CHRISTINA NORIS TARIGAN ABSTRACT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "CHRISTINA NORIS TARIGAN ABSTRACT"

Transkripsi

1 CHRISTINA NORIS TARIGAN 1 ANALISIS YURIDIS TERHADAP EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 97K/Pdt/2015) CHRISTINA NORIS TARIGAN ABSTRACT Fiduciary contract is a loan agreement from a creditor to a debtor which involves collateral controlled by its owner. The result of the research showed that unregistered fiduciary contract was not valid because it is between person and another person, while there was noreal property right in it, so that the characters of the object such as droit de suite and droit de preference are not bound in the creditor as the giver of fiduciary collateral. Execution on unregistered fiduciary collateral cannot be done directly since there is no executorial title that has the same evidence as the Court s Ruling which is final and conclusive. In this case, the pattern looked like fiduciary, but it was not registered so that the judge s consideration was not fair for the plaintiff as the receiver of fiduciary. Therefore, this act violates Article 11 of UUJF in which an object which is burdened with fiduciary collateral has to be registered. Keywords: Execution, Registration, Fiduciary Collateral I. Pendahuluan Perkembangan di bidang ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional telah mempengaruhi berkembangnya berbagai macam perjanjian dalam masyarakat. Dalam hal ini para pelaku pembangunan baik pemerintah maupun masyarakat baik perseorangan maupun badan hukum memerlukan dana yang besar. Secara konvensional, dana yang diperlukan untuk menunjang pembangunan tersebut disediakan oleh lembaga perbankan, akan tetapi dewasa ini lembaga perbankan saja tidak dapat mencukupi kebutuhan akan dana tersebut. Sehingga terciptalah lembaga penyandang dana yang lebih fleksibel dan modern dari bank, yang dalam hal-hal tertentu tingkat resikonya lebih tinggi. 1 Kemudahan yang ditawarkan oleh lembaga pembiayaan, baik dari segi bunga maupun jangka waktu kredit, membuat lembaga pembiayaan menjadi primadona bagi segmen masyarakat golongan menengah kebawah maupun masyarakat menengah keatas. Konsumen tidak perlu menyediakan dana yang besar dan jaminan yang bernilai tinggi untuk memperoleh sebuah kendaraan, 1 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm 45.

2 CHRISTINA NORIS TARIGAN 2 melainkan dapat dengan menjaminkan utang dalam perjanjian kredit yang dibuat dengan menggunakan Jaminan Fidusia. Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan Pemberi Fidusia, sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap kreditor lainnya. 2 Sedangkan yang dimaksud dengan perjanjian fidusia adalah perjanjian hutang piutang kreditur kepada debitur yang melibatkan penjaminan yang kedudukannya masih dalam penguasaan pemilik jaminan. Dalam Undang-undang Jaminan Fidusia terdapat kehendak pembuat undangundang agar perjanjian jaminan fidusia dilakukan dengan akta notaris dan di daftarkan. Dengan demikian, ikatan jaminan dan janji-janji fidusia menjadi terdaftar dan bisa menjadi milik penerima fidusia, sedangkan terhadap penerima fidusia perlindungan hukum yang diberikan lewat perjanjian jaminan fidusia mengikat pihak ketiga. 3 Dalam akta jaminan fidusia terdapat irah-irah yang berbunyi Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Irah-irah inilah yang memberikan titel eksekutorial, yakni titel yang mensejajarkan kekuatan akta dengan putusan pengadilan. Dengan demikian, akta tersebut tinggal dieksekusi tanpa perlu suatu putusan pengadilan. 4 Sehingga, apabila debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaannya sendiri. 5 Dari segi kepastian hukum, adanya keharusan akta jaminan fidusia dalam bentuk akta notaris sesungguhnya sangat baik. Karena keberadaan benda jaminan 2 Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. 3 J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hlm Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000, hlm H. Salim, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2004, hlm 85.

3 CHRISTINA NORIS TARIGAN 3 fidusia di tangan pemberi fidusia menyebabkan resiko tinggi yang harus ditanggung oleh penerima fidusia, terutama jika debitur beritikad tidak baik. Dengan dibuatnya akta jaminan fidusia dalam suatu akta notaris, dimana akta ini mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, maka berbagai kemungkinan perbuatan pemberi fidusia yang beritikad tidak baik dapat diperkecil, sebab ada sanksi-sanksi tertentu yang menyertai keharusan atau kewajiban itu. 6 Perbuatan hukum pembebanan jaminan fidusia diikuti dengan pendaftaran merupakan keharusan, karena lahirnya hak kebendaan atas jaminan fidusia dimaksud dalam undang-undang ini yaitu pada saat pembebanan atas jaminan didaftarkan di kantor pendaftaran fidusia, maka dapatlah diartikan seolah-olah undang-undang ingin mengatakan Tiada Pembebanan Tanpa Pendaftaran. 7 Saat ini banyak terjadi bahwa lembaga pembiayaan dalam melakukan perjanjian fidusia belum melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam UUJF. Lembaga pembiayaan tersebut dalam melakukan perjanjian penjaminan benda bergerak yang memenuhi prinsip fidusia, akan tetapi tidak memenuhi standar yuridis untuk disebut sebagai jaminan fidusia, karena di dalam Pasal 37 ayat (3) mengatur jika dalam waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Pasal ini tidak dilakukan penyesuaian, maka perjanjian jaminan fidusia tersebut bukan merupakan hak agunan atas kebendaan sebagaimana dimaksud dalam undangundang tersebut. Ini berarti bahwa apabila bentuk perjanjian tidak sesuai dengan UUJF, maka perjanjian jaminan tersebut bukan merupakan jaminan atas benda bergerak. Berdasarkan Pasal 29 ayat (1) UUJF disebutkan bahwa Eksekusi dapat dilakukan dengan Pelaksanaan titel eksekutorial, penjualan benda melalui pelelangan umum, serta penjualan di bawah tangan. Selain itu, Eksekusi juga dapat dilakukan dengan gugatan biasa. Meskipun tidak disebutkan dalam UUJF, tetapi kreditur dapat melakukan eksekusi biasa lewat gugatan biasa ke pengadilan. Pada umumnya tujuan dilakukan eksekusi adalah untuk mempermudah dan 6 A. Rachmad Budiono dan H. Suryadin Ahmad, Fidusia Menurut Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Malang: Ikip Malang, 2000, hlm Andreas Albertus Andi Prajitno, Hukum Fidusia, Semarang: Selaras, 2010, hlm 16.

4 CHRISTINA NORIS TARIGAN 4 membantu kreditur untuk menagih hutangnya. Namun eksekusi fidusia lewat gugatan biasa memakan waktu yang cukup lama dan prosedurnya berbelit-belit. Konflik hukum jaminan fidusia seperti eksekusi objek jaminan fidusia yang tidak di daftarkan salah satunya terlihat pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 97K/Pdt/2015 dalam perkara Repni Meidiansyah dan PT. Adira Finance yang diwakili oleh Kepala Cabang Tuan Yudha Sulistyo. Kasus tersebut sampai ke pengadilan karena PT. Adira Finance telah melakukan perbuatan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia secara ilegal atau penarikan unit kendaraan berupa 1 (satu) unit mobil merek Daihatsu Xenia Xi Family Tahun 2011 yang tidak dilengkapi dengan surat-surat yang sah menurut undang-undang melainkan dengan cara sepihak. Dalam hal ini, Repni Meidiansyah selaku konsumen dengan menunjukkan itikad baik telah mengangsur sebesar Rp ,- (empat juta tiga ratus lima puluh sembilan ribu rupiah) selama 13 (tiga belas) bulan atau setara dengan Rp ,- (lima puluh enam juta enam ratus enam puluh tujuh ribu rupiah). Namun pada angsuran ke-14 Repni Meidiansyah mengalami kendala ekonomi sehingga terjadi keterlambatan angsuran. Atas keterlambatan pembayaran tersebut, PT. Adira Finance melakukan eksekusi terhadap konsumen yang dianggap melakukan wanprestasi. Hal tersebut merupakan upaya terakhir PT. Adira Finance untuk meminimalisasi kerugian apabila konsumen tidak sanggup lagi melakukan pembayaran angsuran. Dalam hal ini, PT. Adira Finance merupakan pemberi fasilitas pembiayaan konsumen, sehingga apabila terdapat kecacatan atau tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya maka PT. Adira Finance dapat di kenakan sanksi. Pada tanggal 20 Juli 2013 pukul WIB, saat mobil tersebut sedang dalam masa disewakan oleh Tuan Alex Budi Santoso, terdapat sekelompok orang yang mengaku sebagai petugas di PT. Adira Finance, menarik mobil yang dijaminkan tersebut tanpa menunjukkan surat-surat yang sah menurut aturan undang-undang yang berlaku dan hal tersebut merupakan perbuatan eksekusi ilegal. Menurut Peraturan Menteri Keuangan No.130/PMK.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan

5 CHRISTINA NORIS TARIGAN 5 Pembiayaan Konsumen untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia Pasal 1 menegaskan bagi perusahaan pembiayaan dilarang melakukan penarikan benda jaminan fidusia berupa kendaraan bermotor apabila kantor pendaftaran jaminan fidusia belum menerbitkan sertifikat jaminan fidusia dan menyerahkannya kepada perusahaan pembiayaan. Sehingga perusahaan pembiayaan tidak dapat serta merta menarik kendaraan yang menjadi objek jaminan. Dalam hal ini, melakukan eksekusi ilegal atau penarikan unit kendaraan yang tidak dilengkapi dengan surat-surat yang sah menurut undang-undang yang berlaku merupakan perbuatan melawan hukum. Dengan adanya keterlambatan angsuran maka seharusnya Repni Meidiansyah lazim dilakukan penundaan pembayaran sementara karena ekonomi, bukan justru melakukan penagihan dengan menggunakan tenaga debt collector yang cenderung pada umumnya menggunakan kekerasan atau premanisme terhadap konsumen maupun keluarganya. Dalam kasus ini terdapat hubungan perikatan yaitu perjanjian pembiayaan bersama dengan penyerahan hak milik secara fidusia yang diakui oleh para pihak. Sehingga segala ketentuan yang disebutkan dalam perjanjian menjadi undangundang yang mengikat bagi para pihak. Namun dalam hal ini, Repni Meidiansyah tidak pernah menandatangi perjanjian jaminan fidusia yang dibuat dihadapan notaris atau akta jaminan fidusia. Sehingga perjanjian tersebut tidak mempunyai kekuatan pembuktian sempurna, dimana seharusnya PT. Adira Finance tidak dapat melakukan eksekusi. Perumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana legalitas suatu perjanjian jaminan fidusia yang tidak didaftarkan? 2. Bagaimana pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang tidak di daftarkan? 3. Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara Putusan Mahkamah Agung Nomor 97K/PDT/2015?

6 CHRISTINA NORIS TARIGAN 6 Sesuai dengan perumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis legalitas perjanjian jaminan fidusia yang tidak di daftarkan. 2. Untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang tidak di daftarkan. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pertimbangan hakim dalam memutus perkara Putusan Mahkamah Agung Nomor 97K/PDT/2015. II. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah hukum normatif (yuridis normatif). Sumber data yang dipergunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari: 1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat, antara lain berupa: a. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata; b. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia; c. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 130/Pmk.010/2012 Tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia bagi Perusahaan Pembiayaan yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor dengan Pembebanan Jaminan Fidusia; d. Putusan Mahkamah Agung Nomor 97K/Pdt/ Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum primer, antara lain berupa buku-buku, hasil penelitian ilmiah, karya ilmiah dari kalangan ilmu hukum dan penelitian lainnya yang berhubungan dengan penulisan tesis ini. 3. Bahan hukum tersier, yaitu bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang untuk dapat memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara lain berupa: jurnal hukum, jurnal ilmiah, majalah, serta makalah-makalah yang berkaitan dengan objek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini adalah menggunakan studi kepustakaan (library research). analisis data yang diperoleh

7 CHRISTINA NORIS TARIGAN 7 tersebut akan ditarik secara deduktif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dapat dijawab. III. Hasil Penelitian dan Pembahasan Menurut sifatnya jaminan terbagi atas dua, yakni jaminan yang bersifat umum yang diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan menyangkut semua harta debitur sebagaimana diatur dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan jaminan yang bersifat khusus, yaitu jaminan atas pelunasan kewajiban hutang debitur kepada kreditur tertentu, baik secara kebendaan maupun perorangan. Tujuan pemberian jaminan adalah untuk memberikan kepastian kepada pihak kreditur bahwa debitur akan mampu melaksanakan kewajiban prestasinya berupa pembayaran sejumlah uang dari perjanjian kredit yang dibuat dan jika debitur tidak melaksanakan kewajiban itu, maka objek jaminan akan menjadi sarana pelunasan atas utang-utang debitur. Oleh karena jaminan merupakan sarana pembayaran substitusi, maka jaminan yang diberikan harus memiliki nilai yang sepadan dengan jumlah utang dan bunga atau bila perlu melebihi dari jumlah utang dan bunga yang diperjanjikan. Penilaian terhadap objek jaminan ditujukan kepada nilai ekonomis barang tersebut, segi kemudahan penjualan juga merupakan faktor yang sangat penting karena eksekusi objek jaminan dilakukan melalui penjualan umum. 8 Fidusia sebagai suatu perjanjian assesoir, memiliki sifat mendahului (droit de preference) yang berlaku sejak tanggal pendaftarannya pada Kantor Pendaftaran Fidusia (sesuai ketentuan Pasal 28 UUJF). Sehingga dalam hal ini berlaku adagium first registered first scured. Hak yang di dahulukan merupakan hak penerima fidusia untk mengambil pelunasan piutangnya atas hasil eksekusi benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Hak untuk mengambil pelunasan ini mendahului kreditur-kreditur lain, bahkan sekalipun pemberi fidusia dinyatakan pailit, hak tersebut tidak hapus karena benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak termasuk dalam harta pailit pemberi fidusia. 9 8 M.Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007, hlm Henny Tanuwidjaja, Pranata Hukum Jaminan Utang dan Sejarah Lembaga Hukum Kenotariatan, Bandung: PT. Refika Aditama, 2012, hlm 59.

8 CHRISTINA NORIS TARIGAN 8 Selain itu, jaminan fidusia juga tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada (droit de suite), kecuali pengalihan atas benda persediaan. Droit de suite merupakan bagian dari Peraturan Perundang-undangan Indonesia dalam kaitannya dengan hak mutlak atas kebendaan. 10 Ketentuan yang mewajibkan Akta Jaminan Fidusia dibuat dengan akta otentik diatur dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia yang berbunyi Pembebanan benda dengan Jaminan Fidusia dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia dan merupakan akta jaminan fidusia dalam ketentuan Pasal yang lain prinsip kewajiban tersebut mendapat kelonggaran sebagaimana diatur dalam ketentuan penutup Pasal 37 ayat (2) Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan yang berbunyi Dalam jangka waktu selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari terhitung sejak berdirinya kantor pendaftaran fidusia semua perjanjian jaminan fidusia harus sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang ini. Kecuali ketentuan mengenai kewajiban pembuatan Akta Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1). Menurut Munir Fuady, jika ada alat bukti Sertifikat Jaminan Fidusia dan Sertifikat tersebut adalah sah, maka alat bukti lain dalam bentuk apapun harus di tolak. Para pihak tidak cukup misalnya hanya membuktikan adanya fidusia dengan hanya menunjukkan Akta Jaminan Fidusia yang dibuat notaris. Sebab menurut Pasal 14 ayat (3) UUJF, maka dengan akta jaminan fidusia, lembaga fidusia dianggap belum lahir. Lahirnya fidusia tersebut adalah pada saat di daftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. 11 Untuk memberikan kepastian hukum Pasal 11 UUJF mewajibkan benda yang dibebani dengan jaminan fidusia didaftarkan pada Kantor Pendaftaran Fidusia yang terletak di Indonesia. Kewajiban ini bahkan tetap berlaku meskipun kebendaan yang dibebani dengan jaminan fidusia berada di luar wilayah negara Republik Indonesia. 10 Ibid, hlm Munir Fuady, Jaminan Fidusia, Bandung: PT. Aditya Bakti, 2003, hlm 34.

9 CHRISTINA NORIS TARIGAN 9 Dalam praktik masih terdapat keraguan mengenai pendaftaran jaminan fidusia. Hal ini disebabkan karena kurang tegasnya UUJF menentukan hal apakah yang harus di daftarkan. Sebenarnya tidak ada ketentuan dalam UUJF yang mengatakan bahwa fidusia yang tidak didaftarkan adalah tidak sah. Hanya saja untuk memberlakukan ketentuan yang ada didalam UU Jaminan Fidusia tersebut, maka haruslah dipenuhi syarat benda jaminan fidusia itu didaftarkan. Eksistensi akta otentik tidak serta merta menjadi dasar lahirnya fidusia. Keberadaan akta otentik (akta jaminan fidusia) melahirkan hak perorangan yang hanya dapat ditujukan kepada orang-orang tertentu dan timbul sebagai sebab dari berlakunya asas pacta sun servanda. Artinya hanya kepada pihak yang membuatnya saha yang terkat dalam perjanjian tersebut, pihak ketiga dan orangorang diluar perjanjian tidak terikat oleh kesepakatan yang di buat oleh mereka. Perjanjian jaminan fidusia yang tidak didaftarkan menjadi tidak sah (tidak legal). Dalam hal akta jaminan fidusia tidak didaftarkan dikantor pendaftaran fidusia maka hal tersebut akan menimbulkan akibat hukum, yaitu Sertifikat Jaminan Fidusia tidak dapat diterbitkan. Jika Sertifikat Jaminan Fidusia tidak diterbitkan, maka hak kebendaan tidak lahir. Sedangkan hak perorangan kurang memberikan rasa aman karena mempunyai tingkat resiko yang tinggi. Dengan tidak di daftarkannya akta tersebut, penerima fidusia akan mengalami kesulitan untuk mengeksekusi, apabila pemberi fidusia atau debitor wanprestasi atau cidera janji. Karena dalam Pasal 29 UUJF telah dijelaskan bahwa apabila pemberi fidusia atau debitor wanprestasi maka benda yang menjadi objek jaminan fidusia dapat dieksekusi dengan cara pelaksanaan title eksekutorial, penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia dan penjualan dibawah tangan. Pada umumnya eksekusi bidang hukum perdata memang dilaksanakan oleh lembaga pengadilan, baik karena suatu Putusan Hakim yang telah memiliki kekuatan hukum yang tetap, putusan arbitrase yang telah di exequatur oleh Pengadilan Negeri atau dokumen-dokumen lain yang memiliki kekuatan

10 CHRISTINA NORIS TARIGAN 10 eksekutorial yang dapat dilakukan eksekusi melalui Fiat Ketua Pengadilan Negeri seperti Sertifikat Hak Tanggungan dan Sertifikat Fidusia. 12 M. Yahya Harahap menyebutkan bahwa eksekusi merupakan tindakan hukum yang dilakukan oleh pengadilan kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara. 13 Eksekusi hanya dilakukan terhadap suatu dictum condemnatoir atau diktum penghukuman/perintah dalam amar Putusan Hakim, sedangkan diktum yang sifatnya deklalatoir dan konstitutif tidak mengandung perintah untuk dilaksanakan karena sifatnya hanya sebagai pernyataan saja. Adanya asas kebebasan berkontrak yang diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata, dimana setiap orang bebas dan terbuka untuk membuat hubungan hukum perikatan apapun sepanjang tidak bertentangan dengan syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Lahirnya perjanjian pembiayaan sesuai dengan asas konsensualisme bahwa perjanjian telah lahir sejak detik tercapainya kata sepakat diantara para pihak. Namun demikian untuk pelaksanaan lebih lanjut, perjanjian pembiayaan konsumen harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam perjanjian pembiayaan konsumen dalam hal ini adanya penyerahan objek yang diperjanjikan dari perusahaan pembiayaan konsumen kepada konsumen. Eksekusi jaminan fidusia dapat dilakukan salah satunya dengan menggunakan titel eksekutorial melalui penetapan pengadilan. Akta yang mempunyai titel eksekutorial disebut dengan istilah grosse akta. Menurut KUHPerdata, setiap akta yang mempunyai titel eksekutorial dapat dilakukan fiat eksekusi. Salah satu syarat agar suatu fiat eksekusi dapat dilakukan yaitu terdapat irah-irah yang berbunyi DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA sehingga akta tersebut dapat langsung dieksekusi tanpa putusan pengadilan. Fiat eksekusi adalah eksekusi atas akta seperti mengeksekusi suatu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap. Yakni dengan cara meminta fiat dari ketua pengadilan, yaitu memohon penetapan tersebut dari ketua 12 D.Y. Witanto, Op.Cit, hlm M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta: Gramedia, 2002, hlm 1.

11 CHRISTINA NORIS TARIGAN 11 pengadilan untuk melakukan eksekusi. Ketua pengadilan tersebut akan memimpin eksekusi sebagaiman dimaksud dalam KUHPerdata. 14 Eksekusi juga dapat dilakukan dengan parate eksekusi yakni mengeksekusi tanpa lewat pengadilan. Parate eksekusi merupakan kewenangan yang diberikan oleh undang-undang atau lewat putusan pengadilan kepada salah satu pihak untk melaksanakan sendiri secara paksa isi perjanjian atau putusan hakim manakala pihak lainnya cidera janji atau wanprestasi. Salah satu ciri yang menguntungkan bagi kreditor penerima fidusia adalah bahwa Sertifikat Jaminan Fidusia yang bertitelkan eksekutorial untuk menjual objek jaminan fidusia melalui lelang atas kekuasaan penerima fidusia sendiri dengan menggunakan Parate Eksekusi diperlukan akta yang memiliki titel eksekutorial, yakni yang disebut dengan istilah Grosse akta Parate Eksekusi bagi orang yang memegang Sertifikat Jaminan Fidusia adalah sama dengan seorang yang telah menang dalam suatu perkara di pengadilan dan atas keputusan tersebut, tidak ada lagi upaya hukum biasa yang tersedia. Selain Parate Eksekusi, dikenal penjualan objek jaminan fidusia secara di bawah tangan. Dalam praktek penyelesaian kredit macet yang selama ini berjalan, bagian terbesar justru dilaksanakan dengan memberikan kesempatan kepada pemberi fidusia untuk mencari sendiri pembeli dengan harga yang tertinggi. Perlu diingat, bahwa sekalipun penjualan itu dilakukan di bawah tangan, namun penjualan berdasarkan Pasal 29 ayat (1) sub c tetap saja bukan merupakan penjualan sukarela, karena inisiatif penjualan tidak datang dari pemberi fidusia, tetapi dari pihak kreditor. 15 Eksekusi dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan terhadap barang milik pihak tereksekusi yaitu barang-barang bergerak maupun barang-barang yang tidak bergerak. Barang-barang yang disita tersebut nantinya akan dijual melalui lelang dan dipergunakan untuk membayar sejumlah uang yang telah disebutkan dalam putusan hakim berikut ongkos-ongkos yang dikeluarkan dalam menjalankan putusan tersebut. 14 Ibid, hlm J. Satrio, Op.Cit, hlm 324.

12 CHRISTINA NORIS TARIGAN 12 Dalam menjalankan putusan, haruslah merupakan suatu putusan yang berkekuatan hukum tetap.apabila putusan tersebut belum mempunyai kekuatan hukum tetap, maka akan ada kemungkinan bagi pihak yang tereksekusi untuk melakukan upaya-upaya hukum seperti perlawanan, banding maupun kasasi. Sehingga dengan adanya upaya tersebut memberikan peluang untuk dibatalkannya putusan tersebut. Eksekusi terhadap jaminan fidusia yang tidak di daftarkan tidak dapat di eksekusi secara langsung. Karena hal ini tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 11 ayat (1) UUJF yang mewajibkan pendaftaran untuk semua benda yang dibebani dengan jaminan fidusia. Dengan tidak didaftarkannya jaminan fidusia tersebut, maka sama artinya bahwa jaminan fidusia tidak pernah lahir, karena menurut Pasal 14 ayat (3) UUJF, jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan fidusia dalam buku daftar fidusia. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia, maka apabila debitur wanprestasi dan tidak melunasi hutangnya, eksekusi tehadap benda jaminan tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Pasal 29 UUJF. Pasal 1460 KUHPerdata menyebutkan bahwa resiko terhadap penjualan barang yang sudah ditentukan ditanggung pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan dan penjual berhak menuntut harganya. Sehubungan dengan itu bahwa kecenderungan pihak kreditur melakukan tindakan sepihak kepada debitur yang cidera janji khususnya dalam hal melakukan eksekusi. Hal ini tentunya merugikan pihak konsumen karena posisinya berada di pihak yang lemah. Pendaftaran memiliki arti yuridis sebagai suatu rangkaian yang tidak terpisah dari proses terjadinya perjanjian fidusia, selain itu juga merupakan perwujudan dari asas publisitas dan kepastian hukum. Hak kebendaan dari jaminan fidusia baru lahir sejak dilakukannya pendaftaran. Dengan dilakukannya pendaftaran maka akan melahirkan hak-hak kebendaan sehingga kedudukan kreditur menjadi kreditur separatis dengan segala hak istimewa yang diberikan

13 CHRISTINA NORIS TARIGAN 13 undang-undang. 16 Dengan dilakukannya pendaftaran maka kreditur/pihak pemegang jaminan fidusia dapat dilindungi berdasarkan asas droit de suite. Sifat droit de suite dalam hak kebendaan dianut dalam jaminan fidusia, hal ini ditegaskan dalam Pasal 20 Undang-undang Jaminan Fidusia yang mengatakan bahwa jaminan fidusia tetap mengikuti benda yang menjadi objek jaminan fidusia dalam tangan siapapun benda tersebut berada, kecuali pengalihan benda persediaan yang menjadi objek jaminan fidusia. Pemberian sifat hak kebendaan disini dimaksudkan untuk memberikan kedudukan yang kuat kepada pemegang hak kebendaan, dengan memberikan sifat droit pada fidusia, maka hak kreditur tetap mengikuti bendanya kepada siapapun ia berpindah, termasuk kepada pihak ketiga. Kasus yang terjadi antara penggugat dengan tergugat, yaitu keterlambatan penggugat dalam membayar angsuran mobil ke-14 dikarenakan kondisi ekonomi yang tidak stabil dan mobil tersebut disewakan kepada saudaranya tanpa sepengetahuan tergugat. Namun dalam hal terlambatnya penggugat membayar angsuran, mobil tersebut di eksekusi secara langsung tanpa adanya surat perintah untuk mengeksekusi. Dalam hal ini seharusnya proses eksekusi tidak dapat dilakukan secara langsung karena objek yang menjadi jaminan tidak didaftarkan untuk mendapatkan sertifikat jaminan fidusia. Para pihak dalam hal ini hanya menuangkan kesepakatan dalam sebuah perjanjian pembiayaan. Perjanjian pembiayaan sah dan mengikat bagi para pihak yang membuatnya, namun dalam hal ini penggugat keberatan sehingga perjanjian tersebut menjadi tidak sah. Syarat sahnya perjanjian menurut Pasal 1320 KUHPerdata adalah: 1. Sepakat, yaitu para pihak yang mengadakan perjanjian tersebut saling setuju dan sepakat mengenai segala sesuatu yang diperjanjikan tanpa ada paksaan dan pengaruh dari pihak manapun; 2. Cakap, yaitu kedua belah pihak mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau mengadakan hubungan hukum. Pada dasarnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum; 16 D.Y. Witanto, Op.Cit, hlm 174.

14 CHRISTINA NORIS TARIGAN Suatu hal tertentu, adalah merupakan pokok perjanjian, yaitu tentang apa perjanjian tersebut dibuat; 4. Suatu sebab yang halal, yaitu bahwa perjanjian tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan norma kesusilaan atau ketertiban umum. Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata tersebut, maka dapat dipastikan bahwa perjanjian antara penggugat dan tergugat telah memenuhi syarat sahnya perjanjian, karena perjanjian dibuat atas dasar keinginan penggugat dan tergugat tanpa paksaan. Penggugat adalah subjek hukum yang dewasa dan sehat pikiran demikian pula tergugat berwenang sebagai badan hukum untuk mengadakan perikatan, hal yang diperjanjikan adalah mengenai pembiayaan mobil, serta perjanjian tersebut tidak dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan norma kesusilaan atau ketertiban umum. Sehingga oleh karenanya perjanjian antara penggugat dan tergugat tersebut sah secara hukum. Dalam hal perjanjian tersebut sah, maka perjanjian tersebut mempunyai kekuatan mengikat sebagaimana undang-undang yang harus dihormati dan ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakan perjanjian. Hal mana ditegaskan dalam Pasal 1338 KUHPerdata: semua persetujuan yang di buat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi penggugat dan tergugat, maka konsekuensinya segala tindakan tergugat yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut adalah sah dan harus ditaati oleh oleh penggugat dan tergugat. Penarikan unit barang jaminan wajib dilengkapi surat-surat yang diatur dalam Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2011 tertanggal 22 Juni 2011 tentang pengamanan eksekusi jaminan fidusia. Yang dimaksud tertuang dalam Pasal 6, Pasal 7, dan Pasal 8. Dengan menarik unit kendaraan benda objek jaminan yang tidak dilengkapi surat-surat yang sah dan sepihak tersebut hubungan hukum yang telah terjadi antara penggugat dan tergugat sebagaimana tertuang dalam undangundang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam hal ini terlihat bahwa tergugat tidak apresiasi terhadap Undang-undang Perlindungan Konsumen dan menunjuk tergugat tidak melindungi konsumen.

15 CHRISTINA NORIS TARIGAN 15 Dalam perjanjian pembiayaan dengan penyerahan hak milik secara fidusia, sudah seharusnya kreditur melakukan pendaftaran jaminan fidusia. Pendaftaran fidusia tersebut diatur dalam Pasal 11 UUJF yang menyebutkan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. Dengan dilakukannya pendaftaran jaminan fidusia, maka akan melahirkan hak-hak kebendaan yang melekat pada jaminan fidusia. Sehingga hak tersebut memberikan kekuasaan langsung terhadap suatu benda dan pemegangnya dapat mempertahankan hak tersebut kepada siapapun dan bagi siapa saja wajib menghormati pelaksanaan dan penikmatan terhadap hak tersebut. UUJF memiliki kaitan yang erat dengan hak kebendaan karena sesungguhnya jaminan kebendaan dalam kaitannya dengan pemenuhan prestasi dari pihak debitur pada hakikatnya adalah sebuah penyerahan hak-hak kebendaan untuk menjamin akan terlaksananya janji. Dengan didaftarkannya jaminan fidusia tersebut, maka benda jaminan fidusia akan memperoleh sertifikat jaminan fidusia dengan irah-irah Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa yang berkekkuatan hukum tetap seperti putusan pengadilan. Dengan sertifikat tersebut, maka kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap benda jaminan fidusia. Namun dengan tidak di daftarkannya jaminan fidusia maka kreditur sebenarnya tidak dapat menarik atau mengeksekusi kendaraan dengan cara sepihak. Karena kreditur harus mengajukan gugatan ke pengadilan terlebih dahulu agar dapat melakukan penarikan karena kreditur tidak memiliki sertifikat jaminan fidusia. Dalam kasus ini penulis tidak setuju dengan putusan hakim yang memenangkan kreditur karena eksekusi yang dilakukan terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia tidak sesuai dengan prosedur sebagaimana mestinya. Selain itu, perjanjian tersebut memiliki pola layaknya fidusia tetapi tidak didaftarkan. Hal ini melanggar Pasal 11 UUJF yang menyatakan bahwa benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib di daftarkan. Selain itu, hal ini juga melanggar Pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 130/PMK.010/2012 tentang Pendaftaran Jaminan Fidusia Bagi Perusahaan Pembiayaan Yang Melakukan Pembiayaan Konsumen Untuk Kendaraan Bermotor Dengan

16 CHRISTINA NORIS TARIGAN 16 Pembebanan Jaminan Fidusia yang menyatakan bahwa Perusahaan Pembiayaan wajib mendaftarkan jaminan fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia paling lama 30 (tiga puluh) hari kalender terhitung sejak tanggal perjanjian pembiayaan konsumen. Dengan dilakukannya pendaftaran terhadap perjanjian fidusia tersebut, maka kreditur dapat melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia tanpa harus melalui proses gugatan biasa karena sertifikat fidusia memiliki kekuatan yang sama dengan putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. Sehingga apabila perjanjian fidusia tidak didaftarkan maka kreditur dapat dikenakan sanksi administratif secara bertahap berupa peringatan, pembekuan kegiatan usaha atau pencabutan izin usaha (Permenkeu Nomor 130/PMK.010/2012). Karena dengan tidak dilakukannya pendaftaran tersebut, maka hak-hak kebendaannya menjadi tidak lahir sehingga hak yang didahulukan untuk dapat mengambil pelunasan dari objek jaminan milik debitur menjadi tidak dapat dilakukan. IV. Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Pemaparan mengenai konsep, definisi dan penjelasan dalam tesis ini diakhiri dengan kesimpulan yang diperoleh dari proses pembahasan terhadap rumusan permasalahan yang diangkat di dalam tesis ini, dimana terdapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Legalitas perjanjian jaminan fidusia yang tidak didaftarkan tidak dapat disebut sebagai fidusia karena benda yang dibebani dengan jaminan fidusia tersebut tidak didaftarkan. Dalam hal ini jaminan fidusia merupakan perjanjian ikutan dari perjanjian pokok sehingga dengan terpenuhinya unsur-unsur dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat sah perjanjian maka perjanjian tersebut sah. Namun jaminan fidusia yang tidak didaftarkan tidak melahirkan hak-hak kebendaan sehingga karakter kebendaan seperti droit de suite dan droit de preference tidak melekat pada debitur pemberi jaminan fidusia. 2. Eksekusi terhadap objek jaminan fidusia yang tidak didaftarkan tidak dapat dilakukan secara langsung (parate eksekusi) karena tidak memiliki titel

17 CHRISTINA NORIS TARIGAN 17 eksekutorial yang memiliki kekuatan pembuktian yang sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap. Pada umumnya, eksekusi dapat dilakukan dengan adanya putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap (Pasal 29 UUJF). Namun terhadap jaminan fidusia yang tidak didaftarkan hanya dapat dilakukan dengan mengajukan gugatan perdata di Pengadilan berdasarkan Pasal 1365 KUHPerdata yaitu perbuatan melawan hukum serta dapat digugat ganti kerugian. 3. Dalam Putusan Nomor 97K/Pdt/2015 hakim memutuskan untuk menolak permohonan debitur dan menghukum debitur membayar biaya perkara. Pertimbangan ini didasarkan bahwa gugatan penggugat kabur karena disatu sisi penggugat mempersoalkan mengenai penarikan mobil sedangkan disisi lain mempersoalkan keabsahan perjanjian. Dalam hal ini perjanjian tersebut tidak dapat disebut fidusia karena tidak didaftarkan. Namun perbuatan tersebut memiliki pola layaknya fidusia, sehingga pertimbangan hakim dirasa kurang memberikan keadilan bagi penggugat selaku penerima fidusia. Dalam hal ini, perbuatan tersebut melanggar Pasal 11 UUJF dimana benda yang dibebani dengan jaminan fidusia wajib di daftarkan. B. Saran Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penulisan ini adalah sebagai berikut: 1. Kiranya lembaga pembiayaan selaku kreditur dapat meningkatkan kesadaran hukum untuk menegakkan aturan yang berlaku khususnya dalam melakukan pendaftaran jaminan fidusia sehingga mewujudkan kepastian hukum dan perlindungan hukum baik bagi kreditur maupun debitur. Di samping itu, pemerintah perlu membuat aturan serta sanksi yang tegas terhadap kreditur-kreditur yang tidak mendaftarkan jaminan fidusia karena debitur telah melakukan pembayaran biaya pendaftaran pada saat pengikatan perjanjian sedangkan perjanjian fidusianya tidak didaftarkan. Selain itu, kiranya notaris dapat memberikan informasi tentang pentingnya pendaftaran jaminan fidusia bagi kreditur karena pendaftaran fidusia saat ini sudah lebih mudah dan praktis.

18 CHRISTINA NORIS TARIGAN Perlu adanya edukasi terhadap masyarakat khususnya pemberi fidusia mengenai eksekusi objek jaminan fidusia dimana seharusnya pelaksanaan eksekusi sesuai dengan peraturan yang berlaku, juga dengan menunjukkan surat perintah eksekusi yang sah sebelum melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia. Hendaknya pemerintah lebih mempertegas aturan mengenai eksekusi jaminan fidusia salah satunya dengan cara memberikan sanksi yang tegas kepada kreditur yang melakukan eksekusi secara sepihak. 3. Kiranya hakim dalam memutus perkara dapat menghasilkan putusan yang mencerminkan keadilan bagi pihak yang dirugikan. Alasan-alasan pembenar dari para pihak seharusnya menjadi pertimbangan yang tepat bagi hakim dalam memutus perkara. Selain itu, perlu dilakukannya penyelesaian perkara secara mediasi di luar pengadilan sehingga persoalan dapat lebih mudah terselesaikan. V. Daftar Pustaka Albertus Andreas Andi Prajitno, Hukum Fidusia, Semarang: Selaras, Bahsan M, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Fuady Munir, Jaminan Fidusia, Bandung: PT. Aditya Bakti, Rachmad A. Budiono dan H. Suryadin Ahmad, Fidusia Menurut Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, Malang: Ikip Malang, Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Salim H, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, Satrio J, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan Fidusia, Bandung: Citra Aditya Bakti, Tanuwidjaja Henny, Pranata Hukum Jaminan Utang dan Sejarah Lembaga Hukum Kenotariatan, Bandung: PT. Refika Aditama, Widjaja Gunawan dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2000.

19 CHRISTINA NORIS TARIGAN 19 Yahya M. Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta: Gramedia, Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN

MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN MAKALAH HUKUM PERIKATAN MENGENAI ANALISIS SENGKETA JAMINAN FIDUSIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mencapai

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 4/Jun/2017 AKIBAT HUKUM EKSESEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN MENURUT UU NO.42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA 1 Oleh: Restu Juniar P. Olii 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan ekonomi dan perdagangan dewasa ini, sulit dibayangkan bahwa pelaku usaha, baik perorangan maupun badan hukum mempunyai modal usaha yang cukup untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga. Dalam rangka memelihara dan meneruskan pembangunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin berkembang di Indonesia juga menyebabkan meningkatnya kebutuhan usaha dalam sektor perbankan. Hal ini ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA

BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA BAB II SEGI HUKUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA A. Sejarah dan Pengertian Jaminan Fidusia Fidusia berasal dari kata fides yang artinya adalah kepercayaan. Sesuai dengan arti dari kata ini, maka hubungan hukum

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR PENERIMA FIDUSIA DAN DEBITUR PEMBERI FIDUSIA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Andri Zulpan Abstract Fiduciary intended for interested parties

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa hampir semua

Lebih terperinci

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA A. PENDAHULUAN Pada era globalisasi ekonomi saat ini, modal merupakan salah satu faktor yang sangat dibutuhkan untuk memulai dan mengembangkan usaha. Salah satu cara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang paling tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Hal ini dikarenakan manusia diberikan

Lebih terperinci

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Oleh Rizki Kurniawan ABSTRAK Jaminan dalam arti luas adalah jaminan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN Oleh : Dewa Made Sukma Diputra Gede Marhaendra Wija Atmadja Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Lebih terperinci

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia

Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia Kedudukan Hukum Pemegang Hak Tanggungan Dalam Hal Terjadinya Kepailitan Suatu Perseroan Terbatas Menurut Perundang-Undangan Di Indonesia Oleh : Lili Naili Hidayah 1 Abstrak Pada Undang undang Kepailitan,

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA. A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 29 BAB II KEDUDUKAN CORPORATE GUARANTOR YANG TELAH MELEPASKAN HAK ISTIMEWA A. Aspek Hukum Jaminan Perorangan Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Istilah jaminan merupakan terjemahan dari bahasa Belanda,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam sejarah perkembangan kehidupan, manusia pada zaman apapun selalu hidup bersama serta berkelompok. Sejak dahulu kala pada diri manusia terdapat hasrat untuk berkumpul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam suatu perjanjian kredit memerlukan adanya suatu jaminan. Namun bukan berarti didalam suatu perjanjian kredit tersebut tidak ada risikonya. Untuk menghindari wanprestasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum PD BPR Bank Purworejo 1. Profil PD BPR Bank Purworejo PD BPR Bank Purworejo adalah Perusahaan Daerah Bank Perkreditan Rakyat yang seluruh modalnya

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan

BAB V PEMBAHASAN. Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung. sebagai barang yang digunakan untuk menjamin jumlah nilai pembiayaan 1 BAB V PEMBAHASAN A. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat BMT Istiqomah Unit II Plosokandang selaku kreditur dalam mencatatkan objek jaminan di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tulungagung.

Lebih terperinci

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA

AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA AKIBAT PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA DAN KEKUATAN HUKUM SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA YANG DITERBITKAN OLEH KANTOR PENDAFTARAN FIDUSIA Oleh : Ni Putu Cintya Virgyanti Ni Nengah Adi Yaryani Bagian Hukum Bisnis

Lebih terperinci

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA

PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA PERBEDAAN ANTARA GADAI DAN FIDUSIA NO. URAIAN GADAI FIDUSIA 1 Pengertian Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditor (si berpiutang) atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur

Lebih terperinci

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA KEKUATAN EKSEKUTORIAL SERTIFIKAT JAMINAN FIDUSIA BERDASAR UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA Retno Puspo Dewi Mahasiswa Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016

Lex Privatum, Vol. IV/No. 5/Juni/2016 TINJAUAN ATAS EKSEKUSI FIDUSIA YANG DILAKUKAN DI BAWAH TANGAN 1 Oleh : Kaisar M. B. Tawalujan 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur eksekusi fidusia kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang melindungi, memberi rasa aman, tentram dan tertib untuk mencapai kedamaian dan keadilan setiap orang.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha atas tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Republik Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan secara terus menerus dan berkesinambungan, yaitu pembangunan di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam perkembangan jaman yang semakin maju saat ini membuat setiap orang dituntut untuk senantiasa meningkatkan kualitas diri dan kualitas hidupnya. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam

BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN. A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam BAB III KEABSAHAN JAMINAN SERTIFIKAT TANAH DALAM PERJANJIAN PINJAM MEMINJAM DI SLEMAN A. Bentuk Jaminan Sertifikat Tanah Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam Di Kabupaten Sleman Perjanjian adalah suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai orang perseorangan dan badan hukum 3, dibutuhkan penyediaan dana yang. mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. 13 A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA http://www.thepresidentpostindonesia.com I. PENDAHULUAN Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia 7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Majunya perekonomian suatu bangsa, menyebabkan pemanfaatan tanah menjadi sangat penting dan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini terlihat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kebutuhan yang sangat besar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut. Pendapat lain menyatakan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, yang isinya adalah hak dan kewajiban, suatu hak untuk menuntut sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia, khususnya dunia perbankan saat ini mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat baik, walaupun kegiatan bisnis bank umum sempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda bergerak maupun yang tidak berwujud. Pesatnya perkembangan masyarakat dewasa ini, kebutuhan akan sarana

Lebih terperinci

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG

KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG 0 KUASA JUAL SEBAGAI JAMINAN EKSEKUSI TERHADAP AKTA PENGAKUAN HUTANG (Studi terhadap Putusan Mahkamah Agung Nomor Register 318.K/Pdt/2009 Tanggal 23 Desember 2010) TESIS Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Uraian Teori Beberapa teori akan dipakai sebagai acuan dalam penelitian ini, yaitu pengertian perjanjian, pembiayaan leasing dan teori fidusia. 2.1.1. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian

Lebih terperinci

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN TITLE EKSEKUTORIAL DALAM SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN Evie Hanavia Email : Mahasiswa S2 Program MknFH UNS Widodo Tresno Novianto Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sudah sejak masa

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA. Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sudah sejak masa BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI JAMINAN FIDUSIA A. Pengertian Jaminan Fidusia Jaminan Fidusia telah digunakan di Indonesia sudah sejak masa penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari

Lebih terperinci

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA, SH.MH 1 Abstrak : Eksekusi Objek Jaminan Fidusia di PT.Adira Dinamika Multi Finance Kota Jayapura

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1.

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu alat bukti, maka tulisan tersebut dinamakan akta (acte) 1. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan adanya alat bukti tertulis dalam suatu pembuktian di Pengadilan mengakibatkan semua perbuatan hukum yang dilakukan oleh masyarakat yang menyangkut

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN Oleh Ketut Marita Widyasari Puspita I Gusti Ayu Puspawati Marwanto Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The term of Fiduciary

Lebih terperinci

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT 56 BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT 1. Hak Tanggungan sebagai Jaminan atas Pelunasan Suatu Utang Tertentu Suatu perjanjian utang-piutang umumnya

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT Oleh I Dewa Gede Indra Eka Putra Made Gde Subha Karma Resen Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana dari masyarakat secara efektif dan efisien. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kebutuhan masyarakat baik perorangan maupun badan usaha akan penyediaan dana yang cukup besar dapat terpenuhi dengan adanya lembaga perbankan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan zaman di bidang teknologi telah memacu perusahaan untuk menghasilkan produk electronic yang semakin canggih dan beragam. Kelebihan-kelebihan atas

Lebih terperinci

Pembebanan Jaminan Fidusia

Pembebanan Jaminan Fidusia Jaminan Fidusia Fidusia menurut Undang-Undang no 42 tahun 1999 merupakan pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya dialihkan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI

BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI BAB III UPAYA PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI ATAS OBJEK FIDUSIA BERUPA BENDA PERSEDIAAN YANG DIALIHKAN DENGAN JUAL BELI 1. Ketentuan Dalam Pasal 21 UUJF Mengenai Benda Persediaan yang Dialihkan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT A. Pengertian Hukum Jaminan Kredit Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. Dalam Keputusan

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM A. Segi-segi Hukum Perjanjian Mengenai ketentuan-ketentuan yang mengatur perjanjian pada umumnya terdapat dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata pada Buku

Lebih terperinci

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK ATAS EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK ATAS EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN BAB III PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK ATAS EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN A. Risiko Hukum Bagi Kreditor Pemegang Objek Jaminan Fidusia yang Tidak Didaftarkan 1. Kewajiban Pendaftaran

Lebih terperinci

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339 KEWENANGAN MENJUAL SENDIRI (PARATE EXECUTIE) ATAS JAMINAN KREDIT MENURUT UU NO. 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN 1 Oleh: Chintia Budiman 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017

Lex Privatum Vol. V/No. 3/Mei/2017 EKSEKUSI OBJEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 1 Oleh : Lord M. M. Tawalujan 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana prosedur eksekusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain sebagai makhluk sosial dimana manusia saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, sebuah dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi utama Bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang bertujuan melaksanakan pembangunan nasional kearah peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering kita mendapati perbuatan hukum peminjaman uang antara dua orang atau lebih. Perjanjian yang terjalin antara dua orang atau

Lebih terperinci

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara Pemberi utang (kreditur)

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN ABSTRACT Oleh : Putu Gede Surya Eka Prayuda Adiwati I Nyoman Mudana Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang

BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI. Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang BAB II PENGATURAN HAK ISTIMEWA DALAM PERJANJIAN PEMBERIAN GARANSI A. Perjanjian Pemberian Garansi/Jaminan Setiap ada perjanjian pemberian garansi/ jaminan pasti ada perjanjian yang mendahuluinya, yaitu

Lebih terperinci

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA

HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA HAK MILIK ATAS RUMAH SEBAGAI JAMINAN FIDUSIA Oleh : Dr. Urip Santoso, S.H, MH. 1 Abstrak Rumah bagi pemiliknya di samping berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian, juga berfungsi sebagai aset bagi

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D101 07 022 ABSTRAK Perjanjian kredit merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pemberian kredit. Tanpa perjanjian kredit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kerangka hukum formal yang komprehensif pada 30. September 1999 melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis jaminan kebendaan yang dikenal dalam hukum Positif adalah Jaminan Fidusia. Lembaga jaminan kebendaan fidusia tersebut sudah digunakan di Indonesia sejak

Lebih terperinci

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract) Definisi pinjam-meminjam menurut Pasal 1754 KUHPerdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang habis karena pemakaian,

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015 EKSEKUSI TERHADAP BARANG JAMINAN YANG DIIKAT DENGAN FIDUSIA DI BANK 1 Oleh : Endah Dewi Lestari Usman 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan jaminan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan.

BAB III PEMBAHASAN. A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. BAB III PEMBAHASAN A. Akibat Hukum terhadap Jabatan Notaris yang Dinyatakan Pailit Menurut UUJN DAN UU Kepailitan. Semua harta benda dari si pailit untuk kepentingan kreditur secara bersama-sama. Kedudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang keseluruhan bagiannya meliputi aspek kehidupan

Lebih terperinci

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG

PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG PRINSIP=PRINSIP HAK TANGGUNGAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH Oleh: Drs. H. MASRUM MUHAMMAD NOOR, M.H. A. DEFINISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat dewasa ini karena masyarakat sekarang sering membuat perikatan yang berasal

Lebih terperinci

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA DEFINISI Hak Tanggungan adalah: Hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut/tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional, dan merupakan sarana bagi pemerintah dalam menggalakkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak Tanggungan adalah suatu istilah baru dalam Hukum Jaminan yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Istilah fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam

BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA. Istilah fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam BAB II TINJAUAN HUKUM TENTANG JAMINAN FIDUSIA A.Pengertian Fidusia dan Jaminan Fidusia 1.Pengertian Fidusia Istilah fidusia berasal dari bahasa belanda, yaitu fiducie, sedangkan dalam bahasa inggris disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN oleh I Wayan Ganitra Dhiksa Weda Sagung Putri ME, Purwani Bagian Hukum Bisnis Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan

BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN. Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu jaminan BAB II TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HIPOTIK DAN HAK TANGGUNGAN A. Tinjauan Terhadap Hipotik 1. Jaminan Hipotik pada Umumnya Hipotik berasal dari kata hypotheek dari Hukum Romawi yaitu hypotheca yaitu suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Perbankan) Pasal 1 angka 11, menyebutkan : uang agar pengembalian kredit kepada debitur dapat dilunasi salah satunya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi menyebabkan meningkatnya usaha dalam sektor Perbankan. Fungsi perbankan yang paling utama adalah sebagai lembaga intermediary, yakni menghimpun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENARIKAN OBJEK JAMINAN DEBITUR ATAS JASA PEMBIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENARIKAN OBJEK JAMINAN DEBITUR ATAS JASA PEMBIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENARIKAN OBJEK JAMINAN DEBITUR ATAS JASA PEMBIAYAAN YANG DILAKUKAN OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN A. Ruang Lingkup Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERMOHONAN EKSEKUSI KEPADA PENGADILAN NEGERI BERKAITAN DENGAN PERJANJIAN FIDUSIA TERHADAP JAMINAN YANG DIGELAPKAN

PERMOHONAN EKSEKUSI KEPADA PENGADILAN NEGERI BERKAITAN DENGAN PERJANJIAN FIDUSIA TERHADAP JAMINAN YANG DIGELAPKAN PERMOHONAN EKSEKUSI KEPADA PENGADILAN NEGERI BERKAITAN DENGAN PERJANJIAN FIDUSIA TERHADAP JAMINAN YANG DIGELAPKAN SETIA BUDI Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Putri Maharaja Payakumbuh Jln. Gatot Subroto Kelurahan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN A. Perjanjian Dalam istilah perjanjian atau kontrak terkadang masih dipahami secara rancu, banyak pelaku bisnis mencampuradukkan kedua istilah tersebut seolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemberian kredit atau penyediaan dana oleh pihak perbankan merupakan unsur yang terbesar dari aktiva bank, dan juga sebagai aset utama sekaligus menentukan maju mundurnya

Lebih terperinci

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK

EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK EKSEKUSI BARANG JAMINAN FIDUSIA DAN HAMBATANNYA DALAM PRAKTEK Oleh : Masyhuri Fakultas Hukum Universitas Wahid Hasyim Semarang Email : ABSTRAK Jaminan fidusia merupakan bentuk jaminan yang sangat disukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari pembangunan nasional, salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan dalam kehidupan dewasa ini bukanlah merupakan sesuatu yang asing lagi. Bank tidak hanya menjadi sahabat masyarakat perkotaan, tetapi juga masyarakat perdesaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana kepada pihak-pihak yang membutuhkan dana, dalam hal ini bank 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perbankan memegang peranan sangat penting dalam bidang perekonomian seiring dengan fungsinya sebagai penyalur dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang

BAB I PENDAHULUAN. pelunasan dari debitor sebagai pihak yang meminjam uang. Definisi utang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterbatasan finansial atau kesulitan keuangan merupakan hal yang dapat dialami oleh siapa saja, baik orang perorangan maupun badan hukum. Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya

BAB I PENDAHULUAN. fungsi intermediary yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk atau dikenal dengan nama bank BRI merupakan salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang perbankan mempunyai fungsi intermediary

Lebih terperinci

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X

Prosiding Ilmu Hukum ISSN: X Prosiding Ilmu Hukum ISSN: 2460-643X Akibat Hukum dari Wanprestasi yang Timbul dari Perjanjian Kredit Nomor 047/PK-UKM/GAR/11 Berdasarkan Buku III KUHPERDATA Dihubungkan dengan Putusan Pengadilan Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya peningkatan pendapatan perkapita masyarakat dan. meningkatnya kemajuan tersebut, maka semakin di perlukan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam kehidupan perekonomian sangat berkembang pesat beriring dengan tingkat kebutuhan masyarakat yang beraneka ragam ditandai dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan merupakan sarana bagi pemerintah dalam mengupayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan terutama pembangunan secara fisik, dana selalu merupakan masalah baik bagi pengusaha besar, menengah ataupun kecil. Dalam hal ini jasa perbankan melalui

Lebih terperinci