PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBENTUK PRIBADI MAHASISWA YANG TANGGUH UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN NASIONAL 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBENTUK PRIBADI MAHASISWA YANG TANGGUH UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN NASIONAL 1"

Transkripsi

1 PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBENTUK PRIBADI MAHASISWA YANG TANGGUH UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN NASIONAL 1 Suster Martha Sri Martani CB 2 Dosen Akademi Sekretari/LPk Tarakanita, srmarthacb@yahoo.com Abstract National resistance can be realized if supported by tough individuals. Tough individuals are strong and very self confident. They are generally consistent in struggle for life. Self confident and struggle for life are needed by university student so that they are able to continue to be the next generation. Higher educational institutions play important roles to produce strong and self confident students to support and maintain national resistence. To implement the roles, lecturers and members of staff should show good example through the Tridharma. The discussion of this article is descriptive analytical, using comprehensive and integrative approach. Keywords: self confident, national resistance Pendahuluan Ketahanan Nasional hanya dapat terwujud apabila ditopang oleh pribadipribadi tangguh. Pribadi tangguh merupakan pribadi yang sukar dikalahkan, kukuh, tidak lembik, tidak lemah (tentang pendirian), tabah dan tahan (menderita dsb.). Dalam pribadi-pribadi tangguh terdapat antara lain keuletan dan kejuangan, sehingga dapat mengatasi Tantangan-Ancaman-Hambatan-Gangguan (TAHG), baik dari dalam diri pribadi maupun dari luar pribadi, baik langsung maupun tidak langsung yang sangat dibutuhkan demi terwujudnya ketahanan nasional. Pribadi tangguh seperti diuraikan di atas dibutuhkan oleh mahasiswa. Apabila hal tersebut diimiliki, maka mahasiswa akan menjadi pribadi yang tangguh. Namun untuk menjadi pribadi yang tangguh, diperlukan suatu usaha, tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Jadi, diperlukan suatu proses dan hal ini dapat terjadi di perguruan tinggi. Di Perguruan Tinggi (PT), mahasiswa mendapat penggemblengan, baik dari segi kecerdasan, ketrampilan maupun mental. Dengan demikian peran 1 Tulisan ini merupakan tugas akhir dan telah dipresentasikan dihadapan tiga dosen penguji dan peserta Suspim LEMHANNAS Jakarta pada tanggal 7 April 1999 dengan beberapa revisi. 2 Adalah dosen Akademi Sekretari LPK Tarakanita Jakarta 1

2 perguruan tinggi sangat dibutuhkan untuk membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Saat ini diindikasikan, pada umumnya mahasiswa belum sampai pada taraf memiliki pribadi yang tangguh. Padahal mahasiswa adalah generasi muda pewaris nilai luhur, penerus cita-cita bangsa, serta insan pewaris pembangunan. Seharusnyalah mereka memiliki sikap serta rasa percaya diri akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Mereka diharapkan menduduki posisi sebagai kader pimpinan bangsa di masa depan dan pelopor serta penggerak pembangunan yang produktif. Untuk itu mareka harus menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh. Sebab hanya mahasiswa dengan pripadi yang tangguhlah yang akan mampu menerima estafet kepemimpinan, serta dapat mengatasi TAHG. Karena sebagian waktu yang dimiliki mahasiswa dipergunakan di perguruan tinggi, maka peran serta perguruan tinggi untuk membentuk pribadi yang tangguh sangat dibutuhkan. Peran serta perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh dapat secara langsung melalui keteladanan yang diberikan oleh pimpinan Perguruan Tinggi, para dosen dan semua yang terlibat di dalamnya. Keteladanan ini akhirnya akan berdampak pada kewibawaan. Orang berwibawa akan disegani, dipercaya, sehingga apa saja yang dimaui akan diturut. Secara tidak langsung melalui Tridharma Perguruan Tinggi. Namun untuk ini dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Perguruan Tinggi memiliki kekuatan dan kelemahan dalam melakukan perannya sebagai pembentuk pribadi yang tangguh. Di satu sisi terdapat sejumlah kendala, namun di sisi lain terdapat peluang sebagai akibat pengaruh global, regional dan nasional. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan, upaya, serta strategi yang tepat untuk mengimplementasikannya. Tulisan ini mengkaji peran Perguruan Tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh untuk mewujudkan ketahanan nasional. Dengan demikian artikel ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran guna melakukan langkah-langkah dalam membentuk pribadi yang tangguh sekaligus sebagai sarana wujudkan ketahanan nasional. 2

3 Metode dan Pendekatan Metode yang digunakan dalam pembahasan ini adalah deskriptif analitis yang dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang bersifat deskriptif dan diolah secara analitis. Pendekatannya komprehensif integral dengan menggunakan bahan dari berbagai sumber dan pengalaman empiris, dikaitkan dengan peran Perguruan Tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Peran Perguruan Tinggi Perguruan Tinggi merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, dapat berbentuk: pendidikan akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi atau Universitas. Bagaimana pemerintah, departemen lain, atau masyarakat, menyelenggarakan pendidikan sehingga dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, sangat dipengaruhi oleh: peran penyelenggara yang terdiri dari pemerintah, yayasan, dan pimpinan perguruan tinggi; sivitas akademika yang terdiri dari: dosen dan mahasiswa, serta sarana-prasarana. Semuanya merupakan system terpadu dalam penyelenggaraan PT. a. Peran Pemerintah Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan sebagai supra stuktur yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan pembangunan nasional, khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa seperti yang yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945, mempunyai misi strategis yaitu efisiensi, peningkatan mutu, dan relevansi dengan pembangunan. Karena melalui perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi, entah berbentuk pendidikan Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi atau Universitas, hendaknya dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, di mana bekal ilmu yang diperoleh (intelektualitas), dapat mewujudkan ketahanan nasional. Peran pemerintah adalah membina perguruan tinggi dengan memperhatikan tema pokok kebijaksanaan pendidikan tinggi, yaitu pemerataan dan efisiensi untuk menunjang peningkatan mutu dan relevansi dengan pembangunan. Karena kenyataan menunjukkan bahwa pada tahun 1999 perguruan tinggi swasta (PTS) berjumlah

4 sedangkan perguruan negeri (PTN) hanya berjumlah 52, maka pembinaan pemerintah untuk pengembangan profesionalisme khususnya diarahkan pembinaan pada perguruan tinggi swasta, meliputi semua komponen yang terkait: sivitas akademika, Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta (BP-PTS), Badan Pelaksana Harian (BPH), Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis), Gutiswa/Dikti. Pembinaan pemerintah terhadap PTS berpegang pada prinsip yang telah digariskan dalam rangka: optimalisasi, efektifitas dan efisiensi pengembangan PTS. Ada dua prinsip pokok yaitu: optimasi sumber daya dan sumber dana yang tersedia dan optimasi hasil-hasil yang telah dapat dicapai. b. Peran Yayasan Yayasan sebagai infra struktur dan partner pemerintah dalam menyelenggarakan dan penanggung jawab PTS berperan penting dalam usaha melaksanakan pendidikan nasional sesuai TAP MPR (secara umum) : Perguruan swasta mempunyai peranan dan tanggung jawab dalam usaha melaksanakan pendidikan nasional untuk itu perlu dikembangkan pertumbuhan sesuai kemampuan yang ada berdasarkan pada pendidikan nasional yang mantap dengan tetap mengindahkan ciri-ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Yayasan dalam menyelenggarakan PTS mengacu pada misi umum yaitu pemerataan dan efisiensi untuk menunjang peningkatan mutu, dan relevansi dengan pembangunan, sehingga dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, di mana bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu (intelektualitas), sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional. PTS yang diselenggarakan oleh yayasan pada hakekatnya mempunyai potensi untuk berkembang. Maka supaya potensi yang ada dapat dikembangkan, peran Yayasan sebagai membina sangat dibutuhkan. Kenyataannya Yayasan dalam melakukan perannya membina PT mengalami hambatan pada dua aspek yaitu: aspek teknis yaitu manajerial dan finansial, meliputi: keterbatasan dana, kekurangan gedung, kekurangan dosen tetap, kurang pengetahuan dalam mengelola PT, kurang perhatian dalam pelaksanakan yang berkaitan antara RIP dan statuta dan kurang publikasi (performance) untuk menampilkan tridharmanya serta aspek kultur yang 4

5 meliputi: sikap, pandangan, system nilai para penyelenggara kurang kondusif bagi perkembangan, sifat tertutup dan menyendiri dari kalangan pengurus yayasan. Terhadap kedua aspek tersebut terkesan statis terhadap tujuan yang ingin dicapai dan tidak ada rencana yang dipedomi. Berdasarkan dua aspek hambatan tersebut menyebabkan:rendahnya tingkat kesadaran dan tanggung jawab yayasan dalam membina dan menyelenggarakan PT, rendahnya percaya pada diri sendiri dan sempitnya cakrawala pandangan pada para pengurus yayasan sebagai pembina PT. Hal tersebut merupakan kelemahan yayasan sebagai penyelenggara dan pembina PT. c. Peran Pimpinan Perguruan Tinggi Pemimpin perguruan tinggi tidak kalah pentingnya dalam melakukan perannya membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Hal ini mengingat bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) seimbang dengan sikap perilaku individu (intelektualitas), sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional. Pimpinan perguruan tinggi dalam kepemimpinannya mengalami hambatan di bidang manajerial dan akademik pada aspek teknis dan kultur secara rinci seperti pada peran yayasan. Sebagai akibat hambatan aspek teknis dan kultur, para pimpinan PTS kurang percaya pada diri sendiri dan memiliki cakrawala pandangan sempit. Kelemahan pimpinan PT masih ditambah lagi dengan kurang serasinya hubungan dengan yayasan sebagai penyelenggara PTS. Untuk menjembatani hubungan yang kurang serasi antara pimpinan PTS dengan yayasan sebagai penyelenggara PTS (BP-PTS), berdasarkan Kepmen Nomor 0339/U/1994, wajib membentuk Badan Pelaksana Harian yang disingkat BPH. BPH berfungsi dan bertugas sebagai pelaksana harian, sedangkan fungsi dan tugas yayasan adalah sebagai penyelenggara PTS. Dengan demikian BPH berfungsi menjembatani pimpinan PT dengan yayasan. Kenyataan yang ada masih banyak yayasan yang belum membentuk BPH. d. Peran Sivitas Akademika Yang dimaksud sivitas akademika adalah satuan yang terdiri atas dosen dan mahasiswa pada perguruan tinggi. 5

6 1) Peran Dosen Keberadaan dosen sangat menentukan pembentukan pribadi mahasiswa yang tangguh seperti yang telah diuraikan atau dijelaskan sebelumnya. Sekalipun dosen lebih banyak berperan sebagai informator, transmitter, motivator, katalisator, moderator, dan fasilisator dalam proses belajar mengajar, namun perannya sangat menentukan bagi kemajuan Perguruan Tinggi. Dosen berperan sebagai informatory, artinya orang yang memberi informasi; sebagai transmitter artinya orang yang memindahkan, dalam hal ini memindahkan atau menstransfer ilmu; sebagai motivator adalah orang yang memberi dorongan; sebagai katalisator artinya alat yang dapat mempercepat reaksi (misal : cepat tanggap terhadap perubahan); moderator artinya orang yang berdiri di tengah; fasilitator artinya orang yang memberi segala kemudahan. Dosen diharapkan mampu memberikan proses perubahan terhadap sikap dan perilaku peserta didik. Karena produk perguruan tinggi harus seimbang antara bekal ilmu yang diperoleh (IPTEK) dengan sikap perilaku individu (inteletualitas). Supaya ada perubahan sikap dan perilaku peserta didik, perlu ditanamkan nilai-nilai moral. Nilai-nilai moral dapat ditanamkan melalui masingmasing disiplin ilmu. Karena sikap, pandangan, sistem nilai dosen yang kurang kondusif bagi perkembangan PT, dosen beranggapan bahwa dalam mengajar hanya bertugas untuk menstranfer ilmu, sehingga kurang, bahkan tidak menanamkan nilai-nilai moral. Dosen beranggapan bahwa nilai-nilai moral ditanamkan pada mahasiswa melalui mata kuliah tersendiri yang diajarkan oleh dosen lain. Hal ini semakin jelas dengan diperbincangkannya mata kuliah budipekerti agar diajarkan sebagai mata kuliah tersendiri. Bahkan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor X/MPR/1998 tentang pokok-pokok Reformasi Pembangunan Dalam Rangka Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan Nasional Sebagai Haluan Negara, kebijaksanaan yang diambil dalam bidang agama dan sosial budaya antara lain: peningkatan akhlak mulia dan budi luhur dilaksanakan melalui budi pekerti di sekolah. Padahal bila 6

7 para dosen menyadari, melalui disiplin ilmu yang diajarkan sekaligus dapat menanamkan nilai-nilai moral. Balas jasa dosen yang belum memadai, dan situasi serta tuntutan ekonomi khususnya di kota-kota besar, menjadikan dosen terpaksa mengajar ke berbagai tempat dengan beberapa mata kuliah yang diampunya. Hal ini tentu saja mengakibatkan dosen tersebut kurang dapat mempersiapkan diri dalam mengajar, sehingga hasilnya tidak maksimal. Dilihat dari segi kualitas, hal tersebut kurang menguntungkan. Dilihat dari segi kuantitatif, pada tahun 1997 dosen PTN berjumlah dengan mahasiswa sejumlah , sehingga rata-rata per dosen bertanggung jawab adalah 19 mahasiswa. Sedangkan jumlah dosen di PTS sebanyak dengan jumlah mahasiswa , sehingga rata-rata per dosen bertanggung jawab terhadap adalah 13 mahasiswa. Dengan demikian beban dosen PTN lebih berat daripada dosen PTS, sebab dosen PTN rata-rata menanggung mahasiswa lebih banyak dari dosen PTS. 2) Peran Mahasiswa Mahasiswa sebagai generasi muda, pewaris nilai luhur budaya, penerus citacita bangsa, serta pewaris pembangunan merupakan kader pimpinan bangsa di masa depan dan pelopor serta penggerak pembangunan yang produktif, namun : a) Sebagai pribadi, yang berasal dari pelbagai SMTA l dari seluruh pelosok tanah air masih bersifat labil, dengan karakter adat kebiasaan yang berbeda, sifat ketergantungan masih besar, belum memiliki pola pikir dan pola sikap yang sama, sehingga belum memiliki perilaku yang sama. b) Sebagai kelompok, setelah memasuki masa orientasi yang telah dikenalkan dengan situasi kampus mulai memasuki masa menyesuaikan diri dengan adat kebiasaan perguruan tinggi. Mereka mulai berkembang ke arah lebih dewasa, sifat ketergantungan sudah mulai berkurang, ada kemandirian. Sekalipun karakter berbeda sudah mulai ada gerak yang sama. Justru karakter yang berbeda merupakan aset yang memperkaya perguruan tinggi (kampus). Bila 7

8 kebhinekaan ini dibina akan merupakan kekuatan dari perguruan tinggi tersebut dan menjadikan kekuatan bagi negara Indonesia pada umumnya. c) Sebagai satuan, mahasiswa yang sudah berkembang dewasa semakin didewasakan setelah bergabung dan aktif dalam senat dan kegiatan mahasiswa. Senat dan kegiatan mahasiswa sebagai sarana bagi mahasiswa untuk belajar memimpin dan sebagai pemimpin. Dari sini akan muncul caloncalon pemimpin bangsa seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Dari rangkaian tersebut nampak bahwa perguruan tinggi berperan untuk menciptakan suasana yang kondusif yang memungkinkan mahasiswa dapat mengembangkan dirinya. Dalam realita mahasiswa mudah dipengaruhi berbagai perkembangan lingkungan yang nampak dari gejala sebagai berikut : (1) Karena pengaruh reformasi politik Indonesia, di satu pihak para mahasiswa sadar dan peka, serta memperjuangkan keadilan serta kebenaran, tetapi di lain pihak semangat belajar menurun karena ikut demo, tidak disiplin, tidak percaya pada para penguasa atau pemimpin bangsa (krisis kepercayaan). (2) Karena krisis moneter dan ekonomi yang dialami Indonesia, serta kurangnya keuletan dan daya juang mengakibatkan kegagalan berupa drop out. Jumlah mahasiswa mengalami penurunan sebanyak atau 9.37 %. Sedangkan mahasiswa yang drop out dapat dilihat dari jumlah yang ditamatkan tahun 1997 = 2.64 % x = (3) Pengaruh global yang ditandai dengan fenomena teknologi serba canggih dan perkembangan media elektronik serta perkembangan global, baik liberalisme maupun kapitalisme membawa berbagai dampak. Di satu pihak berdampak positif, antara lain : ada kemudahan, ada motivasi untuk maju, karena persaingan yang ketat, dan ada peluang untuk meningkatkan dan mengembangkan diri. Di lain pihak berdampak negative, yaitu nampak pada perilaku: individualistis, materialistis, lunturnya nilai-nilai pancasila, bergaul secara bebas, ketergantungan pada obat terlarang, dan kurang percaya diri. Bisa jadi hal ini juga sebagai akibat pengurus yayasan dan pimpinan PT yang kurang percaya diri. 8

9 Dampak yang dialami oleh mahasiswa tersebut menunjukkan bahwa pribadi mahasiswa belum tangguh, sebab mudah terpengaruh lingkungan. Ketergantungan mahasiswa yang menggunakan obat terlarang pada tahun 1997 menunjukkan rawat jalan = 34,3 % dan yang rawat inap 41.9 % dari pasien yang masuk ke RS ketergantungan obat Departemen Kesehatan. Ada kemungkinan persentase (%) mahasiswa yang menggunakan obat terlarang akan meningkat. 3) Peran Tridharma Perguruan Tinggi a) Pendidikan Proses Belajar Mengajar Tridharma perguruan tinggi meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat. Pada darma pendidikan, perguruan tinggi memerlukan berbagai komponen dalam proses belajar mengajar, pengembangan kurikulum, maupun peningkatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Proses belajar mengajar dengan pendekatan sistem input-output. Keluaran (lulusan) yang dimaksud di sini adalah lulusan yang berpribadi tangguh. Lulusan yang berpribadi tangguh melalui pendidikan meliputi edukatif (intra kurikuler) dan non-educatif (ekstra kurikuler). Dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa komponen strategis sebagai penunjang utama untuk menghasilkan output yang diharapkan. Komponen proses belajar mengajar tersebut berupa : kurikulum, kuliah atau kegiatan akademik, mahasiswa, dosen, evaluasi hasil studi. Dalam kurikulum kelompok MKU merupakan kelompok mata kuliah yang dapat membantu mahasiswa menjadi pribadi tangguh, di samping mata kuliah yang lain. Namun kenyataannya kelompok mata kuliah MKU hanya mendapat porsi sebagai berikut: D-1 minimal MKU = 6 SKS = % D-2 minimal MKU = 6 SKS = 8.82 % D-3 minimal MKU = 8 SKS = 9.09 % D-4 minimal MKU = 10 SKS = 8.70 % S-1 Ilmu Tehnik minimal MKU = 10 SKS = % S-1 Matematika minimal MKU = 10 SKS = % 9

10 S-1 Pendidikan minimal MKU = 10 SKS = % S-1 Sospol minimal MKU = 10 SKS = % S-1 Ilmu Kesehatan min. MKU = 22 SKS = % S-1 Pertanian minimal MKU = 10 SKS = % S-1 Ilmu seni minimal MKU = 10 SKS = 9.9 % S-1 Sastra & Filsafat min MKU = 10 SKS = % S-1 Hukum minimal MKU = 10 SKS = % Berdasarkan komponen kurikulum, kuliah atau kegiatan akademik, mahasiswa, dosen, evaluasi hasil studi, proses kegiatan belajar mengajar : (1) Mata Kuliah Umum (MKU) sebagai mata kuliah yang ada muatan nilai-nilai moral rata-rata hanya % : 14 = %. Hal ini belum mendukung keluaran berpribadi tangguh. Idealnya antara 20 % - 25 % (2) Mahasiswa yang bercirikan seperti uraian pada sub d.2) belum mendukung keluaran yang berpribadi tangguh. (3) Dosen seperti yang diuraikan pada sub d.1) belum mendukung keluaran yang berpribadi tangguh. (4) Kuliah atau kegiatan akademik terganggu karena demo yang dilakukan mahasiswa. (5) Evaluasi hasil akhir tidak lepas dari point b s.d. d. (6) Adanya budaya nyontek (ketidak jujuran dan kurang percaya diri). Kegiatan ekstra kurikuler, seperti : olah raga, kesenian, menwa, pencinta alam, seminar dan sebagainya, dapat membantu mahasiswa bersikap: sportif, mencintai serta melestarikan kebudayaan nasional dan mencintai lingkungan hidup, melatih keberanian mengemukakan pendapat dan argumentasi, kritis dan sebagainya. Namun itu semua membutuhkan sarana dan prasarana yang memadahi, yang tidak sedikit biayanya. Karena keterbatasan anggaran dan krisis moneter serta ekonomi yang berkepanjangan, dengan demikian cukup banyak perguruan tinggi yang belum menyelenggarakan. b. Penelitian Sebuah perguruan tinggi mempunyai tugas memelihara, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tugas ini akan dapat terlaksana dengan 10

11 baik, apabila sivitas akademika melakukan suatu pengkajian dan penelitian dengan baik. Perguruan tinggi harus mampu melakukan penelitian untuk memecahkan masalah praktis maupun pengembangan ilmu dan teknologi untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan pembangunan. Hasil dari kegiatan ini secara simultan tentu merupakan bahan yang sangat berharga bagi perguruan tinggi, yaitu dalam rangka mendukung pengembangan lebih lanjut pada pelaksanaan darma pendidikan maupun darma pengabdian masyarakat. Kecuali itu dengan melakukan penelitian, mahasiswa dihadapkan untuk menemukan sesuatu. Hal ini melatih mahasiswa tekun dan ulet, sebagai unsur pribadi mahasiswa menjadi tangguh. Penelitian dan pengkajian PT yang berpengaruh terhadap pribadi tangguh mahasiswa antara lain: 1) dari gambaran kondisi dosen sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sulit diharapkan perguruan tinggi mampu menghasilkan suatu karya ilmiah yang dapat diandalkan. Dengan kata lain peranan perguruan tinggi dalam menghasilkan penelitian dan karya ilmiah untuk pengembangan IPTEK maupun kebutuhan terapan belum memperoleh porsi yang memadai. 2) penelitian masih belum terlaksana, karena kurang tenaga ahli, sarana dan prasarana 3) terbatasnya dana dan waktu, meskipun ada semangat untuk meneliti 4) lemahnya penelitian juga disebabkan oleh dosen senior yang kurang menaruh minat, sementara dosen muda masih mengusahakan pemenuhan tuntutan ekonomi Dengan demikian jelas bahwa peranan perguruan tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembangunan belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Jumlah penelitian di perguruan tinggi (PTN dan PTS) selama 5 tahun terakhir ini hanya menghasilkan sebanyak judul atau 658 per tahun dengan perbandingan jumlah dosen PTN dan PTS sebesar orang. Kondisi tridharma perguruan tinggi dapat dilihat, bahwa pembangunan intelektual, pribadi dan fisik yang merupakan komponen dapat membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh, belum sesuai seperti yang diharapkan. 11

12 c. Pengabdian Masyarakat Agar perguruan tinggi tidak dijauhi masyarakat, maka harus mampu melakukan kegiatan kemasyarakatan. Hal ini dapat berupa penerapan ilmu dan hasil penelitian untuk kepentingan memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Sivitas akademika menjadi pioner dan penggerak pembangunan masyarakat di sekitarnya, baik melalui program pelatihan, pemecahan masalah pembangunan, inovasi-inovasi untuk kemajuan, program kuliah kerja nyata, memberikan motivasi berswadaya dalam pembangunan. Program pengabdian pada masyarakat dilakukan bukan saja bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga bermanfaat bagi perguruan tinggi, lebih-lebih bagi mahasiswa dan dosen. Bagi mahasiswa dan dosen akan tertanam pengertian dan pemahaman terhadap arti pembangunan nasional, integritas kebangsaan, kesetiakawanan sosial dan nilai-nilai budaya bangsa, sehingga akan tercipta manusia terdidik yang memiliki wawasan kebangsaan yang dalam. Pada dasarnya pengabdian kepada masyarakat adalah positif karena mendukung dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Namun karena kekurangan dana, banyak perguruan tinggi belum melaksanakan kegiatan ini, sementara itu dosen juga memiliki keterbatasan waktu karena mengajar di berbagai perguruan tinggi. Tata Hubungan Perguruan Tinggi dan Mahasiswa dalam Fungsinya Mewujudkan Ketahanan Nasional a. Hubungan Perguruan Tinggi dengan Mahasiswa Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi tertentu, merupakan salah satu sivitas akademika yang mempunyai hubungan timbal balik dengan perguruan tinggi tempatnya belajar. Bila hubungan timbal balik antara perguruan tinggi dengan mahasiswa dijalin secara baik, akan dapat terwujud ketahanan di lingkungan perguruan tinggi, yang akhirnya akan berdampak pada terwujudnya ketahanan nasional. 12

13 Semakin besar dan kompleksnya tantangan di masa mendatang sebagai akibat pengaruh global, maka diperlukan manajemen perguruan tinggi yang berorientasi kualitas yang dapat mendukung terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh. Sebagai mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi mereka berhak mendapatkan pendidikan, sedangkan perguruan tinggi berkewajiban memberikan pendidikan sesuai dengan yang digariskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1. Karenanya penyelenggaraan perguruan tinggi memperhatikan minat, kemampuan dan prakarsa pribadi, mahasiswa dapat berkembang dan mengembangkan dirinya, sehingga menjadi diri sendiri. Menjadi diri sendiri (tidak menjadi seperti orang lain) merupakan salah satu unsur pribadi yang tangguh. Bila masing-masing mahasiswa berkembang menjadi diri sendiri, di perguruan tinggi tersebut terwujud ketahanan kampus, yang akan berdampak pada terwujudnya ketahanan nasional. b. Hubungan antara Mahasiswa dengan Ketahanan Nasional Mahasiswa adalah warga masyarakat kampus, dan atau perguruan tinggi merupakan satuan atau lingkungan. Apabila setiap mahasiswa di lingkungan kampus telah menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh, maka akan terwujud ketahanan lingkungan (kampus). Bila di suatu daerah ada beberapa perguruan tinggi, dengan masing-masing memiliki ketahanan kampus, maka akan tercipta atau terwujud ketahaanan daerah. Bila di setiap daerah mempunyai ketahanan daerah, akan terwujud ketahanan nasional. (tingkat ketahanan : Soemarno Soedarsono, Ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga sebagai tumpuan ketahanan nasional). c. Manajemen Perguruan Tinggi Berorientasi Kualitas Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dihadapkan pada keadaan masa depan yang sukar diramal. Namun dapat dipastikan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sumber penggerak utama pertumbuhan ekonomi atau bahkan kemajuan kehidupan masyarakat di sebagian besar negara di dunia. 13

14 Jika jumlah inovasi semakin meningkat, ilmu pengetahuan dan teknologi akan menghasilkan hal baru dengan kelajuan yang sangat pesat, baik berupa barang, jasa, layanan, komunikasi, maupun tatacara berekonomi. Globalisasi dalam berbagai bentuk kini mengubah wajah kehidupan di seluruh dunia. Pengaruh globalisasi komunikasi dan informasi yang mengubah pola aliran informasi secara mendasar telah menjadi pengalaman sehari-hari. Globalisasi ekonomi dengan pasar bebasnya dalam waktu dekat akan pula menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Arus barang dan jasa, serta juga tenaga ahli, akan melintas batas Negara tanpa hambatan. Keberhasilan usaha dalam pasar terbuka ditentukan produktivitasnya dan efisiensi dalam berproduksi. Modal penggeraknya adalah dana, penguasaan teknologi, dan sumber daya manusia yang andal. Uraian singkat di atas menunjukkan betapa besar tantangan yang harus dihadapi saat ini dan di masa depan, serta betapa penting peran pendidikan tinggi dalam menghasilkan tenaga akademik dan profesional andal, berkemampuan tinggi, sekaligus bermoral, yang dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi dalam berproduksi. Kondisi tersebut sangat dibutuhkan agar industri di Indonesia berdaya saing tinggi. Gambaran tentang hal yang harus dihadapi dalam era ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dalam era globalisasi menunjukkan mutlaknya kualitas dari hasil pendidikan tinggi. Demikian pula halnya dengan relevansi dari program-program yang diselenggarakan terhadap keperluan nyata dunia kerja dan industri. Relevansi dan kualitas adalah persoalan keberadaan di masa depan, dan selayaknya diangkat sebagai masalah utama untuk ditangani. Sisi lain lingkup tugas sistem pendidikan tinggi menyangkut implementasi asas adil dan merata yang digariskan dalam GBHN, yaitu asas bahwa pembangunan nasional yang diusahakan sebagai usaha bersama harus merata di semua lapisan masyarakat di seluruh tanah air. Untuk pendidikan tinggi persoalannya menyangkut pemerataan kesempatan dalam memperoleh pendidikan tinggi bagi warga negara dalam kelompok usia tahun. Pemerataan merupakan suatu persoalan besar tersendiri, yang diangkat menjadi masalah utama pengembangan pendidikan tinggi jangka panjang. Topik yang 14

15 diangkat adalah pemerataan pendidikan tinggi, yang di samping menanggapi pemerataan kesempatan untuk mengikuti pendidikan tinggi, juga menanggapi asimetri dalam penyebaran geografis lembaga pendidikan unggulan. Lembaga pendidikan yang baik perlu dikembangkan di pusat populasi dan pusat industri potensial di luar Jawa. Masalah terakhir yang menyangkut manajemen pendidikan tinggi adalah soal manajemen mutu. Telah disadari sejak lama bahwa masukan sumber daya yang benar tanpa mengembangkan manajemen yang tepat, akan menghamburkan uang, material, tenaga, pikiran dan waktu. Persoalan manajemen diangkat sebagai masalah utama ketiga yang harus ditangani dalam kerangka pengembangan jangka panjang Sosoknya adalah dalam bentuk suatu paradigma baru, atau kerangka berpikir baru, dalam manajemen. Tujuan format manajemen baru ini adalah peningkatan kualitas secara berkelanjutan. Di dalamnya dimasukkan otonomi sebagai gerak untuk membuat sistem lebih dinamis, akuntabiliti atau tanggung jawab. Hal ini dimaksudkan agar otonomi terselenggara secara bertanggung jawab, akreditasi untuk menjamin kualitas lulusan, dan evaluasi diri agar proses pengambilan keputusan dalam perencanaan didasarkan atas data dan informasi nyata. Pada akhirnya diharapkan bahwa penataan sistem pendidikan tinggi dengan paradigma baru akan menciptakan sistem yang lebih dinamis, cerdas, bijaksana dan efektif, tanpa mengesampingkan moral. Perkembangan Lingkungan Strategi Kehidupan suatu bangsa, perubahan dan perkembangannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungan strategis pada kurun waktu tertentu, baik berupa pengaruh yang berasal dari luar negeri maupun dari dalam negeri. Dalam kaitannya dengan pribadi mahasiswa yang tangguh, perubahan dan perkembangan lingkungan global, regional dan nasional, sangat berpengaruh baik secara positif maupun negatif. Dalam proses menjadi pribadi mahasiswa yang tangguh, lingkungan global bila tidak disikapi dan ditanggapi secara serius justru berpengaruh negatif. Demikian juga lingkungan regional dan nasional. 15

16 Kebijakan, Strategi dan Upaya Perguruan Tinggi dalam Membentuk Pribadi Mahasiswa Yang Tangguh Untuk Mewujudkan Ketahanan Nasional Berdasarkan analisis peran perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh dan lingkungan strategis yang mempengaruhinya, maka dapat disusun kebijaksanaan dan strategi serta upaya-upaya dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Supaya kebijaksanaan dan strategi yang diambil, serta upaya-upaya dalam implementasinya (misinya) ada gerak yang sama perlu terlebih dahulu dirumuskan visi. Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung dalam pribadi tangguh seperti yang telah dijelaskan sebelumnya dan didukung UUSPN sebagai pemenuhan amanat UUD 1945, penyelenggaraan pendidikan pada gilirannya akan memenuhi prasyarat bagi terwujudnya ketahanan nasional. Visi PT adalah Perguruan tinggi adalah komunitas masyarakat ilmiah yang bermoral Pancasila dan berwawasan luas (wawasan budaya bangsa), memiliki keyakinan dan kebebasan disertai tanggung jawab dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh untuk mewujudkan ketahanan nasional. Kebijaksanaan, strategi, dan upaya-upaya berikut secara keseluruhan diharapkan dapat menjawab pribadi mahasiswa yang tangguh dengan mempertimbangkan segenap peluang dan kendala yang telah diuraikan sebelumnya. 1. Kebijaksanaan Pembentukan pribadi mahasiswa yang tangguh melalui perguruan tinggi harus dilaksanakan dengan mengingat kepada asas serasi, selaras, seimbang yang dilandasi atau didasari Pancasila dan UUD Strategi Strategi adalah rumusan cara, atau cara-cara (ways), yang dipilih untuk mencapai tujuan (ends) dengan menggunakan sarana (means) yang tersedia. Tujuanya adalah membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh. Sasarannya adalah: 16

17 a. Terwujudnya pimpinan perguruan tinggi yang dapat mengayomi dan menjadi contoh keteladanan bagi seluruh sivitas akademika. b. Menyiapkan piranti lunak yang dapat mempercepat terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh. c. Meningkatkan kualitas dosen atau pendidik secara konsisten dan berlanjut. d. Terciptanya kondisi kondusif, yang memungkinkan mahasiswa dapat menyatakan dirinya, menuangkan dan mengembangkan kreatifitasnya, serta mengaktualisasikan dirinya, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri. e. Terciptanya iklim belajar dan mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan budaya belajar yang gilirannya mampu menumbuhkan dan menciptakan sikap serta perilaku yang kreatif, inovatif dan berkeinginan untuk maju. f. Terjalin dan terbinanya kerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta yang dilakukan secara selektif dan kritis. g. Terciptanya suasana disiplin, dengan adanya peraturan secara tertulis yang memungkinkan mahasiswa melatih diri untuk berdisiplin dan tanggung jawab. h. Terdapatnya kurikulum yang dapat menunjang terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh. i. Tersedianya anggaran dan dana yang cukup. j. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang akademik, berupa: gedung, peralatan, laboratorium (bahasa, computer, bengkel), perpustakaan. k. Tersedianya sarana dan prasarana penunjang kegiatan ekstra kurikuler, berupa: lapangan yang luas, peralatan kegiatan ekstrakurikuler (bola, band, drumband, piano, kulintang, dsb). KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan kajian dan analisis di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 17

18 1. Peran perguruan tinggi dalam membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh harus melibatkan banyak pihak, bersifat komprehensif integral. 2. Untuk membentuk pribadi mahasiswa yang tangguh perlu keteladanan, baik di lingkungan kampus maupun dari para pimpinan bangsa. 3. Diprperlukan kondisi yang memungkinkan agar mahasiswa tidak takut untuk menampilkan dirinya sendiri, sehingga menumbuhkan rasa percaya diri, dan berani mengemukakan pendapat secara jujur. 4. Diperlukan suasana disiplin, sebab dengan adanya peraturan secara tertulis akan mendorong mahasiswa melatih diri untuk berdisiplin dan tanggung jawab. 5. Pengaruh global menyebabkan mahasiswa dapat mengembangkan dirinya, dan berwawasan luas. Untuk itu perlu kerja sama antar instansi, baik swasta maupun pemerintah, baik dalam maupun luar negeri. Saran-saran Guna mewujudkan terbentuknya pribadi mahasiswa yang tangguh, diperlukan beberapa langkah perbaikan antara lain: 1. Hilangnya kepercayaan mahasiswa terhadap pimpinan, perlu dipulihkan kembali, termasuk dalam kapasitas dan kredibilitas pemerintah. 2. Para penyelenggara dan pengelola perguruan tinggi sebaiknya meningkatkan diri dan mempunyai wawasan luas. 3. Matakuliah budipekerti tidak perlu diberikan tersendiri, tetapi diintegrasikan dengan disiplin ilmu. Mata kuliah penunjang kepribadian perlu ditambah antara 20 % - 25 %, mata kuliah pengetahuan agama denganbeban 4 SKS diberikan pada semester awal dan semester akhir. 4. Perlu ditambah mata kuliah etika umum untuk menanamkan nilai-nilai moral. 18

19 5. Pengabdian kepada masyarakat, seperti kuliah kerja nyata (KKN) supaya diaktifkan kembali, sebab dapat menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan rasa percaya diri. 6. Bidang ekonomi supaya dipulihkan, sehingga dosen tidak perlu mengajar di beberapa perguruan tinggi, dan mahasiswa yang putus kuliah dapat kembali ke bangku kuliah. DAFTAR PUSTAKA Derektorat PerguruanTtinggi Swasta Depdikbud Himpunan Kurikulum. Kartanegara M, Fahrud Catatan seorang aktifis kampus, Golden Terayon Press Suseno, Franz Magnis Etika dasar masalah-masalah pokok filsafat moral. Kanisius: Yogyakarta. Hildegard Wenzler-Cremer Maria Fiscer-Siregar Proses Pengembangan diri, Grasindo: Jakarta. Powell, John SJ & Loretta Brady, M.S.W Tampilkan jati dirimu, Kanisius: Yogyakarta. Chisthoper Gleesan SJ Menciptakan Keseimbangan mengajarkan nilai dan kebebasan. Grasindo: Jakarta. Ketetapan-ketetapan sidang MPR Sinar grafika: Jakarta. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan UNDANG-UNDANG RI NO. 20 TAHUN 2003 TENTANG SIKDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) Dilengkapi Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Joetata Hadihardjaja Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta. Lemhannas. Mayjen (Purn) Naryadi R, S.E Teori Dasar Strategi dan Perkembanganny. Lemhannas. Poerwadarminta W.J.S Kamus Umum Bahasa Indonesia. Purnomo Yusgiantoro Masalah-masalah. Lemhannas. Purwa Hadiwardoyo A1. MSF, DR Moral dan masalahny. Pustaka filsafat. Kanisius: Yogyakarta. Rosita S Noer Prospek Perekonomian di Masa Mendatang dalam Era Globalisasi. Lemhannas Ketahanan nasional Indonesia dan pemikiran pengembangannya, Lemhannas. 19

20 Shelton Charles M. Sj, Spiritualitas Kaum Muda, Bagaimana Mengenal dan Mengembangkannya. Kanisius: Yogyakarta. Sunardi SM Teori Ketahanan Nasional. Lemhannas Naskah Akademik Tentang Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Lemhannas Soemarno Soedarsono Ketahanan pribadi dan ketahanan keluarga sebagai tumpuhan pertahanan nasional. PT Intermasa: Soemarno Soedarsono, Implementasi Konsepsi Ketahanan. Ruwiyanto, Wahyudi Manajemen Sistem Pendidikan Nasional dalam Rangka Peningkatan Ketahanan Nasional. Balai Pustaka: Jakarta. Econit advisory group Pemulihan ekonomi Indonesia : Perlu Pemimpin Bangsa yang Dipercaya. Grasindo: Jakarta. 20

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG TAHUN

KEBIJAKAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG TAHUN KEBIJAKAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI PADANG TAHUN 2014-2019 A. Pendahuluan A.1 Latar Belakang Sesuai dengan visi dan misi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi (STIFARM) Padang terus berupaya berperan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN

KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN KEBIJAKAN AKADEMIK UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA TAHUN 2007-2012 Jakarta 2007 DAFTAR ISI Hal Judul i Daftar Isi.. ii Kata Pengantar.. iii Keputusan Senat Unika Atma Jaya... iv A. Pendahuluan

Lebih terperinci

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE

PENERAPAN GOOD GOVERNANCE PENERAPAN GOOD GOVERNANCE DALAM TATA KELOLA PENYELENGGARAAAN DAN PENGELOLAAN PERGURUAN TINGGI SWASTA YANG BERBASIS PELAYANAN Oleh Dr. I Nyoman Gede Remaja, S.H., M.H. 3 Abstrak: Dalam era globalisasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang. kehidupan: sosial, ekonomi, politik, dan budaya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor penting bagi kelangsungan kehidupan bangsa dan faktor pendukung yang memegang peranan penting di seluruh sektor kehidupan. Pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang

PROFIL SEKOLAH Sunday, 27 June :50. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Penyelenggaraan pendidikan pada perguruan tinggi tidaklah semata-mata ditujukan pada upaya menyiapkan mahasiswa menjadi lulusan yang berilmu

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL

PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015-2016 PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL PROGRAM DOKTOR TEKNIK SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 PROGRAM KERJA (PROGKER) PERIODE 2015 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan national bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki agar mengetahui,

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki agar mengetahui, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan yang ada di berbagai bidang usaha, baik bidang usaha manufaktur maupun jasa, menuntut organisasi untuk dapat menciptakan keunggulan bersaing. Organisasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG PENDIRIAN POLITEKNIK KETAPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dalam bidang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam

Lebih terperinci

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan

Lebih terperinci

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5

Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5 Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) 1/5 Latar Belakang Diselenggarakannya Pendidikan Kecakapan Hidup (Lifeskills) Bagian I (dari 5 bagian) Oleh, Dadang Yunus L, S.Pd.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota Pontianak. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE 2015-2019 Tema : REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DAN KARAKTER AKA DI LINGKUNGAN KAMPUS Dr. H. Suherna,.M.Si Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. VISI Berdasarkan kondisi yang dihadapi Kabupaten Aceh Barat Daya serta permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam 5 (lima) tahun mendatang dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan tantangan bagi bangsa Indonesia. Tantangan tersebut bukan hanya dalam menghadapi dampak tranformasi

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 023/SK/K01-SA/2002 TENTANG HARKAT PENDIDIKAN DI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG : (a) bahwa pasal

Lebih terperinci

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/DIKTI/Kep/2002 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/DIKTI/Kep/2002 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38/DIKTI/Kep/2002 TENTANG RAMBU-RAMBU PELAKSANAAN MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN DI

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA Nomor : 104/SK/2013 Tentang KODE ETIK DOSEN UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA SAMARINDA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Pada saat bangsa Indonesia menghadapi permasalahan komplek yang disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam menghadapi era globalisasi yang bercirikan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional

Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Implementasi Pengelolaan dan Sistem Perkuliahan di IAIN SU untuk Menciptakan Mahasiswa yang Bertaqwa, Intelektual, dan Profesional Oleh Dr. Siti Halimah, M.Pd. Disampaikan pada acara seminar dan tadabur

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH 5.1 VISI DAN MISI KOTA CIMAHI. Sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.158, 2012 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Pemerintah. Pemerintah Daerah. Swasta. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5336) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 155 /U/1998 TENTANG PEDOMAN UMUM ORGANISASI KEMAHASISWAAN DI PERGURUAN TINGGI Menimbang MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, a. bahwa

Lebih terperinci

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Lebih terperinci

1.1. SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

1.1. SEJARAH SINGKAT DAN PERKEMBANGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG BAB 1 PENDAHULUAN Strategi jangka panjang pendidikan tinggi yang tercantum dalam Higher Education Long Term Strategi (HELTS) 2003 2010, merumuskan tiga kebijakan dasar pengembangan pendidikan tinggi yaitu

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di

A. Analisis Situasi Sekolah 1. Sejarah SMK Kristen 1 Klaten berdiri pada tanggal 1 Agustus 1965 menempati gedung SD Krsiten III yang dahulu berada di BAB I PENDAHULUAN Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga kependidikan terbanyak yang ada di Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta sudah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan citra, kerja dan kinerja instansi pemerintah menuju kearah profesionalisme dan untuk menunjang terciptanya pemerintahan yang baik (good governance),

Lebih terperinci

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG KEBIJAKAN MUTU AKADEMIK FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG Universitas Islam Malang, 2015 All Rights Reserved 2 Kebijakan Mutu Akademik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

S1 Manajemen. Visi. Misi

S1 Manajemen. Visi. Misi PAGE 1 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS TRISAKTI S1 Manajemen Visi Menuju Program Studi Sarjana yang berstandar internasional dengan tetap memperhatikan nilai-nilai lokal dalam mengembangkan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU KEBIJAKAN AKADEMIK FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i KATA PENGANTAR ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. ARAH KEBIJAKAN 2 2.1 Kebijakan

Lebih terperinci

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2014

SPESIFIKASI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2014 SPESIFIKASI PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA 2014 1 Perguruan Tinggi : Universitas Udayana 2 Pelaksana Proses Pembelajaran Fakultas : FISIP (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik) Program Studi :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, secara berturut-turut akan diuraikan tentang hal-hal berikut : latar belakang penelitian; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL TENTANG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. Bahwa dalam rangka meningkatkan mutu Universitas Airlangga

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

I. PENDAHULUAN. agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan besar dalam memberikan kontribusi terhadap pembangunan dan kemajuan bangsa. Pendidikan merupakan kunci utama sebagai fondasi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu disiplin ilmu yang berkembang demikian pesat dengan berbagai aspek permasalahannya. Pendidikan tidak hanya bersinggungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Akhlak sebagai potensi yang bersemayam dalam jiwa menunjukkan bahwa akhlak bersifat abstrak, tidak dapat diukur, dan diberi nilai oleh indrawi manusia (Ritonga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sesuai dengan tuntutan nasional dan tantangan global, untuk mewujudkan pemerintahan yang baik diperlukan sumber daya manusia aparatur yang memiliki kompetensi jabatan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA

KEPEMIMPINAN KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA KEPEMIMPINAN KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA YOGYAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang terjadi secara menyeluruh. di dunia ini, telah membawa berbagai dampak terhadap

BABI PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang terjadi secara menyeluruh. di dunia ini, telah membawa berbagai dampak terhadap BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses globalisasi yang terjadi secara menyeluruh di dunia ini, telah membawa berbagai dampak terhadap kehidupan suatu bangsa. Era globalisasi yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BUKU KODE ETIK DOSEN

BUKU KODE ETIK DOSEN Kode Dokumen Nama Dokumen Edisi Disahkan Tanggal Disimpan di- KED-AAYKPN Buku Kode Etik 01-Tanpa Revisi 31 Agustus 2010 UPM-AAYKPN Dosen BUKU KODE ETIK DOSEN AKADEMI AKUNTANSI YKPN YOGYAKARTA Disusun Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 366/Kpts/OT.220/9/2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN INDEKS PENERAPAN NILAINILAI DASAR BUDAYA KERJA APARATUR NEGARA LINGKUP DEPARTEMEN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Visi, Misi dan Tujuan

Visi, Misi dan Tujuan Visi, Misi dan Tujuan FAKULTAS PERTANIAN MALANG 2011 Visi, Misi dan Tujuan Kode Dokumen : 0040001000 Revisi : 4 Tanggal : 6 Juni 2011 Diajukan oleh : Dekan ttd Prof. Ir.Sumeru Ashari,M.Agr.Sc.,Ph.D Dikendalikan

Lebih terperinci

SUATU PANDANGAN TENTANG KURIKULUM dan PENYUSUNAN KURIKULUM MATEMATIKA

SUATU PANDANGAN TENTANG KURIKULUM dan PENYUSUNAN KURIKULUM MATEMATIKA SUATU PANDANGAN TENTANG KURIKULUM dan PENYUSUNAN KURIKULUM MATEMATIKA oleh M. Ansjar disampaikan pada diskusi BEDAH KURIKULUM MATEMATIKA HIMPUNAN MATEMATIKA INDONESIA MIPA-net. DEPARTEMEN MATEMATIKA -

Lebih terperinci

No Statuta Universitas Gadjah Mada ini merupakan pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Universitas Gadja

No Statuta Universitas Gadjah Mada ini merupakan pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 153 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Universitas Gadja TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5454 PENDIDIKAN. Pendidikan Tinggi. Universitas Gajah Mada. Statuta. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 165) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kunci kemajuan suatu bangsa. Seperti yang telah dikemukakan Iwantoro (2014: 53) pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen,

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan industri yang bergantung pada kepuasan pelanggan atau konsumen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep mutu telah menjadi suatu kenyataan dan fenomena dalam seluruh aspek dan dinamika masyarakat global memasuki persaingan pasar bebas dewasa ini. Jika sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap orang, terutama warga negara Indonesia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu disiapkan Sumber Daya

Lebih terperinci

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA MMTC YOGYAKARTA 2015 STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL

POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL POLITIK DAN STRATEGI KEAMANAN NASIONAL 7.1 Pengertian 1) Pengertian Politik Politik berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis yang berarti negara (city state) yang terdiri dari rakyat, wilayah dan pemerintah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA

PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA PENTINGNYA PEMIMPIN BERKARAKTER PANCASILA DI KALANGAN GENERASI MUDA (Makalah Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas MK Pendidikan Pancasila) Dosen : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma. Disusun Oleh: Nama : WIJIYANTO

Lebih terperinci

Sistem pendidikan nasional adalah sekaligus alat dan tujuan yang amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasional.

Sistem pendidikan nasional adalah sekaligus alat dan tujuan yang amat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasional. PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UMUM Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peranan yang amat penting untuk menjamin perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aspek yang paling utama dalam menghadapi era globalisasi dimana keberhasilan suatu bangsa dalam melaksanakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN

KEBIJAKAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor: 02/SK/K01-SA/2008 TENTANG KEBIJAKAN PEMBINAAN KEMAHASISWAAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : a. Bahwa berdasarkan Pasal 63

Lebih terperinci

Manual Mutu Akademik

Manual Mutu Akademik Manual Mutu Akademik MM 01 PJM Revisi Tanggal Dikaji Oleh Disetujui Oleh Pusat Jaminan Mutu Disetujui Oleh: Revisi ke 03 Tanggal 01 Juni 2011 KATA PENGANTAR Manual Mutu Akademik ini berisi tentang kebijakan,

Lebih terperinci

KETAHANAN NASIONAL. Yanti Trianita S.I.Kom

KETAHANAN NASIONAL. Yanti Trianita S.I.Kom KETAHANAN NASIONAL Yanti Trianita S.I.Kom Definisi Ketahanan Nasional Ketahanan nasional adalah kondisi yang harus dimiliki dalam semua aspek kehidupan bermasyarkat, berbangsa, dan bernegara dalam wadah

Lebih terperinci

MODEL PROSES PEMBERDAYAAN PEMUDA KARANG TARUNA

MODEL PROSES PEMBERDAYAAN PEMUDA KARANG TARUNA MODEL PROSES PEMBERDAYAAN PEMUDA KARANG TARUNA Proses Empowering Anggota Organisasai Pemuda Kegiatan Belajar/pelatihan bersama dalam Organisasi KARANG TARUNA Pemuda yang: -Responsif -Terampil -Kolaboratif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi,

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah unsur penting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa, sesuai dengan penegasan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi, Untuk melindungi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2 Halaman : 1 dari 13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI 1 Lembar Pengesahan 2 Daftar Distribusi 2 Catatan Perubahan 2 KATA PENGANTAR 3 BAB I PENDAHULUAN 4 BAB II ARAH KEBIJAKAN 5 Umum 5 Pendidikan 5 Penelitian

Lebih terperinci

DRAFT RENCANA STRATEGIS

DRAFT RENCANA STRATEGIS DRAFT RENCANA STRATEGIS UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2012-2017 DISCLAIMER: Draft ini diedarkan dalam mailing list DosenUGM dalam rangka mensukseskan Pemilihan Dekan di lingkungan UGM Tahun 2012. Materi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki keleluasaan untuk mengelola daerah dan sumberdaya alam yang ada di daerahnya. Dengan keleluasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Negara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 1999 TENTANG PENDIDIKAN TINGGI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang

Lebih terperinci

SILABUS PANCASILA & KEWARGANEGARAAN S1 FARMASI

SILABUS PANCASILA & KEWARGANEGARAAN S1 FARMASI SILABUS PANCASILA & KEWARGANEGARAAN S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI 1. ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS SK MENDIKNAS RI No:127/D/O/2009 Website : http://www.stikesmuhkudus.ac.id Email : sekretariat@stikesmuhkudus.ac.id

Lebih terperinci

Pedoman Organisasi Mahasiswa FOR/SPMI-UIB/PED

Pedoman Organisasi Mahasiswa FOR/SPMI-UIB/PED Pedoman Organisasi Mahasiswa FOR/SPMI-UIB/PED.03-001 SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS INTERNASIONAL BATAM NOMOR: 021/REK/KEP-UIB/VII/I2016 TENTANG PENETAPAN PEDOMAN ORGANISASI MAHASISWA UNIVERSITAS INTERNASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah dengan pendidikan. 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan

Lebih terperinci