KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Laporan. Kinerja

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Laporan. Kinerja"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Laporan Kinerja semester 1 - Tahun

2 i KATA PENGANTAR Laporan Kinerja Semester I Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun Anggaran ini disusun dalam rangka memenuhi Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instan Pemerintah (SAKIP), yang merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas sesuai visi dan misi yang dibebankan kepada Direktor Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam kurun waktu pelaksanaan kegiatan sampai dengan Semester I tahun anggaran. Laporan Kinerja (LKj) Semester I dimaksudkan sebagai sarana pengendalian, penilaian kinerja dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan Pemerintah yang baik dan bersih serta juga sebagai umpan balik dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sampai dengan akhir tahun. Pelaksanaan penyusunan LKj Semester I Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi mengacu kepada tugas yang telah ditetapkan di dalam Rencana Strategis KESDM 2015 s.d 2019 dan Penetapan Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun Anggaran. Tingkat pencapaian sasaran dan tujuan serta hasil dan manfaat yang diperoleh pada Semester I tahun anggaran telah berorientasi pada pencapaian visi dan misi. Keberhasilan tersebut akan menjadi tolak ukur untuk peningkatan kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi di masa mendatang.

3 ii DAFTAR ISI Daftar Isi iii Mudah-mudahan penyajian LKj Semester I Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Tahun Anggaran ini menjadi cermin bagi kita semua untuk bahan mengevaluasi kinerja organisasi selama satu tahun agar dapat melaksanakan kinerja ke depan secara lebih baik. Jakarta, Juli Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi TUGAS DAN FUNGSI PROFIL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI STRUKTUR ORGANISASI A. Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan Dan Konservasi. Energi B. Direktorat Panas Bumi C Direktorat Bioenergi D. Direktorat Aneka Energi Baru Dan Energi Terbarukan E. Direktorat Konservasi Energi F Direktorat Perencanaan Dan Pembangunan Infrastruktur Ebtke KEKUATAN PEGAWAI RIDA MULYANA BAB II RENCANA STRATEGIS VISI DAN MISI TUJUAN STRATEGIS SASARAN STRATEGIS SASARAN YANG TERKAIT DENGAN TUJUAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET KINERJA TAHUN BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 35 A. CAPAIAN KINERJA Analisa Capaian Kinerja Jumlah Realisasi PNBP Subsektor EBTKE terhadap target APBN Jumlah WKP yang Ditawarkan Investasi Bidang EBTKE Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, Biofuel, dan Biogas Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT Efisiensi Pemakaian Dan Pengelolaan Energi Pemanfaatan BBN Capaian Regulasi B. REALISASI ANGGARAN BAB IV PENUTUP

4 iv DAFTAR TABEL Daftar Tabel 1. TABEL 1.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi TABEL 1.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Menurut Usia TABEL 1.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Menurut Pendidikan TABEL 2.1 Sasaran yang Terkait dengan Tujuan: Terjaminnya penyediaan energi dan bahan baku domestik TABEL 2.2 Sasaran Yang Terkait Dengan Tujuan: Terwujudnya optimalisasi penerimaan negara dari sektor ESDM TABEL 2.3 Sasaran Yang Terkait Dengan Tujuan: Terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM TABEL 2.4 Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi TABEL 2.5 Target Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun TABEL 3.1 Capaian Kinerja TABEL 3.2 Jumlah Realisasi PNBP Subsektor EBTKE terhadap target APBN TABEL 3.3 Jumlah WKP yang Ditawarkan TABEL 3.4 Investasi Bidang EBTKE TABEL 3.5 Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, Biofuel, dan Biogas TABEL 3.6 Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan TABEL 3.7 Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT TABEL 3.8 Rincian Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi TABEL 3.9 Rincian Pembangunan PLTM/H s.d. Triwulan II Tahun TABEL 3.10 Rincian Pembangunan PLTS s.d. Triwulan II Tahun TABEL 3.11 Efisiensi Pemakaian Dan Pengelolaan Energi TABEL 3.12 Pemanfaatan BBN TABEL 3.13 Capaian Regulasi TABEL 3.14 Realisasi TA per Direktorat TABEL 3.15 Realisasi TA per Jenis Belanja Laporan Kinerja semester 1 Tahun Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi BAB I PENDAHULUAN DAFTAR GAMBAR Daftar Gambar 1. GAMBAR 1.1 Diagram Target Tahun 2025 Kebijakan Energi Nasional GAMBAR 1.2 Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi GAMBAR 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi GAMBAR 2.1 Arah Kebijakan dan Strategi bidang EBTKE (Buku I RPJMN ) Gambar 3.1 S-Curve dan Rencana Realisasi Anggaran Tahun Ditjen EBTKE

5 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya energi sebagai kekayaan alam merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia. Selain itu, sumber daya energi merupakan sumber daya alam yang strategis dan sangat penting bagi hajat hidup rakyat banyak terutama dalam peningkatan kegiatan ekonomi, kesempatan kerja, dan ketahanan nasional. Atas pertimbangan tersebut maka sumber daya energi harus dikuasai negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pengelolaan energi yang meliputi penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaannya harus dilaksanakan secara berkeadilan, berkelanjutan, rasional, optimal, dan terpadu guna memberikan nilai tambah bagi perekonomian bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Negara berkewajiban untuk melakukan penyediaan, pemanfaatan, dan pengusahaan energi secara terus menerus guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan dalam pelaksanaannya harus selaras, serasi, dan seimbang dengan fungsi lingkungan hidup. Sejalan dengan peningkatan jumlah penduduk dan perekonomian nasional, peningkatan laju konsumsi energi pun semakin besar. Di Indonesia, konsumsi energi masih didominasi oleh energi fosil. Dengan profil penyediaan energi yang masih didominasi oleh energi fosil, secara otomatis akan meningkatkan permintaan energi, hal ini akan berpengaruh pula pada peningkatan beban subsidi energi karena sebagian dari energi masih ada yang disubsidi oleh pemerintah. Umumnya, subsidi energi dapat didefinisikan sebagai bentuk tindakan pemerintah yang bertujuan menurunkan biaya produksi energi, meningkatkan pendapatan produsen energi atau mengurangi biaya yang dibayar oleh konsumen energi. Pemerintah Indonesia menyubsidi BBM agar harga energi dapat 3

6 4 BAB I PENDAHULUAN 5 dijangkau, khususnya oleh kalangan berpendapatan rendah. Salah satu Energi Nasional yang berisi strategi untuk menjamin keamanan energi di subsidi energi yang dilakukan pemerintah ialah subsidi bahan bakar fosil. Indonesia. Akan tetapi, terdapat resiko yang akan timbul berkaitan dengan penggunaan Kebijakan ini telah merumuskan bauran energi di tahun 2025 dengan subsidi energi. Harga energi yang disubsidi agar menjadi rendah dapat mengurangi konsumsi energi fosil dan menggantinya dengan energi berdampak buruk terhadap pelestarian energi. Selain itu, pemberian baru terbarukan. Saat ini pemerintah telah menetapkan arah Kebijakan subsidi bahan bakar fosil merupakan salah satu hambatan bagi masyarakat Energi Nasional dengan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor untuk beralih ke sumber energi yang lebih bersih. Ketergantungan akan 79/2014 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) seperti tercermin subsidi juga menyebabkan penggunaan energi yang boros di masyarakat. dalam Gambar 1.1. Pada kenyataannya, tidak semua rakyat yang membutuhkan subsidi ini dapat menikmati haknya. Konsumen energi terbesar adalah masyarakat golongan atas dan masyarakat di daerah perkotaan (Survei Sosial Ekonomi Nasional 2009). Harga energi yang murah menghilangkan urgensi untuk TARGET TAHUN 2025 KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL (PP No. 79 tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional) melakukan penghematan. Tingginya laju konsumsi energi fosil mengakibatkan ketimpangan antara laju penggunaan sumber daya fosil (minyak bumi, gas bumi, dan GAS ALAM 22% BATUBARA 30% batubara) dengan kecepatan untuk menemukan cadangan baru, sehingga diperkirakan dalam waktu yang tidak lama lagi cadangan energi fosil akan habis, dan Indonesia akan sangat bergantung pada impor energi. Menimbang bahwa cadangan sumber daya energi tak terbarukan yang MINYAK BUMI 25% EBT 23% terbatas, maka perlu adanya kegiatan diversifikasi atau penganekaragaman sumber daya energi agar ketersediaan energi terjamin. Diversifikasi energi dilakukan melalui upaya pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), seperti panas bumi, tenaga air, energi surya, energi angin, biomassa, dan energi nuklir. Dengan memanfaatkan EBT, ketergantungan akan Gambar 1.1 Diagram Target Tahun 2025 Kebijakan Energi Nasional penggunaan bahan bakar fosil di dalam sistem penyediaan energi nasional dapat menurun. Selain itu, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan bahan bakar fosil merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi bahan bakar fosil. Biofuel (5%) Biomass Sampah (5%) Panas Bumi (7%) Energi Air (3%) Penurunan Intensitas Energi 1% per tahun Elastisitas energi kurang dari 1 pada 2025 Mengoptimalkan Sumber Energi Baru dan Energi Terbarukan Menghadapi ancaman krisis energi, Pemerintah sudah sangat siap dengan Energi Baru (Nuklir, CBM, dan lainnya) (3%) regulasi, yaitu Peraturan Presiden No.5 Tahun 2006 tentang Kebijakan

7 6 BAB I PENDAHULUAN 7 Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79/2014, pemerintah meningkatkan telah meratifikasi United Nation Framework Convention on Climate Change capaian bauran energi melalui peranan energi baru terbarukan sebesar (UNFCCC) melalui 23%. Angka tersebut meningkat 5% dibandingkan dengan target capaian bauran energi yang terdapat dalam Perpres Nomor 25 Tahun 2006 yang hanya sebesar 17%. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1994 tentang Pengesahan UNFCCC, dan meratifikasi Protocol Kyoto melalui Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengesahan Protocol Kyoto. Bagaimanapun, ketersediaan energi yang berkelanjutan memerlukan upaya diversifikasi, konservasi dan intensifikasi yang konsisten dan terarah. Upaya-upaya ini memerlukan dana investasi yang besar, teknologi yang menunjang dan sumber daya manusia yang terampil dan berpengetahuan. Arah yang jelas dan kebijakan yang konsisten amat diperlukan agar upaya Indonesia juga telah mengadopsi delapan tujuan yang tercantum dalam Millennium Development Goals untuk turut mendorong pembangunan lingkungan yang berkelanjutan melalui berbagai aksi untuk menghambat laju emisi gas rumah kaca dalam rangka mitigasi perubahan iklim. berbagai pihak tersebut dapat efektif. Untuk meningkatkan upaya penanggulangan dampak perubahan iklim, Dalam konteks energi baru terbarukan, pengembangan energi lokal setempat penting diimbangi dengan keberpihakan bagi pengembangan kapasitas industri dalam negeri dengan pengembangan pola kemitraan antara pemerintah dan swasta, serta antara sumber daya dalam negeri dengan dana, teknologi dan keahlian dari luar negeri. Tidak hanya itu, negara-negara di dunia saat ini sedang membahas peningkatan partisipasi semua negara dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Hal ini akan mendorong aliran teknologi bersih dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang termasuk didalamnya teknologi di bidang pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi. perlu diupayakan penciptaan iklim investasi yang kondusif, ditunjang oleh kelengkapan peraturan yang konsisten dan tegas dalam pelaksanaannya agar memberikan kepastian hukum. Selama ini peranan energi fosil masih mendominasi dalam pemanfaatan energi, sedangkan peran energi baru terbarukan hanya sebagai alternatif. Oleh karena itu, diperlukan adanya perubahan paradigma pengelolaan Lebih jauh lagi, isu pemanasan global yang dikaitkan dengan penggunaan energi fosil merupakan salah satu alasan untuk menurunkan tingkat konsumsi energi fosil termasuk minyak bumi. Pada kurun waktu 10 tahun terakhir ini, dunia mengalami perubahan paradigma global. Perubahan energi yang mengedepankan diversifikasi energi dan konservasi energi sehingga peran energi baru, terbarukan akan lebih maksimal dan energi fosil hanya berperan sebagai penyeimbang, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 1.2 tersebut terkait dengan adanya perhatian dan upaya global untuk menanggulangi perubahan iklim yang diakibatkan oleh peningkatan gas rumah kaca. Menyadari hal tersebut, Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk mendukung pengurangan emisi gas rumah kaca; antara lain melalui ratifikasi kesepakatan dunia tentang perubahan iklim. Pada tahun 1994 Indonesia PERUBAHAN PARADIGMA PENGELOLAAN ENERGI Pada gambar 1.2 nampak perubahan paradigma pengelolaan energi, awalnya energi fosil dibutuhkan sebagai faktor penunjang utama kebutuhan energi, namun seiring dengan berjalannya waktu peranan energi fosil bukan lagi sebagai sumber energi utama namun tergantikan dengan peranan energi terbarukan.

8 8 BAB I PENDAHULUAN 9 ENERGY SUPPLY SIDE MANAGEMENT SUPPLY Energi Fosil dengan biaya berapapun (Malah Disubsidi) Energi Terbarukan Sebagai Alternatif DEMAND Kebutuhan Energi Sektoral yang belum efisien: Rumah Tangga Transportasi Industri Komersial ENERGY DEMAND SIDE MANAGEMENT DEMAND Kebutuhan Energi Sektoral yang efisien: Rumah Tangga Transportasi Industri Komersial (KONSERVASI) SUPPLY Energi Fosil Sebagai Faktor Penyeimbang Maksimalkan Penyediaan dan Pemanfaatan Energi Terbarukan, dengan harga Avoided Fossil Energy Costs (DISVERSIFIKASI) batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), gas alam yang berasal dari serpihan bebatuan (Shale gas) dan batu bara (coal bed methane), batu bara tercairkan (liquified coal), gas alam yang berasal dari serpihan bebatuan (Shale gas) dan batu bara tergaskan (gasified coal). Sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Saat ini: 1. Kebutuhan energi belum efisien 2. Kebutuhan energi tersebut dipenuhi dengan energi fosil dengan biaya berapapun dan malah disubsidi 3. Energi terbarukan hanya sebagai alternatif 4. Sumber energi terbarukan yang tidak termanfaatkan adalah menyia-nyiakan karunia Tuhan Gambar 1.2 Perubahan Paradigma Pengelolaan Energi Ke depan: 1. Efisienkan kebutuhan energi 2. Maksimalkan penyediaan dan pemanfaatan energi terbarukan, paling tidak dengan harga pada avoided fossil energy cost, bila perlu disubsidi 3. Energi fosil dipakai sebagai penyeimbang 4. Sumber energi fosil yang tidak termanfaatkan adalah sebagai warisan untuk anak-cucu/diekspor Salah satu upaya untuk mewujudkan paradigma baru di sektor energi tersebut adalah dengan dibentuknya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. Pemanfaatan energi baru dan terbarukan sebagaimana paradigma pengelolaan energi ke depan merupakan penopang penyediaan energi nasional, sementara energi fosil hanya sebagai faktor penyeimbang. Berdasarkan UU No.30 Tahun 2007 tentang Energi yang dimaksud energi baru adalah energi yang berasal dari sumber energi baru dan yang dimaksud dengan energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan. Sumber energi baru adalah sumber energi yang dapat dihasilkan oleh teknologi baru baik yang berasal dari sumber energi terbarukan maupun sumber energi tak terbarukan, antara lain nuklir, hidrogen, gas metana Berdasarkan butir-butir di atas maka jenis energi yang ditangani Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi adalah: 1. Panas bumi 2. Bioenergi: Bioenergi cair (BBN), Bioenergi Gas (Gas Bio), Bioenergi Padat (Pelet, Briket). 3. Aneka Energi Baru dan Terbarukan: Tenaga Air, Tenaga Surya, Tenaga Angin, Tenaga Samudera, Tenaga Hidrogen. 4. Coal Bed Methane (CBM), shale gas, nuklir, Batubara Tercairkan, Batubara Tergaskan. Namun demikian, untuk butir (4) saat ini belum dapat ditangani oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi karena shale gas dan CBM sifat dasarnya termasuk dalam klasifikasi minyak dan gas bumi, maka penanganannya lebih optimal bila berada pada Direktorat Jenderal Migas. Sementara itu batubara tercairkan dan batubara tergaskan, sifat dasarnya terklasifikasi dalam batubara, maka penanganannya ada di Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara. 1.2 TUGAS DAN FUNGSI Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan, dan konservasi

9 10 BAB I PENDAHULUAN 11 energi. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi: a) Perumusan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi; b) Pelaksanaan kebijakan di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; c) Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; d) Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di Bidang Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; serta e) Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. 1.3 PROFIL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Lahirnya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian ESDM merupakan langkah penting bagi bangsa dalam upaya percepatan pengembangan energi baru, terbarukan dan konservasi energi di Indonesia. Pembentukan Ditjen EBTKE tercantum dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara yang berlaku sejak 14 April 2010 lalu. Salah satu pasal Perpres menyebutkan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang energi baru, terbarukan dan konservasi energi. Awal berdiri Ditjen EBTKE dipimpin oleh, Luluk Sumiarso (24 Agustus 2010 s.d 31 Mei 2011). Periode selanjutnya kepemimpinan Ditjen EBTKE dijabat oleh Kardaya Warnika (22 Juli 2011 s.d 1 September 2012) dan saat ini dijabat oleh Rida Mulyana (25 Januari 2013 s.d sekarang). Peningkatan peranan EBTKE dalam bauran energi nasional sudah lama dirasakan urgensinya. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mendorong pengembangan EBTKE ini. Pembentukan Ditjen EBTKE merupakan salah satu terobosan penting. Selama ini, bidang EBTKE ditangani terpisah-pisah di beberapa Ditjen dalam lingkungan Kementerian ESDM. Sebelumnya, bidang EBTKE ditangani oleh salah satu direktorat di Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi, yaitu Direktorat Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi. Jenis Energi Baru Terbarukan secara spesifik ditangani terpisah oleh Direktorat Jenderal lainnya. Misalnya Panas Bumi dan Pengelolaan Air Tanah di Ditjen Mineral Batu Bara dan Panas Bumi. Sedangkan yang terkait Bahan Bakar Nabati, kebijakan niaganya ditangani oleh Ditjen Migas. Seiring semakin pentingnya peranan EBTKE, dirasa perlu membentuk organisasi pada level Eselon I, dengan harapan sinergi pengelolaan bidang EBTKE dapat lebih terjalin antar stakeholder sehingga peranan EBTKE pada tahun 2025 sebagaimana ditargetkan dalam Perpres No. 5 tahun 2006 sebesar 17% dan saat ini telah dioptimalkan menjadi 23% sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional serta eleastisitas energi kurang dari 1 dapat tercapai. Tak lain, ini adalah panduan menuju Indonesia Hijau. Lahir di era Kabinet Indonesia Baru jilid II (KIB-II) ini, selanjutnya Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi berperan penting untuk mendukung kebijakan pada RPJMN , hal ini sesuai dengan Prioritas Nasional kedelapan bahwa pembangunan ketahanan energi dan kemandirian energi diarahkan untuk mencapai bauran energi yang dapat menjamin kelangsungan pasokan energi diseluruh wilayah

10 12 BAB I PENDAHULUAN 13 Indonesia, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT), efisiensi konsumsi dan penghematan energi serta meningkatkan produksi dan pemanfaatan energi yang bersih dan ekonomis. Untuk mendukung prioritas nasional kedelapan bidang energi tersebut, memiliki peran strategis, diantaranya: 1. Menambah kapasitas pembangkit/produksi energi Pertumbuhan energi berkisar 8% per tahun, untuk itu perlu ada penambahan kapasitas untuk memenuhi kebutuhan energi. Penambahan pembangkit diprioritaskan untuk pembangkit energi terbarukan skala besar misalnya PLTP dan PLTA. 2. Menambah penyediaan akses terhadap energi modern untuk daerah terisolir jaringan PLN, khususnya di daerah daerah terpencil dan pulau kecil. Energi terbarukan tersedia di seluruh wilayah tanah air, sebagai sumber energi untuk penyediaan listrik pedesaan. yang sudah berlangsung berupa listrik/energi pedesaan dengan memanfaatkan mikrohidro, surya, biomassa, dan biogas. 3. Mengurangi subsidi BBM/listrik (energi) Biaya produksi listrik dari energi terbarukan sudah bersaing dengan BPP PLTD. Substitusi PLTD dengan pembangkit energi terbarukan dapat mengurangi subsidi. 4. Mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) peningkatan efisiensi energi dan pemanfaatan energi terbarukan dapat dilakukan dengan meminimalkan emisi GRK. 5. Menghemat energi, penghematan energi dapat digolongkan sebagai kegiatan hidden energy sources, karena penghematan energi pada akhirnya akan mengefektifkan biaya. 1.4 STRUKTUR ORGANISASI Struktur organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi sesuai Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebagai berikut : DIREKTORAT PANAS BUMI YUNUS SAEFULHAK Direktur Panas Bumi a) Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi; b) Direktorat Panas Bumi; c) Direktorat Bioenergi; d) Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; dan e) Direktorat Konservasi Energi. f) Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE Secara rinci struktur organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi dapat dilihat pada Gambar 1.3 : DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI RIDA MULYANA Direktur Jenderal DIREKTORAT BIOENERGI SUDJOKO HARSONO Direktur BioEnergi DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN MARITJE HUTAPEA Direktur Aneka EBT SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI DADAN KUSDIANA Sekretaris Direktorat Jenderal DIREKTORAT KONSERVASI ENERGI FARIDA ZED Direktur Konservasi Energi Gambar 1.3 Struktur Organisasi DIREKTORAT PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EBTKE NOOR ARIFIN MUHAMMAD Direktur Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE

11 14 BAB I PENDAHULUAN 15 A. SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit di lingkungan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. Dalam melaksanakan tugasnya Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi: 1. Koordinasi pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi; 2. Koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran, laporan akuntabilitas, serta pengelolaan sistem informasi; 3. Pengelolaan administrasi perbendaharaan, barang milik negara, serta akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan; 4. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundangundangan, pemberian pertimbangan dan penelaahan hukum, dan urusan hubungan masyarakat; dan 5. Pengelolaan urusan ketatausahaan, perlengkapan, rumah tangga, kepegawaian, organisasi dan tata laksana. Sekretariat Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi terdiri atas: Bagian Rencana dan Laporan; Bagian Keuangan; Bagian Hukum; Bagian Umum dan Kepegawaian; Kelompok Jabatan Fungsional B. DIREKTORAT PANAS BUMI Direktorat Panas Bumi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang panas bumi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Panas Bumi menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang program, pengawasan usaha, pelayanan dan bimbingan usaha, investasi dan kerja sama, keteknikan dan lingkungan panas bumi. Direktorat Panas Bumi terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Panas Bumi; Subdirektorat Pengawasan Eksplorasi dan Eksploitasi Panas Bumi; Subdirektorat Pelayanan dan Bimbingan Usaha Panas Bumi; Subdirektorat Investasi dan Kerja Sama Panas Bumi; Subdirektorat Keteknikan dan Lingkungan Panas Bumi.

12 16 BAB I PENDAHULUAN 17 C. DIREKTORAT BIOENERGI Direktorat Bioenergi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang bioenergi. Dalam melaksanakan tugas Direktorat Bioenergi menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan bioenergi. Direktorat Bioenergi terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Bioenergi; Subdirektorat Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi; Subdirektorat Investasi dan Kerja Sama Bioenergi; Subdirektorat Keteknikan dan Lingkungan Bioenergi. D. DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang aneka energi baru dan energi terbarukan. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program, pelayanan dan pengawasan usaha, investasi dan kerja sama, serta keteknikan dan lingkungan aneka energi baru dan energi terbarukan. Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; Subdirektorat Pelayanan dan Pengawasan Usaha Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; Subdirektorat Implementasi Pengembangan Aneka EBT; Subdirektorat Investasi dan Kerja Sama Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan; Subdirektorat Keteknikan dan Lingkungan Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan.

13 18 BAB I PENDAHULUAN 19 E. DIREKTORAT KONSERVASI ENERGI Direktorat Konservasi Energi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang konservasi energi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Konservasi Energi menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; 2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; 3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; dan 4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang penyiapan program pemanfaatan, pengaturan dan pengawasan efisiensi, tekno ekonomi energi, penerapan teknologi energi bersih dan efisiensi energi, bimbingan teknis, dan kerja sama konservasi energi; Direktorat Konservasi Energi terdiri atas: Subdirektorat Penyiapan Pemanfaatan Energi; Subdirektorat Pengawasan Efisiensi Energi; Subdirektorat Tekno Ekonomi Energi; Subdirektorat Penerapan Teknologi Energi Bersih dan Efisien; Subdirektorat Bimbingan Teknis dan Kerja Sama Konservasi Energi; dan Kelompok Jabatan Fungsional. F. DIREKTORAT PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR EBTKE Salah satu upaya Pemerintah dalam penyediaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan dalam bentuk tenaga listrik di daerah yang belum terjangkau tenaga listrik adalah melaksanakan pembangunan infrastruktur penyedia tenaga listrik energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm), Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg), Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa), Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH), Pembangkit ListrikTenaga Arus Laut (PLTAL), Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid (Surya Angin) dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) serta pemasangan dan retrofitting Lampu Penerangan Jalan Umum (PJU) Cerdas menggunakan Photovoltaic (PV) untuk efisiensi energi. Penyediaan dan pemanfaatan listrik tenaga energi baru terbarukan dan konservasi energi di atas dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 10 Tahun 2012 Tentang pelaksanaan kegiatan fisik pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mendorong pengembangan program desa mandiri energi, mendorong penyediaan energi yang berasal dari sumber energi baru dan energi terbarukan, mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan Infrastruktur keenergian di wilayah terpencil, tertinggal, perbatasan, kepulauan kecil dan terluar, pasca bencana, dan/atau pasca konflik dan percontohan pengusahaan energi baru dan energi terbarukan. Permohonan pengusulan kegiatan fisik pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan diajukan secara tertulis oleh gubemur atau bupati/walikota kepada Menteri c.q. Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi.

14 20 BAB I PENDAHULUAN 21 Untuk mendukung Organisasi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dalam penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik energi baru terbarukan dan konservasi energi, telah dibentuk Direktorat Perencaaan dan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan di bidang perencanaan, pengadaan, dan pengawasan pembangunan infrastruktur energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Dalam melaksanakan tugasnya Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur EBTKE menyelenggarakan fungsi: 1. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan di bidang perencanaan dan pengadaan pembangunan infrastruktur energi baru, terbarukan, dan konservasi energi; dan 2. Penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, evaluasi dan pelaporan, serta pengendalian dan pengawasan di bidang pengawasan pembangunan infrastruktur energi baru, terbarukan, dan konservasi energi. Direktorat Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi terdiri atas: Subdirektorat Perencanaan dan Pengadaan Pembangunan Infrastruktur EBTKE Subdirektorat Pengawasan Pembangunan Infrastruktur EBTKE 1.5 KEKUATAN PEGAWAI Untuk mengemban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, saat ini tahun 2016 memiliki Kekuatan Pegawai sebagaimana Tabel 1.1 sampai dengan Tabel 1.4: Tabel 1.1 Jumlah Pegawai Negeri Sipil NO UNIT JENIS PRIA WANITA JUMLAH PERSENTASE (%) 1 Setditjen EBTKE ,04 2 Dit. Panas Bumi ,77 3 Dit. Bio Energi ,83 4 Dit. Aneka EBT ,87 5 Dit. Konservasi Energi ,43 6 Dit. Renbang Infrastruktur EBTKE ,07 Jumlah Total % NO 1 Tabel 1.2 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Menurut Usia UNIT Setditjen Energi Baru, Terbarukan dan KE RANGE USIA P W P W P W P W P W P W P W P W JUMLAH Dit Panas Bumi Dit Bio Energi Dit Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Dit Konservasi Energi Dit Renbang dan Infrastruktur EBTKE JUMLAH TOTAL

15 22 BAB I PENDAHULUAN 23 Tabel 1.3 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Pendidikan TINGKAT PENDIDIKAN NO UNIT SD SLTP SLTA Sarmud/Diploma S1 S2 S3 Spesialis 1 Eksakta Sosial Eksakta Sosial Eksakta Sosial Eksakta Sosial JUMLAH P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W 1 Setditjen Energi Baru, Terbarukan dan KE Dit Panas Bumi Dit Bio Energi Dit Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Dit Konservasi Energi Dit Renbang dan Infrastruktur EBTKE JUMLAH TOTAL Tabel 1.4 Jumlah Pegawai Negeri Sipil Menurut Golongan GOLONGAN NO UNIT KERJA I II III IV I/a I/b I/c I/d II/a II/b II/c II/d III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d JMLH JMLH JMLH P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W P W JUMLAH JMLH TOTAL 1 Setditjen Energi Baru, Terbarukan dan KE Dit Panas Bumi Dit Bio Energi Dit Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Dit Konservasi Energi Dit Renbang dan Infrastruktur EBTKE JUMLAH TOTAL

16 24 Laporan Kinerja semester 1 Tahun Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi BAB II RENCANA STRATEGIS

17 26 BAB II RENCANA STRATEGIS 27 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan 5) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; Konservasi Energi merupakan bagian dari Rencana Strategis Kementerian 6) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, Energi dan Sumber Daya Mineral Oleh sebab itu, kebijakan kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; dan dan program dalam Renstra Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan 7) Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. dan Konservasi Energi harus selaras dengan kebijakan dan program dalam Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Rencana Strategis Misi pembangunan tersebut kemudian dirumuskan ke dalam 9 program prioritas yang dikenal dengan Nawacita yakni: memuat visi, misi, tujuan, sasaran, indikator kinerja, program dan kegiatan 1) Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Energi Baru, memberikan rasa aman pada seluruh warga negara; Terbarukan dan Konservasi Energi. 2) Membuat Pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan bersih, efektif, demokratis dan terpercaya; 2.1 VISI DAN MISI Dengan mempertimbangkan masalah pokok bangsa, tantangan pembangunan yang dihadapi dan capaian pembangunan selama ini, maka Visi Pembangunan Nasional untuk tahun adalah: 3) Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerahdaerah dan desa dalam kerangka NKRI; 4) Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya; 5) Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia; Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, Mandiri dan 6) Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong 7) Mewujudkan Kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor sektor strategis ekonomi domestik; Untuk mewujudkan Visi ini adalah melalui 7 Misi Pembangunan, yaitu: 8) Melakukan revolusi karakter bangsa; 1) Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan 9) Memperteguh ke-bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber Indonesia. daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; program tersebut sejalan dengan kebijakan pengembangan 2) Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis EBTKE untuk mewujudkan kedaulatan energi melalui peningkatan berlandaskan negara hukum; kapasitas terpasang energi baru terbarukan serta penerapan konservasi 3) Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri energi dalam mewujudkan perilaku yang hemat energi. sebagai negara maritim; 4) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

18 28 BAB II RENCANA STRATEGIS TUJUAN STRATEGIS Tujuan strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi disesuaikan dengan tujuan strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang tertuang di dalam Permen ESDM No.13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun Tujuan strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tersebut merupakan kondisi yang ingin diwujudkan selama periode 5 tahun ( ), yaitu : 1. Terjaminnya penyediaan energi dan bahan baku domestik. 2. Terwujudnya optimalisasi Penerimaan Negara dari sektor ESDM. 3. Terwujudnya peningkatan investasi sektor ESDM. 2.3 SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI Gambar 2.1 Arah Kebijakan dan Strategi bidang EBTKE (Buku I RPJMN ) 1. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam energi: (i) insentif dan harga yang tepat untuk mendorong investasi; (ii) pemanfaatan aneka energi baru terbarukan dan bio energi untuk pembangkit listrik dan (iii) pemanfaatan bahan bakar nabati. 2. Meningkatkan aksesibilitas: penyediaan listrik untuk pulau-pulau dan desa-desa terpencil termasuk desa nelayan bila mungkin dengan energi surya dan energi terbarukan lainnya. 3. Meningkatkan efisiensi dalam penggunaan energi: (i) kampanye hemat energi; (ii) pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan untuk pembiayaan upaya efisiensi energi; (iii) peningkatan kemampuan teknis manajer dan auditor energi; (iv) peningkatan peran dan kapasitas perusahaan layanan energi (ESCO); (v) pengembangan penggunaan sistem dan teknologi hemat energi di industri; (vi) optimalisasi instrumen kebijakan konservasi energi (PP No. 70/2009 tentang Konservasi Energi). 4. Memanfaatkan potensi sumber daya air untuk PLTA diantaranya: (i) insentif untuk percepatan pembangunan PLTA, yaitu dispensasi pemanfaatan kawasan hutan untuk pembangunan PLTA, pengaturan harga jual listrik dan penyediaan lahan; (ii) penyederhanaan regulasi dan dokumen persyaratan perizinan pembangunan PLTA. Sasaran strategis merupakan kondisi yang ingin dicapai setiap tahun, dan ditetapkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai selama 5 tahun. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tahun 2015 yang tertuang didalam Permen ESDM No.13 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun , adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan diversifikasi energi. 2. Meningkatkan efisiensi energi dan pengurangan emisi. 3. Mengoptimalkan penerimaan negara dari sektor ESDM. 4. Meningkatkan investasi sektor ESDM. 2.4 SASARAN YANG TERKAIT DENGAN TUJUAN STRATEGIS Sesuai Rencana Strategis Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun , sasaran strategis yang terkait dengan tujuan strategis, yang akan dicapai selama 5 tahun mulai adalah sebagai berikut.

19 30 BAB II RENCANA STRATEGIS 31 SASARAN : Meningkatkan Diversifikasi Energi Tabel 2.1 Sasaran Yang Terkait Dengan Tujuan Strategis Tabel 2.2 Indikator Kinerja Utama (IKU) No Indikator Kinerja Satuan 1 2 Kapasitas terpasang pembangkit listrik EBT a. PLTP b. PLT Bioenergi c. PLTA dan PLTMH d. PLTS e. PLT Bayu/Hybrid f. PLT Arus Laut Produksi biofuel a. Biodiesel b. Bioethanol SASARAN : Meningkatkan Diversifikasi Energi 1 Penerimaan Negara Sektor ESDM (Panas Bumi) Juta KL Juta KL Juta KL Target , , , ,7 76,9 5,8 0,0 4,07 3,91 0, , , , ,0 92,1 11,5 0,0 6,48 6,31 0, ,9 1976, , ,7 118,6 19,8 0,0 6,71 6,53 0, ,2 2609, , ,7 180,0 30,8 0,0 6,96 6,77 0, , , , ,7 260,3 47,0 1,0 7,21 7,02 0,19 Triliun Rp 0,58 0,63 0,67 0,73 0,78 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN SASARAN STRATEGIS PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang dilelangkan Investasi di bidang EBTKE a. Panas Bumi b. Bioenergi c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan d. Konservasi Energi Jumlah Produksi - Uap panas bumi - Biofuel - Biogas Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Triliun Rp. WKP Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Juta Ton Juta KL ribu M3 Kepala Keluarga Terwujudnya peran penting subsektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalan penerimaan negara Meningkatnya investasi subsektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik SASARAN : Meningkatkan Diversifikasi Energi Investasi Sektor ESDM (EBTKE) Miliar US$ 4,500 3,302 3,903 a. Panas Bumi Miliar US$ 0,900 1,100 1,600 1 b. Bioenergi Miliar US$ 0,300 0,300 0,400 c. Aneka EBT Miliar US$ 3,300 1,900 1,900 d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,000 0,002 0, INDIKATOR KINERJA UTAMA Untuk mewujudkan tujuan-tujuan nasional melalui pencapaian tujuan dan sasaran Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, maka telah ditetapkan indikator kinerja utama Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi yang tertuang di dalam Permen ESDM No.22 tahun 2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian ESDM sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.1 di bawah ini: 5,805 1,900 0,400 3,500 0,005 3,707 1,300 0,400 2,000 0, Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: a. Panas Bumi b. Bioenergi - untuk bahan bakar minyak - untuk pembangkit listrik c. Air d. Laut e. Surya f. Angin g. Nuklir Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) juta KL 8. Penurunan emisi CO2 juta ton Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) Meningkatnya pembangunan infrastruktur energi % Meningkatnya efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi Objek % % Meningkatnya pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi

20 32 BAB II RENCANA STRATEGIS TARGET KINERJA TAHUN Target Kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Tahun ini merupakan penjabaran dari Renstra Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Renstra Kementerian ESDM) Tahun yang telah ditetapkan sesuai Peraturan Menteri ESDM No 13 Tahun Tabel 2.3 Target Kinerja Direktorat Jenderal EBTKE Tahun NO INDIKATOR KINERJA SATUAN Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi TARGET 6. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: a. Panas Bumi 1.858,5 b. Bioenergi c. Air 112,55 d. Laut - e. Surya 11,78 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara 1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Triliun Rp. 0,65 Energi Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 2. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan : a. Melalui Lelang WKP 5 b. Melalui Penugasan 3 3. Investasi di bidang EBTKE a. Panas Bumi Miliar US$ 1,1 b. Bioenergi Miliar US$ 0,595 c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan Miliar US$ 0,197 f. Angin 0 g. Nuklir - Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energi 7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per SBM/Milliar Rp 434 tahun) 8. Penurunan emisi CO2 juta ton 33,6 9. Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek Objek 10 audit energi 10. Peningkatan jumlah manajer dan auditor energi yang telah disertifikasi Orang Manajer Energi 100 Auditor Energi Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM)/label peralatan rumah tangga Peralatan Pelaksanaan Investment Grade Audit (IGA) Objek 6 d. Konservasi Energi Miliar US$ 0,003 Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energi Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestic 4. Jumlah Produksi - Uap panas bumi Juta Ton 86,73 - Biofuel Juta KL 4,2 - Biogas ribu M Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) 14. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) % 20 % Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Kepala Keluarga

21 34 Laporan Kinerja semester 1 Tahun Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN

22 36 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 37 A. CAPAIAN KINERJA Pengukuran capaian kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi tahun dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator sebagaimana tercantum dalam tabel 3.1 Tabel 3.1 Capaian Kinerja NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI TW I REALISASI TW II CAPAIAN sd TW II (%) Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara 1. PNBP sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp. 0,65 0,15 0,25 38,46 Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi 2. Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan: a. Melalui Lelang b. Melalui Penugasan WKP ,66 3. Investasi di bidang EBTKE a. Panas Bumi b. Bioenergi c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan d. Konservasi Energi Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ 1,1 0,595 0,197 0,003 0,12 0,594 0,003 0, ,29 0,693 0,021 0, ,36 116,47 10,65 48,66 Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestic Jumlah Produksi 4. - Uap panas bumi - Biofuel - Biogas Juta Ton Juta KL ribu M3 86,73 4, ,87 0, ,89 1, ,38 39,76 92,50 5. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan Kepala Keluarga

23 38 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 39 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energy 6. Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: a. Panas Bumi b. Bioenergi c. Air d. Laut e. Surya f. Angin g. Nuklir Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energy 7. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) TARGET 1.858, ,55-11, REALISASI TW I 1.643, ,9 0,4-1 0 REALISASI TW II 1.698, ,7 11, CAPAIAN sd TW II (%) 91,39 96,36 10,17-8, SBM/Milliar Rp Penurunan emisi CO2 juta ton 33,6 19, Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi Objek Peningkatan jumlah manajer dan auditor energi yang telah disertifikasi Orang Manajer Energi Auditor Energi ,33 Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM)/label peralatan rumah tangga Peralatan 3 Penyusunan draft Permen Draft Permen 12. Pelaksanaan Investment Grade Audit (IGA) Objek Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energy Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) % 20 % 10 Data belum tersedia Data belum tersedia 60 17,34 86,7% 14,1 144,3% ANALISA CAPAIAN KINERJA sampai dengan Triwulan II, telah melaksanakan seluruh kegiatan yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi. Analisa capaian penetapan kinerja Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Realisasi PNBP Subsektor EBTKE terhadap target APBN Penerimaan PNBP sampai dengan Triwulan II Tahun adalah sebesar 0,25 Triliun Rupiah atau sebesar 38,46% dari target di tahun yaitu sebesar 0,65 Triliun Rupiah. Tabel 3.2 Jumlah Realisasi PNBP Subsektor EBTKE terhadap target APBN NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Terwujudnya peran penting sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dalam penerimaan negara Sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Triliun Rp. 0,65 0,25 38,46 Adapun kendala dalam pencapaian PNBP antara lain : a. PLTP Kamojang Unit 3 mengalami unplanned shut down karena adanya major overhaul b. Pengurangan pembelian listrik dari PLN, pembayaran Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DLPK), meningkatnya biaya repair, maintenance dan depresiasi PLTP Darajat Unit 2 dan PLTP Salak.

24 40 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 41 Upaya kedepan yang akan dilakukan untuk mencapai target PNBP di Tahun antara lain : a. Koordinasi lebih intens antara pihak terkait (Pemerintah, Badan Usaha) dengan PT PLN terkait dukungan pembelian listrik dari tenaga panas bumi b. Mengintensifkan monitoring PNBP bagi pemegang IPB dan mendorong efisiensi biaya operasi bagi pengembang panas bumi rezim eksisting. 2. Jumlah WKP yang Ditawarkan Di tahun terdapat perubahan Indikator Kinerja terkait dengan WKP Panas Bumi, sebelumnya Indikator Kinerja hanya jumlah WKP yang dilelangkan, namun sesuai amanat Pasal 18 dan 28 UU 21/2014 tentang Panas Bumi bahwa Penawaran wilayah kerja secara lelang dan penugasan kepada BLU/BUMN sehingga target penawaran WKP melalui lelang menjadi 5 WKP, sedangkan 3 WKP lainnya akan menggunakan mekanisme penugasan kepada BUMN. Tabel 3.3 Jumlah WKP yang Ditawarkan NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Jumlah Wilayah Kerja Panas Bumi yang ditawarkan : a. Melalui Lelang b. Melalui Penugasan WKP ,66 Sampai dengan Triwulan II Tahun saat ini sudah terdapat 5 WKP yang sudah ditugaskan kepada BUMN antara lain: a. PT PLN (WKP Atedai, Tangkuban Perahu dan Songa Wayaua) b. PT GDE (WKP Arjuno Welirang dan Candi Umbul Telomoyo) Sedangkan untuk lelang WKP sampai dengan Triwulan II Tahun progresnya telah disampaikan draf pembentukan panitia lelang WKP (Simbolon Samosir, Hamiding, Oka Ile Ange, Bora Polu, Sirung) kepada Sekretariat Direktorat EBTKE untuk dilakukan penelaahan serta secara paralel menyiapkan dokumen pendukung pelelangan WKP. 3. Investasi Bidang EBTKE Sampai dengan Triwulan II Tahun jumlah realisasi Investasi di Bidang EBTKE adalah sebesar 1,005 Miliar US$ atau sebesar 53,03% dari target di tahun yaitu sebesar 1,895 Miliar US$. Tabel 3.4 Investasi Bidang EBTKE NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) Sasaran strategis: Meningkatnya investasi sub sektor Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Investasi di bidang EBTKE Miliar US$ 1,895 1,005 53,03 a. Panas Bumi b. Bioenergi c. Aneka Energi Baru dan Terbarukan d. Konservasi Energi Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ Miliar US$ 1,1 0,595 0,197 0,003 0,29 0,693 0,021 0, ,36 116,47 10,65 48,66 Adapun kendala dalam pencapaian target Investasi di Bidang EBTKE antara lain : a. Adanya penundaan kegiatan pengeboran di beberapa Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) antara lain WKP Jaboi dan WKP Sokoria dikarenakan adanya keterlambatan pada terbitnya perizinan (Panas Bumi). b. Adanya penundaan beberapa kegiatan misalnya di WKP Baturaden karena adanya bencana longsor (Panas Bumi). c. Harga patokan (Berdasarkan Permen ESDM 12/) menyebabkan pengembang sulit mencapai pemenuhan pembiayaan (financial close) dari pendana/ investor (Bioenergi). d. Bisnis Biodiesel telah berada dalam kondisi over suplai dimana kapasitas terpasang Biodiesel jauh lebih besar daripada demand (Bioenergi).

25 42 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 43 e. Investasi yang bersumber dari DAK saat ini masih dalam proses pelelangan (Aneka EBT). Upaya kedepan yang akan dilakukan untuk mencapai target Investasi di Tahun antara lain : a. Mewajibkan pelaporan investasi bulanan bagi pengembang melalui sistem online yang akan mempercepat dan mempersingkat jeda waktu (Panas Bumi). b. Usaha untuk mempercepat proses perizinan dengan mengurangi dan/atau menghilangkan beberapa rekomendasi di bidang panas bumi (Panas Bumi). c. Akan melakukan FGD dengan melibatkan Pemerintah Daerah Provinsi penerima DAK terkait Monitoring dan Evaluasi DAK sampai dengan TW II TA (Aneka EBT). 4. Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, Biofuel, dan Biogas Tabel 3.5 Jumlah Produksi Uap Panas Bumi, Biofuel, dan Biogas NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) Jumlah Produksi - Uap panas bumi Juta Ton 86,73 35,89 41,38 - Biofuel Juta KL 4,2 1,67 39,76 - Biogas ribu M ,50 Uap Panas Bumi Sampai dengan Triwulan II Tahun realisasi produksi uap Panas Bumi adalah sebesar 35,89 Juta Ton atau sebesar 41,38% dari target di tahun sebesar 86,73 Juta Ton. Pencapaian produksi uap Panas Bumi PLTP Sarulla akan disampaikan pada akhir Juli. Upaya kedepan dalam mengatasi hal ini adalah melakukan monitoring produksi uap yang lebih intensif dan berkoordinasi dengan PT PGE sebagai manajemen kontraktor JOC (Joint Operation Contract). Biofuel Sampai dengan Triwulan II Tahun realisasi produksi Biofuel adalah sebesar 1,67 Juta KL atau sebesar 39,76% dari target di tahun sebesar 4,2 Juta KL. Beberapa kendala yang menyebabkan tidak tercapainya target produksi Biofuel yaitu : a. Adanya keterlambatan pengadaan Biodiesel dalam kerangka dana pembiayaan Biodiesel untuk sektor PSO periode Mei - Oktober, dimana sektor PSO merupakan sektor utama penyerap produksi Biodiesel. b. Masih terdapat resistensi dari pengguna akhir (kereta api, alutista, alat berat) dimana masih terdapat permintaan pasokan minyak solar murni (B0). c. Masih lemahnya penyerapan sektor Non PSO pada kondisi belum membaiknya harga Solar dunia dan belum adanya mekanisme insentif untuk mendorong kinerja sektor Non PSO. Upaya kedepan yang akan dilakukan untuk mencapai target Biofuel di Tahun antara lain : a. Penyempurnaan mekanisme pengadaan Biodiesel dari semula penunjukan langsung menjadi lelang yang saat ini payung hukumnya sedang dibahas di Kemenko Perekonomian. b. Penyempurnaan skema insentif dana pembiayaan Biodiesel dari semula floating mengikuti dinamika harga Biodiesel menjadi penerapan batas atas yaitu sebesar Rp 4000/liter PSO dan perluasan insentif untuk Non PSO sebesar Rp 2000/liter. Perubahan ini saat ini payung hukumnya sedang dibahas di Kemenko Perekonomian. c. Melakukan kajian penggunaan B20 pada lokomotif dan genset

26 44 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 45 Biogas Sampai dengan Triwulan II Tahun realisasi produksi Biogas adalah sebesar ribu M3 atau sebesar 92,50% dari target di tahun sebesar ribu M3. Adapun kendala dalam pencapaian produksi Biogas adalah kegiatan program Dana Alokasi Khusus (DAK) di daerah sampai Triwulan II Tahun masih dalam proses pelelangan, sehingga belum terdapat hasil biogas dari perhitungan DAK. Upaya kedepannya akan dilakukan update data dari stakeholder lainnya. 5. Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan. Dari infrastruktur EBTKE yang telah dibangun, saat ini yang telah selesai adalah Digester Biogas Komunal. Sedangkan untuk infrastruktur lainnya masih dalam tahap pembangunan. Untuk Pemasangan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi yang ditargetkan akan dipasang di ditargetkan selesai pada akhir Desember. Tabel 3.6 Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan. NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET Sasaran strategis: Meningkatnya kemampuan pasokan energi untuk domestik Jumlah Kepala Keluarga (KK)/Rumah Tangga di wilayah terpencil (remote) dan atau daerah perbatasan yang dilistriki dengan pembangkit berbasis Energi Baru dan Terbarukan REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) Kepala Keluarga Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT Tabel 3.7 Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit EBT NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET Sasaran strategis: Meningkatkan pembangunan infrastruktur energi REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) Jumlah Kapasitas Terpasang Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan: a. Panas Bumi 1.858, ,5 91,39 b. Bioenergi ,7 96,36 c. Air 112,55 11,45 10,17 d. Laut e. Surya 11,78 1 8,48 f. Angin g. Nuklir Panas Bumi Sampai dengan Triwulan II Tahun jumlah kapasitas terpasang untuk PLT Panas Bumi yaitu sebesar 1.698,5 atau sebesar 91,39% dari target di tahun yaitu sebesar 1.858,5. Di tahun sudah terdapat PLTP yang COD, yaitu PLTP Ulubelu Unit 4 yang COD di tanggal 25 April sebesar 55. Sedangkan untuk PLTP Sarulla Unit 2 (110 ), Sorik Marapi Modullar (20 ), Karaha Bodas (30 ) di rencanakan akan COD di TW 4. Untuk lebih jelas nya dapat dilihat melalui tabel 3.2 rincian Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi dari tahun

27 46 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 47 No. PLTP Tabel 3.8 Rincian Kapasitas Terpasang PLT Panas Bumi Kapasitas Terpasang () (*) 1 Kamojang Lahendong Sibayak G. Salak Darajat W. Windu Dieng Ulubelu Ulumbu Mataloko ,5 2,5 2,5 2,5 2,5 11 Patuha Sarulla Keterangan: Total ,5 1403,5 1438,5 1643,5 1698,5 *Realisasi s.d. Juni Bioenergi Sampai dengan Triwulan II Tahun jumlah kapasitas terpasang untuk PLT Bioenergi yaitu sebesar 1.812,7 atau sebesar 96,36% dari target di tahun yaitu sebesar Air Sampai dengan Triwulan II Tahun pembangunan PLTM/H adalah sebesar 11,45 atau sebesar 10,17% dari target di tahun yaitu sebesar 112,55. Tambahan kapasitas sebesar 11,45 didapat dari COD 4 pembangkit PLTM/H (IPP). Sedangkan untuk pembangkit yang dibangun dana APBN dan DAK saat ini masih dalam proses lelang (DAK) dan pembangunan (APBN). Tabel 3.9 Rincian Pembangunan PLTM/H s.d. Triwulan II Tahun No Nama Perusahaan Nama PLTM/H Kapasitas () Nilai Investasi (Rp) 1 PT Energy Puritama PLTM Semawung 0, PT Henindo Power PLTM Wae Roa 0, PT Bina Pertiwi PLTM Kalipelus 0, PT Arkora Hydro Sulawesi PLTM Koro Yaentu Surya Sampai dengan Triwulan II Tahun pembangunan PLTS adalah sebesar 1 atau sebesar 8,48% dari target di tahun yaitu sebesar 11,78. Tambahan kapasitas sebesar 1 didapat dari COD 1 pembangkit PLTS (IPP). Sedangkan untuk pembangkit yang dibangun dana APBN dan DAK saat ini masih dalam proses lelang (DAK) dan pembangunan (APBN). Tabel 3.10 Rincian Pembangunan PLTS s.d. Triwulan II Tahun No Nama Perusahaan Lokasi PLTS Kapasitas () Nilai Investasi (Rp) 1 PT Buana Multi Techindo Sumba Timur, NTT 1,

28 48 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Efisiensi Pemakaian Dan Pengelolaan Energi Tabel 3.11 Efisiensi Pemakaian Dan Pengelolaan Energi NO INDIKATOR KINERJA SATUAN Sasaran strategis: Meningkatkan efisiensi pemakaian dan pengelolaan energy 1. Intensitas Energi Pimer (Penurunan Rata - rata 1% per tahun) TARGET REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) SBM/Milliar Rp Penurunan emisi CO2 juta ton 33, Jumlah gedung bangunan pemerintah yang menjadi objek audit energi Objek Peningkatan jumlah manajer dan auditor energi yang telah disertifikasi Orang Manajer Energi Auditor Energi ,33 Penerbitan Standar Kinerja Energi Minimum (SKEM)/label peralatan rumah tangga Peralatan 3 Draft Permen Pelaksanaan Investment Grade Audit (IGA) Objek Pemanfaatan BBN dalam BBM. Rendahnya persentase campuran BBN dalam BBM di Provinsi Maluku disebabkan oleh adanya keterlambatan suplai Biodiesel di TBBM Wayame. Upaya kedepannya untuk meningkatkan Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO adalah dengan meningkatkan pengawasan agar proses pengadaan Biodiesel dapat berjalan tepat waktu. b. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) Sampai dengan Triwulan II Tahun realisasi Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso adalah sebesar 14,1% atau sebesar 141% dari target di tahun yaitu sebesar 10%. Tabel 3.12 Pemanfaatan BBN NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET Sasaran strategis: Meningkatkan pengembangan berbagai sumber energi dalam rangka diversifikasi energy Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) REALISASI sd Triwulan II CAPAIAN (%) % 20 17,34 86,7 a. Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO (usaha mikro, usaha perikanan, usaha pertanian, transportasi dan pelayanan umum) Sampai dengan Triwulan II Tahun realisasi Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM PSO adalah sebesar 17,34% atau sebesar 86,7% dari target di tahun yaitu sebesar 20%. Hasil persentase 17,34% merupakan rerata persentase campuran BBN dalam BBM untuk 5 provinsi yaitu: Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Sulawesi Utara dan Maluku. Persentase campuran BBN dalam BBM di Provinsi Maluku masih rendah yang menyebabkan rendahnya rerata pencampuran BBN Persentase Pemanfaatan BBN pada BBM non-pso (transportasi, industri, dan komersial, pembangkit listrik) % 10 14,1 141

29 50 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN Capaian Regulasi No Judul Rancangan Legislasi/ Regulasi RPP tentang Energi Baru dan Energi Terbarukan / Diluar Legislasi dan Regulasi Tabel 3.13 Capaian Regulasi Ditjen EBTKE di Semester I Tahun Substansi Pokok - Ketentuan mengenai penguasaan dan pengaturan sumber energi baru dan/atau sumber energi terbarukan - Ketentuan dan tata cara penyediaan dan pemanfaatan, kegiatan usaha, kemudahan dan insentif, harga energi baru dan/ atau sumber energi terbarukan - Keteknikan di bidang energi baru dan/atau sumber energi terbarukan, Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Teknologi dan pembinaan dan pengawasan Target Penyelesaian Sesuai Komitmen Awal (B3/B6/B9/B12) B12 Status Perkembangan Penyelesaian Pembahasan di Biro Hukum Kendala Penyelesaian dan Upaya Penyelesaian Percepatan - Menteri ESDM telah berkomitmen kepada Menteri Hukum dan HAM untuk menyelesaikan RPP EBET pada Tahun sesuai dengan surat Menteri ESDM Nomor 8722/06/ MEM.S/2016 tanggal 9 November Pembahasan terakhir tanggal 18 Mei di bawah koordinasi Biro Hukum KESDM Usulan Tindak Lanjut Tetap masuk program regulasi Tahun No Judul Rancangan Legislasi/ Regulasi RPM ESDM tentang Penerapan Standar Kinerja Minimum dan Pencantuman Label Hemat Energi untuk Kulkas, Kipas Angin dan Penanak Nasi (Rice Cooker), AC, dan Lampu Swabalast RPM ESDM tentang Pengelolaan Limbah Lumpur Bor dan Serbuk Bor pada Pemboran Panas Bumi / Diluar Legislasi dan Regulasi Substansi Pokok membatasi penyebaran Produk Motor Listrik, Ballast Electronic, Kulkas, Kipas Angin dan Penanak Nasi (Rice Cooker) serta penentuan labeling hemat energi di setiap produk - Tata cara penggunaan lumpur bor; - Tata cara pengelolaan dan pemanfaatan limbah lumpur dan serbuk bor; - Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan pengelolaan limbah lumpur dan serbuk bor; - Sanksi administratif. Target Penyelesaian Sesuai Komitmen Awal (B3/B6/B9/B12) B06 B03 Status Perkembangan Penyelesaian Pembahasan di Unit Organisasi Selesai ditetapkan dengan Peraturan Menteri Nomor 21 Tahun Kendala Penyelesaian dan Upaya Penyelesaian Percepatan - masih perlu pencermatan kembali terkait penerapan system INSW terkait ketentuan lartas dalam bentuk SKEM. - akan segera dilakukan pembahasan lanjutan dengan melibatkan bea cukai, Kemendag dan Kemenperin - - Usulan Tindak Lanjut Tetap masuk program regulasi Tahun RPP tentang Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung - Penyelenggaraan Panas Bumi Untuk Pemanfaatan Langsung; - Izin Pemanfaatan Langsung; dan - Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Pemanfaatan Langsung B12 Pembahasan di Unit Organisasi Masih perlu pendalaman substansi dan masukan dari stakeholder Tetap masuk program regulasi Tahun

30 52 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 53 No Judul Rancangan Legislasi/ Regulasi / Diluar Legislasi dan Regulasi Substansi Pokok Target Penyelesaian Sesuai Komitmen Awal (B3/B6/B9/B12) Status Perkembangan Penyelesaian Kendala Penyelesaian dan Upaya Penyelesaian Percepatan Usulan Tindak Lanjut No Judul Rancangan Legislasi/ Regulasi / Diluar Legislasi dan Regulasi Substansi Pokok Target Penyelesaian Sesuai Komitmen Awal (B3/B6/B9/B12) Status Perkembangan Penyelesaian Kendala Penyelesaian dan Upaya Penyelesaian Percepatan Usulan Tindak Lanjut RPM ESDM tentang Tata Cara Rekonsiliasi, Penyetoran dan Pelaporan Bonus Produksi Panas Bumi - Tata cara rekonsiliasi Bonus Produksi dan persentase Daerah Penghasil, parameter dan bobot penilaian; - Tata cara penyetoran Bonus Produksi kepada Daerah Penghasil; dan - Rencana tahunan dan laporan penjualan uap panas bumi dan/ atau listrik dari pembangkit listrik tenaga panas bumi. B03 Selesai ditetapkan dengan Peraturan Menteri Nomor 23 Tahun - - RPM ESDM tentang Wilayah Kerja Panas Bumi Untuk Pemanfaatan Tidak Langsung - Tata cara Pelaksanaan Survei Pendahuluan dan Survei Pendahuluan dan Ekplorasi - Tata cara dan persyaratan pengembalian sebagian atau seluruh Wilayah Kerja - Tata cara pemilihan Wilayah Kerja yang akan dilakukan penambahan data dan penugasan kepada BLU atau BUMN B12 Selesai ditetapkan dengan Peraturan Menteri Nomor 37 Tahun - - RPM ESDM tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan serta Konservasi Energi Perubahan Atas Permen Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Kegiatan Fisik Pemanfaatan Energi Baru dan Energi Terbarukan. B03 Selesai ditetapkan dengan Peraturan Menteri Nomor 39 Tahun - - RPM ESDM tentang Tata Cara Penugasan Survei Pendahuluan dan Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi Panas Bumi - Tata cara penugasan kepada pihak lain, mekanisme kontes, komitmen eksplorasi, tata cara penyerahan data dan informasi Panas Bumi, tata cara penyerahan aset dan penghentian sementara. - Tata cara pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PSP atau PSPE B12 Selesai ditetapkan dengan Peraturan Menteri Nomor 36 Tahun - -

31 54 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 55 No Judul Rancangan Legislasi/ Regulasi / Diluar Legislasi dan Regulasi Substansi Pokok Target Penyelesaian Sesuai Komitmen Awal (B3/B6/B9/B12) Status Perkembangan Penyelesaian Kendala Penyelesaian dan Upaya Penyelesaian Percepatan Usulan Tindak Lanjut No Judul Rancangan Legislasi/ Regulasi / Diluar Legislasi dan Regulasi Substansi Pokok Target Penyelesaian Sesuai Komitmen Awal (B3/B6/B9/B12) Status Perkembangan Penyelesaian Kendala Penyelesaian dan Upaya Penyelesaian Percepatan Usulan Tindak Lanjut RPM ESDM tentang Rekomendasi Penggunaan Tenaga Kerja Asing RPM ESDM tentang Tata Cara Penyediaan Lampu Tenaga Surya Hemat Energi Bagi Masyarakat Yang Belum Mendapatkan Akses Listrik Usulan Baru Pemberian rekomendasi untuk penggunaan TKA dan kewajiban pengembangan TKI pada kegiatan usaha Panas Bumi. - Perencanaan Wilayah, Pemasangan, Pengadaan, dan Pendistribusian LTSHE - Spesifikasi Teknis LTSHE - Penyerahan Aset LTSHE - Pembinaan dan Pengawasan B12 Usulan Baru (telah disetujui dengan Surat Sekjen KESDM Nomor 1738/06/ SJN.H/ tanggal 24 Februari ) RPM ESDM dimaksud sudah disampaikan kepada Menteri ESDM melalui Nota Dinas Dirjen EBTKE Nomor 205/06/ DJE/ tanggal 31 Mei Selesai ditetapkan dengan Peraturan Menteri Nomor 33 Tahun - Adanya disposisi Menteri bahwa sesuai dengan arahan Presiden tidak boleh ada Peraturan Menteri lagi sementara ini. - Ditjen EBTKE telah koordinasi dengan Biro Hukum KESDM bahwa tetap dilakukan pembahasan dan penyelesaian sampai dengan siap di tanda tangan oleh Menteri. Tetap masuk program regulasi Tahun - RPM ESDM tentang Penawaran Wilayah Kerja Panas Bumi, Penugasan Pengusahaan Panas Bumi dan Penerbitan Izin Panas Bumi RPM tentang Pemnbelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu oleh PT PLN (Persero) Usulan Baru - Tata cara penyampaian dokumen penawaran, evaluasi dokumen penawaran, sanggahan, penunjukan langsung, Pelelangan Wilayah Kerja yang ditetapkan berdasarkan hasil PSPE, persyaratan pendaftaran, Komitmen Eksplorasi, jaminan lelang, pemberian IPB, dan penugasan pengusahaan Panas Bumi - Tata cara pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan PSP atau PSPE Pengaturan mengenai pembelian tenaga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Bayu oleh PT PLN (Persero) Usulan Baru (telah disetujui dengan Surat Sekjen KESDM Nomor 4383/06/ SJN.H/ tanggal 31 Mei ) B06 Proses Finalisasi / Harmonisasi dibawah koordinasi Biro Hukum KESDM Diusulkan untuk dihapus dari Prolegnas melalui Surat Dirjen EBTKE Nomor 2039/06.10/ DJE/ tanggal 26 April. Telah dilakukan pembahasan terakhir tanggal 7 Juli di bawah koordinasi Biro Hukum Telah disetujui untuk dikeluarkan/ dihapus dari Prioritas Penyusunan Legislasi dan Regulasi melalui surat Sekjen KESDM kepada Dirjen EBTKE Nomor 4383/06/ SJN.H/ tanggal 31 Mei Tetap masuk program regulasi Tahun dikeluarkan dari program regulasi Tahun

32 56 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 57 No Judul Rancangan Legislasi/ Regulasi RPM tentang Transaksi Kredit Energi Listrik Dari Sistem Fotovoltaik Rooftop oleh PT PLN (Persero) / Diluar Legislasi dan Regulasi Substansi Pokok Pengaturan mengenai Transaksi Kredit Energi Listrik Dari Sistem Fotovoltaik Rooftop oleh PT PLN (Persero) Target Penyelesaian Sesuai Komitmen Awal (B3/B6/B9/B12) B06 Status Perkembangan Penyelesaian Diusulkan untuk dihapus dari Prolegnas melalui Surat Dirjen EBTKE Nomor 2039/06.10/ DJE/ tanggal 26 April. Kendala Penyelesaian dan Upaya Penyelesaian Percepatan Telah disetujui untuk dikeluarkan/ dihapus dari Prioritas Penyusunan Legislasi dan Regulasi melalui surat Sekjen KESDM kepada Dirjen EBTKE Nomor 4383/06/ SJN.H/ tanggal 31 Mei Usulan Tindak Lanjut dikeluarkan dari program regulasi Tahun. B. REALISASI ANGGARAN No Eselon I Pagu Revisi IV Blokir Sampai dengan Triwulan II TA Direktorat Jenderal EBTKE total realisasi anggaran berdasarkan SPM yang telah terbit adalah sebesar Rp atau sebesar 14,74% dari total anggaran di tahun yaitu sebesar Rp Untuk rincian realisasi dapat dilihat melalui tabel di bawah ini: Tabel 3.14 Realisasi TA per Direktorat Pagu Setelah Blokir SPM Triwulan II (22 Juni ) SP2D Rp % Rp % Sisa Pagu Rp % = =6/3 8 9=8/3 10=3-8 11=10/3 1 Direktorat Bio Energi (4032) , , ,10 2 Direktorat Aneka EBT (4033) , , ,50 RPM tentang Harga Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung Mengatur mengenai harga panas bumi (feed in tarif) B12 Diusulkan untuk dihapus dari Prolegnas melalui Surat Dirjen EBTKE Nomor 2039/06.10/ DJE/ tanggal 26 April. Telah disetujui untuk dikeluarkan/ dihapus dari Prioritas Penyusunan Legislasi dan Regulasi melalui surat Sekjen KESDM kepada Dirjen EBTKE Nomor 4383/06/ SJN.H/ tanggal 31 Mei dikeluarkan dari program regulasi Tahun 3 Direktorat Konservasi Energi (4034) Direktorat Panas Bumi (4035) Sekretariat Ditjen (4036) , , ,02 38, , ,32 37, , ,98 6 Direktorat Renbang Infrastruktur , , ,70 DITJEN EBTKE , , ,86 Tabel 3.15 Realisasi TA per Jenis Belanja RPM tentang Pembelian Tenaga Listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Bahan Bakar Nabati (CPO) Pengaturan mengenai pembelian tenaga listrik dari Pembangkit Listrik berbasis Bahan Bakar Nabati (CPO) oleh PT PLN (Persero). B12 Diusulkan untuk dihapus dari Prolegnas melalui Surat Dirjen EBTKE Nomor 2039/06.10/ DJE/ tanggal 26 April Telah disetujui untuk dikeluarkan/ dihapus dari Prioritas Penyusunan Legislasi dan Regulasi melalui surat Sekjen KESDM kepada Dirjen EBTKE Nomor 4383/06/ SJN.H/ tanggal 31 Mei dikeluarkan dari program regulasi Tahun Triwulan II (22 Juni ) Sisa Pagu Kode Jenis Belanja Pagu Revisi IV Blokir Pagu Setelah Blokir SPM SP2D Rp % Rp % Rp % = =6/3 8 9=8/3 10=3-8 11=10/3 51 Belanja Pegawai , , ,00 57,12 52 Belanja Barang , , ,00 86,84 53 Belanja Modal , , ,00 77,43 DITJEN EBTKE , , ,86

33 58 Sampai dengan bulan Juni Ditjen EBTKE merencanakan realisasi keuangan sebesar 18,51% dari total anggaran Tahun, sedangkan realisasi sampai dengan Juni adalah sebesar 14,74%, sampai dengan akhir tahun Ditjen EBTKE merencanaka realisasi anggaran sebesar 95,04%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui Gambar Laporan Kinerja semester 1 Tahun Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi BAB IV PENUTUP Dari total anggaran DJ EBTKE sebesar Rp telah terealisasi sebesar Rp (14,74%) 40 14, Keu (%) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des RENC 0,30 2,00 3,86 8,19 12,27 18,51 23,33 30,11 37,49 49,90 68,76 95,04 REAL 0,30 1,99 3,86 7,87 11,66 14,74 Real , Real Gambar 3.1 S-Curve dan Rencana Realisasi Anggaran Tahun Ditjen EBTKE

34 60 BAB IV PENUTUP Pengarusutamaan EBTKE senantiasa menjadi prioritas kami dengan melibatkan seluruh pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) dan para pemangku kepentingan bidang EBTKE pada setiap pelaksanaan program dan kegiatan. Pencapaian tahun 2016 adalah kerja keras seluruh pihak dengan dukungan penuh dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai salah satu upaya kita untuk mewujudkan Nawa Cita. Situasi umum ekonomi Indonesia akan stabil dan membaik. Trend global untuk mendorong pemanfaatan EBTKE akan semakin kuat. Paris Agreement dan NDC yang telah Indonesia sampaikan kepada UNFCC menjadi salah satu pendorong bahwa EBTKE adalah mainstream. EBTKE juga berperan untuk percepatan penyediaan akses masyarakat terhadap energi modern, listrik dan bahan bakar. Arahan Presiden dan Menteri ESDM agar segera membebaskan masyarakat dari kegelapan sedang ditindaklanjuti dengan program PLTSHE. Arahan tersebut sedang kami tindaklanjuti dengan mengevaluasi kebijakan FIT sehingga penyediaan listrik dari EBT bisa optimal dan efisien dengan tetap memperbaiki iklim investasi. Hal ini merupakan salah satu kerja keras kita untuk mewujudkan Nawa Cita. Nawa Cita adalah cita-cita yang telah disusun Presiden dan Wakil Presiden dan mendorong kita untuk melakukan pembangunan dan pengembangan di bidang EBT dan KE di seluruh wilayah Indonesia mulai ujung barat hingga ujung timur. Pemerataan akses energi bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan keamanan energi serta akses energi yang terjangkau dan berkelanjutan bagi rakyat Indonesia, khususnya masyarakat miskin dan daerah-daerah di Indonesia yang susah ditempuh untuk pembangunan energi. Dengan meningkatkan profesionalisme aparatur pegawai, diharapkan dapat mewujudkan program akses energi ke seluruh masyarakat Indonesia dari sektor EBTKE. Dengan semangat Nawa Cita tersebut, kita harus melakukan berbagai upaya untuk mendorong tercapainya targettarget pemerintah di bidang EBTKE. 61

35 62

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan Direktorat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : PRESIDEN RUPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya energi merupakan kekayaan alam sebagaimana

Lebih terperinci

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN Maritje Hutapea Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan

Lebih terperinci

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Diskusi Panel National Integration of the Centre of Excellence Jakarta, 8 Oktober 2015 1 Daftar Isi 1. Membangun Kedaulatan

Lebih terperinci

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73

Lebih terperinci

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL Konferensi Informasi Pengawasan Oleh : Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 12

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EBTKE UNTUK MEMENUHI TARGET KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Direktur Jenderal EBTKE Rida Mulyana Panel Discussion Time To Act : Accelerate The Implementation Of Renewable

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU, Menimbang : a. bahwa sumber daya energi merupakan

Lebih terperinci

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL Oleh: Kardaya Warnika Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi

Lebih terperinci

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI MENUJU KEDAULATAN ENERGI DR. A. SONNY KERAF KOMISI VII DPR RI SEMINAR RENEWABLE ENERGY & SUSTAINABLE DEVELOPMENT IN INDONESIA : PAST EXPERIENCE FUTURE CHALLENGES JAKARTA, 19-20 JANUARI 2009 OUTLINE PRESENTASI

Lebih terperinci

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI Oleh : Kunaefi, ST, MSE

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu

2017, No pemanfaatan energi baru dan energi terbarukan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.754, 2017 KEMEN-ESDM. Kegiatan Fisik Pemanfaatan EBTKE. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Dialog Energi Tahun 2017 Jakarta, 2 Maret 2017 1 Outline paparan I. Potensi

Lebih terperinci

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia Direktorat t Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral STRATEGI DAN PROGRAM KERJA UNTUK MENINGKATKAN AKSES ENERGI DI PERDESAAN DAN PERKOTAAN Oleh:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 300) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Dan Misi Dinas Energi Dan Sumber Daya Mineral VISI Memasuki era pembangunan lima tahun ketiga, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2014 SUMBER DAYA ENERGI. Nasional. Energi. Kebijakan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5609) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM REPUBLIK INDONESIA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM Bahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Pada Acara Mandiri Investment Forum (MIF) 2015- Infrastructure: Executing The Plan KEMENTERIAN ENERGI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sosialisasi Program ICCTF 2010-2011 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN OLEH : AGUNG PRASETYO

DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN OLEH : AGUNG PRASETYO KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI DIREKTORAT ANEKA ENERGI BARU DAN ENERGI TERBARUKAN OLEH : AGUNG PRASETYO

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa peranan energi sangat

Lebih terperinci

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral

Informasi Berkala Sekretariat Jenderal Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral 1. Biro Kepegawaian Dan Organisasi Sekretariat Jenderal 1.1. Formasi CPNS KESDM yang telah ditetapkan 1.2. Penerimaan CPNS 1.3. Pengangkatan CPNS 1.4. Penempatan CPNS 1.5. Pelantikan Pejabat Struktural

Lebih terperinci

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini. BAB 6 P E N U T U P L sebelumnya. aporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2011 merupakan media perwujudan akuntabilitas terhadap keberhasilan

Lebih terperinci

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi No.1812, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Penyediaan Tenaga Listrik Skala Kecil. Percepatan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin keamanan pasokan

Lebih terperinci

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan Focus Group Discussion Pendanaan Energi Berkelanjutan Di Indonesia Jakarta, 20 Juni 2013 Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian

Lebih terperinci

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI LOKAKARYA LPPM-ITB Bandung, 25 Februari 2011 YULI SETYO INDARTONO Dr Eng. Dr. AISYAH KUSUMA AGENDA 1. PENDAHULUAN 2. LANGKAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL 3. ARAH KEBIJAKAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4 i DAFTAR ISI Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 18 Tahun 2010 Tanggal : 22 November 2010 Tentang : Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral BAB I : KEDUDUKAN,

Lebih terperinci

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014 Disampaikan oleh: Dwi Hary Soeryadi Anggota Dewan Energi Nasional BANJARMASIN, 8 SEPTEMBER 2015 STRUKTUR ORGANISASI DEWAN ENERGI NASIONAL PIMPINAN Ketua

Lebih terperinci

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU

KEBIJAKAN & RPP DI KEBIJAKAN & RPP BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN BARU KEBIJAKAN & RPP DI BIDANG ENERGI BARU TERBARUKAN Oleh: Direktur Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Direktorat Jenderal Listrik ik dan Pemanfaatan Energi - DESDM Disampaikan pada: Workshop Peran

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, energi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan

Lebih terperinci

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

PROGRAM KONSERVASI ENERGI PROGRAM KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada: Lokakarya Konservasi Energi DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Bandung,

Lebih terperinci

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Disampaikan pada Pekan Pertambangan Jakarta, 26 September 2017 1 #EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan

Lebih terperinci

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und No.1589, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Harga. Pemanfaatan. Penetapan Lokasi. Tata Cara. Ketentuan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom No. 316, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Gas Bumi. Alokasi, Pemanfaatan dan Harga. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

Workshop Low Carbon City

Workshop Low Carbon City DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Disampaikan pada : Workshop Low Carbon City oleh : Luluk Sumiarso Direktur

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb No.112, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Dana. Alokasi Khusus. Energi Skala Kecil. Penggunaan. Tahun Anggaran 2016. Juknis PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Kebijakan Manajemen Energi Listrik Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta giriwiyono@uny.ac.id KONDISI ENERGI SAAT INI.. Potensi konservasi

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Dasar Hukum RUEN UU No. 30/2007 Energi UU No.22/2001 Minyak dan Gas Bumi UU No.30/2009 Ketenagalistrikan PP No. 79/2014 Kebijakan Energi Nasional Perbaikan bauran

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH PERBATASAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN, DAN KONSERVASI ENERGI ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN ELEKTRIFIKASI DI DAERAH

Lebih terperinci

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI Disampaikan pada Indonesia Energy Roadmap 2017-2025 Jakarta, 25 Januari 2017 1 1 Daftar Isi I.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA

IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA IDENTIFIKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ENERGI GEOTERMAL DI INDONESIA Aan Zainal M 1), Udisubakti Ciptomulyono 2) dan I K Gunarta 3) 1) Program Studi Magister Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja

Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Selanjutnya indikator-indikator dan target kinerja dari setiap sasaran strategis tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3.1. Indikator Sasaran dan Target Kinerja Sasaran Indikator Target 2011 1. Meningkatnya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi Dr. Ir. Surya Darma, MBA

Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi Dr. Ir. Surya Darma, MBA ` Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi Dr. Ir. Surya Darma, MBA Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia Trend ET dunia dan pembelajaran untuk Indonesia Mengapa

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010 Pertemuan Tahunan Pengelolaan Energi Nasional merupakan kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Pusat Data dan Informasi Energi dan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Pengantar Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara merupakan pelaksana kebijakan Domestic Market Obligation (DMO). Dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI J. PURWONO Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Disampaikan pada: Pertemuan Nasional Forum

Lebih terperinci

Menimbang : a. bahwa partisipasi pemerintah dalam penyediaan dan

Menimbang : a. bahwa partisipasi pemerintah dalam penyediaan dan MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN FISIK PEMANFAATAN ENERGI BARU

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan

Lebih terperinci

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI

EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA EFISIENSI ENERGI DI SEKTOR TRANSPORTASI oleh : Maryam Ayuni Direktorat Disampaikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERTAMBANGAN, ENERGI DAN PERTANAHAN KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2014 KEMEN ESDM. Dana Alokasi Khusus. Perdesaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN Jakarta, 12 Mei 2015 1 OUTLINE A. DASAR HUKUM B. PEMBAGIAN KEWENANGAN DALAM PENGELOLAAN NEGARA C. SIKLUS PENYUSUNAN

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah

EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA. Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah EFEKTIVITAS KEBIJAKAN FIT (FEED IN TARIFF) ENERGI BARU DAN TERBARUKAN DI INDONESIA Nanda Avianto Wicaksono dan Arfie Ikhsan Firmansyah Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi

Lebih terperinci

Sub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

Sub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Sub Sektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Jakarta, 05 Agustus

Lebih terperinci

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Pemerintah Provinsi Jawa Tengah Penerima Penghargaan Energi Prabawa Tahun 2011 S A R I Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI Organisasi Inspektorat Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) diatur dalam Peraturan Menteri ESDM Nomor 0030 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis. No.351, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun 2015. Penggunaan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,

Lebih terperinci

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon ARAH DAN SASARAN PEMBINAAN PENGELOLAAN APBN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global Benyamin Lakitan Kementerian Negara Riset dan Teknologi Rakorda MUI Lampung & Jawa Jakarta, 22 Juli 2008 Isu Global [dan Nasional] Krisis Pangan Krisis Energi

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia bukanlah negara pengekspor besar untuk minyak bumi. Cadangan dan produksi minyak bumi Indonesia tidak besar, apalagi bila dibagi dengan jumlah penduduk. Rasio

Lebih terperinci

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Oleh: Drs. Sudjoko Harsono Adi, M.M. Direktur Bioenergi Disampaikan pada: Seminar Ilmiah dan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI Andriani Rahayu 1 dan Maria Sri Pangestuti 2 1 Sekretariat Badan Litbang ESDM 2 Indonesian Institute for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tanggal 7 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kelayakan..., Arde NugrohoKristianto, FE UI, Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber energi listrik mengalami peningkatan inovasi di setiap tahunnya khususnya di bidang sumber energi terbarukan, hal ini dikarenakan jumlah penelitian, dan permintaan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA A. RPJMD PROVINSI JAWA TENGAH Sebagai upaya mewujudkan suatu dokumen perencanaan pembangunan sebagai satu kesatuan yang utuh dengan sistem perencanaan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

Membangun Kedaulatan Energi Nasional

Membangun Kedaulatan Energi Nasional KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA Membangun Kedaulatan Energi Nasional Disampaikan oleh Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama pada Pra-Musrenbangnas 2015 Jakarta, 16 April

Lebih terperinci

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK OLEH : SATYA W YUDHA Anggota komisi VII DPR RI LANDASAN PEMIKIRAN REVISI UU MIGAS Landasan filosofis: Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

INDIKATOR KINERJA UTAMA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 5 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN INDIKATOR KINERJA UTAMA 1. Nama Organisasi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.

Lebih terperinci

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep No.149, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN. Badan Pengelola. Penurunan. Emisi Gas Rumah Kaca. Kelembagaan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PENGELOLA PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI, DEGRADASI HUTAN DAN LAHAN GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci