Media Gathering MEMAHAMI KEBIJAKAN SATU PETA MENUJU KEMANDIRIAN GEOSPASIAL BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

Transkripsi

1 Media Gathering MEMAHAMI KEBIJAKAN SATU PETA MENUJU KEMANDIRIAN GEOSPASIAL LIEN ROSALINA Kepala Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik Selaku Ketua Satgas I Tim Nasional Percepatan Kebijakan Satu Peta Media Gathering Kebijakan Satu Peta Jakarta, 16 Juli 2018 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

2 OUTLINE 1. Kebijakan Satu Peta (KSP) 2. Ruang Lingkup Kebijakan Satu Peta 3. Teknis Kebijakan Satu Peta 4. Peran BIG dalam Kebijakan Satu Peta 5. Progres Kebijakan Satu Peta 2016 dan Ultimate Goal Kebijakan Satu Peta 7. Tantangan dan Harapan Kebijakan Satu Peta Hal 2

3 1. KEBIJAKAN SATU PETA Pemanfaatan IG/IGT UU No. 4 tahun 2011, tentang Informasi Geospasial Pasal 2 Informasi Geospasial diselenggarakan berdasarkan asas kepastian hukum, keterpaduan, keterbukaan, kemutakhiran, keakuratan, kemanfaatan, dan demokratis Pasal 3 UU ini bertujuan untuk:.. (b) mewujudkan penyelenggaraan IG yang berdaya guna dan berhasil guna melalui kerja sama, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi; dan (c) mendorong penggunaan IG dalam penyelenggaraan pemerintahan dan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat... Paket Kebijakan Ekonomi VIII.. meningkatkan kesejahteraan dan daya saing nasional tingkat regional maka diperlukan investasi pembangunan. Dukungan ketersediaan data dan informasi fundamental pembangunan, termasuk Informasi Geospasial Tematik (IGT) mutlak diperlukan dalam meningkatkan nilai kompetitif iklim investasi dan menjamin kepastian hukum investasi 1 Reference Standard Geodatabase GeoPortal

4 Kebijakan Penyusunan Satu Peta Skala 1: Dilaksanakan Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 9 tahun 2016 PERPRES NO. 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1: (Diundangkan pada tanggal 4 Februari 2016) Perpres No. 9/2016 memuat amanat-amanat berikut: KEGIATAN UTAMA KEBIJAKAN SATU PETA KOMPILASI Proses pengumpulan Informasi Geospasial (IG) Tematik yang dimiliki oleh Kementerian/Lembaga saat ini INTEGRASI Proses penyelarasan IG Tematik, baik yang telah dimiliki oleh Kementerian/Lembaga maupun yang baru dibuat, terhadap IG Dasar Kewajiban dan Mekanisme Penganggaran untuk Kebijakan Satu Peta Struktur Organisasi, Tugas & Wewenang Kelembagaan Kebijakan Satu Peta serta Mekanisme Kerja pada skala makro Rencana Aksi yang disepakati dan dipatuhi oleh para pemangku kepentingan Kegiatan Utama Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta SINKRONISASI Proses penyelarasan antar IG Tematik, termasuk didalamnya penyelesaian konflik yang terjadi akibat tumpang tindih hasil Integrasi Hal 4

5 2. RUANG LINGKUP KEBIJAKAN SATU PETA Tujuan Kebijakan Satu Peta untuk mewujudkan satu peta yang mengacu pada satu referensi geospasial, satu standar, satu basis data, dan satu geoportal pada tingkat ketelitian peta skala 1: Manfaat Kebijakan Satu Peta perbaikan data IGT masing-masing sektor (K/L) sesuai standar/ketentuan peraturan; dan perencanaan dan pengendalian kebijakan pembangunan, sebagai contoh pemanfaatan ruang pada skala yang luas yang terintegrasi dengan dokumen Rencana Tata Ruang. peningkatan akurasi spasial dan menghindari tumpang tindih pemberian perizinan antar sektor investasi pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam dsb. Target Implementasi Kebijakan Satu Peta ( ) 19 KEMENTERIAN LEMBAGA 85 IGT PRODUK SATU PETA 34 PROVINSI STRATEGI KOMUNIKASI Hal 5

6 manfaat peningkatan akurasi spasial dan menghindari tumpang tindih pemberian perizinan antar sektor dalam investasi Peta Rupabumi Indonesia Izin Sektor Minerba Izin Sektor Kehutanan Izin Sektor Pertanahan Tanah Grogot Sumber : 1. Peta Dasar RBI Indonesia Skala 1 : digeneralisasi 2. Peta Pemanfaatan Kawasan Hutan, KLHK 3. Peta konsesi pertambangan, Kementerian ESDM 4. Peta Hak Atas Tanah, Kementerian ATR/BPN

7 Tumpang tindih izin TAMBANG dg area TRANSMIGRASI IZIN PEMANFAATAN di area APL Tumpang tindih HGU, PEMANFAATAN & TAMBANG tumpang tindih dengan HGU dlm KAWASAN HGU masuk dalam KAWASAN Izin TAMBANG tumpang tindih Tumpang dg PELEPASAN tindih izin TAMBANG KEBUN dg HGU & melewati BATAS ADMINISTRASI CONTOH TUMPANG TINDIH PERIZINAN

8 manfaat dalam pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam Batas Izin Pengelolaan Perkebunan

9

10

11

12 TAHAPAN KEGIATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA Produk One Map KOMPILASI Proses pengumpulan IG Tematik yang dimiliki oleh Kementerian/Lembaga saat ini INTEGRASI Proses penyelarasan IG Tematik, baik yang telah dimiliki oleh Kementerian/Lembaga maupun yang baru dibuat, pada IG Dasar SINKRONISASI SATGAS I KSP Proses penyelarasan antar IG Tematik, termasuk didalamnya penyelesaian konflik yang terjadi akibat tumpang tindih hasil Integrasi SATGAS II KSP Hal 12

13 PERAN DATA DAN INFORMASI GEOSPASIAL DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Arahan Pembangunan Basis Data Dasar Perencanaan Pendekatan Kewilayahan Tujuan Nasional Indikator RPJPN Pengurangan Kesenjangan Antar Wilayah 2. Pengembangan Pusat-pusat Pertumbuhan berbasis Keunggulan Potensi Wilayah 3. Pemerataan Pelayanan Sosial Dasar NAWACITA KABINET KERJA Informasi Geospasial Data Statistik Perencanaan Ruang Pengelolaan Pertanahan Model Spasial Dinamis Sistem Perkotaan Nasional Kawasan Cepat Tumbuh Kawasan Khusus Kawasan Perbatasan Daerah Tertinggal Kawasan Rawan Bencana Pengembangan Ekonomi Lokal Perdesaan Skenario & Strategi Pengembangan Wilayah Pulau-Pulau Besar dan Provinsi (Buku III RPJMN) Berkurangnya Kesenjangan Antar Wilayah Tumbuhnya Pusat-pusat Pertumbuhan berbasis Keunggulan Potensi Wilayah, khususnya di KTI Meratanya Pelayanan Sosial Dasar di Seluruh Wilayah Indonesia Gini Rasio Indeks Williamson Indeks Theil Jumlah Pusat Pertumbuhan Konektivitas IPM Desentralisasi dan Otonomi Daerah Sumber: BAPPENAS, 2017

14 RENCANA AKSI PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA Hal 14

15 3. TEKNIS KEBIJAKAN SATU PETA PRINSIP KEBIJAKAN SATU PETA (KSP) SEBUAH KEBUTUHAN UNTUK PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN YANG EFISIEN DAN EFEKTIF Satu Referensi Berbagi Pakai Data Melalui JIGN JIGN Satu Geoportal KSP Satu Basisdata Satu Standar Hal 15

16 PETA RUPABUMI INDONESIA- Integrator IGT Pulau Sumatera skala 1: Pulau Sulawesi skala 1: Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara skala 1: Hal 16

17 STANDARISASI IGT Terintegrasi Standar IGT Standar Data Spasial Standar Data Atribut FUNGSI STANDAR IGT Menghindari duplikasi data Meningkakan kualitas data Efisiensi penyajian data Mempermudah akses data Membangun kemitraan Meningkatkan ketersediaan data Format Data Datum & Proyeksi Skala Sesuai Renaksi Konsistensi Logis Tidak Duplikasi Konsistensi Klasifikasi KUGI & Metadata

18 STANDAR DATA IGT (UNSUR SPASIAL) Hal 18

19 Tanpa Duplikasi Atribute pada Database IGT Konsistensi Atribute dengan Grafis pada IGT Konsistensi IGT pada Standar/NSPK - nya

20 Penyesuaian IGT terhadap Garis Pantai RBI Contoh : AKURASI POSISI Line Merah Poligon Hijau : Base RBI : Data Sektor Polygon hijau diluar Garis Pantai RBI dihilangkan dan didalam Garis RBI ditambahkan Penyesuaian IGT tertentu dengan Batas Wilayah IGD Line Hitam Pola Ruang : Base RBI : Data Sektor Polygon pola ruang diluar batas administrasi RBI dihilangkan dan di dalam batas administrasi RBI ditambahkan Hal 20

21

22 PENGKODEAN KATALOG UNSUR GEOGRAFI INDONESIA (KUGI) : Pengkodean : 10 karakter yang unik Kategori Sub Kategori Geometri Skala Kode Unsur 1 karakter 1 karakter 2 karakter 2 karakter 4 karakter CA BA BA Contoh: Model Peta Batas Wilayah + Provinsi A + Provinsi B Provinsi D + + Jalan Provinsi + Provinsi D Jalan Kabupaten Provinsi C CA BA BA BA

23 4. PERAN BIG DALAM KEBIJAKAN SATU PETA Hal 23

24 NASIONAL 6. ULTIMATE GOAL KEBIJAKAN SATU PETA Mekanisme Berbagi-Pakai Data Spasial 1 A. Text here KOMPILASI 1. STANDARISASI 2 A. Text here INTEGRASI Perbaikan data IG agar satu standar (Metadata, KUGI) 3. PENGAMANAN Penggunaan Digital Watermarking pada data shapefile IGT Tahapan Berbagi-Pakai Data IGT 3 SINKRONISASI 2. KLASIFIKASI Klasifikasi data IGT berdasarkan hak akses pemangku kepentingan JIGN (Jaringan Informasi Geospasial Nasional) Hal 24

25 NASIONAL 7. TANTANGAN DAN HARAPAN KEBIJAKAN SATU PETA Terbatasnya ketersediaan dan kompetensi SDM bidang Informasi Geospasial (IG) di K/L/P/D Kementerian PAN-RB dan BKN membuka dan menambah formasi penerimaan PNS pemetaan Perlunya peran serta perguruan tinggi dalam penyiapan SDM IG Permasalahan Proses Integrasi Integrasi tidak dapat diselesaikan hingga Juli 2018 karena penyesuaian terhadap RBI baru yang cukup banyak dan belum adanya SOP Pemetaan untuk IGT tertentu (IGT Jalan, Potensi Desa, Serat Optik) Integrasi tidak dapat diselesaikan secara teknis hingga Juli 2018 karena masih dalam proses penyusunan (IGT Penutup Lahan, Sistem Lahan, Morfometri, Lahan Gambut, Lahan Sawah, dan Peta Tanah Semi-detail) Integrasi IGT tidak dapat diselesaikan hingga Juli 2018 karena produk hukum belum tersedia (IGT Batas Desa, Kawasan Rinci Wilayah Pertahanan, RTLN, dan RZWP3K) Terbatasnya akses data IGT dari beberapa K/L (karena bersifat rahasia dan berbayar) K/L membuka akses data kepada Sekretariat PKSP (dengan protokol yang disepakati) Hal 25

26 TERIMA KASIH Hal 26

27 LAMPIRAN Hal 27

28 5. PROGRES KEBIJAKAN SATU PETA s.d. TAHUN 2018 CAPAIAN PETA TEMATIK TERINTEGRASI PER PULAU SAMPAI 11 JULI 2018 SUMATERA 76 dari 84 IGT KALIMANTAN 71 dari 80 IGT SULAWESI 75 dari 82 IGT MALUKU 64 dari 82 IGT PAPUA 62 dari 83 IGT JAWA 68 dari 83 IGT Keterangan : Pelaksanaan Integrasi di TA 2016 Pelaksanaan Integrasi di TA 2017 Pelaksanaan Integrasi di TA 2018 BALI & NT 68 dari 80 IGT Terintegrasi sampai 11 Juli 2018 Pukul 16.00

29 DETAIL KEMAJUAN KEGIATAN INTEGRASI IGT PKSP *Pencapaian IGT terintegrasi di tiap provinsi bergantung pada ketersediaan data Keterangan : Muatan IGT tidak tersedia (by nature) Integrasi IGT tidak dapat diselesaikan hingga Juli 2018 karena produk hukum belum tersedia (Contoh: PP, Perda, Pergub/Perbup) Integrasi IGT tidak memungkinkan untuk diselesaikan secara teknis hingga Juli 2018 Integrasi IGT dapat diselesaikan hingga Juli 2018 IGT telah selesai diintegrasi KALIMANTAN SUMATERA SULAWESI BALI & NUSA TENGGARA JAWA MALUKU PAPUA

30 Sekretaris Utama Deputi Bid. IGD Deputi Bid. IGT Deputi Bid. IIG PERSIAPAN 0 Menetapkan Renaksi Tahunan KSP Di BIG igd IGT IIG Mengkoordinasikan Renaksi Tahunan KSP K/L 85 Tema IGT Status IGT Rencana IGT Potensi KOMPILASI 01 PPRT Peta Rupabumi Indonesia Skala 1: PKLP Peta Lingkungan Pantai Indonesia Peta Lingkungan Laut Nasional PPBW Koordinasi teknis dg kemendagri penyiapan segmen: Batas LN Batas Adm Batas Desa PPIT IGT BIG (3 tema) Peta Penutup Lahan 1:50K Peta sistem Lahan 1:50K Peta Sistem Lahan 1:50L IGT K/L (82 Tema) INTEGRASI 02 PPIT Verifikasi IGT BIG (3 tema) Peta Penutup Lahan 1:50K Peta sistem Lahan 1:50K Peta Sistem Lahan 1:50L Verifikasi IGT K/L Potensi Verifikasi IGT K/L Status PTRA Verifikasi IGT K/L Rencana Ruang (RTRW Prov. SINKRONISASI 03 PPIG Pemyiapan protocol dan sistem untuk berbagi pakai pada IGT Terintegrasi Hal 24