MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL"

Transkripsi

1 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL TEKNIK PENGOPERASIAN MESIN PENCAMPUR ASPAL UNTUK MENYALURKAN AGREGAT DAN FILLER NO. KODE : FKK.MP I BUKU INFORMASI

2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENDAHULUAN Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Penjelasan Materi Pelatihan Pengakuan Kompetensi Terkini Pengertian-pengertian / Istilah... 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI Peta Paket Pelatihan Pengertian Standar Kompetensi Unit Kompetensi yang Dipelajari... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan BAB IV TEKNIK PENGOPERASIAN MESIN PENCAMPUR ASPAL UNTUK MENYALURKAN AGREGAT DAN FILLER Umum Teknik Penyaluran Agregat dari Cold bin ke dalam Dryer Pemanasan agregat dalam dryer Teknik Penyaluran Agregat Panas ke dalam Hot bin Teknik Penyaluran Filler ke dalam Filler Hopper Pemeliharaan mesin pencampur aspal selama pengoperasian untuk menyalurkan agregat dan filler BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI Sumber Daya Manusia Sumber-sumber Kepustakaan (Buku Informasi) Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan Halaman: 1 dari 71

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) Pelatihan berbasis kompetensi Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja Kompeten di tempat kerja Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah ditetapkan Penjelasan Materi Pelatihan Desain materi pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat dijadikan panduan pelaksanaan pelatihan berbasis kompetensi yang lebih menekankan kepada peran aktif peserta pelatihan dalam meningkatkan seluruh aspek kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta pelatihan Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri. 1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur. 2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang diperlukan dengan bantuan dari pelatih Isi materi pelatihan 1) Buku Informasi Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. 2) Buku Kerja Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktik, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun Pelatihan Individual / mandiri. Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi. b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian keterampilan peserta pelatihan. Halaman: 2 dari 71

4 c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktik kerja. 3) Buku Penilaian Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi : a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan. b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan peserta pelatihan. c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan. d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktik. f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan Penerapan materi pelatihan 1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah: a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan. b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan. d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban / tanggapan dan menuliskan hasil tugas praktiknya pada Buku Kerja. 2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan adalah: a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja. d. Mengisikan hasil tugas praktik pada Buku Kerja. e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih Pengakuan Kompetensi Terkini Pengakuan kompetensi terkini (Recognition of Current Competency- RCC) Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan Persyaratan Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, karena telah: Halaman: 3 dari 71

5 1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sama atau 2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau 3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama Pengertian-Pengertian/Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan Standarisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu Penilaian/uji kompetensi Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor Standar Kompetensi Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang Halaman: 4 dari 71

6 didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang dipersyaratkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sertifikat Kompetensi Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi Sertifikasi Kompetensi Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan/ atau internasional. Halaman: 5 dari 71

7 BAB II STANDAR KOMPETENSI 2.1. Peta Paket Pelatihan Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Mengoperasikan mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur - Kode Unit, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu: Komunikasi dan Kerjasama di Tempat Kerja; Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); Pemeliharaan Harian Mesin Pencampur Aspal; Teknik Menghidupkan Komponen Mesin Pencampur Aspal; Teknik Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal untuk Menyalurkan Aspal; Teknik Memroduksi Campuran Aspal Panas (Hotmix); Kegiatan Akhir Produksi Pengertian Standar Kompetensi Unit kompetensi Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas/pekerjaan yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit kompetensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu Unit kompetensi yang akan dipelajari Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah Mengoperasikan mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur Durasi / waktu pelatihan Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan tugas tertentu Kesempatan untuk menjadi kompeten Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali. Halaman: 6 dari 71

8 2.3 Unit Kompetensi Kerja Yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan atau siswa untuk dapat : Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. Meyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian Kemampuan awal Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan awal teknik menghidupkan komponen mesin pencampur aspal Judul unit : Mengoperasikan Mesin Pencampur Aspal untuk sesuai dengan Prosedur Kode unit : Deskripsi unit Unit ini berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk mengoperasikan mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 1. Menyalurkan agregat dari cold bin ke dalam dryer 1.1 Supply bahan agregat dalam cold bin diperiksa kecukupannya. 1.2 Cold conveyor dihidupkan sesuai dengan prosedur. 1.3 Vibro cold bin dihidupkan sesuai dengan prosedur. 1.4 Speed feeder dihidupkan sesuai prosedur/opening gate diatur bukaannya sesuai ketentuan. 1.5 Penyaluran agregat dari cold bin dipantau kelancarannya. 2. Memanaskan agregat dalam dryer sesuai dengan prosedur 3. Menyalurkan agregat panas ke dalam hot bin sesuai ukuran screen 2.1 Nyala api pada burner diatur sesuai dengan kebutuhan pemanasan. 2.2 Temperatur agregat panas pada dryer dipantau berada pada rentang temperatur yang ditentukan. 2.3 Tindak lanjut dilakukan bila temperatur panas agregat tidak sesuai dengan temperatur yang ditentukan. 3.1 Agregat panas disalurkan ke dalam vibrating screen melalui hot elevator. 3.2 Agregat panas disaring dalam vibrating screen. 3.3 Agregat panas yang masuk ke dalam masingmasing hot bin dipantau untuk mendeteksi kesesuaiannya dengan gradasi yang ditentukan. Halaman: 7 dari 71

9 Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria ) 4. Menyalurkan filler ke dalam filler hopper 4.1 Persediaan filler dalam silo atau tempat penampungan diperiksa kecukupannya. 4.2 Filler disalurkan ke dalam hoper melalui filler elevator. 4.3 Daya tampung filler hopper dipantau kecukupannya. 5. Melakukan pemeliharaan selama pengoperasian mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur 5.1 Timbangan dipantau untuk mendeteksi kebocoran pada gate hot bin. 5.2 Posisi sabuk (alignment) cold conveyor dipantau kelurusannya. 5.3 Aliran agregat pada cold conveyor dipantau kelancarannya. 5.4 Penyaluran filler ke dalam hopper dipantau kelancarannya. 5.5 Filler pada hopper dipantau ketersediaannya untuk menjaga kelancaran produksi. 5.6 Kondisi komponen dan kelainan yang terjadi dicatat selama pengoperasian mesin pencampur aspal Batasan variabel a. Kontek Variabel 1) Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja pengoperasian mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur; 2) Unit kompetensi ini diterapkan di tempat kerja dengan dukungan ketersediaan mesin pencampur aspal dalam kondisi baik, material produksi dan bahan untuk operasi yang telah disiapkan sebelumnya; 3) Unit kompetensi ini diterapkan untuk mesin pencampur aspal tipe batch dalam kondisi lingkungan yang mendukung. b. Perlengkapan yang diperlukan 1) Alat: a) Mesin pencampur aspal; b) Wheel loader; c) Alat Pelindung Diri (APD); d) Alat Pengaman Kerja (APK) 2) Bahan: a) Surat perintah kerja; b) Material produksi; c) Bahan bakar; Halaman: 8 dari 71

10 d) Buku pedoman pengoperasian dan pemeliharaan mesin pencampur aspal; e) Daftar simak (check list) kondisi alat. c. Tugas-tugas yang harus dilakukan : 1) Menyalurkan agregat dari cold bin ke dalam dryer; 2) Memanaskan agregat dalam dryer sesuai dengan prosedur; 3) Menyalurkan agregat panas ke dalam hot bin sesuai ukuran screen; 4) Menyalurkan filler ke dalam filler hopper; 5) Melakukan pemeliharaan selama pengoperasian mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur. d. Peraturan-peraturan yang diperlukan 1) Undang-undang tentang Keselamatan Kerja dan peraturan lainnya terkait dengan keselamatan kerja; 2) Undang-undang tentang Lingkungan Hidup dan peraturan lainnya terkait dengan pencegahan pencemaran lingkungan; 3) Pedoman Pemeliharaan dan Pengoperasian (Operation and Maintenance Manual) Mesin Pencampur Aspal; 4) Manual Pemeriksaan Unit Pencampur Aspal Panas (Asphal Mixing Plant) yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga Depertemen Pekerjaan Umum Panduan penilaian a. Penjelasan Pengujian 1) Prosedur penilaian Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja dengan menggunakan metode uji yang tepat untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. 2) Tempat Lokasi kerja atau tempat pelatihan (training ground) yang memenuhi syarat. 3) Penguasaan unit kompetensi sebelumnya : FKK.MP : Melakukan komunikasi dan kerjasama di tempat kerja; FKK.MP : Menerapkan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan di tempat kerja; Halaman: 9 dari 71

11 FKK.MP : Melakukan pemeliharaan mesin pencampur aspal; FKK.MP : Menghidupkan komponen mesin pencampur aspal sesuai dengan prosedur. FKK.MP : Mengoperasikan mesin mesin pencampur aspal untuk menyalurkan aspal sesuai dengan prosedur. 4) Keterkaitan dengan kompetensi lain: FKK.MP : FKK.MP : Melakukan pencampuran agregat, filler dan aspal dalam mixer untuk memproduksi campuran aspal panas (hotmix); FKK.MP : Melakukan kegiatan akhir produksi. b. Kondisi Pengujian 1) Kondisi penilaian merupakan aspek dalam penilaian yang sangat berpengaruh atas tercapainya kompetensi tersebut yang terkait dengan kegiatan menyalurkan agregat dari cold bin ke dalam dryer, memanaskan agregat dalam dryer sesuai dengan prosedur, menyalurkan agregat panas ke dalam hot bin sesuai ukuran screen, menyalurkan filler ke dalam filler hopper dan melakukan pemeliharaan selama pengoperasian mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur, yang merupakan bagian dari pekerjaan pengoperasian mesin pencampur aspal untuk memroduksi campuran aspal panas (hotmix); 2) Penilaian dapat dilakukan dengan cara lisan, tertulis, demonstrasi/praktek; 3) Penilaian dapat dilaksanakan secara simulasi di tempat pelatihan (training ground) dan atau di tempat kerja. c. Pengetahuan yang diperlukan: 1) Komunikasi; 2) Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3-L); 3) Struktur dan fungsi komponen utama mesin pencampur aspal; 4) Pedoman pemeliharaan dan pengoperasian mesin pencampur aspal; 5) Pengetahuan material campuran aspal panas; 6) Pengoperasian komputer; 7) Matematika; 8) Sistem pelaporan. d. Keterampilan yang dibutuhkan : 1) Melakukan komunikasi dengan benar di tempat kerja; Halaman: 10 dari 71

12 2) Menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan selama mengoperasikan mesin pencampur aspal; 3) Menyalurkan agregat dari cold bin ke dalam dryer; 4) Memanaskan agregat dalam dryer sesuai dengan prosedur; 5) Menyalurkan agregat panas ke dalam hot bin sesuai ukuran screen; 6) Menyalurkan filler ke dalam filler hopper; 7) Melakukan pemeliharaan selama pengoperasian mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur. e. Aspek Kritis 1) Kecermatan dalam kegiatan menyalurkan agregat dari cold bin ke dalam dryer; 2) Kecermatan dalam kegiatan memanaskan agregat dalam dryer sesuai dengan prosedur; 3) Kecermatan dalam kegiatan menyalurkan agregat panas ke dalam hot bin sesuai ukuran screen, 4) Kecermatan dalam kegiatan menyalurkan filler ke dalam filler hopper; 5) Ketelitian dalam melakukan pemeliharaan selama pengoperasian mesin pencampur aspal; 6) Kedisiplinan dalam membuat bahan laporan Kompetensi kunci No Kompetensi Kunci Tingkat 1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan informasi 2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 2 3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1 6. Memecahkan masalah 1 7. Menggunakan teknologi 1 1 Halaman: 11 dari 71

13 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN 3.1. Strategi Pelatihan Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara mandiri, artinya bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat Persiapan/perencanaan a. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang harus diikuti. b. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. c. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki. d. Merencanakan aplikasi praktik pengetahuan dan keterampilan Permulaan dari proses pembelajaran a. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktik yang terdapat pada tahap belajar. b. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan yang telah dimiliki Pengamatan terhadap tugas praktik a. Mengamati keterampilan praktik yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya. b. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan selama pengamatan Implementasi a. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. b. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktik. c. Mempraktikkan keterampilan baru yang telah diperoleh Penilaian Melaksanakan tugas terkait penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan Halaman: 12 dari 71

14 3.2. Metode Pelatihan Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan Belajar secara mandiri Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar Belajar berkelompok Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja Belajar terstruktur Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan penjelasan tentang penyusunan strategi pembelajaran, termasuk di dalamnya metode pelatihan yang disarankan, media yang digunakan, session plan, dan strategi penilaian dari setiap penugasan yang diberikan kepada seorang peserta pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi. Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan: Unit Kompetensi Elemen Kompetensi 1 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja Mengoperasikan mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur Menyalurkan agregat dari cold bin ke dalam dryer Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Supply bahan agregat dalam cold bin diperiksa kecukupannya 1) Dapat menjelaskan teknik Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memeriksa 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pemeriksaan 1. Menjelaskan teknik pemeriksaan supply bahan agregat dalam cold bin 2. Menjelaskan prosedur langkah pemeriksaan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 5 Halaman: 13 dari 71

15 pemeriksaan supply bahan agregat dalam cold bin 2) Mampu memeriksa kecukupan tiap jenis/ gradasi agregat pada tiap bin 3) Mampu melakukan tindak lanjut bila terdeteksi material agregat kurang 4) Mampu mengidentifikasi bahwa supply bahan agregat telah sesuai dengan komposisi yang ditentukan kecukupan supply bahan agregat dalam cold bin kecukupan supply bahan agregat dalam cold bin kecukupan tiap jenis/ gradasi agregat pada tiap bin 3. Menjelaskan prosedur dan memberikan contoh tindak lanjut yang dilakukan bila terdeteksi material agregat kurang 4. Menjelaskan prosedur langkah pengidentifikasian supply bahan agregat telah sesuai dengan komposisi yang ditentukan 5. Diskusi kelompok : - Teknik pemeriksaan supply bahan agregat dalam cold bin pemeriksaan kecukupan tiap jenis/ gradasi agregat pada tiap bin tindak lanjut bila terdeteksi material agregat kurang pengidentifikasian supply bahan agregat telah sesuai dengan komposisi yang ditentukan 6. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kecukupan tiap jenis/ gradasi agregat pada tiap bin - Contoh tindak lanjut yang dilakukan bila terdeteksi material agregat kurang - Pengidentifikasian supply bahan agregat telah sesuai dengan komposisi yang 2. Pedoman pelaksanaan K3L 20* 20*** 1.2 Cold conveyor dihidupkan sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan prosedur menghidupkan cold conveyor 2) Mampu memeriksa kondisi operasi cold conveyor 3) Mampu memeriksa posisi gate dalam keadaan tertutup 4) Harus mampu Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu menghidupkan cold conveyor sesuai dengan prosedur 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik menghidupkan cold conveyor ditentukan 1. Menjelaskan prosedur menghidupkan cold conveyor 2. Menjelaskan prosedur langkah pemeriksaan kondisi operasi cold conveyor 3. Menjelaskan prosedur langkah pemeriksaan posisi gate dalam keadaan tertutup 4. Menjelaskan prosedur langkah untuk 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 20 Halaman: 14 dari 71

16 menghidupkan cold conveyor sesuai prosedur 5) Mampu melakukan percobaan operasi dengan menjalankan cold conveyor tanpa beban menghidupkan cold conveyor 5. Menjelaskan prosedur langkah untuk melakukan percobaan operasi dengan menjalankan cold conveyor tanpa beban 6. Diskusi kelompok : menghidupkan cold conveyor pemeriksaan kondisi operasi cold conveyor pemeriksaan posisi gate dalam keadaan tertutup menghidupkan cold conveyor percobaan operasi dengan menjalankan cold conveyor tanpa beban 7. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kondisi operasi cold conveyor - Pemeriksaan posisi gate dalam keadaan tertutup - Menghidupkan cold conveyor - Melakukan percobaan operasi dengan menjalankan cold conveyor 40* 60*** 1.3 Vibro cold bin dihidupkan sesuai dengan prosedur 1) Dapat menjelaskan prosedur menghidupkan vibro cold bin 2) Mampu memeriksa kesiapan operasi vibro cold bin 3) Harus mampu menghidupkan vibro cold bin sesuai dengan prosedur 4) Mampu menjalankan vibro cold bin tanpa beban Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan dapat menghidupkan vibro cold bin sesuai dengan prosedur 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik menghidupkan vibro cold bin tanpa beban 1. Menjelaskan prosedur menghidupkan vibro cold bin 2. Menjelaskan prosedur langkah pemeriksaan kondisi operasi vibro cold bin 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan menghidupkan vibro cold bin 4. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk menjalankan vibro cold bin tanpa beban 5. Diskusi kelompok : menghidupkan vibro cold bin pemeriksaan kondisi operasi vibro cold bin 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 10 20* Halaman: 15 dari 71

17 menghidupkan vibro cold bin untuk menjalankan vibro cold bin tanpa beban 6. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kondisi operasi vibro cold bin - Menghidupkan vibro cold bin - Menjalankan vibro cold bin tanpa 30*** 1.4 Speed feeder dihidupkan sesuai prosedur/opening gate diatur bukaannya sesuai ketentuan. 1) Dapat menjelaskan prosedur menghidupkan speed feeder 2) Mampu memeriksa kesiapan operasi speed feeder 3) Harus mampu menghidupkan speed feeder sesuai prosedur 4) Harus mampu mengatur bukaan opening gate pada cold bin dengan cermat 1.5 Penyaluran agregat dari cold bin dipantau kelancarannya 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan kelancaran penyaluran agregat 2) Mampu mengatur penyaluran agregat dari cold Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu menghidupkan speed feeder sesuai prosedur / mengatur bukaan opening gate sesuai ketentuan. 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik menghidupkan speed feeder / mengatur bukaan opening gate Pada akhir 1. Ceramah pembelajaran 2. Diskusi/ sesi ini, peserta diskusi diharapkan kelompok mampu 3. Praktik memantau memantau kelan- kelancaran penyaluran caran penyaluran agregat dari cold bin agregat dari cold bin beban 1. Menjelaskan prosedur menghidupkan speed feeder 2. Menjelaskan prosedur langkah pemeriksaan kondisi operasi speed feeder 3. Menjelaskan prosedur lankah pelaksanaan menghidupkan speed feeder 4. Menjelaskan prosedur langkah untuk mengatur bukaan opening gate pada cold bin 5. Diskusi kelompok : menghidupkan speed feeder pemeriksaan kondisi operasi speed feeder untuk menghidupkan speed feeder untuk mengatur bukaan opening gate pada cold bin 6. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kondisi operasi speed feeder - Menghidupkan speed feeder - Mengatur bukaan opening gate pada cold bin 1. Menjelaskan teknik pemantauan kelancaran penyaluran agregat 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mengatur penyaluran agregat dari cold bin 3. Menjelaskan prosedur langkah pemantauan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 10 20* 30*** 10 Halaman: 16 dari 71

18 bin 3) Mampu memantau kelancaran penyaluran agregat pada cold conveyor 4) Mampu memantau kelancaran penyaluran agregat pada belt (joint) conveyor 5) Mampu memantau kelancaran penyaluran agregat ke dalam dryer 6) Harus mampu melakukan tindak lanjut sesuai dengan posedur bila terdeteksi ada ketidak lancaran penyaluran agregat dari cold bin. kelancaran penyaluran agregat pada cold conveyor 4. Menjelaskan prosedur langkah pemantauan kelancaran penyaluran agregat pada belt (joint) conveyor 5. Menjelaskan prosedur langkah pemantauan kelancaran penyaluran agregat ke dalam dryer 6. Menjelaskan prosedur dan memberikan contoh tindak lanjut yang dilakukan bila terdeteksi ada ketidak lancaran penyaluran agregat dari cold bin 7. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan kelancaran penyaluran agregat untuk mengatur penyaluran agregat dari cold bin pemantauan kelancaran penyaluran agregat pada cold conveyor pemantauan kelancaran penyaluran agregat pada belt (joint) conveyor pemantauan kelancaran penyaluran agregat ke dalam dryer tindak lanjut bila terdeteksi ada ketidak lancaran penyaluran agregat dari cold bin 8. Mendemonstrasikan: - Pengaturan penyaluran agregat dari cold bin - Pemantauan kelancaran penyaluran agregat pada cold conveyor - Pemantauan kelancaran penyaluran agregat pada belt (joint) conveyor - Pemantauan kelancaran penyaluran agregat ke dalam dryer - Melakukan tindak lanjut bila terdeteksi ada ketidak lancaran penya- 30* 35*** Halaman: 17 dari 71

19 luran agregat dari cold bin Diskusi kelompok: pemeriksaan kecukupan supply bahan agregat dalam cold bin;; menghidupkan cold conveyor; menghidupkan vibro cold bin; menghidupkan speed feeder/pengaturan bukaan opening gate; pemantauan kelancaran penyaluran agregat dari cold bin Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 1.1 s.d 1.5, sebelum melaksanakan kegiatan praktik Pelaksanaan praktik: - Memeriksa kecukupan supply bahan agregat dalam cold bin; - Menghidupkan cold conveyor; - Menghidupkan vibro cold bin; - Menghidupkan speed feeder sesuai prosedur / mengatur bukaan opening gate; - Memantau kelancaran penyaluran agregat dari cold bin; dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 1.1 s.d KUK 1.5, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur Elemen Kompetensi 2 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Memanaskan agregat dalam dryer sesuai dengan prosedur Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Nyala api pada burner diatur sesuai dengan kebutuhan pemanasan 1) Dapat menjelaskan teknik pengaturan nyala api burner 2) Mampu mendeteksi kondisi penyalaan burner 3) Harus mampu mengatur nyala burner sesuai dengan kebutuhan pemanasan 4) Mampu memantau kestabilan nyala burner selama pemanasan agregat dalam dryer Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu mengatur nyala api pada burner sesuai dengan kebutuhan pemanasan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik mengatur nyala api pada burner sesuai dengan kebutuhan pemanasan 1. Menjelaskan teknik pengaturan nyala api burner 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mendeteksi kondisi penyalaan burner 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mengatur nyala burner sesuai dengan kebutuhan pemanasan 4. Menjelaskan prosedur langkah pemantauan kestabilan nyala burner selama pemanasan agregat dalam dryer 5. Diskusi kelompok : - Teknik pengaturan nyala api burner untuk mendeteksi kondisi penyalaan burner untuk mengatur nyala burner sesuai dengan kebutuhan pemanasan pemantauan kestabilan nyala burner selama pemanasan agregat dalam dryer 6. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian kondisi penyalaan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 10 20* 30*** Halaman: 18 dari 71

20 burner - Pengaturan nyala burner sesuai dengan kebutuhan pemanasan - Pemantauan kestabilan nyala burner selama pemanasan agregat dalam dryer 2.2 Temperatur agregat panas pada dryer dipantau berada pada rentang tempetarur yang ditentukan 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan temperatur agregat panas dalam dryer 2) Mampu mendeteksi temperatur agregat panas pada dryer secara periodik 3) Mampu memantau kestabilan temperatur agregat yang keluar dari dryer 2.3 Tindak lanjut dilakukan bila temperatur panas agregat tidak sesuai dengan temperatur yang ditentukan 1) Mampu melakukan tindak lanjut bila ada ketidaksesuaian tempereatur agregat dalam dryer 2) Mampu menyesuaikan pasokan agregat ke dalam dryer bila diperlukan untuk penyesuaian pemanasan agregat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau temperatur agregat panas pada dryer berada pada rentang tempetarur yang ditentukan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu melakukan tindak lanjut bila temperatur panas agregat tidak sesuai dengan temperatur yang ditentukan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pe mantauan temperatur agregat panas pada dryer berada pada rentang tempetarur yang ditentukan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan teknik pemantauan temperatur agregat panas dalam dryer 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pendeteksian temperatur agregat panas pada dryer secara periodik 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan kestabilan temperatur agregat yang keluar dari dryer 4. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan temperatur agregat panas dalam dryer pendeteksian temperatur agregat panas pada dryer secara periodik pemantauan kestabilan temperatur agregat yang keluar dari dryer 5. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian temperatur agregat panas pada dryer - Pemantauan kestabilan temperatur agregat yang keluar dari dryer 1. Menjelaskan prosedur tindak lanjut yang harus dilakukan bila ada ketidaksesuaian temperatur agregat dalam dryer 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk menyesuaikan pasokan agregat ke dalam dryer bila diperlukan untuk penyesuaian pemanasan agregat 3. Menjelaskan prosedur dan memberikan contoh tindak lanjut yang harus dilakukan bila terdeteksi penyalaan burner 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 15* 25*** 10 Halaman: 19 dari 71

21 ) Mampu melakukan tindakan yang tepat bila terdeteksi penyalaan burner tidak sempurna karena kualitas agregat dingin tidak baik untuk campuran tidak sempurna karena kualitas agregat dingin tidak baik 4. Diskusi kelompok : tindak lanjut bila ada ketidaksesuaian temperatur agregat dalam dryer untuk menyesuaikan pasokan agregat ke dalam dryer bila diperlukan untuk penyesuaian pemanasan agregat tindak lanjut bila terdeteksi penyalaan burner tidak sempurna karena kualitas agregat dingin tidak baik 5. Mendemostrasikan: - Penyesuaian pasokan agregat ke dalam dryer bila diperlukan untuk penyesuaian pemanasan agregat - contoh tindak lanjut yang harus dilakukan bila terdeteksi penyalaan burner tidak sempurna karena kualitas agregat dingin tidak baik 20* 45*** Diskusi kelompok: - Teknik pengaturan nyala api pada burner sesuai dengan kebutuhab pemanasan - Teknik pemantauan temperatur agregat panas pada dryer berada pada rentang tempetarur yang ditentukan; untuk melakukan tindak lanjut bila temperatur panas agregat tidak sesuai dengan temperatur yang ditentukan. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 2.1 s.d KUK 2.3, sebelum melaksanakan kegiatan praktik Pelaksanaan praktik: - Mengatur nyala api pada burner sesuai dengan kebutuhan pemanasan; - Memantau temperatur agregat panas pada dryer berada pada rentang tempetarur yang ditentukan; - Melakukan tindak lanjut bila temperatur panas agregat tidak sesuai dengan temperatur yang ditentukan dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 2.1 s.d KUK 2.3, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur. Elemen Kompetensi 3 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menyalurkan agregat panas ke dalam hot bin sesuai ukuran screen Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Agregat panas disalurkan ke dalam vibrating screen melalui hot elevator 1) Dapat Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik 1. Menjelaskan teknik penyaluran agregat panas ke dalam vibrating screen 2. Menjelaskan prose- 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin 10 Halaman: 20 dari 71

22 menjelaskan teknik penyaluran agregat panas ke dalam vibrating screen mampu menyalurkan agregat panas ke dalam vibrating menyalur kan agregat panas ke dalam dur langkah pelaksanaan untuk mendeteksi kondisi/ temperatur agregat yang keluar Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 2) Mampu mendeteksi kondisi/ temperatur agregat yang keluar dari dryer 3) Mampu memeriksa hot elevator untuk memastikan dalam keadaan jalan 4) Mampu memeriksa vibrating screen untuk memastikan dalam keadaan jalan/hidup 5) Mampu mengoperasikan hot elevator untuk menyalurkan agregat panas dari dryer ke dalam vibrating screen screen melalui hot elevator vibrating screen melalui hot elevator dari dryer 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemeriksaan hot elevator untuk memastikan dalam keadaan jalan 4. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemeriksaan vibrating screen untuk memastikan dalam keadaan jalan/hidup 5. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pengoperasian hot elevator untuk menya lurkan agregat panas dari dryer ke dalam vibrating screen 6. Diskusi kelompok : - Teknik penyaluran agregat panas ke dalam vibrating screen pendeteksian kondisi/ temperatur agregat yang keluar dari dryer pemeriksaan hot elevator untuk memastikan dalam keadaan jalan pemeriksaan vibrating screen untuk memastikan dalam keadaan jalan/hidup pengoperasian hot elevator untuk menyalurkan agregat panas dari dryer ke dalam vibrating screen 7. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian kondisi/ temperatur agregat yang keluar dari dryer - Pemeriksaan hot elevator untuk memastikan dalam keadaan jalan - Pemeriksaan vibrating screen untuk memastikan dalam keadaan jalan/hidup - Pengoperasian hot 20* 30*** Halaman: 21 dari 71

23 elevator untuk menyalurkan agregat panas dari dryer ke dalam vibrating screen 3.2 Agregat panas disaring dalam vibrating screen 1) Dapat menjelaskan teknik penyaringan agregat dalam vibrating screen 2) Mampu mendeteksi kesesuaian kapasitas vibrating screen dengan pasokan agregat panas dari dryer 3) Harus mampu mengoperasikan vibrating screen untuk menyaring agregat panas sesuai dengan prosedur 4) Mampu memantau kondisi operasi vibrating screen dari kemungkinan adanya kelainan selama dioperasikan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu menyaring agregat panas dalam vibrating screen 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik penyaringan agregat panas dalam vibrating screen 1. Menjelaskan teknik penyaringan agregat dalam vibrating screen 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mendeteksi kesesuaian kapasitas vibrating screen dengan pasokan agregat panas dari dryer 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pengoperasian vibrating screen untuk menyaring agregat panas 4. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan kondisi operasi vibrating screen dari kemungkinan adanya kelainan selama dioperasikan 5. Diskusi kelompok : - Teknik penyaringan agregat dalam vibrating screen pendeteksian kesesuaian kapasitas vibrating screen dengan pasokan agre gat panas dari dryer pengoperasian vibrating screen untuk menyaring agregat panas pemantauan kondisi operasi vibrating screen dari kemungkinan adanya kelainan selama dioperasikan 6. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian kese suaian kapasitas vibrating screen dengan pasokan agregat panas dari dryer - Pengoperasian vibrating screen untuk menyaring agregat panas - Pemantauan kondisi operasi vibrating screen dari kemungkinan adanya kelainan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 10 20* 30*** Halaman: 22 dari 71

24 selama dioperasikan 3.3 Agregat panas yang masuk ke dalam masing-masing hot bin dipantau untuk mendeteksi kesesuaiannya dengan gradasi yang ditentukan 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan agregat panas yang masuk ke dalam hot bin 2) Mampu memantau penyaluran agregat panas dari vibrating screen ke dalam hot bin 3) Harus mampu mendeteksi kesesuaian gradasi agregat panas yang masuk ke dalam masing-masing hot bin dengan gradasi yang telah ditentukan 4) Mampu memantau adanya overflow atau kekurangan pasokan agregat 5) Mampu melakukan tindak lanjut yang tepat bila terdeteksi kelebihan atau kekurangan jumlah pasokan Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau agregat panas yang masuk ke dalam masingmasing hot bin untuk mendeteksi kesesuaiannya dengan gradasi yang ditentukan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memantau agregat panas yang masuk ke dalam masingmasing hot bin untuk mendeteksi kesesuai annya dengan gradasi yang ditentukan 1. Menjelaskan teknik pemantauan agregat panas yang masuk ke dalam hot bin 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan penyaluran agregat panas dari vibrating screen ke dalam hot bin 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mendeteksi kesesuaian gradasi agregat panas yang masuk ke dalam masing-masing hot bin dengan gradasi yang telah ditentukan 4. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan overflow atau kekurangan pasokan agregat 5. Menjelaskan prosedur dan memberikan contoh tindak lanjut yang harus dilakukan bila terdeteksi kelebihan atau kekurangan jumlah pasokan 6. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan agregat panas yang masuk ke dalam hot bin pemantauan penyaluran agregat panas dari vibrating screen ke dalam hot bin pendeteksian kesesuaian gradasi agregat panas yang masuk ke dalam masing-masing hot bin dengan gradasi yang telah ditentukan pemantauan overflow atau kekurangan pasokan agregat tindak lanjut bila terdeteksi kelebihan atau kekurangan jumlah pasokan 7. Mendemonstrasikan: - Pemantauan penyaluran agregat panas dari vibrating screen ke dalam hot bin 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 10 20* 30*** Halaman: 23 dari 71

25 Pendeteksian kesesuaian gradasi agregat panas yang masuk ke dalam masingmasing hot bin - Pemantauan overflow atau kekurangan pasokan agregat - Contoh tindak lanjut yang harus dilakukan bila terdeteksi kelebihan atau kekurangan jumlah pasokan Diskusi kelompok: - Teknik penyaluran agregat panas ke dalam vibrating screen melalui hot elevator; - Teknik penyaringan agregat panas dalam vibrating screen; - Teknik pemantauan agregat panas yang masuk ke dalam masing-masing hot bin untuk mendeteksi kesesuaiannya dengan gradasi yang ditentukan Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 3.1 s.d KUK 3.3, sebelum melaksanakan kegiatan praktik Pelaksanaan praktik: - Menyalurkan agregat panas ke dalam vibrating screen melalui hot elevator; - Menyaring agregat panas dalam vibrating screen; - Memantau agregat panas yang masuk ke dalam masing-masing hot bin untuk mendeteksi kesesuaiannya dengan gradasi yang ditentukan dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 3.1 s.d KUK 3.3, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur Elemen Kompetensi 4 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Menyalurkan filler ke dalam filler hopper Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Persediaan filler dalam silo atau tempat penampungan diperiksa kecukupannya 1) Dapat menjelaskan teknik pemeriksaan persediaan filler dalam silo 2) Mampu mendeteksi jumlah filler yang tersedia dalam silo melalui pengukur permukaan (leveler) tertinggi dan terendah 3) Mampu melakukan penambahan material filler pada saat yang tepat (bila diperlukan) Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memeriksa kecukupan persediaan filler dalam silo atau tempat penampungan 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik pemeriksaan kecukupan persediaan filler dalam silo atau tempat penampu ngan 1. Menjelaskan teknik pemeriksaan persediaan filler dalam silo 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pendeteksian jumlah filler yang tersedia dalam silo melalui pengukur permukaan tertinggi dan terendah 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan penambahan material filler pada saat yang tepat (bila diperlukan) 4. Diskusi kelompok : - Teknik pemeriksaan persediaan filler dalam silo pendeteksian jumlah filler yang tersedia dalam silo melalui pengukur permukaan tertinggi 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 15* Halaman: 24 dari 71

26 dan terendah penambahan material filler pada saat yang tepat (bila diperlukan) 5. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian jumlah filler yang tersedia dalam silo melalui pengukur permukaan - Penambahan material filler pada 25*** 4.2 Filler disalurkan ke dalam hopper melalui filler elevator 1) Dapat menjelaskan teknik penyaluran filler ke dalam hopper 2) Mampu memeriksa kondisi operasi filler elevator 3) Mampu mengoperasikan filler elevator untuk menyalurkan filler ke dalam hopper filler 4.3 Daya tampung filler hopper dipantau kecukupannya 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan daya tampung filler hopper 2) Mampu memeriksa daya tampung filler hopper 3) Harus mampu mengatur penyaluran filler sesuai dengan daya tampung filler hopper Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu menyalurkan filler ke dalam hopper melalui filler elevator Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau kecukupan daya tampung filler hopper 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik menyalur kan filler ke dalam hopper melalui filler elevator 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memantau kecukupan daya tampung filler hopper saat yang tepat 1. Menjelaskan teknik penyaluran filler ke dalam hopper 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemeriksaan kondisi operasi filler elevator 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pengoperasian filler elevator untuk menyalurkan filler ke dalam hopper filler 4. Diskusi kelompok : - Teknik penyaluran filler ke dalam hopper pemeriksaan kondisi operasi filler elevator pengoperasian filler elevator untuk menyalurkan filler ke dalam hopper filler 5. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan kondisi operasi filler elevator - Pengoperasian filler elevator untuk menyalurkan filler ke dalam hopper filler 1. Menjelaskan teknik pemantauan daya tampung filler hopper 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemeriksaan daya tampung filler hopper 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mengatur penyaluran filler sesuai dengan daya tampung filler hopper 4. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan daya tampung filler hopper 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 15* 25*** 5 15* Halaman: 25 dari 71

27 sesuai dengan prosedur pemeriksaan daya tampung filler hopper pengaturan penyaluran filler sesuai dengan daya tampung filler hopper 5. Mendemonstrasikan: - Pemeriksaan daya tampung filler hopper - Mengatur penyaluran filler sesuai dengan daya tampung filler hopper 25*** Diskusi kelompok: - Teknik pemeriksaan kecukupan persediaan filler dalam silo atau tempat penampungan; - Teknik penyaluran filler ke dalam hopper melalui filler elevator; - Teknik pemantauan kecukupan daya tampung filler hopper. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 4.1 s.d KUK 4.3, sebelum melaksanakan kegiatan praktik Pelaksanaan praktik: - Memeriksa kecukupan persediaan filler dalam silo atau tempat penampungan; - Menyalurkan filler ke dalam hopper melalui filler elevator; - Memantau kecukupan daya tampung filler hopper. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 4.1 s.d KUK 4.3, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan dari masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur Elemen Kompetensi 5 No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator Unjuk Kerja : Melakukan pemeliharaan selama pengoperasian mesin pencampur aspal untuk menyalurkan agregat dan filler sesuai dengan prosedur Tujuan Pembelajaran Metode Pelatihan yang Disarankan Tahapan Pembelajaran Sumber/ Referensi yang Disarankan Jam Pelajaran Indikatif Timbangan dipantau untuk mendeteksi kebocoran pada gate hot bin 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan timbangan 2) Mampu mendeteksi pem bacaan skala penim bang (weigh scales) yang memastikan tidak ada keboco ran material dari hot bin 3) Mampu melakukan tindak lanjut bila terdeteksi ada kebocoran material melalui gate hot bin Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau timbangan untuk mendeteksi kebocoran pada gate hot bin 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memantau timbangan untuk mendeteksi kebocoran pada gate hot bin 1. Menjelaskan teknik pemantauan timbangan 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mendeteksi pembacaan skala penimbang yang memastikan tidak ada kebocoran material dari hot bin 3. Menjelaskan prosedur dan memberikan contoh tindak lanjut yang harus dilakukan bila terdeteksi ada kebocoran material melalui gate hot bin 4. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan timbangan pendeteksian pembacaan skala penimbang yang memastikan tidak 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 15* Halaman: 26 dari 71

28 5.2 Posisi sabuk (alignment) cold conveyor dipantau kelurusannya 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan kelurusan posisi sabuk cold conveyor 2) Mampu memantau kelurusan gerakkan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin 3) Mampu mendeteksi kestabilan gerakan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin 4) Harus mampu melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada kinerja sabuk cold conveyor Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau kelurusan posisi sabuk (alignment) cold conveyor 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memantau kelurusan posisi sabuk (alignment) cold conveyor ada kebocoran material dari hot bin tindak lanjut bila terdeteksi ada kebocoran material melalui gate hot bin 5. Mendemonstrasikan: - Mendeteksi pembacaan skala penimbang yang memastikan tidak ada kebocoran material dari hot bin - Contoh tindak lanjut yang harus dilakukan bila ter deteksi ada kebocoran material me- 25*** lalui gate hot bin 1. Menjelaskan teknik pemantauan kelurusan posisi sabuk cold conveyor 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan kelurusan gerakkan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pendeteksian kestabilan gerakan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin 4. Menjelaskan prosedur dan memberi contoh melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada kinerja sabuk cold conveyor 5. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan kelurusan posisi sabuk cold conveyor pemantauan kelurusan gerakkan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin pendeteksian kestabilan gerakan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin tindak lanjut bila terjadi kelainan pada kinerja sabuk cold conveyor 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 15* Halaman: 27 dari 71

29 Mendemonstrasikan: 25*** - Pemantauan kelurusan gerakkan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin - Pendeteksian kestabilan gerakan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin - Contoh melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada kinerja sabuk cold conveyor 5.3 Aliran agregat pada cold conveyor dipantau kelancarannya 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan aliran agregat pada cold conveyor 2) Mampu memantau kestabilan volume aliran agregat pada cold conveyor 3) Harus mampu melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada aliran agregat pada cold conveyor Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau kelancaran aliran agregat pada cold conveyor 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memantau kelancaran aliran agregat pada cold conveyor 1. Menjelaskan teknik pemantauan aliran agregat pada cold conveyor 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan kestabilan volume aliran agregat pada cold conveyor 3. Menjelaskan prosedur dan memberi contoh melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada aliran agregat pada cold conveyor 4. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan aliran agregat pada cold conveyor pemantauan kestabilan volume aliran agregat pada cold conveyor tindak lanjut bila terjadi kelainan pada aliran agregat pada cold conveyor 5. Mendemonstrasikan: - Pemantauan kestabilan volume aliran agregat pada cold conveyor - Contoh melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada aliran agregat 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 15* 25*** 5.4 Penyaluran filler ke dalam hopper dipantau kelancarannya 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan penyaluran filler ke dalam hopper 2) Mampu memantau Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau kelancaran penyaluran filler ke dalam hopper 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memantau kelancaran penyaluran filler ke dalam hopper pada cold conveyor 1. Menjelaskan teknik pemantauan penyaluran filler ke dalam hopper 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan kelancaran aliran filler yang masuk ke dalam hopper 3. Menjelaskan prosedur 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 Halaman: 28 dari 71

30 kelancaran aliran filler yang masuk ke dalam hopper 3) Mampu melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada penyaluran filler ke dalam hopper dan memberi contoh melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada penyaluran filler ke dalam hopper 4. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan penyaluran filler ke dalam hopper pemantauan kelancaran aliran filler yang masuk ke dalam hopper tindak lanjut bila terjadi kelainan pada penyaluran filler ke dalam hopper 5. Mendemonstrasikan: - Pemantauan kelancaran aliran filler yang masuk ke dalam hopper - contoh melakukan tindak lanjut bila terjadi kelainan pada penyaluran filler ke dalam 15* 25*** 5.5 Filler pada hopper dipantau ketersediaannya untuk menjaga kelancaran produksi 1) Dapat menjelaskan teknik pemantauan ketersediaan filler pada hopper 2) Mampu memantau ketersediaan filler pada filler hopper untuk menjaga kelancaran produksi 3) Mampu melakukan tindak lanjut bila persediaan filler tidak sesuai dengan kebutuhan produksi Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu memantau ketersediaan filler pada hopper untuk menjaga kelancaran produksi 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Praktik memantau ketersediaan filler pada hopper untuk menjaga kelancaran produksi hopper 1. Menjelaskan teknik pemantauan ketersediaan filler pada hopper 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pemantauan ketersediaan filler pada filler hopper untuk menjaga kelancaran produksi 3. Menjelaskan prosedur dan memberi contoh melakukan tindak lanjut bila persediaan filler tidak sesuai dengan kebutuhan produksi 4. Diskusi kelompok : - Teknik pemantauan ketersediaan filler pada hopper pemantauan ketersediaan filler pada filler hopper untuk menjaga kelancaran produksi tindak lanjut bila persediaan filler tidak sesuai dengan kebutuhan produksi 5. Mendemonstrasikan: - Pemantauan keter sediaan filler pada filler hopper untuk menjaga kelancaran produksi - Contoh melakukan 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 5 15* 20*** Halaman: 29 dari 71

31 tindak lanjut bila persediaan filler tidak sesuai dengan kebutuhan produksi 5.6 Kondisi komponen dan kelainan yang terjadi dicatat selama pengoperasian mesin pencampur aspal 1) Dapat menjelaskan tatacara pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama pengoperasian masin pencampur aspal 2) Mampu mendeteksi kelainan kinerja komponen selama pengoperasian pencampur aspal 3) Mampu mencatat setiap kelainan kinerja komponen yang terdeteksi selama pengoperasian mesin pencampur aspal Pada akhir pembelajaran sesi ini, peserta diharapkan mampu mencatat kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama pengoperasian mesin pencampur aspal 1. Ceramah 2. Diskusi/ diskusi kelompok 3. Peragaan 1. Menjelaskan tatacara pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama pengoperasian masin pencampur aspal 2. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan pendeteksian kelainan kinerja komponen selama pengoperasian pencampur aspal 3. Menjelaskan prosedur langkah pelaksanaan untuk mencatat setiap kelainan kinerja komponen yang terdeteksi selama pengoperasian mesin pencampur aspal 4. Diskusi kelompok : - Tatacara pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama pengoperasian masin pencampur aspal pendeteksian kelainan kinerja komponen selama pengoperasian pencampur aspal pencatatan setiap kelainan kinerja komponen yang terdeteksi selama pengoperasian mesin pencampur aspal 5. Mendemonstrasikan: - Pendeteksian kelainan kinerja komponen selama pengoperasian pencampur aspal - Mencatat setiap kelainan kinerja komponen yang terdeteksi selama pengoperasian mesin pencampur aspal 1. Buku Petunjuk Pemeliharaan dan Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal 2. Pedoman pelaksanaan K3L 3. Sistem pelaporan 10 20* 20*** Diskusi kelompok: - Teknik pemantauan timbangan; - Teknik pemantauan kelurusan posisi sabuk cold conveyor; - Teknik pemantauan aliran agregat pada cold conveyor; - Teknik pemantauan penyaluran filler ke dalam hopper; - Teknik pemantauan ketersediaan filler pada hopper. - Tatacara pencatatan kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama pengoperasian masin 95 Halaman: 30 dari 71

32 pencampur aspal. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 4.1 s.d KUK 4.3, sebelum melaksanakan kegiatan praktik Pelaksanaan praktik: - Memantau timbangan untuk mendeteksi kebocoran pada gate hot bin; - Memantau kelurusan posisi sabuk (alignment) cold conveyor; - Memantau kelancaran aliran agregat pada cold conveyor; - Memantau kelancaran penyaluran filler ke dalam hopper; - Memantau ketersediaan filler pada hopper untuk menjaga kelancaran produksi; - Mencatat kondisi komponen dan kelainan yang terjadi selama pengoperasian mesin pencampur aspal. Dilakukan setelah selesai penjelasan KUK 5.1 s.d KUK 5.6, dengan didahului penjelasan langkah pelaksanaan masing-masing kegiatan praktik dan contoh praktik dari instruktur yang dilanjutkan dengan pelaksanaan praktik untuk setiap peserta dengan bimbingan instruktur. 140 Instruktur yang diusulkan untuk Materi Pelatihan Teknik Pengoperasian Mesin Pencampur Aspal untuk Manyalurkan Agregat dan Filler : Instruktur Teori:... Instruktur Praktik:... Catatan : 1. Jam pelajaran indikatif dalam menit 2. *) Pelaksanaan diskusi kelompok dilaksanakan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi. **) Pelaksanaan peragaan langsung pada penyajian setiap KUK. ***) Pelaksanaan praktik dilakukan pada akhir penyajian setiap elemen kompetensi, atau pada akhir penyajian seluruh elemen kompetensi, tergantung pada metoda yang diterapkan. Halaman: 31 dari 71

33 BAB IV TEKNIK PENGOPERASIAN MESIN PENCAMPUR ASPAL UNTUK MENYALURKAN AGREGAT DAN FILLER 4.1 Umum Agregat merupakan material utama dalam produksi campuran aspal panas (hot mix) sehingga karakteristik agregat ini (kadar air, temperatur) harus sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dalam Job Mix Formula (JMF). Proses pengeringan dan pemanasan agregat tersebut dilakukan dalam dryer yang akan menghasilkan agregat panas dengan kandungan air yang sesuai dengan yang telah ditentukan. Pada umumnya dryer pada batch plant adalah tipe counter flow dimana gerakan dari agregat berlawanan arah dengan gas panas dari burner. Gas panas yang disemburkan berlawanan arah dengan gerakkan agregat, mengandung energi panas untuk menguapkan air yang terkandung dalam agregat dan untuk memanaskan agregat antara 150 o C 175 o C atau lebih. Jumlah yang tepat dari agregat untuk campuran aspal panas ini akan dapat dicapai bila kondisi penyaluran agregat bekerja dengan baik, mulai penyuplay agregat (agregate feeder) yang mengatur dengan tepat jumlah agregat yang keluar dari cold bin, kondisi konveyor yang baik serta kecepatannya yang sesuai serta kondisi cold elevator yang baik serta kecepatannya yang tepat Komponen penyalur agregat dingin Kegiatan pemasokan agregat dingin adalah salah satu kegiatan kritis dalam proses produksi campuran aspal panas. Pengalaman menunjukkan bahwa apa saja yang disalurkan dari agregat dingin ini akan masuk ke dalam alat pencampur (mixer/pugmill). Banyak masalah seperti temperatur, kadar air, segregasi dan ketidak seimbangan hot bin (bin imbalance) yang terdeteksi dalam dryer, pada ayakan (screen) atau hot bin, atau di dalam mixer/pugmill, kebanyakan penyebabnya berasal dari pasokan agregat dingin. Komponen penyalur agregat dingin adalah: a. Cold bin Cold bin adalah bak (bin atau hopper) untuk menampung material agregat dari tiap-tiap fraksi mulai dari agregat kasar sampai agregat halus yang diperlukan untuk memroduksi campuran aspal panas (hotmix). Halaman: 32 dari 71

34 FKK..MP b. Cold conveyor Cold conveyor adalah komponen mesin pencampur aspal yang berfungsi menyalurkan agregat dingin dari bin dingin (cold bin) ke dalam dryer melalui cold elevator atau belt conveyor (penghubung cold conveyor dan dryer) 4 (3) (4) (2) (1) Gambar 1: Cold Elevator (1) Cold bin (2) Cold conveyor (3) Bucket elevator, (4) Dryer Gambar 2: Belt Elevator (1) Cold bin, (2) Cold conveyoy, (3) Belt conveyor, (4) Dryer c. Cold elevator dan belt conveyor Cold elevator adalah komponen mesin pencampur aspal yang berfungsi menerima agregat dingin dari cold conveyor dan meneruskan menyalurkannya ke dalam dryer. Belt conveyor adalah komponen mesin pencampur aspal yang merupakan penghubung untuk meneruskan agregat dingin dari cold conveyor ke dalam dryer. Pada konstruksi mesin pencampur aspal salah satu kompoenen yang dipakai yaitu cold elevator atau belt conveyor Jenis feeder Terdapat beberapa jenis feeder yang dipakai pada mesin pencampur aspal, termasuk diantaranya electromagnetic feeder, continuous belt feeder, reciprocating feeder, vibrating feeder dan apron feeder. Jumlah suplay agergat diatur dengan besar bukaan gate,, atau perubahan amplitudo atau jumlah getaran, dan dengan mengubah kecepatan sabuk (belt) Keterangan Gambar: (1) Cold Bin (2) Gate (3) Feeder (4) Cold Conveyor (5) Cold Elevator (6) Dryer (7) Agregat Dingin Gambar 3: Panyaluran Agregat dari Cold Bin Buku Informasi Edisi: Halaman: 33 dari 71

35 FKK..MP Misalnya, pada saat pemasangan (installation) mesin pencampur aspal ditentukan jumlah suplay tiap proporsi agregat tiap jam disetel dengan bukaan gate atau jumlah putaran motor penggerak, hal ini termasuk dalam kegiatan kalibrasi feeder. Alat penyuplay agregat (aggregate feeder) ditempatkan pada dasar dari cold bin dan digunakan secara akurat untuk mengukur jumlah agregat yang dibutuhkan dalam suatu proses pencampuran aspal panas. Unit aggregate feeder harus mempunyai alat kontrol yang dapat distel dan terlindung untuk menghasilkan suatu aliran agregat yang seragam ke konveyor yang selanjutnya disalurkan ke dryer. 4.2 Teknik Penyalurann Agregat dari Cold bin ke dalam Dryer Jenis dan jumlah agregat yang akan disalurkan ke dalam dryer harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam Job Mix Formula (JMF), sehingga kondisi awal agregat dingin ini perlu mendapat perhatian untuk menghasilkan produksi campuran aspal panas yang baik sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan Teknik pemeriksaan kecukupan agregat dalam cold bin Agregat salah satu material untuk produksi campuran aspal panas memiliki karakteristikk yang sesuai dengan persyaratan yang ditentukan dan harus dipertahankan tidak mengalami perubahan selama proses penyaluran dari cold bin sampai proses pengeringan dan pemanasan dalam dryer. Agregat tersebut dimasukan ke dalam cold bin yang terbagi dalam beberapa bin sesuai dengan jenis/gradasi masing-masing, dengan jumlah mencukupi untuk suatu kegiatan produksi campuran aspal panas (hot mix). a. Pemeriksaan supply agregat dalam cold bin Kecukupan agregat dalam cold bin, baik menyangkut ukuran maupun jumlahnya bukan sepenuhnya tanggung jawab operator, namun untuk kepentingan produksi, operator perlu memastikan bahwa agregat yang diperlukan untuk produksi telah cukup dan telah dimasukkan ke dalam cold bin sesuai dengan jenis/gradasinya untuk tiap bin. Untuk pelaksanaan pemerik- agregat ini saan kecukupan operator harus melakukan koordinasi dengan petugas logistik, sehingga dapat dipastikan bahwa agregat sesuai dengan jenis/ gradasinya Gambar 4: Cold Bin, telah disediakan dan telah yang telah terisi penuh dimasukkan ke dalam cold dengan agregat, sesuai dengan jenis/gradasinya bin siap untuk dipakai. Buku Informasi Edisi: Halaman: 34 dari 71

36 b. Pemeriksaan kecukupan tiap jenis/ gradasi agregat pada tiap bin Berdasarkan data penyediaan bahan dari petugas logistik, dilakukan pemeriksaan secara visual jenis agregat pada tiap bin, dalam jumlah (estimasi) dan jenis/gradasinya. 1) Periksa data pengadaan agregat bersama petugas logistik; 2) Periksa agraget dalam tiap bin dengan berpedoman kepada data pengadaan agregat; 3) Pastikan bahwa jenis/gradasi dan jumlah agregat dalam tiap bin telah mencukupi sesuai dengan kebutuhan produksi. c. Tindak lanjut bila terdeteksi material agregat kurang 1) Prosedur tindak lanjut a) Bila hasil pemeriksaan menunjukan ada kekurangan agregat, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan; b) Jangan melakukan tindakan secara sendiri bila belum ada perintah dari atasan; c) Melakukan kerjasama dengan petugas logistik yang ditugaskan untuk pengadaan agregat tersebut 2) Tindak lanjut bila terdeteksi material agregat kurang a) Periksa sejauh mana kekurangan agregat tersebut, yang menyangkut jenis/gradasi dan jumlahnya; b) Catat data kekurangan tersebut dan laporkan kepada atasan disertai saran tindak lanjut; c) Lakukan kerja sama dalam dengan petugas yang ditunjuk untuk mengatasi kekurangan tersebut d. Identifikasi supply bahan agregat telah sesuai dengan komposisi Komposisi jenis dan gradasi agregat telah ditentukan dalam Job Mix Formula (JMF) sehingga operator perlu memastikan bahwa agregat yang telah tersedia dalam cold bin telah memenuhi komposisi tersebut. 1) Lakukan kerja sama dengan petugas pengadaan untuk memeriksa komposisi agregat dalam cold bin; 2) Lakukan pengecekan data pengadaan, dan periksa kesesuaiannya dengan hasil pemeriksaan fisik (secara visual); 3) Pastikan bahwa agregat yang ada dalam cold bin telah sesuai dengan komposisi yang ditentukan Teknik menghidupkan cold conveyor a. Prosedur menghidupkan cold conveyor Cold conveyor adalah komponen utama mesin pencampur aspal yang terakhir dihidupkan, yaitu setelah komponen lainnya, khususnya komponen penyalur agregat telah dihidupkan dan telah siap operasi. Cold conveyor dihidupkan sebelum feeder dihidupkan, untuk disiapkan menerima dan menyalurkan agregat dingin yang dikeluarkan dari cold bin melalui gate dan atau feeder. Halaman: 35 dari 71

37 b. Pemeriksaan kondisi operasi cold conveyor Secara fisik, kondisi cold conveyor ini telah diperiksa dalam kegiatan pemeliharaan harian, yaitu pemeliharaan sebelum mesin pencampur aspal dihidupkan. Mengingat kondisi cold conveyor ini sangat berpengaruh kepada proses pemanasan dan pengeringan agregat, maka untuk memastikan kesiapan operasinya, cold conveyor diperiksa kembali terutama pada komponen tertentu yang dapat mempengaruhi kinerja cold conveyor tersebut. 1) Periksa kondisi fisik sabuk (belt) dari cold conveyor dari kemungkinan ada bagian yang rusak/robek atau masih ada tersisa material atau benda lain pada belt; 2) Periksa kelurusan dan ketegangan belt; 3) Pastikan bahwa putaran motor penggerak conveyor telah distel oleh tenaga ahli (mekanik terkait) atau melalui panel kendali di ruang operator yaitu untuk mesin pencampur aspal dengan system kendali otomatis, sesuai dengan putaran yang ditentukan; 4) Pastikan cold conveyor siap operasi. c. Pemeriksaan posisi gate Cold conveyor berfungsi untuk menyalurkan agregat dari cold bin, dan pada saat cold conveyor belum dihidupkan maka tidak ada supply agregat dan belum ada gate yang terbuka atau feeder yang hidup. Langkah yang harus dilakukan adalah memeriksa posisi gate dari semua bin, dan posisinya harus dalam keadaan tertutup. 1) Periksa semua opening gate pada tiap cold bin; 2) Periksa tidak terdapat benda atau barang lain yang akan mengganggu gerakan gate; 3) Pastikan bahwa semua gate dalam posisi tertutup; d. Teknik menghidupkan cold conveyor Sebelum cold bin ini dihidupkan, harus dipastikan bahwa komponen penyalur agregat lainnya telah dihidupkan dan telah siap operasi, sedangkan cold conveyor disiapkan untuk menyalurkan agregat dari cold bin, sehingga sebelum cold bin dihidupkan tidak ada material agregat yang keluar dari cold bin. 1) Periksa kondisi operasi dryer, cold elevator atau belt conveyor, pastikan telah hidup dan siap operasi; 2) Periksa posisi bukaan gate cold bin, pastikan dalam posisi tertutup; 3) Periksa aggregate feeder, pastikan dalam posisi belum dihidupkan; 4) Aktifkan sakelar atau tekan tombol START ke posisi ON untuk menghidupkan cold conveyor. Halaman: 36 dari 71

38 FKK..MP e. Percobaan operasi cold conveyor Konveyor merupakan komponen yang sangat penting yang disiapkan menyalurkan agregat secara otomatis dan terus menerus dalam jumlah yang tetap selama mesin pencampur aspal dioperasikan Pengaturan banyaknya agregat yang disalurkan melalui konveyor ini tergantung dari kapasitas campuran yang akan diproduksi yaitu dengan pengaturan cold feeder atau kecepatan konveyor. Mengingat kondisi tersebut, maka langkah untuk menyiapkan cold conveyor untuk siap operasi harus dilakukan sebelum dioperasikan untuk menyalurkan agregat tersebut. 1) Jalankan cold conveyor tanpa beban; 2) Periksa posisi/kelurusan belt dan tidak ada bentuk berkelok, bila ternyata ada yang berkelok, stel roller di tempatt berkelok tersebut. Lekukan/kelokan tidak boleh melebihi 10 mm; 3) Periksa kondisi belt, tidak ada material lain menempel pada belt dan belt dalam kondisi baik tidak ada bagian yang rusak; 4) Periksa kecepatan belt, sesuai dengan yang ditentukan atau sesuai dengan hasil kalibrasi; 5) Pastikan kondisi operasi cold conveyor baik dan siap operasi Teknik menghidupkan vibro cold bin a. Prosedur menghidupkan vibro cold bin Vibro cold bin merupasalah satu jenis kan feeder yang berfungsi menyalurkan agregat dari cold bin ke atas cold conveyor dengan menggetarkan katup pengeluaran, sehingga komponen ini dihidupsetelah cold conve- kan Gambar 5: Cold bin dan Vibrating Feeder yor hidup dan siap operasi. b. Pemeriksaan kesiapan operasi vibro cold bin Vibro cold bin akan beroperasi selama pengoperasian mesin pencampur aspal untuk memproduksi campuran aspal panas (hotmix). Pemeriksaan kesiapan operasi tidak diperlukan secara rinci, terbatas pada pemeriksaan visual untuk memastikan kesiapan operasinya. 1) Periksa kondisi fisik motor penggerak vibro cold bin; 2) Periksa kondisi kekencangan v-belt (pada tipe terbaru tidak menggunakan v-belt sebagai penerus gerakan dari motor penggerak). Buku Informasi Edisi: Halaman: 37 dari 71

39 c. Teknik menghidupkan vibro cold bin Agregat dari cold bin disalurkan dengan menggunakan cold conveyor, dan untuk pemuatan agregat ke atas konveyor harus dibantu dengan aggregate feeder. 1) Pastikan cold conveyor telah dijalankan dan siap operasi; 2) Tekan tombol START untuk menghidupkan vibro cold bin. d. Teknik menjalankan vibro cold bin tanpa beban Keakuratan jumlah agregat yang disalurkan dari cold bin, salah satunya ditentukan oleh berfungsinya feeder yang baik sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan, misalnya putaran motor dan besarnya aplitudo getaran feeder. Untuk mendapatkan kepastian persyaratan tersebut terpenuhi, maka sebelum vibro cold bin ini dioperasikan, harus dilakukan percobaan operasi dengan menjalankan vibro cold bin tanpa beban. 1) Jalankan vibro cold bin tanpa beban; 2) Periksa getarannya, dan putaran motor penggeraknya; 3) Pastikan vibro cold bin dalam kondisi yang baik dan siap operasi Teknik menghidupkan speed feeder dan pengaturan bukaan opening gate a. Prosedur menghidupkan speed feeder Speed feeder merupakan bagian komponen penyalur agregat yang mengatur waktu pengisian agregat dari cold bin ke atas cold conveyor, sehingga fungsinya sangat penting dalam menentukan jumlah agregat yang disalurkan dalam setiap satuan waktu, yang akan mempengaruhi kualitas campuran aspal panas. Untuk memastikan komponen ini dalam kondisi siap operasi, perlu dilakukan pemeriksaan sebelum dihidupkan sehingga dalam pengoperasiannya diharapkan tidak terjadi hambatan/gangguan. b. Pemeriksaan kesiapan operasi speed feeder Sebelum speed feeder ini dihidupkan, perlu dilakukan pemeriksaan secara visual terhadap beberapa komponennya untuk memastikan kesiapan operasinya. 1) Periksa kondisi fisik motor penggerak speed feeder; 2) Periksa kondisi fisik komponen penggeraknya. c. Teknik menghidupkan speed feeder Seperti jenis feeder yang lain, speed feeder ini banyak terkait dengan ketepatan jumlah agregat dalam satuan waktu yang dapat disalurkan dari cold bin ke dalam dryer. Kondisi tersebut harus dapat dipenuhi, salah satunya dengan mengoperasikan speed feeder dengan benar dan dalam kondisi operasi yang baik. 1) Pastikan cold conveyor dan vibro cold bin telah dijalankan dan dalam kondisi baik; Halaman: 38 dari 71

40 Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi 2) Pastikan gate belum terbuka; 3) Tekan tombol START untuk menghidupkan speed feeder. feeder d. Pengaturan bukaan opening gate pada cold bin Jumlah agregat dalam satu satuan waktu yang disalurkan dipengaruhi oleh bukaan katup (gate) pada cold bin.. Aktivitas penyaluran agregat tersebut akan berlangsung terus, sehingga Cold feed gates komponen gate ini harus dalam kondisi baik untuk Gambar 6: Pengaturan bukaan gate cold bin (Contoh 2 bin) dapat menjaga kondisinya. Harus ada langkah yang tepat dalam melakukan bukaan gate tersebut. 1) Pastikan feeder dan cold conveyor telah dijalankan; 2) Periksa kondisi gate,, tidak ada bahan/benda lain yang akan mengganggu gerakan membuka gate pengeluaran pada cold bin; 3) Atur bukaan katup dengan lebar bukaan sesuai dengan bukaan yang telah ditentukan. ditentukan Penyaluran enyaluran agregat dari cold bin a. Teknik pemantauan kelancaran penyaluran agregat Setelah feeder dijalankan 1 dan telah berjalan stabil, gate dari cold bin dibuka sesuai dengan bukaan yang telah ditetapkan, agregat dialirkan dari cold bin dan 2 diterima cold conveyor untuk selanjutnya disalurkan 3 ke dalam dryer melalui belt (joint) conveyor atau cold Gambar 7: Penyaluran agregat dari cold bin (1) Cold bin elevator. (2) Agregat keluar dari gate (3) Cold conveyor Penyaluran ran agregat dari cold bin menuju ke dalam dryer berjalan dalam udara terbuka, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan terjadinya penguapan air selama penyaluran agregat sehingga akan menurunkan kadar airnya. Kelancaran aliran agregat akan memberikan pengaruh dalam produksi campuran panasnya, panasnya, sehingga diperlukan adanya langkah pemantauan kelancaran penyaluran agregat tersebut secara teratur. Buku Informasi Edisi: Halaman: 39 dari 71

41 b. Pengaturan penyaluran agregat dari cold bin Jumlah penyaluran agregat dari cold bin dalam satu satuan waktu ditentukan oleh bukaan gate pengeluaran dari cold bin dan kecepatan putar motor penggerak cold conveyor, sehingga sebelum dilakukan penyaluran agregat harus dilakukan terlebih dahulu penyetelan bukaan gate dan penyetelan putaran motor penggerak cold conveyor. 1) Periksa putaran motor penggerak cold conveyor, dan pastikan berada pada putaran yang telah ditentukan; 2) Periksa lebar bukaan gate pengeluaran pada cold bin, dan pastikan berada pada lebar bukaan yang telah ditentukan; 3) Dengan pengoperasian aggregate feeder, penyaluran agregat dari cold bin dapat berlangsung lancar dalam jumlah yang konstan untuk setiap satuan waktu. Contoh: Untuk memproduksi 30 ton per jam satu jenis campuran aspal panas, dengan proporsi aspal 5% dan agregat 95% terdiri dari agregat kasar sebesar 60% dan agregat halus sebesar 35% dan filler 5%, maka kebutuhan agregat kasar adalah sebesar 60% x 95% x 30 ton per jam = 17,1 ton per jam. Untuk contoh di atas ini maka perlu diperiksa hasil penyetelan bukaan gate bin agregat kasar pada kecepatan cold conveyor yang sudah disetel sebelumnya. Apabila pada satu kedudukan gate bukaan sudah diukur jumlah agregat yang keluar dari gate tersebut sama dengan yang diperlukan per jamnya, maka beri tanda pada gate dan pada dinding bukaan bin yang menunjukkan bahwa pada penunjuk tersebut jumlah agregat yang keluar adalah 17,1 ton per jamnya. Demikian juga untuk bin dari agregat dingin lainnya (pada contoh ini agregat halus). c. Pemantauan kelancaran penyaluran agregat pada cold conveyor Kualitas penyaluran agregat dari cold bin ditandai dengan kelancaran aliran dan kestabilan jumlah agregat dalam satu satuan waktu pada cold conveyor. Kondisi ini akan dicapai bila secara berkesinambungan dilakukan pemantauan, baik secara fisik dipantau pada cold conveyor atau melalui panel monitor di ruang operator. 1) Perhatikan kecepatan konveyor, pastikan dalam kecepatan yang konstan sepanjang pengoperasiannya; 2) Amati jumlah agregat pada konveyor, pastikan dalam jumlah yang tetap selama penyalurannya dari cold bin; 3) Perhatikan agregat tidak tercampur dengan batuan (bukan agregat) yang besar atau material lain yang terbawa dalam konveyor tersebut; 4) Pastikan penyaluran agregat dalam kondisi lancar tanpa ada hambatan (gangguan) untuk menjamin kesinambungan produksi. Halaman: 40 dari 71

42 FKK..MP d. Pemantauan kelancaran penyaluran agregat conveyor 2 Gambar 8: Komponen Penyalur Agregat (1) Belt (joint) conveyor (2) Dryer 1 pada belt (joint) Belt (joint) conveyor meneruskan menyalurkan agre gat dari cold conveyor ke dalam dryer. Penyaluran harus berlangsung lancar dengan kecepatan belt conveyor yang stabil dan jumlah agregat yang disalurkan konstan. Penyaluran agregat di atas cold conveyor dan belt conveyor menuju ke dalam dryer berjalan dalam udara terbuka, hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan terjadinya penguapan air selama penyaluran agregat. Kelancaran penyaluran agregat dalam jumlah per satuan waktu pada belt conveyor akan berbengaruh pada proses produksi campuran aspal panas, dan agar kelancaran penyaluran agregat tersebut dapat dipertahankan sepanjang pengoperasian mesin pencampur aspal, maka diperlukan pemantauan secara terus menerus terhadap kinerja dari belt conveyor tersebut. 1) Perhatikan kecepatan konveyor, pastikan dalam kecepatan yang konstan sepanjang pengoperasiannya; 2) Amati jumlah agregat pada konveyor, pastikan dalam jumlah yang tetap selama penyalurannya dari cold conveyor; 3) Perhatikan agregat tidak tercampur dengan batuan (bukan agregat) yang besar atau material lain yang terbawaa dalam konveyor tersebut; 4) Pastikan penyaluran agregat dalam kondisi lancar tanpa ada hambatan (gangguan) untuk menjamin kesinambungan produksi. e. Pemantauan kelancaran penyaluran agregat ke dalam dryer Penyaluran agregat ke dalam dryer dilakukan setelah dryer siap untuk mengeringkan dan memanaskan dryer, sehingga bila agregat masuk ke dalam dryer maka akan langsung terjadi proses pemanasan agregat. Kelancaran penyaluran agregat ke dalam dryer dan dalam jumlah yang konstan dalam satu satuan waktu menjadi persyaratan untuk menjamin proses produksi campuran aspal panas yang baik. Buku Informasi Edisi: Halaman: 41 dari 71

43 Kegiatan pemantauan terhadap kelancaran penyaluran agregat ke dalam dryer adalah kegiatan yang harus dilakukan secara teratur. 1) Perhatikan kecepatan belt conveyor dan 4 jumlah agregat yang disalurkan diatasnya, dan harus dipastikan 2 3 masuk ke dalam dryer 1 secara terus menerus tanpa hambatan. 2) Perhatikan agregat yang masuk ke dalam Gambar 9: Pemasukan agregat ke dalam dryer dryer berlangsung (1) Dryer (2) Belt (Joint) Conveyor dengan baik, tanpa (3) Lubang pemasukan (Chute) adanya agregat yang (4) Saluran gas pembuang tercecer. 3) Periksa kemungkinan ada kelainan suara dalam dryer yang berhubungan dengan adanya pemasukan agregat ke dalam dryer. f. Tindak lanjut bila terdeteksi ada ketidak lancaran penyaluran agregat dari cold bin 1) Prosedur tindak lanjut a) Setiap ada kelainan yang terdeteksi selama penyaluran agregat dari cold bin,, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan b) Jangan melakukan tindakan untuk mengatasi kelainan tersebut bila belum ada perintah dari atasan atau kegiatannya diluar kewenangan operator c) Melakukan kerjasama dengan petugas yang ditugaskan untuk mengatasi kelainan tersebut 2) Tindak lanjut bila terdeteksi ada ketidak lancaran penyaluran agregat dari cold bin a) Periksa komponen komponen penyalur agregat (misalnya kondisi gate dari cold bin, agregate feeder, komponen cold conveyor dan belt conveyor) yang terdeteksi mengalami kelainan b) Catat kelainan yang terdeteksi pada komponen tersebut dan laporkan kondisi kelainan yang ditemukan secara lebih rinci c) Laporkan hasil pemeriksaan dan temuan yang didapat serta tindakan sementara yang dilakukan untuk mencegah kerusakan yang lebih berat. d) Sementara itu komponen tidak boleh dioperasikan dahulu, menunggu gu hasil pemeriksaan atau perbaikan yang dilakukan Buku Informasi Edisi: Halaman: 42 dari 71

44 4.3 Pemanasan Agregat dalam Dryer oleh mekanik khusus yang ditugaskan mengatasi kerusakan tersebut e) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan perbaikan dengan petugas yang ditunjuk (mekanik) untuk mengatasi kelainan tersebut Teknik pengaturan nyala api pada dryer burner Pengeringan agregat (dari uap air) dan kemudian memanaskan agregat sampai temperatur tertentu berlangsung dalam dryer. Proses pengeringan dan pemanasan agregat yang baik terjadi karena: Penyalaan burner yang sempurna. Kondisi agregat yang tepat (kandungan kadar airnya rendah). Kondisi dryer yang baik (kondisi flight baik dan gerakan putarannya stabil). a. Prosedur pengaturan nyala api burner Nyala api burner ditentukan dengan tingkat kesempurnaan penyemprotan bahan bakar ke dalam silinder dryer dan kekuatan hembusan udara dari blower. Dengan tekanan yang cukup tinggi bahan bakar disemprotkan melalui nozzle pada burner ke dalam silinder dryer. Untuk kesempurnaan pengapian serta untuk mengatur jauh dekatnya semburan api dari burner tersebut, diperlukan tambahan tekanan udara yang diperoleh dari blower yang dipasang menyatu dengan burner. Penambahan tekanan bahan bakar serta tekanan angin dari blower tersebut akan menambahkan jumlah bahan bakar yang dikonsumsi dan jelas akan menambah kalori yang dihasilkan, serta menambah jauh jangkauan semburan apinya, sehingga dapat menambah panas agregat dan mempercepat penurunan kadar air agregat. Maka untuk pengaturan nyala api pada dryer burner ini, diperlukan keakuratan pengaturan semprotan bahan bakar dan pengaturan kekuatan hembusan udara dari blower. b. Pendeteksian kondisi penyalaan burner Sebelum agregat disalurkan ke dalam dryer secara terus menerus, perlu dilakukan pemanasan dryer dalam kondisi kosong tanpa agregat sesuai dengan prosedur, misalnya untuk mesin pencampur aspal yang dilengkapi dengan pengumpul debu jenis baghouse, dryer dioperasikan selama kurang lebih 2 menit pada penyalaan burner yang rendah. Bila komponen yang terkait dengan pemanasan agregat telah siap operasi (misalnya exhaust fan, blower, dryer dan pompa bahan bakar) dan penyalaan burner telah stabil, maka penyaluran agregat telah dapat dimulai. Halaman: 43 dari 71

45 FKK..MP Kondisi nyala api burner ini akan menentukan kualitas pemanasan agregat, dan secara terus menerus harus dipantau untuk dapat dideteksi kondisi penyalaannya untuk menghasilkan agregat dengan temperatur pada rentang yang ditentukan. 1) Perhatikan nyala api burner dan pastikan dalam kondisi stabil pada tingkat penyalaan yang dibutuhkan; 2) Perhatikan kondisi gas buang dan pastikan dalam kondisi bersih (tidak ada polusi) dan stabil. c. Pengaturan nyala burner Penyalaan burner untuk memanaskan agregat dalam dryer akan berhasil memanaskan agregat sampai temperatur yang telah ditentukan (umumnya antara C C) bila didukung dengan kondisi agregat yang memenuhi persyaratan, diantaranya: Jumlah agregat sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan; Kandungan air dalam agregat sesuai dengan ketentuan (5%). Bila terjadi kandungan air dalam agregat melebihi 5% akan mempengaruhi temperatur agregat yang dipanaskan, yaitu akan lebih rendah dari temperatur yang telah ditentukan, maka perlu diambil langkah untuk mengatasi kelainan tersebut, misalnya: 1) Tingkatkan nyala api burner pada kapasitas penuh untuk meningkatkan pemanasan agregat; 2) Bila belum berhasil, lakukan pengurangan jumlah agregat yang disalurkan ke dalam dryer. Hubungan antara kandungan air dalam agregat dan kapasitas pemanasan dalam dryer dengan temperatur udaraa luar 15 o C dapat digambarkan sebagai berikut: Kandungan air Kapasitas pemanasan 12% 45% 10% 57% 8% 63% 7% 78% 6% 87% 5% 100% Bagian dalam dryer Uap air Burner Uap air Udara masuk Gambar 10: Hubungan kandungan air dalam agregat dan kapasitas pemanasan dryer Buku Informasi Edisi: Halaman: 44 dari 71

46 FKK..MP Air akan menjadi uap air bila dipanaskan dalam dryer dengan perbandingan volume air dengan uap air adalah 1 : Jadi bila agregat dengan kandungan air yang tinggi dipanaskan, maka dryer akan penuh dengan uap air. Exhaust fan akanan bekerja dengan kapasitas penuh tapi hanya menghisap uap air, sehingga tidak dapat menyediakan O 2 yang cukup untuk pembakaran. Akibatnya jumlah penyalaan menurun dan penyalaan tidak sempurna Maka langkah pengaturan nyala api burner adalah mengatur besar nyala api sesuai dengan jumlah agregat yang sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan dan kandungan air dalam agregat tidak melebihi dari yang ditentukan. 1) Periksa data spesifikasi agregat yang akan disalurkan ke dalam dryer, dan pastikan kandungan air dalam agregat tidak melebihi dari yang ditentukan; 2) Periksa tekanan pompa bahan bakar dan blower, pastikan berada padaa posisi tekanan yang dibutuhkan untuk menghasilkan penyalaan yang sempurna sesuai kebutuhan pemanasan agregat; 3) Atur tekanan pompa bahan bakar dan blower, bila diperlukan untuk menyesuaikan dengan kondisi agregat yang masuk ke dalam dryer. d. Pemantauan kestabilan nyala burner selama pemanasan agregat dalam dryer Pengaturan penyalaan burner dilakukan untuk menghasilkan agregat panas dengan temperatur sesuai dengan yang ditentukan. Setelah tercapai temperatur agregat berada pada rentang temperatur yang ditentukan, maka penyalaan api burner dipetahankan pada tingkat penyalaan tersebut. 1) Lakukan pemeriksaan tepompa kanan bahan bakar, pastikan berada pada tekanan yang stabil yang menghasilkan pe- 2 1 nyalaann burner yang sesuai dengan posisi temperatur agregat yang ditentukan; 2) Periksa kondisi hembusan udara dari blower, pastikan berada pada kecepatan hembusan Gambar 11: Dryer Burner yang stabil untuk (1) Dryer (2) Dryer Burner menghasilkan penyalaan burner sesuai dengan posisi temperatur agregat yang ditentukan; Buku Informasi Edisi: Halaman: 45 dari 71

47 FKK..MP ) Lakukan pemantauan gas pembuangan yang keluar dari cerobong asap dan pastikan dalam kondisi bersih tidak ada potensi pencemaran Pemantauan temperatur agregat dalam dryer a. Teknik pemantauan temperatur agregat panas dalam dryer Proses pengeringan dan pemanasan agregat dalam dryer merupakan proses kritis dalam kegiatan produksi campuran aspal panas, karena kondisi panas aspal yang tepat sesuai dengann temperatur yang ditentukan akan mempengaruhi terjadinya pencampuran yang baik dari agregat, aspal dan filler yang pada akhirnya akan merupakan salah satu unsur penentu produksi campuran aspal panas yang memiliki kualitas yang baik. 1) Konstruksi dryer Konstruksi dryer berbentuk silinder dengan panjang dan diameter tertentu berdasarkan kapasitas maksimumm produksi yang direncanakan per jamnya. Silinder dryer ditumpu di atas 2 (dua) pasang bantalan rol putar, serta silinder dryer ini bergerak berputar, melalui roda gigi sekeliling silinder yang dihubungkan dengan motor listrik. Di bagian dalam dinding silinder dryer ini dipasang sudu-sudu yang terbuat dari pelat baja cekung atau biasa disebut lifting flights. Gambar 12: Silinder Dryer Dryer dipasang pada posisi miring + 3,5 o -5 o untuk membantu pengaliran agregat dalam dryer. Dryer dapat dibagi menjadi 4 bagian dalam aliran agregat, dimana agregat dimasukkan pada satu sisi dan keluar dari sisi lainnya, dengan pembagian sebagai berikut: Bagian A, adalah bagian pengeluaran agregat, dimana temperatur agregat telah mencapai temperatur yang ditentukan; Buku Informasi Edisi: Halaman: 46 dari 71

48 FKK..MP Bagian B, adalah bagian untuk penyesuaian perbedaan temperatur antara agregat kasar (coarse) dan agregat halus; Bagian C, adalah bagian pengisian yang bergerak cepat ke arah tengah dari dryer sambil melakukan pengeringan; Bagian D, adalah bagian pengisian agregat pada awal pemasukan ke dalam dryer. 2) Proses pemanasan agregat Di bagian dalam dinding silinder pengering ini dilas sudu-sudu yang terbuat dari pelat baja cekung atau biasa disebut lifting flights. Sudu-sudu ini ditempatkan sedemikian rupa sehingga dapat mengangkat agregat yang sedang dikeringkan ke atas dan sekaligus menjatuhkannya sehingga agregat yang jatuh tersebut dapatat membentuk tirai. Pembentukann tirai agregat terse- kesempatan but memberikan pemanasan agregat yang lebih cepat dan lebih merata. Gambar 13: Sudu-sudu (flight) Terdapat 4 macam flight yang dipasang pada permukaan dalam dari silinder dryer dengan tujuan kegunaannya yang berbeda-beda, yang masing-masing jenis flight memiliki bentuk tersendiri. Kadang- (cage) untuk kadang dipasang flight dengan suatu bentuk sangkar meningkatkan efisiensi dan penghematan energi. b. Pendeteksian temperatur agregat panas pada dryer secara periodik 1) Pengendalian temperatur a) Temperatur agregat yang tepat sesuai dengan temperatur yang ditentukan adalah sangat mendasar, karena temperatur agregat ini, bukan temperatur aspal, akan menentukan temperatur dari campuran aspal panas (hot mix aspal, HMA). Agergat dengan temperatur yang lebih tinggi akan mengeraskan aspal selama pencampuran (mixing), sedangkan temperatur yang lebih rendah dari yang ditentukan akan menyulitkan penyelimutan agregat oleh aspal yang mengakibatkann kesulitan dalam penggelaran aspal di lapangan. b) Pengendalian temperatur dilakukan dengan melakukan pemantauan temperatur agregat yang keluar dari dryer, yaitu dengan menempatkan pengukur temperatur agregat pada lokasi dekat keluarnya agregat dari dryer. Buku Informasi Edisi: Halaman: 47 dari 71

49 Gambar 14: Pyrometer yang ditempatkan pada saluran pengeluaran dari dryer Alat pengukur temperatur agregat yaitu pyrometer digunakan untuk memantau temperatur agregat yang keluar dari dryer. Hasil/rekaman pyrometer ditempatkan di ruang operator. Alat pengukur temperatur yang baik akan membantu dalam penyediaan data: Rekaman temperatur agregat yang akurat; Mengindikasikan perubahan-perubahan temperatur yang mungkin diakibatkan oleh kekurangan pengendalian dan kekurangseragaman dalam proses pengeringan dan pemansasan 2) Pemeriksaan keakuratan pyrometer Secara periodi pyrometer ini perlu diperiksa keakuratan hasil pengukurannya oleh teknisi/mekanik yang kompeten, dengan menggunakan beberapa metode, misalnya: Menggunakan alat pengukur temperatur lain (thermometer) yang telah teruji keakuratannya, untuk mengukur temperatur agregat yang keluar dari dryer dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan, hasilnya dibandingkan dengan pengukuran pyrometer, atau Menggunakan agregat sampling yang dikeluarkan dari dryer dan diukur temperaturnya dengan metode pengukuran temperatur tertentu, hasilnya dibandingkan dengan pengukuran pyrometer; Pembacaan thermometer harus menghasilkan data yang akurat. 3) Pemantauan temperatur agregat yang keluar dari dryer Pemantauan temperatur agregat yang keluar dari dryer harus dilakukan secara teratur untuk menghasilkan keseragaman panas agregat yang akan disalurkan ke dalam mixer untuk memroduksi campuran aspal panas. a) Periksa temperatur agregat panas yang keluar dari dryer melalui pyrometer dari rekaman data pada ruang operator; b) Catat perubahan temperatur yang kemungkinan memerlukan tindak lanjut. Halaman: 48 dari 71

50 c. Pemantauan kestabilan temperatur agregat yang keluar dari dryer Temperatur campuran aspal panas banyak ditentukan oleh temperatur agregat, sehingga temperatur agregat yang stabil merupakan salah satu persyaratan untuk menjaga kualitas campuran aspal panas yang diproduksi. 1) Periksa data hasil pengukuran temperatur agregat yang keluar dari dryer pada rekaman data yang terdapat di ruang operator; 2) Pastikan kondisi temperatur agregat stabil, dengan fluktuasi perubahan yang terjadi masih dalam rentang temperatur yang ditentukan; 3) Laporkan bila terjadi ketidakstabilan temperatur agregat, dan lakukan tindakan untuk menyetabilkannya kembali Tindak lanjut bila temperatur agregat tidak sesuai dengan ketentuan a. Pelaksanaan tindak lanjut bila ada ketidaksesuaian temperatur agregat dalam dryer Pada dasarnya untuk pelapisan yang sempurna agregat dengan aspal, dipersyaratkan agregat dan aspal harus dipanaskan sampai temperatur yang ditentukan, agregat harus benar-benar kering, dan waktu pencampuran (mixing time) harus mencukupi sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sedangkan filler biasanya dipanaskan dengan panas agregat pada saat filler dimasukan ke dalam mixer. Kondisi tersebut diatas memerlukan perhatian khusus terhadap pengendalian temperatur, yang menjadi kunci keberhasilan dalam pengoperasian mesin pencampur aspal. Bila agregat tidak dipanaskan dengan baik dan tidak benar-benar kering, maka tidak akan terjadi pelapisan secara sempurna dengan aspal dan proses pelapisan aspal akan lebih lambat. Sebaiknya selisih temperatur agregat dan aspal tidak melebihi 14 o C. Maka bila terjadi ketidaksesuaian temperatur agregat dalam dryer, perlu segera dilakukan tindak lanjut, misalnya: 1) Pada pengendalian otomatis (automatic dryer control), secara otomatis akan mengatur temperatur agregat yang keluar dari dryer berada pada rentang temperatur yang telah ditentukan. 2) Pada pengendalian secara manual, memerlukan perhatian dalam menerapkan langkah mengatasi kondisi tersebut. a) Mengatur nyala api burner; b) Bila tidak berhasil, harus mengatur jumlah pasokan agregat dari cold bin. c) Bila tidak berhasil, maka harus segera dilaporkan untuk tindak lanjut dari teknisi/tenaga ahlinya. b. Penyesuaian pasokan agregat ke dalam dryer Salah satu langkah untuk mengatasi ketidaksesuaian temperatur agregat dalam dryer adalah dengan menyesuaikan pasokan agregat. Halaman: 49 dari 71

51 Kondisi seperti ini biasanya terjadi bila kandungan air dalam agregat dingin yang dimasukkan ke dalam dryer melebihi batas yang telah ditentukan (5%), dan setelah langkah pertama dengan meningkatkan nyala api burner tidak berhasil memanaskan agregat sampai rentang temperatur yang ditentukan. 1) Periksa data temperatur agregat melalui rekaman pengukur temperatur (pyrometer); 2) Dalam kondisi temperatur agregat lebih rendah dari rentang temperatur yang ditentukan, maksimalkan nyala api burner; 3) Bila tidak berhasil, lakukan pengurangan pasokan agregat dari cold bin secara bertahap sampai tercapai temperatur agregat pada rentang temperatur yang ditentukan. 4) Laporkan kondisi pemanasan agregat ini, untuk dapat dilakukan tindak lanjut yang lebih tepat, misalnya dengan pengukuran kadar air dalam agregat secara teliti melalui metode yang tepat. c. Tindak lanjut bila terdeteksi penyalaan burner tidak sempurna Temperatur agregat dalam dryer harus dikendalikan dalam rentang temperatur yang ditentukan (170 0 C C), yang salah satunya dengan menjaga agar penyalaan burner selalu dalam kondisi baik dapat memanaskan agregat secara terus menerus untuk mencapai temperatur yang ditentukan. Penyalaan burner akan mengalami hambatan bila pada sistem penyalaannya ada gangguan, misalnya nozzle atau stabilizer tersumbat kotoran (kerak carbon atau sisa bahan bakar). Bersihkan nozzle dari kotoran, dengan melepas cover depan dan langsung ujung nozzle dibersihkan dari kotoran. Kondisi yang baik dari nozzle akan menghasilkan penyalaan yang baik Gambar 15: Contoh penyalaan burner yan baik dan merata dalam dryer. 4.4 Teknik Penyaluran Agregat Panas ke dalam Hot bin Penyaluran agregat panas ke dalam vibrating screen a. Teknik penyaluran agregat panas ke dalam vibrating screen Setelah agregat dikeringkan dan dipanaskan dalam dryer, agregat ini disalurkan ke dalam vibrating screen melalui hot elevator. Halaman: 50 dari 71

52 FKK..MP FILLER ELEVATOR VIBRATING SCREEN HOT BIN HOT ELEVATOR DRYER BURNER Gambar 16: Komponen penyalur agregat panas dari dryer - Hot elevator - Vibrating screen - Hot bin Di dalam vibrating screen, agregat disiapkan untuk disaring melalui beberapa ukuran saringan menjadi beberapa fraksi untuk selan- fraksi agre- jutnya disalurkan gat tersebut ke dalam hot bin. Kapasitas saringan harus seimbang dengan kapasitas dryer dan kapasitas mixer, sehingga semua agregat yang disalurkan dapat meme- pencampuran nuhi kebutuhan aspal setiap kali proses pencampuran. Untuk menjaga tidak terjadi kelebihan atau kekurangan agregat, pemeriksaan screen secara visual untuk kebersihan dan kondisi lainnya, harus selalu dilakukan. b. Pendeteksian kondisi/temperatur agregat yang keluar dari dryer Kondisi agregat, khususnya temperatur agregat harus mendapat perhatian untuk diperiksa pada setiap berlangsungnya suatu proses dari agregat panas tersebut, sehingga pendeteksian temperatur agregat panas harus dilakukan secara teratur. 1) Salah satu kegiatan pemeriksaan temperatur agregat panas adalah padaa saat agregat tersebut keluar dari dryer, yang datanya dapat dilihat pada data rekaman hasil pengukuran pyrometer di ruang operator; 2) Harus dapat dipastikan bahwa temperatur agregat panas berada padaa rentang temperatur yang ditentukan. c. Pemeriksaan kondisi operasi hot elevator Hot elevator digerakan dengan menggunakann rantai melalui mekanisme sprocket yang diputar motor penggerak (motor listrik), dan yang perlu mendapat perhatian pada pemeriksaan kondisi operasi hot elevator ini adalah: 1) Kondisi sprocket dan rantai dari keausan, yang akan mengganggu kestabilan penyaluran agregat dari dryer; 2) Kondisi bucket dari keausan atau kebocoran yang dapat mengurangi jumlah penyaluran agregat dari dryer ke dalam vibrating screen; Buku Informasi Edisi: Halaman: 51 dari 71

53 FKK..MP ) Pastikan hot elevator telah dihidupkan dan telah siap menyalurkan agregat panas dari dryer ke dalam vibrating screen. d. Pemeriksaan kondisi operasi vibrating screen Vibrating screen merupakan komponen penyalur agregat panas yang berfungsi memilah atau menyaring agregat panas dari dryer sesuai dengan ukuran/fraksinya, sebelum diteruskan ke dalam hot bin. 1) Kondisi operasi vibrating screen yang memerlukan perhatian adalah kondisi ayakan (sieve) dari kebersihannya (tidak ada penyumbatan) dan tidak ada kebocoran karena rusak. 2) Pastikan vibrating screen telah dihidupkan dan telah siap untuk menerima agregat dari hot elevator; e. Teknik pengoperasian hot elevator Hot elevator harus dapat menyalurkan semua agregat panas yang keluar dari dryer, sehingga hot elevator ini telah lebih dahulu dihidupkan sebelum dryer dihidupkan. Agregat panas dalam hot elevator ini disalurkan ke dalam vibrating screen,, sehingga semua agregat dapat tersalurkan dengan baik. 1) Pastikan vibrating screen telah dihidupkan dan telah siap menerima agregat panas yang disalurkan dari hot elevator; 2) Periksa kondisi operasi hot elevator dan pastikan dalam kondisi baik, siap menyalurkan agregat dari dryer ke vibrating screen. 3) Perhatikan selama penyaluran agregat adanya bunyi yang terjadi karena bersinggungannya bucket dengan pelindung elevator (elevator casing), dan adanya agregat kembali ke dasar (penampungan) dan tidak masuk kembali ke dalam screen Penyaringan agregat panas dalam vibrating screen a. Teknik penyaringan agregat dalam vibrating screen Unit screening ter- di dalamnya masuk seperangkat ayakan dengan ukuran yang berbeda-beda. Ayakan pertama merupakan saringan yang menyaring dan mengeluarkan agre- yang oversize. gat Gambar 17: Unit Saringan (Screening Unit) Diikuti dibawahnya dengan satu atau dua saringan dengan ukuran yang lebih halus (intermediate-size screen), yang berurutan dari atas Buku Informasi Edisi: Halaman: 52 dari 71

54 ke bawah dengan ukuran screen yang mengecil, dan yang paling bawah adalah saringan yang paling halus untuk pasing (sand screen). 1) Saringan melakukan pemisahan agregat ke dalam ukuran agregat yang spesifik sesuai dengan gradasinya, dan untuk itu diperlukan ukuran screen yang cukup luas untuk dapat menampung agregat yang disalurkan. Kondisi screen harus bersih dan dalam kondisi baik. 2) Kapasitas screen harus seimbang dengan kapasitas dryer dan kapasitas mixer. Bila agregat yang disalurkan ke dalam screen terlalu banyak atau lubang ayakan banyak tersumbat, maka akan banyak agregat yang tidak tersaring dan akan masuk langsung ke dalam bin untuk ukuran agregat yang besar. Dalam kondisi yang sama, bila ayakan yang aus dan sobek, maka terjadi lubang ayakan yang besar, sehingga agregat kasar (coarse) akan masuk ke dalam bin yang disiapkan untuk agregat halus. 3) Kesalahan penyaluran agregat yang lebih halus masuk ke dalam bin yang disiapkan untuk agregat agak kasar, kondisi ini disebut carry-over. Carry-over yang berlebihan harus dapat dideteksi dengan analisa ayakan (sieve analysis), dan harus segera diatasi dengan membersihkan ayakan atau mengurangi jumlah agregat yang disalurkan dari cold feeder, atau kedua-duanya dilakukan. Bin No. 2 (bin untuk agregat agak halus/intermediate fine aggregate) termasuk bin yang kritis terhadap carry-over, yang menerima agregat paling halus dalam carry-over yang berdampak kepada kebutuhan aspal yang lebih banyak untuk memroduksi campuran aspal panas. 4) Untuk mencegah terjadinya carry-over yang berlebihan (batas maksimum 10%), sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan harian kebersihan screen dan kondisi lainnya, terutama sebelum operasi. b. Pendeteksian kapasitas vibrating screen Luas permukaan dari screen harus seimbang dengan agregat panas yang dikeluarkan dryer, proporsi agregat dari sistem pemasok agregat dingin dan kapasitas pugmill (mixer). Apabila material dari pemasok agregat dingin (cold feeder) tidak sama dengan proporsi yang dibutuhkan dari setiap hot bin, maka screen akan menyaring agregat sesuai pasokan sehingga terjadi sebagian ruang hot bin akan kekurangan pasokan dan sebagian lagi berlebihan. Masalah ini dapat terjadi dalam pencampuran dan hasilnya tidak terpakai karena tidak memenuhi spesifikasi. 1) Periksa kesesuaian screen yang terpasang dengan pasokan agregat dari cold feeder; Halaman: 53 dari 71

55 FKK..MP ) Segera dilaporkan kalau terdeteksi terdapat ketidaksesuaian antara kapasitas screen dengan jumlah pasokan agregat dari cold feeder untuk dilakukan penyesuaian; 3) Sebaiknya tidak melakukan pengoperasian mesin pencampur aspal sebelum dilakukan penyesuaian kapasitas screen dengan pasokan agregat. c. Pengoperasian vibrating screen Getaran dari ayakan (screen) ditentukan berdasarkan langkah getaran (amplitudo), sehingga dengan getaran yang tepat akan menghasilkan material yang disaring dapat memenuhi proporsi yang ditentukan, sedangkan putaran motor yang menentukan kecepatan atau jumlah getaran telah ditentukan lebih dahulu. 1) Periksa amlplitudo dari ayakan (screen) 2) Periksa saluran penghisap debu dari kemungkinan tersumbat 3) Periksa kelainan selama dioperasikan 4) Vibrating screen dijalankan sebelum hot elevator dan dryer dihidupkan sehingga telah siap menerima agregat panas yang harus disaring setelah dipanaskan dan disalurkan dari dryer melalui hot elevator. 1 2 a 3 b c d Keterangan Gambar: (1) Hot elevator (2) Vibrating screen (3) Hot bin (a) Bin No.1 agregat halus (b) Bin No.2 agregat agak halus (c) Bin No.3 agregat agak kasar (d) Bin No.4 agregat kasar Gambar 18: Penyaluran Agregat d. Pemantauan kondisi operasi vibrating screen Beroperasinya vibrating screen karena berputarnya poros aksentris yang menjadikan screen bergetar selama dioperasikan untuk menyaring agregat panas sesuai dengan ukuran ayakan yang terpasang, yang telah disesuaikan dengan jumlah pasokan agregat dari cold feeder. Buku Informasi Edisi: Halaman: 54 dari 71

56 FKK..MP Bergetarnya komponen vibrating screen akan berdampak kepada adanya kemungkinan adanya kerusakan atau kelonggaran baut pengikat komponen tersebut. 1) Periksa kemungkinan ada kelainan suara selamaa pengoperasian; 2) Periksa kemungkinan adanya baut pengikat yang longgar; 3) Periksa kemungkinan ada penyumbatan pada ayakan Pemantauan kesesuaian gradasi agregat yang masuk ke dalam hot bin a. Teknik pemantauan agregat panas yang masuk ke dalam hot bin Hot bin digunakan untuk penampungan sementara agregat panas dalam berbagai ukuran sesuai dengan yang diperlukan untuk produksi campuran aspal panas. Hot bin merupakan suatu ruang penampung yang cukup besar, terbagi dalam beberapa bagian ruangan (biasanya 4 bagian ruangan/kompartemen) yang dipisah dengan partisi/dinding. Masing-masing kompartemen cukup besar untuk mampu menampung agregat sesuai gradasinya dalam jumlah yang mencukupi untuk pengoperasian mesin pencampur aspal dalam kapasitas penuh. 1) Tiap kompartemen hot bin dilengkapi dengan indikator yang menginformasikan permukaan agregat dalam bin berada dibawah permukaan yang ditentukan. Sistem operasi indikator tersebut terdiri dari indikator dengan sistem operasi listrik atau mekanikal. Misalnya pada electronic indicator (tipe diapragma/diaphragm type) ), dipasang pada sisi dinding hot bin. Gambar 19.a: Diagram indikator tipe diapragma Agregat menekan diapragma, indikator bekerja Gambar 19.b: Diagram indikator tipe diapragma Agregat turun dibawah indikator, aliran listrik menyalakan lampu peringatan 2) Tiap bin dilengkapi dengan pipa overflow untuk mencegah terjadinya jumlah agregat yang berlebihan dalam bin, yang bisa melimpah ke ruang bin lainnya. Pipa overflow juga mencegah terjadinya pengisian yang berlebihan yang dapat mengakibatkan ayakan di atas bin menumpang di atas agregat dan akan terjadi carry-over yang besar dan kemungkinan dapat merusak screen. Buku Informasi Edisi: Halaman: 55 dari 71

57 Diperlukan pemeriksaan secara teratur untuk memastikan pipa overflow bersih dan dapat berfungsi bila terjadi overflow. 3) Masalah lain yang mungkin timbul dalam penyaluran agregat ke dalam hot bin adalah: a) Kekurangan agregat dalam satu bin (dan kelebihan agregat dalam bin lain); b) Keausan gate di bagian bawah bin (yang menyebabkan kebocoran agregat dari bin masuk ke dalam kotak penimbang); c) Dinding bin basah (disebabkan terjadinya kondensasi uap air). b. Pemantauan penyaluran agregat panas dari vibrating screen ke dalam hot bin Agregat panas yang telah 1 disaring dalam vibrating screen, langsung disalurkan ke dalam masingmasing ruang hot bin 2 sesuai dengan gradasinya. Namun kemungkinan terjadi kondisi yang tidak sesuai dengan ketentuan, sehingga perlu adanya pemantauan yang teratur terhadap penyaluran Gambar 20: Penyaluran agregat dari vibrating screen (1) Vibrating screen, (2) Hot bin, (3) Saluran carry-over, (4) Kotak penimbang, (5) Mixer agregat ke dalam hot bin tersebut. 1) Periksa kondisi ayakan pertama dalam kondisi baik, dan pastikan agregat kasar (oversize) tersalurkan ke tempat penampungan; 2) Periksa kondisi ayakan untuk menghindarkan terjadinya carry-over; 3) Periksa pipa overflow, dalam kondisi bersih dan dapat berfungsi bila terjadi overflow; 4) Periksa kondisi permukaan agregat dalam tiap ruang hot bin, dan pastikan tidak terjadi kekurangan pasokan. c. Pendeteksian kesesuaian gradasi agregat panas yang masuk ke dalam hot bin dengan gradasi yang telah ditentukan Mesin pencampur aspal tipe batch dilengkapi dengan alat untuk mengambil contoh (sampling) agregat dari tiap bin pada hot bin. Alat ini mengalihkan aliran agregat dari gates di bawah bin ke penampung sampling (seharusnya aliran agregat ke kotak penimbang). Halaman: 56 dari 71

58 FKK..MP Dari aliran material yang melalui screen, agregat halus jatuh ke satu sisi dan agregat kasar ke sisi lainnya. Pada saat agregat di keluarkan dari hot bin dengan membuka gate pada dasar bin, aliran agregat sebagian besar terdiri dari agregat halus di satu sisi dan agregat kasar di sisi Gambar 21: Aliran agregat dari screen lainnya. Oleh karena itu, posisi dari alat pengambil contoh yang berada pada aliran material yang keluar dari bin menenapakah sampel tukan tersusun dari bagian agregat halus, agregat kasar, atau menunjukan kondisi yang Gambar 22: Aliran agregat dari bin ke tepat dari agregat yang ada dalam kotak sampel dalam hot bin sesuai gradasi yang ditentukan. Pendeteksian kesesuaian gradasi agregat panas yang masuk ke dalam masing-masing hot bin dengan metode sampel ini dilakukan secara berkala untuk menjaga kualitas campuran aspal panas (Hot Mix Asphalt/HMA), dan dilakukan oleh tenaga ahli dalam bidangnya atau teknisi laboratorium. d. Pemantauan adanya overflow atau kekurangan pasokan agregat Karena suatu kondisi tertentu, misalnya adanya kerusakan ayakan atau pasokan agregat dari cold feeder yang tidak tepat, dapat terjadi kelebihan pasokan pada salah satu bin dan kekurangan pasokan pada bin yang lain. 1) Periksa kondisi ayakan dari kemungkinan adanya kerusakan (bocor); 2) Periksa kondisi pipa overflow dan pastikan dalam kondisi bersih. e. Tindak lanjut yang tepat bila terdeteksi kelebihan atau kekurangan jumlah pasokan 1) Prosedur tindak lanjut a) Setiap ada kelainan yang terdeteksi selama melakukan penyaluran agregat panas, harus dicata dan dilaporkan kepada atasan; b) Jangan melakukan tindakan perbaikan bila belum ada perintah dari atasan atau perbaikannya diluar kewenangan operator; Buku Informasi Edisi: Halaman: 57 dari 71

59 FKK..MP c) Melakukan kerjasama dengan petugas perbaikan (mekanik) yang ditugaskan untuk mengatasi kelainan tersebut 2) Tindak lanjut bila terdeteksi ada kelebihan atau kekurangan jumlah pasokan a) Periksa kondisi ayakan dari kemungkinan rusak (robek) yang akan meloloskan agregat kasar ke dalam bin untuk agregat halus (carry-over) dan jumlah agregat yang berlebihan pada bin tersebut; b) Bila kelebihan atau kekurangan agregat disebabkan ketidak- tepatan pasokan dari cold feeder, lakukan penyesuaian pasokan agregat secara bertahap; c) Catat kelainan yang terdeteksi penyalurann agregat tersebut dan laporkan kondisi kelainan yang ditemukan secara lebih rinci; d) Laporkan tindak lanjut awal yang dilakukan dan temuan yang didapat untuk mencegah ketidak-sesuaian pasokan yang lebih berat; e) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan pemeriksaan dan perbaikan dengan petugas yang ditunjuk (mekanik) untuk mengatasi kelainan tersebut. 4.5 Teknik Penyalurann Filler ke dalam Filler Hopper Pemeriksaan persediaan filler a. Teknik pemeriksaan persediaan filler dalam silo Keterangan Gambar: (1) Elevator pengisi silo (2) Konveyor ulir penyalur filler dari silo (3) Elevator pengisi filler hopper (4) Filler hopper (5) Konveyor ulir pengisi penimbang (6) Kotak penimbang filler (7) Leveler (pengukur permukaan tertinggi) (8) Leveler (pengukur permukaan terendah) Gambar 23: Komponen penyalur filler 1) Mengisi filler ke dalam filler silo dan menyalurkan ke dalam filler hopper. a) Apabila elevator pengisi silo ini dioperasikan maka permukaan filler dalam silo akan naik; Buku Informasi Edisi: Halaman: 58 dari 71

60 b) Apabila konveyor ulir pada dasar lubang pengeluaran silo dioperasikan untuk menyalurkan filler ke dalam filler hopper melalui filler elevator, maka permukaan filler dalam silo akan turun. c) Harus dijaga agar permukaan filler ini dalam kondisi cukup, berada diantara titik tertinggi dan terendah 2) Pemeriksaan persediaan filler dalam silo Bila pada pengoperasian mesin pencampur aspal menggunakan filler sebagai material campuran aspal panas, maka kondisi dan persediaan filler harus disiapkan dalam kondisi baik (terurai, tidak menggumpal atau basah) dan dalam jumlah yang mencukupi untuk proses produksi. b. Pendeteksian jumlah filler yang tersedia dalam silo melalui pengukur permukaan (leveler) tertinggi dan terendah Pada filler silo telah dipasang alat pengukur permukaan filler (leveler) untuk mendeteksi persediaan filler. Pengoperasian secara otomatis, untuk start dan stop dengan sinyal dari pengukur permukaan, baik untuk kegiatan penimbangan maupun pengisian filler yang diatur dari control panel penimbangan. 1) Bila dioperasikan penimbangan filler. Permukaan filler dalam hopper akan turun (bila terdeteksi oleh sinyal pengukur permukaan filler dalam hopper, maka sinyal secara otomatis dikirim ke rangkaian START screw conveyor). 2) Bila dioperasikan pengisian filler. Permukan filler dalam hopper akan naik (bila terdeteksi oleh sinyal pengukur permukaan filler dalam hopper, maka sinyal secara otomatis dikirim ke rangkaian STOP screw conveyor). c. Penambahan material filler pada saat yang tepat (bila diperlukan) Apabila penurunan permukaan terdeteksi, komponen pengisi filler start setelah beberapa waktu yang ditentukan (penurunan permukaan filler dalam bin terdeteksi setelah waktu yang diset (kurang lebih 20 detik) untuk pengisian, sampai permukaan filler terdeteksi oleh sinyal leveler permukaan filler tertinggi dan mengirim sinyal tersebut ke panel kendali penimbang filler untuk menghentikan (stop) pengisian. Pengaturan untuk pengisian/penambahan dan penyaluran filler tersebut dilakukan dari panel kendali penimbangan filler di ruang operator. Halaman: 59 dari 71

61 4.5.2 Teknik penyaluran filler ke dalam hopper a. Prosedur penyaluran filler ke dalam hopper Penyaluran filler ke dalam filler hopper (4) berlangsung setelah screw conveyor (2) yang berada pada dasar filler silo menerima sinyal dari panel kendali penimbang agregat yang mendeteksi filler dalam filler hopper telah sampai batas minimum. (lihat Gambar: 20) Filler dari konveyor ulir (screw conveyor) disalurkan ke dalam filler hopper melalui elevator pengisi hopper (3), dan bila filler dalam hopper telah mencapai batas maksimum, sinyal dari panel kendali penimbang filler akan dikirim ke konveyor ulir (screw conveyor)(2) untuk menghentikan penyaluran filler. b. Pemeriksaan kondisi operasi filler elevator Terdapat dua filler elevator, yaitu elevator untuk pengisi filler silo dan elevator untuk pengisi filler hopper, dimana pada proses penimbangan material campuran aspal panas (agregat, filler dan aspal), elevator pengisi filler hopper tingkat pengoperasiannya lebih sering dibandingkan dengan elevator pengisi filler silo. Pemeriksaan kondisi operasi lebih ditekankan kepada kelancaran penyaluran filler, terutama pada penyaluran filler ke dalam filler hopper. 1) Periksa kondisi bucket elevator dari kemungkinan aus atau terdapat filler padat yang menempel pada bucket; 2) Periksa kondisi rantai dan sprocket, pastikan dalam kondisi baik yang terdeteksi dari gerakan elevator yang tenang tidak banyak guncangan; 3) Periksa kemungkinan adanya kelainan suara pada gerakan operasi elevator. c. Teknik pengoperasian filler elevator Filler elevator berfungsi untuk mengisi filler hopper, yang selanjutnya filler tersebut disalurkan ke dalam kotak penimbang filler melalui screw conveyor. 1) Periksa kondisi/volume filler dalam filler hopper melalui leveler; 2) Bila leveler memberikan sinyal kepada panel kendali penimbang filler bahwa filler telah mencapai batas minimum, maka komponen pengisi filler akan beroperasi: a) Elevator pengisi filler hopper (3) dihidupkan lebih dahulu untuk dapat menerima filler yang disalurkan dari filler silo melalui konveyor ulir (screw conveyor)(2); b) Elevator pengisi filler hopper dimatikan setelah filler hopper penuh dan konveyor ulir (screw conveyor) dimatikan (tidak ada aliran filler). Halaman: 60 dari 71

62 4.5.3 Pemantauan daya tampung filler hopper a. Teknik pemantauan daya tampung filler hopper Filler hopper mempunyai daya tampung sekitar lima kali batchs, dilengkapi dengan leveler untuk posisi atas dan bawah yang dipasang pada dinding filler hopper. Filler dari hopper ini selanjutnya disalurkan ke dalam kotak penimbang filler melalui katup putar (rotary valve) pada saluran pengeluaran pada filler hopper yang ditampung oleh konveyor ulir (screw conveyor) penyalur filler ke kotak penimbang (5). Perlu mendapat perhatian berfungsinya leveler yang mengindikasikan jumlah filler di dalam filler hopper. b. Pemeriksaan daya tampung filler hopper Pengoperasian secara otomatis untuk mengisi filler hopper akan memberikan indikasi bahwa filler hopper telah terisi penuh sesuai dengan kapasitas hopper apabila pengisian filler ke dalam filler hopper berhenti secara otomatis. 1) Start penimbangan filler, maka permukaan filler dalam filler hopper akan turun; Start komponen pengsisi filler dari filler silo, maka permukaan filler dalam filler hopper akan naik; 2) Pendeteksian kenaikan permukaan filler dengan sinyal leveler, dan sinyal tersebut akan tersambung ke control panel penimbang filler, maka pengisian akan berhenti; 3) Bila pengisian berhenti (secara otomatis) mengindikasikan bahwa jumlah filler telah maksimal sesuai dengan daya tampung filler hopper. c. Pengaturan penyaluran filler Penyaluran filler ke dalam filler hopper tergantung kepada kebutuhan penimbangan filler untuk produksi campuran aspal panas, sehingga setiap terdeteksi adanya kebutuhan filler, maka saat itu juga komponen penyalur filler dioperasikan (secara otomatis) untuk mengisi kembali filler hopper. Gambar 24: Pengaturan penyaluran filler (skematik) Halaman: 61 dari 71

63 4.6 Pemeliharaan Mesin Pencampur Aspal Selama Pengoperasian untuk Pemantauan timbangan untuk mendeteksi kebocoran pada gate hot bin a. Teknik pemantauan timbangan Agregat panas tertahan sementara dalam hot bin sebelum disalurkan ke dalam kotak penimbang agregat melalui gate yang terletak di bagian bawah hot bin. Gate hot bin, seperti gates atau katup yang lainnya digerakkan oleh silinder udara untuk menutup dan membuka, sehingga kondisi penutupan gate tersebut sangat baik (rapat). Namun kebocoran agregat melalui gate ini dapat terjadi karena adanya gangguan, misalnya gate tidak dapat menutup rapat karena terganjal material atau karena keausan sehingga permukaan gate tidak rata. Untuk mendeteksi gangguan yang mengakibatkan kebocoran tersebut dapat dipantau melalui kondisi timbangan agregat, yang antara lain ditandai dengan bergeraknya skala timbangan walaupun gate dalam posisi menutup. b. Pendeteksian pembacaan skala penimbang (weigh scales) Kebocoran agregat dari hot bin dapat terdeteksi pada perubahan skala penimbang agregat, sehingga terdapat bagian kecil agregat dari hot bin yang lebih dahulu masuk ke dalam kotak penimbang agregat. Kebocoran dari hot bin ini berpengaruh kurang baik terhadap gradasi pada proses pencampuran untuk memroduksi campuran aspal panas. 1) Periksa kondisi pembacaan skala penimbang (weigh scales), dan pastikan tidak ada gerakan penunjuk skala penimbang yang mengindikasikan ada kebocoran agregat dari hot bin; 2) Periksa skala penimbang pada proses penimbangan, pastikan penimbangan berlangsung normal, berat agregat dari masingmasing bin sesuai dengan yang ditentukan; 3) Dapat menyimpulkan tidak ada kebocoran material dari hot bin. c. Tindak lanjut bila terdeteksi ada kebocoran material melalui gate hot bin 1) Prosedur tindak lanjut a) Setiap ada kelainan yang terdeteksi selama melakukan penyaluran agregat panas, harus dicatat dan dilaporkan kepada atasan; b) Jangan melakukan tindakan perbaikan bila belum ada perintah dari atasan atau perbaikannya diluar kewenangan operator; c) Melakukan kerjasama dengan petugas perbaikan (mekanik) yang ditugaskan untuk mengatasi kelainan tersebut. Halaman: 62 dari 71

64 2) Tindak lanjut bila terdeteksi ada kebocoran material melalui gate hot bin a) Periksa kondisi skala timbangan, ada perubahan pembacaan penimbangan yang berarti ada kebocoran agregat dari hot bin; b) Bila terdeteksi ada kebocoran pada gate lakukan pemeriksaan gate dan lakukan perbaikan sesuai dengan kewenangan operator; c) Catat kelainan yang terdeteksi pada gate dan laporkan kondisi kelainan yang ditemukan secara lebih rinci; d) Laporkan tindak lanjut awal yang dilakukan dan temuan yang didapat untuk mencegah kerusakan gate yang lebih berat; e) Lakukan kerja sama dalam pelaksanaan pemeriksaan dan perbaikan dengan petugas yang ditunjuk (mekanik) untuk mengatasi kelainan tersebut Pemantauan posisi (alignment) sabuk cold conveyor a. Teknik pemantauan kelurusan posisi sabuk cold conveyor Kondisi operasi dari konveyor ini sangat berpengaruh kepada proses pemanasan dan pengeringan agregat, karena menyangkut jumlah agregat yang tersalurkan setiap satuan waktu. Kondisi operasi konveyor yang banyak mempengaruhi kapasitas angkut konveyor dan harus mendapat perhatian antara lain adalah posisi kelurusan (alignment) sabuk (belt) konveyor, tidak ada bentuk berkelok yang berlebihan pada saat dioperasikan. b. Pemantauan kelurusan gerakkan sabuk cold conveyor selama menyalurkan agregat dingin Penyaluran agregat dingin dari cold bin ke dalam dryer melalui cold conveyor dan belt/joint conveyor. Khusus cold conveyor yang menerima agregat dari cold bin harus selalu dalam kondisi baik, dapat menyalurkan agregat sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan untuk setiap satuan waktu. Kapasitas angkut konveyor ini, selain ditentukan oleh kecepatannya, juga dipengaruhi oleh kondisi sabuk (belt)-nya yaitu selain kondisi fisiknya juga posisi kelurusannya selama pengoperasian untuk menyalurkan agregat dingin. Gambar 25: Pemeriksaan gerakan sabuk cold bin 1) Periksa secara visual gerakan sabuk (belt) cold conveyor, pastikan bergerak lurus tidak terjadi gerakan berkelok meskipun sedikit; Halaman: 63 dari 71

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENCAMPUR ASPAL KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : FKK.MP.02.006.01-I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMINDAHAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PEMBINAAN KOMPETENSI KELOMPOK KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR MESIN PENGGELAR ASPAL PEMELIHARAAN HARIAN MESIN PENGGELAR ASPAL NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENGATURAN PELAKSANAAN PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TEKNIK PEMOMPAAN BETON SEGAR NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KEGIATAN AKHIR PRODUKSI NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN... 2 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3. Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON KEGIATAN AKHIR PENGOPERASIAN CONCRETE PUMP NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi...

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS PENYIAPAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 PELAKSANA PRODUKSI CAMPURAN ASPAL PANAS KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU

Lebih terperinci

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota

Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman, Kriteria dalam Perencanaan Tata Ruang Wilayah dan Kota MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi dan Penerapan Norma, Standar, Pedoman,

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR MEKANIKAL EDISI 2012 OPERATOR POMPA BETON TROUBLE SHOOTING NO. KODE : - I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERUMUSAN DOKUMEN TEKNIS PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

Penyamaan Persepsi Tim Perencana

Penyamaan Persepsi Tim Perencana MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Penyamaan Persepsi Tim Perencana BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 382 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 382 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 382 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan

Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Identifikasi Permasalahan Wilayah Perencanaan BUKU

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar. Daftar Isi.. 1 i BAB I PENGANTAR. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan...... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 3 1.4

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERSIAPAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR... 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini... 3

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN DRAINASE PERKOTAAN PEKERJAAN PERAPIAN DAN PEMELIHARAAN NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Unit Kompetensi : SPL.KS Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI Kode Unit Kompetensi : SPL.KS21.222.00 Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan

Lebih terperinci

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu

Pemeriksaan Hasil Kompilasi dan Pengolahan Data Terpadu MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Pemeriksaan Hasil Kompilasi Pengolahan Data BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI ANALISIS INFORMASI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43

Pelaporan hasil mitigasi risiko K3 dan lingkungan 43 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR.. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK).. 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... 1 BAB I PENGANTAR 2 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)... 2 Penjelasan Materi Pelatihan.... 2 Pengakuan Kompetensi Terkini.. 4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi. 1 DAFTAR ISI Kata Pengantar.... Daftar Isi. 1 BAB I PENGANTAR 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK). 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan..... 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini 3 1.4 Pengertian-pengertian

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2011 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN SALURAN IRIGASI KOORDINASI KEGIATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU INFORMASI DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BANGUNAN PENGAMAN PANTAI MENERAPKAN KETENTUAN UNDANG-UNDANG JASA KONSTRUKSI (UUJK), KESELAMATAN DAN

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : OPERATOR BATCHING PLANT (BATCHING PLANT OPERATOR) Kode Jabatan Kerja : Kode Pelatihan : INA-5200.221.08 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SETELAH OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.005.01

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA PAM.MM02.003.01 BUKU DEPARTEMEN PEAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PAM.MM01.001.01 BUKU INFORMASI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN

Lebih terperinci

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR

MEMERIKSA SISTEM KEMUDI OTO.KR MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR OTOMOTIF SUB SEKTOR KENDARAAN RINGAN MEMERIKSA SISTEM KEMUDI BUKU INFORMASI DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN AKHIR KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKSANAKAN PEKERJAAN PERSIAPAN KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB 02

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI. MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F l 08 05 MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI MELAKUKAN PEKERJAAN PENANAMAN PADA LAHAN KERJA F.45 4 0 5 2 1 01 l 08 05 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI R.I. DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PELATIHAN DAN PRODUKTIVITAS

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM MANAJEMEN OPERASI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PAM.MM02.007.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KETENTUAN K3 DAN KETENTUAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN DI TEMPAT KERJA

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata. Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif F.45 TPB I 08 MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pembuatan Pasangan Bata Dekoratif BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KATA PENGANTAR... 4 1.1 Konsep

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI F45.500.2.2.19.II.02.006.01 BUKU

Lebih terperinci

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran

BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran BAB III Produksi Asphalt Mixing Plant (AMP) Jenis Takaran 3.1. Pengertian Asphalt Mixing Plant ( AMP ) Asphalt Mixing Plant (AMP) atau unit produksi campuran beraspal adalah seperangkat perlalatan mekanik

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN ASPAL NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PERSIAPAN REFERENSI DALAM PENYUSUNAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I STANDAR KOMPETENSI... 1 1.1. Judul Unii Kompetensi... 1 1.2. Kode Unit... 1 1.3. Deskripsi Unit... 1 1.4. Kemampuan Awal... 1 1.5. Elemen Kompetensi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MEMBUAT LAPORAN KEGIATAN PELAKSANAAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.008.02

Lebih terperinci

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN NASKAH RAPERDA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI PENDAMPINGAN PROSES PENYUSUNAN NASKAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 384 TAHUN 2013 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 384 TAHUN 2013 TENTANG LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 384 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA KATEGORI KONSTRUKSI GOLONGAN POKOK KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI TUKANG PASANG WATERPROOFING PERSIAPAN PEKERJAAN WATERPROOFING KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PENGUJIAN MATERIAL FILLER KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6 Panduan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI F45.TLBA.01.002.02

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI DETEKSI KEBOCORAN DAN COMMISSIONING JARINGAN PERPIPAAN SPAM Kode Jabatan Kerja :... Kode Pelatihan :... DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci

BAB I STANDAR KOMPETENSI

BAB I STANDAR KOMPETENSI BAB I STANDAR KOMPETENSI 1.1 Judul Unit Kompetensi Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja. 1.2 Kode Unit. 1.3 Deskripsi Unit Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PEMANTAUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN ATAS (BASE COURSE) NO. KODE : -K BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU INFORMASI KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI

MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN ZONASI KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PZ BUKU INFORMASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI BIDANG PENATAAN RUANG SUB SEKTOR PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG JABATAN KERJA AHLI PENYUSUNAN PERATURAN ZONASI MERUMUSKAN KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i BAB I PENGANTAR 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1 1.2. Penjelasan Materi Pelatihan 1 1.2.1. Desain Materi Pelatihan 1 1.2.2. Isi Modul 2 1.2.3. Pelaksanaan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUM BETON ASPAL PERSIAPAN PENGUJIAN BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: F45.TLBA.02.001.02 BUKU KERJA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER PEMELIHARAAN HARIAN BACKHOE LOADER SEBELUM OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23

PENGANTAR. Jakarta, Maret Pedoman Pelatihan dan Sertifikasi Asessor/ Master Asesor Kompetensi Draft Final 1 / 23 PENGANTAR Pada konteks pelaksanaan uji kompetensi atau penilaian berbasis kompetensi, seorang Asesor Uji Kompetensi memiliki peran yang sangat penting dan menentukan dalam mencapai kualitas uji kompetensi

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BEKERJASAMA DENGAN REKAN KERJA NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT

BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG MANAJEMEN AIR MINUM HUBUNGAN MASYARAKAT PAM.MM03.002.01 BUKU KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

Perancangan Metode Survei

Perancangan Metode Survei MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI SUB SEKTOR TATA LINGKUNGAN JABATAN KERJA AHLI MADYA PERENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN KOTA Perancangan Metode Survei BUKU INFORMASI KEMENTERIAN

Lebih terperinci

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI)

KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) KPBK (KURIKULUM PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Asphalt Mixing Plant Manager Kode Jabatan Kerja : INA. 5111333 / KON. MT1. V Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE

DAFTAR ISI. Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer. Kode Modul F45.QAE DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN PEKERJAAN PERKERASAN LAPISAN PERMUKAAN (SURFACE COURSE) NO. KODE : -I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER LAPORAN HARIAN OPERASI KODE UNIT KOMPETENSI.01 BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c periu ditetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Peru No.46, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPU-PR. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Jasa Konstruksi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 24/PRT/M/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MELAKUKAN KOMUNIKASI DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI: F45 PLPB

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1032, 2017 KEMEN-ESDM. Standardisasi Kompetensi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2017 TENTANG STANDARDISASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN BRONJONG MENGHITUNG VOLUME HASIL PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA. No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1463, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. Pelatihan Kerja. Nasional. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA OPERATOR BACKHOE LOADER KOMUNIKASI DAN KERJASAMA DI TEMPAT KERJA KODE UNIT KOMPETENSI.01 BUKU INFORMASI

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG PERHITUNGAN BIAYA AKIBAT ADANYA PERUBAHAN PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 13

BAB I PENGANTAR BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN Strategi Pelatihan Metode Pelatihan... 13 DAFTAR ISI HALAMAN BAB I PENGANTAR... 1 1.1. Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi... 1 1.2. Penjelasan Modul... 1 1.2.1. Desain Modul... 2 1.2.2. Isi Modul... 2 1.2.3. Pelaksanaan Modul... 3 1.3.

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN PEKERJAAN TANAH NO. KODE :.I BUKU INFORMASI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I PENGANTAR...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer

DAFTAR ISI. Kode Modul F45.QAE Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Quality Assurance Engineer DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR KUANTITAS BANGUNAN GEDUNG BIAYA TOTAL PEKERJAAN NO. KODE : BUKU KERJA DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2006 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1

DAFTAR ISI. Daftar Isi... 1 DAFTAR ISI Daftar Isi... 1 BAB I STANDAR KOMPETENSI... 2 1.1 Kode Unit... 2 1.2 Judul Unit... 2 1.3 Deskripsi Unit... 2 1.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja... 2 1.5 Batasan Variabel... 3 1.6

Lebih terperinci

MANUAL Konstruksi dan Bangunan No. 001 / BM / 2007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal

MANUAL Konstruksi dan Bangunan No. 001 / BM / 2007 Pemeriksaan peralatan unit pencampur aspal Berikut ini adalah versi HTML dari file http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/pedoman_teknik54.pdf. G o o g l e membuat versi HTML dari dokumen tersebut secara otomatis pada saat menelusuri web. MANUAL

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG PEMASANGAN PENUTUP LANTAI DAN DINDING F.45...... 13 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R J A AN U M U

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI BIDANG KONSTRUKSI SIPIL JABATAN KERJA TEKNISI LABORATORIUMBETON ASPAL FORMULA CAMPURAN KERJA BETON ASPAL KODE UNIT KOMPETENSI: BUKU KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA. No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.587, 2014 KEMENAKERTRANS. Pelatihan. Berbasis Kompetensi. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN

Lebih terperinci

KODE UNIT KOMPETENSI INA

KODE UNIT KOMPETENSI INA MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR AIR MINUM JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN PERPIPAAN MEMBUAT RENCANA JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN KODE UNIT KOMPETENSI INA.52.00.204.

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP/BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP/BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP/BANGUNAN GEDUNG Tukang Taman Pada Bangunan Gedung MELAKUKAN KOMUNIKASI BUKU PENILAIAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN

Lebih terperinci