KATA PENGANTAR. Semarang, November 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V. Ttd. Sutikno Direktur Eksekutif

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Semarang, November 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V. Ttd. Sutikno Direktur Eksekutif"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III 24 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah, khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Semarang, November 24 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH V Ttd Sutikno Direktur Eksekutif I

3

4 Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Grafik Daftar Suplemen Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Jawa Tengah Ringkasan Umum BAB I Perkembangan Ekonomi Makro Regional.. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral BAB II Perkembangan Inflasi Jawa Tengah 2.. Inflasi Secara Umum 2.2. Inflasi Berdasarkan Kelompok Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar Kelompok Lainnya 2.3. Disagregasi Inflasi Kelompok Volatile Foods Kelompok Administered Prices Kelompok Inti 2.4. Inflasi Kota Kota di Provinsi Jawa Tengah BAB III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.. Kondisi Umum Perbankan Jawa Tengah 3.2. Perkembangan Bank Umum Perkembangan Jaringan Kantor Bank Perkembangan Penghimpunan DPK Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum i iii v vii xi xiii DAFTAR ISI iii

5 Daftar Isi 3.3. Perkembangan Perbankan Syariah 3.4. Perkembangan Kredit UMKM 3.5. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) 3.6. Perkembangan Perkasan BAB IV Perkembangan Keuangan Daerah 4.. Realisasi APBD Triwulan III Perbandingan Realisasi APBD Triwulan III 24 dan Triwulan III 23 BAB V Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.. Ketenagakerjaan 5.2. Pengangguran 5.3. Nilai Tukar Petani 5.4. Tingkat Kemiskinan BAB VI Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6.. Pertumbuhan Ekonomi 6... Sisi Penggunaan Sisi Sektoral 6.2. Inflasi Perkiraan Inflasi Triwulan IV Inflasi Oktober Inflasi iv DAFTAR ISI

6 Daftar Tabel Tabel.. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) 7 Tabel.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) Tabel.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) Tabel 2.. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan di Jawa Tengah Tabel 2.2. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw I - Kelompok Bahan Makanan Tabel 3.. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah Tabel 4.. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 24 (Rp Miliar) Tabel 4.2. Perbandingan % Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 23 dan Triwulan III 24 Tabel 5.. Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang) Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 23- Agustus 24 (juta orang) 58 Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Agustus 23- Agustus 24 (juta orang) Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang) Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Agustus 23- Agustus 24 (juta orang) Tabel 5.6. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2 Maret 24 (Rupiah) 6 62 Tabel 6.. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan IV 24 (%) Tabel 6.2. Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Jawa Tengah (%) DAFTAR TABEL v

7

8 Daftar Grafik Grafik.. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah Grafik.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi Vs Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.4. Survei Tendensi Konsumen Grafik.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah dan Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah Grafik.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah Grafik.8. Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal Vs PMTDB Grafik.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah Grafik.. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah Grafik.. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah Grafik.3. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Grafik.4. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan III 24 Grafik.5. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Grafik.6. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah Grafik.7. Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah Triwulan III Grafik.8. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal Grafik.9. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan III Tahun 24 (%) Grafik.2. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah Grafik.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah Grafik.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah Grafik.24. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah Grafik.25. Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah Grafik.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Grafik.27. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Grafik.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah Grafik.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah Grafik.3. Perkembangan Penjualan Listrik di Jabagteng DAFTAR GRAFIK vii

9 Daftar Grafik Grafik.3. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jabagteng Grafik.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha Grafik.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran Grafik.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah Grafik.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah Grafik 2.. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah Grafik 2.4. Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah Grafik 2.5. Perkembangan Harga Emas Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.7. Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan III Grafik 2.. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.. Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Bulanan Minyak Goreng dan Perkembangan Harga CPO Grafik 2.4. Perkembangan Inflasi Bulanan Bawang Merah Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Bulanan Cabe Merah Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Administered Prices Triwulan III Grafik 2.7. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Administered Prices Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Bulanan Tarif Listrik Grafik 2.9. Inflasi Bulan September Bahan Bakar Rumah Tangga di 6 Kota di Jawa Tengah Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan III Grafik 2.2. Perkembangan Output Gap dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Grafik Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded Grafik Perkembangan Harga Komoditas Internasional Grafik Inflasi Tahunan Triwulan III 24 Grafik Perkembangan Inflasi Tahunan di 6 Kota di Jawa Tengah Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di 6 kota di Jawa Tengah viii DAFTAR GRAFIK

10 Daftar Grafik Grafik Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar di 6 Kota di Jawa Tengah Grafik 3.. Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.2. Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.4. Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.7. Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.8. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.9. Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.. Komposisi Kredit Perbankan Berdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.2. Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.3. Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.4. Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.5. Perkembangan Risiko Kredit Berdasarkan Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.6. Perkembangan Kredit kepada UMKM Grafik 3.7. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Grafik 3.8. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasarkan Sektor Grafik 3.9. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasarkan Sektor Grafik 3.2. Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasarkan Penggunaan Grafik 3.2. Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasarkan Penggunaan Grafik Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring Harian di Jawa Tengah Grafik Perkembangan Rata-Rata Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Harian Provinsi Jawa Tengah Grafik Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah Grafik Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah Grafik Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah Grafik Perkembangan Penarikan Uang Lusuh Grafik Grafik Perkembangan Temuan Uang Palsu DAFTAR GRAFIK ix

11 Daftar Grafik Grafik 4.. Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 24 Grafik 4.2. Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III Grafik 4.3. Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 23 dan Triwulan III Grafik 4.4. Perbandingan Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 23 dan Triwulan III 24 Grafik 5.. TPAK Kabupaten di Jawa Tengah Grafik 5.2. TPAK Kota di Jawa Tengah Grafik 5.3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini Grafik 5.4. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang Grafik 5.5. TPT Kabupaten di Jawa Tengah Grafik 5.6. TPT Kota di Jawa Tengah Grafik 5.7. NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya Grafik 5.8. NTP Subsektor di Jawa Tengah Grafik 5.9. Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah Grafik 5.. Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah Grafik 5.. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2-24 (ribuan orang) Grafik 6.. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Grafik 6.2. Perkiraan Kegiatan Dunia Usaha Grafik 6.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen Mendatang Grafik 6.4. Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Tahunan jawa Tengah Grafik 6.6. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen x DAFTAR GRAFIK

12 Daftar Suplemen Suplemen. Perkembangan Investasi Daerah Suplemen 2. Upaya Antisipasi Dampak Penyesuaian Harga BBM Bersubsidi di Jawa Tengah Suplemen 3. Upah dan Kesejahteraan Masyarakat DAFTAR SUPLEMEN xi

13

14 TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAWA TENGAH A. PDRB & Inflasi INDIKATOR Ekonomi Makro Regional *) Produk Domestik Regional Bruto (%,yoy) Berdasarkan Sektor - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas & Air Bersih - Bangunan - Perdagangan - Pengangkutan Dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha - Jasa - Jasa Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Swasta Nirlaba - Konsumsi Pemerintah - Investasi - Eksport - Import Eksport - Nilai Eksport Non Migas (USD Juta) - Volume Eksport Non Migas (Ribu Ton) Import - Nilai Import Non Migas (USD Juta) - Volume Import Non Migas (Ribu Ton) Indeks Harga Konsumen Provinsi Jawa Tengah Kota Purwokerto Kota Surakarta Kota Semarang Kota Tegal Kota Kudus Kota Cilacap Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) Provinsi Jawa Tengah Kota Purwokerto Kota Surakarta Kota Semarang Kota Tegal Kota Kudus Kota Cilacap III IV I II ,23 5, , ,458, ,29 3,9 5,79 3, , , ,47 838,468, III ,35 7,378, IV ,494 75, ,658 3,44 5,554 4, I ,5 74, II ,64 68,57, III ,45 696, *Mulai tahun 24 perhitungan IHK menggunakan SBH 22 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA TENGAH xiii

15 B. Perbankan dan Sistem Pembayaran INDIKATOR Perbankan **) Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) - Giro - Tabungan - Deposito Kredit (Rp Triliun) - Modal Kerja - Konsumsi - Investasi Kredit UMKM (Rp Triliun) -Modal Kerja -Investasi Loan To Deposit Ratio (%) NPL Gross (%) III IV I II III IV 4,49 45,25 45,25 46,36 52, 62,83 67,39 23,6 22,28 22,28 24,98 24,84 28,86 23,73 72, 79,48 79,48 76,4 78,5 82,9 9,6 45,77 43,5 43,5 45,24 49,3 5,7 53,7 4,5 5,98 5,98 53,32 6,57 68,96 76,6 75,89 8,77 8,77 8,85 83,97 87,54 92,35 7,43 9,8 9,8 9,98 22,85 24,26 25,6 47,7 5,3 5,3 52,49 54,75 57,7 58,66 4,98 44,63 44,63 46,8 5,2 5,4 52,96 7,49 7,97 7,97 8,5,78,9,76 99,3 3,95 3,95 4,76 6,29 3,77 5,5 2,59 2,2 2,2 2,38 2,46 2,42 2, ,39 23,73 9,6 53,7 76,6 92,35 25,6 58,66 52,96,76 5,5 2,4 I 68,74 25,9 85,3 58,34 78,54 93,34 26,9 58,29 54,4,95 5,8 2,7 24 II 78,42 3,2 86,96 6,27 87,37 99,4 28,7 6,26 59,9 3,6 5,2 2,9 III 85,79 3,94 9,47 64,38 9,87 3,87 27,7 6,3 6,46 2,75 3,27 2,22 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) Transaksi Kliring - Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) - Rata-rata Harian Volume Transaksi (lembar) Transaksi Kas Titipan (Rp Triliun) - Outflow 9, 7,36 27,43 - Inflow 3,6,25 4,85 - Net Outflow 4,6 2,89 4,42 *Data Perbankan merupakan data bank umum yang ada di Jawa Tengah (Lokasi Bank Pelapor) ,7 4,8 9, ,67,22 2, ,7 9,53 5, ,2 2,65 3, ,2 58,2 2, ,27 5,47 9, ,5,59 3, ,7 2,3 4,86 xiv TABEL INDIKATOR EKONOMI JAWA TENGAH

16 RINGKASAN UMUM Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan III 24 menunjukkan perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, meskipun masih terbatas. Terbatasnya perbaikan ekonomi masih membayangi prospek ekonomi Jawa Tengah kedepan. Ekonomi pada triwulan IV 24 diperkirakan sedikit melambat. Dari sisi perkembangan harga, tren penurunan inflasi diperkirakan akan terus terjadi hingga akhir tahun.

17

18 Ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 24 menunjukkan perbaikan walaupun masih terbatas. Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tercatat sebesar 5,4% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 5,2% (yoy). Sementara itu, secara triwulanan perekonomian tumbuh sebesar,6% (qtq) meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (,3%,qtq). Dari sisi penggunaan, konsumsi terutama pemerintah dan rumah tangga mendorong perbaikan ekonomi daerah. Konsumsi pemerintah meningkat tajam,yaitu dari,8% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Kondisi ini didorong oleh membaiknya realisasi belanja APBD. Sementara itu, konsumsi rumah tangga sedikit meningkat dari 5,% (yoy) menjadi 5,4% (yoy). Namun, peningkatan konsumsi ini belum didukung oleh fundamental yang cukup baik. Investasi tercatat masih melambat, sehingga kenaikan konsumsi masih direspon oleh peningkatan impor. Ekspor, khususnya ekspor luar negeri juga masih menunjukkan perlambatan sejalan dengan belum pulihnya perekonomian global. Dari sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan terjadi pada sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Peningkatan sektor industri terjadi baik di industri migas maupun nonmigas. Dari sisi nonmigas, pertumbuhan sektor ini didukung oleh industri tekstil dan industri makanan dan minuman. Di sisi lain, pada sektor PHR, perekonomian tumbuh cukup tinggi, terutama didukung oleh kinerja subsektor perdagangan besar dan subsektor restoran. Sektor utama ekonomi Jawa Tengah lainnya, yaitu sektor Pertanian mengalami penurunan, dari,3% (yoy) menjadi -2,27% (yoy) karena adanya penurunan produksi tanaman bahan makanan. Perkembangan harga yang tercermin pada indeks harga konsumen (IHK) menunjukkan penurunan. Penurunan inflasi tersebut terutama terkait dengan hilangnya dampak kenaikan BBM tahun 23. Kondisi tersebut mendorong turunnya inflasi administered prices. Sementara itu, dilihat dari kelompok komoditasnya inflasi tahunan pada sebagian besar kelompok tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi Jawa Tengah pada triwulan III 24, tercatat sebesar 5,%, menurun dibanding triwulan sebelumnya (7,26% yoy). Dengan perkembangan tersebut, inflasi Jawa Tengah sampai dengan triwulan III 24 mencapai 3,88% (ytd), jauh lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (7,7%). Inflasi ini juga lebih rendah dari rata-rata lima tahun terakhir. Berdasarkan disagregasi inflasi, penurunan inflasi terutama berasal dari faktor nonfundamental. Penurunan terdalam berasal dari kelompok administered prices yaitu dari 2,56% (yoy) menjadi 6,69% (yoy). Meski menurun namun masih relatif tinggi karena adanya kebijakan penyesuaian tarif listrik dan elpiji 2 kg. Kelompok volatile foods juga menurun dari 8,8% (yoy) menjadi 4,25% (yoy). Menurunnya inflasi kelompok ini terutama disumbang subkelompok daging dan minyak. Sementara kelompok bumbu-bumbuan yaitu cabe merah, inflasinya meningkat akibat menurunnya pasokan saat kemarau. Tekanan inflasi dari faktor fundamental yang tercermin pada inflasi inti juga menunjukkan adanya penurunan inflasi. Inflasi kelompok inti turun,dari 5,25% (yoy) pada triwulan II menjadi 4,7% (yoy) pada periode laporan. Turunnya tekanan inflasi inti terkait dengan minimalnya tekanan dari kesenjangan output. Kenaikan permintaan secara agregat masih dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran. Hal ini juga diikuti menurunnya ekspektasi inflasi serta minimalnya tekanan inflasi dari faktor eksternal. Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) relatif masih terjaga, seiring dengan terjaganya likuiditas perbankan. Hal tersebut ditunjukkan oleh keseimbangan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Hingga akhir triwulan III 24, pertumbuhan DPK sekitar 4% (yoy) dan kredit sekitar 3% (yoy). Keduanya tumbuh melambat dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu, kualitas penyaluran kredit yang ditunjukkan oleh gross nonperforming loans (NPL) jauh di bawah level 5% pada akhir triwulan III 24. Sementara itu, kegiatan sistem pembayaran, yaitu dalam bentuk kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) juga masih menunjukkan kinerja yang positif. Realisasi keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah menunjukkan realisasi yang cukup baik. Persentase realisasi pendapatan dan belanja pada periode laporan, merupakan yang tertinggi sepanjang tiga tahun terakhir. Tingginya realisasi pendapatan didorong oleh adanya kenaikan pendapatan asli daerah yang memiliki porsi besar dalam komponen pendapatan. Meski tergolong cukup tinggi, realisasi belanja pemerintah daerah masih perlu ditingkatkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. RINGKASAN UMUM 3

19 Sejalan dengan peningkatan perekonomian Jawa Tengah yang disertai menurunnya inflasi, kondisi kesejahteraan masyarakat relatif masih cukup baik. Jumlah pengangguran pada Agustus 24 mengalami penurunan dibanding posisi Agustus 23. Kesejahteraan petani juga membaik terlihat dari kenaikan Nilai Tukar Petani diikuti menurunnya inflasi di pedesaan. Terbatasnya perbaikan ekonomi di triwulan laporan masih membayangi prospek ekonomi Jawa Tengah kedepan. Perekonomian Jawa Tengah pada triwulan IV 24 diprakirakan tumbuh sedikit melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya menjadi 5,3% (yoy). Konsumsi diprediksi melambat sebagai akibat perlambatan konsumsi swasta nirlaba. Faktor penopang perekonomian terkait dengan potensi perbaikan ekspor manufaktur dan perbaikan investasi. Tekanan inflasi hingga akhir tahun diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian masih banyak tekanan yang dihadapi sampai dengan akhir tahun. Tekanan inflasi terbesar masih bersumber dari kelompok administered price seiring dilakukannya dengan penyesuaian TTL tahap ke-3, kenaikan tarif transportasi dan harga rokok di akhir tahun. Tibanya musim tanam pada awal November di tengah masih berlangsungnya musim kemarau, berpotensi menggeser musim tanam dan memberikan risiko kenaikan harga sejumlah kelompok volatile foods. Dari sisi inflasi inti, tekanan bersumber dari meningkatnya ekspektasi masyarakat menjelang penyesuaian harga BBM oleh pemerintah. Selain itu, risiko dari penyesuaian harga BBM bersubsidi juga harus masih dihadapi. Sementara itu, perkembangan harga diperkirakan masih dalam kisaran target nasional. Inflasi di triwulan IV diperkirakan akan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Kenaikan harga diperkirakan berasal dari kelompok administered prices didorong oleh penyesuaian harga tarif tenaga listrik dan elpiji 2 kg. Inflasi volatile foods juga akan memberikan tekanan pada inflasi karena dorongan berkurangnya pasokan dan faktor musiman natal dan tahun baru. Secara keseluruhan tahun 24, perekonomian Jawa Tengah tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun 23. Dari sisi domestik, investasi dan konsumsi pemerintah tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun 23. Demikian pula, ekspor luar negeri juga melambat sebagai dampak dari perlambatan ekonomi global. Di sisi lain, penurunan perekonomian tertahan oleh konsumsi yang masih tumbuh tinggi dan perdagangan antardaerah yang mengalami peningkatan. Dari sisi sektoral, sektor pertanian yang memiliki pangsa cukup besar menurun sangat dalam. Produktivitas sektor pertanian yang lebih rendah disebabkan oleh faktor cuaca, khususnya dengan terjadinya banjir di awal tahun. Adapun sektor yang menahan penurunan pertumbuhan ekonomi adalah sektor industri pengolahan, khususnya dari industri nonmigas. 4 RINGKASAN UMUM

20 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi triwulan III 24 mengalami perbaikan, didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Perbaikan pertumbuhan ekonomi didorong konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Sementara itu, investasi dan ekspor masih tumbuh melambat. Dari sisi sektoral, peningkatan pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor industri pengolahan menjadi pendorong perbaikan pertumbuhan ekonomi di triwulan III 24. Namun, peningkatan lebih jauh tertahan oleh perlambatan di sektor pertanian. 5

21

22 .. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 24 secara umum mengalami perbaikan walaupun masih terbatas. Ekonomi Jawa Tengah tumbuh meningkat dari 5,2% (yoy) menjadi 5,4% (yoy) pada triwulan III 24. Pertumbuhan ekonomi ini lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,% (yoy). Lebih lambatnya pertumbuhan ekonomi nasional dikarenakan tekanan dari perlambatan ekonomi provinsi lainnya, terutama yang memiliki basis sumber daya alam. Secara triwulanan, ekonomi Jawa Tengah di triwulan laporan tumbuh,5% (qtq), lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III 23 yang sebesar,3% (qtq). Namun secara historis, pertumbuhan triwulanan di periode laporan berada di bawah rata-rata lima tahun terakhir sebesar,9% (qtq). Perbaikan pertumbuhan ekonomi ini masih lebih banyak didorong oleh peningkatan konsumsi, terutama konsumsi pemerintah dan rumah tangga. Sementara itu, pertumbuhan ekspor dan investasi masih mengalami perlambatan. Perlambatan pertumbuhan ekspor terutama terjadi pada ekspor luar negeri. Dari sisi sektoral, kinerja sektor utama daerah, yaitu sektor industri pengolahan serta sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami perbaikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, sektor pertanian masih mengalami perlambatan..2. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel.. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa PDRB 22 I II III IV I* II* III** IV** * I** II** III** *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Tabel.2. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 menurut Penggunaan Tahun (%) PENGGUNAAN Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa PDRB I II III IV I* II* III** IV** I** II** III** *Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah. Perkembangan Ekonomi Jawa Tengah diambil dari Berita Resmi Statistik Pertumbuhan Ekonomi Jawa Tengah Triwulan III tahun 24 yang dikeluarkan BPS Provinsi Jawa Tengah. Apabila terdapat perbedaan angka pertumbuhan tahunan yang tertera pada BRS periode saat ini dengan perhitungan ADHK rilis periode ini dengan periode sebelumnya, yang menjadi acuan dalam penulisan KER adalah angka PDRB ADHK berdasarkan BRS pada saat periode laporan. Hal ini dimungkinkan mengingat besaran PDRB tahun 23 masih bersifat sementara. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 7

23 Konsumsi rumah tangga tumbuh tinggi pada triwulan ini. Konsumsi rumah tangga pada triwulan III 24 tumbuh sebesar 5,4% (yoy), meningkat dibanding triwulan sebelumnya 5,% (yoy). Cukup baiknya konsumsi rumah tangga tersebut tidak terlepas dari optimisme konsumen dalam memandang perekonomian. Pada Grafik.., terlihat bahwa indeks ketepatan waktu pembelian (indeks konsumsi) baik komoditas makanan, nonmakanan ataupun barang tahan lama berada dalam tren meningkat. Konsumen juga merasakan adanya kenaikan penghasilan rumah tangga yang meningkatkan daya beli karena rendahnya inflasi di triwulan laporan (Grafik.4). Selain itu, masih tingginya konsumsi rumah tangga diindikasikan pada penjualan listrik segmen rumah tangga di triwulan III 24 yang masih ada kenaikan meski laju triwulan sebelumnya (Grafik.2). Sementara itu, pertumbuhan kredit konsumsi mengalami perlambatan di triwulan III 24 (Grafik.3) diikuti pula oleh turunnya impor barang konsumsi dari luar negeri (Grafik.5). Sementara itu, pada lembaga swasta nirlaba, konsumsi mengalami perlambatan di triwulan III 24. Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba melambat dari 4,5% (yoy) menjadi 9,2% (yoy), walaupun masih dapat dikatakan tinggi. Rangkaian kegiatan terkait pemilihan umum yang memicu tingginya pertumbuhan di triwulan lalu sudah mereda sehingga konsumsi swasta nirlaba triwulan ini mengalami perlambatan. Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba secara triwulanan sebesar -3,5% (qtq). pertumbuhannya cenderung melambat dibanding Grafik.. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik.2. Perkembangan Penjualan Listrik Segmen Rumah Tangga di Jawa Tengah 5.2 Juta KwH PERSEN YOY 2, INDEKS OPTIMIS PESIMIS I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III, 8, 6, 4, 2,, -2, -4, -6, Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Tingkat Konsumsi Beberapa Komoditi Makanan Dan Bukan Makanan Penjualan Listrik Pertumbuhan Tahunan - skala kanan Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia dan BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : PT PLN Distribusi Jateng dan DIY Grafik.3. Pertumbuhan Tahunan Kredit Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.4. Survei Tendensi Konsumen 29 PERSEN YOY PERSEN YOY 7,5 25 INDEKS , , ,5 5 4 I II III IV I II III IV I II III IV I II III 4 III IV I II III IV I II III IV I II III Kredit Konsumsi PDRB Konsumsi - skala kanan Pendapatan RT kini Pengaruh Inflasi terhadap Tk Konsumsi Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 8 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

24 Grafik.5. Pertumbuhan Tahunan Impor Konsumsi dan Konsumsi PDRB Tahunan di Jawa Tengah Grafik.6. Pertumbuhan Giro Pemerintah dan Konsumsi Pemerintah di Jawa Tengah 3, PERSEN YOY PERSEN YOY 8, 5 PERSEN YOY PERSEN YOY 6 25, 2, 5, 7,5 7, 6, , 6, 6 5, - (5,) (,) PDRB Konsumsi - skala kanan 5,5 5, 4,5 4, - () (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Giro Sektor Pemerintah Konsumsi Pemda - skala kanan Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Konsumsi pemerintah mengalami pertumbuhan yang meningkat tajam di triwulan III 24. Konsumsi pemerintah tumbuh 5.3% (yoy), meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar,8% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ini tidak lepas dari realisasi belanja APBD Provinsi Jawa Tengah yang mencapai 64.22%, sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 57,6%. Realisasi belanja ini juga tercermin dari giro sektor pemerintah di perbankan yang menurun (Grafik.6). Turunnya jumlah giro menunjukkan meningkatnya transaksi belanja pemerintah di triwulan laporan. Investasi masih mengalami perlambatan. Pertumbuhan komponen investasi yang dicerminkan dari PMTB melambat dari 6,7% (yoy) di triwulan II menjadi 5,% (yoy). Perlambatan pada jenis investasi bangunan terlihat pada melambatnya pertumbuhan ekonomi di sektor bangunan. Pertumbuhan sektor bangunan melambat dari 5,5% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 4,3% (yoy) di triwulan III 24. Sementara itu, investasi nonbangunan juga terindikasi mengalami penurunan di triwulan laporan tercermin dari menurunnya volume impor barang modal (Grafik.8). Volume impor barang modal turun sebesar -57.5% (yoy) di triwulan laporan. Pertumbuhan negatif ini terkait melonjaknya impor di triwulan III 23. Secara triwulanan, pertumbuhan impor barang modal masih positif, sebesar 5,25% (qtq), sementara di triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 45,95% (qtq) yang juga menunjukkan adanya lonjakan impor di periode tersebut. Dari hasil Focus Group Discussion (FGD) dengan pelaku usaha di Jawa Tengah mengkonfirmasi bahwa kegiatan investasi dunia usaha yang dilakukan di tahun 24 tidak setinggi tahun sebelumnya. Kondisi tersebut juga diindikasikan oleh penyaluran kredit investasi yang juga tumbuh melambat di triwulan III 24 (Grafik.7). Sementara itu, realisasi penanaman modal juga menunjukkan penurunan kegiatan investasi di Jawa Tengah. Seiring dengan PMTB yang menunjukkan adanya perlambatan, pada realisasi penanaman modal pun terjadi penurunan realisasi investasi pada periode laporan. Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi baik dalam bentuk PMDN maupun PMA di triwulan laporan tercatat menurun dibanding triwulan sebelumnya. Namun, jumlah proyek dalam bentuk PMDN mengalami peningkatan. Realisasi PMDN tercatat sebanyak 42 proyek dengan nilai sebesar Rp2.535 miliar (Grafik.). Sementara itu penanaman modal asing (PMA) di triwulan III 24 tercatat sebanyak 66 proyek dengan nilai juta USD (Grafik.9). PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 9

25 Grafik.7. Perkembangan Penyaluran Kredit Investasi di Jawa Tengah Grafik.8. Perkembangan Pertumbuhan Impor Barang Modal dan PMTDB 6 PERSEN YOY PERSEN YOY 2 25 PERSEN PERSEN 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III ,, 9, 8, 7, 6, 5, Kredit Inv BU PMTB - skala kanan - Import barang Modal - yoy PMTDB - skala kanan Impor Barang Modal - qtq 4, Sumber : Bank Indonesia & BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Grafik.9. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Asing di Jawa Tengah Grafik.. Perkembangan Realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri di Jawa Tengah 2 JUMLAH PROYEK JUTA USD 3, 8 JUMLAH PROYEK TRILIUN RUPIAH , 2, ,, 5, I II III IV I II III IV I II III, I II III IV I II III IV I II III Proyek PMA Investasi PMA - skala kanan Proyek PMDN Investasi PMDN - skala kanan Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal, diolah Kondisi perdagangan dari dan ke Provinsi Jawa Tengah tidak lebih baik dari triwulan sebelumnya. Kegiatan ekspor melambat, sedangkan kegiatan impor meningkat. Kondisi ini menyebabkan perdagangan Jawa Tengah pada triwulan III 24 tercatat mengalami net ekspor yang lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Kegiatan perdagangan Jawa Tengah dengan luar negeri menjadi penyebab utama perlambatan ekspor. Ekspor pada triwulan III 24 cenderung stabil. Pertumbuhan ekspor pada triwulan III 24 tercatat 7.2% (yoy), stabil dibandingkan sebelumnya yang tumbuh 7,3% (yoy). Ekspor luar negeri tumbuh melambat. Namun, perlambatan lebih dalam tertahan oleh pertumbuhan ekspor antar daerah yang meningkat. BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

26 Grafik.. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Volume Ekspor Luar Negeri Provinsi Jawa Tengah.7 JUTA USD PERSEN 2,.4 RIBU TON PERSEN 5, ,, 5, , 5, (5,) 9 I II III IV I II III IV I II III (5,) I II III IV I II III IV I II III (,) NILAI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN VOLUME PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN Laju pertumbuhan nilai ekspor luar negeri nonmigas masih mengalami perlambatan. Di triwulan laporan, nilai ekspor luar negeri nonmigas tumbuh melambat dari 9,3% (yoy) di triwulan II 24 menjadi 7,48% (yoy) di triwulan laporan. Perlambatan ini didorong oleh komoditas barang-barang kayu yang melambat menjadi 4,48% (yoy) setelah tumbuh 7,72% (yoy) di triwulan sebelumnya. Sementara itu, komoditas-komoditas TPT tumbuh meningkat, terutama di komoditas serat tekstil. Dilihat dari negara tujuannya, perlambatan pertumbuhan ekspor terutama terjadi untuk ekspor ke Tiongkok. Ekspor dengan tujuan Tiongkok Grafik.3. Perkembangan Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan pada triwulan laporan mengalami penurunan. Penurunan tersebut diindikasikan karena penurunan permintaan sejalan dengan melambatnya ekonomi negara tersebut. Sementara itu, laju pertumbuhan ekspor ke negara-negara utama lainnya seperti Amerika Serikat masih meningkat sejalan dengan membaiknya kondisi ekonomi negara tersebut. Sementara itu, di kawasan Eropa, pertumbuhan ekspor ke beberapa negara seperti Belgia dan Perancis meningkat, sedangkan ekspor ke Inggris dan Jerman menurun. Grafik.4. Pangsa Ekspor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan III Juta USD I II III IV I II III IV I II III Lainnya Italia Belgia Jerman Perancis Belanda UK Tiongkok Jepang ASEAN 7% ASEAN 38% LAINNYA 9% JEPANG USA 23% 2% BELANDA % 4% JERMAN TIONGKOK 2% 2% UK 2% % PERANCIS PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I

27 Grafik.5. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Grafik.6. Perkembangan Volume Impor Provinsi Jawa Tengah JUTA USD PERSEN I II III IV I II III IV I II III 35, 3, 25, 2, 5,, 5,, -5, -, RIBU TON PERSEN I II III IV I II III IV I II III Nilai Pertumbuhan tahunan - skala kanan Volume Pertumbuhan tahunan - skala kanan Pertumbuhan impor pada triwulan III 24 meningkat. Pada triwulan ini impor Jawa Tengah tumbuh sebesar 3.% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar.3% (yoy). Peningkatan terjadi baik pada impor luar negeri maupun impor antar daerah. Pertumbuhan impor luar negeri didorong oleh perbaikan impor migas. Berdasarkan data BPS, impor migas mengalami perbaikan, dari -7,% (yoy) di triwulan II 24, menjadi,59% (yoy) di triwulan laporan. Berlawanan dengan itu, impor komoditas nonmigas mengalami perlambatan. Berdasar SITC (Standard International Trade Classification) 2 digit, impor luar negeri nonmigas di triwulan ini tumbuh sebesar 5,36%, masih melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 6.9% (yoy). Berdasarkan kelompoknya, penurunan volume impor terjadi di kelompok barang modal dan barang konsumsi. Volume impor barang modal tumbuh negatif sebesar -57,5% (yoy) setelah sebelumnya tercatat tumbuh sebesar -,7% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan melambatnya investasi daerah. Impor barang konsumsi juga turun dari -35,73% (yoy) di triwulan lalu, menjadi -42,24% (yoy) di triwulan ini. Berdasarkan SITC (Standard International Trade Classification) 2 digit, komoditas barang modal yang menurun cukup dalam adalah dari kelompok mesin listrik, aparat dan alat-alatnya, kelompok mesin industri khusus, serta kelompok mesin industri dan perlengkapannya. Berdasarkan negara asal, penurunan laju impor terutama untuk komoditas dari negara Eropa dan Tiongkok (Grafik.8). Laju pertumbuhan nilai impor komoditas dari kawasan Eropa melambat dari 98,% (yoy) menjadi 5,88% (yoy). Impor dari Tiongkok melambat sebesar dari 65,76% (yoy) menjadi 5,73% (yoy). Grafik.7. Pangsa Negara Asal Impor Jawa Tengah Triwulan III Grafik.8. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Jawa Tengah Berdasarkan Negara Asal TIONGKOK LAINNYA AUSTRALIA EROPA ASEAN USA 46% 22% 9% 8% 8% 7%.8,.6,.4,.2,., 8, Juta USD Lainnya Tiongkok Australia 6, ASEAN 4, Eropa 2, USA - I II III IV I II III IV I II III BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

28 .3. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Dari sisi sektoral, perbaikan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah pada triwulan III 24 terutama disumbang oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta sektor industri pengolahan. Sektor PHR tumbuh sebesar 8,% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,7% (yoy). Sejalan dengan itu, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 7,2% (yoy), juga meningkat dibandingkan dengan triwulan lalu yang sebesar 6,% (yoy). Namun, perbaikan lebih lanjut tertahan oleh kinerja sektor pertanian yang mengalami penurunan sebesar -2,3% (yoy). Dilihat dari struktur ekonomi Jawa Tengah, output pada triwulan III 24 masih didominasi oleh tiga sektor utama, yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR), serta sektor pertanian (Grafik.9). Struktur ekonomi Jawa Tengah belum banyak berubah dari tiga sektor utama tersebut. Namun di triwulan laporan, sektor pertanian tidak memberikan sumbangan pada pertumbuhan ekonomi daerah. Grafik.9. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Jawa Tengah Triwulan III Tahun 24 (%) - Sumber, 33, Pangsa Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Jasa-jasa Keuangan, Persewaan & Jasa Persh. Pengangkutan Dan Komunikasi Perdagangan, Hotel & Restoran Konstruksi Listrik, Gas Dan Air Bersih Industri Pengolahan Pertambangan Dan Penggalian Pertanian Tabel.3. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Bersih Bangunan Perdagangan,hotel & Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Js. Pers Jasa-jasa PDRB I,5 8,7 7, 6,2 7, 8, 8,6 7,8 9,4 6,5 22 II III IV,8 3,9 9,3 7,7 8,7 4,5 5,8 5,6 3,5 5,2 5,5 8,5 7,6 7,9 5,4 9,4 7,8 7,7 8,2 7,2 7,6 9,7,4 9,5 9,3 3,4 7,4 6,6 6, 6,3 22 3,7 7,4 5,5 6,4 7, 8,2 7,9 9,4 7,3 6,3 23 I* II* III*,9 2,4 3,5 5,2 5,7 5,5 4,7 6,5 5, 9,8 6,8 9,4 6, 6,9 6,9 9,2 8,3 6,9 7,9 7,5 8, 9,9 9,7,3 6,2 4,7 6,8 5,6 6,2 5,9 IV** 2, 9, 7,3 7,7 7,9 5,6 2,9,3 2, 5,6 23* 2,2 6,3 5,9 8,4 7, 7,5 6,5,6 4,9 5,8 I**,6 5, 5,9 5,3 7, 5,9 5,,2 5, 5,2 24* II**, 4, 6, 8,4 5,5 6,7 4,9 9,4 5,6 5,2 III** (2,3) 5,9 7,2 6, 4,3 8, 7,6 7,4 6, 5,4 * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Tabel.4. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Jawa Tengah ADHK 2 (%) LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan Dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas Dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan Dan Komunikasi Keu, Real Estate & Jasa Persh. Jasa-jasa PDRB I 49, 3,8,5 (,6) (,) (,2),6,8 (,) 6, II III IV I* II* (3,5) 4,3,2 4,,6 4, 2,7 4,8 2,4,3 (,2),3 2,4,5 3,3 2,,5,5 (,),5 (23,8) (4,8) (,6) 4,5,4,8 2,7,2 5, (3,3) 37,6 4,5,7,6 (,4),2,9 2,2 (,2) 6,2 (2,) 4,9 2,9, 2,4 3, 2,3 4,6,,8 III*,9,,9 2,9 3,3,7 2, 3,,9,3 IV** (24,9) (,6),5 2,9 2,4,6 (2,3),,4 (3,6) I** 37,,7,4 (,6) (,2),5 3, 2,,7 5,9 24 II** (3,6) 3,9 3,2 4,,9 3,8 2, 2,9,5,8 III** (,5) 2,9,9,6 2, 2, 4,7, 2,4,6 * Angka Sementara **Angka Sangat Sementara Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 3

29 Grafik.2. Perkembangan Luas Tanam dan Panen Padi di Jawa Tengah Grafik.2. Perkembangan Produksi Padi di Jawa Tengah HEKTAR HEKTAR RIBU TON I II III IV I II III IV I II III - I II III IV I II III IV I II III Tanam Panen Panen Produksi - skala kanan Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah Pertumbuhan sektor pertanian menurun. Pertumbuhan tahunan sektor ini menurun dari,% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi -2,3% (yoy). Secara triwulanan, pertumbuhan sektor pertanian sebesar -,5% (qtq), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 23 yang sebesar,9% (qtq), namun masih dalam rentang rata-rata historis yang sebesar -,4%. Pendorong turunnya sektor ini adalah menurunnya kinerja komoditas tanaman bahan makanan. Data dari Dinas Pertanian Jawa Tengah menunjukkan bahwa puncak masa panen terjadi di triwulan I 24, dan sejak triwulan II 24 panen mulai menurun, sampai dengan triwulan laporan. Subsektor lain yang melambat adalah subsektor peternakan dan kehutanan. Sementara itu, kinerja subsektor lainnya meningkat. Kinerja sektor industri pengolahan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan ini terjadi baik di industri nonmigas maupun industri migas. Sektor industri pengolahan meningkat dari 6,% (yoy) di triwulan II 24 menjadi 7,2% (yoy) di triwulan laporan. Perbaikan kinerja industri pengolahan terkonfirmasi dari pertumbuhan impor bahan baku yang meningkat (Grafik.26), mengingat sebagian besar industri masih menggunakan bahan impor. Kinerja sektor bangunan tumbuh melambat. Sektor bangunan tumbuh melambat dari 5,5% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi 4,3% (yoy). Perlambatan ini juga tercermin dari pertumbuhan konsumsi semen yang juga melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik.28). Namun demikian, tidak Grafik.22. Perkembangan Industri Besar Jawa Tengah Grafik.23. Perkembangan Industri Kecil Jawa Tengah 5 PERSEN 25 PERSEN III IV I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III PERTUMBUHAN JATENG TRIWULANAN PERTUMBUHAN INDO TRIWULANAN PERTUMBUHAN JATENG TRIWULANAN PERTUMBUHAN INDO TRIWULANAN PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN PERTUMBUHAN INDO TAHUNAN PERTUMBUHAN JATENG TAHUNAN Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 4 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

30 Grafik.24 Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Bisnis di Jawa Tengah Grafik.25 Perkembangan Konsumsi Listrik Segmen Industri di Jawa Tengah 6 Juta KwH PERSEN YOY Juta KwH PERSEN YOY I II III IV I II III IV I II III -2 I II III IV I II III IV I II III BISNIS PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN INDUSTRI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah Grafik.26. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Baku di Jawa Tengah Sumber : PLN (Persero) Distribusi Wil. Jateng&DIY diolah Grafik.27. Perkembangan Impor Nonmigas Bahan Modal di Jawa Tengah JUTA USD PERSEN YOY I II III IV I II III IV I II III 7, 6, 5, 4, 3, 2,, - (,) (2,) JUTA USD PERSEN YOY I II III IV I II III IV I II III 25, 2, 5,, 5, - (5,) (,) IMPOR BAHAN BAKU PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN IMPOR BARANG MODAL PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN sejalan dengan perlambatan yang terjadi pada sektor bangunan, kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor ini masih menunjukkan perbaikan (Grafik.29). Hal tersebut mengindikasikan prospek sektor bangunan ini dapat membaik ke depan. Kinerja sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) melambat pada triwulan III 24. Pertumbuhan sektor ini melambat dari 8,4% (yoy) menjadi 6,% (yoy). Berdasarkan subsektornya, subsektor listrik melambat, sementara subsektor air bersih stabil. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) meningkat. Sektor PHR meningkat dari 6,7% (yoy) menjadi 8,% (yoy). Secara lebih detail, peningkatan terutama untuk subsektor restoran serta subsektor perdagangan besar dan eceran, sedangkan subsektor hotel mengalami perlambatan. Masih cukup baiknya konsumsi daerah menopang kinerja di sektor ini, terlihat dari keyakinan konsumen yang masih cukup optimis (Grafik.33). Optimisme dunia usaha juga cukup baik terlihat dari indeks penjualan eceran yang tercatat meningkat di triwulan III 24. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 5

31 Grafik.28. Perkembangan Konsumsi Semen di Jawa Tengah Grafik.29. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Jawa Tengah 2.2 RIBU TON PERSEN YOY 25 5, Triliun Rp PERSEN YOY ,5 4, 3,5 3, 2, I II III IV I II III IV I II III 2, I II III IV I II III IV I II III KONSUMSI SEMEN PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN KREDIT SEKTOR KONSTRUKSI PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik.3. Perkembangan Penjualan Listrik di Jabagteng Grafik.3. Perkembangan Jumlah Pelanggan Listrik di Jabagteng 5,2 JUTA KwH PERSEN YOY 2. 9 JUTA PELANGGAN 5, 4,8 4,6 4,4 4,2 4, 3,8 I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Prabayar PJU Kantor Pemerintah Industri Bisnis Sosial Rumah Tangga PENJUALAN LISTRIK PERTUMBUHAN TAHUNAN Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng, diolah Sumber : PT. PLN Distribusi Jateng dan DIY, diolah Grafik.32. Perkembangan Kegiatan Dunia Usaha Grafik.33. Perkembangan Keyakinan Konsumen dan Pedagang Eceran, PERSEN YOY SBT 2, 22 INDEKS 8, 6, 4, 2,, I II III IV I II III IV I II III , 8, 6, 4, 2,, I II III IV I II III IV I II III IV I II III PDRB -PHR KEGIATAN USAHA - SKALA KANAN INDEKS RIIL PENJUALAN ECERAN IKK ITK Sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat signifikan di triwulan laporan. Sektor ini tumbuh sebesar 7,7% (yoy), setelah sebelumnya tumbuh 4,9% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi di subsektor pengangkutan dan komunikasi. Adapun perlambatan, hanya terjadi di subsektor pengangkutan untuk moda air. Membaiknya kinerja sektor utama seperti PHR dan Industri Pengolahan diindikasikan turut meningkatkan kinerja sektor pengangkutan di triwulan laporan. 6 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

32 Grafik.34. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara di Jawa Tengah Grafik.35. Perkembangan Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Jawa Tengah I II III IV I II III IV I II III PERSEN I II III IV I II III IV I II III JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah PERTUMBUHAN TAHUNAN - SKALA KANAN Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah TOTAL BINTANG BINTANG 2 BINTANG 3 BINTANG 4 BINTANG 5 S e k t o r k e u a n g a n, p e r s e w a a n d a n j a s a perusahaan masih tumbuh melambat pada triwulan III 24. Sektor ini tumbuh sebesar 7,4% (yoy) pada triwulan III 24 atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 9,4% (yoy). Perlambatan yang cukup besar terjadi pada subsektor bank, dan subsektor sewa bangunan. Melambatnya kinerja perbankan juga sejalan dengan perlambatan pertumbuhan kredit. Sektor jasa-jasa tumbuh lebih tinggi di triwulan laporan. Sektor jasa-jasa tumbuh dari 5,6% (yoy) di triwulan II 24 menjadi 6,% (yoy) di triwulan laporan. Kenaikan terjadi baik di subsektor pemerintahan umum dan swasta. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 7

33 SUPLEMEN I PERKEMBANGAN INVESTASI DAERAH PERKEMBANGAN INVESTASI Perkembangan investasi daerah hingga triwulan II 24 menunjukkan adanya perlambatan. Data PMTB pada PDRB Jawa Tengah melambat dari 9,6% (yoy) menjadi 6,7% (yoy). Perlambatan terjadi baik pada investasi bangunan maupun nonbangunan. Data impor barang modal pada periode Jan-Agust 24 menurun % dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, sektor konstruksi juga melambat dari 7,2% (yoy) menjadi 5,47% (yoy). Kalangan dunia usaha pun mengonfirmasi adanya perlambatan tersebut. Pengusaha menyampaikan bahwa investasi yang dilakukan saat ini lebih diutamakan untuk menjaga proses produksi melalui penggantian mesin-mesin lama. Hasil liaison triwulan III juga mengonfirmasi adanya perlambatan investasi, ditunjukkan dengan skala likert yang tumbuh dibawah rata-rata. Secara umum, perlambatan investasi ini sejalan dengan melambatnya perekonomian daerah di tahun 24. Kondisi masih terbatasnya tingkat permintaan pasar ekspor terutama dari pasar-pasar tradisional (USA dan Eropa) serta belum membaiknya perekonomian Tiongkok mempengaruhi tingkat permintaan ekspor dari Jawa Tengah. Keadaan tersebut pada akhirnya mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini mendorong pengusaha untuk menahan investasinya di tahun berjalan. Selain itu, pengusaha juga menyatakan adanya hambatan dalam melakukan investasi. Beberapa permasalahan yang diidentifikasi menghambat peningkatan investasi daerah antara lain infrastruktur, pertanahan, dan SDM. Infrastruktur daerah dirasakan belum memadai terutama mengenai konektivitas antara pabrik dengan sarana ekspor impor, baik jalanan, jembatan, pelabuhan maupun bandara. Masalah pertanahan terkait dengan harga yang tinggi, retribusi yang cukup banyak serta resistensi dari masyarakat sekitar menjadi faktor utama yang menghambat investasi. Permasalahan pertanahan juga menghambat investasi baik yang dilakukan swasta maupun pemerintah. Selain harga yang melonjak, adanya penolakan dari masyarakat sekitar juga menghambat realisasi pemerintah. Di sisi lain, kurangnya SDM yang terlatih juga menghambat investasi. Hal ini dirasakan untuk industri tekstil (TPT) maupun industri mebel. Untuk itu, diperlukan adanya sekolah kejuruan atau balai latihan kerja untuk mendidik tenaga yang terlatih. Grafik 2 Perkembangan Impor Barang Modal Triwulan III 24 Grafik Perkembangan PDRB Sektor Konstruksi Triwulan III 24. JUTA USD PERSEN YOY 25, 3.6 JUTA PERSEN YOY , 5,, 5, - (5,) I II III IV I II III IV I II 24 III (,) 3. I II III IV I II III IV I 24 II 3 Barang Modal Pertumbuhan Tahunan - Skala kanan PRDB PERTUMBUHAN 8 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

34 SUPLEMEN I PROSPEK KE DEPAN Berdasarkan perkiraan IMF World Economic Outlook, perekonomian beberapa mitra dagang utama Jawa Tengah diperkirakan akan mulai membaik. Kondisi ini akan berimbas pada meningkatnya permintaan akan barang domestik. Melalui peningkatan ini, perekonomian daerah juga akan meningkat dan mendorong investasi. Hasil SKDU menunjukkan adanya tren kenaikan kegiatan dari responden. Selain itu, responden juga menyatakan bahwa kapasitas usaha yang ada saat ini berada dalam kisaran yang sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 8%. Bentuk investasi yang dilakukan kedepannya berupa investasi baru, penggantian mesin baru maupun kombinasi dari keduanya. Berdasarkan hasil liaison, ke depan investasi yang akan dilakukan diarahkan pada penggantian mesin baru. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan efisiensi perusahaan dengan mengurangi biaya produksi. Efisiensi diperlukan mengingat faktor risiko akan biaya ke depan cukup tinggi, antara lain dari kenaikan tarif listrik dan upah minimum. Faktor risiko yang dihadapi pelaku usaha untuk berinvestasi saat ini adalah kondisi depresiasi rupiah. Mengingat sebagian besar kebutuhan investasi mesin industri saat ini berasal dari luar negeri, sehingga depresiasi rupiah cukup memengaruhi modal yang diperlukan perusahaan untuk investasi. Terkait dengan risiko tersebut, Bank Indonesia sebagai institusi moneter telah berupaya menjaga kestabilan rupiah. Bank Indonesia senantiasa berada di pasar keuangan dalam rangka menjaga kestabilan rupiah. Tabel. Prakiraan IMF World Economic Outlook (dalam %) LAPANGAN USAHA AMERIKA SERIKAT JEPANG TIONGKOK ZONA EURO VOLUME PERDAGANGAN DUNIA Sumber : IMF World Economic Outlook Pangsa Ekspor Jateng* 25,8 7,5 5,2 2, Pertumbuhan Ekonomi Perbedaan dari WEO Juli' ,3,5 7,7 -,7 3,4 2,2,5 7,7 -,4 3,3 2,2,9 7,4,8 3,3 Proyeksi 3,,8 7,,3 3,8,5 -,7, -,3 -,, -,2, -,2 -,2 Grafik 3 Kegiatan Dunia Usaha Triwulan III 24 Grafik 4 Bentuk Investasi- SKDU 4 INDEKS III 22 IV I II 23 III IV I II III IV* 24 *Ekspektasi Baru Penggantian Baru dan Penggantian PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL - BAB I 9

35 SUPLEMEN I KESEJAHTERAAN DAN INVESTASI Investasi amat diperlukan untuk meningkatkan kapasitas perekonomian. Meningkatnya kapasitas perekonomian akan mendorong pembukaan lapangan kerja baru dan berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, perhatian terhadap investasi perlu untuk lebih ditingkatkan. Berdasarkan data yang ada, pertumbuhan investasi akan sejalan meningkatkan jumlah penduduk yang bekerja. Namun, peningkatan penduduk bekerja tersebut akan terjadi pada tahun kedua setelah peningkatan PMTB. Hal ini diperkirakan kapasitas produksi baru akan meningkat setelah investasi dilakukan dan berakibat pada kenaikan kebutuhan pekerja. Namun dilihat dari elastisitasnya, dalam lima tahun terakhir dibanding lima tahun sebelumnya, terjadi penurunan elastisitas, baik elastisitas pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah penduduk bekerja maupun elastisitas pertumbuhan investasi terhadap jumlah penduduk bekerja. Kondisi ini kemungkinan disebabkan semakin meningkatnya teknologi mesin industri sehingga mengurangi kebutuhan tenaga manusia. Kondisi ini harus disikapi dengan meningkatkan industri padat karya kedepannya. Grafik 5 Pertumbuhan PMTB & Penduduk Bekerja (dalam %) 6, INDEKS 4, 2,, 8, 6, 4, 2, - (2,) (4,) (6,) Pertumbuhan PMTB Pertumbuhan Penduduk Bekerja 2 BAB I - PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL

36 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH Inflasi tahunan Jawa Tengah turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. 2

37

38 2. Inflasi Secara Umum 2 Inflasi Jawa Tengah pada triwulan III 24, melanjutkan tren penurunan sejak akhir tahun. Inflasi tahunan Jawa Tengah pada triwulan III 24 sebesar 5,% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi periode sebelumnya 7,26% (yoy). Hal ini terkait dengan sudah hilangnya dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi tahun 23. Inflasi Jawa Tengah ini berada di atas inflasi nasional triwulan III 24 sebesar 4,53% (yoy) (Grafik 2.). Inflasi tahun kalender tercatat lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dan rata-rata lima tahun terakhir. Pada bulan September 24, inflasi tahun kalender (year to date) Jawa Tengah sebesar 3,88% (ytd), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 7,7% (ytd). Tingginya inflasi tahun kalender September 23, terkait adanya penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Capaian inflasi tahun kalender Jawa Tengah ini berada di atas inflasi Nasional sebesar 3,7%. Inflasi triwulanan pada periode laporan lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi triwulanan Jawa Tengah di triwulan III 24 tercatat sebesar,4% (qtq) atau lebih rendah dari triwulan III 23 sebesar 3,58% (qtq) dan Grafik 2. Perkembangan Inflasi Tahunan Jawa Tengah dan Nasional rata-rata inflasi triwulan III dalam lima tahun terakhir sebesar 2,33% (qtq). Hampir semua kelompok inflasi triwulanannya tercatat lebih rendah dibandingkan dengan ratarata lima tahun. Hanya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, kelompok kesehatan, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang inflasi triwulanannya lebih besar dibandingkan dengan ratarata lima tahunnya (Grafik 2.2). Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar tercatat lebih tinggi terkait dengan adanya penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL). Secara bulanan, sesuai historisnya pola inflasi bulanan di triwulan III turun. Setelah tren inflasi bulanan triwulan II meningkat, inflasi turun di triwulan III (Grafik 2.3.) Pola yang sama terjadi sepanjang lima tahun terakhir, terkait dengan pola musiman Idul Fitri. Dampak faktor musiman puasa dan Idul Fitri terhadap inflasi Jawa Tengah terkendali. Tercermin pada inflasi Juli 24 sebesar,72% (mtm), yang jauh di bawah rata-rata inflasi terkait Lebaran selama lima tahun terakhir sebesar,96%. Inflasi bulanan Juli ini juga berada di bawah inflasi Nasional sebesar,93% (mtm). Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Provinsi Jawa Tengah % I II III IV I II III IV I II III Jateng (yoy) Jateng (qtq) Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 3,58 3,84 Nas (yoy) Nas (qtq) 6,7 7,26 5, 4,53,68,4 TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA KESEHATAN SANDANG PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU BAHAN MAKANAN UMUM TW III 23 TW III 24 Rata - Rata TW III Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2. Pada tahun 24, BPS mengubah tahun dasar penghitungan inflasi dengan SBH 22. Untuk itu dalam mengolah penghitungan inflasi, Bank Indonesia melakukan penyesuaian tahun dasar berdasarkan pendekatan perubahan inflasi bulanan. PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II 23

39 Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Bulanan Jawa Tengah 2-24 Grafik 2.4 Event Analysis Inflasi Provinsi Jawa Tengah 4 3,5 3 2,5 2,5,5 -,5 - % MTM Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des RATA-RATA Pembatasan % MTM Kenaikan produksi bibit ayam 9, % YOY 4, BBM Kenaikan TTL tahap Bencana 8,5 akhir 23 banjir Kenaikan 3,5 TTL u/p, I3, 8, 3, R3, I4, B2, B3 7,5 2,5 Curah hujan 7, 2, tinggi Ekspektasi Kenaikan TDL 6,5 mulai naik dan elpiji 2 kg,5 6,, 5,5,5 5,, 4,5 -,5 4, -, yoy 4,93 5,38 5,9 5,62 5,6 5,43 8,33 8,4 7,79 7,89 8,2 8,5 7,96 7,57 7,8 7,5 7,47 7,26 5,3 4,36 5, mtm,9,8,92 -,3 -,2,96 3,4,4 -,7,2,29,25,,33,24 -,,23,73,7,46,22 Sumber : : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Inflasi triwulanan pada periode laporan lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi triwulanan Jawa Tengah di triwulan III 24 tercatat sebesar,4% (qtq) atau lebih rendah dari triwulan III 23 sebesar 3,58% (qtq) dan rata-rata inflasi triwulan III dalam lima tahun terakhir sebesar 2,33% (qtq). Hampir semua kelompok inflasi triwulanannya tercatat lebih rendah dibandingkan dengan ratarata lima tahun. Hanya kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga, kelompok kesehatan, serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang inflasi triwulanannya lebih besar dibandingkan dengan rata-rata lima tahunnya (Grafik 2.2). Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar tercatat lebih tinggi terkait dengan adanya penyesuaian tarif tenaga listrik (TTL). Secara bulanan, sesuai historisnya pola inflasi bulanan di triwulan III turun. Setelah tren inflasi bulanan triwulan II meningkat, inflasi turun di triwulan III (Grafik 2.3.) Pola yang sama terjadi sepanjang lima tahun terakhir, terkait dengan pola musiman Idul Fitri. Dampak faktor musiman puasa dan Idul Fitri terhadap inflasi Jawa Tengah terkendali. Tercermin pada inflasi Juli 24 sebesar,72% (mtm), yang jauh di bawah rata-rata inflasi terkait Lebaran selama lima tahun terakhir sebesar,96%. Inflasi bulanan Juli ini juga berada di bawah inflasi Nasional sebesar,93% (mtm). Inflasi bulanan Agustus mengalami penurunan terkait dengan koreksi harga paska Lebaran dan terjaganya pasokan. Inflasi Agustus tercatat,45% (mtm), atau lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir,72% dan berada di bawah inflasi nasional yang sebesar,47% (mtm). Inflasi Jawa Tengah bulan September tercatat lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Kondisi tersebut didukung terjaganya pasokan dan ekspektasi inflasi. Inflasi September 24 tercatat sebesar,22% (mtm), atau lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata lima tahun terakhir (,3% mtm). Inflasi September 24 lebih banyak dipengaruhi penyesuaian harga elpiji dan tarif listrik serta musiman biaya pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa pemilihan waktu yang tepat untuk penyesuaian harga administered prices menjadi sangat penting. Tren penurunan inflasi bulanan, utamanya didukung oleh terjaganya pasokan bahan makanan. Tercermin dari komoditas penyumbang deflasi bulanan terbesar di Jawa Tengah hampir semuanya berasal dari kelompok bahan makanan (Tabel 2.). 24 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

40 Tabel 2.. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Deflasi Bulanan di Jawa Tengah JULI AGUSTUS SEPTEMBER No. Komoditas Andil No. Komoditas Andil No. Komoditas Andil Jeruk Batu Bata Nangka Muda Pisang Minyak Goreng -,2 -,2 -, -, -, Bawang Merah Telur Ayam Ras Bawang Putih Tomat Sayur Batu Bata -, -,3 -, -, -, Bawang Merah Angkutan Udara Daging Ayam Ras Minyak Goreng Telur Ayam Ras -,6 -,4 -,3 -,3 -,3 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Koreksi harga terjadi pada beberapa komoditas bahan makanan, setelah menjadi penyumbang terbesar inflasi pada triwulan sebelumnya. Komoditas bawang merah, bawang putih, dan telur ayam ras mulai tercatat deflasi di bulan Agustus. Sementara itu, daging ayam ras, tercatat deflasi di bulan September. Kenaikan biaya pendidikan dan penyesuaian harga administered prices menahan penurunan inflasi. Komoditas penyumbang inflasi terbesar berasal dari subkelompok pendidikan dan subkelompok bahan b a k a r, p e n e r a n g a n d a n a i r y a i t u b i a y a akademi/perguruan tinggi, tarif listrik, dan penyesuaian harga elpiji. Faktor musiman kenaikan biaya pendidikan memberi tekanan inflasi di sepanjang triwulan III. Komoditas biaya taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan akademi/perguruan tinggi menjadi lima komoditas yang memberikan sumbangan inflasi bulanan tertinggi. Secara historis, biaya pendidikan tercatat selalu menjadi penyumbang inflasi bulanan tertinggi setiap triwulan III, sejalan dengan masuknya tahun ajaran baru yang dimulai pada triwulan III. Penyesuaian tarif listrik dan harga elpiji memberikan dorongan inflasi. Penyesuaian harga tarif listrik yang bertahap sesuai ketentuan pemerintah memberikan tekanan inflasi yang besar di sepanjang triwulan III. Sementara itu, kenaikan harga elpiji 2 kg yang tercermin dari komoditas bahan bakar rumah tangga, menjadi salah satu komoditas penyumbang inflasi terbesar di bulan September. 3 Berdasarkan disagregasi inflasi, penurunan inflasi tahunan utamanya terjadi pada kelompok administered prices. Inflasi tahunan pada semua kelompok menurun, dengan penurunan terbesar pada kelompok administered prices, diikuti volatile foods dan inti. Inflasi di semua kota Jawa Tengah yang disurvei oleh BPS, turun dibanding periode sebelumnya. Secara rata-rata penurunan yang terjadi sebesar 2,27% dengan penurunan terbesar terjadi di kota Kudus yang sebelumnya pada triwulan II 24 sebesar 9,54% (yoy) menjadi 6,3% (yoy). Penurunan terkecil terjadi di kota Tegal yaitu dari 5,68% (yoy) menjadi 3,78% (yoy). Tabel 2.2. Tabel Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulanan di Jawa Tengah JULI AGUSTUS SEPTEMBER No. Komoditas Andil No. Komoditas Andil No. Komoditas Andil Nasi Dengan Lauk Tukang Bukan Mandor Tarif Listrik Daging Ayam Ras Sekolah Dasar,6,5,4,3, Tarif Listrik Akademi/Perguruan Tinggi Sekolah Dasar Sekolah Menegah Pertama Pasir,,4,4,4, Cabai Merai Akademi/Perguruan Tinggi Bahan Bakar Rumah Tangga Tarif Listrik Taman Kanak-Kanak,,8,6,4,2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 3 Disagregasi inflasi terdiri atas administered prices, volatile foods, dan core inflation. Administered prices merupakan komponen barang yang harganya diatur atau ditetapkan oleh Pemerintah. Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti. PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II 25

41 Tabel 2.3. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok KOMODITAS UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI & OLAHRAGA TRANSPORTASI, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN II III IV I II 4,58 8,2 5,2 3, 3,4,95 4,47 2,4 4,5 7,5 5,92 2,96 2,46 2, 3,82 2,65 4,24 5,6 5,84 3,9 3,4 2, 3,56 3,6 6,25 2,86 6,54 3,9 2,56 2,44 3,69 2,22 5,44 9,78 5,43 3,27,89 2,5 3,67 5,35 III IV I 7,72 7,99 7,8 2,8 6,9 4,64,6 2,33,84 2,7 2,54 7,7 7,6 8,4 5,2 6,4 -, 2,75 2,48 2,94 2,52 2,95 3,27 3,4 24 II 7,26 8,6 7,79 7,3 4,6 3,52 2,9,7 III 5, 4,79 5,6 6,68,87 3,87 6,2 2,58 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Disparitas inflasi tahunan kota-kota di Jawa Tengah masih cukup besar. Inflasi tahunan (yoy) terbesar terjadi di Kota Cilacap dan Kudus masingmasing sebesar 7,67% (yoy) dan 6,3% (yoy), sementara terendah di Kota Tegal sebesar 3,78% (yoy). 2.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Penurunan inflasi pada periode laporan utamanya didorong oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan. Inflasi tahunan pada hampir semua kelompok tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya (Tabel 2.3). Penurunan terbesar terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan diikuti kelompok bahan makanan. Sementara itu, penurunan inflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan beberapa kelompok barang dan jasa. Inflasi tahunan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga dan kelompok kesehatan pada periode laporan tercatat naik dibandingkan dengan periode sebelumnya Kelompok Bahan Makanan Inflasi tahunan kelompok bahan makanan meneruskan tren penurunan sejak awal tahun, meski di triwulan II sempat naik. Pada periode laporan, inflasi kelompok bahan makanan turun dari 8,6% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,79% (yoy). Namun angak tersebut masih tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi tahunan kelompok bahan makanan pada level nasional, yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). P e n u r u n a n t e r b e s a r d i s u m b a n g o l e h subkelompok daging dan hasil-hasilnya serta subkelompok lemak dan minyak yang diikuti s u b k e l o m p o k k a c a n g - k a c a n g a n. I n f l a s i subkelompok ini turun dibanding periode sebelumnya (Tabel 2.3). Sementara itu, subkelompok bumbubumbuan meski inflasi tahunannya masih tercatat deflasi namun deflasi tidak sebesar periode sebelumnya. Di sisi lain, penurunan inflasi tertahan oleh naiknya inflasi subkelompok telur, susu dan hasilhasilnya. Subkelompok daging dan hasil-hasilnya tercatat mengalami penurunan inflasi terbesar pada kelompok bahan makanan. Subkelompok daging dan hasil-hasilnya turun dari 4,62% (yoy) menjadi 3,9% (yoy). Komoditas daging ayam ras memberikan sumbangan deflasi terbesar ketiga di bulan September, setelah bawang merah dan angkutan udara. Pembatasan produksi Days Old Chick (DOC) dari p e m e r i n t a h s e l e s a i p a d a A g u s t u s. D a l a m perkembangan terkini, jumlah produksi DOC telah diserahkan pada kesepakatan pelaku usaha terkait jumlah stok yang harus dijaga. Inflasi subkelompok lemak dan minyak turun tajam. Subkelompok lemak dan minyak turun dari 2,73% (yoy) pada triwulan II 24 menjadi,69% (yoy) pada triwulan III 24. Komoditas utama yang mendorong penurunan inflasi terbesar dari subkelompok ini adalah minyak goreng. Pada Juli dan September, minyak goreng merupakan salah satu 26 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

42 Tabel 2.4. Perkembangan Inflasi Tahunan dan Triwulanan Tw II Kelompok Bahan Makanan KOMODITAS IV I II III IV 24 I II Tw III 24 yoy qtq BAHAN MAKANAN PADI-PADIAN, UMBI-UMBIAN & HASILNYA DAGING DAN HASIL-HASILNYA IKAN SEGAR IKAN DIAWETKAN TELUR, SUSU DAN HASIL-HASILNYA SAYUR-SAYURAN KACANG - KACANGAN BUAH - BUAHAN BUMBU - BUMBUAN LEMAK DAN MINYAK BAHAN MAKANAN LAINNYA ,79 5,95 3,9 6,92 4,7,59 8,43 4,3 6,48-3,,69 7,67,94,8,82 2,89,4 -,59 5,72,2,4 -,87 -,98,9 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah penyumbang deflasi bulanan terbesar. Penurunan harga global Crude Palm Oil (CPO) turut mendorong penurunan harga minyak goreng. Inflasi subkelompok kacang-kacangan dan subkelompok ikan segar turun. Subkelompok kacang-kacangan turun dari 5,4% (yoy) pada triwulan II menjadi 4,3% (yoy) pada triwulan III, sementara subkelompok ikan segar turun dari 5,48% (yoy) menjadi 6,92% (yoy). Penurunan ikan segar juga terjadi di level nasional, sejalan dengan pasokan yang mencukupi. Subkelompok bumbu-bumbuan masih tercatat deflasi, meski tidak sedalam periode sebelumnya. Pada triwulan III 24 inflasi subkelompok bumbubumbuan tercatat mengalami deflasi sebesar 3,%, setelah sebelumnya mengalami deflasi yang lebih dalam sebesar 7,7% (yoy) di triwulan sebelumnya. Komoditas utama penyumbang deflasi subkelompok bumbu-bumbuan adalah bawang merah. Laju deflasi yang semakin dalam pada subkelompok ini tertahan oleh kenaikan harga cabe merah. Inflasi subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya meningkat. Inflasi tahunan subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya meningkat dari,6% (yoy) di triwulan II 24 menjadi,59% (yoy). Beberapa faktor yang membuat inflasi subkelompok ini lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya (i) komoditas susu sapi murni tercatat inflasi cukup besar pada bulan September yaitu sebesar 3,87% (mtm), dan (ii) deflasi telur ayam ras, di bulan September 24 tidak sebesar tahun Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau turun dari 7,79% (yoy) di triwulan II 24 menjadi 5,6% (yoy). Inflasi bulanan sepanjang triwulan III 24 juga tercatat lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Turunnya inflasi di kelompok ini terutama akibat penurunan di subkelompok makanan jadi. Subkelompok makanan jadi turun dari 8,86% (yoy) pada triwulan II 24 menjadi 5,53% pada triwulan III 24. Subkelompok tembakau dan minuman beralkohol juga turun meski tidak sebesar subkelompok makanan jadi. Di sisi lain, subkelompok minuman yang tidak beralkohol naik dari 2,79% pada triwulan II 24 menjadi 3,8% (yoy) pada triwulan III Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Inflasi kelompok ini turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dari 7,3% (yoy) menjadi 6,68% (yoy). Penurunan inflasi kelompok perumahan, air, listrik gas, dan bahan bakar utamanya didorong PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II 27

43 turunnya biaya tempat tinggal. Inflasi subkelompok perlengkapan rumah tangga juga tercatat turun meski tidak sebesar biaya tempat tinggal. Sementara itu, inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air naik. Inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan dan air naik didorong penyesuaian harga elpiji dan tarif listrik. Kenaikan tarif listrik pada September sesuai dengan ketentuan ESDM untuk menaikkan tarif listrik secara bertahap setiap 2 bulan sejak Mei dan Juli 24 untuk golongan I-3, I-4, R-2, P-2, R-, P-3 dan R- serta kenaikan secara bertahap setiap bulan untuk golongan R-3, B-2, B-3 dan P-. Sementara itu, kenaikan bahan harga elpiji 2 kg terjadi di bulan September Kelompok Lainnya Berbeda dengan periode sebelumnya, kelompok sandang pada triwulan laporan turun. Inflasi menurun dari 4,6% (yoy) di triwulan II menjadi Grafik 2.5 Perkembangan Harga Emas $ / OZ I II III IV I II III IV I II III IV ,87% (yoy). Semua subkelompok turun cukup besar. Penurunan terbesar pada subkelompok barang pribadi dan sandang lainnya yaitu dari 4,2% (yoy) menjadi -,87% (yoy). Utamanya akibat penurunan harga emas perhiasan, sejalan dengan penurunan harganya di komoditas internasional (Grafik 2.5). Kelompok kesehatan meneruskan tren naik. Inflasi kelompok kesehatan naik dari 3,52% (yoy) menjadi 3,87% (yoy). Hampir semua subkelompok naik kecuali subkelompok jasa perawatan jasmani. 2.3 Disagregasi Inflasi Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi di semua kelompok menurun di triwulan laporan. Penurunan terdalam berasal dari kelompok administered prices yaitu dari 2,56% (yoy) di triwulan II 24 menjadi 6,69% (yoy) pada triwulan III 24. Kelompok volatile foods juga menurun dari 8,8% (yoy) menjadi 4,25% (yoy). Sementara itu kelompok inti tercatat turun terbatas (Grafik 2.6) Kelompok Volatile foods Inflasi tahunan volatile foods turun dibandingkan periode sebelumnya. Inflasi volatile foods turun dari 8,8% (yoy) di triwulan II 24 menjadi 4,25% (yoy) di triwulan III. Capaian ini juga yang terendah sepanjang dua tahun terakhir. Sumber : Bloomberg, Diolah Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Bulanan 6 % YOY 8 % MTM I II III IV I II III IV I II III CORE VF ADM PRICE CORE VF ADM PRICE Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 28 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

44 Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Kelompok Volatile Foods Grafik 2.9 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Volatile Foods Triwulan III 8 % MTM 5, , ,75, Inflasi triwulanan periode laporan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Inflasi pada triwulan III 24 sebesar,93% (qtq) lebih rendah dari triwulan III 23 sebesar 5.35% (qtq). Angka ini dibandingkan historisnya juga masih tercatat lebih rendah (Grafik 2.9). Rata-rata Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Penurunan inflasi volatile foods mencerminkan terjaganya pasokan bahan makanan di Jawa Tengah. Bawang merah sebagai salah satu komoditas penyumbang deflasi terbesar kelompok volatile foods mengalami pasokan yang melimpah pasca panen raya di bulan Agustus. Berdasarkan data Bulog, pasokan beras juga masih memadai untuk mencukupi hingga hampir 9 bulan kebutuhan operasional. Grafik 2. Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods Rata-rata Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Penurunan inflasi tahunan volatile foods, utamanya disumbang oleh penurunan inflasi subkelompok daging dan subkelompok minyak. Inflasi tahunan pada hampir semua subkelompok penyusun kelompok volatile foods turun. Hanya inflasi subkelompok telur, susu, dan hasil-hasilnya yang naik, sementara subkelompok bumbu-bumbuan masih tercatat deflasi meski tidak sedalam periode sebelumnya Komoditas penyumbang penurunan terbesar inflasi volatile foods adalah daging ayam ras. Berakhirnya pembatasan produksi Days Old Chick (DOC) di bulan Agustus membuat komoditas daging ayam ras mencatatkan deflasi di bulan September. Grafik 2. Lanjutan Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Volatile Foods 25 % YOY 2 % YOY I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I II III Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya Daging dan Hasil-hasilnya Ikan Segar Telur, Susu dan Hasil-hasilnya -4 Sayur-sayuran Buah-buahan Lemak dan Minyak Kacang-kacangan Bumbu-bumbuan Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II 29

45 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Bulanan Minyak Goreng dan Perkembangan Harga CPO % MTM Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov % MTM Minyak Goreng CPO Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah Komoditas minyak goreng, mendorong ke bawah inflasi volatile foods. Pada bulan Juli dan September, minyak goreng menjadi salah satu komoditas penyumbang deflasi terbesar. Deflasi yang terjadi pada minyak goreng, sejalan dengan turunnya harga CPO Internasional (Grafik 2.3). Deflasi bawang merah sejak bulan Agustus, mendorong ke bawah inflasi volatile foods. Sesuai polanya (Grafik 2.4), di bulan Agustus tercatat deflasi pada komoditas bawang merah, hal ini sejalan dengan panen bawang merah di bulan Juni dan Juli. Inflasi cabe merah di bulan September, menahan penurunan inflasi volatile foods. Di luar polanya, inflasi cabe merah di bulan September tercatat tinggi sebesar 66,6% (mtm). Menurunnya pasokan akibat musim kemarau, menyebabkan harga cabe merah naik Kelompok Administered Prices I n f l a s i k e l o m p o k a d m i n i s t e r e d p r i c e s memperlihatkan tren menurun pada periode laporan. Inflasi kelompok administered prices pada triwulan III 24 turun tajam dari 2,56% (yoy) pada triwulan II menjadi 6,69% (yoy) pada triwulan III. Pada periode laporan tercatat inflasi sebesar 2,9% (qtq), lebih rendah dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 7,7% (qtq) (Grafik 2.6). Penurunan inflasi kelompok administered prices, didorong oleh turunnya subkelompok transpor. Inflasi subkelompok tembakau dan minuman beralkohol juga turun, namun tidak sebesar subkelompok transpor. Sementara itu, inflasi tahunan subkelompok bahan bakar, penerangan dan air tren nya naik sejak tahun 23 (Grafik 2.7). Grafik 2.4 Perkembangan Inflasi Bulanan Bawang Merah Grafik 2.5 Perkembangan Inflasi Bulanan Cabe Merah 2 % MTM 8 % MTM Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec -2-4 Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS dan Bloomberg, diolah 3 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

46 Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Adminitered Prices Triwulan III Grafik 2.7 Perkembangan Subkelompok Inflasi Tahunan Kelompok Adminitered Prices 7,7 25 % YOY 2 5 2,7,28 2,9 5 Rata-rata Sep-2 Sep-3 Sep-4 I II III IV I II III IV I II III TEMBAKAU DAN MINUMAN BERALKOHOL BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR TRANSPOR Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Inflasi administered prices turun, namun masih relatif tinggi karena adanya kebijakan penyesuaian tarif listrik. Penyesuaian tarif listrik mendorong inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM tarif listrik naik mulai bulan Mei dan Juli dan kemudian berlanjut setiap dua bulan sekali untuk golongan I-3, I-4, R-2, P-2, R-, P-3 dan R- serta kenaikan secara bertahap setiap bulan untuk golongan R-3, B-2, B-3 dan P- (Grafik 2.8). Penyesuaian harga elpiji 2 kg di bulan September, mendorong inflasi subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air. Sejak September 24, Pertamina menyesuaikan harga elpiji 2 Kg, dari Rp92.8 menjadi Rp4.3 atau 23,7%. Kenaikan ini memberikan dampak yang berbeda di tiap kota (Grafik 2.9). Inflasi bahan bakar rumah yang tertinggi akibat kenaikan elpiji 2 kg, di Surakarta dan Cilacap Kelompok Inti Inflasi inti relatif terjaga, sejalan dengan kegiatan ekonomi domestik yang tumbuh moderat. Inflasi kelompok inti turun, dari 5,25% (yoy) pada triwulan II menjadi 4,7% (yoy) pada periode laporan. Perlambatan inflasi kelompok inti tercermin pada perkembangan inflasi inti nontraded dan ekspektasi inflasi yang mengalami penurunan. Dari sisi permintaan, penurunan inflasi inti sejalan dengan terbatasnya permintaan domestik yang tercermin dari perkembangan inflasi inti nontraded. Inflasi tahunan inti nontraded tercatat mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sebelumnya. Tekanan dari output gap relatif minimal dan cenderung turun (Grafik 2.2). Beberapa indikator yang mengonfirmasi terbatasnya permintaan diantaranya kredit konsumsi rumah tangga yang melambat dan menurunnya perkembangan Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Bulanan Tarif Listrik Grafik 2.9 Inflasi Bulan September Bahan Bakar Rumah Tangga di 6 Kota di Jawa Tengah 4 % MTM % MTM 3,5 7, 3 Permen ESDM No 9 Tahun 24 Kenaikan TTL pada I-3 >2 kva go public, 6, 2,5 I-4 3.kVA stp dua bulan sekali naik R-3 >6.6 VA, B VA s.d 2kVA, 5, 2 B-3 >2 kva, P- 6.6 VA s.d 2 kva stp satu bulan sekali naik 4,,5,5 Permen ESDM No 9 Tahun 24 I-3 non go public > 2 kva R-2 (3.5 VA s.d 5.5 VA) P-2 >2 kva, R- 2.2 VA, P-3, R-.3 VA stp satu bulan sekali naik 3, 2,, CILACAP PURWOKERTO KUDUS SURAKARTA SEMARANG TEGAL JAWA TENGAH Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II 3

47 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Kelompok Inti Triwulan III Grafik 2.2 Perkembangan Output Gap dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan 2,39,63 Rata-rata 29-23,48,35 Sep-2 Sep-3 Sep-4 6,8 6,6 6,4 6,2 6 5,8 5,6 5,4 5,2 5 % YOY I II III IV I II III IV I II III PDRB yoy Output Gap - Skala Kanan %,6,5,4,3,2, -, -,2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah kegiatan usaha industri pengolahan nonmigas hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha. Sumber : Survei Konsumen, Bank Indonesia laporan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya. Ekspektasi inflasi menunjukkan penurunan. Ekspektasi harga konsumen 3 bulan yang akan datang turun, sementara 6 bulan dan tahun yang akan datang relatif stabil (Grafik 2.22). Sejalan dengan itu dari sisi pedagang terlihat bahwa ekspektasi harga yang akan datang pada periode laporan menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya (Grafik 2.23). Tekanan inflasi dari faktor eksternal mengalami Beberapa indikator yang mengonfirmasi tekanan faktor eksternal diantaranya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS (kurs tengah Bank Indonesia) yang melemah dan perkembangan harga komoditas pangan internasional juga masih melambat. Rata-rata nilai tukar Rupiah melemah sebesar,7% ke level Rp.766,89 pada triwulan III 24. Pertumbuhan tahunan harga minyak kelapa sawit melambat, sementara untuk beras naik namun masih tercatat negatif. perlambatan. Tekanan imported inflation yang tercermin dari kelompok inti traded pada periode Grafik 2.22 Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 2.23 Indeks Ekspektasi Harga Pedagang Eceran 2 INDEKS 9 INDEKS Ekspektasi harga 3 bulan yad Ekspektasi harga 2 bulan yad Ekspektasi harga 6 bulan yad 3 bulan yad 6 bulan yad 32 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

48 Grafik 2.24 Perkembangan Inflasi Tahunan Kelompok Inti Traded Grafik 2.25 Perkembangan Harga Komoditas Internasional 4,5 4 3,5 3 2,5 2,5,5 % YOY % QTQ I II III IV I II III IV I II III qtq (Skala Kanan) yoy 2,8,6,4,2,8,6,4, % YOY I II III IV I II III IV I II III IV Minyak Kelapa Sawit Beras Emas Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah 2.4 Inflasi Kota Kota di Provinsi Jawa Tengah Tren penurunan inflasi terjadi di seluruh kota yang disurvei oleh BPS di Jawa Tengah. Penurunan terbesar terjadi di kota Kudus yang sebelumnya pada triwulan II 24 sebesar 9,54% (yoy) menjadi 6,3% (yoy). Sementara itu, penurunan terkecil terjadi di kota Tegal yaitu dari 5,68% (yoy) menjadi 3,78% (yoy) (Grafik 2.26). Disparitas inflasi antar kota/kabupaten di Jawa Tengah masih tinggi. Inflasi tertinggi terjadi di Cilacap diikuti Kudus masing-masing sebesar 7,67% (yoy) dan 6,3% (yoy). Sementara itu, inflasi terendah terjadi di Tegal sebesar 3,78% (yoy) (Grafik 2.26). Berdasarkan kelompok barang dan jasa, penurunan terbesar di seluruh kota disumbang oleh kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Di seluruh kota penghitung inflasi, dampak Sumber : Bloomberg kenaikan harga Bahan Bakar Minyak di tahun 23 sudah tidak ada. Kelompok bahan makanan memberikan sumbangan terbesar penurunan inflasi di seluruh kota Jawa Tengah. Penurunan inflasi tahunan kelompok bahan makanan bervariasi di antar kota. Penurunan terbesar di Kudus dari 7,35% (yoy) pada triwulan II menjadi 8,22% (yoy). Sementara itu, penurunan terkecil di Cilacap dari 6,98% (yoy) pada triwulan II menjadi 6,4% (yoy) (Grafik 2.28). Penurunan juga terjadi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar di hampir seluruh kota. Hanya di Surakarta dan Kudus yang tercatat naik. Hal ini akibat kenaikan bahan bakar rumah tangga di kedua kota ini termasuk yang tertinggi di Jawa Tengah, bersama dengan Cilacap. Grafik 2.26 Inflasi Tahunan Triwulan III 24 Grafik 2.27 Perkembangan Inflasi Tahunan di 6 Kota di Jawa Tengah % YOY 7,67 6,3 5, 4,8 4,65 4,84 4,53 3,78 Cilacap Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal Inflasi Tahunan per Kota Inflasi Tahunan Jawa Tengah Inflasi Tahunan Nasional % YOY I II III IV I II III IV I II III Cilacap Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II 33

49 Grafik 2.28 Inflasi Tahunan Kelompok Bahan Makanan di 6 Kota di Jawa Tengah Grafik 2.29 Inflasi Tahunan Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar di 6 Kota di Jawa Tengah % YOY Cilacap Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal % YOY Cilacap Purwokerto Kudus Surakarta Semarang Tegal Tw II 24 Tw III 24 Tw II 24 Tw III 24 Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah, diolah Di sisi lain, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga memberikan dorongan inflasi. Peningkatan terbesar terjadi di Surakarta dan Cilacap. Sumbangan terbesar diberikan oleh subkelompok jasa pendidikan. 34 BAB II - PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH

50 Rencana pemerintah menyesuaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi untuk menyehatkan fiskal tentunya perlu didukung oleh semua pihak. Diharapkan, kebijakan ini dapat mendorong perekonomian secara berkesinambungan dengan inflasi yang rendah dan stabil. Kebijakan ini direncanakan akan diterapkan sebelum tahun 25. UPAYA ANTISIPATIF DAMPAK PENYESUAIAN HARGA BBM BERSUBSIDI DI JAWA TENGAH Kebijakan serupa sudah beberapa kali dilakukan sepanjang sepuluh tahun terakhir. Kebijakan yang baru saja dilakukan adalah pada tahun 23, dimana pemerintah menaikkan harga premium dari Rp 4.5 per liter menjadi Rp 6.5 per liter atau sebesar 44,44%, sementara solar dari Rp 4.5 per liter menjadi Rp 5.5 per liter atau sebesar 22,22%. Kebijakan ini sempat membuat inflasi Jawa Tengah naik menjadi 7,98% (yoy) di akhir tahun 23, dari sebelumnya 4,24% (yoy) di tahun 22. Di tahun 24, inflasi kembali turun di level 5,% pada Oktober 24. Sementara itu, dari perkembangan ekonomi, pertumbuhan ekonomi 23 sebesar 5,8% di tahun 23, melambat dibandingkan dengan tahun 22 sebesar 6,3%. Namun, perlambatan ini lebih dikarenakan kondisi perekonomian global yang melemahkan ekspor, selain itu investasi juga melambat. Dari sisi kesejahteraan masyarakat, kemiskinan relatif tidak terpengaruh. Persentase penduduk miskin kemiskinan pada tahun 23 tercatat sebesar 4,44%, menurun dibandingkan dengan tahun 22 yang tercatat sebesar 4,98%. Dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi di tahun 24 diperkirakan akan memiliki pola yang sama dengan tahun 23. Dengan asumsi kenaikan BBM bersubsidi (solar dan premium sebesar Rp3.,), inflasi Jawa 4 Tengah akan bertambah 3,%. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi relatif tidak mengalami 5 perubahan yang signifikan. Dari sisi sosial, diperkirakan program yang telah disiapkan oleh pemerintah dapat mengkompensasi peningkatan penduduk miskin akibat kenaikan BBM bersubsidi. Berbagai program kompensasi yang telah disiapkan masyarakat diantaranya program keluarga harapan, bantuan siswa miskin, dan bantuan langsung sementara masyarakat. Perlunya kerjasama dengan pemerintah daerah untuk mengawal program agar berjalan efektif dan efisien, sehingga dapat meredam dampak yang ditimbulkan dari penyesuaian harga BBM bersubsidi. Pemerintah daerah bersama Bank Indonesia melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) telah mengidentifikasi sejumlah langkah antisipasi dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi sebagai berikut (i) pemberian bantuan kepada masyarakat, (ii) monitoring kondisi pasokan BBM, (iii) program pasar murah dan operasi pasar, (iv) pengamanan jalur distribusi dan suplai bahan kebutuhan pokok, (v) deteksi dini penimbunan BBM bersubsidi dan bahan kebutuhan pokok, (vi) pemetaan potensi kerawanan, serta (vii) koordinasi antara pemerintah pusat daerah dalam penetapan kenaikan biaya transportasi umum. SUPLEMEN II 4 Dampak pada kenaikan BBM sebesar Rp3. pada inflasi, st round,6%, 2nd round,53%, dan 3rd round,87% 5. Secara umum, efek kenaikan harga BBM kurang terlihat dalam pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi lebih dipengaruhi faktor lain seperti kondisi ekonomi dunia. Sedangkan bila secara lebih detil, dari tabel input-output, terlihat bahwa kenaikan BBM di Provinsi Jawa Tengah lebih berdampak pada sektor pertanian. Sementara di sektor pertambangan, industri pengolahan, PHR, serta sektor angkutan dan komunikasi dampaknya sangat kecil PERKEMBANGAN INFLASI JAWA TENGAH - BAB II 35

51

52 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Industri perbankan di Jawa Tengah pada triwulan III 24 masih tumbuh dengan baik. Indikator utama perbankan, yaitu aset, kredit, dan Dana Pihak Ketiga (DPK) menunjukkan pertumbuhan yang mengalami perlambatan. Perbankan syariah mengalami penguatan pertumbuhan aset dan DPK yang dihimpun. Namun demikian, pembiayaan yang disalurkan mengalami sedikit perlambatan. Kegiatan sistem pembayaran mampu memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di Jawa Tengah. 37

53

54 3.. Kondisi Umum Perbankan6 Jawa Tengah Meskipun mengalami perlambatan pada seluruh indikator utama kinerja perbankan di Jawa Tengah, industri perbankan pada triwulan III 24 masih tumbuh cukup baik (Grafik 3.2). Secara tahunan, pada triwulan ini total aset tumbuh melambat sebesar 3,94% (yoy) setelah sebelumnya mampu tumbuh sebesar 7,8% (yoy) pada triwulan II 24. To t a l a s e t b a n k u m u m t e r c a t a t s e b e s a r Rp252,3triliun. Sementara itu, indikator perbankan utama lainnya yaitu kredit mengalami kondisi serupa. Pertumbuhan kredit pada triwulan laporan mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, kredit tumbuh sebesar 3,56% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan lalu yang mampu mencapai 5,96% (yoy). Total kredit pada triwulan III 24 adalah sebesar Rp9,87 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun juga turut mengalami perlambatan. Pertumbuhan DPK pada triwulan ini adalah sebesar 4,% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan II 24 yang tumbuh sebesar 7,37% (yoy). Total DPK pada triwulan laporan adalah sebesar Rp 85,79 triliun dengan porsi utamanya dalam bentuk tabungan mencapai hingga 49%, kemudian disusul oleh deposito sebesar 35% dan giro sebesar 6%. Tidak terjadi perubahan di sepanjang lima tahun terakhir mengenai proporsi bentuk simpanan ini. Grafik TRILIUN RUPIAH Perkembangan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah I II III IV I II III IV I II III ASET KREDIT DPK Grafik Indikator perbankan lainnya yaitu Loan to Deposit Ratio (LDR) turut mengalami penurunan pada triwulan laporan. Angka LDR sebesar 3,27% menurun dari triwulan II 24 sebesar 5,%. Sementara itu, kualitas kredit yang disalurkan masih dapat dijaga dengan baik sehingga Non Performing Loan (NPL) berada di bawah level indikatif, yaitu pada level 2,22%. Angka NPL ini sedikit mengalami penurunan dari periode sebelumnya yang sebesar 2,24%. Perlambatan kinerja perbankan secara umum pada triwulan III ini berdampak pada pertumbuhan ekonomi sektor keuangan yang turut melambat menjadi sebesar 7,43% (yoy) setelah triwulan lalu mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,44% (yoy). PERSEN YOY Pertumbuhan Tahunan Indikator Perbankan di Provinsi Jawa Tengah I II III IV I II III IV I II III Pertumb. Aset Pertumb. Kredit Pertumb. DPK LDR (skala Kanan) 3.2. Perkembangan Bank Umum Perkembangan Jaringan Kantor Bank Perkembangan jaringan kantor bank umum di Jawa Tengah menurun dibanding triwulan sebelumnya (Tabel 3.). Pada triwulan laporan, jumlah kantor bank umum di Jawa Tengah berjumlah 3.53 unit menurun dari triwulan II 24 yang sebanyak unit. Penurunan utamanya terjadi pada kantor kas pada kelompok bank pemerintah dan bank swasta. Kantor kas kelompok bank pemerintah menurun dari 2 unit menjadi 84 unit, sementara kantor kas kelompok bank swasta menurun dari 6 unit menjadi 9 unit. Peningkatan jumlah jaringan kantor dijumpai 6.Indikator perbankan berdasarkan lokasi bank PERSEN PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 39

55 Tabel 3.. Jumlah Kantor Bank Umum Menurut Status Kepemilikan di Jawa Tengah KETERANGAN Bank Konvensional Jumlah Bank Umum jumlah Bank (Kantor Pusat) Jumlah Kantor Bank Umum Bank Pemerintah Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu ) Kantor Kas Bank Pemerintah Daerah Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu Kantor Kas Bank Swasta Nasional Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu Kantor Kas Bank Asing dan Bank Campuran Kantor Pusat Kantor Cabang Kantor Cabang Pembantu Kantor Kas I II III IV I II III IV I II III ) Termasuk BRI UNIT dalam bentuk kantor cabang pembantu pada kelompok bank pemerintah dari 759 unit menjadi 779 unit dan pada kelompok bank pemerintah daerah dari 7 unit menjadi unit. Sementara itu, kelompok bank asing dan campuran mengalami penambahan jumlah jaringan kantor dari triwulan II 24 sebanyak 3 unit dalam bentuk kantor cabang Perkembangan Penghimpunan DPK Pertumbuhan DPK melambat dalam bentuk tabungan dan giro. Mengingat porsinya yang besar, perlambatan DPK dalam bentuk tabungan turut mendorong perlambatan DPK secara keseluruhan (Grafik 3.3 dan Grafik 3.4). Komponen DPK mengalami perlambatan utamanya dalam bentuk giro yang melambat menjadi sebesar 7,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,59% (yoy). Sementara itu, komponen DPK lain, yaitu tabungan juga turut mengalami kondisi serupa. Pada triwulan III 24, tabungan tumbuh melambat menjadi sebesar 9,3% (yoy) dari triwulan lalu yang tumbuh sebesar,27% (yoy). Komponen DPK yang mengalami peningkatan pertumbuhan hanya dijumpai dalam bentuk deposito. Pertumbuhan deposito pada triwulan laporan adalah sebesar 26,8% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,96% (yoy). Dilihat dari golongan nasabahnya, secara keseluruhan kelompok pemerintah masih mampu tumbuh positif meskipun melambat. DPK nasabah kelompok sektor pemerintah tumbuh sebesar 2,57% (yoy) melambat dari triwulan lalu sebesar 8,93% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan meningkatnya konsumsi pemerintah yang terlihat pada kondisi perekonomian secara umum. Apabila dilakukan pengamatan lebih dalam, terlihat bahwa pemerintah pusat mengalami pertumbuhan tertinggi, yaitu sebesar 3,47% (yoy) melambat dari triwulan II 24 sebesar 3,84% (yoy). Sementara itu, penurunan tajam pada kelompok BUMN atau pemerintah campuran masih berlanjut. Secara tahunan golongan nasabah kelompok BUMN masih mencatatkan pertumbuhan negatif sebagaimana triwulan lalu. Pada triwulan laporan, pertumbuhan negatif yang dicatatkan adalah sebesar 45,23% (yoy), sedangkan periode lalu mengalami pertumbuhan 4 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

56 Grafik 3.3. Perkembangan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.4. Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Umum di Provinsi Jawa Tengah TRILIUN RUPIAH I II III IV I II III IV I II III PERSEN YOY I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 GIRO TABUNGAN DEPOSITO PERTUMB. GIRO PERTUMB. TABUNGAN PERTUMB. DEPOSITO negatif sebesar 45,43% (yoy). Lebih jauh, pada kelompok nasabah sektor swasta mengalami kondisi serupa. Perlambatan pertumbuhan yang berhasil dicatatkan pada triwulan laporan adalah sebesar 4,4% (yoy), sementara pada triwulan II 24 tumbuh sebesar 7,2% (yoy). Perlambatan pada kelompok nasabah sektor ini utamanya didorong oleh perlambatan pada bukan lembaga keuangan yaitu sebesar 22,44% (yoy) setelah triwulan lalu mampu tumbuh sebesar 35,7% (yoy) Penyaluran Kredit/Pembiayaan Laju pertumbuhan kredit tercatat mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan DPK. Kredit bank umum melambat menjadi sebesar 3,56% (yoy) dari triwulan lalu sebesar 5,96% (yoy). Perlambatan ini diduga akibat suku bunga pinjaman yang mengalami peningkatan utamanya suku bunga pinjaman dalam bentuk deposito. Grafik 3.5. Perkembangan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah Penyaluran kredit berdasarkan sektor utama porsi terbesar disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran, yaitu 34,8% dilanjutkan dengan industri pengolahan 7,72% dan pertanian 3,7%. Dukungan dunia perbankan terhadap perekonomian Jawa Tengah dapat dilihat melalui penyaluran kredit kepada sektor utama daerah, yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) seperti ditampilkan pada Grafik 3.5.Pertumbuhan kredit sektor utama tertinggi pada triwulan III 24 dicapai oleh sektor pertanian dengan pertumbuhan mencapai 35,54% (yoy) meski melambat dari triwulan lalu yang mampu mencapai pertumbuhan sebesar 38,46% (yoy). Kinerja kredit kepada sektor industri pengolahan juga menunjukkan pertumbuhan yang melambat dibandingkan dengan periode sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 7,66% (yoy) melambat dari 7,94% (yoy). Demikian Grafik 3.6. Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor di Provinsi Jawa Tengah TRILIUN RUPIAH 8 PERSEN YOY I II III IV 22 I II III IV 23 I II III I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 Kredit Sektor Pertanian Kredit Sektor Industri Pengolahan Kredit Sektor Phr Pertumb. Kredit Sektor Industri Pengolahan Pertumb. Kredit Sektor Pertanian Pertumb. Kredit Sektor PHR PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 4

57 Grafik 3.7 Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Sektor di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.8 Perkembangan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah 2 TRILIUN RUPIAH 53% 32% 5% 8 4 I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 Pertanian Industri Pengolahan PHR Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi pula halnya dengan penyaluran kredit kepada sektor PHR pada triwulan ini yang mencatatkan pertumbuhan melambat menjadi sebesar 6,77% (yoy) dari triwulan II 24 dengan tumbuh sebesar 7,83% (yoy). Penyaluran kredit berdasarkan penggunaan secara keseluruhan juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan tertinggi pada periode ini dijumpai pada kredit modal kerja (Grafik 3.9). Kredit modal kerja yang mendominasi pangsa kredit berdasarkan penggunaan yaitu sebesar 54% mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,45% (yoy) melambat dari sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,94% (yoy). Sementara itu, kredit investasi dengan pangsa sebesar 4% mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 3,38% (yoy) dari triwulan II 24 sebesar 22,8% (yoy). Kredit konsumsi dengan pangsa 32% selain tumbuh melambat juga mencapai pertumbuhan terendah, yakni sebesar 4,84% (yoy) setelah sebelumnya mampu tumbuh sebesar,6% (yoy) Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Perkembangan suku bunga simpanan dan pinjaman di Jawa Tengah menunjukkan kondisi yang beragam. Suku bunga simpanan dalam bentuk giro mengalami penurunan menjadi sebesar 2,93% dari sebelumnya yang sebesar 2,96%. Sementara itu, suku bunga simpanan dalam bentuk tabungan stagnan sama dengan triwulan lalu, yaitu di level,78%. Sementara itu, suku bunga simpanan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan menjadi sebesar 8,5% dari triwulan II 24 sebesar 7,83%. Apabila ditinjau berdasarkan waktunya, peningkatan suku bunga deposito hanya dijumpai pada deposito dengan jangka waktu di bawah 6 bulan, sementara deposito dengan tenor lebih dari 6 bulan mengalami penurunan. Peningkatan suku bunga deposito jangka pendek ini ditujukan untuk menarik likuiditas masyarakat yang tengah lesu. Peningkatan tertinggi dijumpai pada suku bunga deposito bertenor kurang Grafik 3.9 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3. Komposisi Kredit Perbankan Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah 6 PERSEN YOY 4 2 I II III IV I II III IV I II III 54% 32% 4% Pertumb. Kredit Modal Kerja Pertumb. Kredit Investasi Pertumb. Kredit Konsumsi Modal Kerja Investasi Konsumsi 42 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

58 Grafik 3. Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bank Umum di Provinsi Jawa Tengah 9 PERSEN 5 PERSEN 6 3,5 3 2 I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24,5 I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 Giro Tabungan Deposito Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi atau sama dengan 3 bulan, yaitu sebesar 8,56% dari 8,2%. Kenaikan suku bunga juga terjadi pada deposito bertenor kurang atau sama dengan 6 bulan menjadi sebesar 8,63% dari 8,29%. Pada triwulan III 24, suku bunga deposito tertinggi dijumpai pada deposito bertenor kurang atau sama dengan 36 bulan yaitu sebesar 8,89% turun dari periode lalu yang sebesar 9,37%. Berdasarkan penggunaan, hanya suku bunga kredit modal kerja yang mengalami peningkatan. Dengan porsi kredit modal kerja yang mendominasi kredit berdasarkan penggunaan maka peningkatan suku bunga kredit ini menyebabkan suku bunga kredit berdasar penggunaan secara umum mengalami peningkatan. Suku bunga kredit modal kerja meningkat menjadi 3,26% pada triwulan III24 dari 3,6% pada triwulan II 24. Sementara itu, suku bunga kredit investasi relatif stabil pada 3,55% dari 2 5 Grafik 3.3 Perkembangan Suku Bunga Sektor Utama di Provinsi Jawa Tengah 3,56% pada triwulan lalu, sedangkan suku bunga kredit konsumsi menurun menjadi 2,97% pada triwulan laporan dari 3,2% pada periode sebelumnya Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Bank Umum Non Performing Loan (NPL) kredit yang disalurkan perbankan Jawa Tengah dapat dipertahankan pada level yang rendah, yang mengindikasikan kualitas kredit terjaga dengan baik. Tingkat NPL gross perbankan Jawa Tengah pada triwulan III 24 sebesar 2,22% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,24%. Kredit berdasarkan penggunaan, meskipun dalam tren melambat dari triwulan lalu namun memiliki angka NPL gross pada semua komponen pembentuknya berada di bawah level aman. Kredit berdasarkan jenis penggunaan mengalami tren peningkatan NPL terkecuali pada kredit modal kerja yang menurun menjadi sebesar 2,57% dari sebelumnya sebesar 2,6% pada triwulan II 24. NPL kredit investasi dan konsumsi tercatat mengalami tren meningkat dengan angka NPL masing-masing yaitu 3,42% dari 2,87%, dan,2% dari,9%. 5 I II III IV I II III IV I II III Pertanian Industri Pengolahan PHR PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 43

59 Grafik 3.4 Perkembangan Risiko Kredit Berdasar Sektor di Provinsi Jawa Tengah Grafik 3.5 Perkembangan Risiko Kredit Berdasar Penggunaan di Provinsi Jawa Tengah 5 PERSEN 4 PERSEN I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 NPL Kredit Sektor Pertanian NPL Kredit Sektor Industri Pengolahan NPL Kredit Phr NPL Kredit Modal Kerja NPL Kredit Investasi NPL Kredit Konsumsi Dilihat dari risiko kredit yang dihadapi sektor utama di Provinsi Jawa Tengah terlihat secara keseluruhan masih berada di bawah level indikatif yang dipersyaratkan. Indikator risiko yang tercermin dari angka NPL pada sektor pertanian, yaitu sebesar 2,3%, sektor industri pengolahan,46%, dan sektor PHR 3,32%. Angka NPL sektor industri pengolahan masih mengalami tren menurun, sedangkan NPL sektor pertanian dan PHR mengalami tren meningkat dibandingkan dengan triwulan II Perkembangan Perbankan Syariah Perkembangan industri syariah pada triwulan III 24 di Jawa Tengah menunjukkan kinerja yang cukup baik. Perbankan syariah mengalami pertumbuhan aset sebesar 6,29% (yoy) dari sebelumnya 5,75% (yoy) pada triwulan II 24. Demikian halnya dengan DPK industri perbankan syariah yang juga mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya, yakni sebesar 9,6% (yoy) dari 6,49% (yoy). Sementara itu, pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah mengalami sedikit perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, pertumbuhan pembiayaan sebesar 25,6% (yoy) dari sebelumnya sebesar 25,62% (yoy). Angka Financing to Deposit Ratio (FDR) pada triwulan III 24 adalah sebesar 3% menurun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 39%. Kinerja baik perbankan syariah didukung dengan peningkatan jaringan kantor bank syariah menjadi sejumlah 78 unit dari triwulan II yang baru sebanyak 75 unit. Namun demikian, jumlah jaringan kantor unit usaha syariah (UUS) justru mengalami penurunan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, jumlah UUS adalah sebanyak 58 unit menurun dari triwulan sebelumnya sebanyak 6 unit. Sementara itu, jumlah jaringan kantor BPR syariah masih stagnan hingga triwulan III 24 ini yaitu sebesar 24 unit. Tabel 3.2. Jaringan Kantor Perbankan Syariah di Jawa Tengah KETERANGAN II III IV I II III IV I 24 II III Bank Syariah Bank Umum Jumlah Bank Jumlah Kantor Unit Usaha Syariah Jumlah Kantor Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

60 3.4. Perkembangan Kredit UMKM Peran perbankan dalam pembiayaan UMKM di Jawa Tengah pada triwulan III 24 mengalami perlambatan dibandingkan triwulan II 24. Penyaluran kredit perbankan Jawa Tengah kepada UMKM mencapai 38,5%. Dapat dilihat pada Grafik 3.6, pertumbuhan tahunan yang berhasil dicatatkan pada periode ini yaitu sebesar 7,5% (yoy) setelah pada triwulan II 24 sebelumnya mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 9,35% (yoy). Sementara itu, risiko atas kredit pada sektor UMKM mengalami peningkatan namun masih terjaga pada batas aman yang dipersyaratkan yaitu sebesar 5%. NPL kredit UMKM di Jawa Tengah pada periode laporan yaitu sebesar 3,63%, meningkat dari sebelumnya yang sebesar 3,59% (Grafik 3.7). Kredit UMKM berdasarkan sektor utama di Provinsi Jawa Tengah terlihat bahwa mayoritas kredit ditujukan kepada sektor PHR (Grafik 3.8). Perlambatan kredit juga dijumpai pada kredit kepada UMKM sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Pertumbuhan kredit kepada UMKM sektor pertanian sebesar 28,2% (yoy) melambat dari 33,63% (yoy) pada triwulan II 24. Kondisi perlambatan kredit tersebut juga dijumpai pada sektor industri pengolahan UMKM dengan tumbuh sebesar 4,45% (yoy) dari sebelumnya sebesar 2,56% (yoy) pada triwulan lalu. Sementara itu, pertumbuhan kredit kepada UMKM sektor PHR masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,9% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yaitu sebesar 3,89% (yoy). Risiko kredit kepada UMKM berdasar sektor utama berada pada level aman. NPL kredit sektor pertanian adalah 2,6%, sektor industri pengolahan 3,96%, dan sektor PHR 3,7%. Grafik 3.6 Perkembangan Kredit kepada UMKM Grafik 3.7 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM 8 TRILIUN RUPIAH PERSEN YOY 3 3 TRILIUN RUPIAH 5% ,5 2,5 4% 3% 3 2 5,5 2% % I II III IV 22 I II III IV 23 I II III % Kredit Umkm Pertumb. Kredit Umkm - Skala Kanan NPL Nominal Kredit Umkm NPL Kredit Umkm (%) - Skala Kanan Grafik 3.8 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Sektor Grafik 3.9 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasar Sektor PERSEN YOY 4 6% PERSEN YOY 4% 6 2% 2 % I II III IV I II III IV I II III I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 NPLKredit Sektor Pertanian NPL Kredit Sektor Industri Pengolahan NPL Kredit Sektor Phr Pertanian Industri Pengolahan PHR PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 45

61 Grafik 3.2 Perkembangan Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan Grafik 3.2 Perkembangan Risiko Kredit kepada UMKM Berdasar Penggunaan 8 RP TRILIUN 6 2,5 RP TRILIUN 5% ,,5 4% 3% 2 2,,5 2% % I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24, I II III IV 22 I II III IV 23 I II III 24 % KREDIT MODAL KERJA UMKM KREDIT INVESTASI UMKM PERTUMB. KREDIT MODAL KERJA UMKM - SKALA KANAN PERTUMB. KREDIT INVESTASI UMKM - SKALA KANAN NPL Kredit Modal Kerja UMKM NPL Kredit Investasi UMKM NPL Kredit Modal Kerja (%) - skala kanan NPL Kredit Investasi UMKM (%) - skala kanan Apabila dilihat berdasarkan penggunaannya, kredit kepada sektor UMKM mayoritas berupa Kredit Modal Kerja (KMK) dengan porsi sekitar 8% dari total kredit. KMK pada triwulan III 24 mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 7,62% (yoy) dari sebelumnya sebesar 7,9% (yoy). Sementara itu, jenis kredit lain yaitu kredit investasi juga mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada triwulan ini kredit investasi pada Sektor UMKM mengalami perlambatan menjadi sebesar 7,% (yoy) dari sebelumnya 26,2%(yoy). Kredit kepada Sektor UMKM berdasarkan penggunaan memiliki angka NPL yang berada di bawah level indikatif 5%. NPL kredit modal kerja mengalami perbaikan dari triwulan lalu, namun NPL kredit investasi pada triwulan III 24 ini mengalami tren meningkat. NPL kredit modal kerja membaik menjadi sebesar 3,43% dari sebelumnya sebesar 3,52%. Sementara itu, NPL kredit investasi meningkat menjadi sebesar 4,55% dari sebelumnya sebesar 3,9% Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Kegiatan kliring pada triwulan III 24 (Agustus) melambat dibandingkan sebelumnya. Perlambatan terjadi dari sisi nominal, sedangkan jumlah warkat kliring mengalami perbaikan. Nominal transaksi kliring pada periode laporan tercatat tumbuh melambat sebesar,78%(yoy), dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,9%(yoy). Sementara itu, jumlah warkat yang ditransaksikan tumbuh membaik, yaitu 2,5% (yoy), setelah sebelumnya mengalami penurunan sebesar -2,75% (yoy). Rata-rata perputaran warkat yang dikliringkan per hari adalah,848 lembar dengan nominal Rp,46 triliun. Angka rata-rata nominal perputaran kliring tersebut mengalami penurunan sebesar -4,2% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,86% (yoy). Peredaran cek dan bilyet giro kosong melambat (Grafik 3.23). Secara tahunan, nominal cek/bg kosong menurun sebesar -,56% (yoy) atau turun tajam dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,76% (yoy). 7.Dikarenakan keterbatasan data, kajian mengenai kliring menggunakan data bulan Agustus sebagai proksi triwulan III BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

62 Grafik 3.22 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Kliring Harian di Jawa Tengah Grafik 3.23 Perkembangan Rata-Rata Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Harian Provinsi Jawa Tengah 6 MILIAR RUPIAH RIBU LEMBAR 6 35 MILIAR RUPIAH LEMBAR I II III IV I II III IV I II III (Aug) Nominal Jumlah Warkat - Skala Kanan I II III IV I II III IV I II III (Aug) Nominal Jumlah Warkat - Skala Kanan 4 Grafik 3.24 Perkembangan Nilai RTGS Jawa Tengah Grafik 3.25 Perkembangan Volume RTGS Jawa Tengah 2 TRILIUN RUPIAH PERSEN YOY I II III IV I II III IV I II III RTGS dari Jateng RTGS antar Jateng Pertumbuhan Tahunan - skala kanan RTGS ke Jateng RIBU TRANSAKSI PERSEN YOY I II III IV I II III IV I II III RTGS dari Jateng RTGS antar Jateng Pertumbuhan Tahunan - skala kanan RTGS ke Jateng Transaksi RTGS yang terjadi pada triwulan III 24 secara nilai transaksi mengalami mengalami perlambatan, sedangkan secara volume transaksi mengalami perbaikan dibandingkan dengan triwulan II 24 (Grafik 3.24 dan Grafik 3.25). Dari sisi nilai, transaksi RTGS mengalami perlambatan pada transaksi RTGS dari Jateng sebesar 3,36% (yoy) dari sebelumnya 34,64% (yoy). Di sisi lain, transaksi RTGS ke Jateng mengalami penurunan lebih tajam sebesar -22,3% (yoy) dari -3,84% (yoy) dan transaksi antar Jateng mengalami penurunan sebesar -9,83% (yoy) dari 4,6% (yoy). Sementara itu secara volume transaksi RTGS mengalami perbaikan. Meskipun masih mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -2,36% (yoy), transaksi ini telah mengalami perbaikan setelah sebelumnya tumbuh sebesar -7,68% (yoy). Penurunan ini dialami oleh seluruh transaksi secara volume baik transaksi RTGS dari Jateng, RTGS ke Jateng dan RTGS antar Jateng Perkembangan Perkasan Pada triwulan III 24, Provinsi Jawa Tengah sama halnya dengan periode sebelumnya mengalami net inflow uang tunai (Grafik 3.26). Inflow yang terjadi adalah sebesar Rp2,3 triliun, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar Rp,59 triliun, atau meningkat sebesar 72,8% (qtq). Sementara itu, outflow yang terjadi pada triwulan laporan sebesar Rp5,7 triliun, juga meningkat dari triwulan II 24 yang sebesar Rp8,5 triliun atau meningkat sebesar 88,5% (qtq). Dengan kondisi tersebut, net inflow masih mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya yaitu menjadi sebesar Rp4,86 triliun dari Rp3,54 triliun atau meningkat sebesar 37,5% (qtq). PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN - BAB III 47

63 Grafik 3.26 Perkembangan Kegiatan Perkasan di Jawa Tengah Grafik 3.27 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh TRILIUN RUPIAH 2 I II III IV I II III IV I II III %, yoy % I II III IV I II III IV I II III INFLOW OUTFLOW NET PTTB, yoy % PTTB thd Inflow - skala kanan Adanya kenaikan net inflow tersebut tidak terlepas dari pola tren triwulanan yang terkait dengan faktor musiman Idul Fitri. Kebutuhan uang masyarakat menjelang Idul Fitri umumnya meningkat yang ditandai dengan naiknya outflow. Kemudian, usai Lebaran kebutuhan uang masyarakat akan berkurang yang ditandai dengan meningkatnya inflow uang tunai. Selain menyediakan uang dalam jumlah yang cukup, Bank Indonesia juga bertugas untuk menyediakan uang dalam kondisi yang layak edar (clean money policy). Dalam rangka memenuhi tugas tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V melakukan penarikan uang lusuh dan mengganti dengan uang yang layak edar. Pada triwulan III 24, pertumbuhan uang lusuh yang ditarik tercatat sebesar 26,36% (yoy) atau melambat dibandingkan periode sebelumnya sebesar 39,78% (yoy). Dilihat berdasarkan proporsinya terhadap inflow, pada triwulan laporan persentase penarikan uang lusuh terhadap inflow sebesar 7,8%. Angka ini menurun dibanding triwulan II 24 yang sebesar 9,4% (Grafik 3.27). Perkembangan temuan uang palsu yang ditemukan di wilayah Jawa Tengah baik yang diperoleh dari setoran bank, setoran masyarakat melalui loket penukaran, serta dari temuan perbankan yang dilaporkan ke Bank Indonesia. Penemuan uang palsu di Jawa Tengah pada 8 triwulan III 24 sebanyak lembar. Grafik 3.28 Grafik Perkembangan Temuan Uang Palsu LEMBAR I II III IV I II III IV I II III TEMUAN UANG PALSU Kegiatan sistem pembayaran berperan besar dalam memberikan dukungan pada kelancaran transaksi ekonomi di Jawa Tengah. Kegiatan tersebut baik dalam bentuk tunai maupun nontunai pada triwulan III 24 menunjukkan kinerja yang baik, walaupun cenderung melambat. Hal ini mengindikasikan masih cukup maraknya kegiatan ekonomi di Jawa Tengah. 8.Data jumlah lembar temuan uang palsu tanpa memperhitungkan KPw Tegal. 48 BAB III - PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

64 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pendapatan Pemerintah Daerah perlu diintensifkan untuk mendukung perekonomian daerah Realisasi pendapatan dan belanja Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah sampai dengan triwulan III 24 menunjukkan peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Realisasi pendapatan khususnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 49

65

66 4. Realisasi APBD Triwulan III24 Realisasi pendapatan dan belanja Pemprov Jawa Tengah pada triwulan III 24 meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Intensifikasi pendapatan terus ditingkatkan sehingga realisasi pendapatan Pemprov Jawa Tengah sampai dengan triwulan III 24 telah mencapai Rp,28 triliun atau 82,6% dari total APBD 24 yang ditetapkan sebesar Rp3,73 triliun. Realisasi pendapatan daerah mengalami akselerasi yang cukup baik dibandingkan triwulan II 24 yang tercatat baru mencapai 52,43% atau senilai Rp7,2 triliun. Kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) mendorong kenaikan realisasi pendapatan daerah. Pangsa PAD mencapai 64,% terhadap keseluruhan realisasi pendapatan Provinsi Jawa Tengah. Dari sisi pencapaian target, realisasi PAD sampai dengan triwulan III 24 telah berjalan cukup baik, yaitu mencapai 86,53% dari target sebesar Rp8,34 triliun. Realisasi pajak daerah yang telah mencapai 82,97% atau senilai Rp5,88 triliun dari target sebesar Rp7,9 triliun, menjadi faktor pendorong utama kenaikan pendapatan daerah. Realisasi tersebut memberikan indikasi kondisi perekonomian Jawa Tengah sampai dengan triwulan laporan yang masih cukup kondusif, mengingat, dari sisi nominal target, pajak daerah tahun 24 yang ditetapkan telah meningkat sebesar 29,4% dari tahun 23 yang sebesar Rp5,48 triliun. Sementara itu, Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan menunjukkan realisasi yang sangat baik dengan indikasi telah terlampauinya target yang ditetapkan dalam APBD. Realisasi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan mencapai Rp29,65 miliar atau sebesar 4,37% dari target senilai Rp279,44 miliar. Tabel 4.. Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 24 (Rp Miliar) URAIAN APBD 24 REALISASI %REALISASI s/d TW III PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH PAJAK DAERAH HASIL RETRIBUSI DAERAH HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH DANA PERIMBANGAN BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH PENDAPATAN HIBAH DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS DANA INSENTIF DAERAH PENDAPATAN LAINNYA 3.737, 8.347,8 7.97, 78, 279,4 893,3 2.66,9 723,8.83,9 79, 2.782,3 29, 2.75,3 3,,.286, , ,4 54,48 29,64 989,8 2.59,62 496,97.53,27 59,37 2.3,39,8.998,89 3,,3 82,6 86,53 82,97 69,83 4,37,72 79, 68,66 83,33 75, 72,,62 72,68, BELANJA 3.997, 8.988,99 64,22 BELANJA TIDAK LANGSUNG 9.387, ,2 66,4 BELANJA PEGAWAI.956,.285,62 65,72 BELANJA HIBAH 3.38,7 2.28,65 72,68 BELANJA BANTUAN SOSIAL 3,6 6,75 2,34 BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROV/KAB/KOT/DESA 2.72,7.89,88 66,89 BELANJA BANTUAN KEUANGAN KEPADA PROV/KAB/KOT/DESA DAN PARPOL 2.6,4.73,52 56,96 BELANJA TIDAK TERDUGA 3, 2,76 9,2 BELANJA LANGSUNG 4.59,5 2.49,79 59,9 BELANJA PEGAWAI 35,2 27, 68,88 BELANJA BARANG DAN JASA 2.42,3.55,48 63,8 BELANJA MODAL.44,9 759,2 52,65 SURPLUS / (DEFISIT) (26,) 2.297,65 6,42 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB IV 5

67 Grafik 4. Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 24 Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III % THDP PENDAPATAN 8 % THDP BELANJA PAD Dana Perimbangan Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Peningkatan tersebut mengindikasikan adanya peningkatan usaha pada BUMD Provinsi Jawa Tengah pada tahun 24. BUMD Provinsi Jawa Tengah saat ini terdapat 8 (delapan) perusahaan yaitu: PT Pekan Raya Promosi Pembangunan Jateng (PRPP), PT Bank Jateng, Bank Perkreditan Rakyat Badan Kredit Kecamatan (BPR BKK), Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB), PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah (SPJT), PT Kawasan Industri Wijayakusuma, Perusda Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT), dan PT Sarana Patra Hulu Cepu (SPHC). Sejalan dengan data historis realisasi program kerja Pemda, realisasi belanja Pemprov Jawa Tengah di triwulan III 24 terus mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan data sementara, total realisasi belanja daerah mencapai Rp8,98 triliun, meningkat dibandingkan realisasi belanja pada triwulan II 24 yang tercatat sebesar Rp4,99 triliun. Realisasi tersebut mencapai 64,22% dari keseluruhan anggaran belanja tahun 24 dan meningkat dibandingkan realisasi triwulan II 24 yang tercatat baru mencapai 35,69%. 4.2 Perbandingan Realisasi APBD Triwulan Realisasi III pendapatan 24 dan Triwulan APBD sampai III 23dengan triwulan III 24 melambat dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 23. Pada periode Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah triwulan III 23, realisasi pendapatan telah mencapai 83,5% dari total APBD, sementara pada triwulan III 24 realisasi pendapatan baru mencapai 82,6%. Penurunan terjadi sejalan dengan melambatnya realisasi PAD yang sampai dengan triwulan laporan baru mencapai 86,53%, sementara pada triwulan yang sama pada tahun sebelumnya telah mencapai 9,73%. Realisasi Pajak daerah yang baru mencapai 82,97% atau senilai Rp5,8 triliun dari target sebesar Rp7 triliun, menjadi faktor utama pendorong perlambatan realisasi pendapatan daerah. Perlambatan realisasi pajak daerah terutama berasal dari penerimaan Biaya Pajak Nomor Kendaraan Bermotor (BPNKB). Pemasukan pajak dari sektor BPNKB pada triwulan III 24 baru mencapai Rp2, triliun atau baru terealisasi 6,45%dari target PAD sebesar Rp3,5 triliun. Namun dari sisi komposisi pos pendapatan, realisasi PAD triwulan III 24 telah mencapai 64,%, meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat hanya 6,77%. Melihat kondisi tersebut, melambatnya realisasi PAD yang pada triwulan laporan terjadi pada penerimaan pajak daerah dan Retribusi Daerah tidak sepenuhnya mengindikasikan adanya perlambatan perekonomian daerah pada tahun 24, melainkan dikarenakan adanya peningkatan target APBD yang cukup besar dari tahun sebelumnya yaitu 29,4% untuk Pajak Daerah dan 4,9% untuk Retribusi Daerah. Selama dua tahun terakhir peningkatan target penerimaan pajak daerah hanya berkisar pada 3%. 52 BAB IV - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

68 Grafik 4.3 Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 23 dan Triwulan III 24 Grafik 4.4 Perbandingan Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Jawa Tengah TriwulanIII 23 dan Triwulan III %THDP PENDAPATAN,7,6,5,4,3,2 % THDP BELANJA , PAD Dana Perimbangan Transfer Pemerintah Pusat-Lainnya Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung TW III 23 TW III 24 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Realisasi belanja daerah pada triwulan laporan relatif meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama di tahun 23. Sampai dengan triwulan III, realisasi belanja Pemprov Jawa Tengah di tahun 24 telah mencapai 64,22% atau senilai Rp8,98 triliun, sementara di triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,93% atau senilai Rp7,88 triliun. Peningkatan realisasi belanja daerah tersebut terutama didorong oleh peningkatan realisasi belanja produktif daerah. Pada triwulan laporan, realisasi belanja modal mencapai 52,65% dari total anggaran, meningkat dibandingkan capaian pada triwulan III 23 yang tercatat mencapai 45,56%. Peningkatan ini sejalan dengan realisasi program tahun infrastruktur yang dicanangkan Pemprov Jawa Tengah. Sementara realisasi belanja barang dan jasa relatif stabil pada angka 63,%. TW III 23 TW III 24 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah Secara nominal, realisasi belanja s.d. triwulan III 24 dibandingkan dengan tahun 23 naik sebesar 4,2% (yoy) yang terutama dikontribusikan oleh peningkatan realisasi belanja langsung. Dari sisi penggunaan anggaran, terdapat surplus pada periode triwulan laporan yang mencapai Rp2,29 triliun, meningkat sebesar,52% (yoy) dibandingkan triwulan III 23 yang tercatat sebesar Rp2,7 triliun. Peningkatan surplus ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan surplus pada triwulan III 23 yang naik sebesar 76,%. Hal ini disebabkan oleh peningkatan belanja, sementara realisasi pendapatan turun, terutama pada sisi hibah dan Penerimaan Pajak Daerah. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH - BAB IV 53

69 Tabel 4.2. Perbandingan % Realisasi APBD Jawa Tengah Triwulan III 23 dan Triwulan III 24 URAIAN TW III-23 TW III-24 %REALISASI PENDAPATAN 83,5 82,6 (,6) PENDAPATAN ASLI DAERAH 9,37 86,53 (5,29) PAJAK DAERAH 9,25 82,97 (9,7) HASIL RETRIBUSI DAERAH 63,68 69,83 9,64 HASIL PENGELOLAAN KEKAYAAN DAERAH YANG DIPISAHKAN 4,3 4,37,32 LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH 9,77,72 2,98 DANA PERIMBANGAN 8, 79, (,24) BAGI HASIL PAJAK/BAGI HASIL BUKAN PAJAK 72,26 68,66 (4,98) DANA ALOKASI UMUM 83,33 83,33, DANA ALOKASI KHUSUS 75, 75,, TRANSFER PEMERINTAH PUSAT LAINNYA 68,38 72, 5,29 PENDAPATAN HIBAH 53,24,62 (98,83) DANA PENYESUAIAN DAN OTONOMI KHUSUS 69,6 72,68 5,24 DANA INSENTIF DAERAH -,, PENDAPATAN LAINNYA, -, BELANJA 6,93 64,22 3,7 BELANJA TIDAK LANGSUNG 63,2 66,4 4,62 BELANJA PEGAWAI 63,85 65,72 2,94 BELANJA HIBAH 65,9 72,68,27 BELANJA BANTUAN SOSIAL 56,38 2,34-62,5 BELANJA BAGI HASIL KEPADA PROV/KAB/KOT/DESA 72,3 66,89-7,48 BELANJA BANTUAN KEUANGAN KPD PROV/KAB/KOT/DESA DAN PARPOL 42,22 56,96 34,89 BELANJA TIDAK TERDUGA,54 9,2 499,26 BELANJA LANGSUNG 58,78 59,9,9 BELANJA PEGAWAI 68,76 68,88,7 BELANJA BARANG DAN JASA 63,6 63,8 (,2) BELANJA MODAL 45,56 52,65 5,56 SURPLUS / (DEFISIT) 6,33 6,42 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Jawa Tengah, diolah 54 BAB IV - PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

70 BAB V PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kesejahteraan masyarakat terindikasi masih baik Penyerapan tenaga kerja menunjukkan perbaikan sejalan dengan perekonomian Jawa Tengah yang mulai naik. Pengangguran turun dibandingkan periode sebelumnya Tingkat daya beli petani di pedesaan terindikasi naik dibarengi dengan kemampuan produksinya yang naik. 55

71

72 5.. Ketenagakerjaan 9 Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menunjukkan sedikit penurunan. TPAK yang mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi mengalami sedikit penurunan dari 7,42% pada Agustus 23 menjadi 69,68% pada Agustus 24. Hal ini memperlihatkan pasokan tenaga kerja yang tersedia mengalami penurunan. Peningkatan jumlah angkatan kerja lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk usia 5 tahun ke atas. Hampir seluruh TPAK kabupaten/kota di Jawa Tengah turun. Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Brebes dan Kota Tegal. Sementara itu, TPAK di beberapa kabupaten/kota di Jawa Tengah naik, dengan peningkatan terbesar di Kabupaten Wonosobo. Di sisi lain, penyerapan tenaga kerja menunjukkan perbaikan sejalan dengan perekonomian Jawa Tengah yang naik. Pertumbuhan penduduk yang bekerja,49% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan jumlah angkatan kerja,7% (yoy). Penduduk yang bekerja pada Agustus 24 tercatat 6,55 juta orang sementara jumlah angkatan kerja tercatat 7,55 juta orang. Konsumen melihat kondisi ketenagakerjaan tidak sepesimis periode sebelumnya. Berdasarkan survei konsumen di Jawa Tengah, konsumen masih pesimis melihat kondisi lapangan kerja saat ini, meski tidak sebesar periode sebelumnya (Grafik 5.3). Di sisi lain, optimisme konsumen terhadap penghasilan saat ini naik. Tabel 5.. Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama (juta orang) INDIKATOR Angkatan Kerja Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Penduduk Usia Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) % Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)% Pekerja Tidak Penuh Setengah Penganggur Paruh Waktu Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Februari Agustus Februari 7,46 6,5,96 7,32 24,78 7,46 5,5 4,73,9 2,83 23* 7,52 6,47,5 7,36 24,88 7,42 5,99 5,2,49 3,72 *Februari - Agustus 23 hasil backcasting penimbang Proyeksi Penduduk Februari 24 **Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 24 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk 7,72 6,75,97 7,26 24,98 7,93 5,45 4,85,28 3,57 24** Agustus 7,55 6,55 7,64 25,9 69,68 5,68 4,9,9 3,7 Grafik 5.. TPAK Kabupaten di Jawa Tengah Grafik 5.2. TPAK Kota di Jawa Tengah PERSEN CILACAP BANYUMAS PURBALINGGA BANJARNEGARA KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG BOYOLALI KLATEN SUKOHARJO WONOGIRI KARANGANYAR SRAGEN GROBOGAN BLORA REMBANG PATI KUDUS JEPARA DEMAK SEMARANG TEMANGGUNG KENDAL BATANG PEKALONGAN PEMALANG TEGAL BREBES PERSEN Kota Magelang Kota Kota Salatiga Surakarta Kota Semarang Kota Kota Tegal Pekalongan Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah 9. Pada rilis Februari, BPS mengubah penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan sehingga turut mengubah data sebelumnya.. Penyerapan tenaga kerja merupakan rasio antara jumlah penduduk yang bekerja dibandingkan dengan total angkatan kerja. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 57

73 Grafik 5.3. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini Grafik 5.4. Indeks Kondisi Ketenagakerjaan, Penghasilan, dan Kegiatan Usaha yang Akan Datang 4 INDEKS 5 INDEKS OPTIMIS PESIMIS OPTIMIS PESIMIS 7 I II III IV I II III IV I II III 7 I II III IV I II III IV I II III Penghasilan Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Lapangan Kerja Penghasilan Lapangan Kerja Kegiatan Usaha Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sementara itu, optimisme konsumen dalam melihat kondisi ketenagakerjaan yang akan datang naik. Berdasarkan survei konsumen di Jawa Tengah, optimisme konsumen melihat kondisi lapangan usaha yang akan datang naik. Sejalan dengan naiknya optimisme melihat kegiatan usaha yang akan datang (Grafik 5.4). Struktur lapangan pekerjaan tidak mengalami perubahan. Pada Agustus 24 sektor pertanian, sektor perdagangan, sektor industri dan sektor jasa kemasyarakatan secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Jawa Tengah. Peningkatan tertinggi jumlah penduduk bekerja di sektor konstruksi, diikuti dengan sektor industri dan perdagangan. Kenaikan pertumbuhan ekonomi sektor industri dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sejalan dengan bertambahnya jumlah pekerja di kedua sektor tersebut. Sesuai historisnya, konsentrasi jumlah penduduk bekerja terkonsentrasi di sektor informal. Jumlah pekerja informal dalam perekonomian mencapai 64,42%, sedikit lebih rendah dibandingkan Agustus 23 sebesar 65,45% Kenaikan jumlah penduduk bekerja didorong oleh naiknya jumlah pekerja formal. Jumlah pekerja Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Usia 5 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 23 Agustus 24 (juta orang) LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Pertanian Industri Konstruksi Perdagangan Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan Lainnya** Total 23* 24** Februari Agustus Februari Agustus 5,5 3,3,23 3,76,55,3 2,4, 6,45 5,7 3,,97 3,69,62,3 2,5,9 6,47 5,9 3,3,3 3,72,55,36 2,5,6 6,75 5,7 3,7,27 3,72,59,32 2,9,2 6,55 *) Februari - Agustus 23 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 24 **) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 24 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk ***) Lapangan pekerjaan utama lainnya terdiri dari sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Konstruksi, Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. 58 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

74 Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Umur 5 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 23 Agustus 24 (juta orang) STATUS PEKERJAN UTAMA. BERUSAHA SENDIRI 2. BERUSAHA DIBANTU BURUH TIDAK TETAP 3. BERUSAHA DIBANTU BURUH TETAP 4. BURUH/KARYAWAN/PEGAWAI 5. PEKERJA BEBAS 6. PEKERJA TAK DIBAYAR TOTAL Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Februari Agustus Februari 2,8 2,93,57 5,43 2,48 2,29 6,5 23* 2,66 3,34,54 5,5 2,2 2,76 6,47 2,82 2,93,62 5,74 2,29 2,36 6,76 *) Februari - Agustus 23 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 24 **) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 24 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk 24** Agustus 2,86 3,9,64 5,25 2,8 2,43 6,55 formal pada Agustus 24 naik,2 juta orang dibandingkan dengan Agustus 23 atau 3,5%. Kelompok orang yang bekerja dengan berusaha sendiri dibantu buruh tetap naik cukup besar 8,52% dibandingkan Agustus 23. Sementara itu, pekerja nonformal berkurang,2 juta orang dibandingkan Agustus 23 atau turun,2%. Pekerja waktu penuh masih mendominasi di Jawa Tengah. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar 7,4% masih didominasi oleh penduduk yang dianggap sebagai pekerja penuh waktu (full time worker), yaitu penduduk yang bekerja pada kelompok 35 jam ke atas per minggu. Kenaikan terjadi pada pekerja waktu penuh. Pekerja waktu penuh bertambah,39 juta orang dibandingkan dengan Agustus 24 atau 3,46%. Sementara pekerja tidak penuh, baik setengah penganggur dan pekerja paruh waktu berkurang dibandingkan dengan Agustus 23 (Tabel 5.4). Kualitas penduduk yang bekerja belum mengalami perbaikan. Penyerapan tenaga kerja sebagian besar masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD ke bawah), dengan porsi 54,26%. Sementara itu, pekerja yang berpendidikan tinggi hanya mencakup 6,95%, sedangkan sisanya merupakan pekerja berpendidikan menengah. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, komposisi ini tidak mengalami perubahan yang signifikan. Tabel 5.4. Jumlah Penduduk Umur 5 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Jumlah Jam Kerja (juta orang) PENDUDUK YANG BEKERJA PEKERJA TIDAK PENUH SETENGAH PENGANGGUR PEKERJA PARUH WAKTU PEKERJA PENUH TOTAL Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Agustus * Februari ** Agustus *) Februari - Agustus 23 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 24 **) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 24 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 59

75 Tabel 5.5. Jumlah Penduduk Umur 5 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Februari 23 Agustus 24 (juta orang) PENDIDIKAN SD ke Bawah SMP SMA DI/II/III dan Universitas Total Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Februari Agustus Februari 9,3 2,9 3,3,5 6,5 23* *) Februari - Agustus 23 merupakan hasil backcasting dari penimbang Proyeksi Penduduk yang digunakan pada Februari 24 **) Estimasi ketenagakerjaan Februari dan Agustus 24 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk 9, 3,22 3,4, 6,47 9,3 3,6 3,37,9 6,75 24** Agustus 8,98 3,2 3,3,5 6, Pengangguran Grafik 5.5. TPT Kabupaten di Jawa Tengah Grafik 5.6. TPT Kota di Jawa Tengah PERSEN CILACAP BANYUMAS PURBALINGGA BANJARNEGARA KEBUMEN PURWOREJO WONOSOBO MAGELANG BOYOLALI KLATEN SUKOHARJO WONOGIRI KARANGANYAR SRAGEN GROBOGAN BLORA REMBANG PATI KUDUS JEPARA DEMAK SEMARANG TEMANGGUNG KENDAL BATANG PEKALONGAN PEMALANG TEGAL BREBES PERSEN MAGELANG SURAKARTA SALATIGA SEMARANG PEKALONGAN TEGAL Sumber : BPS Jawa Tengah Sumber : BPS Jawa Tengah Pengangguran pada periode laporan turun. Jumlah pengangguran turun dari,5 juta pada Agustus 23 orang pada Agustus 23 menjadi, juta pada Agustus 24 atau turun 4,76% (yoy). Tingkat pengangguran terbuka (TPT) turun dari 5,99% menjadi 5,68% (Tabel 5.). TPT di hampir seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah menurun. Penurunan terbesar terjadi di Kabupaten Kudus dari 8,7% menjadi 5,3%. Di sisi lain, hanya sebagian kecil kabupaten/kota di Jawa Tengah yang mengalami kenaikan TPT. Peningkatan terbesar terjadi di Kota Semarang dari 6,2% menjadi 7,76%. dibandingkan dengan periode sebelumnya. Hal ini didorong oleh indeks yang diterima petani naik lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar petani (Grafik 5.7). Kenaikan NTP utamanya didorong oleh subsektor peternakan dan perikanan.ntp subsektor peternakan dan perikanan masing-masing naik 2,36% (qtq) dan,% (qtq). Sementara itu, subsektor tanaman bahan makanan, hortikultura, dan tanaman perkebunan rakyat turun (Grafik 5.8). Penurunan NTP tabama ini sejalan dengan produksinya yang menurun sehingga kenaikan indeks yang diterima terbatas dan lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan indeks yang dibayarkan 5.3. Nilai Tukar Petani 2 Tingkat daya beli petani di pedesaan terindikasi naik. Kenaikan daya beli terindikasi dari peningkatan Nilai Tukar Petani (NTP) pada periode laporan 2. Pada Desember 23, BPS melakukan perubahan tahun dasar NTP. Untuk itu NTP dalam laporan ini disesuaikan dengan menggunakan pendekatan perubahan per bulan. 6 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

76 Grafik 5.7. NTP Jawa Tengah dan Komponen Penyusunnya Grafik 5.8. NTP Subsektor di Jawa Tengah INDEKS I II III IV I II III IV I II III INDEKS I II III IV I II III IV I II III Indeks yang Diterima Petani (It) Indeks yang Dibayar Petani (Ib) Nilai Tukar Petani Total Peternakan Hortikultura Perikanan Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Rakyat Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Sumber : BPS Provinsi Jawa Tengah Indeks yang diterima petani di semua subsektor naik. Kenaikan terbesar indeks yang diterima petani berasal dari subsektor peternakan dan perikanan. Peningkatan di sektor tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang dibayar di masingmasing subsektor sehingga kedua subsektor ini NTP nya tercatat naik. Kenaikan NTP peternakan sejalan dengan peraturan produksi bibit ayam (DOC) yang meningkatkan harga jual daging ayam ras dan telur ayam ras sehingga penerimaan peternak naik. Indeks yang dibayar petani di semua subsektor memiliki tren yang meningkat. Kenaikan terbesar pada triwulan III berasal dari subsektor hortikultura dan tanaman bahan makanan dimana kenaikannya lebih tinggi dibandingkan dengan indeks yang diterima di masing-masing subsektor sehingga kedua subsektor ini NTP nya tercatat turun. Kemampuan produksi petani pada periode laporan naik. Setelah turun di periode sebelumnya, pada triwulan III kemampuan produksi petani yang tercermin dari Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) mengalami peningkatan, dimana peningkatan terbesar pada subsektor peternakan dan perikanan. Inflasi tahunan pedesaan turun, sejalan dengan penurunan inflasi IHK. Penurunan utamanya disumbang oleh turunnya kelompok transportasi dan komunikasi, terkait meredanya dampak kenaikan harga BBM di tahun 23. Kelompok lain yang turun cukup besar diantaranya bahan makanan dan makanan jadi. Grafik 5.9. Indeks yang Diterima Subsektor di Jawa Tengah Grafik 5.. Indeks yang Dibayar Subsektor di Jawa Tengah 2 INDEKS 5 INDEKS I II III IV I II III IV I II III 9 I II III IV I II III IV I II III Total Hortikultura Perikanan Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Rakyat Total Peternakan Hortikultura Perikanan Tanaman Bahan Makanan Tanaman Perkebunan Rakyat PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 6

77 5.4. Tingkat Kemiskinan Angka kemiskinan naik. Data terakhir BPS menunjukkan adanya peningkatan jumlah kemiskinan di bulan Maret 24. Tingkat kemiskinan di bulan tersebut sebesar ribu jiwa atau 4,46% dari jumlah penduduk Jawa Tengah, dan menurun dibanding bulan September 23 yang sebesar 4.75 ribu jiwa. Sementara secara persentase, jumlah penduduk miskin tersebut naik 2,8% dibandingkan dengan bulan September 23 atau naik 2,5% dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 23. Dibandingkan dengan September tahun lalu, meningkatnya angka kemiskinan di bulan Maret 24 terutama terjadi di daerah perkotaan. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebesar,74% atau naik 3,97% dibandingkan September 23. Sementara di pedesaan, secara tahunan penduduk miskin naik sebesar 2,4%. Hal yang sama bila dibandingkan bulan September 23, angka kemiskinan di desa terlihat meningkat sebesar 2,%. Jumlah penduduk miskin di perkotaan pada Maret 24 mencapai.945 ribu jiwa. Sementara itu, di pedesaan mencapai 2.89 ribu jiwa atau memiliki porsi 6% dari total penduduk miskin di Jawa Tengah. Garis Kemiskinan terus mengalami peningkatan. Dalam enam bulan terakhir, garis kemiskinan kota dan desa meningkat 4,27% dari Rp26.88 per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. BPS mendefinisikan garis kemiskinan sebagai nilai pengeluaran kebutuhan minimum yang harus dikeluarkan oleh satu orang. Apabila rata-rata garis Grafik 5.. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Jawa Tengah Tahun 2-24 (ribuan orang) RIBU ORANG kemiskinan, individu tersebut dikategorikan sebagai penduduk miskin. Kenaikan garis kemiskinan dapat mempengaruhi angka kemiskinan karena secara langsung meningkatkan ambang nilai kemiskinan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam periode yang sama tercatat mengalami peningkatan sebesar 8,69% dari Rp268,397 per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. Sementara itu, garis kemiskinan di daerah pedesaan mengalami kenaikan sebesar 2,24%, dari Rp per kapita/bulan menjadi Rp per kapita/bulan. Lebih tingginya kenaikan garis kemiskinan di desa ini diperkirakan menjadi salah satu pendorong masih tingginya jumlah kemiskinan di pedesaan. 2 2 MAR-22 SEP-22 MAR-23 SEP-23 MAR-24 SEP-24 Kota+Desa Kota Sumber : BPS, diolah Desa Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah juga dapat digunakan untuk melihat indikator kesejahteraan masyarakat. Indikator tersebut adalah penghasilan masyarakat dan pembelian barang tahan lama. Konsumen tetap optimis dalam memandang penghasilan saat ini. Hasil survei menunjukkan konsumen Jawa Tengah masih optimis dalam Tabel 5.6. Garis Kemiskinan, Jumlah Menurut Daerah, 2-Maret 24 (Rupiah) GARIS KEMISKINAN Kota Desa Kota & Desa 2 2 Mar 22 Sept Mar Sept Mar Sumber : BPS Jawa Tengah 62 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

78 memandang penghasilan saat ini, meski tidak sebaik periode sebelumnya. Berdasarkan survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia di Jawa Tengah, indeks penghasilan melanjutkan tren penurunan sejak akhir tahun. Hal ini sejalan dengan perlambatan ekonomi Jawa Tengah. Optimisme konsumen dalam melakukan konsumsi barang tahan lama tidak setinggi periode sebelumnya. Sejalan dengan menurunnya optimisme penghasilan, masyarakat juga memandang triwulan ini merupakan periode yang tidak cukup baik untuk melakukan pembelian barang tahan lama. Meski demikian, konsumsi rumah tangga masih naik pada periode laporan, didorong persiapan penyelenggaraan Pemilu. Konsumsi barang tidak tahan lama, diindikasikan masih naik, terkonfirmasi dari masih naiknya penjualan riil hasil Survei Penjualan Eceran yang dilakukan Bank Indonesia. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 63

79 SUPLEMEN III UPAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KONSEP UPAH MINIMUM Pembangunan ekonomi secara umum bertujuan akhir untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Pencapaian kesejahteraan masyarakat antara lain dapat ditunjukkan melalui kesejahteraan tenaga kerja. Pemerintah melalui Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi menetapkan kebijakan pengupahan dan penentuan upah minimum. Sesuai Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 23 definisi upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok dan tunjangan tetap yang ditetapkan oleh Gubernur sebagai jaring pengaman. Upah minimum tersebut dibedakan berdasarkan wilayah pemberlakuannya. Dalam hal kabupaten dan kota di suatu provinsi telah menetapkan upah minimum kabupaten/kota (UMK), maka upah minimum provinsi (UMP) tidak diberlakukan. Tujuan penetapan upah minimum tersebut yaitu melindungi upah pekerja agar tidak merosot ke tingkat paling rendah sebagai akibat ketidakseimbangan pasar kerja. Penentuan upah minimum tersebut didasarkan pada survei Kebutuhan Hidup Layak (KHL) dengan mempertimbangkan faktor antara lain pertumbuhan ekonomi, produktivitas, dan kondisi pasar kerja dan usaha yang paling tidak mampu (marginal). Dalam penetapan upah minimum, Gubernur dibantu oleh Dewan Pengupahan yaitu suatu lembaga non struktural yang bersifat tripartit, dibentuk dan anggotanya diangkat oleh Gubernur dengan tugas memberikan saran dan pertimbangan kepada Gubernur dalam rangka penetapan upah minimum dan penerapan sistem pengupahan di tingkat provinsi serta menyiapkan bahan perumusan pengembangan sistem pengupahan nasional. Upah minimum ini diberikan kepada tenaga kerja dengan masa kerja kurang dari tahun. Besaran kenaikan upah di perusahaan yang upah minimumnya telah mencapai KHL atau lebih, ditetapkan secara bipatrit di masing-masing perusahaan. Seiring dengan pergerakan waktu, komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian KHL sudah tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sehingga dilakukan penyesuaian.komponen perhitungan KHL tersebut telah mengalami peningkatan dari sebelumnya sebesar 46 dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 7 tahun 25 menjadi 6 jenis KHL dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 3 tahun 22. Komponen di dalamnya pun telah mengalami konversi sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Penetapan upah minimum diarahkan pada pencapaian KHL yaitu perbandingan besarnya upah minimum terhadap nilai KHL pada periode yang sama.khl adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak secara fisik untuk kebutuhan (satu) bulan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 22 Tentang Komponen Dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak ditentukan komponen kebutuhan hidup layak untuk pekerja lajang dalam sebulan dengan perhitungan kebutuhan 3. kilo kalori per hari. 64 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

80 SUPLEMEN III KONDISI KETENAGAKERJAAN DI JAWA TENGAH Kondisi ketenagakerjaan pada Agustus 24 untuk wilayah Jawa Tengah memiliki angkatan kerja sebanyak 7,55 juta orang. Komposisi penduduk yang bekerja terhadap angkatan kerja tersebut adalah sebanyak 8,74 juta orang (94,3%) dan angkatan kerja yang menganggur adalah sebanyak, juta orang (5,7%). Distribusi tenaga kerja di Jawa Tengah sebagian besar bergerak di sektor pertanian yaitu sebesar 5,7 juta orang (3,24%) disusul oleh sektor perdagangan sebesar 3,72 juta orang (22,48%) kemudian sektor industri pengolahan sebanyak 3,7 juta orang (9,5%). Sektor lain yang turut berperan besar dalam menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar yaitu sektor jasa dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 2,3 juta orang (3,9%). Sehingga secara keseluruhan 4 (empat) sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sekitar 86% dari total tenaga kerja di Jawa Tengah. Apabila ditinjau berdasarkan pendidikan yang dimiliki tenaga kerja di Provinsi Jawa Tengah tersebut utamanya berlatar belakang pendidikan SD ke bawah sebanyak 8,98 juta orang (54,26%), SMP 3,2 juta orang (8,85%), SMA 3,3 juta orang (9,94%), dan Diploma/Universitas,5 juta orang (6,95%). Kondisi ketenagakerjaan di Jawa Tengah sampai dengan Agustus 24 terpantau masih kondusif. Tingkat pengangguran terbuka sebesar 5,68%. Meski masih terdapat angka pengangguran, namun demikian sektor industri di Jawa Tengah utamanya di sektor tekstil sering menjumpai kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja kasar sebagai buruh pekerja. Wilayah Jawa Tengah menggunakan standar upah minimum kota/kabupaten (UMK). Pada tahun 25 UMK Jawa Tengah akan mengalami peningkatan. Potensi kenaikan tersebut didorong oleh faktor kenaikan harga elpiji dan BBM bersubsidi. Sementara itu, faktor yang membatasi kenaikan upah, yaitu tingkat pencapaian KHL yang sudah cukup tinggi, yaitu sebesar 98,96%. Peningkatan UMK Jawa Tengah pada tahun 25 diperkirakan tidak akan sebesar peningkatan yang terjadi pada tahun 24, yaitu sebesar 6,66%. Tabel. Kondisi Ketenagakerjaan di Jawa Tengah per Agustus 24 KATEGORI JUTA ORANG % ANGKATAN KERJA BEKERJA PENGANGGUR 7,55 6,55,, 94,3 5,7 Sumber : BPS Jawa Tengah Tabel 2. Tenaga Kerja Berdasar Sektorkan di Jawa Tengah per Agustus 24 SEKTOR JUTA ORANG % PERTANIAN INDUSTRI PERDAGANGAN JASA Sumber : BPS Jawa Tengah 5,7 3,7 3,72 2,3 3,24 9,5 22,48 3,9 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 65

81 SUPLEMEN III UPAH DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kenaikan upah juga akan dijaga agar tidak memberikan dampak terhadap perekonomian secara luas dalam bentuk kenaikan harga (inflasi). Dalam tataran teori, upah berperan dalam memengaruhi tingkat harga.melalui teori cost-push inflation, upah dipandang berpengaruh terhadap inflasi. Teori ini muncul di latar belakangi relatif besarnya pangsa biaya tenaga kerja dalam struktur produksi perusahaan. Hal ini terkonfirmasi pada hasil survei liaison yang dilakukan oleh Bank Indonesia Wilayah V menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja rata-rata mencapai 22,4% dari total biaya. Kenaikan upah dipandang akan mendorong kenaikan harga, terutama jika kenaikannya tidak diimbangi oleh kenaikan produktivitas tenaga kerja. D a l a m k o n d i s i t e r s e b u t, p e r u s a h a a n a k a n membebankan kenaikan biaya tenaga kerja tersebut kepada konsumen dalam bentuk kenaikan harga. Kenaikan upah juga dimungkinkan untuk tidak menyebabkan kenaikan inflasi. Hal tersebut dapat tercapai apabila kenaikan upah disebabkan oleh kenaikan produktivitas pekerja atau dalam kondisi perusahaan tidak dapat meneruskan dampak kenaikan upah kepada konsumen, sehingga perusahaan akan mengurangi profitnya. 66 BAB V - PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN

82 SUPLEMEN III Kemampuan untuk melakukan mark-up harga tersebut terutama ditentukan oleh pasar dimana perusahaan beroperasi. Hubungan antara inflasi dan upah dapat terjadi secara dua arah apakah inflasi memengaruhi upah ataukah upah memberikan dampak terhadap inflasi. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyimpulkan bukti yang lemah bahwa kenaikan upah memberikan tekanan inflasi. Tidak ditemukannya kesepakatan bahwa upah meningkatkan inflasi di tataran empiris berimplikasi bahwa inflasi upah, baik yang diukur dengan kompensasi tenaga kerja, upah, atau pertumbuhan unit labor cost (ULC), bukan merupakan variabel penduga yang baik untuk mengukur tekanan inflasi ke depan. Artinya, tekanan inflasi dapat disebabkan pula oleh variabel makroekonomi lain di luar pasar tenaga kerja. Penelitian dengan menggunakan data Jawa Tengah tahun 28-2 diperoleh kesimpulan bahwa pertumbuhan ekonomi dan inflasi secara parsial 2 berpengaruh terhadap upah minimum regional. Meskipun demikian penentuan upah minimum oleh p e m a n g k u k e b i j a k a n d i d a e r a h p e r l u mempertimbangkan kondisi dunia usaha dan inflasi yang terjadi. Hal ini sesuai dengan konsep dasar diberlakukannya upah minimum yang bertujuan sebagai jaring pengaman pekerja dengan masa kerja kurang dari tahun agar mampu hidup secara layak. Grafik Inflasi dan Upah Nominal 8, PERSEN 6, 4, 2,, 8, 6, 4, 2,, Inflasi (YOY) Rata-Rata Kenaikan UMK. 2. Antara lain Hess, G.D. dan Mark E. Schweitzer (2), Does Wage Inflation Cause Price Inflation?, Policy Discussion Paper, Federal Reserve Bank of Cleveland; Mehra, Y.P. (993), Unit Labor Costs and the Price Level, Federal Reserve Bank of Richmond, Economic Quarterly, Vol.79/4 Fall dan Zanetti, A. (27), Do Wages Lead Inflation? Swiss Evidence, Swiss Journal of Economics and Statistics, Vol. 43 (). Charysa N Ninda (23), Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi terhadap Upah Minimum Regional di Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Tengah Tahun 28-2, Economics Development Analysis Journal, UNNES. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN - BAB V 67

83

84 BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Perekonomian pada akhir tahun diperkirakan sedikit melambat, dengan inflasi yang menurun Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 24 diperkirakan melambat. Konsumsi swasta, khususnya swasta nirlaba melambat. Namun, penurunan ditahan oleh perbaikan ekspor luar negeri dan investasi. Inflasi triwulan IV 24 diperkirakan berada pada kisaran sasaran inflasi Nasional. Keseluruhan tahun 24 inflasi diperkirakan akan menurun tajam dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, terdapat beberapa risiko yang harus dihadapi khususnya dari inflasi kelompok 69

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24) 84779 http://www.bi.go.id KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah TRWULAN 24 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 83246, Fax. (24) 84779 http://www.bi.go.id KAJAN EKONOM REGONAL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah

Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Kajian Ekonomi Regional Jawa Tengah Triwulan 214 Kantor Perwakilan Bank ndonesia Wilayah V (Jateng-DY) Jl. mam Bardjo SH No.4 Semarang Telp. (24) 831246, Fax. (24) 8417791 http://www.bi.go.id KAJAN EKONOM

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN

BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 63/11/73/Th. VIII, 5 November 2014 EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 6,06 PERSEN Perekonomian Sulawesi Selatan pada triwulan III tahun 2014 yang diukur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Tengah Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah V Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci