BAB I PENDAHULUAN. kulit ari biasanya tidak dimakan sehingga daun kelihatan noda-noda putih dan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plutella xylostella dikenal sebagai ulat tritip atau black diamond, merupakan hama yang penting pada tanaman sayuran yang dapat merusak tanaman sejak fase larva yaitu memakan daging daun tanaman yang muda tetapi kulit ari biasanya tidak dimakan sehingga daun kelihatan noda-noda putih dan sering disebut juga hama putih. Jika kulit ari yang diserang menjadi kering daunnya dan kelihatan akan berlubang-lubang (Xie dkk, 2011). Menurut Sudarwohadi (1975) dalam Simanjuntak (2007) menyatakan bahwa Plutella xylostella merupakan serangga yang bermetamorfosis sempurna (holometabola) dengan empat stadia hidup yaitu stadia telur, larva, pupa, dan imago. Tingkat populasi larva Plutella xylostella umumnya meningkat semenjak tanaman kubis berumur 5 minggu sampai 9 minggu setelah tanam. Serangan yang berat oleh hama ini dapat menurunkan hasil baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Produktivitas kubis di Indonesia sejak tahun 2004 hingga tahun 2007 mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan terjadi pada tahun 2005 yang mencapai nilai produktivitas ton/hektar dari ton/hektar pada tahun Setelah tahun 2005, terjadi penurunan yaitu nilai produkivitas ton/hektar pada tahun 2006 kemudian menjadi ton/hektar pada tahun 2007 (Ditjen Hortikultura 2008). Menurut Arief (1990), tanaman kubis sangat penting bagi kehidupan karena bisa menyediakan 25% vitamin yang diperlukan tubuh 1

2 2 manusia normal, pada kubis bagian-bagian yang mengandung vitamin diantaranya adalah daun sebanyak 100 gram terkandung. Vitamin A sejumlah 80 mg, vitamin B sejumlah 0,06 mg, vitamin C sejumlah 50 mg, protein sejumlah 1,4 gram, lemak sejumlah 0,2 gram, karbohidrat sejumlah 5,3 gram, Ca sejumlah 46 gram dan phosphor sejumlah 31 mg, disamping itu tanaman kubis juga membantu pencernaan, menetralkan zat asam dan banyak mengandung serat serta dapat mencegah penyakit sariawan. Permintaan terhadap sayuran termasuk kubis di Indonesia setiap tahunnya meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan masyarakat, kesadaran gizi masyarakat, dan permintaan ekspor. Berdasarkan data Badan Pusat Statistika (2008) menunjukkan adanya peningkatan permintaan kubis yang diekspor dari ton pada tahun 2006 menjadi ton pada tahun Tingginya permintaan akan sayuran kubis, menstimulir para pelaku pertanian untuk dapat meningkatkan produktivitas sayuran kubis baik secara kualitas maupun kuantitas sesuai dengan permintaan pasar. Menurut Herminanto (2007) dalam Fitriyani (2009) melaporkan bahwa produksi dan produktivitas kubis di Indonesia tahun belum menunjukkan peningkatkan yang memuaskan bahkan kecenderungan terus menurun, rendahnya tingkat produktivitas kubis di Indonesia disebabkan oleh beberapa kendala akibatnya banyak petani kehilangan hasil yang cukup besar disebabkan oleh hama ulat daun kubis (Plutella xylostella) dengan mencapai kerugian sebesar 79.81% hasil produksi. Untuk mengendalikan hama tersebut, petani kubis menggunakan pengendalian dengan menggunakan insektisida sintetik

3 3 karena belum ditemukannya musuh alami yang cocok. Bahkan tidak sedikit petani yang mengaplikasikan insektisida sintetik sebagai tindakan jaga-jaga (preventif) agar tanamannya tidak terserang oleh hamadan penyakit terutama Plutella xylostella, sehingga dalam satu musim frekuensi pengaplikasian insektisida sintetik sangat tinggi (Dadang, 2004). Pengendalian hama dan penyakit pada umumnya sering menggunakan berbagai jenis insektisida kimia atau insektisida sintetik. Penggunaan insektisida sintetik menimbulkan pengaruh efek samping yang dapat merugikan baik secara ekonomis maupun ekologis misalnya timbulnya kekebalan pada hama sasaran, munculnya hama-hama sekunder, residu yang dapat menimbulkan dampak negatif pada organisme non sasaran atau pada lingkungan serta dapat merugikan kesehatan manusia (Untung, 1993). Alternatif yang dapat dilakukan dalam mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan insektisida nabati yang secara umum insektisida nabati diartikan sebagai insektisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Oleh karena itu dari bahan alami maka jenis insektisida ini mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman pada manusia, karena residunya mudah hilang (Sudarmo, 2005). Hasil penelitian yang telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu, memberikan indikasi bahwa sayuran yang dipasarkan pada saat ini tidak terbebas dari kandungan residu insektisida, sehingga konsumen dihadapkan pada tingkat resiko keracunan yang cukup tinggi. Walaupun residu insektisida ini tidak menimbulkan dampak negatif yang bersifat langsung terhadap kesehatan konsumen, tetapi dalam waktu yang cukup panjang dapat menyebabkan gangguan

4 4 pada syaraf, kanker dan metabolisme enzim. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dikutip oleh Novizan (2002), sebanyak orang per tahun meninggal akibat keracunan pestisida, sementara itu sekitar orang per tahun mengalami dampak yang sangat fatal, seperti menderita kanker, cacat tubuh, kemandulan, dan penyakit liver. Melihat bahaya yang ditimbulkannya maka diperlukan adanya alternatif bahan lain yang bersifat tidak merugikan seperti memanfaatkan keanekaragaman hayati berbasis tumbuh-tumbuhan sebagai insektisida alami. Tanaman sirsak telah lama dikenal di Indonesia. Tanaman ini termasuk dalam famili Annonaceae, merupakan tanaman tahunan yang hidup di daerah tropik maupun sub tropik, dan dapat tumbuh pada ketinggian m di atas permukaan laut. Daun dan biji dapat digunakan untuk insektisida nabati, larvasida, repellent (penolak serangga) dan antifeedant (penghambat makan dengan cara gabungan racun kontak dan perut) dalam menanggulangi hama belalang dan hama lainnya. Kandungan zat ekstraktif biji, daun dan akar berupa senyawa annonain. Pada bagian biji mengandung minyak 42%-45% (Zuhud, 1994 dalam Dewi, 2007). Pada daun sirsak, ditemukan beberapa jenis senyawa acetogenin seperti asimisin, bulatacin, dan squamosin. Jika digunakan dengan konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin bisa berfungsi sebagai antifeedant. Antifeeedant adalah suatu zat yang jika diujikan pada serangga akan menghentikan aktivitas makan dari serangga tersebut. Akibatnya, hama serangga yang merusak tanaman akan kehilangan selera makannya dan tanaman pun tidak akan terganggu (Andriani, 2006).

5 5 Biji sirsak dapat digunakan untuk cat dan insektisida. Biji sirsak mengandung 2 jenis alkaloid yang beracun bagi serangga yaitu cytinine dan spartein. Selain itu juga mengandung flavonoid, berupa senyawa retenon yang dapat bereaksi dengan mengganggu proses produksi energi dan isoflavon berupa senyawa rotenone merupakan insektisida alam yang kuat (Harbone, 1987 dalam Dewi, 2007). Menurut Basana (1994) dalam Kulsum (1998), biji sirsak dan biji srikaya mempunyai daya insektisida terhadap ulat kubis baik berupa tepung maupun ekstrak terhadap perkembangan Sitophilus zeamais. Pada tahun 1940-an di tanah parahyangan para petani meracik daun sirsak untuk mengendalikan hama belalang dan sundep (Novizan, 2002). Pemanfaatan tanaman Annona muricata L. sebagai insektisida nabati pada larva ulat kubis (Crocidolomia pavonana) menyebabkan mortalitas yang tinggi yaitu 98%, 88% dan 100% pada konsentrasi 0,8%, 1% dan 2% setelah 24 jam perlakuan (Andriani, 2006). Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Berbagai Konsentrasi Insektisida Nabati Larutan Tepung Biji dan Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap Mortalitas Larva Ulat Tritip (Plutella xylostella) Instar II secara In Vitro.

6 6 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Adakah perbedaan mortalitas larva Plutella xylostella instar II setelah penyemprotan berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. secara in vitro? 2. Adakah perbedaan mortalitas larva Plutella xylostella instar II setelah penyemprotan berbagai konsentrasi jenis larutan tepung Annona muricata L. secara in vitro? 3. Apakah interaksi antara berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. dalam berbagai konsentrasi mempengaruhi perbedaan mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro? 4. Pada penyemprotan berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. manakah yang memiliki pengaruh terbaik dalam mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro? 5. Pada penyemprotan berbagai konsentrasi jenis larutan tepung Annona muricata L. berapakah yang memiliki pengaruh terbaik dalam mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro? 6. Pada penyemprotan berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. dalam berbagai konsentrasi berapakah yang memiliki pengaruh tebaik dalam mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro?

7 7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menganalisis perbedaan mortalitas larva Plutella xylostella instar II setelah penyemprotan berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. secara in vitro. 2. Menganalisis perbedaan mortalitas larva Plutella xylostella instar II setelah penyemprotan berbagai konsentrasi jenis larutan tepung Annona muricata L. secara in vitro. 3. Menganalisis interaksi antara berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. dalam berbagai konsentrasi mempengaruhi perbedaan mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro. 4. Menentukan pada penyemprotan berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. manakah yang memiliki pengaruh terbaik dalam mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro. 5. Menentukan pada penyemprotan berbagai konsentrasi jenis larutan tepung Annona muricata L. berapakah yang memiliki pengaruh terbaik dalam mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro. 6. Menentukan pada penyemprotan berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. dalam berbagai konsentrasi berapakah yang memiliki pengaruh tebaik dalam mortalitas larva Plutella xylostella instar II secara in vitro.

8 8 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan melalui penelitian ini, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut : 1. Manfaat bagi dunia pendidikan yaitu hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat dijadikan sebagai sumber belajar dalam bidang kajian pendidikan lingkungan hidup dan pemanfaatan bahan tumbuhan sebagai insektisida nabati larutan tepung biji dan daun Annona muricata L. terhadap mortalitas larva Plutella xylostella instar II. 2. Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan sumbangan pengetahuan dan teknologi mengenai manfaat larutan tepung biji dan daun Annona muricata L. terhadap mortalitas larva Plutella xylostella instar II. 3. Manfaat bagi masyarakat yaitu memberikan alternatif insektisida nabati larutan tepung dari biji dan daun Annona muricata L. yang dapat pembunuh larva Plutella xylostella instar II yang aman bagi lingkungan dan kesehatan. 1.5 Batasan Penelitian Agar tidak terjadi gambaran luas dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1. Jenis ulat yang digunakan dalam penelitian ini adalah larva Plutella xylostella instar II yang diperoleh dari Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karang ploso, Malang. 2. Penelitian ini menggunakan larutan tepung dari biji, daun dan campuran antara daun dan biji sirsak (Annona muricata L.). Biji sirsak diperoleh dari

9 9 kawasan pasar Malang dan daun sirsak diperoleh dari kawasan Tlogomas Malang. 3. Parameter penelitian ini adalah jumlah kematian larva Plutella xylostella yang diamati dari waktu ke waktu adalah 12 jam, 24 jam, 36 jam, 48 jam, 60 jam, 72 jam setelah aplikasi. 4. Hama yang diuji adalah larva Plutella xylostella instar II karena pada masa tersebut ulat sudah bersifat hama (merusak). Hama diperoleh dari Laboratorium Hama Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Karang Ploso, Malang. 1.6 Definisi Istilah Agar tidak terjadi kesalahan pengertian, maka istilah-istilah penting dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut : 1. Konsentrasi insektisida nabati larutan tepung Annona muricata L. adalah angka banding volume zat terlarut terhadap volume zat pelarut atau larutan yang dinyatakan khusus (Andriani, 2006). Konsentrasi insektisida nabati berbagai jenis larutan tepung Annona muricata L. yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 0%, 2%, 4%, 6%, dan 8% (b/v). 2. Insektisida nabati larutan tepung Annona muricata L. adalah insektisida yang bahan bakunya berasal dari zat aktif tumbuhan sirsak. Insektisida tersebut murah, praktis dan relatif aman terhadap kelestarian lingkungan. Masyarakat petani akan sangat terbantu dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya (Kulsum, 1998).

10 10 3. Mortalitas adalah jumlah kematian serangga uji yang dinyatakan mati berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, antara lain insektisida, parasitoid dan predator. Penelitian ini mengamati mortalitas larva Plutella xylostella instar II yang ditandai dengan ulat tidak bergerak dan kaku. 4. Larva Plutella xylostella instar II mempunyai tubuh yang berwarna kekuningan, rambut pendek dan kepala berwarna hitam. Panjang tubuh berkisar antara 1,73-2,93 mm dan lebarnya 0,31-0,51 mm (Sudarwohadi, 1975 dalam Simanjuntak, 2007). 5. In vitro adalah suatu percobaan biologi yang dilakukan dalam tabung reaksi atau wadah-wadah laboratoris lainnya atau dapat diartikan sebagai suatu istilah untuk menyebut penelitian yang dilakukan di dalam laboratorium (Volk & Wheeler, 1990). 6. Setelah penyemprotan adalah waktu setelah memberi perlakuan pada larva Plutella xylostella instar II menggunakan insektisida nabati larutan tepung Annona muricata L.