PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR"

Transkripsi

1 PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi Perbankan Syari ah OLEH: KHOIRIL UMAM ( ) JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) SALATIGA 2012

2

3

4 MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO: Kegagalan bukanlah akhir dari semuanya, maka belajarlah dari kegagalan itu untuk meraih kesuksesan. Sukses adalah dapat mempertimbangkan imajinasi menjadi kenyataan dan bejalanlah sejauh atau semaksimal mungkin. PERSEMBAHAN Allah S.W.T Nabi Agung Muhammad S.A.W Bapak dan Ibu tercinta Seluruh keluarga besarku Sahabat-sahabatku STAIN Salatiga BMT SUMBER USAHA Kembangsari Mahasiswa DIII Perbankan Syari ah angkatan 2009 Semua pihak yang membantu penyelesaian Tugas Akhir ini

5 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayah-nya telah menjadikan penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini tepat pada waktunya. Maksud dari penulis Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan kelulusan mencapai derajad Ahli Madya (A.Md) pada Program Studi Diploma III Perbankan Syari ah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu melalui ruang ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih kepada : 1. Bpk. Imam Sutomo selaku Ketua beserta Dosen dan Staff STAIN Salatiga, yang telah memberikan dukungan dan fasilitas baik secara langsung maupun tidak langsung. 2. Bpk. Abdul Aziz, N.P, MM selaku Kaprodi DIII Perbankan Syari ah STAIN Salatiga yang telah memberikan tuntunan hingga selesainya penulisan Tugas Akhir ini. 3. Bpk. Nafis Irkhami, M.Ag selaku Dosen pembimbing yang telah dengan sabar memberikan pengarahan hingga selesainya penulisan Tugas Akhir ini.

6 4. Ibu Rodliyatul Hani ah, SE selaku manajer BMT SUMBER USAHA beserta staff karyawan, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk belajar mengenal dunia kerja. 5. Bapak dan Ibu serta saudara-saudara penulis, yang memberikan dorongan moril maupun materiil hingga penulis mampu menyelesaikan studi tepat waktu. 6. Teman-teman seangkatan penulis serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya, yang telah memberikan bantuan yang berguna bagi kelancaran penulisan Tugas Akhir ini. Akhirnya, penulis menyadari atas keterbatasan yang dimiliki dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, sehingga masih ditemui kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karenanya kritik dan saran dari pembaca sangat penulis nantikan. Namun demikian sekecil apapun karya ini, penulis berharap hasil Tugas Akhir ini akan bermanfaat bagi pembaca dan terutama akan dapat membantu meningkatkan kinerja BMT SUMBER USAHA, dimana penulis melakukan penelitian. Salatiga, 10 September 2012 Penulis Khoiril Umam

7 ABSTRAK Khoiril Umam, PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL. Program Studi D III Perbankan Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembiayaan yang diberikan oleh BMT Sumber Usaha terhadap pengusaha pedagang kecil. Dimana penelitian ini lebih ditekankan pada pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh BMT Sumber Usaha terhadap pengusaha pedagang kecil. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis data primer dan sekunder yang bersifat empiris atau non doktrinal. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan pembagian angket atau kuesioner, sedangkan teknik analisa data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh hasil, bahwa pemberian kredit dengan sistem bagi hasil dari BMT Sumber Usaha mampu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap usaha pedagang kecil di wiliyah Kembangsari dan sekitarnya. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil analisa atas data-data yang telah dihimpun oleh penulis dan kemudian dengan analisa regresi yang dibantu dengan menggunakan SPSS for Windows menghasilkan suatu persamaan yang dapat digunakan untuk menyimpulkan terdapat pengaruh signifikan atau tidak pemberian kredit yang diberikan BMT Sumber Usaha terhadap pengusaha pedagang kecil. Implikasi teoritis penelitian ini adalah adanya pengaruh sistem pembiayaan yang diberikan oleh BMT Sumber Usaha, sehingga diharapkan tercipta pemberdayaan terhadap pedagang kecil. Sedangkan impliksasi praktisnya hasil penelitian ini dapat digunakan oleh lembaga keuangan yang lainnya untuk memberdayakan pedagang kecil. Keywords : Pembiayaan, pendapatan, pedagang kecil.

8 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Persetujuan Pembimbing... ii Halaman Pengesahan... iii Motto dan Persembahan... iv Kata Pengantar... v Abstrak... vii Daftar Isi... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 5 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 5 D. Penelitian Terdahulu... 6 E. Metode Penelitian... 7 F. Penegasan Istilah... 9 G. Sistematika Penulisan... 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka Tinjauan Lembaga Keuangan Konvensional Tinjauan Lembaga Keuangan Syariah BAB III GAMBARAN OBJEK A. Gambaran Umum... 31

9 B. Data Deskriptif BAB IV ANALISIS A. Analisis Deskriptif B. Analisis Kuantitatif C. Interpretasi Hasil Analisis Regresi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN

10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam bidang ekonomi harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat serta mengatasi ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial. Untuk itu perlu dilakukan penumbuhan sikap kemandirian dari manusia dan masyarakat Indonesia melalui peningkatan peran serta efisiensi dan produktivitas dalam rangka peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan lahir batin. Dengan demikian penataan dan pemantapan usaha nasional keseluruhannya dilakukan bersamaan dengan upaya peningkatan pemerataan yang meliputi peningkatan ekonomi rakyat, perluasan kesempatan usaha dan lapangan kerja, serta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu masalah yang mendapat perhatian serius dari kalangan kaum intelektual muslim pada waktu sekarang ini adalah bantuan yang dibutuhkan oleh pedagang kecil yang kurang dalam permodalan, lemah akan pengetahuan pengembangan usaha dan juga keterampilan untuk mengolah usaha. Pedagang kecil dan menengah di wilayah pedesaan merupakan sasaran para kaum intelektual muslim karena sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di daerah pedesaan. Penduduk desa yang jumlahnya sangat besar sangat efektif bila diajak bekerja sama dalam pengelolaan suatu usaha.

11 Masalah yang mereka hadapi adalah keadaan ekonomi mereka yang lemah sehingga berimbas pada melemahnya permodalan usaha. Keterbatasan pengetahuan mereka sangat mempengaruhi pola pikir, sehingga kebanyakan dari pedagang kecil dalam mengelola usaha mereka menggunakan cara tradisional yang tidak mengenal sistem manajemen. Dalam kenyataan banyak sekali kita jumpai kredit-kredit formal ini hadir di tengah-tengah masyarakat. Namun kehadiran kredit-kredit formal ini tidak bisa dirasakan oleh pedagang kecil. Kebanyakan dari lembaga kredit formal tersebut menggunakan peraturan yang tidak mampu dijangkau oleh para pedagang kecil. Kredit-kredit formal tersebut memberikan batasan minimal untuk peminjaman kredit seperti dengan sistem batas minimal satu juta untuk peminjaman kredit. Kehadiran lembaga-lembaga kredit formal tersebut belum bisa memberikan pemecahan bagi permasalahan pedagang kecil khususnya mengenai permodalan. Kendala-kendala tersebut di atas menyebabkan pedagang kecil enggan untuk menggunakan fasilitas kredit yang telah disediakan oleh lemabagalembaga keuangan formal. Akibatnya mereka menjalani jala pintas dengan meminjam modal pada penyedia kredit liar seperti: rentenir, ijon, tengkulak dan lembaga keuangan tidak resmi, yang akibatnya hanya mengatasi masalah kesulitan dana untuk sementara waktu saja, selanjutnya akan terjerat oleh kesulitan yang berkepanjanangan. Hal tersebut bisa terjadi karena bunga pinjaman lebih besar dari uang pinjaman itu sendiri.

12 Mengingat pentingnya bantuan permodalan bagi masyarakat pedesaan dan belum berhasilnya lembaga kredit non formal yang ada dalam mengatasi masalah tersebut di atas, maka perlu pemikiran lembaga dan pola kredit yang bagaimana yang bisa efektif untuk dimasyarakatkan di daerah pedesaan. Lembaga kredit tersebut diharapkan bisa efektif dan lebih luas jangkauan nasabahnya serta dapat membantu usaha pedagang kecil dalam penyalurannya lebih ditekankan pada prosedur yang mudah, murah dan mengarah. Lembaga perkreditan atau pembiayaan yang dimaksud adalah lembaga keuangan syari ah Baitul Maal Wat Tamwil atau disingkat dengan nama BMT. BMT SUMBER USAHA merupakan buah pemikiran dari kaum intelek muslim yang memikirkan keadaan perekonomian rakyat, utamanya para pengusaha kecil dan menengah yang belum dapat tercover oleh lembaga keuangan formal yang merebak di masyarakat. Para cendekiawan muslim daerah Kembangsari dan sekitarnya dalam hal ini mengambil langkah untuk mendirikan BMT, mengingat BMT merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat dibutuhkan kehadirannya oleh masyarakat kecil pedesaan yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan taraf hidup masyrakat. Sesuai dengan tujuan dari pada pemberian pembiayaan adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat baik di daerah pedesaan maupun pedagang kecil, dan tidak semata-mata mencari laba atau keuntungan. Salah satu tujuan adalah untuk dapat menyalurkan kredit kepada masyarakat sehingga mampu meningkatkan

13 produktifitas dan menambah lapangan pekerjaan sehingga mampu mempertinggi pendapatan masyarakat. Fungsi BMT SUMBER USAHA adalah mendekatkan permodalan dengan sistem pembiayan yang mudah, murah dan mengarah pada masyarakat sesuai dengan moto dari BMT SUMBER USAHA, juga membentuk modal masyarakat yang diarahkan pada usaha peningkatan produksi dan melindungi masyarakat pedesaan dari pengaruh pelepas uang tidak resmi serta membimbing masyrakat desa untuk lebih mengenal dan mamahami asas-asas ekonomi permodalan. BMT SUMBER USAHA yang beroperasi di wilayah Kembangsari diharapkan akan bermanfaat bagi pedagang kecil dalam usaha mengatasi kesulitan masalah permodalan. BMT SUMBER USAHA bersedia membantu membiayai setiap usaha tersebut layak akan dijalankan dan ada kesanggupan dari peminjam akan mengembalikan tepat waktu, baik itu di bidang pertanian, peternakan, industri kecil, kerajinan tangan dan juga bidang perdagangan. Dengan melihat keadaan di atas, peneliti ingin mengkaji lebih jauh tentang pengaruh pembiayaan yang diberikan BMT SUMBER USAHA terhadap peningkatan pendapatan dalam hal ini adalah laba pedagang kecil di pedesaan sehingga penelitit tertarik untuk mengadakan penelitian dengan mengambil judul: PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL.

14 B. Rumusan Masalah Berdasarkan dengan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan dibahas dalam tugas akhir sebagai berikut: 1. Bagaimanakah prosedur pembiayaan yang disediakan BMT SUMBER USAHA? 2. Apakah ada pengaruh pembiayaan yang diberikan BMT SUMBER USAHA terhadap pendapatan pedagang kecil? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Adapun mengenai tujuan dari penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui jenis-jenis pembiayaan yang disediakan oleh BMT SUMBER USAHA. b. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pembiayaan yang diberikan BMT SUMBER USAHA terhadap usaha kecil terutama pedagang kecil. 2. Dari hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat : a. Bagi Penulis Untuk meningkatkan dan mengasah pengetahuan serta pengalaman bagi penulis sebagai mahasiswa yang nantinya akan terjun ke dunia kerja masyarakat. b. Bagi STAIN Salatiga

15 Sebagai bahan referensi dan informasi bagi mahasiswa dan perpustakaan serta menambah khasanah pustaka ilmiah. c. Bagi BMT Sumber Usaha Kembangsari Dapat menganalisis kelebihan dan kekurangan BMT dalam hal pembiayaan dan juga dapat di gunakan sebagai referensi di BMT Sumber Usaha. D. Penelitian Terdahulu Menurut Karsono dalam TA tahun 2006 yang berjudul Pengaruh Pembiayaan Yang Diberikan BMT Tumang Cabang Ampel Terhadap Peningkatan Pendapatan Pedagang Kecil, menjelaskan tentang pengaruh pembiyaan yang diberikan BMT terhadap peningkatan pendapatan pedagang kecil. Menurut Ade Nur Setyanto dalam TA tahun 2008 yang berjudul Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Di BMT Sumber Mulia Tuntang Tahun 2007, menjelaskan tentang pemberian pembiayaan dengan menggunakan informasi yang berhubungan dengan keluarga, informasi berdasar data usaha dan informasi yang berhubungan dengan data keuangan keluarga. Menurut Muhammad Irham dalam TA tahun 2009 yang berjudul Efektivitas Pemasaran Produk Pembiayaan BMT Sumber Usaha Kembangsari Tengaran, menjelaskan tentang strategi pemasaran BMT

16 Sumber Usaha, di antara strategi yang diterapkan BMT Sumber Usaha adalah bauran pemasaran meliputi: produk, harga, promosi dan tempat. Menurut Salaswati Oktaviani dalam TA tahun 2009 yang berjudul Manajemen Pemasaran Pembiayaan Di BMT Muhajirin Salatiga, menjelaskan perencanaan pembiayaan, membahas tentang: jumlah kredit yang disalurkan, nisbah bagi hasil dan mark up, langkah perbaikan dan antisipasi dari evaluasi tahun kemarin, target tahun ini dan sumber dana. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian/penulisan dalam tugas akhir ini adalah deskriptif dan kuantitatif. Pengertian penelitian deskriptif yaitu penulisan yang menyajikan analisis mengenai suatu objek yang menggambarkan secara sisitematik dan akurat mengenai bidang tertentu.sedangkan pengertian penelitian kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. 2. Jenis Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder :

17 a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh dari observasi, penulis memperoleh data dengan pengamatan secara langsung dari sumber penelitian yang diamati. b. Data Sekunder Yaitu data yang diperoleh dari dokumen, buku-buku dan arsiparsip yang berkaitan dengan topik yang akan diteliti. 3. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Langsung Observasi langsung ini dimaksudkan guna memberikan gambaran yang utuh tentang keadaan BMT Sumber Usaha Kembangsari. b. Pembagian Angket/Kuesioner Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem yang sudah ada. Kuesioner diberikan langsung kepada responden dan responden menjawab pertanyaan yang sudah tersedia. Responden dari kuesioner ini adalah yang sudah menggunakan produk pembiayaan

18 mudhorobah di BMT Sumber Usaha. Sesuai dengan dasar penelitian dari tugas akhir yaitu mengetahui pengaruh dari pembiayaan BMT Sumber Usaha terhadap peningkatan pendapatan pedagang kecil, maka pertanyaan yang diberikan tentu saja mengenai pendapatan dari usaha dan juga jumlah kredit responden kepada BMT Sumber Usaha. F. Penegasan Istilah Pembiayaan menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998, pasal 1 ayat 12 menyatakan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup usaha perdagangannya. Pendapatan yang diterima adalah dalam bentuk uang, dimana uang adalah merupakan alat pembayaran atau alat pertukaran ( Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 36 ). Selanjutnya, pendapatan juga dapat di definisikan sebagai berikut : Pendapatan menunjukan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu ( biasanya satu tahun ), pendapatan terdiri dari upah, atau

19 penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti : ( sewa, bunga dan deviden ) serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tujangan sosial atau asuransi pengangguran ( Samuelson dan Nordhaus, 1997 : 258 ). Pengertian pedagang kecil adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi ( Basu Swasta, 1984:192). Pengertian pedagang kecil yang peneliti maksud adalah pengecer atau toko pengecer, usaha kecil dan atau yang dapat dipersamakan dengan itu. G. Sistematika Penulisan Penelitian ini direncanakan terdiri dari 5 bab yang saling berkaitan. Bab Pertama adalah bab Pendahuluan. Bab ini terdiri dari Latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penulisan tugas akhir, penelitian terdahulu, metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika penulisan. Bab kedua adalah Landasan Teori. Dalam bab ini penulis mengemukakan kajian ilmiah terhadap topik tugas akhir dalam rangka mencari justifikasi teoritis serta melihat dan menelaah masalah yang diajukan. Dalam subbab ini disampaikan landasan teoritis terhadap masalah yang dipilih. Bab ketiga adalah Gambaran Objek. Dalam bab ini penulis menggambarkan secara umum tentang objek penelitian dan data-data

20 deskriptif. Gambaran umum menyajikan informasi umum mengenai objek penulisan antara lain sejarah berdirinya, dasar pendirian, struktur organisasi, permodalan perkembangan kinerja dan lain-lain yang berisi pengetahuan umum mengenai objek tugas akhir. Setelah ditampilkan gambaran umum mengenai objek tugas akhir maka selanjutnya disajikan data-data dan informasi yang lebih bersifat khusus untuk menggambarkan masalah yang dirumuskan dalam rumusan masalah. Bab keempat adalah Analisis. Dalam bab ini penulis menjelaskan masalah yang telah dirumuskan berdasarkan landasan teori dan informasiinformasi objek penulisan tugas akhir dan sekaligus hasil penelitian. Bab kelima adalah Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang merupakan konsistensi penulisan dari bab I sampai bab V.

21 BAB II LANDASAN TEORI A. Telaah Pustaka 1. Tinjauan Lembaga Keuangan Konvensional A. Pengertian Kredit Pengertian kredit mempunyai dimensi yang beraneka ragam. Dimulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa yunani Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa lain Creditum yang berarti kebenaran. (Kellermen, 1989:123). antara lain: Dalam praktek sehari-hari pengertian ini berkembang lebih luas 1. Kredit adalah lalu lintas pembayaran dan penukaran barang dan jasa di mana pihak yang satu memberikan prestasi, baik berupa uang, barang dan jasa atau prestasi-prestasi lainnya, sedangkan imbalan prestasinya akan diterima kemudian (Sudatyo, 1996:203). 2. Kredit adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu pemberian atau mengadakan suatu pinjaman dengan suatu janji pembayarannya akan dilakukan atau ditangguhkan pada suatu jangka waktu yang disepakati (Kohler, 1964:111).

22 Sedang pengertian yang lebih sesuai dengan kegiatan perbankan Indonesia, dapat djabarkan sebagai berikut: a. Undang-Undang pokok perbankan Nomor 14 Tahun 1976 pada BAB 1, pasal 12 yang merumuskan: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan pinjam-meminjam antar bank dengan pihak lain dalam hal peminjam berkewajiban melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditentukan. b. Undang-Undang pokok perbankan No 7 tahun 1992, pasal 1 butir 12 disebutkan, kredit adalah: Kredit uang atau tagihan-tagihan yang dapat disamakan dengan itu berdasarkan pinjam-meminjam anatara bank dengan pihak lain. Dari pengertian diatas tentang kredit maka penulis berpendapat kredit adalah suatu transaksi antara dua belah pihak, pihak pertama atau kreditur menyerahakan atau menyediakan sumber-sumber ekonomi yang berupa uang atau barang dengan perjanjian bahwa pihak kedua debitur akan membayar kembali secara mengangsur pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati.

23 B. Penggolongan Jenis Bank Dalam perbankan konvensional berdasar undang-undang No. 10 Tahun 1988 terdapat penggolongan jenis bank sebagai berikut: 1. Bank umum Bank umum merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip-prinsip syari ah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (Undang-undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan pasal 1). Usaha-usaha bank meliputi: a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan giro, deposito, tabungan, dan atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. b) Memberikan kredit. c) Memberikan surat pengakuan hutang. d) Membeli, menjual atau menjamin atau resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas kepentingan nasabahnya. e) Memindahkan uang bank untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah. f) Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, sarana komunikasi baik dengan menggunakan wesel, cek, maupun yang lainnya.

24 g) Menerima pembayaran tagihan atau surat berharga dan melakukan perhitungan denga pihak ketiga. h) Menyediakan tempat untuk penyimpanan surat-surat berharga. i) Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek. j) Melakukan kegiatan untuk dengan pihak lain berdasarkan kontrak. k) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasar prinsip hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. l) Membeli semua pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban kepada bank dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut dapat dicairkan secepatnya. m) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. 2. Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat merupakan bank yang melaksanakan kegiatan uasaha-usaha secara konvensional atau

25 berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran (UU No. 10 Tahun 1998 tentang perbankan pasal 1) Usaha-usaha Bank Perkreditan Rakyat: a) Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. b) Memberikan kredit. c) Menyediakan pembiayaan. d) Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangaka, sertifikat deposito, dan atau tabungan pada bank lain. e) Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan pemerintah. Bank Perkreditan Rakyat tidak bolah melakukan hal-hal senagai berikut: a) Melakukan usaha peransuransian. b) Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran. c) Melakukan penyertaan modal. d) Melakukan kegiatan dan usaha dalam valuta asing. e) Melakukan usaha lain di luar ketentuan yang telah berlaku.

26 C. Pengertian Pemberian Kredit Bank merupakan lembaga keuangan yang bertugas memberikan kredit, disamping tugas lain di bidang keuangan karena bank bertugas memberikan kredit, maka bank menentukan kebijaksanaan dan peraturan-peraturan mengenai perkreditan, walaupun antara pihak bank satu dengan yang lainnya terdapat perbedaan, pada dasarnya pemberian kredit didasarkan pada hasil penelitian dari pihak bank tersebut terhadap perusahaan atau usaha pemohon kredit mengenai berbagai aspek, antara lain : kepribadian, keahlian dan kemampuan calon debitur, besar jaminan, prospek usaha baik jangka pendek maupun jangka panjang. Unsur-unsur yang terdapat dalam pengertian kredit adalah: 1. Kepercayaan adalah keyakinan dari pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang dan jasa akan benarbenar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. 2. Waktu adalah suatu masa yang dipisahkan antara pemberi prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang dan jasa akan benarbenar diterima atau masa yang akan datang. 3. Degree of Risk adalah tingkat resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan pengembalian prestasi yang akan

27 diterima dikemudian hari. Semakin lama kredit yang diberikan semakin tinggi tingkat resikonya (Suyatmo, 1996:67). D. Jenis-jenis Kredit 1. Kredit Langsung Adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada lembaga pemerintah. Misalnya Bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada bulog dalam rangka pelaksanaan program pangan, ini merupakan program dari pemerintah untuk menstabilkan harga bahan pokok termasuk beras. 2. Kredit Perbankan Adalah kredit yang diberikan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha atau konsumsi. 3. Kredit Likuiditas Adalah kredit yang diberikan oleh Bank Indonesia kepada Bank Swasta yang selanjutnya digunakan sebagai untuk membiayai kredit. 4. Kredit Investasi Merupakan kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan oleh suatu bank kapada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanam modal, yanh dimaksud di sini adalah untuk pembelian barang-barang modal serta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi maupun ekspansi proyek yang sudah ada. E. Pengertian Pendapatan

28 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendapatan didefinisikan sebagai hasil kerja pencarian. Sedangkan menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh Poerwadarminta (1976) pendapatan adalah hasil pencarian perolehan. 2. Tinjauan Lembaga Keuangan Syariah Pada saat ini Bank Indonesia telah mengeluarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/ DIR tanggal 12 Mei 1999 tentang Bank Perkreditan Rakyat yang berdasarkan prinsip syari ah. Dengan berlakunnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, Bank Indonesia yang melakukan kegiatan usaha secara kinvensional dapat juga melaksanakan kegiatan usaha berdasar prinsip syari ah, namun dilakukan oleh kantor cabang khusus yang semata-mata melaksanakan kegiatan berdasarkan prinsip syari ah saja. Pada tahun 1990 berawal dari hasil lokakarya MUI tentang Riba dan Bunga Bank mengasilkan rencana secara konkrit pendirian bank syari ah. Dengan didukung pemerintah, MUI, ICMI mendirikan Bank Muamalat dengan peran serta ratusan ribu ummat Islam Jawa Barat. Secara resmi BMI berdiri pada tanggal 1 Nopember 1991 dan mulai beroperasi pada 1 Mei Perkembangan perbankan syari ah tersebut di atas ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, khususnya untuk pedagang kecil dan menengah. Berpijak dari permasalahan tersebut maka kaum

29 intelek muslim berusaha mencari pemecahan untuk dapat membantu pedagang kecil dan menengah untuk memenuhi kebutuhan modal yakni dengan membentuk BMT (Baitul Maal Wat Tamwil) yang diharapkan menjadi lembaga pendukung kegiatan ekonomi masyarakat kecil dan menengah yang berlandaskan pada prinsip syari ah. Kegiatan pokok BMT yakni mengembangkan usaha-usaha produktif, investasi dan menerima titipan BAZIZ dari infaq, zakat, infaq dan shodaqoh. Misi BMT: a) Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan modal bagi anggota dengan prinsip syari ah. b) Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan kemajuan lingkungan pada umumnya. c) Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan menyimpan. d) Menumbuhkan usaha-usaha produktif anggota. e) Memperkuat posisi tawar, sikap amanah dan jaringan komunikasi bagi para anggota. Visi BMT: a) Memberikan pelayanan pembiayaan kepada para anggota untuk tujuan-tujuan produktif, dengan sistem pelayanan cepat, layak dan tepat sasaran.

30 b) Mengusahakan pemupukan modal yang bersal dari simpanan-simpanan anggota dengan sistem syari ah dan usaha lain yang tidak bertentangan dengan misi BMT. c) Mengusahakan program pendidikan secara intensif dan teratur bagi anggota, untuk menambah pengetahuan, ketrampilan kewirausahaan para anggota. d) Melakukan program pendidikan keagamaan bagi anggota. e) Usaha-usaha lain lain yang bermanfaat bagi anggota dan tidak bertentangan dengan misi BMT. Jenis-jenis produk BMT: 1. Mudhorobah Adalah suatu akad antara kedua belah pihak atas penyerahan uang dari satu pihak ke pihak lain untuk berdagang, dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan. Dipandang dari segi hukum mudhorobah hukumnya boleh (jaiz) berdasarkan Al- Qur an dan Hadist, dan Ijma ulama. Rukun-rukun mudhorobah: a) Penyerahan oleh pemilik modal. b) Penerima oleh pelaksana. Syarat-syaratnya: a) Pokok modal harus berupa uang. b) Jumlah pokok modal harus ditentukan.

31 c) Pembagian keuntungan ditetapkan prosentasenya sesuai kesepakatan. Dasar Mudhorobah Pelaksana adalah orang yang terpercaya, maka jika terjadi kerugian dia tidak menanggungnya kecuali kesalahannya. (Lembaga Keuangan Syari ah : hal. 16/K.H Abdul Wahid Hasyim) Dalam prakteknya mudhorobah melalui tahapantahapan sebagai berikut: 1) Pemohon Mudhorib mengajukan permohonan modal kapada BMT, kecuali data pribadi mudhorib, permohonan ini memuat antara lain: a) Jenis usaha yang dilakukan. b) Dana yang dibutuhkan untuk operasional usaha tersebut. c) Perkiraan laba bersih yang diperoleh setiap minggu atau setiap bulan. 2) Akad Dalam akad mudhorobah ini selain memuat identitas masing-masing pihak harus mencantumkan:

32 a) Jumlah modal yang dipercayakan oleh BMT pada mudhorib. b) Jenis usaha yang dikelola oleh mudhorib. c) Nisbah bagi BMT dan mudhorib dari laba bersih yang diperoleh. 3) Perhitungan laba dan nisbah Setiap periode dengan akad petugas BMT bersama-sama dengan mudhorib mengadakan perhitungan laba dan nisbah. Perhitungan laba ini harus dalam semacam acara yang ditandatangani kedua belah pihak. Dalam berita acara ini harus mencantumkan suatu klausul: Perhitungan ini telah kami buat dengan teliti. Namun bila ada kekurangan ataupun kelebihannya kedua belah pihak sudah saling merelakannya. 2. Bai bisaman ajil (BBA) a) Pengertian Yaitu akad jual beli dengan membayar harga pokok beserta keuntungannya secara angsuran dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan bersama. b) Hukumnya Hukumnya boleh (jaiz) berdasarkan Al-Qur an (QS. Al Baqarah: 275), Hadist (HR. Bazzar dan dishohihkan oleh Al Hakim) dan Ijma Ulama (Kitab Fiqhussunnah juz 3:141).

PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR

PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR PENGARUH PEMBIAYAAN BMT SUMBER USAHA KEMBANGSARI TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PEDAGANG KECIL TUGAS AKHIR Disusun dan diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh Gelar Ahli Madya pada Program Studi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan lembaga-lembaga keuangan pembiayaan bagi konsumen dengan menerapkan prionsip syariah semakin berkembang pesat. Pelopor perbankan yang tetap kukuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 2001, hlm Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dalam pembangunannya tidaklah terlepas dari peran serta sektor perbankan. Bank adalah badan usaha yang menjalankan kegiatan menghimpun dana

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 20 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA. A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba BAB III GAMBARAN UMUM BMT AT-TAQWA MUHAMMADIYAH CABANG SITEBA A. Sejarah Berdirinya BMT At-taqwa Muhammadiyah Cabang Siteba Awal berdirinya Bank Syariah di Indonesia adalah pada tanggal 1 November 1991,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan mikro syariah mempunyai peran yang cukup penting dalam mengembangkan aspek-aspek produksi dan investasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU. KOTA SANTRI Cabang Karanganyar BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Benda Jaminan Dalam Pembiayaan di KSU KOTA SANTRI Cabang Karanganyar Koperasi Serba Usaha KOTA SANTRI Cabang Karanganyar dalam memberikan kredit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{

BAB I PENDAHULUAN. jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi Islam bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia (fala>h{). Fala>h{ berarti terpenuhinya

Lebih terperinci

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008. A. Pengertian Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. 19 Usaha

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan ekonomi Islam di Indonesia semakin lama semakin mendapatkan perhatian yang cukup serius dari masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan semakin banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Bank merupakan lembaga perantara keuangan antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana. Pada dasarnya bank syariah sebagaimana

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN BENTUK BADAN HUKUM DAN NAMA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH (PD. BPR SYARIAH) KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian a) Implementasi Akad Murabahah Di Indonesia, aplikasi jual beli murabahah pada perbankan syariah di dasarkan pada Keputusan Fatwa Dewan Syariah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran

BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN. 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran 32 BAB III PELAKSANAAN SANKSI ATAS NASABAH MAMPU YANG MENUNDA PEMBAYARAN DI BMT FAJAR MULIA UNGARAN A. Profil BMT Fajar Mulia Ungaran 1. Sejarah Berdiri BMT Fajar Mulia Ungaran Gagasan untuk mendirikan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran.

BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL. sebagai pembelian barang dengan pembayaran cicilan atau angsuran. BAB III PEMBAHASAN A. PENGERTIAN DAN LANDASAN SYARI AH BAI BITSAMAN AJIL 1. Pengertian Bai Bitsaman Ajil Pengertian Al-Bai Bitsaman Ajil secara tata bahasa dapat diartikan sebagai pembelian barang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan sekarang ini, ada dua jenis lembaga keuangan syariah yaitu lembaga keuangan syariah yang berupa bank dan lembaga keuangan syariah non bank. Lembaga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat tamwil Surya Parama Arta. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta a. Menjadi anggota BMT Surya Parama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14

BAB I PENDAHULUAN. 1 Subandi, Ekonomi Koperasi, (Bandung: Alfabeta, 2015), 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perekonomian di Indonesia dewasa ini menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat. Hal itu terlihat dengan adanya lembaga keuangan yang bermunculan baik itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai tempat untuk meminjam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2006 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu lembaga keuangan pembiayaan memiliki pola pelayanan yang khas, seperti sasaran nasabah, tipe kredit, serta cara pengajuan, penyaluran, dan pengembalian kredit.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem

BAB I PENDAHULUAN. pemilik dana. Perbankan di Indonesia mempunyai dua sistem antara lain sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan khususnya sektor perbankan menempati posisi sangat strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi riil dengan pemilik dana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank. 1. nilai-nilai syariah berusaha menciptakan suatu keadilan di bidang ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan syariah di Indonesia telah berkembang dengan pesat. Seperti yang telah diketahui bukan hanya lembaga perbankan syariah saja, bahkan lembaga keuangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dilihat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT A. Sejarah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat atau BPR memiliki sejarah yang panjang didalam timeline industri perbankan di Indonesia. Awalnya BPR dibentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi menempati posisi yang sangat vital pada era perekonomian modern saat ini. Lalu lintas perdagangan dalam skala domestik,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA. Mangkang Kota Semarang merupakan hasil pemikiran kalangan nahdliyin

BAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA. Mangkang Kota Semarang merupakan hasil pemikiran kalangan nahdliyin BAB III GAMBARAN UMUM DI BMT NU SEJAHTERA A. Sejarah BMT BMT NU Sejahtera Mangkang Semarang didirikanpada tahun 2007 dengan akta notaries badan hukum sebagai koperasi NO.180.08 / 315 Yang di tetapkan pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bermuamalah dari zaman ke zaman semakin bervariasi karena adanya kebutuhan yang memaksakan manusia untuk melakukan hal tersebut. Salah satu kegiatan transaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan lembaga keuangan syariah non-bank yang ada di Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak mulai dikembangkannya sistem bagi hasil dalam kurun waktu 17 tahun, total aset perbankan syariah telah mengalami peningkatan sebesar 27 kali lipat dari Rp 1,79

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT SUMBER USAHA TENGARAN KAB. SEMARANG TUGAS AKHIR

PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT SUMBER USAHA TENGARAN KAB. SEMARANG TUGAS AKHIR PROSEDUR PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BMT SUMBER USAHA TENGARAN KAB. SEMARANG TUGAS AKHIR OLEH: KRISTIAN SUTRISNO 20108022 JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI DIII PERBANKAN SYARIAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang

BAB I PENDAHULUAN. informasi ekonomi untuk membuat pertimbangan dan mengambil. Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) sudah diatur peraturan tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi adalah an everchangging discipline, berubah terus menerus sepanjang masa (Morgan 1988, Hines 1989 dan Francis 1990). Akuntansi adalah proses mengidentifikasi,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK. keuangan (Financial Intermediary) antara debitur dan kreditur BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK 2.1. Pengertian dan Fungsi Bank Bank adalah "suatu industri yang bergerak di bidang kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan (Financial

Lebih terperinci

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi

Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Akuntansi NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGELOLAAN DANA SIMPANAN SYARI AH ANGGOTA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TAHUN 2015 (STUDI KASUS DI KJKS BMT SURYA MADANI BOYOLALI) Usulan Penelitian Diajukan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN (Studi Tentang Polis Asuransi Sebagai Cover Jaminan Kredit di PT. Asuransi Bumiputeramuda 1967 Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian bank menurut UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan sebagai mana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 : a. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat dilepaskan dari dunia ekonomi. Aspek dunia ekonomi yang dikenal saat ini sangat luas. Namun yang sering digunakan oleh masyarakat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Bank 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perbankan dengan menggunakan prinsip syariah atau lebih dikenal dengan nama Bank Syariah di Indonesia bukan merupakan hal yang tidak asing lagi.mulai

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI

ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI ANGGARAN RUMAH TANGGA KJKS BMT DARUSSALAM MADANI Masjid Darussalam Jl. Boulevard Utama No. 1 Kota Wisata Cibubur Gunung Putri - Bogor BAB I NAMA TEMPAT DAN KEDUDUKAN Pasal 1 (1) Koperasi ini bernama Koperasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga keuangan syariah semakin berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari semakin banyaknya lembaga keuangan syariah yang berdiri di Indonesia. Tidak hanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang.

BAB II LANDASAN TEORI. lembaga keuangan yang kegiatannya adalah dalam bidang jual beli uang. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sumber Dana Bank Sumber dana bank merupakan usaha bank dalam menghimpun dana untuk membiayai kegiatan operasinya. Hal ini sesuai dengan fungsi bank dalam lembaga keuangan yang

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI KJKS BMT MANDIRI SEJAHTERA KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN A. Gambaran Umum KJKS BMT Mandiri Sekjahtera Karangcangkring Jawa Timur 1. Latar Belakang Berdirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah,

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya lembaga keuangan syariah termasuk Koperasi Syariah, sesungguhnya dilatarbelakangi oleh pelarangan riba (bunga) secara tegas dalam Al-Qur an. 1 Islam mengangap

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI PAKPAK BHARAT BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Lembaga perbankan memegang peranan yang sangat penting dan dibutuhkan oleh masyarakat. Perbankan melayani kebutuhan pembiayaan dan memperlancar

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pembagian Sisa Hasil Usaha Di BMT Sidogiri Cabang Sidodadi Surabaya Sebagai suatu badan usaha, BMT dalam menjalankan kegiatan usahanya, tentu ingin mendapatkan keuntungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan mempunyai tugas yang sangat penting dalam rangka mendorong pencapaian tujuan nasional yang berkaitan dalam peningkatan dan pemerataan taraf hidup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan syari ah dalam peristilahan internasional dikenal sebagai Islamic Banking. Peristilahan dengan menggunakan kata Islamic tidak dapat dilepaskan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan dari sekian jenis lembaga keuangan, merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dalam aktifitas perekonomian masyarakat modern. Perbankan adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar

BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR. A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BAB II GAMBARAN UMUM BMT SYARIAH TAMBANG KABUPATEN KAMPAR A. Sejarah singkat BMT Syariah Tambang Kabupaten Kampar BMT Syariah Tambang merupakan salah satu lembaga keuangan yang bersifat syariah, yang menghimpun

Lebih terperinci

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat

Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan. ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu dihadapkan pada masalah ekonomi seperti kesenjangan ekonomi, kemiskinan, dan masalah-masalah lainnya. Namun banyak masyarakat yang tidak mengerti apa sebenarnya

Lebih terperinci

Manajemen dana bank syariah

Manajemen dana bank syariah Manajemen dana bank syariah Manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank syariah dalam mengelola atau mengatur dana yang diterima dari aktifitas funding untuk disalurkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Lembaga Keuangan sangat penting di kalangan masyarakat. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Peran Lembaga Keuangan sangat penting di kalangan masyarakat. Lembaga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Peran Lembaga Keuangan sangat penting di kalangan masyarakat. Lembaga Keuangan telah berkembang pesat, sebagai contoh adalah Bank Syari ah. Berkembangnya Bank Syari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin banyaknya kebutuhan masyarakat yang harus di penuhi, baik itu kebutuhan primer maupun sekunder yang harus dipenuhi setiap keluarga maupun individu untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan

BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN. A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan BAB III PROFIL BMT MATRA PEKALONGAN A. Latar Belakang Berdirinya BMT Matra Pekalongan Suatu kemajuan yang cukup menggembirakan menjelang abad XX terjadi kebangkitan umat Islam dalam segala aspek terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Islam saat ini cukup pesat, ditandai dengan berkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak tahun 1992, perkembangan lembaga keuangan syariah terutama

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL

BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL 42 BAB III STRATEGI PROMOSI PRODUK SIM A (SIMPANAN ANAK-ANAK) DI BMT CITRA KEUANGAN SYARIAH COMAL A. BMT Citra Keuangan Syariah Comal 1. Sejarah Berdirinya Dengan tujuan untuk membangun ekonomi masyarakat

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha bank yang melakukan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial intermediary, artinya lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan dana yang dimiliki suatu lembaga harus benar-benar efektif. agar pendapatan yang diperoleh meningkat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan merupakan Lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Sebagai Lembaga Keuangan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 12 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Berdirinya Bank Bank Marwah BMT adalah salah satu lembaga keuangan yang bersifat syariah, yang menghimpun dana masyarakat dari berbagai sumber (modal, tabungan,

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI A. Analisis Persepsi Masyarakat Muslim Mengenai Bunga dalam Kegiatan Ekonomi

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG

PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG PERATURAN BADAN WAKAF INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DAN PENGEMBANGAN HARTA BENDA WAKAF BERGERAK BERUPA UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BADAN WAKAF INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT), BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini, perkembangan perekonomian masyarakat dalam skala makro dan mikro, membuat lembaga keuangan khususnya lembaga keuangan syariah bersaing untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung,

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK. Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung, BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Pada saat kuliah kerja praktek di PT. Bank BJB Kantor Pusat Bandung, penulis ditempatkan di Kantor Pusat Bandung di bagian divisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS

PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS PERANAN BAITUL MAAL WAT TAMWIL (BMT) AHMAD DAHLAN CAWAS DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL DI KECAMATAN CAWAS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional yang membuka sistem baru dengan membuka bank. berpengaruh dalam kegiatan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia saat ini telah bekembang cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya lembagalembaga keuangan syariah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. syariah di Indonesia. Masyarakat mulai mengenal dengan apa yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia telah mengalami perkembangan pesat. Pemerintah mengeluarkan UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah, yang menjadi

Lebih terperinci

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Pengertian ADALAH jual beli barang pda harga asal dengan tembahan keuntungan yanng disepakati. Dalam istilah teknis perbankan syari ah murabahah ini diartikan sebagai suatu perjanjian yang disepakati antara

Lebih terperinci

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan BAB IV ANALISIS FATWA MUI NO.04/DSN-MUI/IV/2000 DAN PERATURAN BANK INDONESIA NO.7/46/PBI/2005 TERHADAP IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MODAL KERJA MURA>BAH}AH BIL WAKA>LAH DI PT. BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG

Lebih terperinci

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga 2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga dan bagi hasil sangatlah berbeda. 3) Untuk mengetahui tingkat kejujuran para anggota mengenai

Lebih terperinci

BAB III HASIL PENELITIAN. yang peduli terhadap perkembangan ekonomi umat. BMT PAM merupakan

BAB III HASIL PENELITIAN. yang peduli terhadap perkembangan ekonomi umat. BMT PAM merupakan BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BMT (Baitul maal wat Tamwil) Prosumen amanah Mandiri (BMT PAM) adalah lembaga keuangan mikro syariah yang didirikan oleh para pegiat ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Institusi keuangan belum dikenal jelas dalam sejarah Islam. Namun prinsipprinsip pertukaran dan pinjammeminjam sudah ada dan banyak terjadi pada zaman Nabi Muhammad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu akhir-akhir ini banyak bermunculan lembaga keuangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ekonomi dalam pembangunan dan perkembanganya tidaklah terlepas dari peran serta lembaga keuangan. Lembaga keuangan pada prinsipnya sebagai lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam sebagai agama penyempurna membawa perubahan dalam kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja namun juga dalam hal di luar ibadah ghairu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO

BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO 59 BAB IV ANALISIS TERHADAP PELASANAAN AKAD MUDH ARABAH PADA SIMPANAN SERBAGUNA DI BMT BISMILLAH SUKOREJO A. Analisis Pelaksanaan Akad Mudharabah Pada Simpanan Serbaguna di BMT Bismillah Sukorejo 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) SYARIAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2011 mengalami tumbuh sebesar 6,5 persen dari tahun 2010. 1 Sekarang ekonomi Indonesia lebih terintegrasi ke dalam ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank

BAB I PENDAHULUAN. Islam baik bank maupun non bank. Salah satu lembaga keuangan Islam non bank BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelaksanaan sistem ekonomi Islam di Indonesia yang sudah dimulai sejak tahun 1992 semakin marak dengan bertambahnya jumlah lembaga keuangan Islam baik bank maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran Bank Muammalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992, telah memberikan inspirasi untuk membangun kembali sistem keuangan yang lebih dapat menyentuh kalangan bawah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya oleh orang lain. Penulis ingin melakukan pembahasan dan penelitian terhadap pengaruh prinsip jual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus

BAB I PENDAHULUAN. keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum, lembaga keuangan berperan sebagai lembaga intermediasi keuangan. Intermediasi keuangan merupakan proses penyerapan dari unit surplus ekonomi, baik sektor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 16, 1999 BURSA BERJANGKA. PERDAGANGAN. KOMODITI. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi. BAPPEBTI. (Penjelasan

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 39 Bank didefinisikan oleh Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atau UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagai badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka mengatasi krisis tersebut. Melihat kenyataan tersebut banyak para ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 membuka semua tabir kerapuhan perbankan konvensional. Akibat krisis ekonomi tersebut telah

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kelangsungan usaha Bank

Lebih terperinci