HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Keadaan Geografis Kecamatan Lembang Kecamatan Lembang merupakan salah satu dari 45 kecamatan di Kabupaten Bandung yang berjarak 36,5 km dari Kabupaten Bandung dan merupakan salah satu kawasan yang cocok dalam pengembangan sapi perah. Kecamatan Lembang berbatasan dengan: Kabupaten Subang di sebelah Utara, sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Cimenyan, Kabupaten Bandung, sebelah Selatan Kota Bandung dan Kecamatan Parompong, Kabupaten Bandung sebelah Barat. Gambar 2. Peta Provinsi Jawa Barat dan Banten Luas total wilayah Kecamatan Lembang adalah 8.952,48 ha yang terdiri atas 16 desa dan 43 dusun. Berdasarkan topografinya Kecamatan Lembang memiliki ketinggian tempat m dpl. Temperaturnya berkisar antara 15,6 16,8 o C pada musim hujan dan 30,5 32,7 o C pada musim kemarau. Keadaan lingkungan tersebut sangat sesuai untuk usaha peternakan sapi perah. Hal ini sesuai dengan pendapat Sutardi (1981) bahwa daerah sejuk dan kering yang sesuai untuk sapi perah adalah pegunungan berketinggian minimal 800 m dpl dan bersuhu 18,3 o C. Penggunaan lahan di Kecamatan Lembang terbagi kedalam enam kategori, yaitu lahan sawah yang meliputi: a) sawah irigasi dan sawah tadah hujan, b) lahan

2 kering yang meliputi pekarangan, c) bangunan, halaman, penggembalaan atau padang rumput, tegal dan pemukiman, d) lahan basah yang meliputi tambak dan kolam atau empang, e) lahan perkebunan yang meliputi perkebunan rakyat dan Negara, f) lahan fasilitas umum yang meliputi kas desa, lapangan dan perkantoran pemerintahan, serta lahan hutan yang meliputi hutan lindung dan hutan produksi. Sebagian besar lahan di Kecamatan Lembang digunakan untuk lahan kering sebesar 3.499,95 ha atau sebesar 39,10 %. Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara (KPSBU) KPSBU didirikan pada tanggal 8 Agustus 1971 yang diprakarsai oleh 35 orang peternak. Hal ini didorong oleh keinginan untuk memperkuat posisi tawar peternak sapi perah di Lembang akibat harga susu yang ditetapkan oleh loper-loper susu dan swasta yang seringkali tidak memuaskan. Jumlah anggota KPSBU mengalami peningkatan setiap tahunnya, hingga tahun 2006 mencapai orang dengan populasi sapi ekor, sedangkan produksi susu pada tahun 2007 mencapai kg per hari. KPSBU memiliki visi dan misi dalam menjalankan usaha ini. Visi dari KPSBU adalah menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia dalam mensejahterakan anggota, sedangkan misi yang dimiliki adalah mensejahterakan anggota melalui layanan prima dalam industri persusuan dengan manajemen yang berkomitmen dan meningkatkan kapasitas kelembagaan koperasi melalui pendidikan, pemberdayaan SDM dan kemitraan strategis. Kegiatan usaha dan bisnis di KPSBU antara lain pemasaran susu segar, pabrik makanan ternak yang menghasilkan konsentrat untuk seluruh populasi sapi perah di Lembang, penyediaan pelayanan kesehatan ternak, dan inseminasi buatan untuk ternak sapi perah, Waserda (warung serba ada) yang menyediakan barang kebutuhan rumah tangga dan kandang, dan pemberian bantuan modal pada peternak. Usaha-usaha untuk mengembangkan koperasi ini pun terus berlanjut sampai sekarang dengan terjalinnya beberapa kerjasama baik dalam bentuk pemberian pelatihan untuk sumberdaya manusia baik karyawan maupun anggota-anggota KPSBU serta penyediaan alat-alat dan jasa pendukung usaha peternakan bagi anggotanya. 20

3 Struktur organisasi KPSBU terdiri atas pengurus dan badan pengawas. Pengurus beserta karyawan bertugas mengelola koperasi sedangkan Badan Pengawas bertugas mengawasi pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi. Pelaksanaan operasional KPSBU mendapat binaan dari Departemen Koperasi dan Dinas Peternakan Tingkat Kabupaten atau Propinsi. Rapat anggota tahunan (RAT) yang berisi laporan pertanggungjawaban pengurus dalam melaksanakan tugasnya, menetapkan kebijakan umum dan membuat rencana kerja memegang kekuasaan tertinggi dalam struktur organisasi koperasi dilakukan setahun sekali. KPSBU memiliki 21 kelompok peternak yang tersebar di seluruh kawasan Lembang. Masing-masing kelompok memiliki masing-masing karakteristik yang berbeda-beda. Salah satunya adalah kampung Barunagri yang memiliki permasalahan tentang ketersediaan hijauan pada musim kemarau. Kampung Barunagri memiliki 24 TPS (Tempat Penampungan Susu) dan memiliki jumlah peternaksebanyak 152 orang. Jumlah ternak pada tahun 2008 mencapai 438 ekor, yang terdiri dari 299 ekor sapi laktasi, 86 ekor sapi dara, dan 53 ekor pedet. Karakteristik Peternak Hasil pengukuran karakteristik peternak di kampong Barunagri dibedakan berdasarkan umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman berternak. Data tersebut diperoleh dari wawancara yang dilakukan pada saat penelitian. Pengambilan data ini hanya dilakukan dalam satu periode karena responden yang digunakan pada kedua musim sama. Umur Peternak Umur peternak dikelompokkan dalam empat bagian berdasarkan klasifikasi umur peternak. Rataan umur peternak di Kampung Barunagri adalah 50 tahun. Pada Gambar 3 terlihat bahwa sebanyak 18,52% peternak masih tergolong dalam peternak muda dan 44,45% tergolong dalam usia produktif. 21

4 14.81% 18.52% 40.74% 25.93% th th th >64 th Gambar 3. Umur Peternak di Kampung Barunagri, Lembang Sebagian peternak tergolong pada usia produktif, yaitu tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi tenaga kerja yang ada sangat potensial dalam menjalankan usaha peternakan sapi perah karena umumnya peternak muda masih memiliki kemauan dan kemampuan yang lebih dibandingkan dengan peternak tua. Hal ini menunjukkan usaha sapi perah di Kampung Barunagri merupakan usaha yang menarik untuk dijalankan dan juga dapat membantu mengurangi permasalahan yang selalu terjadi pada musim kemarau. Tingkat Pendidikan Peternak Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan peternak umumnya adalah lulusan SD, yaitu 70,37%. Sisanya adalah peternak dengan pendidikan SLTP sebesar 14,81% dan SLTA sebesar 7,41%, hanya 7,41% yang mendapatkan pendidikan Sarjana. 7.41% 7.41% 4.81% 70.37% SD SMP SMA Sarjana Gambar 4. Tingkat Pendidikan Peternak di Kampung Barunagri, Lembang 22

5 Rendahnya tingkat pendidikan pada kawasan ini menyebabkan tingkat keterampilan peternak dalam pemeliharaan sapi perah masih sederhana. Peternak yang memiliki pendidikan sampai S1 diharapkan dapat membantu peternak lain yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah dalam mentransfer teknologi dalam pemeliharaan ternak. Selain itu, keberadaan penyuluh supaya memudahkan dalam sosialisasi pemeliharaan sapi perah yang baik. Salah satu teknik pemeliharaan yang harus diperbaiki adalah teknik pemerahan susu. Peternak harus mengetahui tentang pentingnya kebersihan kandang dan cara pemerahan susu yang baik sehingga kualitas susu yang diperah dapat dijaga. Pengalaman Beternak Dalam menjalankan usahanya, responden umumnya telah memiliki pengetahuan tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun maupun diperoleh dari penyuluh KPSBU. Pengalaman beternak diukur dari sejak dimulainya usaha ternak sapi perah sampai penelitian ini dilakukan. Ketersediaan tenaga kerja berpengalaman dan terdidik akan sangat berpengaruh pada keberhasilan usaha peternakan sapi perah. Data pengalaman beternak pada kawasan ini dapat dilihat pada Gambar 5. Sebagian peternak memiliki pengalaman berternak tahun, yaitu 59,26% bahkan terdapat 11,11% yang memiliki pengalaman lebih dari 30 tahun. Sebanyak 18,52% memiliki pengalaman beternak kurang dari 10 tahun dan 11,11% memiliki pengalaman tahun. Pengalaman beternak yang bervariasi pada kawasan ini menandakan bahwa usaha berternak sapi cukup menarik untuk dijalani karena untuk menjalankan usaha ini tidak ada batasan umur. Mayoritas pengalaman beternak yang lama menandakan bahwa peternak sudah memiliki pengalaman yang cukup baik sehingga dapat dijadikan modal untuk mengelola peternakan yang dimiliki dengan baik, seperti memperbaiki mengadakan pengairan pada ladang pastura dan memperbaiki manajemen pemeliharaan sapi perah. 23

6 11.11% 18.52% 11.11% 59.26% 1-10 th th th >30 th Gambar 5. Pengalaman Peternak di Kampung Barunagri, Lembang Penguasaan Sumber Daya Kepemilikan Lahan Peternak pada kawasan ini umumnya memiliki lahan untuk memproduksi hijauan dalam mencukupi kebutuhan pakan ternaknya. Rata-rata kepemilikan lahan untuk setiap peternak adalah sebesar 1748,25 m 2. Jenis kepemilikan lahan umumnya milik sendiri atau menyewa. Peternak biasanya menyewa lahan pada PT. Perhutani. Selain itu, untuk mencukupi kebutuhan pakan ternaknya peternak juga mengambil hijauan dari lahan perkerbunan, pinggiran sawah dan hutan. Lahan yang dibutuhkan peternak tidak hanya untuk memelihara sapi melainkan juga untuk penanaman hijauan untuk pakan ternak. Sebagian peternak memiliki ataupun menyewa lahan untuk menanam hijauan, namun terdapat peternak yang membeli maupun mengambil tanaman liar untuk penyediaan hijauan bagi ternak terutama pada saat musim kemarau. Gambar 6. Kandang Sapi Perah Gambar 7. Lahan Penanaman Hijauan 24

7 Kepemilikan dan Struktur Populasi Ternak Pada kawasan Kampung Barunagri rata-rata ternak yang dimiliki adalah 1-11 ekor. Jumlah kepemilikan ternak ini berbeda antar setiap musim hujan dan kemarau. Rataan kepemilikan ternak selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2. Pada musim hujan, jumlah rata-rata kepemilikan sapi adalah 3,0 ekor/peternak dan musim kemarau adalah 3,59 ekor/peternak. Rata-rata jumlah sapi laktasi pada kedua musim tidak terlalu mengalami perubahan karena persentase sapi laktasi pada musim hujan adalah 56,79% dan pada musim kemarau adalah 56,70%. Tabel 2. Rataan Kepemilikan Ternak di Kampung Barunagri, Lembang Musim Hujan Musim Kemarau Jenis Sapi Ekor ST Persen (%) Ekor ST Persen (%) Laktasi 1,70 1,70 56,79 2,04 2,04 56,70 Kering 0,33 0,33 11,11 0,19 0,19 5,15 Dara 0,41 0,205 13,58 0,70 0,35 19,59 Pedet 0,04 0,01 1,23 0,30 0,075 8,25 Betina Pedet 0,52 0,13 17,28 0,30 0,075 8,25 Jantan Pejantan 0,00 0,00 0,00 0,07 0,07 2,06 Jumlah 3,00 2, ,00 3,59 2,8 100,00 Kepemilikan ternak di Kampung Barunagri memiliki struktur populasi ternak yang berbeda-beda pada setiap musimnya. Jumlah ternak pada musim kemarau lebih banyak dibandingkan dengan musim hujan. Pada Gambar 6 dan 7 dapat dilihat bahwa para peternak memelihara sapi perah dalam berbagai kondisi, yaitu sapi perah yang sedang berproduksi (laktasi) tetapi juga memelihara sapi perah non produksi, yaitu sapi yang sedang kering kandang, dara, pedet jantan, pedet betina dan pejantan. Persentase sapi laktasi pada kedua musim tidak banyak perubahan karena masih dalam kisaran 56%. Jumlah sapi kering lebih banyak pada musim hujan, yaitu 11,11% namun pada sapi dara lebih tinggi, yaitu 19,59%. Peningkatan ini disebabkan sebagian peternak menjual sapi yang dimilikinya pada musim hujan untuk menutupi 25

8 kerugian yang dialami pada musim kemarau. Persentase sapi laktasi pada kedua musim masih dibawah ideal yang seharusnya 70-80% (Siregar, 1992). Pedet merupakan keuntungan tambahan bagi para peternak karena dapat dijual. Biasanya peternak menjual pedet jantan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun untuk memenuhi kebutuhan ternak yang dimiliki. Penjualan pedet disebabkan peternak kurang mengetahui cara pemeliharaan pedet yang baik. Pejantan jarang dimiliki oleh peternak disebabkan sudah ditetapkan sistem perkawinan ternak dengan menggunakan metode Inseminasi Buatan (IB). Pada musim kemarau terdapat peternak yang memelihara sapi jantan untuk dijual sebagai sapi potong dengan harga yang relatif baik. Ketersediaan Tenaga Kerja Pada kawasan ini mayoritas tenaga kerja yang memelihara ternak sapi perah berasal dari anggota keluarga sendiri. Setiap tenaga kerja asal keluarga memiliki tanggung jawab masing-masing, yaitu membersihkan kandang, menyediakan hijauan, memberikan pakan dan minum pada ternak, pemerahan dan penyetoran susu. Peternak sudah mengajarkan tata cara pemeliharaan ternak kepada anakanaknya untuk bekal di masa yang akan datang. Rata-rata jumlah tenaga kerja pada musim hujan dan kemarau adalah 1,35 orang. Rata-rata seorang pekerja pada musim hujan dapat memelihara 2,21 ternak dan pada musim kemarau adalah sebanyak 2,65 ternak. Pada peternakan yang memiliki ternak lebih dari lima ekor umumnya memakai tenaga kerja dari luar anggota keluarganya. Peternak yang memiliki pendidikan sampai tingkat sarjana juga tidak menangani pemeliharaan ternak sendiri karena mereka menganggap peternakan sebagai penghasilan tambahan atau hobi saja. Produktivitas tenaga kerja tersebut masih dibawah standart yang seharusnya dapat mencapai 7 ekor per peternak (Sudono, 1983) Manajemen Pemeliharaan Ternak Pemeliharaan Ternak Pemeliharaan ternak yang dilakukan di Kampung Barunagri meliputi kebersihan kandang, memandikan ternak, pemerahan susu, dan pemberian pakan. 26

9 Pembersihan kandang umumnya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari sebelum pemerahan dilakukan. Ternak dimandikan bersamaan pada saat kandang dibersihkan. Hal ini dilakukan supaya tidak terjadi kontaminasi terhadap susu. Pada saat pemerahan, kebersihan sapi harus sangat diperhatikan terutama kebersihan ambing. Susu yang diperah dimasukkan kedalam milk can lalu di setorkan ke masing-masing TPS (Tempat Penampungan Susu) yang sudah ditentukan. Volume susu yang disetorkan diukur dan dicatat untuk menentukan jumlah pembayaran pada masing-masing peternak. Pembayaran susu yang dihasilkan dilakukan pada awal dan tengah bulan. Besarnya pembayaran sesuai dengan produksi susu yang disetorkan dan kualitas susu masing-masing kelompok setelah pengujian di KPSBU. Pemeliharaan sapi laktasi pada umumnya sama dan tidak dibedakan berdasarkan umur maupun lama laktasi. Semua ternak laktasi mendapatkan pakan yang sama karena peternak kurang memahami tentang kebutuhan masing-masing ternak yang dimiliki namun pada sapi kering kandang tidak mendapatkan pakan konsentrat melainkan hanya mendapatkan pakan hijauan dengan jumlah yang sama karena sapi ini tidak memproduksi susu. Manajemen Pemberian Pakan Pemberian pakan sapi perah sangat tergantung dari ketersediaan pakan. Pengamatan manajemen pakan meliputi cara pemberian pakan hijauan dan konsentrat terhadap ternak sapi perah. Data hasil penelitian pada Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar peternak (70,37%) memberikan pakan hijauan terlebih dahulu. Keadaan ini berlaku pada kedua musim baik pada musim hujan maupun kemarau. Pada kedua musim, konsentrat diberikan secara basah, yaitu dengan mencampurkan konsentrat dengan ampas tahu, ampas singkong dan air. Hal ini dilakukan karena pemberian air minum yang diberikan secara terpisah tidak kontinu. 27

10 Tabel 3. Manajemen Pemberian Pakan di Kampung Barunagri, Lembang Persentase Peternak (%) No Uraian Musim Hujan Musim Kemarau 1 Pakan Yang Diberikan Terlebih Dahulu a. Hijauan 70,37 70,37 b. Konsentrat 29,63 29,63 2 Cara Pemberian Konsentrat a. Kering 0 0 b. Basah Sumber air Mata Air Sumber air bersih yang didapatkan oleh peternak pada kawasan ini berasal dari mata air sehingga perbedaan musim tidak mempengaruhi ketersediaan air bersih. Air bersih yang didapatkan digunakan untuk kehidupan sehari-hari peternak dan pemeliharaan ternak sapi perah yang mereka miliki. Pada pemeliharaan ternak digunakan untuk memandikan sapi, pembersihan kandang dan pemberian air minum. Manajemen Penyediaan Hijauan dan Ketersediaan Lahan Hijauan memegang peranan penting bagi ternak sapi perah, yaitu sebagai sumber energi utama. Oleh karena itu peternak harus menyediakan hijauan dalam jumlah yang cukup. Namun demikian, tidak seluruh peternak memiliki lahan hijauan. Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebanyak 74,07% peternak di musim hujan menanam sendiri hijauan untuk pakan ternaknya, sedangkan pada musim kemarau hanya 70,37%. Tabel 4. Penyediaan Hijauan Ternak di Kampung Barunagri, Lembang Persentase Peternak (%) Penyediaan Hijauan Musim Hujan Musim Hujan Menanam sendiri 74,07 70,37 Membeli dan menggunakan tanaman liar 25,93 29,63 Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 5), pada musim kemarau hampir seluruh peternak (96,3%) di Kampung Barunagri mengalami kesulitan dalam penyediaan 28

11 hijauan. Namun demikian pada musim hujan hampir tidak ada peternak (3,7%) yang mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan oleh curah hujan pada musim kemarau yang sedikit sehingga pertumbuhan tanaman melambat dan frekuensi pemanenan hijauan berkurang sehingga produksi hijauan menurun. Tabel 5. Tingkat Kesulitan Hijauan di Kampung Barunagri, Lembang Persentase Peternak (%) Kesulitan Hijauan Musim Hujan Musim Hujan Sulit 0 96,3 Tidak Sulit 100 3,7 Sebetulnya sumber mata air di kawasan tersebut cukup tersedia namun belum ada upaya peternak untuk mengalirkan ke lahan hijauan yang mereka miliki. Pada saat musim kemarau, peternak hanya mengandalkan dari air hujan untuk pengairan hijauan yang ditanamnya. Jarak yang harus ditempuh peternak untuk mencari hijauan pada musim kemarau lebih jauh dibandingkan pada musim hujan karena hijauan yang berada disekitar kandang tidak mencukupi. Namun ada beberapa peternak yang menyewa mobil untuk mengambil hijauan sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hijauan lebih sedikit. Pemberian Air Minum Pemberian air minum penting untuk produksi susu. Jumlah air yang dibutuhkan tergantung pada produksi susu yang dihasilkan, temperatur lingkungan dan jenis pakan yang diberikan. Perbandingan antara susu yang dihasilkan dan air yang dibutuhkan adalah 1:4 (Sudono,1999). Pemberian air minum pada ternak di Kampung Barunagri dapat dilihat pada Gambar 8. Peternak umumnya tidak mengalami kesulitan dalam pengadaan air sepanjang musim sehingga musim kemarau tidak menghambat peternak untuk memberikan air minum ke ternak mereka bersih karena seluruh peternak mendapatkan air langsung dari mata air dan langsung disambungkan menggunakan pipa langsung ke kandang masing-masing peternak. Di Kampung Barunagri, cara pemberian air minum pada sapi perah dilakukan dengan dua cara, yaitu diberikan bersamaan dengan pakan konsentrat dan diberikan secara terpisah. Rataan jumlah pemberian air minum pada musim hujan adalah 49 29

12 liter/ekor/hari sedangkan pada musim kemarau rataan pemberian air minum lebih tinggi, yaitu sebesar 63 liter/ekor/hari. Perbedaan jumlah pemberian air minum ini disebabkan oleh persentase kandungan bahan kering hijauan pada kedua musim. Persen liter 60 liter 90 liter 120 liter Jumlah Pemberian Air Minum Musim Hujan Musim Kemarau Gambar 8. Jumlah Pemberian Air Minum di Kampung Barunagri, Lembang Jenis dan Komposisi Nutrisi Hijauan Jenis Hijauan Hijauan yang tersedia pada musim hujan dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak sehingga peternak tidak perlu mencari banyak alternatif hijauan dalam pemberian pakan hijauan. Jenis hijauan yang tersedia adalah Pennisetum purpureum, Pennisetum purpureum varietas Taiwan, rumput lapang, dan rumput sawah. Pemberian hijauan pada ternak didominasi oleh rumput gajah karena produksi tanaman ini cukup tinggi pada musim hujan. 30

13 Pennisetum purpureum Pennisetum purpureum (Taiwan) Rumput Lapang Rumput Sawah Gambar 9. Jenis Rumput pada Musim Hujan di Kampung Barunagri, Lembang Pada Gambar 9 dapat dilihat jenis rumput yang digunakan pad musim hujan. Produksi hijauan pada musim hujan dapat mencukupi kebutuhan pakan ternak. Pemanenan hijauan pada musim hujan lebih sering dibandingkan dengan musim kemarau. Pemanenan pada musim hujan dilakukan sampai tiga kali sedangkan pada musim kemarau hanya dua kali. Hijauan yang umum digunakan adalah Pennisetum purpureum, yang terdiri dari varietas lokal dan varietas Taiwan. Rumput gajah varietas Taiwan baru digunakan pada satu tahun terakhir. Karakteristik tanaman ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan runput gajah lokal namun ukuran tanaman lebih besar dan tinggi. Rumput lapang yang digunakan berasal dari berbagai macam tempat sehingga terdiri dari beberapa jenis tanaman namun yang paling menonjol adalah rumput Brachiaria decumbens. 31

14 Pennisetum purpureum Jerami Padi Brachiaria decumbens Legum Pohon (Cerem) Stylosanthes guianensis Rumput Lapang 3 Rumput Sawah Paku Sigung Paku Tangkal Gambar 10. Jenis Rumput Pada Musim Kemarau di Kampung Barunagri, Lembang Pada musim kemarau produktivitas dan ketersediaan hijauan relatif berkurang sehingga selain rumput gajah dan rumput lapang. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 10 bahwa peternak juga memanfaatkan hijauan lain seperti jerami padi, paku-pakuan (paku Tangkal dan paku Sigung), dan legum pohon (cerem) untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak. Rumput lapang yang digunakan umumnya adalah Brachiaria decumbens. Penyediaan pakan, peternak baru mengutamakan jumlah atau kuantitas pakan, tapi belum memperhatikan kandungan nutrisi pakan yang diberikan. 32

15 Komposisi Nutrisi Hijauan Kualitas hijauan pada musim hujan dan kemarau berbeda. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa kandungan BK pada musim hujan umumnya lebih rendah dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh pengairan pada saat penanaman hijauan baik sehingga kadar BK hijauan menjadi rendah. Rendahnya kadar BK hijauan diikuti juga dengan rendahnya kadar SK hijauan pada musim hujan namun nilai PK hijauan lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim kemarau. No Tabel 6. Kualitas Hijauan Musim Hujan dan Kemarau di Kampung Barunagri, Lembang Sampel Musim Hujan BK PK SK 1 R. Lapang 14,50 16,54 29,83 2 Pennisetum purpureum 28,80 12,65 32,68 3 R. Sawah 24,10 10,01 27,06 4 Pennisetum purpureum varietas Taiwan 13,34 11,96 28,28 Musim Kemarau 1 Brachiaria decumbens 26,04 14,27 21,99 2 Stylosanthes guianensis 24,42 11,24 20,22 3 R. Lapang 3 25,08 8,89 23,03 4 Paku Tangkal 46,09 7,90 21,13 5 Paku Sigung 35,69 11,10 20,30 6 Pennisetum purpureum 34,69 11,78 20,65 7 R. Sawah 22,13 15,27 21,92 8 Jerami Padi 77,07 6,11 24,61 9 Legum Pohon (Cerem) 22,93 8,97 25,17 Kadar BK hijauan pada musim kemarau jauh lebih tinggi dibandingkan dengan musim hujan. Nilai BK tertinggi terdapat pada jerami padi, yaitu sebesar 77,07%. Selain itu terdapat hijauan paku tangkal yang memiliki kadar BK hijauan cukup tinggi yaitu 46,09%. Tingginya kadar BK hijauan berbanding terbalik dengan % 33

16 kadar PK hijauan. Kualitas hijauan pada musim hujan lebih baik dibandingkan dengan musim kemarau. Hal ini dapat dilihat dari nilai PK hijauan pada musim hujan lebih tinggi. Pemberian Pakan Konsumsi BK untuk sapi perah adalah sekitar 2,5-3% dari bobot badannya (GKSI-CCD, 1995). Jumlah pemberian BK, PK, dan SK hijauan dapat dilihat pada Tabel 7 Pemberian BK berbeda nyata (p<0,05) lebih tinggi pada musim kemarau dibandingkan dengan musim hujan. Rata-rata pemberian BK pada musim hujan adalah sebesar 14,34±8,52 (kg/ekor/hari) sedangkan pada musim kemarau adalah 20,79±8,68 (kg/ekor/hari). Hal ini disebabkan jenis pakan yang diberikan mengandungan BK lebih tinggi dengan volume pemberian yang relatif tetap. Kadar BK hijauan tersebut berpengaruh nyata pada pemberian SK hijauan yang semakin meningkat namun tidak berpengaruh pada pemberian PK. Rata-rata pemberian PK relatif stabil sepanjang tahun, yaitu sebesar 1,84±1,77 (kg/ekor/hari) pada musim hujan dan 1,82±0,08 (kg/ekor/hari) pada musim kemarau. data pemberian BK, PK, dan SK hijauan pada ternak sapi perah dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pemberian BK, PK dan SK Hijauan di Kampung Barunagri, Lembang Pemberian Rataan Pemberian Rataan±SD (Kg/ekor/hari) Uji T Musim Hujan Musim Kemarau BK 14,34±8,52 20,79±8,68 0,006 * PK 1,84±1,77 1,82±0,08 0,442 SK 2,84±1,95 4,66±2,03 0,002 * Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Berdasarkan uji T, pemberian BK dan SK nyata (p<0,05) lebih besar pada musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh lebih tinggi kadar BK dan SK hijauan pada musim kemarau. Peternak lebih banyak memberikan pakan hijauan berupa jerami padi dan rumput lapang yang memiliki kadar serat kasar sangat tinggi. 34

17 Bobot Badan Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata rata BB sapi pada musim hujan lebih tinggi dibadingkan dengan musim kemarau. Perbedaan BB ini dikarenakan konsumsi pakan yang lebih tinggi pada musim hujan. Hal ini sejalan dengan Prihatman (2000) yang menyatakan bahwa konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka akan terjadi kelebihan panas tubuh sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Meningkatnya BB sapi juga disebabkan oleh umur dan periode laktasi, semakin tinggi periode laktasi maka semakin tinggi pula BB sapi perah. Nilai BB sapi laktasi ke 3-7 berbeda nyata lebih besar pada musim hujan (p<0,05). Rata-rata BB sapi laktasi ke 3-7 pada musim hujan adalah 428,80±42,14 dan 407,07±34,37 pada musim kemarau. Hal ini menandakan bahwa perbedaan musim dapat mempengaruhi kenaikkan BB sapi. Tabel 8. Rataan Bobot Badan di Kampung Barunagri, Lembang Bobot Badan Sapi Laktasi Parameter Rataan±SD (Kg/ekor/hari) Uji T Musim Hujan Musim Kemarau Laktasi 1 408,37±28,28 389,27±45,51 0,226 Laktasi 2 410,734±23,41 397,248±37,47 0,169 Laktasi ,80±42,14 407,07±34,37 0,011* Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Banyak faktor yang menyebabkan BB pada musim kemarau lebih rendah jika dibandingkan dengan musim hujan, yaitu konsumsi air minum, konsumsi pakan, aktivitas ternak dan lain-lain. Rata-rata BB paling besar terjadi pada sapi laktasi 3-7 disebabkan oleh umur ternak yang semakin besar. Selain itu, konsumsi pada ternak tersebut dapat disimpan sebagai cadangan energi karena sapi laktasi 3-7 sudah tidak mengalami pertumbuhan seperti sapi laktasi awal (Blakely et al, 1991). Body Score Condition (BSC) BSC merupakan skor kondisi tubuh yang memiliki nilai antara 1-5 ( 1= sangat kurus, 3= sedang, 5= sangat gemuk) dengan nilai 0,25 atau 0,50 angka diantara selang itu (Edmonson et al, 1989). Pada Tabel 9 dapat dilihat bahwa rataan 35

18 BSC pada setiap musim tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya nilai yang berbeda nyata pada setiap sapi laktasi. Pada Tabel 9 dapat dilihat BSC sapi laktasi di Kawasan Kampung Barunagri. Tabel 9. Rataan Body Score Condition (BSC) di Kampung Barunagri, Lembang Periode Laktasi BSC Sapi Laktasi Rataan±SD (Kg/ekor/hari) Uji T Musim Hujan Musim Kemarau 1 2,88±0,25 2,64±0,69 0, ,75±0,27 2,88±0,36 0, ,89±0,38 2,85±0,40 0,337 Rataan BSC pada musim hujan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan musim kemarau namun tidak pada sapi laktasi dua. Hal ini disebabkan oleh jumlah sapi laktasi 2 pada musim kemarau lebih banyak sehingga variasi data yang ada lebih banyak jika dibandingkan dengan musim hujan. Sapi laktasi diatas tiga memiliki rataan BSC yang lebih tinggi dibandingkan dengan laktasi awal karena BB pada laktasi awal juga menurun sehingga berpengaruh langsung terhadap BSC. Nilai rata-rata BSC pada kedua musim tidak terlalu menunjukkan banyak perbedaan, yaitu 2,5-3. Produksi Susu Pakan memegang peranan sangat penting karena digunakan untuk hidup pokok, produksi susu dan pertumbuhan bagi sapi dewasa. Pada umumnya, rataan produksi susu sapi perah di kawasan ini pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan dengan musim kemarau yaitu 17,05 liter sedangkan pada musim kemarau adalah sebesar 15,67 liter. Pada sapi laktasi satu dan dua, produksi susu musim kemarau lebih rendah dibandingkan dengan musim hujan berbeda nyata dengan nilai masingmasing 0,042 dan 0,006. Rata-rata produksi susu pada musim hujan sapi laktasi 1 adalah 18,5±5,32 dan sapi laktasi 2 adalah 18,4±3,05. Pada Tabel 10 dapat dilihat perbedaan produksi susu di kedua musim. 36

19 Tabel 10. Rataan Produksi Susu di Kampung Barunagri, Lembang Rataan Produksi Susu Sapi Laktasi Periode Laktasi Rataan±SD (Kg/ekor/hari) Uji T Musim Hujan Musim Kemarau 1 18,5±5,32 11,86±3,02 0,042* 2 18,4±3,05 12,5±7,30 0,006 * ,89±8,29 18,15±7,32 0,253 Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Produksi susu yang cenderung meningkat pada musim kemarau tidak berbeda nyata pada sapi laktasi 3 keatas. Rata-rata produksi susu sapi laktasi 3-7 pada musim hujan adalah 16,89±8,29. Dengan demikian penurunan produksi susu ini akan sangat berdampak pada sapi-sapi muda khususnya pada laktasi satu dan dua. Hal ini disebabkan oleh sapi dewasa memiliki cadangan tubuh yang lebih banyak dibandingkan dengan ternak muda yang masih tumbuh. Produksi susu cenderung meningkat pada musim hujan, hal ini sejalan dengan Bamualim, et al (1994) yang menyatakan bahwa produksi ternak ruminansia masih sangat rendah terutama disebabkan oleh kuantitas dan kualitas hijauan yang kurang memadai terutama pada musim kemarau. Kualitas Susu Dalam penelitian ini, parameter kualitas susu yang diukur adalah lemak, protein, laktosa dan solid susu. Pengujian kualitas susu dilakukan secara rutin oleh KPSBU yang dilakukan enam kali per bulan. Waktu pengambilan sampel tidak diketahui oleh peternak supaya data yang didapat benar-benar akurat tanpa ada manipulasi. Data kualitas susu dapat dilihat dari tabel

20 Tabel 11. Kualitas Susu di Kampung Barunagri, Lembang Kualitas Susu Sapi Laktasi Parameter Rataan±SD (Kg/ekor/hari) Uji T Musim Hujan Musim Kemarau Lemak 3,36±0,21 3,52±0,29 0,113 Protein 3,05±0,10 2,94±0,15 0,052 Laktosa 5,03±0,09 4,93±0,05 0,000 * Solid 11,45±0,23 11,39±0,38 0,361 Titik beku 530,81±5,31 528,38±4,61 0,17 Keterangan: Superskrip * menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) Hasil penelitian menunjukan bahwa kandungan lemak susu pada musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan pada musim hujan, akan tetapi kandungan protein susu terjadi sebaliknya. Rata-rata kualitas lemak susu adalah 3,5 sedangkan kualitas protein adalah 3. Peningkatan kualitas susu disebabkan oleh jumlah serat kasar dari hijauan yang dikonsumsi pada musim kemarau lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan Schmidt et al. (1998) yang menyatakan bahwa jumlah konsumsi serat kasar yang tinggi akan membentuk asam asetat yang tinggi sehingga kadar lemak susu meningkat. Menurut data diatas, kadar protein dalam susu mengalami peningkatan pada musim hujan. Data lemak susu pada musim kemarau cenderung lebih tinggi dari musim hujan (p=0,113). Nilai laktosa dan titik beku susu pada musim kemarau mengalami penurunan namun kondisi sebaliknya terjadi pada solid susu. 38

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografi Wilayah Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, yang terdiri dari Kampung Nyalindung, Babakan dan Cibedug, merupakan bagian dari wilayah Desa Cikole.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu Masa laktasi adalah masa sapi sedang menghasilkan susu, yakni selama 10 bulan antara saat beranak hingga masa kering kandang. Biasanya peternak akan mengoptimalkan reproduksi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Iklim dan Cuaca Pengaruh Iklim terhadap Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Usaha Peternakan Sapi Perah Keuntungan usaha peternakan sapi perah adalah peternakan sapi perah merupakan usaha yang tetap, sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden (Keppres)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Menurut Yusdja (2005), usaha sapi perah sudah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah

Lebih terperinci

SKRIPSI FELLA ANINDITA

SKRIPSI FELLA ANINDITA PERBEDAAN KUALITAS NUTRISI HIJAUAN PADA MUSIM HUJAN DAN KEMARAU SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS SUSU DI KAMPUNG BARUNAGRI, LEMBANG, BANDUNG UTARA SKRIPSI FELLA ANINDITA DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Salah satu bangsa sapi bangsa sapi perah yang dikenal oleh masyarakat adalah sapi perah Fries Holland (FH), di Amerika disebut juga Holstein Friesian disingkat Holstein, sedangkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR HUBUNGAN VARIASI PAKAN TERHADAP MUTU SUSU SEGAR DI DESA PASIRBUNCIR KECAMATAN CARINGIN KABUPATEN BOGOR Oleh: Iis Soriah Ace dan Wahyuningsih Dosen Jurusan Penyuluhan Peternakan, STPP Bogor ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan peternakan saat ini, menunjukan prospek yang sangat cerah dan mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi pertanian Indonesia. Usaha peternakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Peternakan Rakyat di Ciater Peternakan rakyat di Ciater Kabupaten Subang merupakan peternakan yang tergabung dalam Koperasi Peternak Sapi Perah Bandung Utara (KPSBU)

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 14, Nomor 1, Juni 2016 JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN 1412-6982 Volume 14, Nomor 1, Juni 2016 FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PRODUKTIVITAS SUSU SAPI PERAH DI DESA GEGER KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.1.1 Kabupaten Subang Kabupaten Subang adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat terletak di antara 107 o 31 107 0 54 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi susu sangat menentukan bagi perkembangan industri susu sapi perah nasional. Susu segar yang dihasilkan oleh sapi perah di dalam negeri sampai saat ini baru memenuhi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan bentuk negara yang berpulau-pulau menjadikan negeri ini memiliki sumber daya alam yang melimpah baik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi sapi perah yang sedikit, produktivitas dan kualitas susu sapi yang rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat Jenderal Peternakan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

IV. ANALISIS DAN SINTESIS IV. ANALISIS DAN SINTESIS 4.1. Analisis Masalah 4.1.1. Industri Pengolahan Susu (IPS) Industri Pengolahan Susu (IPS) merupakan asosiasi produsen susu besar di Indonesia, terdiri atas PT Nestle Indonesia,

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, 35 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN AgroinovasI FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN Usaha penggemukan sapi potong semakin menarik perhatian masyarakat karena begitu besarnya pasar tersedia untuk komoditas ini. Namun demikian,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari. Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang. IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Kerja KSU Tandangsari Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari berlokasi di Komplek Pasar Tanjungsari No. 50, Desa Jatisari, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan hewan ternak perah lainnya. Keunggulan yang dimiliki sapi perah tersebut membuat banyak pengusaha-pengusaha

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%)

TINJAUAN PUSTAKA. Lemak (%) TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Friesian Holstein (FH) Bangsa sapi perah Fries Holland berasal dari North Holland dan West Friesland yaitu dua propinsi yang ada di Belanda. Kedua propinsi tersebut merupakan

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan ketersediaan pakan yang cukup untuk ternak. Pakan merupakan hal utama dalam tata laksana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Sapi perah yang dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah Friesian Holstein (FH) dan Peranakan Friesian Holstein (PFH) (Siregar, 1993). Sapi FH memiliki ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 53 BAB IV GAMBARAN UMUM ORGANISASI 4.1 Sejarah Perkembangan KPSBU Jabar Bangsa Belanda mulai memperkenalkan sapi perah kepada masyarakat Lembang sekitar tahun 1800-an. Seiring dengan berjalannya waktu,

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar

PENGANTAR. Latar Belakang. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar PENGANTAR Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan sektor peternakan dalam rangka mendukung upaya pemerintah dalam program pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga

ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING. seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan, dan tenaga VI. ANALISIS HASIL USAHA TERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Ketersediaan Input Dalam mengusahakan ternak sapi ada beberapa input yang harus dipenuhi seperti (kandang, peralatan, bibit, perawatan, pakan, pengobatan,

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi Perah Sapi perah termasuk kedalam famili Bovidae dan ruminansia yang mempunyai tanduk berongga. Sapi perah Fries Holland atau juga disebut Friesian Holstein

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani dan peternak serta mampu meningkatkan gizi masyarakat. Pengelolaan usaha

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu kegiatan pembangunan yang menjadi skala prioritas karena dapat memenuhi kebutuhan protein hewani yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Sejarah Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) Jawa Barat Hal yang melatarbelakangi pembentukan Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara (KPSBU) adalah adanya permasalahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia, 90% merupakan peternakan sapi perah rakyat dengan kepemilikan kecil dan pengelolaan usaha yang masih tradisional. Pemeliharaan yang

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Organisasi 4.1.1. Sejarah, Visi dan Misi KPSBU KPSBU berdiri sejak tahun 1971 dan terus berupaya mencapai tujuan menjadi koperasi susu terdepan di Indonesia

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

Gambar 5. Form Menu Utama Program

Gambar 5. Form Menu Utama Program HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem Aplikasi Evaluasi Pemberian Pakan Sapi Perah Peternakan yang baik memiliki data yang disimpan dan dapat digunakan untuk analisa usaha. Australia sebagai salah satu negara produsen

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016.

HASIL DAN PEMBAHASAN. profil Desa Sukanegara, Kecamatan Carita, Kabupaten Pandeglang tahun 2016. 26 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Keadaan umum daerah penelitian meliputi, keadaan administratif daerah, tata guna lahan, dan mata pencaharian penduduk. Keadaan umum didapat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI

PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 2, Agustus 2014: 92-96 ISSN : 2355-6226 PEMANFAATAN LAHAN TIDUR UNTUK PENGGEMUKAN SAPI 1* 2 Handian Purwawangsa, Bramada Winiar Putera 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Sukajaya mempunyai luas 3.090,68 Ha dan jumlah penduduk

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014 No. 78/12/33 Th. VIII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN JAWA TENGAH TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI UNTUK USAHA SAPI POTONG SEBESAR 4,67 JUTA RUPIAH PER EKOR PER TAHUN, USAHA SAPI PERAH

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA

KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL PEMERAHAN BERBEDA Animal Agriculture Journal 5(1): 195-199, Juli 2015 On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj KANDUNGAN LEMAK, TOTAL BAHAN KERING DAN BAHAN KERING TANPA LEMAK SUSU SAPI PERAH AKIBAT INTERVAL

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan balai pusat pembibitan sapi perah di bawah

Lebih terperinci

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB

PRODUKSI DAN. Suryahadi dan Despal. Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB EFEK PAKAN TERHADAP PRODUKSI DAN KUALITAS AIR SUSU Suryahadi dan Despal Departemen Ilmu Nutrisi &Teknologi Pakan, IPB PENDAHULUAN U Perkembangan sapi perah lambat Populasi tidak merata, 98% di P. Jawa

Lebih terperinci

VI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VI ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Dalam rangka memudahkan analisis maka peternak sapi perah (responden) di Tempat Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan satuan ternak (ST)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries 20 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 ekor sapi perah Fries Holland pada laktasi pertama. Produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Republik Rakyat Cina (RRC), India, dan Amerika Serikat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Peternakan Sri Murni HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Setiap peternakan memiliki karakteristik tersendiri baik dari segi sejarah pendirian dan tujuan dari pendirian peternakan serta topografi dan letak koordinat. Perincian

Lebih terperinci

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA

JURNAL INFO ISSN : PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA PENDAMPINGAN PROGAM PENGUATAN PAKAN INDUK SAPI POTONG DI KABUPATEN BLORA R. S. Ardiansyah, N. I. Varianti, P. D. O. Kurniaji, N. Musyaffa, M. Y. E. Santoso Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 2011 sebanyak ekor yang tersebar di 35 Kabupaten/Kota. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Produksi Susu di Jawa Tengah, Kabupaten Banyumas, dan Kabupaten Semarang Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang menjadi pusat pengembangan sapi perah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil 9 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Peternakan Sapi Perah Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil susu. Susu didefinisikan sebagai sekresi fisiologis dari kelenjar ambing. di antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil Perusahaan a. Sejarah KPSBU Jawa Barat KPSBU (Koperasi Peternakan Sapi Bandung Utara) Jawa Barat, yang berdiri sejak 8 Agustus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya

Lebih terperinci

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN

VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN 93 VI. GAMBARAN WILAYAH, KARAKTERISTIK PETERNAKAN SAPI POTONG DAN RESPONDEN PENELITIAN 6.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten yang terletak di provinsi Sumatera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet 4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Wilayah Desa Jogonayan 1. Kondisi Geografis dan Administrasi Jogonayan merupakan salah satu desa dari 16 desa yang ada di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kondisi Geografis Kecamatan Cigugur merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur memiliki potensi curah hujan antara 1.000-3.500

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci