MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL TEKNIK MENGHIDUPKAN KOMPONEN MESIN PENCAMPUR ASPAL NO. KODE : FKK.MP I BUKU INFORMASI

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENDAHULUAN Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-Pengertian/Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV TEKNIK MENGHIDUPKAN KOMPONEN MESIN PENCAMPUR ASPAL Umum Persiapan Menghidupkan Mesin Pencampur Aspal Penyetelan Pengatur Pemanas pada Oil Heater Teknik Menghidupkan Komponen Penyalur Agregat Teknik Menghidupkan Komponen Penyalur Filler Pelumasan Komponen Mesin Pencampur Aspal BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 1 dari 73

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten di tempat kerja Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan Desain materi pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat dijadikan panduan pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi yang lebih menekankan kepada peran aktif peserta pelatihan dalam meningkatkan seluruh aspek kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. a. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. b. Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih Isi materi pelatihan a. Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. b. Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Halaman: 2 dari 73

4 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. c. Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. 2) Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. 3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. 6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan materi pelatihan a. Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: 1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. 2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. 3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja. b. Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: 1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih. 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency- RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan. Halaman: 3 dari 73

5 1.3.2 Persyaratan Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah: a. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau b. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau c. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama. 1.4 Pengertian-Pengertian / Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor. Halaman: 4 dari 73

6 1.4.7 Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 73

7 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Menghidupkan Komponen Mesin Pencampur Aspal sesuai dengan Prosedur - Kode Unit, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja; Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); Pemeliharaan Harian Mesin Pencampur Aspal; Teknik Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal untuk Menyalurkan Aspal; Teknik Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal untuk Menyalurkan Agregat dan Filler; Teknik Memroduksi Campuran Aspal Panas (Hormix); Kegiatan Akhir Produksi. 2.2 Pengertian Standar Kompetensi Unit kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Menghidupkan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan Durasi/waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Halaman: 6 dari 73

8 Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. 2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Kemampuan Awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal Komunikasi di Tempat kerja, Penerapan K3-L dan Pemeliharaan Harian Mesin Pencampur Aspal Judul Unit : Menghidupkan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan Kode Unit : Deskripsi Unit Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Melakukan persiapan untuk mesin pencampur aspal 1.1 Surat perintah kerja diinterpretasikan untuk memproduksi campuran aspal panas sesuai dengan job mix formula yang telah ditentukan. 1.2 Teknik pengoperasian mesin pencampur aspal (asphalt mixing plant) dalam manual pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal diinterpretasikan sebagai dasar dalam mengoperasikan mesin pencampur aspal dengan benar dan aman sesuai dengan. 1.3 Input data job mix formula dilakukan sesuai dengan. 1.4 Kondisi lingkungan kerja diperiksa untuk memastikan dalam kondisi aman. 1.5 Kompresor dihidupkan sesuai dengan. 1.6 Daftar simak (chek list) kondisi alat disiapkan untuk mencatat kondisi dan kelainan komponen selama pengoperasian mesin pencampur aspal. Halaman: 7 dari 73

9 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 2. Menyetel pengatur pemanasan pada oil heater 2.1 Sumber daya listrik/bahan bakar diperiksa ketersediaannya untuk mengoperasikan oil heater. 2.2 Batas-batas temperatur (thermostat) diatur pada posisi yang ditentukan. 2.3 Katup pipa distribusi oli pemanas diperiksa untuk memastikan berada pada posisi yang benar. 2.4 Pompa oil heater dihidupkan untuk mengalirkan oli dalam sistem oil heater. 2.5 Alat pemanas pada oil heater dihidupkan untuk memanaskan oli dalam oil heater 3. Menghidupkan komponen penyalur agregat sesuai dengan 4. Menghidupkan komponen penyalur filler 5. Melakukan pemeliharaan setelah komponen mesin pencampur aspal 3.1 Exhaust fan dihidupkan setelah pompa air dihidupkan sesuai. 3.2 Mixer dihidupkan sesuai. 3.3 Vibrating screen dihidupkan sesuai. 3.4 Hot elevator dihidupkan sesuai. 3.5 Dryer dihidupkan sebelum belt conveyor (penghubung cold conveyor ke dryer) dihidupkan sesuai. 3.6 Dryer burner dinyalakan sesuai dengan. 4.1 Komponen penyalur filler diperiksa kesiapannya /kondisinya. 4.2 Konveyor ulir (screw conveyor) storage filler (bila dilengkapi) dihidupkan sesuai dengan. 4.3 Filler elevator dihidupkan sesuai dengan. 5.1 Komponen yang bergerak dipantau untuk memastikan berfungsi dengan baik. 5.2 Kemungkinan adanya kebocoran aspal diperiksa sesuai. 5.3 Panel monitor diperiksa untuk memastikan berfungsi dengan baik. 5.4 Kondisi komponen dan kelainan yang terjadi dicatat selama komponen mesin pencampur aspal Batasan Variabel a. Kontek Variabel 1) Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja untuk mesin pencampur aspal sesuai dengan ; 2) Unit kompetensi ini diterapkan di tempat kerja dengan dukungan ketersediaan mesin pencampur aspal dalam kondisi baik dan material produksi dan bahan untuk operasi yang telah disiapkan sebelumnya; 3) Unit kompetensi ini diterapkan untuk mesin pencampur aspal tipe batch dalam kondisi lingkungan yang mendukung. Halaman: 8 dari 73

10 b. Perlengkapan yang diperlukan 1) Alat: a) Mesin pencampur aspal, siap operasi; b) Alat Pelindung Diri (APD); c) Alat Pengaman Kerja (APK). 2) Bahan: a) Surat Perintah Kerja dan Job Mix Formula; b) Material produksi; c) Bahan bakar; d) Buku petunjuk pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal; e) Daftar simak (check list) kondisi alat. c. Tugas-tugas yang harus dilakukan : 1) Melakukan persiapan untuk mesin pencampur aspal; 2) Menyetel pengatur pemanasan aspal pada oil heater; 3) Menghidupkan komponen penyalur agregat sesuai dengan ; 4) Menghidupkan komponen penyalur filler; 5) Melakukan pemeliharaan setelah komponen mesin pencampur aspal. d. Peraturan-peraturan yang diperlukan 1) Undang-undang tentang Keselamatan Kerja dan peraturan lainnya terkait dengan keselamatan kerja. 2) Undang-undang tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup dan peraturan lainnya terkait dengan pencegahan pencemaran lingkungan. 3) Pedoman Pemeliharaan dan Pengoperasian (Operation and Maintenance Manual) Mesin Pencampur Aspal. 4) Manual Pemeriksaan Unit Pencampur Aspal Panas (Asphal Mixing Plant) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum Panduan Penilaian a. Penjelasan Pengujian 1) Prosedur penilaian Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja dengan menggunakan metode uji yang tepat untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Halaman: 9 dari 73

11 2) Tempat Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat. 3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya : FKK.MP : Melakukan komunikasi dan kerjasama di tempat kerja; FKK.MP : Menerapkan ketentuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan di tempat kerja; FKK.MP : Melakukan pemeliharaan mesin pencampur aspal. 4) Keterkaitan dengan kompetensi lain: FKK.MP : Mengoperasikan mesin pencampur aspal untuk menyalurkan aspal sesuai dengan ; FKK.MP : Mengoperasikan mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan ; FKK.MP : Melakukan pencampuran agregat, filler dan aspal dalam mixer untuk memroduksi campuran aspal panas (hotmix); FKK.MP : Melakukan kegiatan akhir produksi. b. Kondisi Pengujian 1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan melakukan persiapan pengoperasian mesin pencampur aspal, menyetel pengatur pemanasan pada oil heater, komponen penyalur agregat, komponen penyalur filler sesuai dengan dan melakukan pemeliharaan setelah komponen mesin pencampur aspal, sebagai bagian dari pekerjaan pengoperasian mesin pencampur aspal untuk memroduksi campuran aspal panas (hotmix); 2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis dan demonstrasi/praktek; 3) Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training ground) dan atau di tempat kerja. c. Pengetahuan yang diperlukan: 1) Komunikasi; 2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); 3) Struktur dan fungsi komponen mesin pencampur aspal; 4) Pedoman Pemeliharaan dan Pengoperasian (Operation and Maintenance Manual) Mesin Pencampur Aspal; Halaman: 10 dari 73

12 5) Pengetahuan material campuran aspal panas; 6) Pengoperasian komputer; 7) Matematika; 8) Sistem pelaporan. d. Keterampilan yang dibutuhkan : 1) Melakukan komunikasi dengan benar di tempat kerja; 2) Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan selama mengoperasikan mesin pencampur aspal; 3) Melakukan persiapan mesin pencampur aspal sesuai dengan ; 4) Menyetel pengatur pemanasan pada oil heater; 5) Menghidupkan komponen penyalur agregat sesuai dengan ; 6) Menghidupkan komponen penyalur filler sesuai dengan ; 7) Melakukan pemeliharaan setelah komponen mesin pencampur aspal. e. Aspek Kritis 1) Ketelitian dalam melakukan persiapan untuk mesin pencampur aspal; 2) Ketelitian dalam melakukan inputing data job mix formula; 3) Kedisiplinan dalam melakukan penyetela pengatur pemanasan pada oil heater; 4) Kecermatan dalam melakukan pekerjaan komponen penyalur agregat sesuai dengan ; 5) Kecermatan dalam melakukan pekerjaan komponen penyalur filler sesuai dengan ; 6) Kecermatan dalam melakukan pemeliharaan setelah komponen mesin pencampur aspal; 7) Kedisiplinan dalam mencatat kondisi dan kelainan yang terjadi selama komponen mesin pencampur aspal Kompetensi Kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1 2 Halaman: 11 dari 73

13 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara mandiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan / Perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Permulaan dari Proses Pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. b. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan Terhadap Tugas Praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh Penilaian Melaksanakan tugas terkait penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan. Halaman: 12 dari 73

14 3.2. Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar Secara Mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar Berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar Terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, dan strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan: Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menghidupkan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan : Melakukan persiapan untuk mesin pencampur aspal Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Surat perintah kerja diinterpretasikan untuk memroduksi campuran aspal panas sesuai dengan job mix formula yang telah ditentukan. 1) Dapat menginter- Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan dapat menginterpretasikan surat 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan penginterpretasian surat perintah ke dalam pelaksanaan tugas operator 2. Menjelaskan penginpretasian 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 120 Halaman: 13 dari 73

15 pretasikan surat perintah ke dalam pelaksanaan tugas operator. 2) Dapat menginterpretasikan surat perintah kerja ke dalam jenis campuran aspal panas (hotmix) yang akan diproduksi. 3) Dapat menginterpretasikan job mix formula ke dalam jenis dan kualitas campuran aspal panas yang akan diproduksi. perintah kerja untuk memroduksi campuran aspal panas sesuai dengan job mix formula yang telah ditentukan surat perintah kerja ke dalam jenis campuran aspal panas (hotmix) yang akan diproduksi 3. Menjelaskan penginterpretasian job mix formula ke dalam jenis dan kualitas campuran aspal panas yang akan diproduksi. 4. Diskusi kelompok : - Prosedur penginterpretasian surat perintah ke dalam pelaksanaan tugas operator. - Prosedur penginpretasian surat perintah kerja ke dalam jenis campuran aspal panas (hotmix) yang akan diproduksi - Prosedur penginterpretasian job mix formula ke dalam jenis dan kualitas campuran aspal panas yang akan diproduksi 5. Memperagakan: - Penginterpretasian surat perintah kerja ke dalam jenis hotmix yang akan diproduksi sesuai dengan JMF 2. Peraturan K3L 3. SOP Perusahaan 180* 135** 1.2 Teknik pengoperasian mesin pencampur aspal (asphalt mixing plant) dalam manual pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal diinterpretasikan sebagai dasar dalam mengoperasikan mesin pencampur aspal dengan benar dan aman sesuai dengan. 1) Dapat menginterpretasikan teknik pengoperasian mesin pencampur aspal pada buku petunjuk ke dalam metode pelaksanaan produksi campuran aspal panas (hotmix). 2) Dapat menginterpretasikan teknik pengoperasian mesin pencampur aspal pada buku Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan dapat menginterpretasikan teknik pengoperasian mesin pencampur aspal (asphalt mixing plant) dalam manual pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal sebagai dasar dalam mengoperasikan mesin pencampur aspal dengan benar dan aman sesuai dengan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan - Contoh JMF 1. Menjelaskan metode pelaksanaan produksi campuran aspal panas (hotmix) berdasarkan teknik pengoperasian mesin pencampur aspal pada petunjuk pengoperasian 2. Menjelaskan teknik pengoperasian mesin pencampur aspal yang benar dan aman berdasarkan teknik pengoperasian mesin pencam pur aspal pada petunjuk peme liharaaan dan pengoperasian 3. Menjelaskan penerapan K3 selama pengoperasian mesin pencampur aspal berdasarkan ramburambu K3 yang tercantum dalam buku petunjuk peme 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 45 Halaman: 14 dari 73

16 petunjuk ke dalam teknik pengoperasian yang benar dan aman. 3) Dapat menginterpretasikan ramburambu K3 yang tercantum dalam buku petunjuk ke dalam penerapan K3 selama pengoperasian mesin pencampur aspal liharaaan dan pengoperasian 4. Melakukan diskusi kelompok: - Penginterpretasian surat perintah kerja - Metode pengoperasian mesin pencampur aspal berdasarkan teknik pengoperasian pada buku petunjuk pengoperasian 45* 1.3 Input data job mix formula dilakukan sesuai dengan. 1) Dapat menginterpretasikan job mix formula menjadi data input untuk memroduksi campuran aspal panas. 2) Mampu melakukan input data job mix formula ke dalam sistem operasi mesin pencampur aspal sesuai. 3) Mampu mengidentifikasi bahwa data yang dimasukkan telah benar sesuai dengan job mix formula. 1.4 Kondisi lingkungan kerja diperiksa untuk memastikan dalam kondisi aman 1) Dapat mengidentifikasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan dapat melakukan input data job mix formula sesuai dengan. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan dapat 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik melakukan input data job mix formula 5. Praktik mengiden tifikasi data yang dimasukkan telah benar sesuai dengan JMF 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik - Penerapan K3 1. Menjelaskan penginterpretasian job mix formula menjadi data input untuk memroduksi campuran aspal panas 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan input data job mix formula ke dalam sistem operasi mesin pencampur aspal 3. Menjelaskan cara langkah pengidentifikasian data yang dimasukkan telah benar sesuai dengan job mix formula 4. Diskusi kelompok : - Prosedur penginterpretasian job mix formula menjadi data input untuk memroduksi campuran aspal panas - Prosedur pelaksanaan input data job mix formula ke dalam sistem operasi mesin pencampur aspal - Pengidentifikasian data yang dimasukkan telah benar sesuai dengan job mix formula 5. Mendemonstrasikan pelaksanaan inputing data dan pengidentifikasian data job mix formula yang dimasukan telah benar sesuai 1. Menjelaskan cara pengidentifikasian jenis bahaya dan hambatan lingkungan kerja pada pengoperasian 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Job mix formula 3. Pengetahuan dasar pengoperasian komputer 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur 30 45* 60*** 15 Halaman: 15 dari 73

17 jenis bahaya dan hambatan lingkungan kerja pada pengoperasian mesin pencampur aspal 2) Mampu memeriksa kondisi lingkungan dari kemungkinan adanya bahaya atau rintangan yang akan menghambat kelancaran pengoperasian mesin pencampur aspal 3) Dapat menentukan kondisi lingkungan dalam keadaan aman untuk mengoperasikan mesin pencampur aspal memeriksa kondisi lingkungan kerja untuk memastikan dalam kondisi aman. pemeriksaan kondisi lingkungan mesin pencampur aspal 2. Menjelaskan pemeriksaan kondisi ling kungan dari kemung kinan adanya bahaya dan hambatan kerja serta menunjukkan contoh bahaya atau rintangan yang akan mengham bat kelancaran pengoperasian mesin pencampur aspal 3. Menjelaskan untuk menentukan kondisi lingkungan dalam keadaan aman untuk mengoperasikan mesin pencampur aspal 4. Diskusi kelompok : - Cara pengidentifikasian jenis bahaya dan hambatan lingkungan kerja pada pengoperasian mesin pencampur aspal - Pemeriksaan kondisi ling kungan dari kemung kinan adanya bahaya dan hambatan kerja serta menunjukkan contoh bahaya atau rintangan yang akan mengham bat kelancaran pengoperasian mesin pencampur aspal - Prosedur penentuan kondisi lingkungan dalam keadaan aman untuk mengoperasikan mesin pencampur aspal 5. Mendemonstrasikan pelaksanaan pemeriksaan kondisi lingkungan dari kemung kinan adanya bahaya atau rintangan yang akan menghambat kelancaran Aspal 2. SOP Perusahaan 20* 25*** 1.5 Kompresor dihidupkan sesuai dengan 1) Dapat menjelaskan untuk kompresor 2) Dapat menentukan kesiapan operasi kompresor berdasar hasil Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu kompresor sesuai dengan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 4. Praktik kompresor sesuai pekerjaan 1. Menjelaskan untuk kompresor 2. Menjelaskan kriteria untuk menentukan kesiapan operasi kompresor 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan menghidup- 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 15 Halaman: 16 dari 73

18 pemeliharaan harian 3) Mampu kompresor sesuai dengan 4) Mampu memeriksa kondisi operasi kompresor sesuai dengan 5) Mampu melakukan pemeliharaan kompresor setelah dihidupkan dengan kan kompresor 4. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan kondisi operasi kompresor 5. Menjelaskan langkah pelaksanaan untuk melakukan pemeliharaan kompresor setelah dihidupkan 6. Diskusi kelompok : - Prosedur untuk kompresor - Prosedur kompresor - Prosedur pemeriksaan kondisi operasi kompresor - Prosedur pemeliharaan kompresor setelah dihidupkan 7. Mendemonstrasikan pelaksanaan kompresor dan pemeriksaan kondisi operasi serta melakukan pemeliharaan kompresor 30* 45*** 1.6 Daftar simak (chek list) kondisi alat disiapkan untuk mencatat kondisi dan kelainan komponen selama pengoperasian mesin pencampur aspal 1) Dapat menjelaskan jenis daftar simak yang dipakai untuk mencatat kondisi dan kelainan komponen selama pengoperasian mesin pencampur aspal 2) Dapat menentukan jenis daftar simak kondisi alat yang akan dipakai selama pengoperasian mesin pencampur aspal 3) Dapat menyiapkan daftar simak kondisi alat sesuai dengan kebutuhan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan dapat menyiapkan daftar simak (chek list) kondisi alat untuk mencatat kondisi dan kelainan komponen selama pengoperasian mesin pencampur aspal 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan setelah dihidupkan 1. Menjelaskan jenis daftar simak yang dipakai untuk mencatat kondisi dan kelainan komponen selama pengoperasian mesin pencampur aspal 2. Menjelaskan tata cara untuk menentukan jenis daftar simak kondisi alat yang akan dipakai selama pengoperasian mesin pencampur aspal 3. Menjelaskan tata cara penyiapan daftar simak kondisi alat 4. Diskusi kelompok : - Jenis daftar simak yang dipakai untuk mencatat kondisi dan kelainan komponen selama pengoperasian mesin pencampur aspal - Tata cara untuk menentukan jenis daftar simak kondisi alat yang akan dipakai selama pengoperasian mesin 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Sistem pelaporan di perusahaan 15 30* Halaman: 17 dari 73

19 pencampur aspal - Tata cara penyiapan daftar simak kondisi alat 5. Memperagakan: 45** - Penyiapan daftar simak Diskusi Kelompok: Prosedur penginterpretasian surat perintah ke dalam pelaksanaan tugas operator - Prosedur penginterpretasian surat perintah kerja ke dalam jenis produksi campuran aspal panas (hotmix) berdasarkan teknik pengoperasian mesin pencampur aspal pada petunjuk pengoperasian. - Prosedur melakukan input data job mix formula aspal panas. - Prosedur pemeriksaan kondisi lingkungan. - Prosedur kompresor. - Tata cara penyiapan daftar simak kondisi alat. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 1.1 s.d KUK 1.6, sebelum melaksanakan kegiatan praktik. Pelaksanaan praktik: Inputing data dan pengidentifikasian data job mix formula yang dimasukan - Pemeriksaan kondisi lingkungan dari kemungkinan adanya bahaya atau rintangan yang akan menghambat kelancaran pekerjaan - Menghidupkan kompresor dan pemeriksaan kondisi operasi serta melakukan pemeliharaan kompresor setelah dihidupkan Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 1.1 s.d KUK 1.6, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur. Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menyetel pengatur pemanasan pada oil heater Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Sumber daya listrik/bahan bakar diperiksa ketersediaannya untuk mengoperasikan oil heater 1) Dapat mengidentifikasi panel distribusi listrik untuk mengoperasikan oil heater 2) Mampu memeriksa ketersediaan sumber daya listrik untuk mengoperasikan oil heater 3) Mampu memeriksa ketersediaan bahan bakar untuk mengoperasikan oil heater Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memeriksa ketersediaan sumber daya listrik/bahan bakar untuk mengoperasikan oil heater 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik dan bahan bakar 1. Menjelaskan tata cara pengidentifikasian panel distribusi listrik dan memberkan contoh indikator pada panel distribusi listrik untuk mengoperasikan oil heater 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik untuk mengoperasikan oil heater 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan ketersediaan bahan bakar untuk mengoperasikan oil heater 4. Diskusi kelompok : - Tata cara pengidentifikasian panel distribusi listrik dan memberikan contoh indikator pada panel distribusi listrik untuk mengoperasikan oil heater - Prosedur pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 15 30* Halaman: 18 dari 73

20 untuk mengoperasikan oil heater - Prosedur pemeriksaan ketersediaan bahan bakar untuk mengoperasikan oil heater 5. Mendemonstrasikan pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik dan bahan bakar untuk mengoperasikan oil 35*** 2.2 Batas-batas temperatur (thermostat) diatur pada posisi yang ditentukan 1) Dapat menjelaskan ketentuan temperatur pemanasan aspal pada oil heater 2) Mampu melakukan pemeriksaan kondisi dan fungsi thermostat sesuai dengan 3) Mampu mengatur posisi batas temperatur pada thermostat 2.3 Katup pipa distribusi oli pemanas diperiksa untuk memastikan berada pada posisi yang benar 1) Dapat menjelaskan posisi bukaan katup pipa distribusi. 2) Mampu memosisikan bukaan katup untuk sirkulasi atau untuk pemanasan aspal 3) Mampu memeriksa bukaan katup pada posisi yang benar atau mengatur pada posisi bukaan yang benar Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu mengatur batas-batas temperatur (thermostat) pada posisi yang ditentukan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memeriksa katup pipa distribusi oli pemanas untuk memastikan berada pada posisi yang benar 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pemeriksaan kondisi dan fungsi serta mengatur betas temperatur pada thermostat 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memosisikan bukaan katup pada posisi sirkulasi atau pemanasan aspal heater 1. Menjelaskan ketentuan temperatur pada proses pemanasan aspal pada oil heater 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan kondisi dan fungsi thermostat 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan pengaturan posisi batas temperatur pada thermostat 4. Diskusi kelompok : - Ketentuan temperatur pada proses pemanasan aspal pada oil heater - Prosedur pemeriksaan kondisi dan fungsi thermostat - Prosedur pengaturan posisi batas temperatur pada thermostat 5. Mendemonstrasikan pemeriksaan kondisi dan fungsi thermostat serta pengaturan batas temperatur pada thermostat 1. Menjelaskan fungsi bukaan katup distribusi contoh posisi bukaan katup 2. Menjelaskan memposisikan contoh posisi bukaan katup distribusi untuk posisi sirkulasi dan pemanasan aspal 3. Menjelaskan pemeriksaan bukaan katup dan menunjukkan contoh posisi bukaan ka tup atau mengatur bukaan katup pada posisi yang benar 4. Diskusi kelompok : 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 10 20* 30*** 10 20* Halaman: 19 dari 73

21 Fungsi bukaan katup distribusi dan menunjukkan contoh posisi bukaan katup - Prosedur memposisikan dan menunjukkan contoh posisi bukaan katup distribusi untuk posisi sirkulasi dan pemanasan aspal - Prosedur pemeriksaan bukaan katup contoh posisi bukaan ka tup atau mengatur bukaan katup pada posisi yang benar 5. Mendemonstrasikan memposisikan bukaan katup dan memeriksa bukaan katup pada posisi 30*** 2.4 Pompa oil heater dihidupkan untuk mengalirkan oli dalam sistem oil heater 1) Dapat menjelaskan fungsi sirkulasi oli panas pada oil heater. 2) Mampu memeriksa kecukupan oli dalam tangki ekspansi sesuai dengan 3) Mampu pompa oil heater untuk melakukan sirkulasi dalam sistem oil heater sesuai dengan 2.5 Alat pemanas pada oil heater dihidupkan untuk memanaskan oli dalam oil heater Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu pompa oil heater untuk mengalirkan oli dalam sistem oil heater Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memeriksa kecukupan oli dan meng hidupkan pompa oil heater 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok yang benar 1. Menjelaskan fungsi sirkulasi oli panas dalam sistem oil heater 2. Menjelaskan langkah pemeriksaan kecukupan oli dalam tangki ekspansi 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan pompa oil heater untuk melakukan sirkulasi dalam sistem oil heater 4. Diskusi kelompok : - Fungsi sirkulasi oli panas dalam sistem oil heater - Prosedur pemeriksaan kecukupan oli dalam tangki ekspansi - Prosedur pompa oil heater untuk melakukan sirkulasi dalam sistem oil heater 5. Mendemonstrasikan pemeriksaan oli dalam tangki ekspansi dan pelaksanaan pompa oil heater untuk mensrkulasikan oli panas dalam sistem oil heater 1. Menjelaskan proses pemanasan oli dalam sistem oil heater 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengopera * 60*** 15 Halaman: 20 dari 73

22 ) Dapat menjelaskan proses pemanasan oli dalam sistem oil heater mampu alat pemanas pada oil heater 3. Praktik memeriksa kondisi burner 2. Menjelaskan langkah pemeriksaan kondisi sian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 2) Mampu memeriksa kondisi alat pemanas (burner) pada oil heater sesuai 3) Mampu memeriksa kondisi dan kecukupan bahan bakar 4) Harus mampu alat pemanas (burner) sesuai dengan untuk memanaskan oli dalam oil heater dan kecukupan bahan bakar serta burner burner pada oil heater 3. Menjelaskan langkah pemeriksaan kondisi dan kecukupan bahan bakar 4. Menjelaskan langkah pelaksanaan burner pada sistem oil heater 5. Diskusi kelompok : - Proses pemanasan oli dalam sistem oil heater - Prosedur pemeriksaan kondisi burner pada oil heater - Prosedur pemeriksaan kondisi dan kecukupan bahan bakar - Prosedur burner pada sistem oil heater 6. Mendemonstrasikan: 30* 60*** - Pemeriksaan kondisi burner - Pemeriksaan kecukupan bahan bakar - Pelaksanaan burner Diskusi Kelompok: Prosedur pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik dan bahan bakar untuk mengoperasikan oil heater - Prosedur pemeriksaan kondisi dan fungsi thermostat serta pengaturan batas temperatur pada thermostat. - Prosedur pemeriksaan bukaan katup - Prosedur pemeriksaan oli dalam tangki ekspansi dan pelaksanaan pompa oil heater untuk menyirkulasikan oli panas dalam sistem oil heater. - Prosedur pemanasan oli dalam sistem oil heater Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 2.1 s.d KUK 2.5, sebelum melaksanakan kegiatan praktik. Pelaksanaan praktik: Pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik dan bahan bakar untuk mengoperasikan oil heater - Pemeriksaan kondisi dan fungsi thermostat serta penga-turan batas temperatur pada thermostat - Memosisikan bukaan katup dan memeriksa bukaan katup pada posisi yang benar - Pemeriksaan oli dalam tangki ekspansi dan pelaksanaan pompa oil heater untuk menyirkulasikan oli panas dalam sistem oil heater - Melakukan pemanasan oli dalam system oil heater, Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 2.1 s.d KUK 2.5, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur. Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menghidupkan komponen penyalur agregat sesuai dengan Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Halaman: 21 dari 73

23 Exhaust fan dihidupkan setelah pompa air dihidupkan sesuai 1) Dapat menjelaskan hubungan antara pengoperasian pompa air dan exhaust fan. 2) Mampu memeriksa kesiapan operasi pompa air 3) Mampu pompa air sesuai dengan 4) Mampu memeriksa kondisi exhaust fan secara visual sesuai 5) Mampu exhaust fan sesuai 6) Mampu memantau kondisi operasi pompa air dan exhaust fan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu exhaust fan setelah pompa air dihidupkan sesuai 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pompa air, exhaust fan dan memantau kondisi operasi pompa air dan exhaust fan 1. Menjelaskan hubungan pengoperasian pompa air dan exhaust fan 2. Menjelaskan langkah pemeriksaan kesiapan operasi pompa air 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan pompa air 4. Menjelaskan langkah pemeriksaan kondisi exhaust fan 5. Menjelaskan langkah pelaksanaan exhaust fan 6. Menjelaskan langkah pemantauan kondisi operasi pompa air dan exhaust fan 7. Diskusi kelompok : - Hubungan pengoperasian pompa air dan exhaust fan - Prosedur pemeriksaan kesiapan operasi pompa air - Prosedur pompa air - Prosedur pemeriksaan kondisi exhaust fan - Prosedur exhaust fan - Prosedur pemantauan kondisi operasi pompa air 8. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kesiapan operasi dan pelaksanaan pompa air - Pemeriksaan kondisi dan pelaksanaan exhaust fan - Pemantauan kondisi operasi pompa air dan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 15 30* 60*** 3.2 Mixer dihidupkan sesuai 1) Dapat menjelaskan mixer Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu mixer 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik menghi- exhaust fan 1. Menjelaskan mixer 2. Menjelaskan pemeriksaan dan menunjukkan contoh 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur 10 Halaman: 22 dari 73

24 ) Mampu memeriksa gate pengeluaran mixer dalam kondisi tertutup 3) Mampu mixer sesuai dengan 4) Mampu mendeteksi kelainan suara selama mixer dihidupkan sesuai dupkan mixer dan mendeteksi kelainan suara selama mixer dihidupkan bukaan gate pengeluaran pada mixer 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan mixer 4. Menjelaskan langkah pemeriksaan kelainan suara selama mixer dihidupkan. Aspal 2. K3L 5. Diskusi kelompok : 20* - Prosedur mixer - Prosedur pemeriksaan bukaan gate pengeluaran pada mixer - Prosedur mixer - Prosedur pemeriksaan kelainan suara selama mixer dihidupkan. 6. Mendemonstrasikan: 30*** - Contoh bukaan gate - Menghidupkan mixer - Pemeriksaan 3.3 Vibrating screen dihidupkan sesuai 1) Dapat menjelaskan vibrating screen 2) Mampu memeriksa kondisi ayakan (sieve) dan baut ikatannya sesuai dengan 3) Harus mampu vibrating screen sesuai dengan 4) Mampu memeriksa amplitudo getarannya dan kelainan suara yang terjadi setelah vibrating screen dihidupkan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu vibrating screen sesuai 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik vibrating screen dan mendeteksi kelainan suara selama vibrating screen dihidupkan kelainan 1. Menjelaskan vibrating screen 2. Menjelaskan pemeriksaan dan menunjukkan contoh kondisi ayakan (sieve) dan baut ikatannya 3. Menjelaskan dan menunjuk-kan langkah pelaksanaan meng-hidupkan vibrating screen 4. Menjelaskan dan menunjuk-kan langkah peme-riksaan amplitudo getaran dan kelainan suara yang terjadi selama vibrating screen dihidupkan 5. Diskusi kelompok : - Prosedur vibrating screen - Prosedur pemeriksaan kondisi ayakan (sieve) dan baut ikatannya - Prosedur vibrating screen - Prosedur pemeriksaan amplitudo 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 15 30* Halaman: 23 dari 73

25 getaran dan kelainan suara yang terjadi selama vibrating screen dihidupkan 6. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kondisi ayakan - Pelaksanaan vibrating screen - Pemeriksaan amplitude getaran dan kelainan suara selama vibrating 60*** 3.4 Hot elevator dihidupkan sesuai 1) Dapat menjelaskan hot elevator 2) Mampu memeriksa ulang kondisi komponen hot elevator untuk meyakinkan bahwa elevator dapat beroperasi dengan baik 3) Harus mampu hot elevator sesuai dengan 4) Mampu memantau gerakan elevator secara fisik atau melalui panel kontrol 3.5 Dryer dihidupkan sebelum belt conveyor (penghubung cold conveyor ke dryer) dihidupkan sesuai 1) Dapat menjelaskan hubungan pengoperasian dryer dan belt Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu hot elevator sesuai Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu dryer sebelum belt conveyor (penghubung cold conveyor ke dryer) dihidupkan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik hot elevator dan mendetek si kelainan suara selama vibrating screen dihidupkan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik dryer, belt conveyor dan memeriksa kondisi screen dihidupkan 1. Menjelaskan hot elevator 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan ulang kondisi komponen hot elevator 3. Menjelaskan dan menunjukan langkah pelak-sanaan menghidup-kan hot elevator 4. Menjelaskan langkah peman-tauan gerakan hot elevator 5. Diskusi kelompok : - Prosedur hot elevator - Prosedur pemeriksaan ulang kondisi komponen hot elevator - Prosedur hot elevator - Prosedur pemantauan gerakan hot elevator 6. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan ulang kondisi komponen hot elevator - Pelaksanaan hot elevator - Pemantauan gerakan elevator secara fisik atau melalui panel kontrol 1. Menjelaskan hubungan pengoperasian dryer dan belt conveyor 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan ulang kondisi komponen dryer 3. Menjelaskan dan menunjuk- 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 10 20* 30*** 10 Halaman: 24 dari 73

26 conveyor 2) Mampu memeriksa ulang secara visual komponen dryer untuk memastikan kesiapan operasinya 3) Harus mampu dryer sesuai dengan 4) Mampu memeriksa kecepatan putar dryer sesuai dengan 5) Mampu memeriksa ulang kondisi belt conveyor untuk memastikan kesiapan operasinya 6) Harus mampu belt sesuai operasi sesuai kan langkah pelaksanaan dryer 4. Menjelaskan langkah pemantauan kecepatan putar dryer 5. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan ulang kondisi belt conveyor 6. Menjelaskan langkah pelaksanaan belt conveyor 7. Menjelaskan langkah pemeriksaan kondisi operasi belt conveyor conveyor setelah dryer dihidupkan sesuai dengan 7) Mampu memeriksa kondisi operasi belt conveyor sesuai. 8. Diskusi kelompok : - Hubungan pengoperasian dryer dan belt conveyor - Prosedur pemeriksaan ulang kondisi komponen dryer - Prosedur dryer - Prosedur pemantauan kecepatan putar dryer - Prosedur pemeriksaan ulang kondisi belt conveyor - Prosedur belt conveyor - Prosedur pemeriksaan kondisi operasi belt conveyor 9. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan ulang kondisi komponen dryer dan kondisi belt conveyor - Pelaksanaan dryer dan belt conveyor - Pemantauan kecepatan putar dryer dan kondisi operasi belt 20* 30*** 3.6 Dryer burner dinyalakan sesuai dengan 1) Dapat menjelaskan penyalaan dryer burner Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu menyalakan dryer burner sesuai dengan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik menyalakan dryer burner conveyor 1. Menjelaskan penyalaan dryer burner 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan kondisi penyemprot 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 15 Halaman: 25 dari 73

27 ) Mampu memeriksa kondisi penyemprot (nozzle) dari dryer burner 3) Harus mampu menyalakan dryer burner sesuai dengan 4) Harus mampu mengatur penyalaan dryer burner untuk memanaskan dryer sebelum agregat disalurkan sesuai sesuai (nozzle) dari dryer burner 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan menyalakan dryer burner 4. Menjelaskan langkah pengaturan nyala dryer burner untuk memanaskan dryer sebelum agregat disalurkan 5. Diskusi kelompok : - Prosedur penyalaan dryer burner - Prosedur pemeriksaan kondisi penyemprot (nozzle) dari dryer burner - Prosedur menyalakan dryer burner - Prosedur pengaturan nyala dryer burner untuk memanaskan dryer sebelum agregat disalurkan 6. Mendemonstrasikan: 30* 60*** - Pemeriksaan kondisi nozzle dari dryer burner - Pelaksanaan menyalakan dryer burner - Pengaturan nyala dryer burner untuk memanaskan dryer sebelum agregat disalurkan Diskusi Kelompok: Prosedur pompa air dan exhaust fan. - Prosedur mixer - Prosedur vibrating screen. - Prosedur hot elevator. - Prosedur dryer dan belt conveyor - Prosedur penyalaan dryer burner. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 3.1 s.d KUK 3.6, sebelum melaksanakan kegiatan praktik. Pelaksanaan praktik: Menghidupkan pompa air dan exhaust fan - Menghidupkan mixer - Menghidupkan vibrating screen - Menghidupkan hot elevator - Menghidupkan dryer dan belt conveyor - Menyalakan dryer burner Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 3.1 s.d KUK 3.6, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur. Elemen Kompetensi 4 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menghidupkan komponen penyalur filler Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Halaman: 26 dari 73

28 Komponen penyalur filler diperiksa kesiapan kondisinya 1) Dapat menjelaskan komponen penyalur filler yang harus diperiksa. 2) Mampu memeriksa kondisi konveyor ulir dan filler elevator untuk memastikan kesiapan operasinya 3) Harus mampu memeriksa posisi gate/katup pada dasar silo sesuai Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memeriksa kesiapan kondisi komponen penyalur filler 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memeriksa kesiapan kondisi komponen penyalur filler 1. Menjelaskan komponen yang harus diperiksa sebelum komonen penyalur filler 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pemeriksaan kondisi konveyor ulir dan filler elevator untuk memastikan kesiapan operasinya Menjelaskan langkah pemeriksaan posisi gate/katup pada dasar silo sesuai 3. Diskusi kelompok : - Komponen yang harus diperiksa sebelum komonen penyalur filler - Prosedur pemeriksaan kondisi konveyor ulir dan filler elevator untuk memastikan kesiapan operasinya - Prosedur pemeriksaan posisi gate/katup pada dasar silo sesuai 4. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kondisi konveyor ulir dan filler elevator untuk memastikan kesiapan operasinya - Pemeriksaan posisi gate/katup pada dasar silo 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 10 15* 20*** 4.2 Konveyor ulir (screw conveyor) storage filler (bila dilengkapi) dihidupkan sesuai dengan 1) Dapat menjelaskan konveyor ulir 2) Mampu melakukan percobaan operasi (mematikan kembali) konveyor ulir setelah dihidupkan sesuai 3) Mampu memeriksa kondisi operasi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu konveyor ulir (screw conveyor) storage filler (bila dilengkapi) sesuai dengan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik konveyor ulir (screw conveyor) storage filler (bila dilengkapi) sesuai 1. Menjelaskan konveyor ulir 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan percobaan operasi (mematikan kembali) konveyor ulir setelah dihidupkan 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan memeriksa kondisi operasi konveyor ulir 4. Diskusi kelompok : 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 10 15* Halaman: 27 dari 73

29 konveyor ulir sesuai - Prosedur konveyor ulir - Prosedur pelaksanaan percobaan operasi (mematikan kembali) konveyor ulir setelah dihidupkan - Prosedur pemeriksaan kondisi operasi konveyor ulir 5. Mendemonstrasikan: - Percobaan operasi (mematikan kembali) konveyor ulir setelah dihidupkan - Pemeriksaan kondisi operasi 20*** 4.3 Filler elevator dihidupkan sesuai dengan 1) Dapat menjelaskan filler elevator 2) Mampu melakukan percobaan operasi (mematikan dan kembali) filler elevator setelah dihidupkan sesuai dengan 3) Mampu memeriksa kondisi operasi filler elevator Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu filler elevator sesuai dengan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik filler elevator konveyor ulir 1. Menjelaskan filler elevator 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan percobaan operasi (mematikan dan kembali) filler elevator setelah dihidupkan 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan memeriksa kondisi operasi filler elevator 4. Diskusi kelompok : - Prosedur filler elevator - Prosedur pelaksanaan percobaan operasi (mematikan dan kembali) filler elevator setelah dihidupkan - Prosedur pemeriksaan kondisi operasi filler elevator 5. Mendemonstrasikan: - Percobaan operasi (mematikan dan kembali) filler elevator setelah dihidupkan - Pemeriksaan kondisi operasi filler elevator 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 10 15* 20*** Halaman: 28 dari 73

30 Diskusi Kelompok: 45 - Prosedur pemeriksaan kesiapan kondisi komponen penyalur filler. - Prosedur konveyor ulir. - Prosedur filler elevator. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 4.1 s.d KUK 4.3, sebelum melaksanakan kegiatan praktik. Pelaksanaan praktik: 60 - Memeriksa kesiapan kondisi komponen penyalur filler; - Menghidupkan konveyor ulir (screw conveyor) storage filler (bila dilengkapi); - Menghidupkan filler elevator. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 4.1 s.d KUK 4.3, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur. Elemen Kompetensi 5 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan pemeliharaan setelah komponen mesin pencampur aspal Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Komponen yang bergerak dipantau untuk memastikan berfungsi dengan baik 1) Dapat mengidentifikasi komponen yang bergerak pada mesin pencampur aspal. 2) Mampu menentukan komponen yang bergerak berfungsi dengan baik 3) Mampu melakukan tindak lanjut bila terditeksi ada kelainan pada komponen yang bergerak. Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau komponen yang bergerak untuk memastikan berfungsi dengan baik 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik menentukan komponen yang bergerak berfungsi dengan baik dan melakukan tindak lanjut bila terditeksi ada kelainan pada komponen yang bergerak 1. Menjelaskan tata cara pengidentifikasian komponen yang bergerak pada mesin pencampur aspal 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan terkait dengan kegiatan untuk menentukan komponen yang bergerak berfungsi dengan baik 3. Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan dan contoh tindak lanjut yang dilakukan bila terdeteksi ada kelainan pada komponen yang bergerak 4. Diskusi kelompok : - Tata cara pengidentifikasian komponen yang bergerak pada mesin pencampur aspal - Prosedur penentuan komponen yang bergerak berfungsi dengan baik - Tindakan/contoh tindak lanjut yang dilakukan bila terdeteksi ada kelainan pada komponen yang bergerak 5. Mendemonstrasikan: - Menentukan komponen yang bergerak berfungsi dengan baik 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 10 20* 30*** Halaman: 29 dari 73

31 Melakukan tindak lanjut bila terditeksi ada kelainan pada komponen yang bergerak 5.2 Kemungkinan adanya kebocoran aspal diperiksa sesuai 1) Dapat menjelaskan pemeriksaan kebocoran pada sistem oil heater. 2) Mampu mendeteksi lokasi kebocoran pada komponen penyalur aspal 3) Mampu memeriksa adanya memeriksa adanya bekas kebocoran aspal pada komponen penyalur aspal sesuai dengan 5.3 Panel monitor diperiksa untuk memastikan berfungsi dengan baik 1) Dapat menjelaskan fungsi dari setiap indikator pada panel monitor 2) Harus mampu mengetahui tanda/gejala panel monitor berfungsi dengan baik 3) Mampu mendeteksi panel Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memeriksa kemungkinan adanya kebocoran aspal sesuai Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memeriksa panel monitor untuk memastikan berfungsi dengan baik 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pendeteksian lokasi kebocoran pada komponen penyalur aspal 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pendeteksian tanda/geja la panel monitor berfungsi dengan baik 1. Menjelaskan pemeriksaan kebocoran pada sistem oil heater 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pendeteksian lokasi kebocoran pada komponen penyalur aspal 3. Menjelaskan dan menunjukkan langkah pelaksanaan pemeriksaan bekas kebocoran aspal pada komponen penyalur aspal 4. Diskusi kelompok : - Prosedur pemeriksaan kebocoran pada sistem oil heater - Prosedur pendeteksian lokasi kebocoran pada komponen penyalur aspal - Prosedur pemeriksaan bekas kebocoran aspal pada komponen penyalur aspal 5. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian lokasi kebocoran pada komponen penyalur aspal - Melakukan pemeriksaan bekas kebocoran aspal pada komponen penyalur aspal 1. Menjelaskan jenis alat kendali pada panel monitor 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pendeteksian tanda/gejala panel monitor berfungsi dengan baik 3. Menjelaskan dan menunjukkan langkah pelaksanaan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 10 20* 25*** 10 Halaman: 30 dari 73

32 monitor berfungsi dengan baik sesuai dengan 4) Dapat melakukan tindakan lebih lanjut bila terditeksi ada kelainan pada monitor pendeteksian panel monitor berfungsi dengan baik 4. Diskusi kelompok : - Jenis alat kendali pada panel monitor - Prosedur pendeteksian tanda/gejala panel monitor berfungsi dengan baik - Prosedur pelaksanaan pendeteksian panel monitor berfungsi dengan baik 5. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian tanda/gejala panel monitor berfungsi 20* 30*** 5.4 Kondisi komponen dan kelainan yang terjadi dicatat selama komponen mesin pencampur aspal 1) Dapat menjelaskan tatacara pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama mesin pencampur aspal 2) Mampu mendeteksi jenis kelainan yang terjadi pada komponen selama mesin pencampur aspal 3) Mampu mencatat kondisi komponen pencampur aspal pada daftar simak secara cermat dan teliti 4) Mampu mencatat kelainan yang terdeteksi selama komponen mesin pencampur aspal dengan teliti Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu mencatat kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama komponen mesin pencampur aspal 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pendeteksian jenis kelainan yang terjadi pada komponen dan pencatatan kondisi dan kelainan yang terdeteksi selama mesin pencampur aspal dengan baik 1. Menjelaskan tata cara pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama mesin pencampur aspal 2. Menjelaskan langkah pelaksanaan pendeteksian jenis kelainan yang terjadi pada komponen selama mesin pencampur aspal 3. Menjelaskan langkah pelaksanaan pencatatan kondisi komponen pencampur aspal pada daftar simak 4. Menjelaskan langkah pelaksanaan pencatatan kelainan yang terdeteksi selama komponen mesin pencampur aspal 5. Diskusi kelompok : - Tata cara pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama mesin pencampur aspal - Prosedur pendeteksian jenis kelainan yang terjadi pada 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. K3L 3. Tatacara pencatatan kondisi komponen 10 20* Halaman: 31 dari 73

33 komponen selama mesin pencampur aspal - Prosedur pencatatan kondisi komponen pencampur aspal pada daftar simak - Prosedur pencatatan kelainan yang terdeteksi selama komponen mesin pencampur aspal 6. Mendemonstrasikan: 25*** - Pendeteksian jenis kelainan yang terjadi pada komponen selama mesin pencampur aspal - Melakukan pencatatan kondisi komponen mesin pencampur aspal pada daftar simak - Melakukan pencatatan kelainan yang terdeteksi selama komponen mesin pencampur Diskusi Kelompok: 80 - Prosedur pemantauan komponen yang bergerak untuk memastikan berfungsi dengan baik. - Prosedur pemeriksaan kebocoran pada sistem oil heater. - Prosedur pemeriksaan panel monitor untuk memastikan berfungsi dengan baik. - Prosedur pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama komponen mesin pencampur aspal. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 5.1 s.d KUK 5.4, sebelum melaksanakan kegiatan praktik. Pelaksanaan praktik: Pemantauan komponen yang bergerak untuk memastikan berfungsi dengan baik - Pemeriksaan kemungkinan adanya kebocoran aspal - Pemeriksaan panel monitor untuk memastikan berfungsi dengan baik - Melakukan pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama komponen mesin pencampur aspal Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 5.1 s.d KUK 5.4, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur. Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan Teknik Menghidupkan Mesin Pencampur Aspal Instruktur Teori :. Instruktur Praktik: Catatan : 1. Jam pelajaran indikatif dalam menit 2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi. **) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK. ***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang diterapkan. Halaman: 32 dari 73

34 FKK..MP BAB IV TEKNIK MENGHIDUPKAN KOMPONEN MESIN PENCAMPUR ASPAL 4.1 Umum Mesin pencampur aspal merupakan alat peralatan produksi yang dalam pengoperasiannya merupakan gabungan pengoperasian komponen utama yang secara individu beroperasi sendiri tapi secara sistem produksi merupakan bagian dari proses produksi, sehingga teknik pengoperasian mesin pencampur aspal ini sangat berbeda dengan pengoperasian peralatan jalan lainnya. Dengan demikian, untuk mengoperasikan mesin pencampur aspal harus diawali dengan pemahaman tentang pengoperasian dari setiap komponen utama mesin tersebut. Pengoperasian setiap komponen tersebut berlangsung secara harmonis untuk melakukan pencampuran aspal panas sesuai dengan teknik pengoperasian yang benar, dimulai dari pemasokan agregat, pengeringan dan pemanasan agregat, pemasokan filler, serta pemanasan dan pemasokan aspal, sampai proses pencampuran aspal panas dan mengeluarkan produk campuran aspal panas untuk diangkut alat pengangkut Posisi Operator mesin pencampur aspal, selain dituntut kompeten dalam mengoperasikan mesin pencampur aspal, juga dituntut memahami proses produksi campuran aspal panas (hot mix asphalt, HMA) secara keseluruhan dan proses yang terjadi pada setiap komponen. Pelaksanaann operasi mesin pencampur aspal, tidak hanya tugas operator semata, tapi memerlukan kerja sama dari beberapa pihak terkait, dan memerlukan koordinasi yang baik dari semua unsur terkait tersebut Proses Pencampuran Aspal Panas Semua material produksi (agregat, filler dan aspal) mengalir dari tempat penyimpan ke unit pencampur (mixer) melalui komponen utama yang beroperasi secara mandiri, tapi saling berkaitan satu dengan lainnya. Drying (Heating) Screening Asphalt Measuring Measuring M i x i n g Gambar 1: Aliran material produksi pada tiap komponen Buku Informasi Edisi: Halaman: 33 dari 73

35 4.2 Persiapan Menghidupkan Mesin Pencampur Aspal Persiapan mesin pencampur aspal, juga merupakan persiapan awal untuk mengoperasikan mesin pencampur aspal, sehingga persiapan ini harus dapat mencakup persiapan memroduksi campuran aspal panas. Persiapan mencakup kelengkapan surat perintah, menyiapkan sumber daya listrik, menyiapkan kompresor, dan inputing data job mix formula ke dalam sistem operasi mesin pencampur aspal. Persiapan harus dilakukan secermat mungkin untuk menghindarkan kesalahan dalam proses selanjutnya untuk memroduksi campuran aspal panas sesuai dengan ketentuan dan job mix formula Surat Perintah Memroduksi Campuran Aspal Panas Dasar pelaksanaan pengoperasian mesin pencampur aspal untuk memroduksi campuran aspal panas harus berdasarkan surat perintah kerja dari pejabat yang berwenang, yaitu sebagai dasar atau pegangan operator mesin pencampur aspal dalam melaksanakan tugasnya. Operator mesinpencampur aspal harus dapat mengidentifikasi bahwa surat perintah tersebut telah benar diterbitkan oleh pejabat yang berwenang. a. Interpretasi surat perintah ke dalam pelaksanaan tugas operator Setiap surat perintah kerja yang diterima harus dengan mudah dapat diinterpretasikan ke dalam tugas operator mesin pencampur aspal, antara lain: 1) Perintah untuk memroduksi jenis campuran aspal panas; 2) Job mix formula yang akan menjadi acuan proses produksi; 3) Jumlah produksi yang harus dipenuhi; 4) Waktu pelaksanaan produksi. Berdasarkan data tersebut, operator mesin pencampur aspal dapat melakukan persiapan sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawabnya melaksanakan surat perintah tersebut. b. Interpretasi surat perintah kerja ke dalam jenis campuran aspal panas (hotmix) yang akan diproduksi Berdasarkan surat perintah kerja yang diterima dari pejabat yang berwenang tersebut, telah dapat dibaca jenis campuran aspal panas (hotmix) yang akan diproduksi, misalnya ATB (Asphalt Treated Base), AC-base, AC-binder, dan sebagainya. Bila ada keraguan dalam menginterpretasikan surat perintah kerja tersebut maka harus segera dikonsultasikan dengan atasan langsung untuk mendapatkan kejelasan dan tidak menghambat pelaksanaan. Bagi operator mesin pencampur aspal, dengan mengacu kepada buku petunjuk pemeliharaan dan pengoperasian yang diterbitkan pabrik pembuatnya dapat menentukan kegiatan pemeliharaan yang harus dilakukan diantaranya adalah: Halaman: 34 dari 73

36 Melakukan pemeriksaan kondisi fisik komponen utama; Melakukan pelumasan komponen yang memerlukan pelumasan yang berada dalam kewenangan operator; Mengidentifikasi dan melaksanakan K3-L di tempat kerja. c. Interpretasi job mix formula ke dalam jenis dan kualitas campuran aspal panas yang akan diproduksi Job mix formula (JMF) merupakan formula yang dipakai sebagai acuan produksi campuran aspal panas, dan harus sesuai dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Proses pembuatannya telah melalui beberapa tahapan, yaitu mulai pembuatan rancangan JMF, kemudian uji pencampuran dalam mesin pencampur aspal, uji penghamparan dan pemadatan di lapangan. Berdasarkan JMF yang tercantum dalam surat perintah kerja tersebut maka telah dapat ditentukan jenis dan kualitas campuran aspal panas yang akan diproduksi Teknik dasar pengoperasian mesin pencampur aspal Bila ditinjau dari cara memroduksi campuran aspal panas dan jenis komponen utamanya, mesin mencampur aspal dapat dibedakan menjadi: Mesin pencampur aspal jenis takaran (batch plant), dan Mesin pencampur aspal jenis pencampur drum (drum mix) atau jenis menerus (continuous plant). Dalam Buku Informasi ini yang akan dijelaskan adalah teknik pengoperasian mesin pencampur aspal jenis takaran (batch plant). Pengoperasian mesin pencampur aspal pada dasarnya adalah mengoperasikan komponen utama mesin pencampur aspal sesuai dengan fungsinya untuk memroduksi campuran aspal panas melalui proses material produksi pada masing-masing komponen utama sehingga menghasilkan produk campuran aspal panas sesuai jenis dan kualitas yang telah ditentukan. Aspal Padat Pemanas Aspal Penyimpan Aspal Panas Penimbang Aspal Timbunan Agregat Cold Bin Dryer Vibrating Screen Hot Bin Penimbang Agregat Mixer/ Pugmil Campuran Aspal Panas Filler Silo Penimbang Filler Gambar 2: Bagan Alir Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal Jenis Takaran Halaman: 35 dari 73

37 a. Interpretasi teknik pengoperasian mesin pencampur aspal pada buku petunjuk ke dalam metode pelaksanaan produksi campuran aspal panas (hotmix) 1) Campuran aspal panas adalah suatu campuran antara agregat dan aspal, dimana aspal berfungsi sebagai pengikat atau lem antar pertikel agregat sedangkan agregat berfungsi sebagai tulangan. 2) Sifat-sifat mekanis aspal dalam campuran aspal panas diperoleh dari friksi dan kohesi bahan-bahan pembentuknya. Friksi agregat diperoleh dari ikatan antar butir agregat, dan kekuatannya tergantung pada gradasi, tekstur permukaan, bentuk butiran dan ukuran agregat maksimum yang digunakan, sedangkan sifat kohesinya diperoleh dari sifat-sifat aspal yang digunakan. 3) Dengan demikian kualitas campuran aspal panas sangat dipengaruhi oleh sifat-sifat agregat dan aspal serta sifat-sifat campuran yang terbentuk dari kedua material tersebut. 4) Pengoperasian mesin pencampur aspal berfungsi untuk mencampur kedua jenis material tersebut, dengan menjaga agar sifat-sifat agregat dan aspal tidak mengalami perubahan selama proses produksi untuk mencapai hasil produksi sesuai dengan ketentuan. b. Interpretasi teknik pengoperasian mesin pencampur aspal pada buku petunjuk ke dalam teknik pengoperasian yang benar dan aman 1) Pengoperasian mesin pencampur aspal mempunyai risiko kecelakaan kerja yang tinggi dan pabrik pembuatnya telah mendesain mesin tersebut aman untuk dioperasikan dengan meminimumkan risiko kecelakaan kerja. 2) Bagi pengguna mesin pencampur aspal, termasuk operator, diharuskan untuk memenuhi semua ketentuan keselamatan kerja yang diberikan pabrik pembuat mesin tersebut serta ketentuan K3 lainnya. Maka pelaksanaan pengoperasian yang benar akan memberi jaminan keselamatan bagi operator dan termasuk keamanan mesinnya sendiri. c. Interpretasi rambu-rambu K3 yang tercantum dalam buku petunjuk ke dalam penerapan K3 selama pengoperasian mesin pencampur aspal Dalam buku petunjuk pengoperasian mesin pencampur aspal, secara garis besar telah disinggung tentang K3 yang harus diperhatikan oleh operator. Halaman: 36 dari 73

38 PERINGATAN Operator harus menguasai seluruh metode penanganan pengoperasian (perlengkapan untuk pengoperasian dan pengandalian) S Utamakan keselamatan (Safety first) e Kualitas campuran aspal lebih baik (Pemakaian instrumen l yang efektif Effective use of instruments) a Ekonomis (Economy) m Pengoperasian tanpa hambatan (Trouble-free operation) a Umur penggunaan mesin yang panjang (Long service life) Selama pengoperasian, kehati-hatian khusus terhadap: Jangan menggunakan alat komunikasi (misalnya hand phone) selama melakukan pengoperasian masin pencampur aspal Terapkan keselamatan kerja selama melakukan pemeriksaan Jangan pernah menyentuh: Sesuatu atau komponen apapun yang berputar Sesuatu atau komponen apapun yang selalu bergerak/ meluncur Sesuatu atau komponen yang sedang dialiri arus listrik (akan tetapi, untuk kepentingan tertentu, ketentuan di atas sungguhsungguh diperlukan untuk kegiatan pengoperasian). Bila terjadi masalah terkait dengan komponen yang berputar, bergerak atau sedang dialiri arus listrik, segera matikan switch, lepas semua kopling, tutup semua katup, dan seterusnya, periksa peralatan yang akan ditangani; periksa bersama petugas lain secara menyeluruh untuk keselamatan kerja sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Perhatian khusus diperlukan pada pengoperasian mixer dan dryer. Disamping itu, telah dipasang pada unit alat beberapa informasi tentang K3 dari pabrik pembuat alat dalam bentuk label yang terletak pada tempat yang mengandung potensi kecelakaan kerja. Kondisi label tersebut harus bersih dan mudah dibaca, bila telah rusak harus segera diganti baru. Halaman: 37 dari 73

39 Contoh informasi K3 pada unit alat adalah sebagai berikut: Gambar 3: Rambu K3 pada panel distribusi Panel distribusi listrik selalu menyimpan daya listrik yang dapat membahayakan manusia. Usaha mencegah terjadinya kecelakaan kerja, pabrik telah memasang rambu peringatan, dan disamping itu dari pihak perusahaan menambahkan rambu-rambu sejenis, sehingga diharapkan setiap petugas dapat lebih hati-hati bila melakukan kegiatan pada komponen ini Inputing Data Job Mix Formula a. Pengoperasian dasar komputer 1) Pengenalan komputer Komputer terdiri dari beberapa komponen yang merupakan suatu sistem, yang saling bekerja sama membentuk suatu kesatuan. Apabila salah satu komponen tidak berfungsi, akan mengakibatkan tidak berfungsinya suatu komputer dengan baik. Komponen komputer ini termasuk dalam kategori elemen perangkat keras (hardware). Berdasarkan fungsinya, perangkat keras komputer dibagi menjadi : Unit masukan (input device) Unit pemrosesan (process device) Unit keluaran (output device) a) Unit masukan (Input device) Unit ini berfungsi sebagai media untuk memasukkan data dari luar ke dalam suatu memori dan processor untuk diolah guna menghasilkan informasi yang diperlukan, dan yang biasa dipakai pada personal computer (PC) adalah keyboard dan mouse yang menghubungkan user (pengguna) dengan komputer. (1) Keyboard Keyboard merupakan unit input yang paling penting dalam suatu pengolahan data dengan komputer. Keyboard dapat dipakai untuk memasukkan huruf, angka, karakter khusus serta sebagai media bagi Gambar 3: Contoh Keyboard Halaman: 38 dari 73

40 pengguna untuk melakukan perintah-perintah lainnya yang diperlukan, seperti menyimpan file dan membuka file. Keyboard ini biasanya memiliki 104 tuts, yang terdiri dari: - typewriter key (sama fungsinya dengan tuts pada mesin tik, terdiri atas tombol alphabet dan tombol lainnya); - numeric key (tombol ini terdiri atas angka dan arrow key. Jika lampu indikator num lock menyala maka tombol ini berfungsi sebagai angka dan jika lampu indikator num lock mati maka tombol ini berfungsi sebagai arrow key); - function key (tombol fungsi ini ini terdiri dari F1 s.d F12, dan fungsi tombol ini berbeda-beda tergantung dari program komputer yang digunakan); - special function key (tombol ini terdiri atas tombol Ctrl, Shift, dan Alt, dimana tombol akan mempunyai fungsi bila ditekan secara bersamaan dengan tombol lainnya). (2) Mouse Mouse adalah salah unit masukan (input device) yang berfungsi untuk perpindahan pointer atau kursor secara cepat, disamping fungsi lainnya untuk mempercepat proses pemasukan data. b) Unit pemrosesan (process device) Unit pemrosesan merupakan unit utama dan terpenting dalam komputer yang mengendalikan seluruh proses pengolahan data mulai dari membaca data dari unit input, mengolah atau memproses sampai pada mengeluarkan informasi ke unit output. Unit pemrosesan ini antara lain terdiri dari motherboard, processor, RAM (Random Access Memory), video card dan sound card. Seluruh unit pemrosesan ditempatkan dalam casing, yang berfungsi sebagai rumah komputer dan sebagai penyedia sumberdaya listrik yang dipakai oleh semua unit komputer. Gambar 4: Casing Halaman: 39 dari 73

41 c) Unit Keluaran (output device) Unit keluaran berfungsi untuk menampilkan data, instruksi dan informasi dalam bentuk teks dan grafik atau gambar. Unit ini terdiri dari monitor, speaker, dan printer (1) Monitor Monitor berfungsi untuk menampilkan data, instruksi dan informasi dalam bentuk teks dan grafik atau gambar. Dua jenis monitor yang telah berkembang yaitu jenis monitor tabung atau Cathode Ray Tube (CRT) dan jenis monitor Liquid Crystal Display (LCD) Gambar 5: Monitor jenis LCD (2) Printer Printer merupakan peralatan keluaran yang digunakan untuk mencetak data/informasi dari komputer diatas kertas. Tergantung pada bahan (tinta) yang digunakan, dapat dibedakan jenis ink-jet dan laser-jet printer. Gambar 6: Printer jenis Ink-jet 2) Prinsip dasar pengoperasian pada program Microsoft Excel a) Menjalankan Excel 2007 (1) (2) (3) (4) (1) Klik Start (2) Pilih All Program (3) Pilih Microsoft Office (4) Klik Microsoft Office Excel 2007 (1) (2) Gambar 7: Menjalankan Excel 2007 Halaman: 40 dari 73

42 Maka akan muncul tampilan (user interface) lembar kerja (worksheet) Excel 2007 Kolom pada Excel 2007 ditandai dengan A B C D dan seterusnya, sedangkan Lembar Kerja baris ditandai dengan angka dan seterusnya. Gambar 7: Tampilan Excel 2007 Pertemuan antara kolom dan baris membentuk kotak yang dinamakan sel yang diikuti kode lokasi sel, misalnya sel B2 adalah pertemuan antara kolom B dan baris 2. b) Mengetik data pada lembar kerja (1) Pindahkan pointer (pointer pada Excel umumnya berbentuk +) ke sel dimana akan diketik data, kemudian klik (2) Ketikkan data di sel yang sudah diklik (3) Tekan Enter pada keyboard Secara standar, teks otomatis rapat kiri, sedangkan angka otomatis rapat kanan. Apabila keduanya bergabung maka dianggap sebagai teks, sehingga otomatis rapat kiri. c) Memberi garis/border pada tabel Sorot sel/range yang akan diberi bingkai Gambar 8: Perintah memberi bingkai Halaman: 41 dari 73

43 Klik Tab Home, klik tombol Dropdown, kemudian salah satu bentuk Border. Bila diingikan bentuk Border yang lain, klik More Border Gambar 9: Kotak dialog Format Cells Gambar 10: Pemberian Border Lembar Kerja d) Menyimpan lembar kerja Setelah selesai bekerja dengan Excel 2007, simpan file pekerjaan tersebut (1) (2) Gambar 11: Kotak dialog Save dengan cara sebagai berikut: (1) Klik Microsoft Office Button (1), kemudian klik Save (2). (2) Tampil Kotak Dialog Save As, pilih tempat menyimpan file pekerjaan tersebut pada kotak pilihan Save in (3) Pada File Name, ketik nama file yang akan direkam, kemudian klik Save. Default ekstensi untuk Microsoft Excel 2007 adalah.xlsx Halaman: 42 dari 73

44 e) Menutup File Excel 2007 Setelah selesai merekam hasil pekerjaan, lakukan menutup file dengan cara: (1) Klik Microsoft Office Button (1), kemudian klik Close (2) Apabila lembar kerja belum disimpan, maka akan muncul Kotak Dialog yang menanyakan file pekerjaan tersebut akan disimpan atau tidak. Pilih Yes bila akan menyimpan, dan setelah itu akan muncul Kotak Dialog Save As, lalu lakukan cara menyimpan Gambar 11: Kotak dialog Close, menutup file Excel 2007 seperti langkah menyimpan file. Atau pilih No bila tidak ingin menyimpan file, atau pilih No untuk membatalkan menutup file. b. Interpretasi job mix formula menjadi data input untuk memroduksi campuran aspal panas 1) Job mix formula. Formula yang disusun dalam job mix memberikan gambaran proporsi campuran dalam persen (%) dari masing-masing gradasi agregat, filler dan aspal dalam satu kali takaran (batch) yang bila dijumlahkan sama dengan 100%. 2) Nilai kumulatif proporsi agregat Dalam job mix formula telah diformulasikan jumlah kumulatif proporsi agregat untuk persentasi tiap bin, yang akan memberikan nilai angka pada penyetelan timbangan untuk tiap hot bin, dimulai dari hot bin untuk agregat kasar 3) Contoh penyetelan proporsi campuran (berat) a) Stel proporsi campuran dalam penyetelan berat individual, sehingga berat total dari agregat, mineral pengisi dan aspal sama dengan 100% (kapasitas pencampur). Stel berat kumulatif agregat dari bin 1 sampai bin 4, dan stel berat mineral pengisi (filler) dan abu (dust), (tidak menyertakan penyetelan berat aspal) Halaman: 43 dari 73

45 b) Contoh 1: Proporsi Campuran (%) Nilai Kumulatif (%) Setelan meteran Bin No.1 Bin No.2 Bin No.3 Bin No.4 Filler Dust Filler Aspal ,6 +9,7 +6,7 = ,6 9,7 6,7 = Batch (Total) = 1000 atau 1000 kg Penyetelan fillr kumulatif bila abu ditambahkan ke dalam campuran c) Contoh 2: Proporsi Campuran (%) Nilai Kumulatif (%) Setelan meteran Bin No.1 Bin No.2 Bin No.3 Bin No.4 Filler Dust Filler Aspal 1 Batch (Total) ,6 0 9,9 6,5 = Skip 63 83,6 0 9,9 6,5 = = 1000 atau 1000 kg Stel meteran dari material yang tidak dipakai ke posisi 0 Gambar 12: Contoh Job Mix Formula Bila abu tidak ditimbang kumulatif, setel jumlah filler sesuai ketentuan Bila abu tidak ditimbang, putar sakelar abu ON-OFF ke posisi OFF c. Input data job mix formula ke dalam sistem operasi mesin pencampur aspal sesuai 1) Nilai angka/data yang di-input ke dalam sistem operasi adalah dalam satuan berat sesuai dengan kapasitas tiap batch. 2) Angka yang di-input merupakan data berat kumulatif pada tiap hot bin, yang dimulai dengan timbangan untuk agregat kasar pada Bin No.1, berturut-turut ke timbangan untuk agregat sedang pada Bin No.2, timbangan untuk agregat agak halus pada Bin No.3 dan timbangan untuk agregat halus pada Bin No.4 3) Angka yang di-input untuk aspal sesuai dengan JMF dalam satuan berat. 4) Angka yang di-input untuk filler dan abu (dust), merupakan angka kumulatif pada timbangan untuk abu, sedangkan bila hanya menggunakan filler maka data yang di-input tidak angka kumulatif tapi langsung angka berat filler. d. Identifikasi data yang dimasukkan telah benar sesuai dengan job mix formula Data yang dimasukkan merupakan data yang akan diproses dalam sistem pengoperasian mesin pencampur aspal, sehingga harus Halaman: 44 dari 73

46 diyakini bahwa data tersebut telah benar sesuai dengan job mix formula, untuk hal tersebut perlu dilakukan langkah sebagai berikut: 1) Periksa ulang data yang di-input; 2) Lakukan pencocokan antara data yang di-input dengan tayangan dalam monitor atau indikator jarum timbangan (dial indicator); 3) Lakukan penyesuaian bila teridentifikasi ada ketidakcocokan Pemeriksaan Kondisi Lingkungan Kerja Walaupun kondisi lingkungan kerja mesin pencampur aspal merupakan areal yang terbatas bagi kegiatan pengoperasian mesin pencampur aspal dan termasuk peralatan pendukungnnya (loader, dump truck), operator harus melakukan pemeriksaan kondisi lingkungan kerja secara langsung sebelum mengoperasikan mesin, sehingga dapat gambaran bahwa lokasi telah aman dan pengoperasian telah dapat dilakukan. Pemeriksaan antara meliputi: Kesiapan peralatan pendukung; Kesiapan material produksi; Kesiapan personal anggota kelompok kerja poduksi campuran aspal panas; Kesiapan rambu-rambu K3 untuk menjaga keselamatan kerja selama melakukan pengoperasian mesin pencampur aspal. a. Identifikasi jenis bahaya dan hambatan lingkungan kerja pada pengoperasian mesin pencampur aspal Lokasi mesin pencampur aspal (asphalt plant) merupakan tempat yang memiliki potensi kecelakaan cukup tinggi, karena kadang-kadang bisa terjadi kecelakaan kerja yang fatal, bahkan dapat menimbulkan kematian. 1) Bahaya luka bakar Luka bakar ini dapat ditimbulkan karena beberapa sumber, antara lain: a) Terkena semburan aspal panas akibat kebocoran sistem pemipaan b) Terkena jilatan api dari kinerja burner yang kurang baik atau penanganan yang tidak benar c) Terkena tumpahan campuran aspal panas yang dikeluarkan dari mixer d) Terkena percikan api karena terjadi hubungan pendek arus listrik Dari sumber-sumber bahaya luka bakar tersebut, yang harus diperhatikan sebelum mengoperasikan mesin pencampur aspal adalam kemungkinan adanya potensi bahaya pada sistem kelistrikan (kemungkinan terjadi hubungan pendek). Halaman: 45 dari 73

47 2) Bahaya akibat komponen yang bergerak/berputar Mesin pencampur aspal terdiri dari banyak komponen yang memiliki potensi kecelakaan kerja, terutama pada saat pengoperasian karena gerakan operasinya (berputar, bergerak terus menerus). Harus dapat memperhatikan komponen-komponen tersebut sejak melakukan persiapan pengoperasian mesin pencampur aspal. 3) Bahaya tersengat arus listrik Semua komponen mesin pencampur aspal dioperasikan dengan menggunakan sumber daya listrik, sehingga perlu perhatian khusus dalam melakukan pemeriksaan komponen sebelum mengoperasikan mesin pencampur aspal. 4) Bahaya kesehatan kerja akibat kondisi lingkungan berdebu Dalam lokasi plant, tidak dapat dihindarkan dari kondisi lingkungan yang berdebu, sehingga semua anggota kelompok kerja harus peduli terhadap kesehatan masing-masing dan anggota kelompok kerja lainnya, dengan menerapkan peraturan penggunaan alat pelindung diri (APD) selama bekerja di lokasi plant. b. Pemeriksaan kondisi lingkungan dari kemungkinan adanya bahaya atau rintangan yang akan menghambat kelancaran pengoperasian mesin pencampur aspal 1) Secara umum kondisi lingkungan plant ini telah dapat dikenali oleh operator, karena setiap hari selalu berada di lingkungan yang relative sama, namun kondisi fisik lingkungan ini kemungkinan mengalami perubahan akibat adanya kegiatan produksi atau ada pengaruh kondisi cuaca. Maka menghadapi adanya perubahan tersebut, pemeriksaan lingkungan harus dilakukan dalam persiapan untuk mengoperasikan masin pencampur aspal. 2) Beberapa kondisi lingkungan perlu mendapat perhatian, khususnya dalam meminimalkan hambatan operasi, antara lain: a) Keterbatasan pandangan Keterbatasan pandangan ini terutama disebabkan adanya kondisi udara yang berdebu atau cuaca (hujan) atau kurang penerangan pada kondisi kerja malam. Kondisi tersebut sejauh memungkinkan harus dihindari. b) Kabel listrik yang terjuntai atau terkoyak dan belum diperbaiki Setiap ada kelainan atau kerusakan pada instalasi listrik harus segera ditindak lanjuti/diperbaiki, sehingga bahaya akibat arus listrik yang tidak dikendalikan (tersengat arus listrik atau kebakaran) dapat dihindari. Halaman: 46 dari 73

48 c. Penentuan kondisi lingkungan dalam keadaan aman untuk mengoperasikan mesin pencampur aspal Untuk mulai melaksanakan pengoperasian mesin pencampur aspal, harus dapat dipastikan bahwa kondisi lingkungan dalam keadaan aman dan semua hambatan telah terdeteksi serta telah dapat diatasi. Beberapa ketentuan yang dapat dipakai sebagai pedoman bahwa kondisi lingkungan telah aman, yaitu antara lain: 1) Bebas dari personel yang tidak berkepentingan; 2) Material produksi telah siap; 3) Peralatan pendukung telah siap; 4) Instalasi listrik tidak ada yang rusak; 5) Kelompok kerja produksi aspal panas telah siap; 6) Rambu-rambu K3 telah terpasang di tempat yang mengandung risiko kecelakaan kerja Teknik Menghidupkan Kompresor a. Prosedur untuk kompresor Kompresor merupakan komponen mesin pencampur aspal yang dihidupkan paling awal untuk disiapkan melayani pengoperasian silinder pembuka dan penutup katup/gate, apabila sewaktu-waktu diperlukan dalam persiapan operasi mesin pencampur aspal. b. Penentuan kesiapan operasi kompresor berdasar hasil pemeliharaan harian Kesiapan operasi kompresor dapat diidentifikasi dari hasil pemeliharaan harian, yang mencakup pemeriksaan level minyak pelumas kompresor, pengeluaran udara yang tersisa dalam tangki, kinerja pengukur tekanan udara (air pressure gauge). Hasi pemeriksaan menunjukkan bahwa kompresor dalam kondisi siap operasi. c. Teknik kompresor Kompresor digerakkan oleh motor listrik, sehinggga untuk kompresor diperlukan tersediannya arus listrik. Harus dapat dipastikan bahwa semua katup penyaluran udara bertekanan dalam kondisi tertutup. Langkah/kegiatan untuk kompresor adalah: 1) Periksa ketersediaan arus listrik; 3) Start kompresor (aktifkan sakelar ke posisi ON pada panel operasi); 4) Jalankan kompresor, dan amati kenaikan tekanan udara dalam tangki kompresor. Bila tekanan udara naik dan berjalan normal maka kinerja operasi kompresor dalam kondisi baik. Halaman: 47 dari 73

49 d. Pemeriksaan kondisi operasi kompresor sesuai dengan Untuk menjamin bahwa kompresor dalam kondisi operasi yang baik, segera setelah dihidupkan dilakukan pemeriksaan yang meliputi: 1) Periksa kemungkinan penurunan tekanan udara dalam tangki; 2) Bila katup pengaman (safety valve) digerakkan ternyata tidak berfungsi atau kelainan suara atau getaran terjadi selama dioperasikan, matikan segera dan diperbaiki sesuai, kemudian hidupkan kembali. e. Teknik melakukan pemeliharaan kompresor setelah dihidupkan Langkah pemeliharaan setelah kompresor dihidupkan perlu dilakukan untuk menjaga agar kinerja kompresor tetap dapat dipertahankan selama pengoperasian mesin pencampur aspal. Pemeliharaan setelah kompresor dihidupkan merupakan kegiatan pemeriksaan, yaitu meliputi: 1) Periksa saluran udara dari kemungkinan ada kebocoran; 2) Periksa kondisi tekanan udara dalam tangki secara teratur; 3) Periksa dari kemungkinan terjadinya getaran yang tidak normal Penyiapan Daftar Simak Kondisi Alat a. Jenis daftar simak yang dipakai untuk mencatat kondisi dan kelainan komponen selama pengoperasian mesin pencampur aspal Daftar simak yang dipakai selama mengoperasikan mesin pencampur aspal meliputi daftar simak kondisi alat/komponen termasuk kelainan yang terjadi, yaitu daftar simak yang dipakai dalam pemeliharaan harian yang telah mulai diisi dengan data kondisi alat sebagai hasil pemeriksaan pada pemeliharaan harian. Disamping itu perlu disiapkan daftar simak pelaksanaan K3L untuk mencatat potensi kecelakaan kerja, pelaksanaan K3 dan potensi pencemaran lingkungan. b. Penentuan jenis daftar simak kondisi alat yang akan dipakai selama pengoperasian mesin pencampur aspal 1) Daftar simak K3L yang harus diisi sebelum mengoperasikan mesin pencampur aspal untuk memberikan perhatian dan kepedulian serta tanggung jawab kepada operator tentang adanya potensi kecelakaan dan potensi pencemaran lingkungan pada setiap tahap pelaksanaan pengoperasian mesin pencampur aspal, yang meliputi: a) Daftar Simak Potensi Kecelakaan Kerja pada pengoperasian mesin pencampur aspal,. b) Daftar Simak Pelaksanaan K3 c) Daftar Simak Potensi Pencemaran Lingkungan 2) Daftar simak kondisi alat dan kelainan yang terjadi Merupakan daftar simak kondisi alat yang juga diisi pada kegiatan pemeliharaan harian mesin pencampur aspal. Halaman: 48 dari 73

50 FKK..MP c. Penyiapan daftar simak kondisi alat sesuai dengan kebutuhan 1) Daftar simak kondisi alat disiapkan pada saat sebelum melakukan pemeliharaan harian yang disediakan perusahaan. 2) Daftar simak K3L disiapkan sebelum memulai kegiatan pengoperasian mesin pencampur aspal, sesuai dengan kebutuhan dataa yang diperlukan perusahaan dalam penerapan K3L. 3) Daftar simak tersebut disiapkan oleh operator setelah menerima surat perintah kerja, dan bila perlu dibantu oleh anggota kelompok kerja untuk dapat mencatat data yang diperlukan pada setiap tahapan kelaksanaan pengoperasian mesin pencampur aspal. 4.3 Penyetelan Pengatur Pemanas pada Oil Heater Pemeriksaan sumber daya listrik Sumber daya listrik merupakan sumber daya utama pada pengoperasian mesin pencampur aspal, karena seluruh komponennya dioperasikan dengan menggunakan tenaga listrik. Pada komponen pemanas aspal dengan menggunakann sistem oil heater, ketersediaan sumber daya listrik merupakan persyaratan untuk dapat beroperasinya sistem oil heater tersebut. Pada sistem oil heater ketersediaan sumber daya listrik tersebut dapat diidentifikasi melalui indikator yang terdapat pada panel distribusi listrik. a. Identifikasi panel distribusi listrik untuk mengoperasikan oil heater Keterangan Gambar 13 Kode CKS1 CKS2 KS 1 KS 2 V MC1 MC2 CS 1 PS TH P1 P2 PL1 PL2 PL3 PR F1,F2 Penjelasan Sakelar utama dengan penutup Sakelar dengann penutup Sakelar untuk pompa sirkulasi Sakelar untuk Motor Burner Voltmeter Pengontak magnit untuk pompa sirkulasi Pengontak magnit untuk motor burner Sakelar (Motor Burner ON-OFF) Sakelar tekanann oli panas Indikator pengendali temperatur oli panas Relay pembantu Relay pembantu Lampu sumber daya listrik Lampu operasi Lampu tanda gangguan Relay pengaman Sekering Buku Informasi Gambar 13: Panel distribusi listrik pada Oil Heater Edisi: Halaman: 49 dari 73

51 Cara pengidentifikasian panel distribusi listrik untuk mengoperasikan oil heater meliputi pemeriksaan kondisi fisik alat kendali, sakelar (switch) dan indikator yang terpasang pada panel distribusi. Termasuk memeriksa kondisi kabel instalasi listrik yang masuk ke dalam panel distribusi. b. Pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik untuk mengoperasikan oil heater Untuk mendeteksi ketersediaan sumberdaya listrik pada panel distribusi ini adalah dengan mengfungsikan sakelar utama CKS1 yang akan memberikan indikasi beberapa indikator berfungsi dengan menunjukkan gerakan jarum penunjuknya (dial indicator). Voltmeter adalah indikator yang perlu diamati pada pemeriksaan ketersediaan sumber daya listrik tersebut. c. Pemeriksaan ketersediaan bahan bakar untuk mengoperasikan oil heater Bahan bakar merupakan bahan utama untuk pemanasan oli dalam sistem pemanasan tidak langsung (oil heater system), sehingga dalam persiapan operasi ini harus dilakukan pemeriksaan secara teliti untuk memastikan kecukupannya selama pengoperasian oil heater tersebut. 1) Periksa kondisi dan kecukupan bahan bakar dalam tangki persediaan melalui indikator kaca penduga atau dengan menggunakan dipstick 2) Lakukan penambahan bila terdeteksi bahan bakar kurang, dengan berkoordinasi dengan bagian logistik dan kerja sama dengan anggota kelompok kerja Pengaturan Thermostat a. Ketentuan temperatur pemanasan aspal pada oil heater Aspal cair merupakan salah satu komponen utama dari produk campuran aspal panas (hot mix asphalt, HMA) sehingga kondisi temperatur aspal ini harus dijaga agar selalu berada pada temperatur yang ditetapkan untuk menghasilkan produksi hot mix dengan mutu campuran yang baik. Salah satu contoh pengaturan temperatur pemanasan aspal pada oil heater adalah sebagai berikut: 1) Temperatur bahan bakar yang telah dipanaskan: PH o C 2) Temperatur oli pemanas: - batas tertinggi : TH 180 o C - batas terendah : TH 160 o C 3) Thermostat pembatas : HL 200 o C 4) Temperatur aspal ASTM 1-3 : 160 o C Halaman: 50 dari 73

52 FKK..MP b. Pemeriksaan kondisi dan fungsi thermostatt sesuai dengan Thermostat merupakan alat pengatur temperatur yang berfungsi untuk membatasi temperatur aspal tidak melampaui temperatur yang telah ditentukan, dengan demikian alat tersebut harus dalam kondisi baik dan dapat berfungsi dengan baik pula, untuk menjaga kualitas aspal panas berada pada rentang temperatur yang ditentukan. Pemeriksaan thermostat meliputi: 1) Kondisi thermostat pemanas bahan bakar adalah baik bila sakelar magnet (magnetic switch) (MC) diputar ON dan OFF, menunjukan kinerjanya. 2) Berfungsinya thermostat pembatas temperatur tertinggi (HL) adalah baik bila pembakaran berhenti dan alarm berbunyi pada saat temperatur diturunkan dibawah temperatur oli pemanas. c. Pengaturan posisi batas temperatur pada thermostat Pada oil heater system, pemanasan aspal dalam tangki aspal (asphalt storage tank) dilakukan dengan mengalirkan oli panas dalam rangkaian pipa yang tepasang pada tangki aspal, dan dijaga berada pada temperatur yang telah ditetapkan serta tidak melebihi batas temperatur yang telah ditentukan. 1) Tentukan batas temperatur tertinggi aspal dalam tangki sesuai dengan jenis campuran aspal panas yang akan diproduksi. 2) Stel posisi pembatas temperatur tertinggi padaa thermostat pada posisi temperatur tersebut, misalnya pada posisii 200 o C Pemeriksaan Katup Distribusi a. Posisi bukaan katup pipa distribusi Gambar 14: Oil Heater Buku Informasi Edisi: Pada sistem pemanasan dengan oli panas (oil heater system), dalam aspal tangki penyimpanan (asphalt tank) storage dipanaskan dengan media oli panas (hot oil) yang diedarkan (disirkulasikan) dalam rangkaian pipa yang terpasang di dalam tangki aspal. Halaman: 51 dari 73

53 Untuk menyirkulasikan oli panas tersebut dilakukan dengan dengan mengatur bukaan katup pada pipa distribusi dan mengoperasikan pompa sirkulasi. b. Teknik memosisikan bukaan katup untuk sirkulasi atau untuk pemanasan aspal Sebelum oli dalam sistem pemanas oli (oil heater) disalurkan untuk pemanasan aspal dan komponen lain yang memerlukan pemanasan maka oli dalam tangki oil heater harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang ditentukan. 1) Posisi bukaan katup untuk sirkulasi (Gambar 14) a) Katup sirkulasi (3) dibuka penuh dan katup pengeluaran (1) dan katup pengembalian (2) ditutup. b) Jalankan pompa sirkulasi dan lakukan sirkulasi oli pemanas dalam tangki pemanas beberapa saat untuk membersihkan pipa sirkulasi oli dan kandungan udara dalam oli. 2) Posisi bukaan katup untuk pemanasan aspal a) Buka katup pengeluaran (1) dan katup pengembalian (2). b) Dengan pompa sirkulasi oli panas disalurkan ke sistem pemipaan untuk memanaskan aspal dalam tangki aspal dan komponen lain yang memerlukan pemanasan. c. Pemeriksaan bukaan katup pada posisi yang benar atau mengatur pada posisi bukaan yang benar 1) Sebelum melakukan pemanasan oli dalam tangki utama dari oil heater, harus diperiksa untuk memastikan posisi bukaan katup pada posisi yang benar, yaitu posisi untuk sirkulasi oli pemanas dalam rangka persiapan pemanasan oli pemanas. 2) Posisi bukaan katup untuk sirkulasi oli pemanas adalah katup pengeluaran (1) dan katup pengembalian (2) ditutup sedangkan katup sirkulasi (3) dibuka penuh, dan sebaliknya untuk pemanasan aspal katup pengeluaran (1) dan katup pengembalian (2) dibuka Sirkulasi Oli Panas Pada Sistem Oil Heater a. Fungsi sirkulasi oli panas pada oil heater Sirkulasi oli pemanas pada oil heater dilakukan pada saat kondisi oli masih dingin untuk membersihkan pipa sirkulasi dan mengeluarkan udara dalam sistem oil heater, sehingga pada saat pemanasan sirkulasi oli tersebut telah lancar. Sedangkan pada saat pemanasan sirkulasi tersebut berfungsi untuk mempercepat pemanasan oli dan untuk mendapatkan panas yang merata pada oli yang ditampung dalam tangki utama oil heater. b. Pemeriksaan kecukupan oli dalam tangki ekspansi sesuai dengan 1) Sebelum melakukan pemanasan oli pemanas dalam tangki utama oil heater, harus dilakukan pemeriksaan kecukupan oli pemanas Halaman: 52 dari 73

54 tersebut, yaitu dengan memeriksa kondisi dan kecukupan oli yang ditampung dalam tangki ekspansi, karena oli dari dalam tangki ekspansi ini secara otomatis akan mengisi tangki utama bila jumlah oli dalam tangki utama berkurang dari jumlah yang ditentukan. 2) Pemeriksaan kecukupan oli dalam tangki ekspansi dilakukan dengan memeriksa langsung melalui lubang pengisian di atas tangki ekspansi atau menggunakan dipstik, untuk mendapatkan posisi permukaan oli dalam tangki yaitu harus berada pada posisi setengahnya dari tangki ekspansi dalam kondisi oli dingin. c. Teknik pompa oil heater untuk melakukan sirkulasi dalam sistem oil heater 1) Pompa sirkulasi pada oil heater dihidupkan sebelum dilakukan pemanasan, yaitu sebelum burner dihidupkan untuk memberi kepastian bahwa oli pemanas telah bersirkulasi dengan baik. 2) Langkah pelaksanaan untuk pompa sirkulasi adalah: a) Pastikan oli dalam tangki cukup; b) Buka katup sirkulasi (3); c) Tutup katup pengeluaran (1) dan katup pengembalian (2); d) Hidupkan pompa sirkulasi untuk mensirkulasikan oli pemanas dalam sistem oil heater Pemanasan oli dalam sistem oil heater a. Proses pemanasan oli dalam sistem oil heater 1) Tangki oli (oil tank) terdiri dari tangki utama (main tank) dan tangki ekspansi (expansion tank/sub tank) yang berhubungan langsung melalui pemipaan. Pada tangki utama selalu terisi penuh dengan oli, dan bila kekurangan maka secara otomatis diisi dari tangki ekspansi. 2) Dalam tangki utama terjadi pemanasan oli yang ditimbulkan oleh persinggungan antara gas pembakaran dalam tabung/rangkaian pipa dengan oli yang berada dalam pipa dan disekeliling tabung tersebut. 3) Gas pembakaran ditimbulkan dari burner, yang menggunakan sistem turbo blower, menyemprotkan bahan bakar disertai hembusan blower yang menjadikan bahan bakar terurai halus dan dengan mudah dapat dinyalakan dengan mengaktifkan pemantik (ignition). Gas yang terbakar ini mengalir dalam tabung/pipa dan dengan cepat memanaskan oli dalam tangki utama. 4) Pemanas oli dalam sistem (oil heater system) ini dilengkapi dengan panel pengatur (Hot Oil Heater Control) tersendiri untuk memudahkan pengendaliannya. Halaman: 53 dari 73

55 b. Pemeriksaan kondisi alat pemanas (burner) pada oil heater 1) Proses pemanasan oli pemanas dalam tangki utama oil heater sangat tergantung pada penyalaan burner, dimana penyalaan yang sempurna akan menghasilkan pemanasan oli yang cepat pada temperatur yang telah ditentukan. 2) Pelaksanaan pemeriksaan kondisi burner perlu dilakukan untuk memastikan burner dalam kondisi baik yang akan menghasilkan penyalaan yang sempurna. Pemeriksaan yang dilakukan operator terbatas pada kewenangan operator, yaitu memeriksa secara visual dan bila memerlukan penyetelan yang menjadi kewenangan mekanik, lakukan koordinasi dengan mekanik melalui atasan langsung. 3) Pemeriksaan burner meliputi pemeriksaan nozzle burner, dalam kondisi baik (tidak basah/tersisa bahan bakar, akibat penyemprotan bahan bakar yang tidak sempurna). c. Pemeriksaan kondisi dan kecukupan bahan bakar Bahan bakar merupakan bahan utama untuk menyalakan burner, dan selama mengoperasikan oil heater untuk memanaskan aspal akan memerlukan bahan bakar yang cukup banyak. Untuk menjaga kesinambungan pengoperasian oil heater tersebut, bahan bakar harus diperiksa kecukupannya sebelum mengoperasikan oil heater. 1) Periksa permukaan (level) bahan bakar dalam tangki persediaan melalui kaca penduga atau secara visual melalui lubang pengisian 2) Lakukan penambahan sesuai dengan bila terdeteksi jumlahnya kurang d. Teknik alat pemanas (burner) Burner pada oil heater hanya dapat dihidupkan/dinyalakan bila semua persiapan pemanasan oli dalam tangki utama telah siap. 1) Periksa pompa sirkulasi telah beroperasi dan oli dalam oil heater telah bersirkulasi 2) Periksa semua alat pengendali (temperatur, tekanan dan thermostat) telah distel pada posisi yang benar. 3) Start atau nyalakan burner, dengan menyemprotkan bahan bakar yang disertai dengan hembusan blower yang menjadikan bahan bakar terurai halus dan dengan mudah dapat dinyalakan dengan mengaktifkan pemantik. e. Pelaksanaan tes operasi pemanasan dan penyaluran oli dalam sistem oil heater Tes operasi pemanasan dan penyaluran oli dalam oil heater system dilakukan untuk memastikan sistem pemanasan aspal dapat berfungsi dengan baik. 1) Sirkulasi oli pemanas dalam tangki oil heater a) Panaskan oli dalam tangki utama sesuai dengan ; Halaman: 54 dari 73

56 FKK..MP b) Periksa semua komponen oil heater berfungsi dengan baik; c) Stop burner setelah temperatur oli mencapai 80 ~ 100 o C, dan jalankan terus pompa sirkulasi; d) Periksa sekali lagi dari kemungkinan ada suara yang tidak normal; e) Kandungan air dalam oil pemanas akan mengakibatkan penguapan dengan suara gaduh dari tangki utama; Jaga temperatur oli pada 80 ~ 100 o C sampai suara gaduh tidak terdengar lagi dari tangki utama. 2) Sirkulasi oli pemanas ke dalam plant a) Ubah posisi katup bila burner telah mati. Buka katup pengeluaran (1) dan katup pengembalian (2) untuk menyirkulasikan oli pemanas ke titik-titik yang diperlukan; b) Keluarkan udara dari sistem sirkulasi oli pemanas pada beberapa tempat sambil oli tetap bersirkulasi; c) Periksa pipa dari kemungkinan bocor; d) Lakukan sirkulasi oli pemanas selama kurang lebih 2 jam. 3) Nyalakan kembali burner setelah menutup katup pengeluaran (1) dan katup pengembalian (2) untuk pemanasan oli pemanas dalam tangki utama sampai temperatur yang ditentukan. 4.4 Teknik Menghidupkan Komponen Penyalur Agregat Prosedur Menghidupkan Exhaust Fan a. Hubungan antara pengoperasian pompa air dan exhaust fan Pompa air dan exhaust fan dioperasikan pada saluran gas buang sebagai komponen pengumpul debu ke dua atau pengumpul debu akhir (secondary or final dust collector) dari jenis pengumpul debu basah (wet dust collector). Exhaust fan menghisap gas 1. Venturi 2. Pemisah buang dari pengumpul debu (Separator) 3. Penyemprot pertama (primary dust 4. Exhaust fan (1) 5. Pompa air collector) yang kemung- mengandung (3) kinan masih (2) partikel abu halus yang (4) akan dibuang ke udara bebas melalui cerobong (5) asap. Pengendalian abu partikel abu halus ini dilakukan dengan menyemair dari pompa air protkan Gambar 15: Pengumpul debu basah (Wet dust collector) pada venture (1) yang diarahkan pada penampang melintang yang menyempit. Buku Informasi Edisi: Halaman: 55 dari 73

57 Pada tempat ini partikel debu yang basah sekali mengikuti suatu jalur helikal ke bawah chamber, jatuh di dinding akibat gaya sentrifugal, dan mengalir ke bawah dinding dimana debu diserap oleh penyekap (skimmer) di dasar dan diangkut ke suatu kolam penampung (settling pond). b. Pemeriksaan kesiapan operasi pompa air 1) Pompa air harus dihidupkan diawal pengoperasian mesin pencampur aspal dan harus dalam kondisi siap operasi menyemprotkan air pada saat exhaust fan dioperasikan untuk mengeluarkan gas buang melalui cerobong asap. 2) Pemeriksaan kesiapan operasi pompa air meliputi: a) Ketersediaan sumberdaya listrik untuk menggerakan motor penggerak pompa air; b) Kesiapan kondisi fisik pompa air (berdasarkan hasil pemeriksaan harian); c) Kecukupan persediaan air; d) Pengaturan bukaan katup yang benar. c. Teknik pompa air Setiap akan dan selama mengoperasikan pompa air, ujung pipa hisap (suction pipe) harus selalu terendam air dan tidak ada kebocoran untuk menghidarkan terhisapnya udara ke dalam sistem hisap pompa air. 1) Periksa posisi pipa hisap, terendam air; 2) Tutup katup air yang menuju ke penyemprot; 3) Fungsikan sakelar untuk pompa air; 4) Buka katup yang menuju ke penyemprot yang sebelumnya telah ditutup d. Pemeriksaan kondisi exhaust fan secara visual sesuai Exhaust fan dioperasikan pada putaran tinggi dan selalu bersinggungan dengan gas buang yang panas, sehingga memerlukan pemeliharaan yang baik, terutama pelumasan pada bantalan (bearing). 1) Periksa kondisi fisik daun kipas secara visual; 2) Periksa kembali lembar catatan pemeliharaan harian, apakah sudah diberi pelumasan. e. Teknik exhaust fan Exhaust fan termasuk komponen mesin pencampur aspal yang harus dihidupkan pada urutan awal, karena disiapkan untuk dapat menghisap partikel abu dan uap air yang mungkin masih tersisa serta menghisap abu yang mungkin timbul akibat komponen yang lainnya yang dihidupan. 1) Periksa ketersediaan sumber daya listrik untuk mengoperasikan exhaust fan; Halaman: 56 dari 73

58 2) Fungsikan sakelar untuk exhaust fan; 3) Amati kondisi gas buang yang keluar dari cerobong asap. f. Pemantauan kondisi operasi pompa air dan exhaust fan Pengoperasian pompa air dan exhaust fan harus dalam posisi berimbang dimana kinerja kedua komponen tersebut hanya dapat optimal bila kedua komponen tersebut dapat beroperasi dengan baik. 1) Pantau putaran exhaust fan dari panel monitor; 2) Periksa dari kemungkinan adanya suara yang tidak normal pada exhaust fan; 3) Periksa kinerja pompa penyemprot; 4) Periksa keluaran debu atau air dari gate pengeluaran; 5) Periksa kondisi fisik kolam penampung (settling pond) Teknik Menghidupkan Mixer a. Prosedur mixer 1) Proses akhir pencampuran agregat panas dan aspal untuk memroduksi campuran aspal panas (hot mix) akan berlangsung dalam mixer, sehingga mixer ini harus dalam kondisi baik, siap operasi. 2) Mixer dihidupkan tanpa beban dan diperhatikan kondisinya serta tidak ada kelainan pada sistem operasinya b. Pemeriksaan gate pengeluaran mixer dalam kondisi tertutup 1) Pada akhir kegiatan produksi, kegiatan mixer ini adalah mengeluarkan sisa material produksi, yang juga dipakai untuk melakukan pembersihan mixer, sehingga gate pengeluaran terbuka dan sesuai gate ini harus ditutup lagi sebelum dimatikan. Pemeriksaan gate pengeluaran mixer adalah memastikan gate dalam keadaan tertutup. 2) Posisi bukaan gate pengeluaran mixer adalah menutup saat beroparasi atau saat pencampuran hotmix, dan membuka penuh saat melakukan penuangan hot mix ke dalam alat angkut (dump truck). c. Teknik mixer Pada kegiatan awal komponen pencampur aspal, harus sesuai dengan urutan yang benar agar menghasilkan kondisi operasi yang harmonis, maka untuk mixer harus pada urutan awal setelah exhaust fan. 1) Pastikan bahwa dalam mixer telah kosong, tidak tersisa material produksi; 2) Aktifkan sakelar atau tombol start untuk mixer; 3) Amati putaran kedua poros kembarnya; 4) Amati alat pengatur waktu pencampuran. Halaman: 57 dari 73

59 FKK..MP d. Teknik mendeteksi kelainan suara selama mixer dihidupkan Fungsi mixer adalah mencampur (mixing) material campuran aspal panas (agregat, filler dan aspal) dalam ruang pencampuran dengan menggunakan alat pengaduk (tipe pug mill) dalam kondisi operasi yang sempurna, untuk menghasilkan campuran aspal panas yang baik sesuai dengan ketentuan. Komponen mixer tersebut, kemungkinan dapat menjadi aus atau longgar ikatannya, dan akan berpengaruh kepada mutu campuran aspal panas yang diproduksi. Pemantauan kelainan suara akibat hal tersebut harus dipantau dari waktu ke waktu selama pengoperasian mesin pencampur aspal. 1) Lakukan tes operasi tanpa beban; 2) Amati kondisi operasi dari kedua poros kembar; 3) Amati gerakan/putaran komponen mixer; 4) Pantau kemungkinan terjadinya kelainan suaraa selama dilakukan tes operasi Teknik Menghidupkan Vibrating Screen a. Prosedur vibrating screen. HOT ELEVATOR Vibrating screen harus dihidupkan lebih dahulu sebelum VIBRATING SCREEN hot elevator dan dryer, FILLER ELEVATOR untuk menyiapkan kompotersebut DRAY nen dapat CYCLON menerima dan menyaring agregat panas yang diproduksi dryer dan disalurkan melalui hot elevator. Diharapkan dengan men- ayakan bergetar jalankann (vibrating screen) ini, sisa agregat atau debu dapat dikeluarkan dari screen atau terhisap exhaust fan, sehingga tidak mengkualitas produk ganggu Gambar 16: Mixer, Hot bin, Vibrating screen dan Hot elevator campuran aspal panas b. Pemeriksaan kondisi ayakan (sieve) dan baut ikatannya sesuai dengann 1) Ayakan (sieve) pada vibrating screen beroperasi dalam gerakan bergetar secara terus menerus dan bersinggungan dengan Buku Informasi Edisi: Halaman: 58 dari 73

60 material agregat panas dengan ukuran yang beragam, dan kondisi operasi ini akan mempengaruhi kondisi fisik ayakan tersebut. 2) Kondisi, kebersihan dan luas efektif ayakan akan mempengaruhi efiesiensi ayakan. 3) Harus diperiksa untuk dipastikan bahwa: a) Kondisi baut pengikat ayakan dari kemungkinan rusak atau pengikatannya kurang kuat; b) Kondisi ayakan dari kemungkinan rusak (sobek) atau tersumbat material agregat. c. Teknik vibrating screen Untuk vibrating screen perlu perhatian operator mesin pencampur aspal, karena pada awal dihidupkan komponen ini berfungsi untuk menyalurkan agregat dan abu yang tersisa sehingga screen menjadi bersih yang disiapkan untuk dapat menyaring agregat sesuai dengan gradasi yang telah ditentukan dengan baik. 1) Pastikan mixer telah dihidupkan yang dimungkinkan untuk menerima sisa agregat; 2) Pastikan exhaust fan dan pompa air (dari sistem pengumpul debu basah) telah dihidupkan untuk mengandalikan sisa abu yang akan dikeluarkan melalui cerobong asap; 3) Aktifkan sakelar atau tombol start untuk vibrating screen. d. Pemeriksaan amplitudo getarannya dan kelainan suara yang terjadi setelah vibrating screen dihidupkan Getaran dari ayakan (sieves) ditentukan berdasarkan langkah getaran (amplitudo), sehingga dengan getaran yang tepat akan menghasilkan material yang disaring dapat memenuhi proporsi yang ditentukan, sedangkan putaran motor yang menentukan kecepatan atau jumlah getaran telah ditentukan lebih dahulu. 1) Perhatikan kestabilan amplitudo dari ayakan (sieves) selama dihidupkan; 2) Perhatikan kemungkinan adanya kelainan suara selama dihidupkan; 3) Periksa saluran penghisap abu dari kemungkinan tersumbat; 4) Periksa saluran oversize dari kemungkinan tersumbat Teknik Menghidupkan Hot Elevator a. Prosedur hot elevator Hot elevator dihidupkan setelah vibrating screen dihidupkan sehingga bila masih tersisa agregat atau abu dalam hot elevator dapat disalurkan ke dalam vibrating screen untuk diteruskan ke mixer atau terhisap exhaust fan. Halaman: 59 dari 73

61 b. Pemeriksaan ulang kondisi komponen hot elevator Pemeriksaan ulang kondisi komponen hot elevator terutama untuk meyakinkan bahwa elevator dapat beroperasi dengan baik sehingga agregat panas yang diproduksi dryer dan abu yang disalurkan dari pengumpul debu pertama (dry cyclone) dapat disalurkan secara baik ke dalam vibrating screen dalam jumlah yang tepat sesuai dengan ketentuan. 1) Periksa celah (clearance) antara bucket dan liner lubang pemasukan (chute liner) di atas vibrating screen; 2) Periksa kembali pelumasan rantai penggerak elevator; c. Teknik hot elevator Hot elevator harus dihidupkan sebelum mengoperasikan dryer, untuk disiapkan agar semua agregat panas yang diproduksi dryer dapat tersalurkan dengan baik oleh elevator ini. 1) Pastikan bahwa vibrating screen telah dihidupkan; 2) Aktifkan sakelar atau tombol start untuk hot elevator. d. Pemantauan gerakan elevator Hot elevator dalam pengoperasiannya untuk menyalurkan agregat panas akan mengalami persinggungan terus menerus dengan material panas, sehingga kemungkinan keausan komponennya lebih cepat. Untuk menjaga stabilitas kinerja hot elevator tersebut, perlu langkah pemantauan yang teratur mulai dari saat sampai dengan akhir produksi. 1) Lakukan pemantauan gerakan hot elevator secara fisik atau melalui panel monitor; 2) Perhatikan kemungkinan terjadinya bunyi pada elevator kerena bersinggungannya bucket dengan pelindung elevator (elevator casing) Prosedur Menghidupkan Dryer a. Hubungan pengoperasian dryer dan belt conveyor Agregat dingin dari cold bin disalurkan ke dalam dryer melalui cold conveyor yang terpasang pada cold bin dan dilanjutkan melalui belt conveyor. Belt conveyor ini berfungsi mengubungkan penyaluran agregat dari cold conveyor ke dryer dan selain belt conveyor, penghubung antara cold conveyor dan dryer ini adalah cold elevator. b. Pemeriksaan ulang secara visual komponen dryer. Pemeriksaan ulang secara visual komponen dryer adalah untuk memastikan kesiapan operasinya, yaitu disiapkan untuk dapat beroperasi penuh mengeringkan dan memanaskan agregat yang disalurkan dari cold bin sesuai dengan jumlah yang sudah ditentukan. Halaman: 60 dari 73

62 Disamping itu dryer disiapkan untuk dapat melayani kondisi yang tidak normal, misalnya kondisi agregat dengan kandungan air diatas ketentuan yang telah ditetapkan. Dan menghadapi kondisi tersebut maka semua komponen dryer harus dalam kondisi baik, untuk dapat beroperasi secara optimal tanpa hambatan. 1) Kepada beberapa komponen telah dilakukan pelumasan, perhatikan kondisi/hasil pelumasannya; 2) Perhatikan tidak terdapat benda atau kotoran tertinggal di dalam dryer. c. Teknik dryer 1) Dryer dihidupkan sebelum belt conveyor (penghubung cold conveyor dan dryer) dihidupkan, sehingga telah siap menerima agregat bila masih tersisa dalam belt conveyor. 2) Bila mesin pencampur aspal ini dilengkapi dengan sistem pengumpul abu jenis bag filter, dryer harus dioperasikan selama kurang lebih 5 menit dengan pembakaran yang rendah dari burner dalam kondisi tanpa beban. 3) Langkah untuk dryer adalah: a) Pastikan hot elevator telah dihidupkan dan dalam kondisi jalan; b) Pastikan sumberdaya listrik telah tersedia dengan tegangan, arus dan frekuensi sesuai dengan spasifikasi motor dryer; c) Aktifkan sakelar atau tombol start untuk dryer. d. Pemeriksaan kecepatan putar dryer sesuai dengan Kecepatan putar dryer yang ditunjang dengan kondisi sudu-sudu (flights) yang baik dan bersih (tidak tersumbat) akan menghasilkan mutu agregat panas yang baik, sehingga perlu dijaga agar putaran dryer tetap konstan pada putaran yang ditentukan. 1) Periksa kecepatan putar dryer berada pada putaran yang konstan; 2) Perhatikan tidak ada suara yang tidak normal pada komponen dryer yang terkait dengan putaran dryer (rantai, gigi trunion, dan lainnya). e. Pemeriksaan ulang kondisi belt conveyor Pemeriksaan ulang kondisi belt conveyor untuk memastikan kesiapan operasinya, yang berfungsi menyalurkan agregat dingin dari cold conveyor dalam jumlah yang ditentukan. Kondisi yang baik dari belt conveyor yang mampu melayani penyaluran agregat yang akurat sesuai dengan ketentuan jumlah untuk campuran aspal panas yang akan diproduksi. 1) Periksa kondisi sabuk (belt) dari kemungkinan rusak; 2) Perhatikan kelurusan (alignment) posisi sabuk; f. Teknik belt conveyor setelah dryer dihidupkan Belt conveyor dihidupkan setelah dryer dihidupkan, yang memungkinkan untuk menyalurkan agregat dingin yang tersisa pada Halaman: 61 dari 73

63 belt conveyor ke dalam dryer atau siap menerima penyaluran agregat yang mungkin masih tersisa dari cold conveyor. 1) Pastikan dryer telah hidup dan beoperasi dengan baik; 2) Aktifkan sakelar tombol start untuk belt conveyor. g. Pemeriksaan kondisi operasi belt conveyor Kondisi operasi belt conveyor akan berpengaruh terhadap kapasitas angkutnya, sehingga untuk menghasilkan jumlah agregat yang tepat sesuai dengan jumlah yang ditentukan harus dipastikan bahwa kondisi operasi belt conveyor harus baik. 1) Perhatikan gerakan dari sabuk (belt) dalam kondisi baik, rata tidak terjadi gerakan yang tidak normal; 2) Perhatikan gerakan rol dan bearing, tidak terjadi kelainan suara Teknik Menyalakan Dryer Burner a. Prosedur penyalaan dryer burner 1) Pengeringan agregat (dari uap air) dan kemudian memanaskan agregat sampai temperatur tertentu berlangsung dalam dryer. 2) Proses pengeringan dan pemanasan agregat yang baik terjadi karena salah satunya adalah penyalaan burner yang sempurna. a) Nyala api dari burner merupakan salah satu kunci yang mempengaruhi kualitas campuran aspal panas dan juga menentukan biaya operasi suatu unit mesin pencampur aspal. b) Pemakaian bahan bakar yang tepat akan menentukan pembakaran yang sempurna, meniadakan/mengurangi polusi dan menurunkan biaya operasi. 3) Pabrik pembuat burner telah menentukan jenis bahan bakar yang tepat untuk dipakai dalam proses pemanasan agregat dalam dryer, dan untuk menghasilkan pembakaran yang sempurna ada bahan bakar tertentu yang harus dipanaskan antara 55 o C 90 o C sebelum dipakai untuk penyalaan burner. b. Pemeriksaan kondisi penyemprot (nozzle) dari dryer burner Disamping penggunaan bahan bakar yang tepat, kualitas penyalaan burner juga dipengaruhi oleh kualitas penyemprotan bahan bakar ke dalam ruang bakar, yaitu tergantung pada kondisi penyemprot bahan bakar (nozzle). 1) Periksa ujung nozzle dari kemungkinan tersumbat, ditandai dengan adanya bekas bahan bakar yang meleleh disekeliling lobang penyemprot nozzle. 2) Pastikan bahwa pompa penyemprot bahan bakar dan blower dalam kondisi baik. c. Teknik menyalakan dryer burner Teknik penyalaan burner ini tergantung dari jenis/sistem penyalaan burner yang ada pada tiap mesin pencampur aspal. Halaman: 62 dari 73

64 1) Pastikan dryer telah hidup dan dijalankan dengan baik; 2) Penyalaan burner secara manual, dengan pemantik burner a) Tekan secara manual sakelar (switch) pemantik pada kotak pemantik (pilot burner ignition box); b) Buka katup bahan bakar, untuk menyemprotkan bahan bakar dan menyalakan burner. 3) Pada penyalaan otomatis a) Tekan tombol START pada panel control; b) Bahan bakar secara otomatis dinyalakan; c) Penyalaan diatur secara otomatis. d. Pengaturan penyalaan dryer burner untuk memanaskan dryer sebelum agregat disalurkan 1) Penyalaan dryer burner untuk memanaskan dryer sebelum agregat disalurkan (tanpa material), adalah untuk menyiapkan dryer agar mampu mengeringkan dan memanaskan agregat yang masuk ke dalam dryer dalam waktu yang tepat dengan kondisi panas agregat mencapai temperatur yang telah di tentukan (antara 145 o C sampai 175 o C). 2) Harus dihindarkan penyalaan yang sia-sia, karena akan memerlukan bahan bakar yang cukup banyak. Nyalakan burner sampai stabil selama kurang lebih lima menit untuk siap menerima agregat dingin yang akan diapanaskan dalam dryer Sistem kelistrikan komponen mesin pencampur aspal Sistem kelistrikan untuk beberapa motor penggerak komponen memiliki karakteristik khusus yang harus mendapat perhatian operator (contoh dari salah satu produk mesin pencampur aspal). Pada kegiatan komponen mesin pencampur aspal. a. Motor penggerak exhaust fan, blower, dan mixer memerlukan system start Y (sistem start STAR DELTA) b. Motor penggerak komponen screen, hot elevator, (top size screen, bila terpasang) dan dryer terhubungkan satu sama lain (interlocked). Demikian juga motor penggerak blower, mixer, dan spray pump tersambungkan satu sama lain (interlocked) Halaman: 63 dari 73

65 FKK..MP Screen Hot Elevator (Top Size Screen) Dryer Blower Mixer Spray Pump c. Untuk mengoperasikan motor penggerak tersebut ( dan mematikan) tidak boleh keliru dalam urutannya (harus berurutan secara sekuensi) 4.5 Teknik Menghidupkan Komponen Penyalur Filler Pemeriksaan Komponen Penyalur Filler a. Komponen penyalur filler yang harus diperiksa Komponen penyalur filler yang harus diperiksa sebelum (2) dioperasikan, adalah filler (1) (4) elevator dan screw conveyor. Terdapat dua filler elevator yaitu elevator (1) yang berfungsi mengisi filler silo dan elevator (2) yang berfungsi menyalurkann filler ke dalam hopper. Konveyor ulir (screw (3) conveyor) juga terdiri dari dua unit yaitu konveyor ulir (3) yang Gambar 17: Komponen penyalur filler berfungsi menyalurkan filler (1) Filler elevator pengisi silo (2) Filler elevator pengisi filler hopper dari hopper ke dalam elevator (3) Konveyor ulir pengsisi elevator (4) Konveyor ulir pengisi penimbang (2) dan konveyor ulir (4) yang menyalurkann filler dari hopper ke dalam bak penimbang. b. Pemeriksaan kondisi konveyor ulir dan filler elevator. Kondisi operasi konveyor ulir dan filler elevator harus dalam kondisi baik, karena harus siap menyalurkan filler pada saat dan jumlah yang tepat untuk proses produksi ampuran aspal panas. Pemeriksaan kembali komponen ini adalah untuk memastikan kesiapan operasinya. 1) Konveyor ulir Periksa kondisi alur pada ulir pada konveyor dari kemungkinan adanya pengendapan filler yang akan menggangu kapasitas Buku Informasi Edisi: Halaman: 64 dari 73

66 konveyor yang harus menyalurkan filler dari silo ke elevator dan dari hopper ke kotak penimbang dalam jumlah yang tepat. 2) Filler elevator a) Periksa kondisi bucket dari kemungkinan masih terisi filler yang melekat pada bucket. b) Periksa kondisi ikatan bucket pada rantai dari kemungkinan longgar. c. Pemeriksaan posisi gate/katup pada dasar silo 1) Filler merupakan material halus yang selain pengisi rongga dalam campuran aspal panas, tapi juga dapat meningkatkan stabilitas, elestisitas, mengurangi pengaruh perubahan temperatur dan meningkatkan kekuatan dari campuran aspal panas. Sehingga dengan sifatnya tersebut perlu penanganan yang baik. 2) Periksa gate pada dasar silo dari kemungkinan bocor, yang dapat mengurangi jumlah persediaan dalam silo karena dapat mengalir pada lubang yang kecil sekalipun Teknik Menghidupkan Konveyor Ulir a. Prosedur konveyor ulir Konveyor ulir dihidupkan pada saat diperlukan, misalnya pada proses penimbangan filler, maka konveyor ulir akan dihidupkan untuk menyalurkan filler dari filler hopper ke dalam kotak penimbang dan segera dimatikan bila telah tercapai jumlah yang ditentukan dalam bak penimbang. 1) Pastikan bahwa gate atau katup dari silo atau hopper dalam kondisi tertutup. 2) Tekan tombol start untuk konveyor ulir (konveyor ulir pengisi kotak penimbang atau konveyor ulir untuk pengisi elevator) b. Percobaan operasi (mematikan kembali) konveyor ulir setelah dihidupkan Karena sistem pengoperasiannya yang tidak terus menerus beroperasi, maka dalam persiapan operasi harus disiapkan agar mampu dioperasikan sesuai dengan kondisi operasi tersebut. 1) Matikan sementara konveyor ulir, dan periksa gerakan yang mungkin masih terjadi. 2) Hidupkan kembali konveyor ulir tersebut, periksa ketepatan reaksi gerakan operasinya. c. Pemeriksaan kondisi operasi konveyor ulir sesuai 1) Material yang disalurkan adalah material halus yang dapat menggumpal dalam saluran konveyor ulir, maka dengan gerakan putar yang stabil dapat menyalurkan filler tepat jumlahnya tanpa ada filler yang tersisa. Halaman: 65 dari 73

67 FKK..MP ) Periksa kondisi operasi konveyor ulir dari kemungkinan terhenti gerakannya saat dioperasikan yang dapat menimbulkan penumpukan filler dan mungkin dapat menggumpal dan akan mengganggu kapasitas konveyor ulir Teknik Menghidupkan Filler Elevator a. Prosedur filler elevator Seperti halnya dengan konveyor N a i k ulir, filler elevator ini dioperasikan Leveler sesuai dengan kebutuhan, yaitu T u r u n mengisi silo atau filler hopper bila Setelah terdeteksi penurunan filler jumlah filler padaa kedua komponen tersebut telah kurang atau mendekati batas minimal yang Gambar 18: Leveler pada silo atau hopper dapat dilihat dari leveler. 1) Pada pengoperasian secara otomatis, untuk start dan stop dengan sinyal dari pengukur permukaan, baik untuk kegiatan penimbangan maupun pengisian filler yang diatur dari control panel penimbangan. 2) Pendeteksian dari pengurangan dan kenaikann permukaan filler dengan pengukur permukaan filler (leveler). 3) Apabila penurunan permukaan terdeteksi, komponen pengisi filler startt setelah beberapa waktu yang ditentukan (pengurangan jumlah filler dalam bin terdeteksi setelah waktu yang diset, kurang lebih 20 detik) b. Percobaan operasi (mematikan dan kembali) filler elevator setelah dihidupkan Untuk percobaan operasi pada awal filler elevator ini dihidupkan, adalah untuk menyiapkan filler elevator dapat beroperasi dengan baik sesuai dengan fungsinya menyalurkan filler pada saat diperlukan. 1) Matikan sementara konveyor ulir, dan periksa gerakan yang mungkin masih terjadi dari rantai dan bucket. 2) Hidupkan kembali elevator tersebut, periksa ketepatan reaksi gerakan operasinya, adakah kejutan yang terjadi yang dapat mempengaruhi kinerja elevator. c. Pemeriksaan kondisi operasi filler elevator 1) Material yang disalurkan adalah material halus yang dapat menggumpal dalam bucket, maka dengan gerakan elevator yang stabil dapat menjaga tidak terjadi filler yang tersisa dalam bucket 2) Periksa kondisi operasi konveyor ulir dari kemungkinan terhenti gerakannya saat dioperasikan yang dapat menimbulkan penumpukan filler pada bucket dan mungkin dapat mengganggu kapasitas bucket. Buku Informasi Edisi: Halaman: 66 dari 73

68 4.6 Pemeliharaan Setelah Menghidupkan Mesin Pencampur Aspal Pemantauan Komponen Yang Bergerak a. Identifikasi komponen yang bergerak pada mesin pencampur aspal 1) Pengoperasian mesin pencampur aspal untuk memroduksi campuran aspal panas, ditunjang dengan beroperasinya semua komponen dalam kondisi baik dan harmonis sesuai dengan fungsinya masing-masing komponen. 2) Gerakan operasi dari komponen mesin pencampur aspal tersebut telah dipantau sejak mulai dihidupkan, percobaan operasi dan waktu tunggu (stand by) untuk dapat memastikan siap operasi. b. Penentuan komponen yang bergerak berfungsi dengan baik 1) Mesin pencampur aspal merupakan peralatan produksi yang dalam pengoperasiannya merupakan gabungan pengoperasian komponen utama yang secara individu beroperasi sendiri tapi secara sistem produksi merupakan bagian dari seluruh proses produksi, sehingga teknik pengoperasian mesin pencampur aspal ini sangat berbeda dengan pengoperasian peralatan jalan lainnya. 2) Dasar untuk dapat mengoperasikan mesin pencampur aspal, adalah semua komponen utama harus dalam kondisi baik siap operasi, sehingga setiap tahapan proses produksi dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan ketentuan, untuk menghasilkan produk campuran aspal yang baik sesuai dengan persyaratan teknis yang ditentukan. 3) Berdasarkan hasil identifikasi terhadap semua komponen, terutama komponen yang bergerak, dapat ditentukan bahwa setiap komponen dapat berfungsi dengan baik berdasarkan kriteria yang ditentukan, misalnya gerakan sabuk dari konveyor sabuk (belt conveyor) lurus dan stabil tidak terdapat gerakan yang tersendat dan tidak terdeteksi suara yang tidak normal. c. Tindak lanjut bila terdeteksi ada kelainan pada komponen yang bergerak 1) Prosedur tindak lanjut a) Setiap ada kelainan yang terdeteksi selama melakukan pemantauan komponen yang bergerak, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan b) Jangan melakukan tindakan pebaikan bila belum ada perintah dari atasan atau perbaikannya di luar kewenangan operator c) Melakukan kerjasama dengan petugas perbaikan (mekanik) yang ditugaskan untuk mengatasi kelainan tersebut 2) Tindak lanjut bila terdeteksi ada kelainan pada komponen yang bergerak Halaman: 67 dari 73

69 a) Periksa komponen yang bergerak yang terdeteksi mengalami kelainan; b) Catat kelainan yang terdeteksi pada komponen dan laporkan kondisi kelainan yang ditemukan secara lebih rinci; c) Laporkan hasil pemeriksaan dan temuan yang didapat serta tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih berat; d) Sementara itu komponen tidak boleh dioperasikan dahulu, menunggu hasil pemeriksaan atau perbaikan yang dilakukan oleh mekanik khusus yang ditugaskan mengatasi kerusakan tersebut; e) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan perbaikan dengan petugas yang ditunjuk (mekanik) untuk mengatasi kelainan tersebut Pemeriksaan Kebocoran Aspal a. Prosedur pemeriksaan kebocoran pada sistem oil heater 1) Dalam sistem pemanasan dengan oli (oil heater syetem) bersirkulasi media oil heater (oli panas) yang mempunyai temperatur dan tekanan yang tinggi. Kondisi media oil heater tersebut berpotensi menimbulkan kebocoran pada sistem pemipaan atau lokasi lainnya. 2) Pemeriksaan yang teratur dapat mendeteksi lebih awal kemungkinan terjadinya kebocoran, sehingga dapat menghindarkan perbaikan yang lebih berat dan waktu tunggu (karena perbaikan) yang lebih lama. 3) Kondisi oil heater system yang baik, tanpa gangguan dan tanpa kebocoran akan meningkatkan efisiensi produksi campuran aspal panas. b. Pendeteksian lokasi kebocoran pada komponen penyalur aspal 1) Pemanasan aspal dalam tangki persediaan dilakukan melalui proses oil heater system, dimana oli panas disalurkan dalam pipa yang terpasang dalam tangki persediaan aspal (asphalt storage tank). Dalam pemeriksaan sistem oli heater, dapat dilakukan bersama dengan pemeriksaan kemungkinan ada kebocoran pada komponen penyalur aspal, untuk menyiapkan komponen tersebut dapat dioperasikan tanpa gangguan kebocoran. 2) Lokasi kebocoran pada umumnya terjadi pada pompa penyalur aspal (kebocoran seal), sambungan pipa dan katup-katup. c. Pemeriksaan adanya bekas kebocoran aspal pada komponen penyalur aspal sesuai dengan 1) Kebocoran aspal dapat dideteksi dari adanya bekas aspal yang tersisa pada komponen akibat pengoperasian sebelumnya dan langkah pemeriksaan yang teratur dapat mendeteksi gejala Halaman: 68 dari 73

70 kebocoran tersebut dan dapat mengambil langkah untuk mengatasinya. 2) Pemeriksaan kemungkinan adanya bekas kebocoran aspal dilakukan pada komponen yang diprediksi dapat mengalami kebocoran aspal, diantaranya katup-katup (valves), sambungan pipa dan pompa penyalur aspal Pemeriksaan Panel Monitor a. Jenis alat kendali pada panel monitor Pada dasarnya panel kendali (control panel) terdiri dari beberapa jenis alat kendali untuk memudahkan pengendalian operasi mesin pencampur aspal. Gambar 19: Control Panel Semua kegiatan pengendalian pengoperasian mesin pencampur aspal tersebut seluruhnya dapat dilaksanakan dari ruang operator diantaranya dengan menggunakan tombol-tombol kotak magnet. Tombol-tombol ini disusun berdasarkan, untuk menghindarkan kesalahan yang tidak perlu dari operator. Secara garis besar jenis alat kendali terdiri dari: Tombol tekan (push button); Lampu indikator; Sakelar (switch); Meteran (dial gauge); Layar tampilan (monitor); Keyboard. b. Pendeteksian tanda/gejala panel monitor berfungsi dengan baik Setiap kondisi operasi komponen mesin pencampur aspal dapat dideteksi dari panel monitor ini, sehingga panel monitor ini perlu mendapatkan perhatian khusus, terutama terkait dengan kinerja dari masing-masing alat kontrol, baik yang merupakan alat kendali, indikator maupun gambar visual pada layar monitor. Kinerja setiap alat kendali dan indikator dapat dideteksi berfungsi dengan baik, bila telah dilakukan pengetesan atau percobaan operasi yang menunjukkan fungsi dari masing-masing alat kendali dan indikator tersebut. Halaman: 69 dari 73

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 382 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 382 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 382 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.005.01

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR OTOMOTIF SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN MEMERIKSA SISTEM KEMUDI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : OPERATOR BATCHING PLANT (BATCHING PLANT OPERATOR) Kode Jabatan Kerja : Kode Pelatihan : INA-5200.221.08 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Asphalt Mixing Plant Manager Kode Jabatan Kerja : INA. 5111333 / KON. MT1. V Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SEBELUM OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.006.01 BUKU

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran 3.1. Pengertian Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Asphalt Mixing Plant (AMP) atau unit produksi campuran beraspal adalah seperangkat perlalatan mekanik

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI DETEKSI KEBOCORAN DAN COMMISSIONING JARINGAN PERPIPAAN SPAM Kode Jabatan Kerja :... Kode Pelatihan :... DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

MANUAL Konstruksi dan Bangunan No. 001 / BM / 2007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal

MANUAL Konstruksi dan Bangunan No. 001 / BM / 2007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal Berikut ini adalah versi HTML dari file http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/pedoman_teknik54.pdf. G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. MANUAL

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KETENTUAN K3 DAN KETENTUAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI TEMPAT KERJA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.008.02

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 384 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 384 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 384 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI F45.TLBA.01.002.02

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.001.02 BUKU KERJA

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KATA PENGANTAR... 4 1.1 Konsep

Lebih terperinci

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI CLUSTER OPERATOR INSTRUMENTASI SPAM NAMA PEMOHON NAMA ASESOR LEMBAGA SERTIFIASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI)

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL FORMULA CAMPURAN KERJA BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 16

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 16 DAFTAR ISI HALAMAN BAB I PENGANTAR... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi... 2 1.2. Penjelasan Modul... 2 1.2.1. Desain Modul... 3 1.2.2. Isi Modul... 3 1.2.3. Pelaksanaan Modul... 4 1.3.

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Kode Unit : 1.2 Judl Unit : Melaksanakan Peraturan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan Ketentuan Mutu 1.3 Deskripsi Unit : Unit ini menggambarkan ruang lingkup pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR...

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI.01 BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT PAM.MM03.002.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN ATAS (BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI:.01 BUKU KERJA

Lebih terperinci

Perancangan Metode Survei

Perancangan Metode Survei MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Perancangan Metode Survei BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 13

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 13 DAFTAR ISI HALAMAN BAB I PENGANTAR... 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi... 1 1.2. Penjelasan Modul... 1 1.2.1. Desain Modul... 2 1.2.2. Isi Modul... 2 1.2.3. Pelaksanaan Modul... 3 1.3.

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PERHITUNGAN BIAYA AKIBAT ADANYA PERUBAHAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Melaksanakan K3 F.45 TPB I BUKU KERJA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Melaksanakan K3 F.45 TPB I BUKU KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Melaksanakan K3 BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1. Unit Kompetensi yang

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN DRAINASE NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I STANDAR

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Teknisi Geoteknik Klasifikasi : Bagian Sub Bidang Sumber Daya Air Kualifikasi : Sertifikat III (tiga) / Teknisi Senior Kode Jabatan Kerja

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKUKAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA. No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Mekanikal / Bangunan Gedung

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Mekanikal / Bangunan Gedung KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI PESAWAT LIFT & ESKALATOR Sub Sektor/ Bidang Pekerjaan : Mekanikal / Bangunan Gedung Klasifikasi Pekerjaan : Perencana, Semua Bagian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BEKERJASAMA DENGAN REKAN KERJA NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru No.46, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Jasa Konstruksi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 24/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION

SESSION 12 POWER PLANT OPERATION SESSION 12 POWER PLANT OPERATION OUTLINE 1. Perencanaan Operasi Pembangkit 2. Manajemen Operasi Pembangkit 3. Tanggung Jawab Operator 4. Proses Operasi Pembangkit 1. PERENCANAAN OPERASI PEMBANGKIT Perkiraan

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan Kerja : MEKANIK KAPAL KERUK (DREDGER MECHANIC) Klasifikasi : Pelaksanaan Sub Bidang Pekerjaan Sumber Daya Air Kualifikasi : Sertifikat II

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN HIDUP KODE UNIT KOMPETENSI:

Lebih terperinci