THE RELATIONSHIP BETWEEN NEGLECTFUL PARENTING OF PARENTS WITH SELF REGULATED LEARNING OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT. Nurul Hidayati.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "THE RELATIONSHIP BETWEEN NEGLECTFUL PARENTING OF PARENTS WITH SELF REGULATED LEARNING OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT. Nurul Hidayati."

Transkripsi

1

2

3 THE RELATIONSHIP BETWEEN NEGLECTFUL PARENTING OF PARENTS WITH SELF REGULATED LEARNING OF SENIOR HIGH SCHOOL STUDENT Nurul Hidayati Uly Gusniarti ABSTRACT This study aimed to determine the relationship between neglectul parenting of parents and self regulated learning of senior high school students. The hypotesis said that there was a negative correration between neglectful parenting of parents with self regulated learning of senior high school student. The subject in this study were 70 of senior high school students. The instrument used in this study made based on theory and aspect of neglectful parenting by Hurlock and self regulated learning by Zimmerman. The result from hypotesis analysis using product moment by pearson showed that there is a significant correlation between neglectful parenting of parents with self regulated learning of senior high school students, so the hypotesis was accepted. Key Word : Neglectul parenting, Self regulated learning, Senior high school students

4 PENGANTAR Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami perubahan perkembangan dari masa ke masa, perubahan tersebut dimulai dari masa anak-anak menuju masa kesewasaan. Perkembangan itu sendiri memiliki tahapan atau masanya masing-masing, salah satu tahap perkembangan yang pasti kita lalui adalah masa remaja. Masa remaja disebut juga dengan masa transisi, yakni tahap dimana perkembangan seseorang mengalami perubahan dari masa anak-anak menuju masa kedewasan yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Savira & Suharsono (2013) mengatakan bahwa masa remaja dianggap sebagai masa periode transisi yaitu masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Menurut tahap perkembangan Piaget, remaja memasuki tahap dimana perkembangan aspek kognitifnya mencapai taraf operasi formal. Yakni tahap dimana remaja akan memperoleh kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan mampu menarik kesimpulan dari informasi yang ada. Pada tahapan ini individu dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti yang logis, serta nilai-nilai. Rentang umur remaja adalah tahun, sedangkan rata-rata umur siswa menengah atas adalah tahun, menurut tahap perkembangan Piget siswa menengah atas termasuk dalam tahap perkembangn operasi formal. Pada tahap ini remaja memiliki keinginan untuk sukses dalam kehidupanya, biasanya remaja mempunyai cita-cita dan idealisme yang tinggi. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mengembangkan kemampuan intelektual dan

5 menjadi orang yang berpendidikan serta mempunyai motif untuk berprestasi yang tinggi. Mulai tahun pelajaran 2013/2014 pemerintah mengeluarkan kebijakan tentang kurikulum Kurikulum ini menerapkan pembelajaran berbasis aktivitas, dimana dengan adanya kurikulum ini mampu membentuk remaja yang produktif, kreatif, inovatif dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi. Untuk itu siswa dituntut untuk lebih kreatif, aktif serta lebih pintar dalam mengelola waktu belajarnya. Sikap yang demikian sangat mempengaruhi prestasi belajar anak, dengan munculnya daya kreatif dan pengelolaan waktu belajar yang tepat akan mempengaruhi motivasi belajar anak. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan mempengaruhi sikapnya dalam belajar, siswa akan lebih giat untuk belajar dan lebih bertanggung jawab dengan jam belajarnya. Oleh karena itu sangat diharapkan siswa-siswi mampu mengatur dan mengarahkan dirinya dalam proses belajar yang baik dan benar. Dalam istilah psikologi, hal ini biasa dikenal dengan istilah self regulated learning. Menurut Boekaerts dkk (2006) self regulated learning adalah proses aktif dan konstruktif dengan jalan siswa menetapkan tujuan untuk proses belajarnya dan berusaha untuk memonitor, meregulasi, dan mengontrol kognisi, motivasi, dan perilaku, yang kemudian semuanya diarahkan dan didorong oleh tujuan dan disesuaikan dengan konteks lingkungan. Adanya self regulated learning yang baik pada siswa, dapat mendorong siswa untuk lebih semangat dalam belajar, yang tentunya akan berdampak juga pada prestasi belajar yang baik.

6 Sebaliknya, adanya self regulated learning yang rendah pada siswa akan berdampak pula pada rendahnya motivasi siswa dalam belajar, sehingga memungkinkan pencapaian prestasi belajar yang kurang maksimal. Menurut Santrock (Alfiana, 2013) siswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodic kemajuan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zimmerman (1989) bahwa individu yang memiliki self regulated learning merupakan individu yang aktif secara metakognisi, motivasi, dan perilaku di dalam proses belajarnya. Menurut Santrock (2003) siswa yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu dan meningkatkan motivasi, dapat mengendalikan emosi sehingga tidak mengganggu kegiatan pembelajaran, memantau secara periodik kemajuan target belajar, mengevaluasinya dan membuat adaptasi yang diperlukan sehingga menunjang dalam prestasi. Pekrun dkk (2002) telah mengkaji bagaimana pengaruh self regulated learning terhadap emosi emosi akademik yang akhirnya dapat berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi akademik anak. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning pada siswa, diantaranya ialah faktor pribadi, faktor perilaku, dan faktor lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dianggap sangat mempengaruhi siswa dalam mengarahkan proses belajar. Faktor lingkungan ini

7 salah satunya bisa diperoleh dari lingkungan keluarga, terutama orang tua. Martinez Pons (1996) telah mengkaji self regulated learning berdasarkan keterlibatan orang tua terhadap prestasi akademik. Hasilnya menunjukkan bahwa keterlibatan orang tua dapat meningkatkan self regulated learning anaknya sehingga prestasi akademiknya meningkat. Menurut Hurlock (Santi, 2013) perlakuan orang tua terhadap anaknya dapat mempengaruhi bagaimana anak itu memandang, menilai, dan mempengaruhi sikap anak tersebut terhadap orang tua serta mempengaruhi kualitas hubungan yang berkembang diantara mereka. Selain mengalami pertumbuhan fisik, seorang anak juga mengalami perkembangan dalam hal intelektual. Kemampuan intelektual anak memungkinkan untuk menilai pengalaman dengan pandangan yang baru. Cara memandang yang baru itu tidak hanya ditunjukkan pada lingkungan sekitarnya saja, melainkan juga pada dirinya sendiri dan orang tuanya. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik anak-anaknya, sehingga diharapkan ayah ataupun ibu dapat menjalankan peran masing-masing dengan sebaik-baiknya. Kasih sayang orang tua sangat diperlukan dalam mendidik anak dan akan berdampak pada perkembangan anak. Termasuk dalam perkembangan pendidikan anak itu sendiri, kasih sayang yang diberikan orang tua dapat berupa perhatian orang tua yang memperhatikan kegiatan anak dalam kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan belajar anak. Perhatian tersebut dapat diberikan oleh orang tua dengan melakukan hal-hal kecil yang dapat menumbuhkan rasa nyaman kepada anak.

8 Contoh lain dari bentuk perhatian orang tua bisa berupa menanyakan kepada anaknya tentang pelajaran yang telah diberikan di sekolah, menanyakan ada tidaknya tugas sekolah, menemani anak saat belajar, memberi pujian kepada anak ketika mendapat nilai bagus dan membantu anak bila mengalami kesulitan belajar. Dengan adanya perhatian tersebut, diharapkan dapat memunculkan motivasi belajar yang tinggi pada anak. Sehingga tanpa disuruh anak memiliki kemandirian dan tanggung jawab dalam proses belajarnya. Terkadang, tidak semua orang tua memiliki waktu untuk bisa memberikan perhatiannya kepada anak-anak mereka. Pola asuh pada orang tua yang kurang memperhatikan perkembangan anaknya, bisa disebut juga dengan pola asuh permisif. Pola asuh permisif merupakan perilaku dimana orang tua kurang memberikan perhatian terhadap anak-anak mereka. Biasanya pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan untuk melakukan kegiatan apapun dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak serta kurangnya kontrol orang tua terhadap kegiatan yang anak lakukan. Orang tua dengan pola asuh permisif biasanya kurang memberikan pengarahan dan tuntutan kepada anak, serta semua keputusan diserahkan kepada anak. Bahkan orang tua jarang memberikan bimbingan dan melakukan peranya dalam perkembangan pendidikan anak. Pada saat diterapkan pola asuh permisif anak akan merasa orang tua tidak peduli dengan perilaku yang dilakukannya. Dengan adanya pola asuh permisif akan berdampak pada berperilaku anak, yakni anak akan sering berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri.

9 Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan terhadap tiga orang tua siswa SMA pada tanggal 10 November 2015, didapatkan fakta bahwa orang tua cenderung tidak peduli dan kurang memperhatikan perkembangan proses belajar anak-anaknya. Dari hasil wawanacara, mereka menyatakan bahwa jarang sekali mereka mengingatkan anak-anaknya untuk belajar. Mereka menggagap bahwa anak-anak mereka sudah besar dan sudah memiliki kesadaran sendiri untuk belajar tanpa harus diingatkan. Hanya satu atau dua kali saja orang tua mengecek dan menanyakan kepada anak-anak mereka, apa saja yang telah dipelajari disekolah serta menanyakan tugas yang diberikan guru. Di samping itu orang tua tidak pernah membantu anakanak mereka ketika mendapatkan kesulitan dalam proses belajarnya. Mereka percaya bahwa anak SMA mulai beranjak dewasa dan memiliki kesadaran sendiri dalam aktivitas belajarnya. Sehingga orang tua fokus dengan pekerjaan mereka, yang difikirkan orang tua hanya bekerja mencari uang untuk sekolah anakanaknya. Peneliti juga melakukan wawancara dengan tiga siswa SMA pada tanggal 10 November 2015, didapatkan fakta bahwa anak lebih suka bermain dan membaca novel ketika jam belajar tiba. Di rumah mereka jarang belajar, mereka belajar ketika ada tugas sekolah. Setelah tugas sekolah selesai dikerjakan, mereka tidak akan belajar lagi. Jarang sekali mereka belajar, jika belajar rata-rata dari mereka belajarnya hanya sesuka hati mereka. Mereka belajar hanya membaca materi yang telah disampaikan oleh guru mereka, ketika sudah merasa bosan mereka akan menyudahi kegiatan belajarnya dan memilih bermain handphone.

10 Ketika mereka ada kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah, mereka akan memilih bertanya pada teman-temanya daripada dengan orang tuanya. Mereka merasa nyaman bertanya kepada teman-temanya karena setiap mereka bertanya kepada orang tua rata-rata orang tua tidak bisa membantu. Berdasarkan hasil wawancara di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kebanyakan anak-anak yang memiliki self regulated learning yang rendah diakibatkan karena orang tua cenderung tidak memperhatikan proses belajar anak. Ketika orang tua cenderung tidak peduli terhadap proses belajar anak akan mengakibatkan anak menjadi kurang termotivasi karena tidak ada dorongan dari lingkungan terdekatnya. Ketika tidak adanya dorongan tersebut anak kurang mampu mengorganisir dirinya dalam kegiatan belajar. Sehingga bisa dikatakan bahwa pola asuh ortu sangat berkaitan dengan self regulated learning yang muncul pada siswa. Pada orang tua yang cenderung tidak peduli terhadap proses belajar anak, akan menyebabkan kurang terciptanya motivasi pada anak. Sehingga self regulated learning pada siswa kurang muncul dengan baik. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Johnson & Johnson (Adicondro & Purnamasari, 2011) bahwa self regulated learning dipengaruhi oleh pola asuh orang tua. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat seperti orang tua mampu meningkatkan produktivitas, meningkatkan kesejahteraan psikologis dan memberikan rasa memiliki. Anak yang mendapatkan dukungan sosial dari orang tua akan mendapatkan dukungan emosional, penghargaan, instrumental, dan dukungan informatif dari keluarga.

11 Berdasarkan penjelasan di atas, penulis memperoleh gambaran bahwa pola asuh sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Jika orang tua salah menerapkan pola asuh akan berdampak pada semua perkembangan termasuk dalam perkembangan pendidikan anak. semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka akan rendah tingkat self regulated learning siswa. Begitu sebaliknya semakin rendah pola asuh permisif orang tua maka semakin tinggi self regulated learning siswa. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk meneliti tentang pola asuh permisif dengan self regulated learning siswa. METODE PENELITIAN Subjek pada penelitian ini adalah siswa-siswi sekolah menengah atas dengan rentang umur tahun dan belum menikah. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 70 siswa yang terdiri dari 25 siswa dan 45 siswi. Metode yang digunakan adalah metode skala yakni untuk mengungkap aspek-aspek yang ingin diteliti. Penelitian ini menggunakan dua skala yakni skla pola asuh permisif dan pola self regulated learning. 1. Skala Self Regulated Learning Skala self regulated learning digunakan untuk mengungkap tingkat self regulated learning siswa SMA. Skala ini disusun berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Zimmernan (Chen, 2002). Self regulated learning terdiri dari empat aspek yakni metacognitif self-regulation, physical and

12 social environment managenent, time management, dan effort regulation. Skala self regulated learning terdiri dari 16 aitem favorable dan 16 aitem unfavorable. Pemberian skor alternatif jawaban yakni 1 sampai 4. Jawaban favorable diskor dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 4, sesuai (S) = 3, tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1. Sedangkan jawaban unfavorable dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) = 2, tidak sesuai (TS) = 3, dan sangat tidak sesuai (STS) = Skala Pola Asuh Permisif Skala pola asuh permisif orang tua digunakan untuk mengungkap tingkat pola asuh permisif yang diberikan pada siswa SMA oleh orang tua masing-masing. Skala pola asuh permisif di buat berdasrkan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) dengan empat aspek yakni kontrol terhadap anak kurang, pengambaian keputusan, orang tua bersifat masa bodoh, pendidikan bersifat bebas. Skala pola asuh permisif terdiri dari 10 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable. Pemberian skor alternatif jawaban yakni 1 sampai 4. Jawaban favorable diskor dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 4, sesuai (S) = 3, tidak sesuai (TS) = 2, sangat tidak sesuai (STS) = 1. Sedangkan jawaban unfavorable dengan jawaban sangat sesuai (SS) = 1, sesuai (S) = 2, tidak sesuai (TS) = 3, dan sangat tidak sesuai (STS) = 4. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis Kolerasi Product Moment dari Pearson. Metode tersebut digunakan

13 bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pola asuh permisif dengan self regulated learning. Untuk mempermudah perhitungan statistik, keseluruhan perhitungan dan pengujian hipotesis dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 22.0 for windows. HASIL PENELITIAN Hasil dalam penelitian ini dipeoleh gambaran sebagai berikut : Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Prosentase Perempuan % Laki-laki % Total % Deskripsi Subjek Penelitian Secara Keseluruhan Variabel Hipotetik Empirik Min Maks SD Mean Min Maks SD Mean Self regulated Learning Pola asuh Permisif Kategorisasi Variabel Self regulated learning Kategorisasi Self regulated learning Skor F % Sangat Rendah x < % Rendah 49 x % Sedang 53 < x % Tinggi 57 < x % Sangat Tinggi x % Total %

14 Kategorisasi Variabel Pola Asuh Permisif Orang tua Kategorisasi Pola Asuh Permisif Orang tua Skor F % Sangat Rendah x < % Rendah x % Sedang 39 < x % Tinggi < x % Sangat Tinggi x % Total % Hasil Uji Normalitas Variabel Koofisien Koofisien Keterangan K-SZ Signifikan Self regulated Normal Learning Pola Asuh Normal Permisif Orang Tua Hasil Uji Linieritas Self regulated learning F p dan Pola Asuh Permisif Linearity Deviation from linearity Hasil Uji Hipotesis Variabel r p Hipotesis Self regulated learning terhadap pola asuh Diterima permisif orang tua PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa sekolah menengah atas. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan yang negatif

15 antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa sekolah mengengah atas. Semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka akan semakin rendah self regulated learning siswa, begitu sebaliknya semakin rendah pola asuh permisif orang tua maka semakin tinggi self regulated learning siswa. Hasil analisis kolerasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson menunjukan koefisien korelasi r sebesar dan p = 0.00 ( p<0.05). Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa sekolah menengah atas, sehingga hipotesis penelitian yang diajukan diterima. Berdasarkan proses kategorisasi diketahui sebagian besar subjek berada pada kategori rendah, dengan prosentasi 27.1%. Hal ini menunjukan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat self regulated learning yang rendah. Sedangkan untuk pola asuh permisif berada pada kategori tinggi, yakni dengan prosentase 25.8%. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki pola asuh permisif orang tua yang tinggi. Pola asuh permisif orang tua memiliki sumbangan sebesar 21.4% pada self regulated learning siswa sekolah menengah pertama. Pola asuh permisif orang tua memiliki sumbangan 21.4% pada self regulated learning pada siswa sekolah menengah atas dikarenakan karena pola asuh permisif yang diterapkan orang tua masing-masing siswa, sedangkan 78.6% disebabkan oleh hal-hal yang lain. Self regulated learning adalah kemampuan seseorang untuk menjadi partisipan yang aktif secara metakognisi, motivasi, dan perilaku (behavior) di dalam proses belajar. Secara metakognisi, self-regulated learner merencanakan,

16 mengorganisasi, mengarahkan diri, memonitor diri, dan mengevaluasi diri pada tingkatan-tingkatan yang berbeda dari apa yang mereka pelajari. Secara motivasi, mereka merasa diri mereka sendiri kompeten, selfefficacious, dan mandiri (autonomous). Secara perilaku (behaviorly), mereka memilih, menyusun, dan membuat lingkungan mereka untuk belajar yang optimal (Mukhid, 2008). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning pada siswa. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah lingkungan, lingkungan yang paling dekat dengan siswa adalah lingkungan keluarga. Penerapan pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dalam kehidupan sehari-hari akan mempengaruhi tinggi rendahnya self regulated learning pada anak. Penerapan pola asuh sangat mempengaruhi perkembangan pada anak salah satunya adalah perkembangan pendidikan. Beberapa faktor yang penting mempengaruhi prestasi akademik antara lain latar belakang budaya dan keluarga. Cara orang tua mendidik anak-anaknya dengan pola asuh yang diterapkan dapat mempengaruhi proses belajar dan prestasi anak. Pola asuh orang tua menjadi prediktor yang mempengaruhi perkembangan dalam kemampuan sosial, akademik, dan perkembangan psikososial (Palupi, 2013). Pola asuh tersebut terbagi menjadi tiga tipe yakni pola asuh dengan tipe demokkratis, otoriter dan permisfif. Orang tua yang menerapkan pola asuh permisif, biasanya terlalu membebaskan kegiatan anak saat berada di rumah. Orang tua cenderung tidak peduli dengan kegiatan yang dilakukan anak, tidak ada aturan yang anak harus mentaatinya, dan kurangnya kontrol yang diberikan orang tua kepada anak. Hal

17 yang demikian membuat anak merasa bebas untuk melakukan kegiatan apapun sesuai dengan keinginan yang anak mau saat berada di dalam rumah. Dornbusch dkk (1987) menemukan bahwa prestasi yang rendah berhubungan dengan pola asuh authoritarian yang tinggi, permisif tinggi, dan autoritatif yang rendah. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Zimmerman & Martinez Ponz (1988), terdapat hubungan signifikan antara self-regulated learning dengan prestasi akademik. Sama seperti penelitian sebelumnya pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa self regulated learning yang dimiliki siswa termasuk dalam kategori rendah. Sedangkan pola asuh permisif yang diterapkan oleh orang tua termasuk dalam kategori tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa pola asuh permisif memiliki hubungan dengan munculnya self regulated learning siswa. Penerapan pola asuh permisif pada anak akan mempengaruhi rendahnya self regulated learning pada anak. Hasil penelitian yang dilakukan Ellena (2014) membuktikan bahwa pola asuh permisif memiliki hubungan yang negatif dengan self regulated learning siswa. Penelitian Tamami (2011) tentang pengaruh pola asuh orang tua dan self regulated learning terhadap prokrastinasi pada siswa juga mendapatkan hasil yang sama bahwa pola asuh memiliki hubungan yang signifikan terhadap self regulated learning. Pada penelitian tersebut pola asuh permisif memiliki hubungan yang sgnifikan dengan self regulated learning, semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka semakin rendah self regulated learning siswa dan akan mengakibatkan tingginya prokrastinasi siswa.

18 Hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pola asuh sangat penting bagi perkembangan anak, termasuk dalam perkembangan pendidikan. Penerapan pola asuh yang salah akan mempengaruhi proses belajar pada anak. Pola asuh permisif adalah salah satu contoh penerapan pola asuh yang kurang pas untuk anak. Pola asuh permisif lebih mengarah pada pola asuh yang membebaskan anak dalam berbuat tanpa adanya kontrol dari orang tua. Pola asuh permisif sangat berdampak pada proses belajar siswa yang kurang optimal, sehingga self regulated learning yang dimiliki anak akan rendah. Kelemahan dari penelitian ini adalah kurangnya subjek yang dipakai untuk penelitian. Kurang spesifik antara pola asuh permisif yang memanjakan atau pola asuh permisif tidak peduli yang ingin diungkap oleh peneliti. Serta kurang spesifik membahas tentang pola asuh permisif dari ayah atau dari ibu yang sangat mempengaruhi self regulated learning siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan yaitu ada hubungan negatif antara pola asuh permisif orang tua dengan self regulated learning siswa diterima. Semakin tinggi pola asuh permisif orang tua maka semakin rendah self regulated learning siswa. Begitu sebaliknya Semakin rendah pola asuh permisif orang tua maka semakin tinggi self regulated learning siswa.

19 SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti. Bagi orang tua, jangan pernah membiarkan anak untuk tumbuh kembang sendiri tanpa adanya campur tangan dari orang tua. Sesibuk apapun orang tua diharapkan mampu mengontrol perilaku anak. Bagi siswa-siswi, jika orang tua memberikan kebebasan dalam proses belajar, jangan sampai menyalah gunakan kebebasan yang diberikan orang tua. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan mampu menjelaskan lebih rinci lagi tentang pola asuh dari ayah atau ibu yg paling berpengaruh dalam munculnya self regulated learning.

20 DAFTAR PUSTAKA Adicondro, N & Purnamasari, A. (2011). Efikasi Diri, Dukungan Sosial Keluarga dan Self regulated learning pada Siswa Kelas VIII. Humanitas Alfiana, A.D. (2013). Regulasi Diri Mahasiswa Ditinjau dari Keikutsertaan dalam Organisasi Kemahasiswaan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Boekaerts, M., & Cascallar, E. (2006). How Far Have We Moved Toward the Integration of Theory and Practice in Self-Regulation?. Educ Psychol Rev Chen, C.S. (2002). Self Regulated Learning Strategies and Achievement in an Introduction to In formation System Course. Information Technology,Learning, and Performance journal Ellena, R.C. (2014). Perbedaan Self-Regulated Learning Siswa SMA Ditinjau dari Persepsi Terhadap Pola Asuh orang Tua. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Hurlock, EB. (1999). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepajang rentang kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mukhid, A Strategi Self Regulated Learning. Tadris Palupi, D.R Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Mahsiswa Psikologi Angkatan 2010 Universitas Airlangga Surabaya. Jurnal Psikologi dan Perkembangan Pekrun, R., Goetz, T., & Titz, W. (2002). Academic Emotions in Students Self- Regulated Learning and Achievement: A Program of Qualitative and Quantitative Research. Educational Psychologits Santi, N.N. (2013). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Orang Tua, Persepsi Terhadap Kondisi Lingkungan Sekolah, dan Kecerdasan Emosi Terhadap Motivasi Belajar. EFEKTOR Santrock, J.W Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Erlangga. Savira, F & Suharsono, Y. (2013). Self-Regulated Learning (Srl) Dengan Prokrastnasi Akademik Pada Siswa Akselerasi. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan Tamami, A.N.I Pengaruh Pola Asuh Orang Tua dan Self regulated learning terhadap Prokrastinasi pada Siswa MTs N 3 Pondok Pinang. Skripsi (tidak

21 diterbitkan). Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Zimmerman, B.J., & Martinez Pons, M. (2001). Students differences in self regulated learning: Relating grade, sex, and giftedness to self efficacy and strategy use. Journal of Educational Psychology, 82 (1), Zimmerman, B A Social Cognitive View Of Self-Regulated Academic Learning. Journal of Educational Psychology. No. 3. Vol. 81. Hal

22 IDENTITAS Nama Alamat Kampus Alamat : Nurul Hidayati : Jl. Kaliurang KM 14,5 Besi, Sleman, Yogyakarta : Sleman III, Rw 08 Rt 04 Triharjo Sleman Yogyakarta No. Hp : hidayatinurul125@gmail.com

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Paramitha Kusumawati 1 dan Berliana Henu Cahyani 2 ABSTRACT The purpose of this study are to find out the

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 62 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DI SMA N 16 PADANG JURNAL PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA OLEH: RITA SINTHIA ABSTRACT This study was aimed to investigate the relationship between social

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN SOSIAL KELOMPOK KELAS DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA SISWA KELAS I SLTP XXX JAKARTA Rita Sinthia Dosen Prodi Bimbingan Konseling FKIP Universitas Bengkulu Abstract:This study was

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI ABSTRAK Pengerjaan skripsi adalah hal yang harus dilalui mahasiswa sebagai

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI Prima: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 1, Juli 2017, hal. 43-48 P-ISSN: 2579-9827, E-ISSN: 2580-2216 HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERILAKU TERHADAP HASIL BELAJAR MATA KULIAH MATEMATIKA EKONOMI 1 Ahmad

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Gina Nadya Emeralda, Ika Febrian Kristiana Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KONSENTRASI PATISERI SMK NEGERI 1 SEWON BANTUL

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KONSENTRASI PATISERI SMK NEGERI 1 SEWON BANTUL Hubungan Pola Asuh (Erma Lestari, NIM: 09511241003) HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KONSENTRASI PATISERI SMK NEGERI 1 SEWON BANTUL Penulis 1: Erma Lestari Penulis 2: Rizqie

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA Lita Afrisia (Litalee22@gmail.com) 1 Yusmansyah 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT The research objective was to determine

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 2 (1) (2013) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj HUBUNGAN ANTARA MANAJEMEN WAKTU DENGAN SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA Mustika Dwi Mulyani Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya Ricky Pangestu Fakultas Psikologi Pangestu_ricky@yahoo.com Abstrak Penelitian ini merupakan yang bertujuan untuk memperjelas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA ABSTRAK Psikologia 2015, Vol. 10, No. 2, hal. 18-24 18 HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MEDAN AREA Nefi Darmayanti, Mulia Siregar dan Puspa Ega Harahap UIN Sumatera

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Self-efficacy PENGOLAHAN PERTAMA Reliability Statistics Cronbach's

Lampiran 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Self-efficacy PENGOLAHAN PERTAMA Reliability Statistics Cronbach's Lampiran 1. Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Self-efficacy PENGOLAHAN PERTAMA Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items.554 22 Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance

Lebih terperinci

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis   ABSTRAK Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 1 No. 2, Hal, 31, Maret 2017 ISSN 2541-0660 2017 HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang diteliti (Azwar, 2012, h.5). Variabel Tergantung : Motivasi Berprestasi Pada Siswa BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode penelitian. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data numerik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian akan dilakukan di SMP Methodist-an Pancurbatu. 3.1.2. Waktu Penelitian Waktu Penelitian akan dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian. efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan, untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-Variabel Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah Hubungan dukungan sosial dengan efikasi diri akademik pada remaja yang tinggal di panti asuhan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH PERMISSIVE INDIFFERENT DENGAN PENYESUAIAN DIRI PERSONAL PADA REMAJA Telah disetujui Pada Tanggal Dosen Pembimbing Utama (Hepi Wahyuningsih S. Psi., M. si) HUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA BOARDING SCHOOL

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA BOARDING SCHOOL NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA SISWA BOARDING SCHOOL Oleh : ADIAKESUMAWARDHANI THOBAGUS M. NU MAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU

Lebih terperinci

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMP HOMESCHOOLING (Correlation Between Social Support and Self Regulated Learning Among Homeschooling Students) Nur Inayatul Fauziah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Variabel penelitian memiliki beberapa jenis, pada peneltian ini jenis

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Learning Approach dan prestasi belajar Bahasa Indonesia pada siswa siswi kelas 10 SMA X Bandung. Responden dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Oleh: Dwi Ayu Rizkiyah Mira Aliza Rachmawati PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS II DITINJAU DARI ASPEK METAKOGNISI, MOTIVASI DAN PERILAKU

HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS II DITINJAU DARI ASPEK METAKOGNISI, MOTIVASI DAN PERILAKU HUBUNGAN REGULASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS II DITINJAU DARI ASPEK METAKOGNISI, MOTIVASI DAN PERILAKU Akhmad Faisal Hidayat E-mail: Af.iechal@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Orangtua dan Kontrol Diri Remaja terhadap Perilaku Merokok di Pondok Pesantren

Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Orangtua dan Kontrol Diri Remaja terhadap Perilaku Merokok di Pondok Pesantren Hubungan antara Persepsi Pola Asuh Orangtua dan Kontrol Diri Remaja terhadap Perilaku Merokok di Pondok Ratna Wulaningsih Nurul Hartini Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. The purpose

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran di sekolah tersebut. Pendidikan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama, karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA OLEH

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA OLEH HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED-LEARNING DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA SMA KELAS 12 JURUSAN IPA DI SMA KRISTEN 1 SALATIGA OLEH HERING TRI AMBARSARI 802010019 TUGAS AKHIR Diajukan Kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang Berawal dari pemikiran dan kemauan yang kuat untuk mengembangkan pendidikan di Kedungkandang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DENGAN REGULASI EMOSI PADA SISWA KELAS XI MAN KENDAL DyahNurul Adzania, Achmad Mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro dyadzania@gmail.com

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERAN AYAH DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA SISWA KELAS XI SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG Mutiara Ayu Annisa, Achmad M. Masykur Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa 31 BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. : Puput Kartika Pratiwi (Universitas Negeri Yogyakarta)

PENDAHULUAN. : Puput Kartika Pratiwi (Universitas Negeri Yogyakarta) Hubungan Penerapan Jam... (Puput Kartika Pratiwi) 1 HUBUNGAN PENERAPAN JAM PELAJARAN SISTEM BLOK DAN MINAT BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL SISWA KELAS X SMKN 1 MAGELANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah. 2. Variabel bebas : a. 76 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel tergantung : Perilaku Seksual Pranikah 2.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. Suatu desain penelitian menyatakan struktur masalah penelitian 66 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian merupakan persiapan menyeluruh dari penelitian mencakup hal-hal yang akan dilakukan peneliti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, serta metode analisis data. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang

BAB III METODE PENELITIAN. prosedur penelitian, serta metode analisis data. Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang BAB III METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini diuraikan mengenai rancangan penelitian, identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan sampel penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan korelasional. Penelitian korelasional yakni suatu jenis penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan yang menekankan analisisnya pada data numerikal (angka) dan diolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO

HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING (SRL) DENGAN KEMANDIRIAN PADA SISWA PROGRAM AKSELERASI SMA NEGERI 1 PURWOREJO Ryza Afianti Sri Hartati Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning PENGARUH METODE MODELLING DALAM LAYANAN KLASIKAL TERHADAP PENINGKATAN SELF REGULATED LEARNING ( Studi Kuasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2009) adalah metode berlandaskan pada filsafat positivism,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu: 1. Variabel Bebas : Keharmonisan Keluarga 2. Variabel Tergantung : Harga Diri B. Definisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 4.1 Distribusi Responden menurut Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki/siswa 45 30,00 Perempuan/siswi 105 70,00

Lebih terperinci

Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa

Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa Konselor Volume 3 Number 1 March 2014 ISSN: 1412-9760 Received January 25, 2014; Revised February 24, 2014; Accepted March 30, 2014 Hubungan Antara Self-efficacy Akademik Dengan Hasil Belajar Siswa Gusriko

Lebih terperinci

Educational Psychology Journal

Educational Psychology Journal EPJ 1 (1) (2012) Educational Psychology Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/epj PENGARUH PERSEPSI POLA ASUH PERMISIF ORANG TUA TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS Titis Pravitasari Jurusan Psikologi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian dilakukan di SMA Theresiana Salatiga yang terletak di jalan Kemiri Raya II Salatiga dengan akreditasi A. SMA Theresiana merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol dari beberapa tahapan yang logis. Sedangkan rancangan penelitian merupakan

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP METODE MENGAJAR GURU MATEMATIKA DENGAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO DUKUNGAN DOSEN DAN TEMAN SEBAYA DENGAN EFIKASI DIRI AKADEMIK PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO Dian Lati Utami, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi Kancah Penelitian Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu peneliti menentukan lokasi yang akan dijadikan

Lebih terperinci

BAB 3 Metode Penelitian

BAB 3 Metode Penelitian BAB 3 Metode Penelitian 3.1 Variabel penelitian & hipotesis 3.1.1 Definisi operasional variabel penelitian Variabel penelitian menurut Hatch dan Farhady (dalam Iskandar, 2013) adalah atribut dari objek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,

Lebih terperinci

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA HUBUNGAN LINGKUNGAN DENGAN PRESTASI MAHASISWA Menik Sri Daryanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta E-mail:meniksridaryanti@gmail.com Abstract: This study aimed to analyze the relationship between the learning

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA 1 PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI DI SMA NEGERI 1 MARAWOLA BABUL HASANAH A 351 09 037 JURNAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang banyak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

Abstract

Abstract PERSEPSI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI SISWA KELAS VIII SMPN 1 PATAMUAN KABUPATEN PADANG PARIAMAN Vionirita Sewasa 1), Erman Har 2), dan Azrita 2)

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Penelitian Persiapan penelitian dimulai dengan mempersiapkan alat ukur, yaitu menggunakan satu macam skala untuk mengukur self esteem dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Persiapan Penelitian Dalam mengadakan suatu penelitian langkah awal yang perlu dilakukan adalah persiapan

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL DAN ADVERSITY QUOTIENT PADA REMAJA YANG MENGALAMI TRANSISI SEKOLAH

DUKUNGAN SOSIAL DAN ADVERSITY QUOTIENT PADA REMAJA YANG MENGALAMI TRANSISI SEKOLAH DUKUNGAN SOSIAL DAN ADVERSITY QUOTIENT PADA REMAJA YANG MENGALAMI TRANSISI SEKOLAH Dian A. Puspasari Toto Kuwato Hariz E. Wijaya Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia E-mail

Lebih terperinci

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Quroyzhin Kartika Rini 1 Ursa Majorsy 2 Ratna Maharani Hapsari 3 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma { 1 quroyzhin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karakteristik dan tujuan

Lebih terperinci

Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning

Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning Perbandingan Kemampuan Bernalar Fisika Siswa Laki-laki dan Perempuan SMA melalui Pendekatan Learning By Questioning Dyah Kusumawati, Woro Setyarsih Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel. B. Variabel Penelitian 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional yaitu merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG HUBUNGAN ANTARA QUALITY OF SCHOOL LIFE DENGAN EMOTIONAL WELL BEING PADA SISWA MADRASAH SEMARANG Soraya Prabanjana Damayanti, Dinie Ratri Desiningrum* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Sorayadamayanti88@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Jurnal Penelitian Psikologi 2016, Vol. 07, No. 01, 1-9 HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Jurusan Psikologi, FIP, Unesa. Abstrak ; Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini dijelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode dalam penelitian ini, yang mencakup jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) asuhan 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 1. Variabel tergantung : Keberhargaan diri (self esteem) 2. Variabel bebas : Dukungan sosial dari pengasuh panti asuhan B. Definisi

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY, MOTIVASI, DAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA

HUBUNGAN SELF EFFICACY, MOTIVASI, DAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA UNION: Jurnal Pendidikan Matematika Vol 3 No 1, Maret 2015 HUBUNGAN SELF EFFICACY, MOTIVASI, DAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP SE-KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN:

Jurnal SPIRITS, Vol.5, No.2, Mei ISSN: HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KECENDERUNGAN GAYA HIDUP HEDONISME PADA MAHASISWI PSIKOLOGI UST YOGYAKARTA Ayentia Brilliandita Flora Grace Putrianti ABSTRACT This study aims to determine the relationship

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai harapan serta cita-cita sendiri yang ingin dicapai. Mencapai suatu cita-cita idealnya memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL Hubungan antara Persepsi... (Pratiwi Marisa Latief) 1 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 PRAMBANAN ARTIKEL E-JOURNAL Oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun

BAB IV PEMBAHASAN. penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa baru tahun BAB IV PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek Penelitian ini adalah penelitian populasi, sehingga tidak digunakan sampel untuk mengambil data penelitian. Semua populasi dijadikan subyek penelitian. Subyek dalam

Lebih terperinci

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin

Bab 4. Hasil Penelitian Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin. belajar dan self regulation yaitu siswa yang berjenis kelamin Bab 4 Hasil Penelitian 4.1 Gambaran profil subjek 4.1.1 Gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin Subjek yang ikut mengisi kuesioner penelitian motivasi belajar dan self regulation yaitu siswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG Oleh:

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG Oleh: 1 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 23 PADANG Oleh: *Mahasiswa **Dosen Pembimbing Fara Dilla Sandi* Fitria Kasih** Weni Yulastri** Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH)

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN F ASILITAS PEMBELAJARAN DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP (PLH) (Studi pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Langkaplancar Kabupaten Pangandaran Tahun Pelajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, 33 BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditemukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci