KONSEP TEOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA
|
|
- Verawati Hermanto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KONSEP TEOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA Oleh : I Gusti Made Widya Sena * ) ABSTRAK Dalam Kitab Upanga Veda, khususnya Kitab Agama menguraikan secara jelas mengenai konsep teologi Agama Hindu dalam simbol-simbol Siwa sebagai Tuhan Alam Semesta. Selain konsep Siwa sebagai sumber teologi Agama Hindu dalam Kitab Agama, tidak ketinggalan pula implementasi ajaran teologi ketika sampai di Indonesia, khususnya di pulau Bali. Lokal genius yang terdapat di Bali merupakan salah satu implementasi rasa bhakti umat kepada Tuhan secara turun temurun. Hal ini diawali dari kepercayaan-kepercayaan yang muncul dan hidup subur dalam kehidupan masyarakat. Seperti animisme (pemujaan pada roh) dan dinamisme (pemujaan pada benda-benda yang dianggap keramat / gaib), hingga Agama Hindu masuk ke pulau Bali dan memuliakan ajaran-ajaran tersebut. Berawal dari hal inilah mengapa pemahaman yang benar terhadap ajaran-ajarannya, khususnya mengenai ajaran Teologi Agama Hindu, yang tertuang dalam Teks-teks Siwaistik di Bali. Khususnya Teks Bhuana Kosa sangat diperlukan dalam meningkatkan sraddha dan bhakti umat menuju totalitas dan keharmonisan. Konsep Teologi Agama Hindu Dalam Teks Bhuana Kosa adalah memuliakan Sang Hyang Siwa sebagai wujud Tuhan yang tertinggi. Ajaran ini mengajarkan Tuhan yang tak terbatas dan terbatas. Ia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak berkuasa dan bersthana disuatu tempat melainkan hadir di setiap ciptaannya. Key words : Siwa, Kosmologi, Bhuana Kosa * ) I Gusti Made Widya Sena, adalah Dosen pada Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar 1
2 I. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk sosio religius. Sebagai makhluk sosio (sosial), manusia tidak dapat melepaskan keberadaannya dari kehidupan dengan manusia lain, adanya rasa saling ketergantungan, latar belakang yang sama, bentuk empati terhadap lainnya adalah salah satu unsur yang menciptakan manusia berada didalam sebuah perkumpulan yang disebut dengan komunitas (masyarakat). Hidup didalam sebuah komunitas selain memberikan rasa aman juga melalui komunitas tersebut manusia dapat mengembangkan sumber daya yang dimilikinya secara maksimal demi mencapai kesejahteraan hidup melalui jalan pertukaran sosial dan tentunya komunikasi yang baik didalamnya, sedangkan sebagai makhluk religius, kehidupan manusia tidak dapat lepas dari hubungannya dengan Tuhan. Berbagai agama telah memberikan jalan yang benar untuk memahami dan mencapai hubungan tersebut. Khususnya Agama Hindu, menurut ajaran Agama Hindu yang tertuang didalam Veda Smrti, khususnya pada ajaran Upanga Veda, membahas bagaimana jalan manusia menghubungkan diri dengan Tuhan, salah satunya melalui jalan memahami secara tepat dan mengimplementasikan secara benar ajaran teologi Agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kitab Upanga Veda, khususnya Kitab Agama menguraikan secara jelas mengenai konsep teologi Agama Hindu dalam simbol-simbol Siwa sebagai Tuhan Alam Semesta. Selain konsep Siwa sebagai sumber teologi Agama Hindu dalam Kitab Agama, tidak ketinggalan pula implementasi ajaran teologi ketika sampai di Indonesia, khususnya di pulau Bali. Lokal genius yang terdapat di Bali merupakan salah satu implementasi rasa bhakti umat kepada Tuhan secara turun temurun. Hal ini diawali dari kepercayaan-kepercayaan yang muncul dan hidup subur dalam kehidupan masyarakat. Seperti animisme (pemujaan pada roh) dan dinamisme (pemujaan pada benda-benda yang dianggap keramat / gaib), hingga Agama Hindu masuk ke pulau Bali dan memuliakan ajaran-ajaran tersebut. Berawal dari hal inilah mengapa pemahaman yang benar terhadap ajaran-ajarannya, khususnya mengenai ajaran Teologi Agama Hindu, yang tertuang dalam teks-teks Siwaistik di Bali. Khususnya Teks Bhuana Kosa sangat diperlukan dalam meningkatkan sraddha dan bhakti umat menuju totalitas dan keharmonisan. 2
3 II. PEMBAHASAN 2.1 Teologi Hindu Teologi berasal dari kata Theos (Bahasa Yunani) berarti Tuhan dan kata Logos (Bahasa Yunani) berarti ilmu. Jadi Teologi adalah pengetahuan mengenai Tuhan. Ilmu yang mempelajari mengenai Tuhan dalam Veda (kitab suci Hindu) dinamakan Brahma Vidya atau Brahma Tattva Jnaña. Kata Brahma yaitu gelar yang diberikan kepada Tuhan sebagai unsur yang memberi kehidupan pada semua ciptaanya dan juga unsur sabda atau aksara (Yang Maha Kuasa). Vidya atau Jnaña, berarti ilmu, sedangkan Tattva berarti hakikat mengenai Tat (yaitu Tuhan dalam bentuk Nirguna Brahman). Jadi Tattva Jnaña artinya sama dengan ilmu mengenai hakekat, yaitu ilmu mengenai Tuhan (Pudja, 1999: 3). 2.2 Teks Bhuana Kosa Teks Bhuana Kosa menggambarkan ajaran rahasia Siddhanta secara terstruktur tertuang dalam bentuk patalah (bab). Jumlah sloka masing-masing patalah berbeda-beda. Patalah yang slokanya paling sedikit terdapat pada patalah VI, sedangkan patalah yang paling panjang terdapat pada patalah III. Masing-masing patalah (bab) dalam lontar ini membahas mengenai topik-topik tertentu. Bhuana Kosa termasuk jenis tutur yang keadaan sloka Sanskertanya cukup bagus dan jumlahnyapun cukup banyak. Bahkan lebih banyak dari terjemahannya atau komentarnya dalam bahasa Jawa Kuna. Bhuana Kosa adalah teks tertua yang masih ada sebagai pedoman para Pendeta penganut ajaran Siwa-Siddhanta. Siwa Siddhanta di sini adalah merupakan bentuk baru dari Siwa Paksa yang dalam kurun waktu tertentu menerima / menyerap unsur-unsur dari sekta-sekta lain yang pernah berkembang di Bali. Sehingga antara Siwa Siddhanta yang ada di Bali dengan Siwa Siddhanta yang ada di India adalah berbeda. Bhuana Kosa merupakan lontar tertua yang memuat tentang konsep Siwa Tattwa di Bali, maka ini berarti bahwa ide atau konsep tentang hakekat Bhatara Siwa itu adalah bersumber dari lontar Bhuana Kosa, dengan kata lain teks Bhuwana Kosa adalah merupakan babon (induk) dari teks-teks Siwaistis yang ada di Indonesia. Bhuana Kosa merupakan nama sebuah lontar yang dapat dikatakan atau digolongkan sebagai jenis tattwa atau tutur yang dipandang sebagai lontar tertua, dan merupakan sumber 3
4 lontar-lontar tattwa yang bercorak siwaistik lainnya, seperti: Wrhaspatitattwa, Tattwam Jnana, Sanghyang Maha Jnana, Ganapati Tattwa dan lainnya. Lontar Bhuana Kosa ini terdiri atas 11 bab yang disebut dengan patalah, dengan jumlah sloka sekitar 491 sloka. Setiap bab panjangnya berbeda-beda dan memiliki judul tersendiri. Susunannya berurutan dari patalah I sampai XI, namun patalah VI, VII dan VIII kembali menggunakan istilah Pratamah Patalah dan seterusnya. Patalah IX dan X kembali menggunakan Nawami Patalah dan Dasamah Patalah. Patalah XI hanya berisi nama judul dengan tidak mencantumkana nama urutan patalahnya, sehingga Bhuana Kosa itu seakan-akan terdiri atas 10 patalah. Struktur Teks Bhuana Kosa disusun dalam bentuk dialog antara Resi Bhargawa dan Dewa Mahadewa mengenai kebenaran. Resi Bhargawa sebagai murid sedangkan Dewa (Bhatara) Mahadewa sebagai guru. Dialog yang terjadi antara Dewa dengan Resi Bhargawa berakhir sampai patalah V yang kemudian dilanjutkan dengan dialog antara Bhatara dengan Bhatari sampai patalah XI (terakhir). Dialog antara Resi Bhargawa, Bhatara dan Bhatari menguraikan tentang keberadaan tertinggi Siwa yang harus dicari oleh mereka yang tekun, para pendeta, dan para yogi. Melalui sebuah pengetahuan yang tertuang dalam Siddhantalah orang akan mencapai kelepasan dan menyatu dengan Sang Hyang Siwa. 2.3 Konsep Teologi Hindu Dalam Teks Bhuana Kosa Teologi dalam Hindu disebut Brahma Widya. Di Bali lontar-lontar yang membicarakan tentang Brahman disebut dengan Tattwa. Kata Tattwa berasal dari bahasa Sanskerta yang artinya hakikat, nyatanya, kesejatiannya (Zoetmulder, 1995: 1223). Secara etimologis kata Tattwa berasal dari kata tat dan twa. Tat berarti hakikat, kebenaran, kenyataan. Kata twa berarti yang bersifat. Dengan demikian kata tattwa berarti yang bersifat hakiki. Arti lainnya adalah unsur atau elemen. 1. Sang Hyang Siwa Teks Bhuana Kosa adalah Teks Siwaistik yang memuliakan Sang Hyang Siwa sebagai wujud Tuhan yang tertinggi. Kata Siwa dalam lontar ini sama artinya dengan dengan kata Brahman dalam Vedanta. Sifat-sifat Tuhan yang tertinggi seperti yang diuraikan dalam kitabkitab Upanisad, Bhagavad Gita, dan Brahma Sutra persis sama dengan sifat-sifat Siwa yang dijelaskan Dalam Teks Bhuana Kosa. Lontar Bhuana Kosa menyebutkan: 4
5 Lwir Bhaṭāra Śiwa sira humunggu ring hati ning sarwwa mawak, tarpadi, tar pamadhya, tar panta, langgeng hana nira, kadi jala cakra rupanira, sira ta katon de sang Yogiswara. (Bhuana Kosa I.4) Terjemahannya : Keberadaan Sang Hyang Siwa bersemayam di hati semua makhluk, tanpa awal, tanpa pertengahan, dan tanpa akhir. Keberadaan beliau kekal, berwujud seperti pusaran air. Demikian beliau tampak oleh sang Yogiswara. Kata Siva berarti yang memberikan keberuntungan, kerahayuan, baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan, memberi banyak harapan, yang tenang, membahagiakan dan sejenisnya (Monier dalam Titib, 2000:239). Bhatara Mahadewa Dalam Teks Bhuana Kosa disebutkan sebagai dewanya para dewa. Bhatara Mahadewa merupakan dewa utama yang dipuja dengan banyak nama. Dalam Teks Bhuana Kosa menjelaskan tentang Bhatara Mahadewa sebagai berikut: He, Dewa-dewa, kita dewaning dewata kabeh, he Mahadewa, kita Bhatara Mahadewa ngaranta, he Maheswara, kita Bhatara Maheswara ngaranta, he Sangkara, kita Bhatara Sangkara ngaranta. (Bhuana Kosa, I.1) Terjemahannya Oh para Dewa, engkau adalah Dewa dari semua Dewa, he Mahadewa, engkau bergelar Mahadewa, he Maheswara, engkau bergelar Sang Hyang Maheswara, he Sangkara, engkau bergelar Sang Hyang Sangkara. Dewa Mahadewa adalah Dewa tertinggi yang dipuja oleh semua orang. Mahadewa adalah great god, sebutan untuk mengagungkan nama Rudra-Siwa (Knappert, 1991:158). Mahadewa adalah Siwa sendiri yang dimuliakan oleh pendukungnya. Kata Siwa berarti yang memberikan keberuntungan, yang baik hati, ramah, suka memaafkan, menyenangkan, memberi banyak harapan, yang tenang, membahagiakan dan lain sebagainya. Siwa yang sangat ditakuti disebut Rudra, sehingga belakangan disebut Rudra-Siwa. Siwa yang belum kena pengaruh maya disebut Parama Siwa. Siwa sebagai aspek pencipta disebut Sankara. Sankara juga berarti damai, Siwa yang memberikan kedamaian kepada pemujanya melalui yoganya. Sankara juga salah satu aspek dari Bhairawa, kadang-kadang ditunjukkan dengan bentuk yang terpisah, seram dan telanjang. Sebagai penguasa, Siwa disebut sebagai Maheswara. Iswara berarti penguasa, yakni Yang Mutlak yang tanpa harus selalu memiliki bentuk, terkecuali diperlukan untuk kepentingan 5
6 bhakti. Iswara dalam pengider-ider di Bali adalah dewa yang menempati penjuru Timur. Iswara adalah aspek Siwa itu sendiri. Siwa adalah Iswara, karena Ia adalah penguasa dan mengatur seluruhnya. Siwa dalam lontar Wrhaspati Tattwa disebut sebagai Paramasiwa, karena Ia transenden, dilukiskan tidak memiliki sifat, karena ia tidak dapat diukur, tidak berciri, tidak dapat dibandingkan, tidak tercemar, tidak tampak, ada dimana-mana, abadi, tetap, tidak berkurang, dan tanpa akhir. Ia tidak berciri karena Ia tidak mempunyai ciri. Ia tidak dapat dibandingkan, karena tidak ada yang lain seperti dia, Ia tidak tercemar, karena Ia tidak ternoda. Ia tidak tampak karena Ia tidak dapat dilihat. Ia ada dimana-mana, karena Ia ada dalam segala benda. Ia abadi karena Ia tanpa bentuk, Ia tetap karena Ia tidak bergerak, Ia tidak berkurang karena Ia tetap utuh. Siwa bersifat tidak dapat dibayangkan (aprameya), karena bersifat ananta yang tak terbatas. Ia tidak dapat diberi batasan (anidesya), karena Ia tidak mempunyai ciri. Ia tidak dapat dibandingkan (anaipamya), karena Ia tidak ada yang menyamainya. Ia tidak kena penyakit (anamaya), karena Ia suci. Ia disebut suksma, karena Ia tidak dapat dilihat. Ia Sarwagata karena Ia ada dalam segalanya, ia memenuhi jagat raya. Ia tetap tenang, karena Ia tidak memiliki asal mula. Ia kokoh (dhruwa), karena Ia tidak bergerak, tetap stabil. Ia tidak pernah berkurang (awyaya), karena Ia selalu utuh. Lontar Bhuana Kosa menjelaskan keberadaan Sang Hyang Mahadewa sebagai berikut: Tan parupa sira, tan pawarna sira, tan parasa sira, tan pagandha sira, tan pasabdha sira, tan kasparsa sira, tan keneng lara sira, tan keneng idep, tan adi, tan madya, tan atambayan, tan anta, tan pawekasan, tan pahinghanan, tan parok, tan pawak, tan karaketing rupa warna, tan hana lumewihana sangkeng siran maha wisesa, tan cala, tan hana linggeri ya, tan pakasurudan, tan palwang, tan pagati, tan panyun, tan kena ring garbha jana maran, tan hana lara ri sira, tan kene kingking, tan pangidep lara, tan pangidep sangsara, tan pamala, tan pakala, tan pakasa, retu, masa horatra, tan patahun, tan paretu tan pawulan, tan parahina wengi, tan pasandyangsa, tan pawela kastra, tan petarayana, tan padaksinayana, tan pawisuwayana, tan hana kedap riya, santa sunya, menget, wisesa, tepet, sunyati sunya, malilang, kewalya, tan pasraya, ya siwa, ya kamoksan, tar elik, ya kamoktan, sira wisesaning Brahma, tan palwir, tar keneng bhaya, tan keneng pati, nahan ta rupanira Brahma pada nga, sira dewa, sira paramarta, siwa Maheswara, sira Paramatma, sira wisesa, tan hana ratindriye sira, sira Brahmanta tapa, sira kamoksan, tan keneng suka duka, tar keneng prihati, sira parama nirbanam, sita tar keneng wikara, wisesaning, wisesa, padam sira pada wisesa, tar ili, sira Mahadewa nga, sira penuh ring rat kabeh, sira wisesaning halit, siratisayaning raya wastu, sira tan pawak, sira niskala, sira nitya, sira ibu, sira bapa, sira kadang, sira warggha, sira mitra, 6
7 sira guru, sira dewa, sira mahardika, sira sang mangkana kramanira, sira bhatara mahadewa nga. (Bhuana Kosa, II.14) Terjemahannya Ia tanpa rupa, tanpa warna, tanpa rasa, tanpa bau, tanpa suara, tak teraba, tak terkena penyakit, tak terpikirkan, tanpa awal, tanpa pertengahan, tanpa akhir, tanpa batas, tak tercampuri, tanpa wujud, tanpa rupa, dan warna, tak ada melebihi dalam hal unggul, tak goyah tanpa lingga, tidak susut, tidak berkurang, tanpa perbuatan, tanpa keinginan, tidak lahir dari kandungan dan tanpa kematian, tanpa sakit, tanpa susah, tanpa sengsara, tanpa noda, tanpa waktu, tanpa angkasa, tanpa tahun, tanpa musim, tanpa bulan, tanpa siang dan malam, tanpa kurun waktu, tanpa matahari berjalan kearah utara, tanpa matahari berjalan ditengah-tengah, tanpa matahari berjalan ditengah khatulistiwa, tanpa kerdip, tenang, sepi, selalu ingat, utama, setia, sangat sepi dan hampa, tanpa perlindungan, kebebasan yang sejati, tanpa iri hati, ia adalah Brahman tertinggi, tidak dapat diumpamakan, tidak terkena bahaya, tanpa kematian, Ia adalah dewa, disebut Paramarta, ia sangat unggul, tanpa kenikmatan nafsu, ia adalah tapa Brahma, ia kemoksan, tak terkena suka duka, tidak terkena sakit hati, ia adalah parama nirwana, tanpa cela, ia maha utama, ia adalah alam utama, tidak mengalir, ia juga digelari Mahadewa, memenuhi dunia, sangat halus, sangat agung dan mulia, tanpa badan, sangat mulia tetapi tidak tampak, ia yang tanpa kematian selalu suka cita, ia yang suci tanpa noda, ia yang tak terlihat oleh mata, ia kekal, ia adalah ibu, ia bapak, ia adalah marga, ia adalah keluarga, ia sahabat, ia guru, ia dewa, ia arif bijaksana, orang demikian adanya itu adalah Sang Hyang Mahadewa. Demikianlah sifat-sifat Mahadewa yang dijelaskan Dalam Teks Bhuana Kosa yang memberikan pengetahuan yang demikian tinggi kepada sang Resi. Pengetahuan Siddhanta tidak akan diperoleh melalui seseorang karena sifatnya sangat rahasia dan tinggi. Hanya yang sadarlah yang mampu untuk memberikan pengetahuan tentang kesadaran, bukan sebaliknya. Teks ini juga menjelaskan bahwa Tuhan dalam Bhuana Kosa disebut dengan Bhatara Siwa. Beliau Maha Esa, tanpa bentuk, tanpa warna, tidak terpikirkan, tidak tercampur, tidak bergerak, tidak terbatas dan sebagainya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bhuana Kosa, I. 19, sebagai berikut : Tan karekĕtan mala, tan palwir, tan pagātra, wyāpaka, yonggwan Sang Hyang Aṣṭa Śiwa, tan pacala, wiśeṣa ya. Terjemahannya : Tanpa noda, tanpa wujud, tanpa rupa, tetapi menguasai/memenuhi alam. Itu tempat bersemayam Sang Hyang Asta Siwa, sangat utama tanpa cela. 7
8 Dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa Tuhan dalam wujudnya sebagai Sang Hyang Siwa memiliki berbagai sifat sebagai pencipta alam semesta ini, salah satu contohnya adalah sifat dalam Cadhu Sakti yaitu Wibhu Sakti. Wibhu Sakti atau yang mengandung pengertian bahwa Tuhan itu Maha Ada, meresapi dan memenuhi alam semesta ini tanpa cela sedikitpun. Siva adalah realitas tertinggi. Ia adalah abadi, tanpa wujud, bebas, ada dimana-mana, Esa adanya, tanpa awal, tanpa sebab, tanpa cacat, selalu bebas, ada sendiri dan murni. Ia tidak dibatasi oleh waktu. Ia adalah kebahagiaan dan kecerdasan tanpa batas. Siva adalah Tuhan Pengasih. KaruniaNya tidak terbatas. Ia adalah penyelamat dan guru, Ia melakukan pembebasan terhadap Jivàtman dari perbudakan duniawi. Ia dianggap sebagai wujud guru yang memiliki kasih terdalam pada umatnya. Ia menginginkan bahwa semuanya seharusnya mengetahui Nya dan memperoleh kebahagiaan Siva pada pembebasan akhir. Ia memperhatikan aktivitas dan membantu jiva seseorang mencapai kemajuan dalam perjalanannya. Siva meresapi seluruh dunia dengan SaktiNya. Ia mempergunakan SaktiNya. Sakti adalah energi kesadaran dari Siva. Sesungguhnya Ia adalah badan dari Siva, Ia adalah penyebab pertama dunia. Sakti adalah alat penyebab. Màyà adalah penyebab material. Màyà meliputi prinsip halus dan kasar. Jivàtman mengalami kesenangan dan duka melalui Vidyà. Siva Tattva adalah dasar dari semua kesadaran dan perbuatan. Ia adalah Niskala Suddha, Màyà dan Sakti Siva memulai kegiatan. Siva menjadi yang mengalami, kemudian berawal dari hal tersebut, Ia disebut Sadà Siva, juga dikenal dengan nama Sadakhya yang sesungguhnya tidak berbeda dengan Siva. Kemudian Siva yang mengalami menjadi pengatur, Ia kemudian adalah Iúvara, yang sesungguhnya tidak terpisah dengan SadàSiva. Suddhavidyà adalah penyebab dari pengetahuan sebenarnya. Kelima aktivitas (Pañca Kritya) dari Tuhan adalah Såûti (penciptaan), Sthiti (memelihara), Saýhara (mengembalikan), Tirobhava (tudung) dan Anugraha (karunia). Di dalam mantra Pañcàkûari Nama Sivaya. Na mengandung pengertian kekuatan memeriksa dengan teliti dari Tuhan yang membuat Jivàtman bergerak di dunia. Ma adalah ikatan yang mengikat Jivàtman di dalam Saýsara roda kelahiran dan kematian. Si adalah simbol Siva, Va 8
9 adalah simbol karunia dan Ya adalah Jivàtman. Jika Jivàtman kembali kepada Na dan Ma, maka ia akan tenggelam dalam duniawi, sedangkan jika Jivàtman mengasosiakan dirinya dengan Ya, maka ia akan bergerak menuju Siva. Untuk menjadi larut di dalam Úivànanda adalah Nista atau Samàdhi. Ia yang mencapai tahap ini disebut dengan Jivanmukta. Dalam pengertian selanjutnya dapat dikatakan bahwa Tuhan sendiri memiliki dua aspek wujud dalam ajaran Hindu, yaitu secara vertikal dan juga horisontal. Konsep pemahaman wujud Tuhan dalam aspek horisontal dijelaskan pada konsep Tri Murti (Brahma, Wisnu, Siwa), sedangkan pemahaman wujud Tuhan dalam aspek vertikal disimbolkan dengan konsep yang disebut dengan Tri Purusa (Paramasiwa, Sadasiwa, dan Siwa). Parama Siva adalah cetana (purusa), kejiwaan / kesadaran yang tertinggi (Tuhan). Suci, murni belum sama sekali tersentuh atau terkena pengaruh Màyà (prakrti / acetana), tenang, tentram, kekal abadi, ada dimana-mana, tidak berawal dan tidak berakhir, Maha tahu, tidak pernah lupa, maka Ia diberi gelar sebagai Nirguna Brahma. Parama Siva adalah dalam keadaan bentuk, tidak bergerak, tidak pergi, tidak ada asal, seluruh alam semesta ini dipenuhinya, diliputi, ada dimana-mana, tidak mengenal masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang (tidak terkekang waktu), Maha gaib, tidak dapat dibayangkan dalam pikiran. Ia adalah Ìsvara, Ìsvara adalah sebagai Raja. Tuhan sebagai Paramasiwa yang nirguna menurut adalah spiritual yang luhur dan sucimurni serta kekal abadi; bukan sifat, bukan materi dan bukan gerak; bebas dari pengaruh segalagalanya. Oleh karena Paramasiwa itu adalah spiritual dan bukan sifat, maka belumlah ada sesuatu keinginan yang sampai dapat mempengaruhinya. Karena bukan materi, maka ia tiada terbatas serta tiada berawal dan tiada berakhir. Karena bukan gerak, maka Ia bukan aktivitas. Karena bebas dari pengaruh waktu, tempat dan keadaan, maka Ia adalah langgeng / kekal-abadi, suci-murni dan serba ada dimana-mana. Kegaiban-Nya Tuhan sebagai Paramasiwa (Nirguna Brahma), sehingga sukarlah dibayangkan dalam pikiran dan perasaan biasa, karena Dia adalah pikiran dari segala perasaan dan parama suksma atau maha-gaib serta suci atau tetap murni tanpa noda apapun. Sadà Siva adalah Saguna Brahma. Artinya disini jika cetana atau Tuhan sudah mulai mengambil atau terkena / terselimuti pengaruh màyà (acetana), dan telah memiliki sifat, fungsi dan aktivitas. 9
10 Pengaruh màyà ini belum besar, hanya berupa guna atau hukum kemahakuasaannya sendiri yang sering disebut dengan Sakti, sehingga kesuciannya masih lebih besar daripada pengaruh màyà. Saguna Brahma yaitu Tuhan serba guna sehingga Ia dapat menentukan dan mengatur Utpatti (penciptaan), Sthiti (pemelihara) dan pralina (kehancuran), yang dikenal dengan sebutan Tri Kona, yakni tiga sudut, evolusi dari bhuwana agung dan bhuwana alit. Sebagai Sadà Siva, Ia memiliki empat kekuatan yakni; wibhùsakti (kekuatan meresap segalanya), prabhusakti (kekuatan berkuasa), jñànasakti (kekuatan ilmu pengetahuan) dan kriyàsakti (kekuatan perbuatan). Selain itu Ia juga dipenuhi oleh sarwajñà (serba tahu) dan sarwa kàryakartà (serba kerja). Sadà Siva adalah Tuhan pada saat aktif, berguna, bersinar, terdiri dari unsur kesadaran, memiliki kedudukan dan sifat-sifat. Ia memenuhi segalanya, Ia dipuja karena tanpa bentuk, Ia Maha Pencipta, pelebur, pengasih, bersinar, abadi, maha tahu dan ada dimana-mana. Oleh karena demikian kesempurnaan dan kemahakuasaannya, maka beliau diberi macam-macam gelar, misalnya: Brahmà (sebagai pencipta), Visnu (sebagai pemelihara) dan Siva-Rudra (sebagai pelebur kembali). Guna, Sakti dan Swabhawa merupakan wujud kemahakuasaan dan kemahasempurnaannya. Guna meliputi tiga sifat mulia, Sakti meliputi empat kekuatan yang disebut dengan cadhu sakti dan Swabhàwa adalah delapan kemakuasaan yang disebut Astaaiswarya. Guna atau sifat mulia dari Tuhan (Sadàsiwa) ada tiga macam, yakni : Dùràsrawana yaitu dapat mendengar yang dekat dan jauh, Dùràsarwajña yaitu berpengertian / berpengetahuan serba sempurna dan Dùràdarsana yaitu dapat melihat atau memandang yang dekat dan jauh serta luas. Dùràsrawana ini maksudnya ialah dapat mendengarkan suara yang dekat dan yang sejauhjauhnya atau suara yang keras dan yang sehalus-halusnya termasuk bisikan-hati sekalipun. Dùràsarwajñà maksudnya ialah dapat mengetahui segala-galanya, baik yang terdekat dan yang sejauh-jauhnya maupun yang dalam keadaan telah lampau (àtita), yang sekarang (wartamàna) dan yang akan datang yang akan terjadi (nàgata). Dùràdarsana maksudnya ialah dapat melihat segala sesuatu yang berwujud ataupun yang semu, baik yang dekat dan yang sejauh-jauhnya maupun segala sesuatu yang telah ada, yang sedang ada dan yang akan ada, dari tingkat yang terbesar sampai dengan yang sekecil-kecilnya. 10
11 Oleh karena Tuhan (Sadàsiwa) adalah Wyàpi-wyàpaka yaitu bersifat kecil sekecilkecilnya, besar sebesar-besarnya; berada dimana-mana serta menjadi telinga dari segala telinga, pikiran dari segala pikiran dan mata dari segala mata, maka beliau serba mendengar, serta tahu dan serba melihat, sehingga beliau maha-kuasa serta menjadi Saksi Agung dari segala aktivitas alam-semesta ini, termasuk amal-dosa dari semua makhluk, maka dari itu sukarlah bagi makhluk ini (khusunya manusia) hendak berbohong kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan (Sadàsiwa / Saguna-Brahma) adalah mempunyai empat macam ke-saktian atau kekuatan yang utama bernama Cadu-Sakti yang terdiri dari: Wibhùsakti, Prabhùsakti, Jñànasakti, dan Kriyàsakti. Keempat macam kekuatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Wibhùsakti Wibhùsakti : berarti maha-ada. Pengertian istilah wibhù-sakti ini sering dihubungkan dengan istilah ùtaprota. Kata ùta adalah istilah ejective dalam bahasa Sanskerta yang berarti : ada dimana-mana / terdapat dalam segala tempat dan benda, misalnya : seperti keadaan minyak dalam santan, minyak itu tak terlihat, tetapi minyak itu pasti ada dalam santan; dan juga bagaikan api yang terdapat dalam kayu yang kering. Dengan demikian, maka istilah ùta ini dekat sekali pengertiannya dengan kata wyàpi yang berarti kecil sekecil-kecilnya serta dapat meresapi segala sesuatu. Dan kata prota adalah juga istilah ejective dalam bahasa Sansekerta yang berarti : rahasia atau suci-murni, bagaikan manik-spatnik (permata-kristal) yang bersih selalu, tiada terpengaruh oleh apa-apa. Jadi istilah wibhù-sakti atau uta-prota itu berarti ada dalam segala-galanya, tetapi keadaannya itu tidak terpengaruh oleh apa-apa, namun tetap suci murni selalu. 2. Prabhùsakti Prabhùsakti artinya maha-kuasa, yakni menguasai segala-galanya, seperti raja diràja dan tidak ada yang memadai kekuasaan Nya; segala sesuatunya tetap ada dibawah perintah-nya. Dalam hal ini beliau sering digelari : Ìswara, atau Maheswara (Mahàràja). 3. Jñànasakti Jñànasakti bermakna maha-tahu dan menjadi : sumber segala wiweka (pertimbangan akal / pikiran) dan kebijaksanaan, sehingga dapat mengetahui segala-galanya, baik yang telah ada (bhàwàtita) dan sedang ada (bhàwawartamàna) maupun yang akan ada (bhàwanàgata). Oleh 11
12 karena itu, Jñàna-sakti ini dekat hubungannya dengan pengertian dùràsarwajñà seperti tersebut di atas. 4. Kriyàsakti Kriyàsakti; maksudnya maha-karya yakni dapat mengerjakan segala-galanya dengan sukses dan penuh sempurna. Demikianlah yang disebut Cadu-Sakti sebagai kemaha kuasaan Tuhan (Sadàsiwa / Saguna-Brahman). Jika direnungkan tentang kemaha-kuasaan-nya itu tentu akan menimbulkan keheranan yang tak terhingga pada diri kita, karena tidak ada sesuatupun yang dapat menyamai- Nya; sehingga hanya pada beliau sajalah satu tempat kita mohon perlindungan yang sebaikbaiknya, khususnya dalam hal kesempurnaan mental dan spiritual beserta aspek relitas kesejahteraan yang lain-lainnya. Beliau juga disebut Immanent dan Trancendent, Immanent artinya ia meresapi segala, hadir pada segala termasuk meresap pada pikiran dan indriya (sira wyapaka). Transcendent artinya beliau meliputi segala tetapi ia berada di luar batas pikiran dan indriya. Pengertian selanjutnya mengenai paham Transendent ini adalah keyakinan yang memandang Tuhan maha luhur, tidak terjangkau oleh akal pikiran manusia. Hal ini sesuai dengan penjelasan dari Bhuana Kosa I. 10, yang menyatakan: Lwir Bhaṭāra Śiwa hane ri ya, wyāpaka nitya, mengĕt sira tan cala, mewĕh sira kawruhana dening nina jñana, sira tamar cala irikang jagat kabeh, sthāwara janggāmawaknya. Terjemahannya : Keberadaan Sang Hyang Siwa di sana, selalu menyusupi segala, selalu sadar dan tak bergerak, sulit diketahui oleh orang yang tidak berilmu pengetahuan, beliaulah yang menggerakkan seluruh dunia baik tumbuh-tumbuhan maupun binatang. Dalam terjemahan sloka tersebut dapat dijelaskan bahwa Tuhan dalam wujud Siwa memiliki sifat wyapi wyapaka nirwikara (ada meresapi seluruh alam semesta, tetapi tidak dapat dilihat, hanya mampu untuk dirasakan keberadaannya). Sloka tersebut juga menjelaskan bahwa hanya orang-orang yang memiliki pengetahuan tinggilah, yang mampu untuk dapat melihat beliau dalam wujud Sang Hyang Siwa. 12
13 Selain dari pengertian Tuhan dalam konsep Transendent, terdapat juga pengertian Tuhan dalam konsep Immanent. Pengertian paham Immanent memiliki pengertian Tuhan sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, tetapi Tuhan itu berada di luar dan sekaligus di dalam ciptaan-nya. Meskipun beliau dikatakan Transcendent dan Immanent pada semua makhluk, tetapi beliau tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, karena beliau bersifat sangat rahasia, abstrak. Karena kerahasiaannya, beliau sering digambarkan bagaikan api dalam kayu, minyak dalam santan. Beliau ada dimana-mana, pada semua yang ada ini, beliau tidak tampak, tetapi beliau ada. Sungguh sangat rahasia adanya. Bhatara Siwa bersifat immnanent dan juga trancendent. Immanent artinya bahwa beliau hadir di mana-mana, sedangkan trancendent artinya bahwa beliau mengatasi pikiran dan indriya manusia. Hal ini dengan jelas tampak dalam sloka berikut : Sivas sarvagata sukûmah, Bhūtānām antarikûavat, Acintya mahāgåhyante, Naindriyam parigåhyante. Bhatāra Śiwa sira wyāpaka, sira sūkûma tar kneng angěn-angěn, kadyangganing ākaûa sira, tan kagrhita dening manah mwang indriya. (Bhuwanakosa II.16) Terjemahan: Bhatara Siwa meresapi segala, Ia gaib dan dapat dipikirkan, seperti angkasalah Ia, tak terjangkau oleh pikiran dan indriya. Berdasarkan bunyi kutipan di atas dengan jelas dikatakan bahwa Bhatara Siwa meresapi segala, berarti beliau hadir pada segala, hadir di mana-mana (immanent), berarti pula ada dalam pikiran dan indriya manusia. Akan tetapi juga tak terjangkau oleh pikiran maupun indriya itu sendiri. Ini berarti bahwa beliau mengatasi pikiran dan indriya itu sendiri (trancendent). Bhatara Siwa juga bersifat berpribadi (personal) dan tak berpribadi (impersonal). Dalam aspeknya yang personal, beliau adalah ayah (sah pita), ibu (sah matah), saudara (sah mitra), keluarga (sah vanduh), guru (sah guruh), dan sebagainya. Sedangkan dalam aspeknya yang impersonal, beliau bersifat tak terpikirkan (acintya), tak berawal, tengah dan akhir (anandi madhyantan), tak terbatas (amita), tak berbadan (agatram) dan sebagainya. 13
14 Bila di dalam Veda, Tuhan disebut sebagai Sat, dalam Upanisad, Tuhan disebut sebagai Brahman, maka didalam ajaran Teologi Hindu Lontar Bhuana Kosa, Tuhan disebut sebagai Siva. Ia Esa, namun meliputi segalanya, dan mempunyai banyak nama. Ciri-ciri Siwa ialah Esa. Esa berarti bahwa oleh akal budi ditangkap sebagai sesuatu yang cirinya ialah kodrat Siwa yang sejati (Siwa-tat-twa). Dan Ia di pandang sebagai Yang Esa (Eka), bukan dua atau tiga. Satu-satunya ciri ialah sebab Siwa (Siwa Karana) saja, tanpa adanya perbedaan. Aneka berarti bahwa Ia dipandang sewbagai bercirikan empat. Bercirikan empat berarti : stula, suksma, para, sunya. antara lain : Bhatara Siwa Yang Esa itu dalam hal menjadi Hyang memiliki nama-nama yang berbeda, Prthīvyā sarvva ekāyam, salile bhava samsmrtah, agno paśupati jñeyam, bāyva iśānam eva ca. Nihan wibhaga Bhatara munggwing rikang tattwa kabeh, sarwajña ngaranira, yan umanděl ing prthiwi, bhawa ngaranira yan umanděl ing toya, paśupati ngaranira yan umanděl ing Sanghyang Agni, Iśāna ngaranira yan umanděl ing Bāyu. (Bhuanakosa III. 9) Terjemahan: Inilah perincian Bhatara berada pada semua tattwa, sarwajna namanya bila berada pada tanah, bhawa namanya bila berada pada air, Pasupati bila berada pada api, Isana bila berada pada angin. Ākāse bhagavān bhimah mahādevopi manasi, tan mātrasthe ca ugroyah, tejase rudra ucyate. Bhīma ngaranira yan haneng ākāsa, kinahanan ta sira dening asta guna, Māhadeva ngaranira yan haneng manah, tan pāwak, Ugra ngaranira yan haneng pañca tan matra, Rudra ngaranira yan haneng teja, makāwak ahangkāra. (Bhuanakosa III.10) Terjemahan: Bhima namanya bila berada di angkasa, dipenuhi Ia oleh astaguna, Mahadewa namanya bila berada pada pikiran, Ugra namanya nila berada pada Panca Tan Matra, Rudra namanya bila berada pada cahaya berbadan ahangkara. 14
15 Demikianlah nama nama Bhatara Siwa yang tunggal itu, ketika berada pada Panca Maha Bhuta, Panca Tan Matra, Manah dan Ahangkara. Sedangkan nama-nama Bhatara Siwa bila berada pada penjuru dunia ini adalah sebagai berikut: Sanghyang Iswara di Timur, Sanghyang Maheswara di Tenggara, Sanghyang Brahma di Selatan, Sanghyang Rudra di Barat Daya, Sanghyang Mahadewa di Barat, Sanghyang Sangkara di Barat Laut, Sanghyang Wisnu di Utara, Sanghyang Sambhu di Timur laut, Sanghyang Siwa di Tengah. Kesembilan perwujudan Bhatara Siwa ini disebut Dewata Nawa Sanga. Sanghyang Iswara, Sanghyang Brahma, Sanghyang Mahadewa, Sanghyang Wisnu dan Sanghyang Siwa disebut Panca Dewata. Pada Dewata Nawa Sanga ini Bhatara Siwa berada di tengah sebagai inti, pusat semua dewa, pusat semua yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa Beliau memiliki Kemahakuasaan sebagaimana keyakinan umat Hindu pada pokok-pokok keimanan dalam agama Hindu yaitu Panca Srāddhā suatu kepercayaan dan keyakinan terhadap Tuhan berkuasa atas segala yang ada di alam. Umat Hindu percaya dan memuja Tuhan yang wujudnya gaib tidak kuasa dijangkau oleh pikiran manusia, dibayangkan dengan bermacam-macam sesuai dengan kemampuan manusia, sehingga panggilannya bermacam-macam pula. Dalam kitab suci Agama Hindu dinyatakan bahwa yang satu itulah yang banyak disebutkan dengan nama yang berbeda-beda. Walaupun disebutkan dengan nama yang berbeda-beda namun tidaklah berarti bahwa Ia lain dari pada yang lain. Dalam teks Bhuanakosa dikatakan bahwa semua yang ada ini muncul dari Bhatara Siwa dan akan kembali kepada-nya juga. Dengan demikian maka Bhatara Siwa adalah sumber segala yang ada, sama halnya dengan Brahman dalam Upanisad. III. SIMPULAN Konsep Teologi Agama Hindu Dalam Teks Bhuana Kosa adalah memuliakan Sang Hyang Siwa sebagai wujud Tuhan yang tertinggi. Ajaran ini mengajarkan Tuhan yang tak terbatas dan terbatas. Ia adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan hadir di setiap ciptaannya. 15
16 DAFTAR PUSTAKA Apte, Vaman Shivram The Student Sanskrit English Dictionary. New Delhi: Motilal Banarsidass. Dunia, I Wayan Kumpulan Ringkasan Lontar. Surabaya : Paramita. Donder, I Ketut Brahma Vidya:Teologi Kasih Semesta. Surabaya:Paramita. Endarswara, Suwandi Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Fananie, Z, Telaah Sastra. Yogyakarta: Muhammadiah University Press. Kamajaya, Gede Yoga Kundalini. Surabaya: Paramitha. Kinten, Gede Konsep Ketuhanan Dalam Teks Ganapati Tattwa. Tesis. Program Pasca Sarjana IHDN Denpasar. Maswinara, I Wayan Sistem Filsafat Hindu Sarva Darsana Samgraha. Surabaya: Paramita. Maswinara, I Wayan Deva-Devi Hindu. Surabaya : Paramita. Pudja, Gede Teologi Hindu (Brahma Widya). Surabaya: Paramita. Suhardana, Komang Tri Murti Tiga Perwujudan Utama Tuhan. Surabaya : Paramita. Tagel, I Dewa Putu. Teologi Hindu Dalam Teks Siwagama Dan Implementasinya Di Kota Denpasar Disertasi. Program Pascasarjana IHDN Denpasar. Teeuw, A, Sastra dan Ilmu Sastra, Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Titib, I Made Teologi Veda. Surabaya: Paramitha. Zimmer, Heinrich Sejarah Filsafat India. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 16
KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA
KONSEP KOSMOLOGI HINDU DALAM TEKS BHUANA KOSA Oleh : I Gusti Made Widya Sena * ) ABSTRACT Salah satu kebenaran yang tersurat dalam Kitab Suci Veda adalah ajaran atau konsep tentang kosmologi atau penciptaan
Lebih terperinciTUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA. Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK
1 TUTUR BHUWANA KOSA: KAJIAN SEMIOTIKA Ni Wayan Sri Santiati Sastra Jawa Kuno Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ABSTRAK Tutur Bhuwana Kosa is one of the oldest manuscript belonging to the
Lebih terperinciKAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya bram.gus@gmail.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Wayan Redi Pembimbing II I Ketut Wardana ABSTRAK
Lebih terperinciD. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA
- 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciE. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA
- 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM
BAB IV ANALISA DATA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA AJARAN AWATARA DALAM AGAMA HINDU DAN TASHAWUF ISLAM A. Konsep Ketuhanan Ajaran Awatara dalam Agama Hindu Konsepsi Ajaran Awatara dalam Agama Hindu mengatakan
Lebih terperinci27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD
27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agama Hindu merupakan agama tertua didunia dan masih ada hingga saat ini. Agama Hindu merupakan agama yang mempercayai banyak dewa dan dewi yang tersebar menurut fungsinya
Lebih terperinciNYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA. Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur)
NYEPI: MENCIPTAKAN BHUTA HITA MENUJU ALAM SUNYA Oleh: Ida Made Windya, S. Ag (Pembimas Hindu Kanwil Kemenag Jawa Timur) Ri hěněng ikanang amběk tibrālit mahěning ahö/ Lěngit atisaya sunya jñana naśraya
Lebih terperinciPenyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)
Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan
Lebih terperinciTUGAS AGAMA DEWA YADNYA
TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG
Lebih terperinciBHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar
BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari
Lebih terperinciNirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu
Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan
Lebih terperinciLANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK
LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinciPEMBELAJARAN AGAMA HINDU
PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah yang mendasari penelitian yang dilakukan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan
Lebih terperinciDESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA
DESKRIPSI PENATAAN TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA DEWATA NAWA SANGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXX di Depan Museum Bajra Sandhi Tahun 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara,
Lebih terperinciDAFTAR ISI... SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN...
2 DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN... SAMPUL DALAM... i ii LEMBAR PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA UJIAN... PERSYARATAN KEASLIAN... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... iii iv v vi
Lebih terperinciSumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar. Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia.
Sumber dan Tujuan Pendidikan yang Benar Pengetahuan orang kudus adalah pengertian, Kenalilah akan Dia. Pemikiran kita tentang pendidikan terlalu sempit dan dangkal. Karena hanya mengejar suatu arah pelajaran
Lebih terperinciFILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU
FILSAFAT SAMKHYA AJARAN DINAMISME DALAM HINDU I K. Suparta Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana Sulawesi Tengah Email: padmabuana@yahoo.co.id ABSTRAK Konsep Ke-Tuhanan dalam Hindu merupakan
Lebih terperinci21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)
21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
Lebih terperinciBAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya
BAB V ANALISA DATA A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya Upacara kematian ini bersifat wajib bagi keluarga yang telah ditinggal mati. Dalam proses upacara kematian, ada yang
Lebih terperinciKemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa?
Kemanakah jiwa manusia setelah tubuhnya binasa? Penelusuran Bhagavad-Gita dan Alkitab, tentang jiwa setelah kebinasaan tubuh. Makalah Extention Course Filsafat Manusia STF. Drijarkara NEGARI KARUNIA ADI
Lebih terperinci16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk
Lebih terperinciNASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN
NASKAH DHARMA WACANA REMAJA PUTRA CINTA KASIH OLEH: PUTU NOPA GUNAWAN UTUSAN KOTA MAKASSAR UTSAWA DHARMA GITA PROVINSI SULAWESI SELATAN 2011 1 CINTA KASIH ( Oleh: PUTU NOPA GUNAWAN)** Om Swastyastu Dewan
Lebih terperinciMIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk
1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA
DESKRIPSI KARYA SARADPULAGEMBAL THE SYMBOL OF TRI LOKA I GUSTI NGURAH WIRAWAN, S.Sn., M.Sn NIP : 198204012014041001 INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 ABSTRAK Saradpulagembal, seperti halnya sesajen
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang
Lebih terperinciBHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN. Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru)
BHAKTI MARGA JALAN MENCAPAI KEBAHAGIAAN Om Swastyastu, Om Anobadrah Krtavoyantu visvatah, (Semoga pikiran yang baik datang dari segala penjuru) Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang
Lebih terperinciJadi keenam unsur kepercayaan (keimanan) tersebut di atas merupakan kerangka isi Dharma (kerangka isi Agama Hindu). Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu
Bab 4 Dasar Kepercayaan Hindu 4.1 Dasar Kepercayaan Hindu Bersumber Pada Atharwa Weda Dasar kepercayaan (keimanan) dalam agama Hindu disebut Sraddha, yang dinyatakan di dalam ayat suci Atharwa Weda berikut.
Lebih terperinciSurat Pertama Dari Rasul Yohannes. Educational Courses P.O. Box 0623 Cagayan de Oro 9000 Mindanao, Philippines
Surat Pertama Dari Rasul Yohannes Educational Courses P.O. Box 0623 Cagayan de Oro 9000 Mindanao, Philippines Surat Pertama dari Rasul Yohannes ini adalah buku ke62 dalam Kitab Suci. Terjemahan ini berdasarkan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu. berbilang tidak bergantung pada siapa-siapa melainkan ciptaan-nyalah
124 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Konsep Tuhan Dalam Perspektif Agama Islam, Kristen, Dan Hindu Antara Lain: Agama Islam Tuhan adalah Allah, Esa, Ahad, Ia merupakan dirin-nya sendiri tunggal dalam sifatnya
Lebih terperinciKamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49)
HR KENAIKAN TUHAN : Kis 1:1-11; Ef 1:17-23; Luk 24:46-53 Kamu harus tinggal di dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49) Sebelum menerima tahbisan imamat,
Lebih terperinciOLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I
EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email
Lebih terperinci17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciOm bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat
MANTRAM GAYATRI Taukah kalian begitu dasyatnya Mantram Gayatri!!!! Om bhur bhuvah svah, tat savitur varenyam, bhargo devasya dhimahi, dhiyo yo nah pracodayat Artinya : Ya Tuhan Yang Maha Kuasa, sumber
Lebih terperinciPENDIDIKAN AGAMA HINDU
Kurikulum 2004 PANDUAN MATERI UJIAN SEKOLAH TAHUN PELAJARAN 2004/2005 SD PENDIDIKAN AGAMA HINDU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN Hak Cipta pada
Lebih terperinciAgama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama
Agama dan Tujuan Hidup Umat Buddha Pengertian Agama Kata agama berasal dari kata dalam bahasa Pali atau bisa juga dari kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu dari akar kata gacc, yang artinya adalah pergi
Lebih terperinciMISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA
ADAADNAN ABDULLA ADNAN ABDULLAH MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com DAFTAR ISI Daftar Isi 3 Pendahuluan.. 5 1. Terminologi Tuhan. 10 2. Agama-agama di Dunia..
Lebih terperinciSurat Yohanes yang pertama
1 Surat Yohanes yang pertama Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman a yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum dunia diciptakan. Kami sudah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Hindu merupakan salah satu agama yang diakui di Indonesia. Negara menjamin setiap warga untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaan
Lebih terperinciDISIAPKAN MENJADI SAKSI
Tata Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus Ke Surga GKI Soka Salatiga Kamis, 25 Mei 2017 Pukul 08.30 WIB DISIAPKAN MENJADI SAKSI KETERANGAN: Ptgs. 1 : Seorang Bapak Ptgs. 2 : Seorang Ibu Ptgs. 3 : Seorang Pemuda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciMengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A.
Mengapa memberitakan Injil? Kis.14:15-18 Ev. Jimmy Pardede, M.A. Hari ini kita akan melihat mengapa kita harus memberitakan Injil Tuhan? Mengapa harus repot-repot mengadakan kebaktian penginjilan atau
Lebih terperinci2. "Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. " Kolose 4:5.
1. "Tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus
Lebih terperinciSanto Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa.
1. Allah, Sumber Segala Kasih Santo Yohanes Rasul adalah orang yang sejak semula boleh mengalami kasih Yesus secara istimewa. Pada perjamuan malam ia boleh duduk dekat Yesus dan bersandar dekat dengan
Lebih terperinciKARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN. PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn
KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA: RIAK KEHIDUPAN PENCIPTA : IDA AYU GEDE ARTAYANI. S.Sn, M. Sn PAMERAN: KOLABORASI INTERNASIONAL ALL GREE VS TAPAK TELU THE INDONESIAN INSTITUTE OF THE ARTS
Lebih terperinci2. NYANYIAN JEMAAT Ajaib Nama-Nya PKJ 3 [2x] Semua
PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin Kristus dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR
Lebih terperinciMenapak Jalan Kehidupan. Penciptaan Alam Semesta
Menapak Jalan Kehidupan Hidup dapat diibaratkan suatu perjalanan, yaitu perjalanan lahiriah maupun perjalanan batiniah. Sebagai suatu perjalanan tentu ada awal dan ada akhir. Perjalanan lahiriah berawal
Lebih terperinciHARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH
TATA IBADAh HARI MINGGU Iv SESuDAH PASKAH Minggu 14 Mei 201 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan
Lebih terperinciKami datang kepada-mu, kami datang kepadamu Bersyukur sebulat hati, kar na kasihmu besar
TATA IBADAH PERSIAPAN - Doa pribadi warga jemaat - Prokantor mengajarkan jemaat menyanyikan lagu-lagu baru - Para pelayan berdoa di konsistori UCAPAN SELAMAT DATANG P2 : Presbiter bertugas mengucapkan
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #20 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #20 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan keberagaman, di mana negara ini terdiri dari berbagai suku yang memiliki bahasa, budaya, bahkan kepercayaan (agama)
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA
NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciKetuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*)
Ketuhanan (Brahma Vidyaa) Dalam Perspektif Hindu Oleh I Ketut Subagiasta*) Abstract The God in the perspective of Hinduism the called Brahma Vidyaa. If want to know about the God in the Hinduism, so can
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Alam semesta jagat raya dengan seisinya bergerak berputar tiada hentinya dengan perputaran yang teratur sesuai dengan hukumnya. Hukum perputaran terjadi terhadap semua
Lebih terperinciSeri Kedewasaan Kristen (3/6)
Seri Kedewasaan Kristen (3/6) Nama Kursus   : ORANG KRISTEN YANG BERTANGGUNG JAWAB (OKB) Nama Pelajaran : Bertanggung Jawab untuk Hidup Benar dan Menggunakan                 Karunia-karunia
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach
BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu
Lebih terperinciMinggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL. Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0
Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0 a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu
Lebih terperinciKETUHANAN YANG MAHA ESA
Tugas Akhir Mata Kuliah Pancasila Judul Makalah : KETUHANAN YANG MAHA ESA Disusun Oleh : Nama : Dewi Retno Ningsih NIM : 11.02.7993 Kelompok : A Program Studi : D3 Jurusan Dosen : Manajemen Informatika
Lebih terperinciTATA IBADAH HARI MINGGU. Minggu Pemuliaan Kristus
TATA IBADAH HARI MINGGU Minggu Pemuliaan Kristus 13 Mei 2018 TATA IBADAH PERSIAPAN Pengenalan / Latihan lagu-lagu untuk beribadah Doa para Presbiter di Konsistori Ucapan Selamat Datang P.2 Jemaat yang
Lebih terperinciRevelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann
Revelation 11, Study No. 22 in Indonesian Language Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 22,oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di Pemahaman Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu.
Lebih terperinciBAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN
Bagian Satu 11 Kompendium Katekismus Gereja Katolik *************************************************************** BAGIAN SATU PENGAKUAN IMAN 12 Kompendium 14 Kompendium Lukisan ini menggambarkan tindakan
Lebih terperinciKORELASI AJARAN CADU SAKTI DENGAN CATUR YOGA
KORELASI AJARAN CADU SAKTI DENGAN CATUR YOGA Oleh: I Made Adi Brahman Fakultas Brahma Widya IHDN Denpasar Email : brahmanadi79@gmail.com ABSTRACT Religion is a belief system of mankind about the existence
Lebih terperinciGEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT TATA IBADAH KELUARGA MALAM PERGANTIAN TAHUN
GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT TATA IBADAH KELUARGA MALAM PERGANTIAN TAHUN Minggu, 31 Desember 2017 pkl.24.00 wib Senin, 01 Januari 2018 pkl.00.00 wib PERSIAPAN Kepala Keluarga Menyiapkan semua
Lebih terperinciHanya Allah yang Layak
Hanya Allah yang Layak Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima pujipujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-mu semuanya itu ada dan diciptakan
Lebih terperinciEKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)
EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma
Lebih terperinciBerdiri. 2. NYANYIAN JEMAAT Ya Tuhan Kami Puji Nama-Mu Besar KJ 7:1,4. (prosesi Alkitab simbol Firman Allah yang siap untuk diberitakan)
PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR PEMBUKA
Lebih terperinci12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinciLITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN
LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH PERSIAPAN - Umat bersaat teduh - Lonceng berbunyi - Penyalaan Lilin JEMAAT BERHIMPUN PANGGILAN
Lebih terperinciPUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN Kementerian Pendidikan Nasional
Kartiko Sumino PUSAT KURIKULUM DAN PERBUKUAN Kementerian Pendidikan Nasional i Kata Sambutan Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia- Nya, Pemerintah, dalam hal ini,
Lebih terperinciSurat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika
1 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa dan Tuhan kita Kristus Yesus: Salam
Lebih terperinciLITURGI SABDA. Tahun C Minggu Paskah III. Bacaan Pertama Kis. 5:27b b-41. Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus.
1 Tahun C Minggu Paskah III LITURGI SABDA Bacaan Pertama Kis. 5:27b-32. 40b-41 Kami adalah saksi dari segala sesuatu: kami dan Roh Kudus. Bacaan diambil dari Kisah Para Rasul: Setelah ditangkap oleh pengawal
Lebih terperinciSeri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann
Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #12 oleh Chris McCann Selamat malam dan selamat datang di pembahasan Alkitab EBible Fellowship dalam Kitab Wahyu. Malam ini adalah pembahasan #12 tentang Wahyu, pasal
Lebih terperinciTATA IBADAH HARI MINGGU X SESUDAH PENTAKOSTA
TATA IBADAH HARI MINGGU X SESUDAH PENTAKOSTA Minggu, 13 Agustus 2017 ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- PERSIAPAN
Lebih terperinciYesus yang terkasih, selamatkanlah kami dari tipuan nabi palsu itu. Yesus yang terkasih, lindungilah kami dengan DarahMu Yang Berharga.
Doa Litani 1 : M emohon perlindungan terhadap nabi palsu Yesus yang terkasih, selamatkanlah kami dari tipuan nabi palsu itu. Yesus kasihanilah kami. Yesus selamatkanlah kami dari penganiayaan. Yesus pertahankanlah
Lebih terperinciPerayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1
Perayaan Ekaristi Hari Minggu Adven ke-1 1. Lagu Pembukaan: HAI, ANGKATLAH KEPALAMU (PS 445 / MB 326) http://www.lagumisa.web.id/lagu.php?&f=ps-445 Pengantar Seruan Tobat Saudara-saudari, marilah mengakui
Lebih terperinciA: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini?
MALAM KETIGA Yesus Adalah Utusan (Rasul) Tuhan A: Sebagaimana kita telah rembuk kemarin malam, apakah akan dilanjutkan juga musyawarah kita ini? B: Memang demikian, karena kedatangan kami kemari khususnya
Lebih terperinciMENCAPAI PENGETAHUAN MELALUI AJARAN NYÀYA DARÚANA (Menuju Pemikiran Yang Kritis dan Analitis)
MENCAPAI PENGETAHUAN MELALUI AJARAN NYÀYA DARÚANA (Menuju Pemikiran Yang Kritis dan Analitis) Oleh : I Gusti Made Widya Sena * ) ABSTRACT Perfect human beings in world when compared to other God's creatures.
Lebih terperinciTHE THRONE OF HEAVEN (PART I) Wahyu 4 : Shalom.
THE THRONE OF HEAVEN (PART I) Wahyu 4 : 1-11 Shalom. Tuhan menyucikan sidang jemaat pada Wahyu 2 3, mulai dari sidang jemaat di Efesus sampai pada sidang jemaat di Laodikia. Penyucian dimulai dari kasih
Lebih terperinci(Perspektif Teologi Hindu)
IMPLEMENTASI KONSEP PEMUJAAN SAGUNA BRAHMAN DI PURA SAMUANTIGA DESA BEDULU KECAMATAN BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Teologi Hindu) Oleh : Ni Nyoman Sriani komingriani@yahoo.com Institut Hindu
Lebih terperinciA. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH
TATA IBADAH MINGGU, 30 JULI 2017 (MINGGU BIASA) POLA HIDUP KERAJAAN ALLAH Latihan Lagu-Lagu. Penayangan Warta Lisan. Saat Hening A. JEMAAT BERHIMPUN 1. AJAKAN BERIBADAH (JEMAAT DUDUK) Pnt. : Jemaat terkasih,
Lebih terperinciDikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974
Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. (Lukas 10:27)
Lebih terperinciBeginilah Firman Tuhan, Allah semesta alam,
1 Tahun C Hari Minggu Biasa XXVI LITURGI SABDA Bacaan Pertama Ams. 6 : 1a. 4-7 Yang duduk berjuntai dan bernyanyi akan pergi sebagai orang buangan. Bacaan diambil dari Kitab Amsal: Beginilah Firman Tuhan,
Lebih terperinciBAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR
69 BAB IV MAKNA SIMBOLIS TRADISI LEMPAR AYAM DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PAUL RICOEUR A. Implementasi Simbol dalam Perespektif Hermeneutika Paul Ricoeur Lempar ayam merupakan prosesi atau cara yang dilakukan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.
DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.
Lebih terperinciSurat Yohanes yang pertama
1 Yohanes 1:1 1 1 Yohanes 1:5 Surat Yohanes yang pertama 1 Kami ingin memberitakan kepada kalian tentang Dia yang disebut Firman * yaitu Dia yang memberikan hidup kepada kita dan yang sudah ada sebelum
Lebih terperinciTema HIDUP DI DALAM TERANG
TATA IBADAH HARI MINGGU II SESUDAH EPIFANIA Tema HIDUP DI DALAM TERANG Minggu 14 January 2018 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana ibadah ( P1 ) - Doa pribadi
Lebih terperinciPL1 : TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; U : Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
PERSIAPAN a. Saat Teduh b. Sebelum ibadah dimulai, organis/pianis memainkan lagu-lagu gerejawi. c. Lonceng berbunyi. d. Penyalaan Lilin dan Pembacaan Pokok-pokok Warta Jemaat Berdiri 1. MAZMUR PEMBUKA
Lebih terperinciMUNCULNYA AGAMA HINDU
MUNCULNYA AGAMA HINDU di INDIA Agama Hindu tumbuh bersamaan dengan kedatangan bangsa Aria (cirinya kulit putih, badan tinggi, hidung mancung) ke Mohenjodaro dan Harappa (Peradaban Lembah Sungai Indus)
Lebih terperinciAPA KATA TUHAN? RENUNGAN SINGKAT! POKOK ANGGUR YANG BENAR. Yoh 15:1-8
Yoh 15:1-8 POKOK ANGGUR YANG BENAR HARI MINGGU PASKAH V 03 MEI 2015 (1) Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-ku yang tidak berbuah, dipotong-nya dan setiap
Lebih terperinciFakar Al-Mazda Roby atul Adawya
Fakar Al-Mazda Roby atul Adawya NASIHAT CAHAYA HATI Penerbit DAFTAR ISI Bagian Pertama : CINTA Bagian Kedua : ILMU Bagian Ketiga : UNTUKMU SAHABATKU Bagian Keempat : UNTUKMU WAHAI KEKASIH Bagian Kelima
Lebih terperinciALKITAB. Alkitab The Bible Halaman 1
ALKITAB Pengantar Perempuan manakah yang tidak menghargai surat cinta dari orang yang ia cintai? Dalam diri kita semua terdapat suatu kebutuhan untuk mengetahui bahwa kita diperhatikan dan dihargai, terutama
Lebih terperinciSurat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika
1 Tesalonika 1:1 1 1 Tesalonika 1:6 Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika 1 Kepada yang kekasih saudara-saudari saya seiman di Tesalonika yaitu kalian yang sudah bersatu dengan Allah Bapa
Lebih terperinciTATA IBADAH HARI MINGGU VI SESUDAH EPIFANIA ALLAH YANG KREATIF MENJUMPAI MANUSIA YANG PUTUS ASA
TATA IBADAH HARI MINGGU VI SESUDAH EPIFANIA ALLAH YANG KREATIF MENJUMPAI MANUSIA YANG PUTUS ASA Minggu 11 February 2018 TATA IBADAH PERSIAPAN - Memastikan kesiapan; semua yang akan melayani - Prasarana
Lebih terperinci