3) Lakukan kontak kulit bayi ke kulit ibu di dada ibu paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi. Hindari membersihkan payudara ibu. 4) Selama kontak kulit bayi ke kulit ibu tersebut, lakukan manajemen aktif, yaitu penatalaksanaan secara aktif seperti pengeluaran aktif plasenta untuk membantu menghindarkan terjadinya perdarahan pasca persalinan.

11 16 Langkah 3: Biarkan bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu: 1) Biarkan bayi mencari, menemukan puting dan mulai menyusu. 2) Anjurkan ibu dan orang lainnya untuk tidak menginterupsi menyusu misalnya memindahkan bayi dari satu payudara ke payudara lainnya. Menyusu pertama biasanya langsung sekitar menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara. Sebagian besar bayi akan berhasil menemukan puting ibu dalam waktu menit tapi tetap biarkan kontak kulit bayi dan ibu setidaknya 1 jam walaupun bayi sudah menemukan puting kurang dari 1 jam. 3) Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya hingga bayi selesai menyusu setidaknya 1 jam atau lebih bila bayi baru menemukan puting setelah 1 jam. 4) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi. 5) Jika bayi belum menemukan puting ibu-imd dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama menit berikutnya. 6) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu ke ruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang,

12 17 pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu. 7) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali. 8) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi dapat menyusu sesering keinginannya. g. Urutan perilaku bayi saat pertama kali menyusu 1) Bayi beristirahat dan melihat. Perkiraan waktunya menit pertama. 2) Bayi mulai mendecakkan bibir dan membawa jarinya ke mulut. Perkiraan waktunya menit setelah lahir dengan kulit terusmenerus tanpa terputus. 3) Bayi mengeluarkan air liur. 4) Bayi menendang, menggerakkan kaki, bahu, lengan dan badannya ke arah dada ibu dengan mengandalkan indra penciumannya. 5) Bayi meletakkan mulutnya ke puting ibu. Kemenkes (2010) dalam Fikawati dkk, 2015

13 18 2. Involusi Uterus a. Pengertian Involusi Uterus Involusi adalah pengembalian uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus (Roito dkk, 2013). Involusi/pengerutan uterus adalah uterus kembali ke kondisi semula seperti sebelum hamil dengan berat uterus 60 gram (Rahayu dkk, 2012). Selama proses involusi, uterus menipis dan mengeluarkan lochia yang diganti dengan endometrium baru. Setelah kelahiran bayi dan plasenta terlepas, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah yang menuju uterus berhenti dan ini disebut dengan iskemia. Otot redundant, fibrous dan jaringan elastis bekerja. Fagosit dalam pembuluh darah dipecah menjadi dua fagositosis. Enzim proteolitik diserap oleh serat otot yang disebut autolisis. Lisozim dalam sel ikut berperan dalam proses ini. Produk ini dibawah oleh pembuluh darah yang kemudian disaring diginjal. Lapisan desidua yang dilepaskan dari dinding uterus disebut lochia. Endometrium baru tumbuh dan terbentuk selama 10 hari postpartum dan menjadi sempurna sekitar 6 minggu. Proses involusi berlangsung sekitar 6 minggu (Wulandari dan Handayani, 2011). Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada pada garis tengah, kira-kira

14 19 2 cm dibawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini, uterus kira-kira sebesar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu kira-kira sebesar grapefruit atau jeruk asam dengan berat kira-kira 1000 gram (Roito dkk, 2013). b. Proses Involusi Uterus 1) Autolysis Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi didalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan. Sitoplasma sel yang berlebih akan tercerna sendiri sehingga tertinggal jaringan fibro elastik dalam jumlah renik sebagai bukti kehamilan. 2) Atrofi jaringan Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen dalam jumlah besar, kemudian mengalami atrofi sebagai reaksi terhadap penghentian produksi estrogen yang menyertai pelepasan plasenta. Selain perubahan atrofi pada otot-otot uterus, lapisan desidua akan mengalami atrofi dan terlepas dengan meninggalkan lapisan basal yang akan beregenerasi menjadi endometrium yang baru. 3) Efek Oksitosin (kontraksi) Intensitas kontraksi uterus meningkat segera setelah bayi lahir, hal ini terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume

15 20 intrauterine yang sangat besar. Hormon oksitosin yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus mengompresi pembuluh darah dan membantu proses hemostasis. Kontraksi dan retaksi otot uterin akan mengurangi suplai darah ke uterus. Proses ini akan membantu mengurangi bekas luka tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. Luka bekas perlekatan plasenta memerlukan waktu 8 minggu untuk sembuh total. Selama 1 sampai 2 jam pertama post partum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi teratur. Karena itu penting sekali menjaga dan mempertahankan kontraksi uterus pada masa ini. Suntikan oksitosin biasanya diberikan secara intravena atau intramuskuler segera setelah bayi lahir akan merangsang pelepasan oksitosin karena isapan bayi pada payudara (Wulandari dan Handayani, 2011). c. Perubahan-Perubahan Normal Pada Uterus Selama Postpartum Menurut Wulandari dan Handayani (2011), berikut perubahan uterus selama masa nifas.

16 21 Tabel 2.1 perubahan uterus masa nifas Involusi Tinggi Fundus Berat Uterus Diameter Palpasi Cervik Uterus Uteri Uterus Plasenta lahir Setinggi pusat 1000 gr 12,5 cm Lembut/lunak 7 hari Pertengahan 500 gr 7,5 cm 2 cm (minggu 1) antara pusat shympisis 14 hari Tidak teraba 350 gr 5 cm 1 cm (2 minggu) 6 minggu Normal 60 gr 2,5 cm Menyempit Perubahan involusi uterus ini dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan palpasi untuk meraba di mana TFU-nya. 1) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat 1000 gram. 2) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari di bawah pusat. 3) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat simpisis dengan berat 500 gram. 4) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis dengan berat 350 gram. 5) Pada 6 minggu post partum, fundus uteri mengecil (tak teraba) dengan berat 60 gram. (Sulistyawati, 2009). Selama proses involusi uterus berlangsung, berat uterus mengalami penurunan dari 1000 gram menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah dari 15 x 11 x 7,5 cm menjadi 7,5 x 5 x 2,5 cm. Setiap

17 22 minggu, berat uterus turun sekitar 500 gram dan servik menutup hingga selebar 1 jari. Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama TFU diatas symphisis pubis atau sekitar 12 cm. Hal ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke 7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke 10 TFU tidak teraba di symphisis pubis. Bila uterus mengalami atau terjadi kegagalan dalam proses involusi tersebut disebut subinvolusi. Subinvolusi dapat disebabkan oleh infeksi dan tertinggalnya sisa plasenta/perdarahan lanjut atau post partum haemorrhage (Wulandari dan Handayani, 2011). Gambar 2.2 Tinggi Fundus Uteri masa nifas Sumber : Wulandari dan Handayani (2011)

18 23 d. Faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus Proses involusi dapat terjadi secara cepat atau lambat, menurut Manuaba (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi involusi uterus antara lain: 1) Mobilisasi dini Aktivitas otot-otot ialah konraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah karena adanya pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan, dengan adanya konraksi dan retraksi yang terus menerus ini yang menyebabkan terganggunya peredaran darah dalam uterus yang mengakibatkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga ukuran otot-otot tersebut menjadi lebih kecil. 2) Status Gizi Status Gizi merupakan tingkat kecukupan gizi seseorang yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Status gizi yang kurang pada ibu post partum maka pertahanan pada dasar ligamentum latum yang terdiri dari kelompok infiltrasi sel-sel ulat yang disamping mengadakan pertahanan terhadap penyembuhan kuman bermanfaat pula untuk menghilangkan jaringan nefrotik, pada post partum dengan status gizi yang baik akan mampu menghindari serangan

19 24 kuman sehingga tidak terjadi infeksi dalam masa nifas dan mempercepat proses involusi uterus. 3) Menyusui Memberikan ASI segera setelah ibu melahirkan atau mempraktikkan inisiasi menyusu dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi involusi uterus. Hal ini dipicu oleh hormon oksitosin yang dihasilkan saat menyusui (Fikawati dkk, 2015). Pada proses menyusui ada reflex let down dari isapan bayi merangsang hipofise posterior mengeluarkan hormon oxytosin oleh darah hormon ini diangkat menuju uterus dan membantu uterus berkontraksi sehingga proses involusi uterus terjadi. 4) Usia Pada ibu yang usianya lebih tua banyak dipengaruhi oleh proses penuaan, dimana proses penuaan terjadi proses peningkatan jumlah lemak. Penurunan elastisitas otot dan penurunan penyerapan lemak, protein, serta karbohidrat. Bila proses ini dihubungkan dengan penurunan protein pada proses penuaan maka hal ini akan menghambat involusi uterus. 5) Paritas Paritas mempengaruhi involusi uterus, otot-otot yang terlalu sering teregang memerlukan waktu yang lama menurut Prawirohardjo, (2008) dalam Lestari (2014). Sampai dengan paritas tiga rahim ibu

20 25 bisa kembali seperti sebelum hamil. Setiap kehamilan rahim mengalami pembesaran, terjadi peregangan otot-otot rahim selama 9 bulan kehamilan. Akibat regangan tersebut, elastisitas otot-otot rahim tidak kembali seperti sebelum hamil setelah persalinan. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan lamanya proses pemulihan organ reproduksi (involusi uterus) pasca salin. Prawirohardjo (2005) dalam Martini (2012). 3. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Involusi uterus IMD dilakukan segera setelah bayi dilahirkan, bayi diletakkan di dada atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan puting ibunya. Dengan menghisap puting susu ibu terjadi perangsangan terhadap pembentukan ASI yang secara tak langsung rangsang isap membantu mempercepat pengecilan uterus karena pengisapan puting susu akan merangsang pelepasan hormon oksitosin yang dihasilkan oleh hypofisis posterior. Hormon oksitosin ini yang menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus, sehingga memicu rahim kembali ke posisi semula (Sumarah, dkk 2009).

21 26 Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu penelitian oleh Syelvi&Sami SF (2015) dengan judul hubungan inisiasi menyusu dini dengan involusi uterus ibu post partum normal hari ke 7 di RSUD Adnaan WD Payakumbuh. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara inisiasi menyusu dini dengan involusi uterus ibu post partum normal hari ke 7 (p = 0,003) dengan OR (21,66). Penelitian lain oleh Afriyanti, M (2010) tentang pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post Partum Di Klinik Bersalin Khadijjah dan Klinik Bersalin Wina Medan. Hasil uji t- independent diperoleh hasil TFU 2 jam setelah IMD didapatkan nilai p= dan TFU 12 jam setelah IMD didapatkan nilai p= 0.000, sedangkan TFU 7 hari setelah IMD diperoleh nilai p= Dari hasil penelitian ini diketahui IMD mempunyai pengaruh terhadap involusi uterus.

22 27 B. Kerangka Pemikiran IMD Isapan bayi Hipofise Posterior Hormon Oksitosin Faktor-faktor yang mempengaruhi Involusi Uteri : 1. Mobilisasi dini 2. Status Gizi 3. Usia 4. Paritas Kontraksi dan retraksi otot uterus Involusi uterus Gambar 2.3 Kerangka Penelitian Hubungan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dengan Involusi Uterus Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara inisiasi menyusu dini (IMD) dengan involusi uterus pada ibu post partum normal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusui Dini 1. Pengertian Inisiasi menyusui dini (early initation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir. Cara bayi melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini ( early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika organ reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas atau puerperium dimulai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Involusi uterus adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada enam bulan pertama. Selain itu, dalam proses menyusui yang

Lebih terperinci

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH,

PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) DI RUMAH SAKIT BERSALIN (RSB) ASIH DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH, PEDOMAN ASI EKSKLUSIF DAN INISIASI MENYUSUI DINI (IMD) RUMAH SAKIT BERSALIN KOTA METRO TAHUN 2014 KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BERSALIN ASIH NOMOR : TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ASI EKSKLUSIF

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM PENELITIAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN WAKTU PENGELUARAN KOLOSTRUM Helmi Yenie* dan Mugiati* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Peraturan Pemerintah (PP) No.33/2012 mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuatu yang terbaik tidaklah harus mahal, tapi ASI merupakan sesuatu yang terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI merupakan upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. INISIASI MENYUSU DINI 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok BAB V PEMBAHASAN A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok eksperimen sebesar 14,47

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Senam nifas a. Pengertian nifas Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Marmi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan bayi menemukan puting ibunya sendiri untuk pertama kali. Inisiasi menyusu dini yaitu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan nasional salah satu tujuannya yaitu membangun sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas agar tercipta masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. SDM yang

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

BAB 2. Tinjauan Pustaka. letak plasenta sebagai berikut: 1) bentuk oval atau bundar, 2) Ukuran cm,

BAB 2. Tinjauan Pustaka. letak plasenta sebagai berikut: 1) bentuk oval atau bundar, 2) Ukuran cm, 16 BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Plasenta 2.1.1. Bentuk Ukuran dan Letak Plasenta Purwaningsih dan Fatmawati (2013) menjelaskan bentuk ukuran dan letak plasenta sebagai berikut: 1) bentuk oval atau bundar,

Lebih terperinci

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI

PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017 24 PENGARUH INISIASI MENYUSU DINI TERHADAP KECEPATAN PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI Rafhani Rosyidah 1), Sulistyorimi 2) 1 Fakultas Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau permulaan menyusui dini adalah bayi mulai menyusui sendiri segera setelah lahir (Roesli, 2008). Inisiasi

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Konsep Teori Involusi Uteri 1. Pengertian Involusi adalah perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kontasepsi, asupan nutrisi. Perawatan payudara setelah persalinan (1-2) hari, dan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas adalah (puerperium) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira kira 6 minggu yang berlangsung antara berakhirnya organ-organ reproduksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Air Susu Ibu Air susu ibu (ASI) adalah makanan pertama alami untuk bayi yang memberikan energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi pada

Lebih terperinci

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Rista Apriana 1, Priharyanti Wulandari 2, Novita Putri Aristika 3 Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Niken Andalasari Periode Post Partum Periode post partum adalah masa enam minggu sejak bayi baru lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. IBU Surakarta, yang dikumpulkan pada tanggal November 2013, digilib.uns.ac.id 49 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Responden Data yang didapat adalah 57 orang subyek penelitian di RSIA AMANAH IBU Surakarta, yang dikumpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya ilmu kesehatan memberikan sebuah kontribusi baru bagi dunia kesehatan dan semakin berkembangnya pengetahuan dalam dunia kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa nifas (pueperium) adalah masa pulih kembali, setelah dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti saat sebelum hamil. Lama masa nifas yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Nifas Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi dan parous yang artinyamelahirkan atau berari masa setelah melahirkan. Masa nifas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013).

BAB I PENDAHULUAN UKDW kelahiran hidup (World Health Organization, 2012). perubahan pada tahun 2012 (Dinkes Jawa Tengah, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan masyarakat. Terdapat 536.000 ibu meninggal akibat persalinan maternal terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Involusi Uterus 1. Definisi involusi uterus Involusi merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke bentuk sebelum hamil dengan ukuran 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Masa Post Partum 2.1.1 Pengertian Masa Nifas Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketikaa organ kandungan kebali seperti keadaan sebelum hamil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita

BAB I PENDAHULUAN. dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode post partum merupakan masa lahirnya plasenta, selaput janin, dan kembalinya organ reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Wanita yang hamil akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjenis kelamin pria. Seorang pria biasanya menikah dengan seorang wanita BAB II TINJAUAN PUSTAKA C. Defenisi Peran Suami Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 2009, Suami merupakan pasangan hidup resmi seorang wanita. Suami adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN Judul : Hubungan Pengetahuan Bidan Praktek Swasta Dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung Morawa Medan tahun 2011.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Perilaku manusia adalah aktivitas yang timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu dan pengalaman seseorang dalam melakukan penginderaan terhadap suatu rangsangan tertentu. Pengetahuan atau kognitif

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG

Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Dinamika Kebidanan vol. 1 no.2 Agustus 2011 EFEKTIFITAS MENYUSUI PADA PROSES INVOLUSIO UTERI IBU POST PARTUM 0-10 HARI DI BPS KOTA SEMARANG Rifatul Bafiroh Farida Arintasari *) *) Akademi Kebidanan Abdi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Senam Nifas 1. Defenisi Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang berrtujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN Aris Puji Utami STIKES NU Tuban PRODI DIII Kebidanan ABSTRAK ASI adalah satu-satunya makanan yang paling

Lebih terperinci

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS Asuhan segera pada bayi baru lahir Adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. Aspek-aspek penting yang harus dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Kala I Bantu ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan Jika ibu tampak kesakitan, dukungan yg dapat dierikan : Perubahan posisi, tetapi jika

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut laporan WHO (2014) angka kematian ibu di Indonesia menduduki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta pembangunan seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KEBERHASILAN MENYUSUI BAYI DI BPM APRI OGAN ILIR Asnilawati Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang Email : Asnilawati86@gmail.com Abstrak Inisiasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling mahal sekalipun (Yuliarti, 2010). ASI eksklusif merupakan satu-satunya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI adalah makanan yang sempurna untuk bayi. Kandungan gizi yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya membuat ASI tidak tergantikan oleh susu formula yang paling

Lebih terperinci

II. DEFINISI INVOLUSI UTERI

II. DEFINISI INVOLUSI UTERI SUBINVOLUSI UTERI I. PENDAHULUAN Masa nifas adalah suatu periode dalam minggu minggu pertama setelah II. kelahiran. Lamanya periode ini tidak pasti, sebagian besar menganggapnya antara 4 sampai 6 minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inisaiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan proses satu jam pertama pasca bayi lahir, melatih bayi untuk secara naluriah menemukan sendiri puting susu ibunya. tindakan IMD

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Angka kematian neonatal yang mencapai 40% dari angka kematian anak umur bawah lima tahun (balita) belum dapat diturunkan. Diperkirakan 4 juta bayi baru lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Salah satu target yang ditentukan dalam tujuan ke-5 pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dwi Rukma Santi STIKES NU TUBAN ABSTRAK

PENDAHULUAN. Dwi Rukma Santi STIKES NU TUBAN ABSTRAK HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN KECEPATAN KELUARNYA ASI PADA IBU POST PARTUM DI BPS FIRDA TUBAN Correlation Early Breastfeeding Initiation With The Rapidity Of Galactosis In Puerperium At BPS Firda

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Desi Liana Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000

BAB I PENDAHULUAN. parameter utama kesehatan anak. Hal ini sejalan dengan salah satu. (AKB) dinegara tetangga Malaysia berhasil mencapai 10 per 1000 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan suatu indikator penting untuk menggambarkan kesehatan masyarakat dan merupakan salah satu parameter utama kesehatan anak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, tetapi sekaligus menggembirakan. Ada satu hal yang selama ini tidak disadari dan tidak dilakukan orangtua

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Inisiasi Menyusui Dini. bayi dan kulit ibu. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu, setelah puting BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inisiasi Menyusui Dini 2.1.1 Pengertian Inisiasi Menyusui Dini Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir (awal menyusu). Setelah lahir, bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. Menurut WHO/UNICEF Tahun 2004 menyusui adalah suatu cara yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Untuk Menyusui Tinjauan tentang menyusui meliputi definisi menyusui, manfaat menyusui, karakteristik ibu menyusui, teknik menyusui dan waktu menyusui. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7 HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN INVOLUSI UTERUS IBU POST PARTUM NORMAL HARI KE 7 Syelvi 1 Siti Fadma Sami 2 (1,2) Dosen Program Studi D III Kebidanan STIKes YARSI SUMBAR Bukittinggi Bukittinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih

BAB I PENDAHULUAN. Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara global angka pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan masih rendah. Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan Standar Pertumbuhan Anak yang kemudian diterapkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Anatomi Payudara Payudara terletak memanjang secara transversal dari batas lateral sternum ke garis midaxilla dan secara vertikal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS

PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP PROSES INVOLUSI UTERUS THE EFFECT OF OXYTOCIN MASSAGE TO INVOLUTION UTERINE PROCESS Debbiyatus Sofia Akademi Kebidanan Ibrahimy Sukorejo Situbondo Email: debbyatussofia@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Menyusui bayi di Indonesia sudah menjadi budaya namun praktik pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007 hanya

Lebih terperinci

Umur : tahun Pendidikan: 1. SD Pekerjaan: 1. IRT tahun 2.SMP 2.PNS tahun

Umur : tahun Pendidikan: 1. SD Pekerjaan: 1. IRT tahun 2.SMP 2.PNS tahun MASTER DATA KARAKTERISTIK RESPONDEN KELOMPOK INTERVENSI KELOMPOK KONTROL Nomor Umur Pendidikan Pekerjaan Nomor Umur Pendidikan Pekerjaan 1 2 2 1 1 3 3 1 2 2 3 1 2 1 1 1 3 1 1 1 3 2 3 3 4 3 5 3 4 3 3 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu diperkirakan 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup untuk periode 2008-2012 (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Proporsi penyebab

Lebih terperinci

1

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Post Partum merupakan keadaan dimana dimulainya setelah plasenta lahir dan berakhir ketika organ kandungan kembali seperti keadaan semula dan sebelum hamil yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya kesehatan khususnya upaya untuk meningkatkan kesehatan ibu dan bayi, karena itu pembangunan sumber daya manusia

Lebih terperinci

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS 1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung kirakira 6 minggu. Anjurkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG

HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG HUBUNGAN INISIASI MENYUSU DINI DENGAN PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NANGGALO PADANG Elda Yusefni (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT Data Dinas kesehatan kota Padang

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes

GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI. RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes GIZI SEIMBANG IBU MENYUSUI RINA HASNIYATI, SKM, M.Kes Menyusui adalah : Memberikan makanan dan minuman kepada bayi pada awal masa kehidupannya Di Indonesia kurang populer??? Ibu yang memberi ASI ekslusif

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Inisiasi Menyusu Dini 2.1.1. Pengertian Inisiasi Menyusu Dini Inisiasi Menyusu Dini (IMD) atau early initiation adalah permulaan menyusu dini atau bayi mulai menyusu sendiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pascapartum

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pascapartum BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Post Partum Periode pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inisiasi menyusui dini adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,2008). Ketika bayi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN

EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN EFEKTIVITAS ANTARA SENAM NIFAS VERSI A DAN SENAM NIFAS VERSI N TERHADAP KELANCARAN INVOLUSIO UTERI DI PUSKESMAS BINUANG TAHUN 2017 (Lina Fitriani,S.ST.,M.Keb) Salah satu komplikasi nifas adalah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehamilan, persalinan dan nifas merupakan suatu keadaan yang alamiah. Dimulai dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir dan nifas yang secara berurutan berlangsung

Lebih terperinci

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA

MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA MATERI KELAS IBU HAMIL PERTEMUAN KEDUA PERTEMUAN II * Persalinan - Tanda - tanda persalinan - Tanda bahaya pada persalinan - Proses persalinan - Inisiasi Menyusui Dini (IMD) * Perawatan Nifas - Apa saja

Lebih terperinci

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR

PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR PERAWATAN NEONATAL ESENSIAL PADA SAAT LAHIR 1. Penilaian Awal Untuk semua bayi baru lahir (BBL), dilakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Sebelum bayi lahir: Apakah kehamilan cukup bulan?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli,

BAB II TINJAUAN KASUS. menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya (Roesli, BAB II TINJAUAN KASUS A. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) 1. Pengertian Inisiasi menyusu dini (IMD) dalam istilah asing sering di sebut early inisiation adalah memberi kesempatan pada bayi baru lahir untuk

Lebih terperinci

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang)

PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang) PERANAN MOBILISASI DINI TERHADAP PROSES INVOLUSI PADA IBU POST PARTUM (Studi di Polindes Rabiyan Puskesmas Bunten Barat Kabupaten Sampang) Esyuananik, Anis Nur Laili Prodi Kebidanan, Jurusan Kebidanan

Lebih terperinci

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH Jadwal kunjungan di rumah Manajemen ibu post partum Post partum group Jadwal Kunjungan Rumah Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai keadaan

Lebih terperinci

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas

III.Materi penyuluhan a. Pengertian nifas b. Tujuan perawatan nifas c. Hal-hal yang perlu diperhatikan masa nifas d. Perawatan masa nifas SATUAN ACARA PENYULUHAN Topik : Perawatan Masa Nifas Hari Tanggal : Waktu : Sasaran : Ibu nifas Tempat : I. Latar belakang Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN 43 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pengaruh pijat punggung atau pijat oksitosin menggunakan minyak esensial lavender terhadap produksi ASI pasca

Lebih terperinci

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan

SERI BACAAN ORANG TUA. Faktor. Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin. Milik Negara Tidak Diperjualbelikan 01 SERI BACAAN ORANG TUA Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan & Perkembangan Janin Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air Susu Ibu (ASI) 2.1.1 Definisi ASI Menurut WHO (2005) dalam Kementerian Kesehatan (2014), ASI eksklusif berarti pemberian ASI saja tanpa makanan atau minuman lain (bahkan

Lebih terperinci

MANFAAT ASI BAGI BAYI

MANFAAT ASI BAGI BAYI HO4.2 MANFAAT ASI BAGI BAYI ASI: Menyelamatkan kehidupan bayi. Makanan terlengkap untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup kuantitas semua zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan 6 bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) 2015. Di negara berkembang, saat melahirkan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas mengenai aplikasi pijat oksitosin untuk meningkatkan produksi ASI pada ibu post sectio caesarea pada kasus Ny.S di Ruang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF

SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF Pokok Bahasan : Keperawatan Maternitas Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif Tempat : Puskesmas Turen Sasaran : Masyarakat yang berobat di Puskesmas Turen Tanggal : Waktu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kejadian seksio sesarea di Indonesia menurut data survey nasional pada tahun 2007 adalah 921.000 dari 4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, Indonesia masih menghadapi masalah rendahnya derajat kesehatan yang serius, antara lain masih tingginya Angka Kematian bayi (AKB) yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan di bahas yang pertama mengenai ASI Eksklusif, air susu ibu yang meliputi pengertian ASI, komposisi asi dan manfaat asi. Kedua mengenai persepsi yang meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah-masalah yang sering terjadi pada menyusui, terutama terdapat pada ibu primipara. Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet, payudara

Lebih terperinci

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta

KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS. Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta KOMPLIKASI PADA IBU HAMIL, BERSALIN, DAN NIFAS 1. Ketuban pecah Dini 2. Perdarahan pervaginam : Ante Partum : keguguran, plasenta previa, solusio Plasenta Intra Partum : Robekan Jalan Lahir Post Partum

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan generasi yang sehat, cerdas, dan taqwa merupakan tanggung jawab seluruh komponen masyarakat, baik dari kalangan pejabat tingkat atas sampai pada rakyat

Lebih terperinci

Universitas Indonesia

Universitas Indonesia 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Payudara 8 Untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya, organ payudara menjadi sumber utama dari kehidupan, karena air susu ibu (ASI) adalah makanan bayi

Lebih terperinci

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung

Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Inisiasi Menyusu Dini di BPS Hj. Umah Kec. Cidadap Kel. Ciumbuleuit Kota Bandung Wanda Redisa Lambertus 1 & Imelda Sianipar 1* 1 STIK Immanuel Bandung Abstrak Latar

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN DAN RELAKSASI HYPNOBIRTHING TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWALO PADA TAHUN 2015

PERBEDAAN EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN DAN RELAKSASI HYPNOBIRTHING TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWALO PADA TAHUN 2015 PERBEDAAN EFEKTIVITAS PIJAT OKSITOSIN DAN RELAKSASI HYPNOBIRTHING TERHADAP INVOLUSI UTERUS PADA IBU POST PARTUM DI PUSKESMAS RAWALO PADA TAHUN 2015 Ikma Lucy Setiani 1, Sumarni 2 s_oemarnie@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. lebih selama tahun kedua. ASI juga menyediakan perlindungan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) menyediakan nutrisi lengkap bagi bayi. ASI mengandung protein, mineral, air, lemak, serta laktosa. ASI memberikan seluruh kebutuhan nutrisi dan energi

Lebih terperinci