BAB I PENDAHULUAN. memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategi dalam

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategi dalam pengembangan sumber daya manusia (Direktorat PAUD,2005) dalam Martinis (2010). Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya artinya pada periode ini merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangkan berbagai kemampuan, kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional dan spiritual. Sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia adalah sebait ungkapan yang sarat makna dan merupakan semboyan dalam pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia. Pendidikan anak usia dini dianggap sebagai cermin dari suatu tatanan masyarakat, tetapi juga ada pandangan yang mengemukakan bahwa sikap dan perilaku suatu masyarakat dipandang sebagai suatu keberhasilan ataupun 1

2 sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan dan keberhasilan pendidikan tergantung kepada pendidikan anak usia dini karena jika pelaksanaan pendidikan pada anak usia dini baik, maka proses pendidikan pada usia remaja, usia dewasa akan naik pula. Pendidikan pada usia dini pada dasarnya merupakan pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan seluruh aspek kepribadian anak usia dini. Hal ini juga dapat kita lihat pada tujuan pendidikan usia dini menurut Undang-Undang Sistem pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.20/2003 BAB 1 pasal 1 Ayat 14 yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih lanjut. Kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar sama sekali, maupun merupakan modifikasi atau perubahan dengan menggunakan hal-hal yang sudah ada. Jika konsep ini dikaitkan dengan kreativitas anak, anak yang bersangkutan mungkin menciptakan suatu karya yang benar-benar baru atau dapat saja merupakan modifikasi dari berbagai cara belajar yang ada sehingga menghasilkan bentuk baru. Kreativitas merupakan suatu ungkapan yang tidak asing lagi di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi anak-anak prasekolah yang selalu berusaha menciptakan sesuatu sesuai dengan fantasinya. Kreativitas pada anak 2

3 ditampilkan dalam berbagai bentuk, baik dalam membuat gambar yang disukainya maupun dalam bercerita atau dalam bermain peran. Anak kreatif yaitu anak yang pikirannya berdaya, penuh dengan inisiatif dan tidak selalu bergantung pada orang lain. Ketika anak mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original, maka kita mengatakan bahwa mereka itu adalah anak yang kreatif. Anak yang kreatif adalah anak yang mampu memberdayakan pikirannya untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif. Dengan demikian ia juga merupakan pemikir yang kreatif. Pemikir yang kreatif akan menghasilkan suatu produk yang sungguh-sungguh unik serta berkreasi terhadap lingkungan secara unik pula. Bermain adalah suatu kegiatan atau tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi, bermain ada yang dapat dilakukan secara sendiri dan ada pula yang dapat dilakukan secara berkelompok sesuai dengan kecepatannya sendiri maka ia melatih kemampuannya. Hurlock (2008) dalam Martinis (2010) mengartikan bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar. Dengan kegiatan bermain anak dapat berlatih menggunakan kemampuan kognitifnya untuk memecahkan berbagai masalah seperti kegiatan mengujur isi, mengujur berat, membandingkan, mencari jawaban yang berbeda dan 3

4 sebagainya, disamping itu dengan bermain akan dapat mengembangkan kreativitasnya yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan, memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri. Dengan demikian dapat dipahami bahwa fungsi bermain menjadi teramat penting karena lewat sarana bermain anak-anak belajar mengenal kehidupan dengan segala pernak-perniknya. Bermain lego anak-anak bebas mengeluarkan dan menggunakan imajinasi serta keinginannya untuk menemukan agar dapat bermain dengan kreatif. Hendaknya disediakan beberapa set dan jenis lego, seperti lego ukuran panjang, ukuran pendek dan lego yang dapat dimainkan di meja. Melalui bermain anak dapat mengembangkan kemampuan sosialnya seperti membina hubungan dengan anak lain, menyesuaikan diri dengan teman sebaya dan paham bahwa setiap perbuatan ada konsekuensinya. Demikian juga dalam bermain lego manfaatnya sangat besar sekali seperti antara lain meningkatkan motorik kasar dan halus anak, mengenalkan konsep dasar matematika yang meliputi pengenalan konsep berat dan ringan, panjang pendek, besar kecil, tinggi rendah, kiri kanan, atas bawah serta belajar mengelompokkan benda berdasarkan bentuk dan warna, merangsang kreativitas dan imajinasi anak, mengembangkan keterampilan bahasa anak dimana anak memberikan label pada benda yang dilihatnya serupa, serta dapat melatih kepemimpinan inisiatif perencanaan dan kemampuan mengarahkan orang lain. Berdasarkan pengamatan kreativitas anak pada kelompok B di TK Islam Al-Falah Kota Jambi masih tergolong rendah. Hal ini dapat terlihat ketika 4

5 mengerjakan tugas keterampilan apapun masih banyak terlihat anak yang hanya mencontoh, anak juga tidak berani atau tidak mau mencoba atau menambah asesoris yang ada. Berbagai upaya telah dilakukan guru dalam meningkatkan kreativitas anak, seperti menggambar, mewarnai gambar yang sudah ada, menggunting dan lain-lain. Akan tetapi belum dapat meningkatkan kreativitas pada anak secara optimal. Hal ini disebabkan karena selama ini proses pembelajaran yang digunakan adalah metode demonstrasi dan pemberian tugas, serta penggunaan media Lembar Kerja Anak, sehingga anak tidak mau mengerjakan tugas. Berdasarkan pengamatan masalah yang ada pada kelompok B di TK Islam Al-Falah Kota Jambi, langkah yang akan diambil peneliti agar kreativitas anak dapat meningkat adalah melalui bermain lego. Hal ini karena lego adalah kepingan atau balok kecil dan besar yang dapat dirangkai, disusun dan dirakit menjadi bentuk tertentu sesuai dengan imajinasi anak. Pada dasarnya anak menyukai bermain, oleh karena itu bermain lego sangat sesuai untuk meningkatkan kreativitas anak. Anak membutuhkan keterlibatannya secara aktif dengan lingkungannya, untuk bermain dan bekerjasama menghasilkan suatu karya. Dengan bermain lego diharapkan anak mendapatkan pengalaman baru, dapat menggunakan bahan dan alat permainan yang tersedia serta berinteraksi dengan orang lain. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis mengadakan suatu penelitian yang dituangkan dalam bentuk Skripsi dengan judul 5

6 MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN LEGO PADA KELOMPOK B TK ISLAM AL-FALAH KOTA JAMBI B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Anak kurang menyalurkan kreativitas saat membuat permainan lego. 2. Kemampuan kreativitas anak belum terlatih secara optimal. 3. Anak kurang merangsang kreativitasnya sehingga anak lambat dalam menjalankan tugas yang diberikan. C. Batasan Masalah Batasan masalah penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini dilakukan di TK Islam Al-Falah Kota Jambi Kelompok B. 2. Perkembangan yang diteliti adalah Kreativitas anak usia dini pada kelompok B melalui permainan lego. 3. Perkembangan kreativitas anak yang akan diteliti adalah kelancaran, kelenturan, orinalitas, orisinalitas, kesabaran/keuletan. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya diatas, maka penulis membuat rumusan masalah adalah Bagaimana meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui permainan lego pada kelompok B TK Islam Al-Falah Kota Jambi 6

7 E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui permainan lego pada kelompok B TK Islam Al-Falah Kota Jambi. F. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai pihak yaitu : 1. Anak Didik Membantu meningkatkan kreativitas anak usia dini melalui permainan lego. 2. Guru Sebagai bahan untuk meningkatkan keterampilan dan wawasan guru pada pengembangan kreativitas anak didik dan proses pembelajaran dengan menggunakan media yang menarik melalui metode yang bervariasi. 3. Orang Tua Membantu pemahaman orang tua terhadap pentingnya meningkatkan kreativitas anak pada pembentukan generasi muda berprestasi, berkualitas dan berkarakter. 7