BAB 1 PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu untuk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN. termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu untuk"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Rencana Panjang Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun pembangunan adalah upaya sistematis dan terencana oleh masingmasing maupun seluruh komponen bangsa untuk mengubah suatu keadaan menjadi keadaan yang lebih baik dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat secara berkelanjutan. Bagi bangsa Indonesia, secara khusus tujuan pembangunan nasional Indonesia telah termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam tujuan nasional tersebut, tampak bahwa amanat yang diberikan oleh negara kepada pemangku kebijakan salah satunya yaitu memuliakan kehidupan manusia dengan mencerdaskan kehidupan bangsa. Senada dengan hal tersebut, Mubyarto (1988 : 227) menyatakan apabila ketiga tujuan pembangunan nasional tersebut dipadukan akan tampak pembangunan yang seimbang, serasi, dan selaras dalam segala bidang. Mirza (2012) menjelaskan pembangunan merupakan alat untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan 1

2 salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa dalam pelaksanaannya, pertumbuhan ekonomi yang tinggi adalah sasaran utama bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut Kuznet dalam Widodo, dkk (2015) pertumbuhan ekonomi merupakan kemampuan sebuah negara dalam jangka penjang menyediakan barang-barang kebutuhan untuk perekonomian. Menurut Jhingan dalam Widodo, dkk (2015 : 2) komponen pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain dilihat dari meningkatnya persediaan barang, kemajuan teknologi, dan penggunaan teknologi secara efisien. Pembangunan ekonomi merupakan suatu syarat mutlak bagi kelangsungan suatu bangsa karena dalam pembangunan ekonomi berarti bahwa peningkatan pendapatan per kapita diikuti dengan perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro dan Smith dalam Widodo,dkk (2015 : 1), keberhasilan pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu perkembangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, meningkatnya rasa harga diri, dan meningkatnya kemampuan untuk memilih. Dalam Rancangan Awal RPJMN dinyatakan bahwa pembangunan sebagai usaha untuk mewujudkan kedaulatan sebagai negara merdeka merupakan upaya membanguan kemandirian. Kemandirian suatu bangsa salah satunya tercermin pada ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu memenuhi tuntutan kebutuhan dan kemajuan pembangunannya. 2

3 Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) yang dilaksanakan dalam empat tahapan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) bahwa pembangunan dalam RPJMN ke-3 ( ) diarahkan untuk lebih memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pencapaian daya saing kompetitif perekonomian berlandaskan keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia berkualitas serta kemampuan IPTEK yang terus meningkat. Menurut UNDP dalam Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2016 (BPS, 2016), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia barbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui tiga dimensi dasar yang mencakup kesehatan, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Selain sebagai ukuran pencapaian pembangunan manusia di suatu negara, IPM juga dapat digunakan sebagai alat perbandingan pencapaian pembangunan manusia dengan negara-negara lain. Berdasarkan ringkasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) menyatakan bahwa baseline sasaran makro Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014 sebesar 73,83 dengan target tahun 2019 sebesar 76,30 sedangkan pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2014 berdasarkan data dari BPS baru mencapai 68,90. Lebih lanjut, perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : 3

4 Tabel 1.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia Tahun (dalam persen) Tahun IPM , , , , ,55 Sumber : BPS, 2016 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa secara keseluruhan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia terus mengalami kenaikan namun pencapaian di tahun 2014 masih berada dibawah baseline sasaran makro Indeks Pembangunan Manusia dalam RPJMN Lebih lanjut, berdasarkan data (BPS, 2016) menunjukkan bahwa nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 33 Provinsi di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun hal ini dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia Tahun (dalam persen) No. Provinsi Aceh 67,45 67,81 68,30 68,81 69,45 2 Sumatera Utara 67,34 67,74 68,36 68,87 69,51 3 Sumatera Barat 67,81 68,36 68,91 69,36 69,98 4 Riau 68,90 69,15 69,91 70,33 70,84 5 Jambi 66,14 66,94 67,76 68,24 68,89 6 Sumatera Selatan 65,12 65,79 66,16 66,75 67,46 7 Bengkulu 65,96 66,61 67,50 68,06 68,59 8 Lampung 64,20 64,87 65,73 66,42 66,95 9 Kep. Bangka Belitung 66,59 67,21 67,92 68,27 69,05 10 Kep. Riau 71,61 72,36 73,02 73,40 73,75 11 DKI Jakarta 76,98 77,53 78,08 78,39 78,99 12 Jawa Barat 66,67 67,32 68,25 68,80 69,50 4

5 13 Jawa Tengah 66,64 67,21 68,02 68,78 69,49 14 DIY 75,93 76,15 76,44 76,81 77,59 15 Jawa Timur 66,06 66,74 67,55 68,14 68,95 16 Banten 68,22 68,92 69,47 69,89 70,27 17 Bali 70,87 71,62 72,09 72,48 73,27 18 NTB 62,14 62,98 63,76 64,31 65,19 19 NTT 60,24 60,81 61,68 62,26 62,67 20 Kalimantan Barat 62,35 63,41 64,30 64,89 65,59 21 Kalimantan Tengah 66,38 66,66 67,41 67,77 68,53 22 Kalimantan Selatan 65,89 66,68 67,17 67,63 68,38 23 Kalimantan Timur 72,02 72,62 73,21 73,82 74,17 24 Sulawesi Utara 68,31 69,04 69,49 69,96 70,39 25 Sulawesi Tengah 64,27 65,00 65,79 66,43 66,76 26 Sulawesi Selatan 66,65 67,26 67,92 68,49 69,15 27 Sulawesi Tenggara 66,52 67,07 67,55 68,07 68,75 28 Gorontalo 63,48 64,16 64,70 65,17 65,86 29 Sulawesi Barat 60,63 61,01 61,53 62,24 62,96 30 Maluku 64,75 65,43 66,09 66,74 67,05 31 Maluku Utara 63,19 63,93 64,78 65,18 65,91 32 Papua Barat 59,90 60,30 60,91 61,28 61,73 33 Papua 55,01 55,55 56,25 56,75 57,25 Sumber : BPS, 2016 Berdasarkan tabel di atas, jika dicermati lebih lanjut terlihat bahwa masing-masing provinsi selama tahun mengalami kenaikan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) namun masih terdapat kesenjangan IPM antarprovinsi di Indonesia. Di samping itu, nilai IPM Indonesia masih berada di bawah rata-rata dunia yaitu sebesar 71,05 persen, karena manusia sebagai modal dasar pembangunan nasional maka diperlukan upaya-upaya pemerintah untuk meningkatkan modal sumber daya manusia yang berkualitas. Pencapaian nilai IPM Indonesia pada tabel di atas jika dikaitkan dengan baseline sasaran makro Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2014 dalam RPJMN hanya Provinsi DKI Jakarta dan DIY saja 5

6 yang berhasil dalam pencapaiannya sedangkan provinsi lain masih berada dibawah baseline yang ditetapkan. Sementara itu, jika pemerintah menargetkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2019 sebesar 76,30 sedangkan hingga tahun 2016 nilai IPM Indonesia baru mencapai 70,18 maka diperlukan komponen seluruh bangsa untuk bersinergi dan berkolaborasi untuk meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Sejalan dengan ini berdasarkan berita dari UNDP menyatakan bahwa : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk tahun 2015 adalah 0,689. Ini menempatkan Indonesia dalam kategori pembangunan manusia menengah dan peringkat 113 dari 188 negara. Nilai IPM meningkat 30,5 persen dari nilai pada tahun Hal ini mencerminkan kemajuan yang telah dicapai Indonesia dalam hal harapan hidup saat lahir, rata-rata tahun bersekolah, harapan lama bersekolah dan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) selama periode tersebut. Namun demikian, IPM Indonesia menurun tajam ke 0,563 (turun 18,2 persen) bila kesenjangan diperhitungkan. Kesenjangan pendidikan dan harapan hidup saat lahir di Indonesia lebih tinggi dari ratarata di Asia Timur dan Pasifik Meskipun kesenjangan telah menjadi komitmen bagi pemerintah, Indonesia harus terus berupaya meningkatkan level IPM dari kelompok menengah ke kelompok tinggi. Berdasarkan laporan Human Development Report (HDR) 2015 dalam Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2016 (BPS, 2016), IPM Indonesia berada di level sedang dengan capaian IPM sebesar 68,38 atau berada di peringkat 110 dari 188 negara dan berada di bawah rata-rata dunia sebesar 71,05. Dibandingkan dengan negara-negara yang tergabung dalam ASEAN, Indonesia menempati peringkat kelima dari 6

7 sepuluh negara. Jika dibandingkan dengan negara yang berpenduduk besar seperti China, India, dan Jepang, IPM Indonesia (0,684) masih berada di bawah Jepang (0,891) dan China (0,727) namun lebih tinggi dari India (0,609). Oleh karena itu, diperlukan suatu formula dan strategi kebijakan agar pemerintah dan seluruh komponen bangsa dapat bersinergi dan berkolaborasi untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia. Meskipun secara umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia meningkat, namun kesenjangan masih menjadi persoalan bagi Indonesia terutama mengenai kesenjangan IPM antara Kawasan Indonesia Timur (KIT) dan Kawasan Indonesia Barat (KIB) hal ini ditandai dengan adanya 31 provinsi dengan Indeks Pembangunan Manusia yang masih berada di bawah baseline sasaran makro Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam RPJMN Lanjouw dalam Ginting, et al (2008) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia identik dengan pengurangan kemiskinan. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan akan lebih berarti bagi penduduk miskin dibandingkan dengan penduduk yang tidak miskin. Tersedianya fasilitas pendidikan dan kesehatan yang murah akan sangat membantu untuk meningkatkan produktifitas yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan. Dengan demikian, pembangunan manusia belum bisa dikatakan optimal jika hanya berfokus pada pengurangan kemiskinan. Perkembangan tingkat persentase penduduk miskin di 33 Provinsi di Indonesia dari tahun berfluktuatif sehingga diperlukan sebuah 7

8 formula dan kebijakan strategi dalam pengentasan kemiskinan sehingga IPM Indonesia diharapkan akan stabil. Kemiskinan dapat memberikan dampak yang sangat serius terhadap Indeks Pembangunan Kemiskinan (IPM) karena pada dasarnya menurut Widodo, dkk ( 2015 : 19) kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak dapat memiliki kesempatan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Ketika kebutuhan dasar manusia seperti pendidikan dan kesehatan terabaikan maka akan terjadi hambatan dalam meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia karena pendidikan dan kesehatan merupakan dimensi atau indikator dalam pembangunan manusia. Adapun perkembangan fluktuasi persentase penduduk miskin di 33 provinsi di Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.3 Persentase Penduduk Miskin di 33 Provinsi di Indonesia Tahun No. Provinsi Aceh 19,48 18,58 17,72 16,98 17,11 2 Sumatera Utara 10,83 10,41 10,39 9,85 10,79 3 Sumatera Barat 8,99 8,00 7,56 6,89 6,71 4 Riau 8,17 8,05 8,42 7,99 8,82 5 Jambi 7,90 8,29 8,42 8,39 9,12 6 Sumatera Selatan 13,95 13,48 14,06 13,62 13,77 7 Bengkulu 17,36 17,52 17,75 17,09 17,16 8 Lampung 16,58 15,65 14,39 14,21 13,53 9 Kep. Bangka Belitung 5,16 5,36 5,25 4,97 4,83 10 Kep. Riau 6,79 6,83 6,35 6,40 5,78 11 DKI Jakarta 3,64 3,70 3,72 4,09 3,61 12 Jawa Barat 10,57 9,88 9,61 9,18 9,57 13 Jawa Tengah 16,21 14,98 14,44 13,58 13,32 14 DIY 16,14 15,88 15,03 14,55 13,16 15 Jawa Timur 13,88 13,08 12,73 12,28 12,28 16 Banten 6,26 5,71 5,89 5,51 5,75 17 Bali 4,59 3,95 4,49 4,76 5,25 18 NTB 19,67 18,02 17,25 17,05 16,54 8

9 19 NTT 20,48 20,41 20,24 19,60 22,58 20 Kalimantan Barat 8,48 7,97 8,74 8,07 8,44 21 Kalimantan Tengah 6,64 6,19 6,23 6,07 5,91 22 Kalimantan Selatan 5,35 5,02 4,76 4,81 4,72 23 Kalimantan Timur 6,63 6,38 6,38 6,31 6,10 24 Sulawesi Utara 8,46 7,63 8,50 8,26 8,98 25 Sulawesi Tengah 16,04 14,94 14,32 13,61 14,07 26 Sulawesi Selatan 10,27 9,82 10,32 9,54 10,12 27 Sulawesi Tenggara 14,61 13,06 13,73 12,77 13,74 28 Gorontalo 18,02 17,21 18,01 17,41 1,16 29 Sulawesi Barat 13,64 13,00 12,23 12,05 11,90 30 Maluku 22,45 20,76 19,27 18,44 19,36 31 Maluku Utara 10,00 8,05 7,64 7,41 6,22 32 Papua Barat 28,53 27,04 27,14 26,27 25,73 33 Papua 31,25 30,66 31,53 27,80 28,40 Sumber : BPS, 2016 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa persentase penduduk miskin di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun cenderung berfluktuatif. Namun demikian, secara nasional persentase penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan dari tahun Adapun data penurunan persentase penduduk miskin di Indonesia dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 1.4 Persentase Penduduk Miskin di Indonesia Tahun Tahun Persentase Penduduk Miskin , , , , ,35 Sumber : BPS, 2016 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa selama kurun waktu tahun persentase penduduk miskin di Indonesia mengalami 9

10 penurunan hingga 1,59 persen yaitu 12,94 persen pada tahun 2011 menjadi 11,35 persen pada tahun Meskipun menunjukkan trend yang menurun, kesenjangan kemsikinan antara perdesaan dan perkotaan masih perlu mendapat perhatian lebih untuk ditanggulangi. Upaya pemerintah dalam menanggulangi masalah kemiskinan salah satunya dengan membentuk Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) melalui program peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi, penguatan kelembagaan sosial dan ekonomi, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dan akselerasi pembanguna di daerah tertinggal (Widodo dkk, 2015). Upaya yang dilakukan oleh TNP2K tersebut diharapkan dapat meningkatkan partisipasi masyarakat sehingga terjadi peningkatan etos kerja yang produktif untuk dapat keluar dari masalah mendasar yaitu kemiskinan. Selain masalah kemiskinan, kondisi sosial ekonomi masyarakat seperti pengangguran juga dapat mempengaruhi nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia. Baeti (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa pengangguran menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat menjadi tidak maksimal sedangkan tujuan akhir dari pembangunan yaitu untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini senada dengan cita-cita kemerdekaan Indonesia yang sudah jelas tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 yaitu menciptakan kesejahteraan umum bagi masyarakat. Jika tingkat pengangguran suatu daerah tinggi maka akan berdampak pada pencapaian pembangunan manusia yang rendah dan rendahnya kinerja perekonomian akibat pengangguran akan 10

11 berakibat pada rendahnya pendapatan masyarakat sehingga kemampuan daya beli masyarakat juga akan turun yang pada akhirnya kebutuhan dasar manusia seperti kesehatan dan pendidikan tidak akan terpenuhi, Ketika kebutuhan dasar masyarakat tidak terpenuhi maka bangsa Indonesia tidak akan mencapai tujuan pembangunan seperti yang telah dicita-citakan yaitu mencapai kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan demikian, jelas bahwa pengangguran mempengaruhi pembangunan manusia. Hal ini juga senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Baeti (2012) bahwa pembangunan sektor ketenagakerjaan merupakan bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia. Adapun data mengenai tingkat pengangguran terbuka di 33 Provinsi di Indonesia dalah sebagai berikut : Tabel 1.5 Tingkat Pengangguran Terbuka 33 Provinsi di Indonesia Tahun No. Provinsi Aceh 17,62 17,00 18,46 15,77 17,66 2 Sumatera Utara 15,65 12,71 12,55 12,18 13,10 3 Sumatera Barat 15,53 13,14 13,41 12,83 12,88 4 Riau 13,60 9,66 9,67 11,55 14,55 5 Jambi 8,61 6,89 7,65 7,58 7,07 6 Sumatera Selatan 12,90 11,26 10,25 8,80 11,11 7 Bengkulu 6,92 5,80 6,71 5,09 8,12 8 Lampung 11,90 10,41 10,76 9,87 8,57 Kep. Bangka 9 Belitung 7,17 6,25 6,87 7,81 9,64 10 Kep. Riau 12,58 10,79 11,68 11,95 15,25 11 DKI Jakarta 22,55 20,26 18,27 18,31 15,59 12 Jawa Barat 19,98 18,92 18,04 17,11 17,12 13 Jawa Tengah 13,25 11,51 11,55 11,13 10,30 14 DIY 9,93 7,88 7,00 5,50 8,14 15 Jawa Timur 9,62 8,27 8,27 8,20 8,78 16 Banten 27,35 20,62 19,31 18,94 18,13 17 Bali 5,95 4,32 3,76 3,27 3,36 18 NTB 10,71 10,46 10,58 11,05 10,67 11

12 19 NTT 5,88 5,57 5,37 5,23 6,95 20 Kalimantan Barat 9,83 6,96 7,13 6,57 9,92 21 Kalimantan Tengah 7,37 5,86 4,81 5,95 7,68 22 Kalimantan Selatan 12,03 9,54 7,54 7,83 9,75 23 Kalimantan Timur 22,33 18,50 16,89 16,27 14,68 24 Sulawesi Utara 19,84 16,53 14,29 14,81 17,72 25 Sulawesi Tengah 11,09 7,70 6,86 6,60 7,09 26 Sulawesi Selatan 15,02 12,57 10,99 10,87 11,77 27 Sulawesi Tenggara 9,14 7,34 7,82 6,56 9,17 28 Gorontalo 11,69 9,40 8,66 6,62 7,71 29 Sulawesi Barat 6,12 4,26 4,37 3,68 5,15 30 Maluku 18,99 15,30 16,88 17,10 16,65 31 Maluku Utara 11,14 10,32 9,31 10,94 11,60 32 Papua Barat 13,54 11,99 8,76 8,71 12,69 33 Papua 8,86 6,73 6,06 6,93 7,71 Sumber : BPS, 2016 Berdasarkan data di atas, Tingkat Pengangguran Terbuka antarprovinsi dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi. Hal ini mengindikasikan bahwa masalah pengangguran terjadi karena jumlah tenaga kerja yang membutuhkan pekerjaan tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang disediakan. Meskipun masalah ketenagakerjaan telah menjadi komitmen pemerintah, namun jika tidak segera diatasi oleh pemerintah maupun kerjasama pemerintah dengan dunia usaha swasta nasional maka akan berdampak serius kepada perekonomian suatu negara mengingat pertumbuhan jumlah penduduk Indonesia yang meningkat pesat. Masalah yang kemudian timbul sebagai akibat dari tingginya angka pengangguran salah satunya adalah kesenjangan pendapatan. Berdasarkan BPS (Statistik Indonesia, 2016), Indonesia memiliki laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,38 persen per tahun. Dengan demikian, 12

13 Indonesia memiliki potensi sumber daya manusia yang siap diberdayakan terlebih pada saat ini Indonesia mengalami bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif akan jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk usia non produktif. Bonus demografi yang diperoleh negara Indonesia akan sangat tergantung dengan kualitas sumber daya manusia dan kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan pekerjaan. Sumber daya manusia yang berkualitas akan mudah terserap oleh pasar tenaga kerja sehingga pada gilirannya akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi melalui inovasi produk dan teknologi yang diciptakan sehingga akan tercipta adanya produktifitas yang tinggi yang pada akhirnya akan memicu pertumbuhan ekonomi suatu negara. Peluang Indonesia dalam bonus demografi jika dibarengi dengan kualitas sumber daya manusia yang baik akan menjadi berkah bagi negara Indonesia sendiri karena di samping memiliki penduduk usia produktif yang berkualitas juga memiliki kesempatan dalam mengakses pekerjaan yang lebih baik pula. Ketika hal ini terjadi, maka pertumbuhan ekonomi akan bergerak mengikuti trend sebagaimana pesatnya perkembangan pertumbuhan penduduk yang berkualitas dalam memperluas jangkauan kegiatan ekonominya. Adapun perkembangan pertumbuhan ekonomi dilihat dari laju pertumbuhan PDRB adalah sebagai berikut : Tabel 1.6 Laju Pertumbuhan PDRB 33 Provinsi di Indonesia Tahun No. Provinsi Aceh 3,28 3,85 2,61 1,55-0,72 2 Sumatera Utara 6,66 6,45 6,07 5,23 5,10 13

14 3 Sumatera Barat 6,34 6,31 6,08 5,86 5,41 4 Riau 5,57 3,76 2,48 2,70 0,22 5 Jambi 7,86 7,03 6,84 7,35 4,21 6 Sumatera Selatan 6,36 6,83 5,31 4,70 4,50 7 Bengkulu 6,85 6,83 6,07 5,48 5,14 8 Lampung 6,56 6,44 5,77 5,08 5,13 9 Kep. Bangka Belitung 6,90 5,50 5,20 4,67 4,08 10 Kep. Riau 6,96 7,63 7,21 6,62 6,02 11 DKI Jakarta 6,73 6,53 6,07 5,91 5,88 12 Jawa Barat 6,50 6,50 6,33 5,09 5,03 13 Jawa Tengah 5,30 5,34 5,11 5,28 5,44 14 DIY 5,21 5,37 5,47 5,16 4,94 15 Jawa Timur 6,44 6,64 6,08 5,86 5,44 16 Banten 7,03 6,83 6,67 5,47 5,37 17 Bali 6,66 6,96 6,69 6,73 6,04 18 NTB -3,91-1,54 5,16 5,06 21,24 19 NTT 5,67 5,46 5,41 5,05 5,02 20 Kalimantan Barat 5,50 5,91 6,05 5,03 4,81 21 Kalimantan Tengah 7,01 6,87 7,37 6,21 7,01 22 Kalimantan Selatan 6,97 5,97 5,33 4,85 3,84 23 Kalimantan Timur 6,47 5,48 2,76 1,57-1,28 24 Sulawesi Utara 6,17 6,86 6,38 6,31 6,12 25 Sulawesi Tengah 9,82 9,53 9,59 5,07 15,56 26 Sulawesi Selatan 8,13 8,87 7,62 7,54 7,15 27 Sulawesi Tenggara 10,63 11,65 7,50 6,26 6,88 28 Gorontalo 7,71 7,91 7,67 7,27 6,23 29 Sulawesi Barat 10,73 9,25 6,93 8,88 7,37 30 Maluku 6,34 7,16 5,24 6,61 5,44 31 Maluku Utara 6,80 6,98 6,36 5,48 6,10 32 Papua Barat 3,64 3,63 7,36 5,44 4,10 33 Papua -4,28 1,72 8,55 3,81 7,71 Sumber : BPS, 2016 Berdasarkan pada tabel di atas, tampak bahwa nilai laju pertumbuhan ekonomi di 33 Provinsi mengalami fluktuasi sekaligus ketimpangan antarprovinsi terutama di Kawasan Indonesia Timur (KIT). Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia selama kurun waktu mengalami penurunan sebesar 1,29 persen 14

15 dari 6,17 persen pada tahun 2011 menjadi 4,88 persen pada tahun 2015 sebagaimana data pada tabel berikut : Tabel 1.7 Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Tahun Tahun PDB Indonesia , , , , ,88 Sumber : BPS, 2016 Jadi, berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia yang berkualitas akan dapat memutus lingkaran setan kemiskinan terlebih modal manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan ekonomi sehingga dengan modal manusia yang berkualitas diharapkan dapat menurunkan tingkat pengangguran, tingkat kemiskinan dan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Mirza (2012) dalam penelitiannya yang berjudul pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal terhadap indeks pembangunan manusia di Jawa Tengah tahun hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh pembangunan manusia karena pada dasarnya pembangunan adalah pembangunan manusia. Berpijak dari fenomena tersebut, maka fokus utama penelitian ini adalah menganalisis Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, 15

16 dan Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia Tahun Rumusan Masalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia pada tahun jika dibandingkan dengan baseline tahun 2014 yang ditetapkan dalam RPJMN hanya terdapat 2 provinsi yang berhasil mencapai baseline tersebut yaitu Provinsi DKI Jakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) selama kurun waktu Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya Indeks pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia tahun Tujuan Penulisan Sejalan dengan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia Tahun Manfaat Penulisan a. Manfaat Bagi Universitas Sebagai referensi penyusunan tugas akhir dengan topik yang sama yaitu terkait Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia Tahun

17 b. Manfaat Bagi Pengambil Kebijakan Sebagai alternatif solusi dalam pertimbangan evaluasi dan memberikan informasi yang berguna di dalam memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sehingga dapat diketahui faktor yang perlu dipicu untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia. c. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat menambah khasanah ilmu ekonomi terutama ekonomi pembangunan yakni dapat melengkapi studi terdahulu terkait penelitian mengenai Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia Tahun d. Manfaat Bagi Penulis Sebagai wujud kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terkait dengan Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan Kemiskinan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di 33 Provinsi di Indonesia Tahun

18 1.5. Kerangka Pemikiran Latar Belakang : Pembangunan merupakan upaya yang terencana dengan tujuan akhir meningkatkan kualitas hidup manusia. IPM Indonesia di tingkat ASEAN menduduki peringkat kelima dan menduduki peringkat 110 dari 180 negara namun masih dibawah nilai rata-rata IPM dunia sebesar 71,05. Rumusan Masalah : IPM Indonesia tahun terus mengalami peningkatan namun selama kurun waktu jika dibandingkan dengan baseline tahun 2014 dalam RPJMN hanya 2 provinsi yang telah mencapai baseline tersebut dan 31 provinsi lainnya masih di bawah baseline. Tujuan : Menganalisis pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, TPT, dan Kemiskinan terhadap IPM di 33 Provinsi di Indonesia tahun Metode Analisis : Analisis Regresi Data Panel Data : Data yang digunakan adalah data sekunder dari Badan Pusat Statistik Nasional tahun Data sekunder dengan data panel, data cross section pada penelitian ini adalah Pertumbuhan Ekonomi, TPT, Kemiskinan, dan IPM 33 Provinsi di Indonesia, sedangkan data times series adalah data Pertumbuhan Ekonomi, TPT, Kemiskinan, dan IPM tahun Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran 18

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Jumlah penduduk adalah salah satu input pembangunan ekonomi. Data jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 sampai 2015 menunjukkan kenaikan setiap tahun. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 No. 11/02/82/Th. XVI, 1 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016 GINI RATIO DI MALUKU UTARA KEADAAN SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,309 Pada September 2016, tingkat ketimpangan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN BADAN PUSAT STATISTIK No.06/02/81/Th.2017, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO MALUKU PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,344 Pada September 2016,

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN No.12/02/Th.XI, 6 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK BANTEN SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,392 Pada ember 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama di Negara berkembang, artinya kemiskinan menjadi masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam yang berlimpah pada suatu daerah umumnya akan menunjang pertumbuhan ekonomi yang pesat. Akan tetapi jika bergantung pada sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 13/02/12/Th. XX, 06 Februari 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN GINI RATIO PADA SEPTEMBER 2016 SEBESAR 0,312 Pada ember

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor lainnya. Sejalan dengan itu, sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.46/07/52/Th.I, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,371 Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain

BAB I PENDAHULUAN. nilai inti untuk memahami pembangunan yang paling hakiki antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan semua proses yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Pada intinya pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 72 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Parsial DKI Jakarta dan Luar DKI Jakarta Sebelum Otonomi Deaerah Berdasarkan Pendekatan Klassen Typology Pada bagian ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pembangunan ekonomi. Secara tradisional, pembangunan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah pembangunan ekonomi bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lain, negara satu dengan negara lain.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada

I. PENDAHULUAN. tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu, karena pada 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah.

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state of mind) dari suatu masyarakat yang telah melalui kombinasi tertentu dari proses sosial,

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 No. 07/01/31/Th. XV, 2 Januari 2013 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2011 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2011 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa. Negara tropis tersebut memiliki jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa : 1. Indikasi adanya ledakan penduduk di Indonesia yang ditunjukkan beberapa indikator demografi menjadikan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 No. 41/07/36/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017 GINI RATIO PROVINSI BANTEN MARET 2017 MENURUN Pada 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk Banten yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan merupakan suatu masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian di setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau berkembang adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian

Lebih terperinci

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor), Babi Aceh 0.20 0.20 0.10 0.10 - - - - 0.30 0.30 0.30 3.30 4.19 4.07 4.14 Sumatera Utara 787.20 807.40 828.00 849.20 871.00 809.70 822.80 758.50 733.90 734.00 660.70 749.40 866.21 978.72 989.12 Sumatera

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK No.39/07/Th.XX, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016 GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Proses pembangunan sebenarnya adalah merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. tentu dapat menjadi penghambat bagi proses pembangunan. Modal manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara sedang berkembang, pada umumnya memiliki sumber daya manusia (SDM) yang melimpah namun dengan kualitas yang masih tergolong rendah. Hal ini tentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Selain itu pembangunan adalah rangkaian dari upaya dan proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan adalah kemajuan yang diharapkan oleh setiap negara. Pembangunan adalah perubahan yang terjadi pada semua struktur ekonomi dan sosial. Selain itu

Lebih terperinci

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT

Visi, Misi Dan Strategi KALTIM BANGKIT Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 1 PETA KABUPATEN/KOTA KALIMANTAN TIMUR Awang Faroek Ishak Calon Gubernur 2008-2013 2 BAB 1. PENDAHULUAN Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan propinsi terluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan utama Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat yang hidup sejahtera bebas dari belenggu kemiskinan. Hal ini tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 BADAN PUSAT STATISTIK No. 37/07/Th. XI, 1 Juli 2008 PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2008 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Indonesia pada bulan Maret 2008 sebesar

Lebih terperinci

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem. pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa waktu terakhir, pemerintah telah menerapkan sistem pembangunan dengan fokus pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan. Meskipun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografis Negara Indonesia Penulis menyajikan gambaran umum yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi di 33 provinsi Indonesia. Sumber : Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara. LAMPIRAN I ZONA DAN KOEFISIEN MASING-MASING ZONA Zona 1 Zona 2 Zona 3 Zona 4 Zona 5 Zona 6 Koefisien = 5 Koefisien = 4 Koefisien = 3 Koefisien = 2 Koefisien = 1 Koefisien = 0,5 DKI Jakarta Jawa Barat Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi

PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN Status Gizi Provinsi LAMPIRAN 1 PREVALENSI BALITA GIZI KURANG BERDASARKAN BERAT BADAN MENURUT UMUR (BB/U) DI BERBAGAI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2013 Status Gizi No Provinsi Gizi Buruk (%) Gizi Kurang (%) 1 Aceh 7,9 18,4

Lebih terperinci

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh No.1368, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Hasil Pemetaan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG HASIL PEMETAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam

V. GAMBARAN UMUM. Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam V. GAMBARAN UMUM Penyajian gambaran umum tentang variabel-variabel endogen dalam penelitian ini dimaksudkan agar diketahui kondisi awal dan pola prilaku masingmasing variabel di provinsi yang berbeda maupun

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan,

CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP Grafik 1. Tingkat Kemiskinan, CATATAN ATAS PRIORITAS PENANGGULANGAN KEMISKINAN DALAM RKP 2013 A. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan September 2011 sebesar 29,89 juta orang (12,36 persen).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013

PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 No., 05/01/81/Th. XV, 2 Januari 2014 Agustus 2007 PROFIL KEMISKINAN DI MALUKU TAHUN 2013 RINGKASAN Jumlah penduduk miskin (penduduk yang pengeluaran per bulannya berada di bawah Garis Kemiskinan) di Maluku

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang terintegrasi dan komprehensif dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian yang tidak terpisahkan. Di samping mengandalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu daerah didasarkan pada bagaimana suatu daerah dapat meningkatkan pengelolaan serta hasil produksi atau output dari sumber dayanya disetiap

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN No.39/07/15/Th.XI, 17 Juli 2017 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2017 SEBESAR 0,335 Pada Maret 2017, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi Tabel., dan Padi Per No. Padi.552.078.387.80 370.966 33.549 4,84 4,86 2 Sumatera Utara 3.48.782 3.374.838 826.09 807.302 4,39 4,80 3 Sumatera Barat.875.88.893.598 422.582 423.402 44,37 44,72 4 Riau 454.86

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan

Lebih terperinci

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. ANALISIS BENCANA DI INDONESIA BERDASARKAN DATA BNPB MENGGUNAKAN METODE CLUSTERING DATA MINING MAHESA KURNIAWAN 54412387 Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D. Bencana merupakan peristiwa yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu masalah dalam proses pembangunan ekonomi. Permasalahan kemiskinan dialami oleh setiap negara, baik negara maju maupun negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hakekat pembangunan dalam suatu wilayah adalah proses multidimensional yang mencakup perubahan yang mendasar meliputi strukturstruktur sosial, sikap-sikap masyarakat

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji heteroskedastisitas Berdasarkan hasil Uji Park, nilai probabilitas dari semua variable independen tidak signifikan pada tingkat 5 %. Keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sharp et al. (1996) mengatakan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara di dunia. Amerika Serikat yang tergolong sebagai negara maju dan merupakan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru)

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) (Metode Baru) Kecuk Suhariyanto Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS RI Jakarta, 7 September 2015 SEJARAH PENGHITUNGAN IPM 1990: UNDP merilis IPM Human Development

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. No.1562, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesempatan kerja yang ada. Kondisi yang demikian akan menjadi. kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kesempatan kerja yang ada. Kondisi yang demikian akan menjadi. kebutuhan masyarakat termasuk penyediaan kesempatan kerja. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tolak ukur untuk menilai keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dan suatu daerah adalah dilihat dari kesempatan kerja yang diciptakan dari

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketimpangan

BAB VI PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketimpangan BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh ketimpangan pendapatan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Model ECM di susun karena variabel stationer pada first

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan

BAB I PENDAHULUAN. Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama awal perkembangan literatur pembagunan, kesuksesan pembangunan diindikasikan dengan peningkatan pendapatan per kapita dengan anggapan bahwa peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Triwulan III-2017 Provinsi Nusa Tenggara Barat No. 73/11/52/Th.VIII, 6 Nopember 2017 BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK) TRIWULAN III-2017

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 No. 12/02/31/Th. XVI, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN GENDER DAN INDEKS PEMBERDAYAAN GENDER Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 1. Indeks Pembangunan Gender (IPG) DKI Jakarta Tahun 2012 A. Penjelasan Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas,

I. PENDAHULUAN. percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah percepatan terwujudnya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat (Bappenas, 2007). Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci