INTISARI KORELASI ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

Transkripsi

1 1 INTISARI KORELASI ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Muhammad Rahmatullah S 1 ; Riza Alfian 2 ; Roseyana Asmahanie 3 Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dimana kadar gula didalam darah lebih tinggi dari biasa atau normal. Penyakit ini bersifat degeneratif atau tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula dalam darah dapat distabilkan menjadi normal. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008 menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pada pasien diabetes melitus tipe II. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan data secara prospektif selama periode bulan Mei sampai dengan Juni Sampel penelitian ini adalah pasien diabetes melitus rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 111 pasien. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian lembar kuesioner tingkat pengetahuan dari Anderson dan Christison dan lembar kuesioner kepatuhan dari Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). Hasil penelitian menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pasien diebates melitus rawat jalan yaitu tingkat pengetahuan tinggi (3,6%), tingkat pengetahuan sedang (30,6%), dan tingkat pengetahuan rendah (65,8%). Untuk tingkat kepatuhan pasien diabetes melitus rawat jalan yaitu dengan kepatuhan tinggi (36,9%), kepatuhan sedang (47,7%), dan kepatuhan rendah (15,3%). Terdapat korelasi tidak bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan dengan korelasi yang lemah. Kata Kunci: Diabetes Melitus,Tingkat Pengetahuan Kepatuhan. 1,2 Akademi Farmasi Isfi Banjarmasin 3 RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin xii

2 2 ABSTRACT CORRELATION BETWEEN LEVEL OF KNOWLEDGE WITH COMPLIANCE WITH PATIENT DIABETES MELITUS TYPE II IN DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Muhammad Rahmatullah S 1 ; Riza Alfian 2 ; Roseyana Asmahanie 3 Diabetes mellitus is a chronic disease where blood sugar levels are higher than normal or normal. This disease is degenerative or can not be cured but blood sugar levels can be stabilized to normal. Basic Health Research Results in 2008 showed the prevalence of DM in Indonesia increased to 57%. This study aims to determine the relationship of knowledge level with adherence in patients with type II diabetes mellitus. This research is descriptive with prospective data taking during the period of May until June The sample of this research is patient of diabetes mellitus outpatient in Poliklinik Disakit Dalam RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Samples meeting the inclusion criteria were 111 patients. Data collection was done by interviewing and filling out the knowledge level questionnaires from Anderson and Christison and the compliance questionnaire sheets from the Morisky Medication Adherence Scale (MMAS). The results showed that the level of knowledge of patients diebates melitus outpatient that is high knowledge level (3,6%), medium knowledge level (30,6%), and low knowledge level (65,8%). For adherence level of diabetes mellitus patient with high compliance (36,9%), medium compliance (47,7%), and low compliance (15,3%). There is no meaningful correlation between the level of knowledge with compliance with weak correlations. Key Words: Diabates Melitus, Knowledge Level, Adherence. 1,2 Academy of Pharmacy ISFI Banjarmasin 3 Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin xiii

3 3 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis dimana kadar gula didalam darah lebih tinggi dari biasa atau normal. Penyakit ini bersifat degeneratif atau tidak dapat disembuhkan tetapi kadar gula dalam darah dapat distabilkan menjadi normal. Penyakit diabetes melitus tipe II tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa dikelola dengan mematuhi empat pilar penatalaksanaan diabetes melitus tipe II meliputi pendidikan kesehatan, perencanaan makan atau diet, latihan fisik teratur dan minum obat teratur (Cahyati, 2015). International Diabetes Federation (IDF) menyebutkan bahwa prevalensi diabetes melitus di dunia adalah 1,9% dan telah menjadikan DM sebagai penyebab kematian urutan ke tujuh di dunia sedangkan tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus di dunia adalah sebanyak 371 juta jiwa dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe II adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008 menunjukan prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%. Tingginya prevalensi Diabetes Melitus tipe 2 disebabkan oleh faktor risiko yang tidak dapat berubah misalnya jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor risiko yang dapat diubah misalnya kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, indeks masa tubuh, lingkar pinggang dan umur (Fatimah, 2015).

4 4 Diabetes melitus merupakan penyakit yang dapat menimbulkan berbagai macam keluhan dari semua organ tubuh. Penyakit yang akan ditimbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan membusuk atau gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan sebagainya. Tidak jarang penderita DM yang sudah parah menjalani amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kejadian dan keparahan dari Diabetes Melitus tipe II maka dilakukan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat oral hiperglikemik dan insulin (Fatimah, 2015). Masalah penanggulangan diabetes melitus salah satunya dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan yang rendah. Tingkat pengetahuan yang rendah akan dapat mempengaruhi pola makan yang salah sehingga menyebabkan obesitas, yang akhirnya mengakibatkan kenaikan kadar glukosa darah. Salah satu upaya pencegahan DM adalah dengan perbaikan pola makan melalui pemilihan makanan yang tepat (Insiyah dan Hastuti, 2016). Pengetahuan merupakan tahap pertama yang dibutuhkan seseorang untuk membentuk suatu perilaku kepatuhan. Pengetahuan yang baik tentang kapan dan bagaimana melaksanakan suatu terapi dapat membantu pasien untuk berpikir kritis sehingga dapat mengingatkan pasien untuk selalu berperilaku patuh terhadap terapi (Husnah dkk., 2014). Masalah kepatuhan dalam menjalani terapi merupakan masalah medis yang berat dan serius yang dihadapi tenaga profesional kesehatan. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor pengetahuan, pendidikan, sosial ekonomi, pelayanan kesehatan, penyakit dan terapi. Penyebab ketidak patuhan pasien DM dalam menjalani terapi adalah tidak memahami dan salah memahami tentang manfaat diet, olahraga, dan penggunaan obat. Pengetahuan yang baik tentang kapan dan bagaimana melaksanakan

5 5 suatu terapi akan membantu seseorang untuk selalu berperilaku patuh terhadap terapi tersebut. Pengetahuan pasien DM tentang penyakit dan terapinya sangat penting, semakin baik pemahaman pasien maka pasien semakin mengerti bagaimana harus mengubah perilakunya menjadi lebih baik lagi dan lebih patuh (Husnah dkk., 2014). Berdasarkan daftar 10 besar penderita penyakit pasien instalasi rawat jalan, penderita diabetes melitus di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh selama tahun 2015 menempati peringkat ke 2 dengan jumlah pasien sebesar pasien dan pada tahun 2016 terjadi peningkatan dengan jumlah pasien sebesar yang menempati peringkat terbesar ke 3 di instalasi rawat jalan RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan pada pasien diabetes melitus tipe II.