PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

Transkripsi

1 PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PENYANGGA CAGAR ALAM PEGUNUNGAN CYCLOOPS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : a. bahwa kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops merupakan Cagar Alam yang terletak di Timur laut Papua yang memanjang dari Barat ke Timur yang secara administratif masuk wilayah administrasi Pemerintahan Kabupaten Jayapura dan wilayah administrasi Pemerintahan Kota Jayapura, serta sebagai sumber penghidupan masyarakat; Mengingat b. bahwa kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops berfungsi sebagai penyangga aktivitas kehidupan sosial budaya dan ekonomi masyarakat, pengatur tata air, daerah tangkapan Air, sumber plasma nutfah dan habitat dari beraneka ragam flora dan fauna, pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian,serta keindahan Alam; c. bahwa sebagian kawasan penyangga cagar alam cycloops status masih merupakan tanah adat yang dikuasai oleh pemilik adat sehingga perlu dilindungi agar tidak terjadi kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia; d. bahwa kawasan penyangga Cagar AlamPegunungan Cycloops mendapat dampak dari berbagai aktivitas masyarakat dan pembangunan yang mengakibatkan daya dukung lingkungan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a, hurufb, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; : 1. Pasal 18 ayat (6)Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 1

2 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Propinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 5. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888); 6. Undang Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 7. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 8. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814; 10. Undang Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 1993 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4452); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tahun 2008 tentang Tata Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia 2

3 Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814); 14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.41/Menhut- II/2008 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam; 15. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.5/Menhut-II/2009 tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan (Dekonsentrasi) bidang Kehutanan kepada 33 Gubernur Pemerintah Provinsi selaku Wakil Pemerintah; 16. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 21 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Hutan Berkelanjutan Di Provinsi Papua (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 21); 17. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 22 Tahun 2008 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam Masyarakat Hukum Adat Papua (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 22); 18. Peraturan Daerah Khusus Provinsi Papua Nomor 23 Tahun 2008 tentang Hak Ulayat Masyarakat Hukum dan Hak Perorangan Warga Masyarakat Hukum Adat Atas Tanah. (Lembaran Daerah Provinsi Papua Tahun 2008 Nomor 23); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JAYAPURA dan BUPATI JAYAPURA MEMUTUSKAN : Menetapkan :PERATURAN DAERAH TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAN KAWASAN PENYANGGA CAGAR ALAM CYCLOOPS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Jayapura. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsure penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Jayapura. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga yang berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Kabupaten Jayapura. 5. Dinas adalah Dinas Kehutanan Kabupaten Jayapura. 3

4 6. Para Pihak adalah semua pihak yang memiliki minat, kepedulian, atau kepentingan terhadap eksistensi kawasan penyangga. 7. Perlindungan adalah usaha, kegiatan, dan tindakan untuk mencegah terjadinya kerusakan hutan dan hasil hutan oleh karena perbuatan manusia maupun alam. 8. Pengelolaan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops adalah segala upaya perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum dikawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops dan lintas institusi. 9. Perencanaan Kawasan Penyangga adalah rancangan, konsep pengelolaan kawasan penyangga dengan memadukan kepentingan konservasi dan perekonomian masyarakat sekitarnya dalam rangka mengurangi tekanan penduduk terhadap kawasan cagar alam. 10. Pemanfaatan adalah proses, cara, perbuatan memanfaatkan. 11. Pengendalian adalah proses, cara, perbuatan mengendalikan, pengekangan atau pengawasan atas kemajuan dengan membandingkan hasil dan sasaran. 12. Pemeliharaan adalah pengendalian dan upaya pemulihan sebagai upaya terjaganya kawasan cagar alam pegunungan cycloops agar tetap berfungsi sesuai peruntukannya. 13. Pengawasan adalah upaya pengamanan dan pencegahan secara terus menerus untuk meminimalkan kemungkinan terjadinya kerusakan. 14. Cagar Alam Pegunungan Cycloops adalah Kawasan suaka alam pegunungan Dofonsoro yang karena keadaaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami sebagai penyangga kehidupan, yang berada pada wilayah kota administrasi Kota Jayapura (±26%) dan wilayah Administrasi Kabupaten Jayapura (±74%) dengan luas keseluruhan sebesar Ha. 15. Zona Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops adalah wilayah yang berada diluar cagar alam yang diperlukan dan mampu menjaga keutuhan kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops. BAB II ASAS DAN TUJUAN Bagian Kesatu Asas Pasal 2 Asas dalam perlindungan dan pengelolaan kawasan penyangga cagar alam pegunungan cyloops yaitu : 1. Manfaat dan kelestarian; 2. Keadilan dan demokrasi; 3. Kebersamaan dan transparansi; 4. Kesejahteraan umat manusia. 4

5 Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Perlindungan dan pengelolaan kawasan penyangga cagar alam pegunungan cycloops bertujuan: 1. Mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan penyangga; 2. Mewujudkan peningkatan kapasitas ekonomi dan sosial budaya masyarakat; 3. Meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar kawasan penyangga; 4. Menjamin kelestarian dan menjaga keseimbangan ekologi. BAB III KEWENANGAN Pasal 4 (1) Pemerintah Daerah berwenang mengusulkan kawasan hutan produksi dan hutan lindung yang berada di dalam kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (2) Pemerintah Daerah berwenang menetapkan kawasan di luar kawasan Cagar Alam Pegunungan Cycloops sebagai Kawasan Penyangga. (3) Kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi yang berada di dalam kawasan Penyangga ditetapkan oleh Menteri yang membidangi Kehutanan. (4) Penetapan kawasan Penyangga dilakukan setelah penataan batas kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (5) Petunjuk teknis tentang batas daerah Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops ditetapkan dengan Peraturan Bupati. (6) Bupati berwenang melakukan perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum terhadap Kawasan Penyangga Cagar Alam pegunungan Cycloops. (7) Kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui kegiatan perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum pada Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (8) Kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dilaksanakan setelah dilakukan inventarisasi untuk mengetahui serta memperoleh data dan informasi kondisi Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (9) Kondisi Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi kondisi fisik lapangan, sosial ekonomi, budaya masyarakat, keberadaan masyarakat hukum adat, potensi konflik, pertanahan, serta status kawasan penyangga. 5

6 BAB IV PERENCANAAN DAN PEMANFAATAN Pasal 5 (1) Bupati menetapkan perencanaan kegiatan yang berkaitan dengan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan mengikutkan Pemerintah Daerah dan masyarakat hukum adat secara terpadu dan terkoordinasi. (3) Perencanaan, pemanfaatan kawasan penyangga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan melibatkan pemilik tanah adat, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan tokoh pemuda sebagai representasi masyarakat pemukim kawasan penyangga cagar alam pegunungan cycloops. Pasal 6 (1) Bupati mengatur pemanfaatan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (2) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan jasa lingkungan, penelitian, pencinta alam, dan pendidikan. BABV PENGENDALIAN DAN PEMELIHARAAN Pasal 7 (1) Bupati melakukan pengendalian dan pemeliharaan terhadap semua bentuk kegiatan yang berhubungan dengan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops melalui dinas. (2) Pengendalian dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. mencegah dan memperbaiki, membatasi kerusakan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; b. mempertahankan dan menjaga fungsi Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; c. menjaga dan melindungi hak dasar masyarakat hukum adat, pemegang hak ulayat setempat. (3) Dalam pengendalian dan pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melibatkan masyarakat, dunia usaha dan stake holder. (4) Prosedur, mekanisme dan pembiayaan dalam pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. 6

7 BAB VI PENGAWASAN Pasal 8 (1) Bupati melalui instansi teknis melakukan pengawasan terhadap Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (2) Teknis Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB VII REHABILITASI DAN KONSERVASI Pasal 9 (1) Rehabilitasi dan konservasi Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops dilakukan melalui : a. kegiatan non struktur; b. Kegiatan struktur. (2) Pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dan dikoordinir oleh dinas. (3) Pelaksanaan rehabilitasi dan konservasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan dengan melibatkan pemilik tanah adat dan masyarakat pemukim kawasan penyangga. Pasal 10 Pemulihan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops dilakukan melalui rehabilitasi dan konservasi secara terpadu dan berkelanjutan. BAB VIII PARTISIPASI MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA Pasal 11 (1) Masyarakat wajib berpartisipasi aktif dalam perlindungan dan pengelolaan Kawasan meliputi penyediaan dana yang berasal dari masyarakat untuk pengelolaan dan perlindungan kawasan penyangga. (2) Partisipasi aktif masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 12 (1) Dunia usaha wajib berpartisipasi aktif dalam perlindungan dan pengelolaan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. (2) Perlindungan dan pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan masyarakat dan masyarakat hukum adat. 7

8 Pasal 13 Dalam rangka peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan dunia usaha dapat dibentuk Forum Masyarakat Peduli Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops. BAB IX LARANGAN Pasal 14 Setiap orang dan badanhukum dilarang : 1. Memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; 2. Merusak dan mengalih-fungsikan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; 3. Menduduki, melakukan kegiatan secara tidak sah di Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; 4. Membawa dan membuang limbah ke dalam Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; 5. Menebang pohon dan atau memungut hasil hutan dalam Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; 6. Mendirikan bangunan pada areal Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops; 7. Melaksanakan kegiatan perburuan dan penangkapan satwa; 8. Melaksanakan kegiatan lainnya yang dilarang sesuai peraturan perundang-undangan. BAB X PENYIDIKAN Pasal 15 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pengelolaan kawasan penyangga cagar alam pegunungan cycloops, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah yang diangkat oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. (3) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan tindak pidana di bidang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops dimaksud agar keterangan atau laporan menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana tersebut; 8

9 c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana; g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa; j. menghentikan penyidikan; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana. BAB XI KETENTUAN PIDANA Pasal 16 (1) Setiap orang dan badan hukum yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksudpada ayat (1) adalah pelanggaran. (3) Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tindak pidana terhadap Kawasan Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloops dikenakan ancaman pidana sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 17 (1) Setiap orang dan badan hukum harus menyesuaikan terhadap peraturan daerah ini paling lama 2 tahun terhitung sejak diundangkannya peraturan daerah ini. (2) Hal-hal yang bersifat teknis dan belum diatur dalam peraturan daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan peraturan Bupati. 9

10 Pasal 18 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Jayapura. Ditetapkan di Sentani padatanggal 20 April 2015 BUPATI JAYAPURA. ttd MATHIUS AWOITAUW, SE.,M.Si Diundangkan di Sentani pada tanggal 20 April 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JAYAPURA ttd Drs. YERRY FERDINAND DIEN PEMBINA UTAMA MADYA NIP LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA TAHUN 2015 NOMOR 9 Salinan sesuai dengan aslinya, a.n. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JAYAPURA KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERUNDANG-UNDANGAN MURSALIM, SH PEMBINA Tk.I NIP NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA, PROVINSI PAPUA: 09/

11 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN PENYANGGA CAGAR ALAM PEGUNUNGAN CYCLOOPS I. UMUM - Hakikat suatu pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu hidup rakyat. Sehingga proses pelaksanaan pembangunan di satu pihak menghadapi permasalahan jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dilain pihak ketersediaan sumber daya alam dan kawasan yang tinggal terbatas. Kegiatan pembangunan dan jumlah penduduk yang meningkat mengakibatkan tekanan terhadap Kawasan Penyangga Cagar Alam Cycloops dengan segala potensi yang ada didalamnya. - Upaya pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan dan mutu kehidupan rakyat baik generasi sekarang maupun generasi mendatang adalah pembangunan berwawasan lingkungan dan nilai-nilai budaya daerah setempat yang dilaksanakan secara terkendali. - Kawasan Penyangga Cagar Alam Cycloops merupakan kawasan yang memiliki arti penting bagi masyarakat di dua wilayah administrasi pemerintah kabupaten Jayapura dan kota Jayapura, pentingnya Kawasan Penyangga Cagar Alam Cycloops dipandang dari berbagai sisi yaitu : 1. Aspek lingkungan berupa, penyangga kehidupan manusia, pengatur tata air (Hidro orologis), daerah tangkapan air, sumber plasma nutfah dan habitat dari beraneka ragam flora dan fauna. 2. Aspek sosial budaya berupa pengembangan ilmu pengetahuan dan keindahan alam. 3. Aspek ekonomi berupa ketersediaan flora dan fauna, ketersediaan air sebagai baku industri, pengembangan perikanan air tawar dan pembangkit listrik tenaga air dan keindahan alam yang dapat dibanggakan sebagai objek wisata. - Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 56/KPTS/UM/I/1978 tanggal 26 Januari 1978 dan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 365/KPTS-II/1978 tanggal 18 November 1987 Cycloops ditetapkan sebagai Cagar Alam.Cagar Alam Cycloops merupakan salah satu dari 30 Kawasan Cagar Alam yang ada di dua kawasan wilayah administrasi pemerintah kabupaten Jayapura dan kota Jayapura Provinsi Papua, yang terletak di timur laut Papua dengan lokasi memanjang dari barat (Teluk Tanah merah, Desa Waiya) ke timur (Teluk Humbolt Kota Jayapura), secara geografi terletak BT, dan LS dengan luas Ha. - Dewasa ini Kawasan Penyangga Cagar Alam Cycloops mendapat tekanan dari berbagai aktivitas yang mengakibatkan penurunan daya dukung lingkungan. Untuk mendukung dan mengatasi persoalan tersebut perlu 11

12 ditetapkan peraturan daerah kabupaten Jayapura tentang Perlindungan dan Pengelolaan Kawasan Penyangga Cagar Alam Cycloops. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Ayat (1) Huruf (a) : Kegiatan non struktur merupakan kegiatan yang dilakukan tidak bersifat rutin meliputi : Penerapan dana kompensasi, penertiban penataan perijinan, kerja sama antar daerah. Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Huruf (b) : Kegiatan struktur yaitu kegiatan yang dilakukan secara rutin atau terus menerus dalam rangka pemulihan Kawasan Penyangga Cagar Alam Cycloops. 12

13 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 25 13