BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa menjadi suatu kebutuhan bagi setiap orang. Peran bahasa sangat penting dalam komunikasi antarmanusia sehari-hari. Bahasa mengutarakan maksud yang hendak disampaikan seorang penutur/penulis kepada pendengar/pembaca. Dengan media bahasa itulah akan terjadi peristiwa sosial masyarakat. Bahasa muncul karena kebutuhan manusia untuk berkomunikasi. Fungsi utama bahasa memang sebagai alat komunikasi. Selain fungsi utama tersebut, bahasa sudah berkembang sebagai media kreativitas manusia sebagai bentuk ekspresi atas apa yang ada dalam pikirannya. Dengan kata lain, peran bahasa tidak bisa dihilangkan dalam dinamika kehidupan manusia. Bahasa memiliki sistem, yakni sistem bunyi, sistem tata bahasa, dan sistem makna. Sebagai sebuah sistem, pemakaiannya seringkali digunakan secara sistematis pula. Namun hal itu bergantung kepada pemakainya. Tiap orang memiliki cara yang berbeda dalam menggunakan sistem bahasa. Hakikat dan peranan bahasa tidak dapat dilepaskan dari persoalan menafsirkan makna (Wibowo, 2009:14). Perkembangan bahasa sangat pesat seiring dengan perkembangan zaman. Bahasa menjadi hal yang tidak tergantikan. Bahasa masuk ke berbagai bidang teknologi, kesehatan, bisnis, hingga kekuasaan. Bahasa dan kekuasaan menjadi topik yang menarik untuk dikaji. Di tahun politik 2014, di mana ada agenda pemilu legislatif dan pemilu presiden, para penguasa memanfaatkan bahasa sebagai sarana berkampanye. Bahasa politik menjadi strategi dalam kampanye di media massa. Pemakaian bahasa sangat penting dalam dinamika politik.

2 Melalui bahasa yang tepat, pembicara/penulis dapat menyampaikan pesan sesuai dengan apa yang telah dimaksudkan. Dengan pemakaian bahasa yang baik dan benar, pendengar/pembaca dapat dengan mudah dan cepat memahami pesan yang dimaksud. Bahasa dipakai oleh para penguasa untuk memperoleh atau mempertahankan kekuasaannya. Moore dan Hendry (dalam Thomas dan Wareing, 2007:18) mengatakan bahwa kekuasaan adalah kekuatan dalam masyarakat yang membuat tindakan terjadi, sehingga dengan menelitinya, kita bisa mengenali siapa yang mengendalikan apa dan demi kepentingan siapa. Hubungan antara bahasa dan kekuasaan dapat ditunjukkan dengan pemanfaatan bahasa dalam kegiatan berpolitik, seperti ketika sedang berpidato, rapat, menyusun anggaran dasar, menyusun undang-undang, dan dalam membuat keputusan. Contoh penggunaan bahasa dan kekuasaan tidak hanya terdapat dalam ranah pemerintahan saja, tetapi terdapat dalam ranah lainnya juga. Sebagai contoh, cara guru mengajar murid memperlihatkan dengan jelas hubungan kekuasaan antara guru dan murid. Dengan demikian, bahasa dan kekuasaan tidak bisa dipisahkan. Kekuasaan terjadi akibat dinamika politik. Politik dan kekuasaan merupakan dua hal yang saling berkaitan. Menurut Jason Jones dan Shan Wareing, dalam buku yang berjudul Bahasa, Masyarakat dan Kekuasaan (diterjemahkan oleh Sunoto dkk.), politik adalah masalah kekuasaan, yaitu kekuasaan untuk membuat keputusan, mengendalikan sumber daya, mengendalikan perilaku orang lain, dan sering kali juga mengendalikan nilai-nilai yang dianut orang lain (2007:20). Politik tumbuh subur di Indonesia sebagai negara demokrasi. Bahkan, permainanpermainan politik sudah lumrah dan membaur dengan para wakil rakyat di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Politik adalah sebuah sistem, dan orang yang melaksanakan sistem itu disebut

3 politikus. Untuk melancarkan kegiatan politiknya, politikus memanfaatkan media komunikasi sebagai sarana berkampanye. Media komunikasi memiliki bermacam jenis, yaitu media cetak, media elektronik, dan media online atau internet (international network). Media adalah tempat yang sangat berpotensi untuk memproduksi dan menyebarluaskan makna sosial, atau dengan kata lain, media berperan besar dalam menentukan makna dari kejadian-kejadian yang terjadi di dunia untuk budaya, masyarakat, atau kelompok sosial tertentu (Thomas dan Wareing, 2007:78). Bahasa digunakan dalam sebuah media oleh suatu individu atau kelompok politik tertentu. Individu/kelompok tersebut memproduksi berita-berita yang dianggap pantas dan memberikan keuntungan bagi mereka. Kemudian berita itu ditayangkan atau diterbitkan ke dalam televisi atau koran di mana mereka berkuasa. Fungsi utama media adalah untuk mendidik dan menghibur. Selain itu, fungsi penting media yang lain adalah untuk menyampaikan informasi. Joanna Thomborrow (dalam Thomas dan Wareing, 2007:80) mengatakan bahwa media massa adalah sarana untuk mengakses banyak informasi dan merupakan sebuah aspek yang sangat penting dalam masyarakat kita. Institusi media, lanjut Joanna, bisa menentukan kejadian mana yang masuk berita dan mana yang tidak, siapa yang suaranya masuk dalam koran, televisi, radio, dan mana yang tidak. Media menjadi penting perannya di zaman modern dengan teknologi super canggih saat ini. Informasi tersaji dengan cepat meski suatu peristiwa terjadi di belahan bumi yang lain. Mau tidak mau, masyarakat harus intens berdampingan dengan media, jika tak ingin ketinggalan zaman. Situasi inilah yang dimanfaatkan pemilik media untuk melakukan doktrinasi. Media ada dalam kehidupan masyarakat sehari-hari dan menjadi bagian yang tak terpisahkan.

4 Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk memiliki pengetahuan tentang media. Masyarakat harus pandai-pandai memilih informasi mana yang benar, mana yang tidak. Lebih bagus lagi, masyarakat harus mampu membedakan informasi yang berkualitas dan informasi yang hanya ditumpangi kepentingan politik. Media memanfaatkan segala yang dimilikinya untuk menarik minat masyarakat. Radio merupakan media yang hanya mengandalkan suara untuk menyampaikan informasi. Sementara itu, media cetak seperti koran dan majalah memanfaatkan komunikasi visual untuk menarik minat pembaca. Media televisi merupakan media elektronik yang komplit dibandingkan dengan media lainnya. Media televisi memiliki gabungan antara unsur suara dan gambar. Di antara ketiga media tersebut, yang lebih penting dan pasti ada ialah peran bahasa yang digunakan sebagai alat penyampai pesan. Bahasa memiliki peran yang kompleks dalam kelancaraan informasi. Bahasa penyiar radio harus runtut dan jelas agar bisa ditangkap informasinya oleh para pendengar. Begitu pun dengan koran atau majalah. Bahasa dalam koran atau majalah harus informatif, enak dibaca, dan menarik. Televisi juga demikian, teknisi harus pandai-pandai menggabungkan antara efek visual dan efek suara dengan pembawaan narasi yang pas sehingga tidak timbul kerancuan dalam penyampaian informasi. Pemakaian bahasa dalam media cetak menarik untuk dibahas. Media cetak mengandalkan penggunaan bahasa yang tepat untuk menarik pembaca. Media cetak menyampaikan informasi melalui tulisan, dan tulisan itu merupakan cara berbahasa yang harus dipoles sedemikian rupa hingga menjadi tulisan yang enak dibaca. Tidak hanya supaya enak dibaca, biasanya bahasa dipoles untuk mempengaruhi pembaca. Inilah yang kerap dilakukan para pemilik media. Sesuatu hal yang penting untuk ditelaah ahli linguistik adalah bahwa institusi media bisa mempengaruhi cara menyajikan berita dan kerangka yang digunakan untuk menampilkan orang-

5 orang yang berbicara di dalam media, tulis Joanna. Cara untuk mempengaruhi masyarakat itu adalah dengan penggunaan bahasa yang disusun sedemikian rupa sehingga masyarakat tertarik. Dalam sebuah media cetak seperti majalah dan koran, pihak redaksi memberikan ruang berpendapat kepada masyarakat berbentuk tulisan opini maupun surat pembaca. Selanjutnya, penulis bermaksud meneliti sebuah wacana dalam opini yang ditulis oleh Joko Widodo pada sebuah koran harian dengan pendekatan studi analisis wacana kritis model van Dijk. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Edisi Ketiga, opini adalah pendapat; pikiran; pendirian (KBBI, 2007). Opini tersebut berjudul Revolusi Mental yang diambil dalam koran harian Kompas pada tanggal 10 Mei Mengapa mengambil opini Revolusi Mental yang ditulis oleh Joko Widodo? Tahun 2014 dianggap sebagai tahun politik karena pada tahun inilah pemilu dilakukan. Joko Widodo adalah salah satu orang yang menjadi calon presiden. Pada tanggal 10 Mei 2014, ia menulis opini yang dimuat di surat kabar nasional Kompas. Tulisan ini langsung menjadi perhatian umum masyarakat Indonesia karena ditulis oleh calon presiden di saat masa kampanye pilpres. Inilah yang menjadi alasan pertama. Alasan kedua adalah pasca-terbitnya tulisan ini, revolusi mental menjadi slogan kampanye Joko Widodo dalam menarik perhatian masyarakat. Revolusi mental menjadi sebuah tanda dukungan masyarakat kepada Joko Widodo serta sebagai tagline kampanyenya. Ketiga, media yang digunakan adalah harian Kompas. Kompas merupakan surat kabar nasional yang terbit setiap hari atau biasa disebut harian. Kompas merupakan salah satu harian terbesar nasional dengan oplah mencapai eksemplar per hari (Sularto, 2007:74). Oleh karena itu, penulis memilih opini Revolusi Mental yang ditulis Joko Widodo pada tanggal 10 Mei 2014.

6 Alasan lain yang bersifat lingual adalah dalam Revolusi Mental, pilihan kata oleh Joko Widodo variatif dan cukup sering menggunakan kata berkonotasi negatif. Bahasa yang digunakan adalah bahasa ragam kekuasaan di mana terdapat kata-kata atau kalimat yang bersinggungan seputar kekuasaan. Strategi penulisan Revolusi Mental juga menarik untuk diteliti. Joko Widodo menggunakan bahasa pembuka yang umum pada awal-awal paragraf. Kemudian mengungkapkan persoalan satu per satu dengan bahasa kritis cenderung berkonotasi negatif. Setelah itu, penulis menggunakan bahasa kompromistis menjelang akhir tulisan. Selanjutnya, penulis menggunakan analisis wacana model Teun A. van Dijk karena teori tersebut bisa diaplikasikan secara praktis. Teori model van Dijk bisa diaplikasikan dengan objek iklan televisi seperti pada penelitian I Wayan Mulyawan (Universitas Udayana) maupun objek teks berita. Teori model van Dijk menggunakan struktur teks dan konteks sebagai dasar analisis. Model van Dijk menggunakan elemen-elemen mikro yang menganalisis unsur kebahasaan dalam sebuah teks. B. Pembatasan Masalah Pembatasan terhadap masalah yang dikaji sangat penting dilakukan dalam sebuah penelitian. Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar penelitian lebih terfokus dan terkonsentrasi. Selain itu, hal ini juga akan memudahkan penulis untuk menentukan dan mengklasifikasikan data sesuai dengan yang diperlukan sehingga dapat diperoleh hasil penelitian yang maksimal. Maka dari itu, ruang lingkup penelitian ini hanya terbatas pada opini Revolusi Mental yang ditulis Joko Widodo dan dianalisis dengan teori analisis wacana kritis pada

7 struktur teks (makro, superstruktur, dan mikro) dan konteks sosial Teun A. van Dijk. Penulis tidak memasukkan analisis kognisi sosial Teun A. van Dijk dikarenakan kesulitan menemui Joko Widodo. C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah struktur teks (makro, superstruktur, dan mikro) yang membangun wacana Revolusi Mental? 2. Bagaimanakah konteks sosial yang membangun wacana Revolusi Mental? D. Tujuan Penelitian Setiap penelitian pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai dan tujuan tersebut bersifat keilmuan. Tujuan penelitian yang bersifat keilmuan ini tentu berkaitan dengan perumusan masalah yang berupa pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tujuan harus memuat secara eksplisit tentang hal-hal yang akan dicapai sebagaimana dirumuskan dalam perumusan masalah (Subroto, 2010:98). Untuk itu, tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan struktur teks (makro, superstruktur, dan mikro) yang membangun wacana Revolusi Mental. 2. Mendeskripsikan konteks sosial yang membangun wacana Revolusi Mental.

8 E. Manfaat Penelitian Sebuah penelitian pada dasarnya dilakukan untuk mendapatkan suatu manfaat. Selain memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, juga diharapkan dapat menjadi pemecah masalah yang bersifat praktis. 1. Manfaat Teoretis Manfaat teoretis merupakan manfaat yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan masukan dan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan, dalam hal ini perkembangan studi bidang analisis wacana. Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan tambahan pengetahuan untuk bidang analisis wacana, khususnya dalam hal wacana kritis. 2. Manfaat Praktis Selain manfaat teoretis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pemahaman dan memperkaya wawasan tentang keilmuan analisis wacana, serta mengetahui hal-hal yang terungkap dalam wacana Revolusi Mental. Di samping itu juga dapat memberikan informasi bahwa penulis menggunakan kata-kata, kalimat, dan paragraf dalam wacana Revolusi Mental yang dapat dikaji struktur teksnya serta dapat dihubungkan dengan konteks sosial yang terjadi. F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan sesuatu yang diperlukan untuk mempermudah penulis dalam menguraikan penelitian. Penulisan yang runtut dan sistematis akan membantu pembaca dalam memahami tulisan. Penelitian akan menjadi lebih terarah dengan sistematika penulisan yang tepat. Berikut sistematika penulisan dalam penelitian ini.

9 Bab pertama dalam penulisan ini adalah Pendahuluan. Dalam bab ini, poin-poin yang dijelaskan di antaranya adalah: (a) latar belakang masalah, menjelaskan alasan mengapa penulis memilih opini Revolusi Mental karya Joko Widodo untuk dijadikan objek penelitian, (b) pembatasan masalah, membatasi permasalahan yang diteliti supaya penelitian menjadi lebih fokus dan terarah, (c) rumusan masalah, menjadi arah penelitian, (d) tujuan penelitian, berisi arah penelitian yang dituliskan pada rumusan masalah, (e) manfaat penelitian, berisi manfaat teoretis dan manfaat praktis penelitian, dan (f) sistematika penulisan, yang berisi penjabaran urutan penulisan untuk mempermudah penulis maupun pembaca dalam memahami penelitian. Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir. Pada bab ini, dijelaskan perbandingan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis. Hal ini dimaksudkan supaya penelitian ini menjadi jelas dan terfokus. Selain itu, bab ini juga berisi landasan teori yang digunakan untuk menganalisis objek penelitian. Landasan teori yang dipakai dalam penelitian adalah analisis wacana kritis Teun A. van Dijk. Bab III Metode Penelitian berisi enam poin yang berhubungan dengan metode yang digunakan dalam penelitian. Keenam poin itu adalah: (a) jenis penelitian, penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, (b) data dan sumber data, (c) metode pengumpulan data, (d) klasifikasi data, (e) metode analisis data, dan (f) metode penyajian hasil analisis data. Setelah bab III, pada bab selanjutnya, bab IV, adalah Pembahasan. Bab ini berisi analisis objek penelitian. Penulis menjabarkan analisis permasalahan-permasalahan yang sudah dirumuskan sebelumnya dengan data-data yang didapat dari objek kajian menggunakan teori analisis kritis wacana model Teun A. van Dijk. Dalam bab ini, ditemukan hasil analisis yang menjawab permasalahan-permasalahan dalam penelitian.

10 Selanjutnya adalah bab V sebagai bab Penutup. Bab ini berisi simpulan yang didapat dari seluruh hasil penelitian. Selain itu, penulis juga memberikan saran untuk penelitian-penelitian selanjutnya.