BAB II TINJAUAN KONSEP. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN KONSEP. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap"

Doddy Kusumo
5 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB II TINJAUAN KONSEP A. Pengertian Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang di rasakan sebagai ancaman (Stuart dan Sundden 1995). Perasaan marah normal bagi tiap inividu, namun perilaku yang dimanifestasikan oleh perasaan marah dapat berfluktuasi sepanjang rentang Adaptif dan Maladaftif. ( Gambar. 1). Respon Adaptif Respon Maladaptif Asetif Frustasi Pasif Agresif Kekerasan / Amuk Gambar 2.1. Rentang Respon Marah (Stuart dan Sundeen, 1995) Kegagalan yang menyebabkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif yaitu agresif sampai kekerasan. Perilaku yang dilimpahkan mulai yang rendah sampai pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu : 1. Asertif : kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa menyakiti orang lain akan memberi kelegaan pada individu dan tidak akan menimbulkan masalah.

2 2. Frustasi : Respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan karena tujuan yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan. Dalam hal ini tidak di temukan alternatif lain. 3. Pasif : Suatu keadaan dimana individu merasa tidak mampu mengungkapkan perasaan yang sedang di alami untuk menghindari tuntutanya. 4. Agresif : Memperlihatkan permusuhan, keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberi kata kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien masih dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain. 5. Kekerasan : Sering juga di sebut gaduh, gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata kata ancaman disertai melukai pada tingkat yang ringan, dan yang paling berat adalah melukai atau merusak secara serius. Klien tidak mampu mengendalikan diri. B. Pengkajian Etiologi pada penyakit atau gangguan jiwa dibedakan menjadi dua yaitu Faktor Prediposisi dan Faktor Presipitasi : a. Faktor Prediposisi Berbagai pengalaman yang di alami tiap orang yang merupakan faktor prediposisi, artinya mungkin terjadi atau mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut di alami oleh individu : 1. Psikologi, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat menyebabkan agresif atau amuk, masa kanak kanak yang tidak menyenangkan

3 yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi penganiayaan dapat menyebabkan gangguan jiwa pada usia dewasa atau remaja. 2. Biologis, Yaitu tidak berfungsinya Endokrin dan Hipersekresi Eortisol. 3. Perilaku, Reinforcement yang di terima saat melakukan kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan. 4. Sosial Budaya, Budaya tertutup dan membalas secara diam (Pasif Agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah olah perilaku kekerasan diterima (Permissive). b. Faktor Presipitasi Faktor Presipitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan pada fisik (penyakit fisik), keputus asaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang di cintai, atau pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat memicu perilaku kekerasan (Stuart dan Sundden 1995). C. Psikopatologi Stres, cemas dan marah merupakan bagian sehari hari yang harus di hadapi oleh setiap individu. Stres dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat juga menimbulkan kemarahan.

4 Respon terhadap marah dapat di ungkapkan melalui tiga cara yaitu mengungkapkan secara verbal sering disebut cara konstruktif, menekan masalah dan menantang sering disebut cara yang destruktif. Dengan mengungkapkan secara verbal akan merasakan kelegaan dan ketegangan menurun sehingga rasa marah dapat diatasi. Dengan menentang masalah tidak akan selesai bahkan akan timbul marah yang berkepanjangan. Dengan menekan marah, marah tidak terungkap dan menyebabkan marah yang berkepanjangan pula. D. Gambaran Klinis Manifestasi klinis yang biasa ditemukan pada kilen dengan perilaku kekerasan antara lain: muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat, memaksakan kehendak dan memukul bila tidak tenang (Budi Anna Keliat, 1998). E. Pohon Masalah Resiko menceridai: diri sendiri, orang lain, lingkungan Perilaku kekerasan Gangguan harga diri: harga diri rendah (Keliat, 1998)

5 F. Diagnosa Keperawatan Diagnosa yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan antara lain adalah: 1. Resiko menceridai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan. 2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah. G. Fokus Investasi Diagnosa keperawatan I TUM : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan dengan melakukan manajemen perilaku kekerasan. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria Hasil : 1.1. Klien mau membalas salam Klien mau menjabat tangan Klien mau menyebut nama Klien mau tersenyum Klien mau kontak mata Klien mau mengetahui nama perawat. Investasi : Beri salam atau panggil nama Sebutkan nama sambil jabat tangan.

6 Jelaskan maksud hubungan interaksi Jelaskan tentang kontak yang dibuat Beri rasa aman dan sikap empati Lakukan kontak singkat tapi sering. TUK 2 Klien dapat mendefinisikan penyebab perilaku kekerasan Klien mengungkapkan perasaanya Klien dapat mengungkapkan penyebab jengkel atau kesal (terhadap diri sendiri, orang lain dan linngkungan) Beri kesempatan untuk mengungkapkan persaannya Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau kesal. TUK 3 Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel atau kesal Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

7 Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien. TUK 4 : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan. Intevensi : Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa di lakukan bicarakan dengan klien Apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya akan selesai. TUK 5 : Klien dapat mendefinisikan akibat perilaku kekerasan Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang dilakukan klien Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien Bersama klien simpulkan akibat cara yang di gunakan klien Tanyakan pada klien Apakah ia mempelajari cara baru yang sehat?.

8 TUK 6 : Klien dapat mendefinisikan cara konstruktif dalam merespon terhadap masalah Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara konstruktif Tanyakan pada klien Apakah ia mau mempelajari cara baru yang sehat? Berikan pujian kalau klien menemukan cara baru yang sehat Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat. a. Secara fisik : tarik nafas dalam jika kesal, memukul bantal atau kasur, olahraga atau melakukan pekerjaan yang memerlukan tenaga. b. Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal, tersinggung atau jengkel. (saya kesal anda berkata seperti itu, saya marah karena ibu tidak memenuhi permintaan saya). c. Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara cara marah yang sehat, latihan asertif, latihan menejemen perilaku kekerasan. d. Secara spiritual : anjurkan klien sembahyang, berdoa atau ibadah ibadah yang lain, meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran, mengadu pada Tuhan tentang kekerasan dan kejengkelan yang dialaminya. TUK 7 : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan 7.1. Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

9 a. Fisik : tarik nafas dalam, olahraga, pukul kasur atau bantal. b. Verbal : mengatakan secara langsung dengan tidak menyakiti. c. Spiritual : sembahyang, berdoa atau ibadah lain Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien Bantu klien mendefinisikan manfaat cara yang telah dipilih Bantu klien menstimulasikan cara tersebut (Role Play) Beri Reinsforcement positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah Susun jadwal melakukan cara yang telah di pelajari. TUK 8 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar (Sesuai dengan program pengobatan) Klien dapat menyebutkan obat obatan yang diminumnya dan kegunaanya. (jenis, waktu, dosis dan efek) Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan Jelaskan jenis jenis obat yang diminum klien Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian minum obat tanpa seijin dokter Jelaskan prinsip benar minum (baca nama yang tertera pada botol obat, jenis obat, waktu dan cara minum).

10 Anjurkan klien minta obat dan minum tepat pada waktunya Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika merasakan efek yang tidak menyenangkan Beri pujian jika minum obat dengan benar. TUK 9 : Klien mendapat dukungan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan Keluarga klien dapat : a. Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan. b. Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat klien dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien jelaskan cara cara merawat klien : a. Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah serta konstruktif. b. Sikap dan bicara tenang serta jelas. c. Membantu klien mengenal penyebab marah Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien Bantu keluarga mengungkapkan perasaanya setelah melakukan demonstrasi. TUK 10 : Klien mendapat perlindungan dari lingkungan untuk mengontrol perilaku kekerasan.

11 10.1. Bicara tenang, gerakan tidak terburu buru, nada suara rendah, tunjukkan kepedulian Lindungi agar tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungan Jika tidak bisa di atasi lakukan : a. Pembatasan gerak atau pengekangan.

dokumen-dokumen yang mirip

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang