I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk.kondisi tersebut menuntut adanya suatu perubahan pada sistem pertanian dari pertanian tradisional kepada suatu sistem yang menerapkan pengembangan ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut.menyikapi tantangan tersebut, maka mulai dikembangkan adanya suatu sistem pertanian yang lebih modern dan lebih ramah lingkungan yaitu sistem pertanian organik. Upaya untuk melakukan gerakan pertanian organik mulai berkembang di Indonesia sejalan dengan perkembangan pertanian organik dunia. Konsumen negaranegara maju menjadi pemicu awal dan inspirasi dari bergulirnya pertanian organik ini. Di Indonesia, pertanian organik menjadi trend karena tumbuhnya kesadaran konsumen untuk mengkonsumsi produk yang aman dan sehat. Proses produksi dalam pertanian organik juga cukup bersahabat dengan lingkungan. Tanpa disadari, di Indonesia telah berkembang praktik pertanian organik untuk berbagai komoditas. Hal tersebut dapat dilihat dengan dikembangkannya teknologi pertanian organik. Keunggulan teknologi ini adalah meminimalkan atau bahkan menghilangkan sama sekali residu-residu pestisida dan zat kimia berbahaya lainnya (Pertanian Sehat Indonesia, 2012). Pertanian organik dalam pengelolaannya tidak menggunakan pupuk dan pestisida yang terbuat dari bahan kimia, melainkan dengan menggunakan bahan organik.pupuk organik dapat dibuat sendiri oleh petani dengan biaya yang rendah, begitu pula dengan sarana produksi organik lainnya. Adanya kesadaran masyarakat akan kesehatan dan keamanan pangan ini maka preferensi masyarakat dalam mengkonsumsi beras mengalami pergeseran dari beras non organik ke beras organik (Sutanto, 2002). Pertanian tidak hanya sekedar menghasilkan bahan pangan yang aman bagi kesehatan manusia, tetapi merupakan suatu pendekatan untuk menuju gaya hidup yang lebih sehat. Di tengah persoalan-persoalan pertanian yang cukup banyak, ternyata pertanian organik telah berkembang hampir di seluruh dunia.banyak negara yang telah 1

2 menerima dan melaksanakan aturan pertanian organik menuju pertanian berkelanjutan dan sekaligus perlindungan terhadap lingkungan (Buley, et.al., 1997). Pertanian organik bertujuan untuk menghasilkan bahan yang memenuhi standar kualitas yang baik dan mendorong terjadinya daur biologis secara alami, yaitu dengan cara memanfaatkan sumber daya pertanian yang terbarukan (renewable) dan menerapkan praktik pertanian yang tidak menimbulkan pencemaran. Diperlukan adanya perhatian yang cukup besar pada masalah konservasi tanah dan air, perlindungan tanaman habitat ternak dan hewan liar, mempertahankan atau meningkatkan pengetahuan tradisional, mengembangkan benih dan bibit lokal, varietas tanaman dan persilangan ternak secara alami. Penggunaan sumber daya terbarukan dan mudah terdekomposisi secara biologis perlu didorong untuk menghasilkan produk bahan pangan dan bahan olahan yang aman bagi kesehatan (Sutanto, 2002). Beras merupakan kebutuhan makanan pokok bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia. Bagi masyarakat Indonesia beras dikenal sebagai bahan makanan yang tidak mudah digantikan keberadaannya oleh bahan makanan lain. Sejalan dengan semakin tingginya standar hidup manusia dan populasi penduduk dunia yang kian bertambah maka perlindungan tentang sumber daya lahan mulai menjadi perhatian.upaya peningkatan produktivitas akhirnya dihadapkan pada masalah bagaimana membatasi kerusakan lingkungan dan sumber daya lebih lanjut melalui sistem pertanian organik yang ramah lingkungan. Beras organik, yaitu beras yang tidak mengandung zat kimia berbahaya.penggunaan pestisida kimia dan pupuk kimia diganti dengan pemakaian pestisida dan pupuk organik, sehingga pertanian organik tidak lagi mengandalkan pestisida kimia semata tetapi menggunakan pestisida hayati. Hal ini dapat menjadikan hasil dari pertanian organik aman dari penggunaan zat kimia, sehingga relatif aman untuk dikonsumsi manusia karena seluruh proses produksinya ramah lingkungan dan meminimalkan input eksternal sintetik. Keunggulan beras organik dibandingkan dengan beras yang ditanam secara konvensional adalah relatif aman untuk dikonsumsi. Selain itu, rasa nasi dari beras organik lebih empuk, pulen dan daya simpannya lebih lama serta apabila sudah dimasak warnanya terlihat lebih putih.dari berbagai keunggulan tersebut maka dapat dipastikan bahwa nilai ekonomis beras organik menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan beras yang ditanam secara konvensional (Sutanto, 2002). 2

3 Hal tersebut juga sesuai dengan program pemerintah Go organik 2010 untuk mempercepat terwujudnya pembangunan agribisnis berwawasan lingkungan. Program ini bertujuan meningkatkan ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat, dengan visi mewujudkan indonesia sebagai salah satu produsen dengan pangan organik terbesar di dunia pada tahun Program Go Organik 2010 ini berorientasi pada pasar yakni dengan berusaha memenuhi keinginan pasar, yaitu industri hulu ke hilir. Salah satu kegiatannya adalah memasyarakatkan pertanian organik kepada konsumen, petani, pelaku pasar serta masyarakat luas (Widiastuti, 2004). Kecenderungan konsumen dunia untuk memilih bahan pangan organik (organic food) didasarkan pandangan bahwa makanan sehat akan menghasilkan tubuh yang sehat. Pangan yang dihasilkan melalui cara bertani alami mengandung nilai gizi, rasa, dan keamanan pangan yang jauh lebih baik dari pola pertanian modern yang banyak menggunakan bahan kimia sintetis. Badan Pangan Dunia (FAO) mempunyai kepentingan dalam menetapkan standar kualitas dan keamanan bahan pangan internasional untuk melindungi kesehatan konsumen dan memfasilitisasi perdagangan internasional.pertanian organik sesuai dengan tujuan FAO tersebut dalam kontribusi terhadap keamanan dan kualitas bahan pangan (Haen, 1999). Sistem pertanian organik sudah mulai diterapkan di Daerah Istimewa Yogyakarta selama beberapa tahun terakhir. Walaupun belum banyak kelompok tani organik, akan tetapi perkembangannya semakin baik dari tahun ke tahun. Masih banyaknya kendala yang dihadapi dalam sistem pertanian organik, sehingga sistem pertanian ini belum dapat dilakukan secara intensif khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Petani padi organik di provinsi DIY dalam proses pemasaran dan sertifikasi dilakukan secara berkelompok dalam kelompok-kelompok tani. Tabel 1. Produksi dan Kebutuhan Beras Organik di Indonesia (kuintal) Tahun Produksi Kebutuhan Pasar Sumber : Pertanian Sehat Indonesia,

4 Dari data kebutuhan beras organik dapat dilihat bahwa kebutuhan terhadap beras organik dari tahun ke tahun terus bertambah begitu pula dengan produksi, namun peningkatan produksi tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan akan beras organik. Pada tahun 2005 data produksi dan kebutuhan pasar beras organik seimbang, namun pada tahun-tahun berikutnya permintaan terhadap beras organik terus bertambah bahkan di tahun 2009 permintaan beras organik dua kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan. Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi beras organik semakin diminati oleh masyarakat. B. Rumusan Masalah Padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang prospektif untuk dikembangkan secara organik karena permintaan beras organik baik dalam negeri maupun luar negeri terus meningkat. Saat ini pertanian padi organik telah menjadi kebijakan pertanian unggulan di beberapa kabupaten salah satunya yaitu Sleman. Kebijakan ini didasarkan oleh (1) padi organik hanya memakai pupuk dan pestisida organik sehingga mampu melestarikan lingkungan hidup, (2) beras organik lebih sehat karena tidak menggunakan pupuk dan pestisida anorganik sehingga aman dan sehat untuk dikonsumsi, dan (3) segmen pasar beras organik umumnya merupakan masyarakat kelas menengah ke atas sehingga harga jualnya lebih mahal. Sementara kesadaran dan konsumsi harus dikaitkan, perlu untuk menjelaskan kondisi masyarakat mungkin telah salah menginformasikan sesuatu yang diproduksi secara organik. Menjelaskan potensi untuk identifikasi yang salah tentang organik, pendekatan yang bermanfaat adalah termasuk kemungkinan estimasi yang benar yang memahami organik sebagai variabel dalam model probit konsumsi dengan argumen bahwa harus ada respon positif untuk menyadari pembelian yang benar ketika mengidentifikasi makanan organik. Sejauh ini minat mengkonsumsi makanan organik sebagian besar didorong oleh respon mistik atau gaya hidup, pembelian bisa mencapai puncak ketika beberapa kemungkinan kesadaran kurang dari 100 persen (Briz and Ward, 2009). 4

5 Beras organik mulai diminati oleh masyarakat terutama di tingkat rumah tangga, namun tingkat konsumsi beras organik masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan pangsa pasar lokal di Kabupaten Sleman.Hal ini terutama disebabkan oleh harganya yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan beras non-organik. Harga yang relatif mahal ini selain didasarkan pada manfaat beras organik bagi kesehatan juga dikarenakan tingginya faktor resiko dalam proses produksi yang dihadapi oleh petani karena tidak menggunakan pestisida dan pupuk yang mengandung bahan kimia berbahaya. Harga beras organik yang relatif mahal, minimnya pengetahuan masyarakat tentang produk pangan organik, dan terbatasnya ketersediaan beras organik hanya pada pasar-pasar swalayan tertentu yang lebih dikenal oleh konsumen kelas menengah ke atas menyebabkan beras organik kurang dikenal oleh masyarakat umum.hal tersebut tentunya berkaitan erat dengan perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan untuk mengkonsumsi beras organik. Ke depan, pengembangan pemasaran beras organik harus didasarkan karakteristik dan preferensi konsumen, selain didasarkan pada segmentasi geografi dan demografi. Para pemasar harus mengetahui dengan jelas dan tepat bagaimana karakteristik dan perilaku konsumen terhadap beras organik. Berdasarkan uraian tersebut permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini : 1. Bagaimana perilaku konsumen beras organik pada tingkat rumah tangga di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana karakteristik beras organik yang dikonsumsi? 3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya konsumsi beras organik pada tingkat rumah tangga di Kabupaten Sleman? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul Konsumsi Beras Organik Pada Tingkat Rumah Tangga di Kabupaten Sleman. C. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui perilaku konsumen beras organik dalam pengambilan keputusan dan konsumsi beras organik 5

6 2. Mengetahui karakteristik beras organik yang diminati konsumen tingkat rumah tangga di Kabupaten Sleman. 3. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras organik. D. Manfaat Penelitian 1. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan informasi terutama yang berhubungan dengan agribisnis pertanian. 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan akademik sebagai bahan untuk penelitian selanjutnya, dan sumber informasi bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan. 3. Bagi penulis, penelitian ini juga memberikan kesempatan belajar dan menambah pengalaman serta sebagai salah satu sarana penerapan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama perkuliahan. Dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 6