EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA TOPIK TRIGONOMETRI DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA KELAS X SMA NEGERI DI BOJONEGORO TAHUN PELAJARAN TESIS Disusun untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Pendidikan OLEH : SUMARMIN NIM S PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu dan teknologi dewasa ini sangatlah cepat dan pesat. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas trsebut dibutuhkan pendidikan yang berkualitas. Dengan pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan insan-insan yang mampu menjawab tantangan zaman yang serba mengglobal. Pendidikan di Indonesia harus dilaksanakan secara sadar dan sungguh-sungguh akan pentingnya Pendidikan. Ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat 2 yang menyatakan bahwa Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan terubahan zaman. Dari uaraian di atas menunjukkan bahwa pendidikan memegang peranan penting untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Hal ini diperlukan proses pembelajaran terencana dan terarah yang mampu mengembangkan potensi dirinya dan memiliki keterampilan yang diperlukan dirinya. Ini sesuai Undang-Undang Sisdiknas Bab 1 Pasal 1 ayat 1 yang menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

3 2 Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan yang erat kaitanya dengan proses pembelajaran. Khusunya pendidikan matematika upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah antara lain perubahan Kurikulum, melaksakan Penataran dan Diklat bagi guru matematika baik di tingkat Nasional, propinsi bahkan sampai di daerah-daerah dilakukan musyawarah guru matapelajaran matematika atau lebih dikenal dengan MGMP matematika. Dengan upaya tersebut seharusnya berkorelasi positip terhadap pretasi pendidikan pada umumnya. Matematika merupakan salah satu matapelajaran yang diajarkan di sekolah mulai dari kanak-kanak sampai perguruan tinggi karena sangat penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara disisi lain matematika masih banyak yang memandang bahwa matematika sebagai matapelajaran yang menakutkan dan membosankan dikalangan siswa sehingga suasana yang demikian ini mengakibatkann hasil atau prestasi terhadap pelajaran matematika belum sesuai yang diharapkan. Hal ini sesuai yang diungkapkan oleh Karnasih (1997 : 4) bahwa nilai rata-rata matematika siswa di sekolah sangat rendah dibandingkan nilai matapelajaran lain, masih banyak siswa memilih sifat tidak positif terhadap matematika. Data Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur perolehan nilai untuk Kabupaten Bojonegoro adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Persentase Nilai UN SMAN di Bojonegoro Tahun Persentase Nilai

4 3 8,00 7,00 6,00 5,50 4,25 3,00 2,00 9,0 s.d s.d s.d s.d s.d s.d s.d 8,99 7,99 6,99 5,99 5,49 4,24 2,99 IPA 18,19 31,40 25,44 18,89 2,88 2,84 0,23 0,04 IPS 24,62 35,82 23,17 11,61 2,85 1,58 0,27 0,14 Sumber Dinas Kabupaten Bojonegoro Hal ini masih tergolong banyak siswa yang belum mencapai ketuntasan jika melihat ketuntasan minimum ideal adalah 75. Berdasarkan pengalaman mengajar dan hasil diskusi dengan rekan-rekan guru baik yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat Sekolah maupun MGMP Kabupaten Bojonegoro diperoleh keterangan bahwa dari topik yang dipelajari pada kelas X, topik trigonometri menunjukkan hasil belajar yang kurang memuaskan dibanding topik-topik yang lain. Bahkan sering terjadi pada ulangan harian topik trigonometri ini rata-rata 50% siswa mengalami tidak tuntas. Rendahnya hasil belajar matematika di atas dimungkinkan karena guru kurang dapat menggunakan model pembelajaran yang sesuai dan menyenangkan peserta didik. Model pembelajaran yang seharusnya merupakan interaksi guru dengan siswa, serta interaksi antar siswa yang akan membentuk sinergi yang saling menguntungkan semua anggota (Anita Lie, 2008 : 33). Supaya pembelajaran matematika dapat menghasilkan yang optimal, hendaknya guru harus pandai memilih model pembelajaran yang mampu melibatkan peserta didik berperan aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu bagaimanapun tepat dan baiknya bahan ajar matematika yang ditetapkan belum menjamin akan tercapainya tujuan pendidikan, dan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan

5 4 tersebut adalah proses mengajar yang lebih menekankan pada keterlibatan siswa secara optimal. Semua model pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya dan membuat diri mereka belajar sama baiknya. Oleh karena itu tugas-tugas yang diberikan kepada siswa bukan melakukan sesuatu sebagai sebuah tim, tetapi belajar sesuatu sebagai sebuah tim (Slavin, 1995 :5). Banyak model pembelajaran kooperatif yang digunakan oleh guru dalam rangka untuk meningkatkan peran aktif peserta didik. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas karena pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pemahaman konsep dan juga dapat dapat meningkatkan kepekaan dan empati di antara siswa. Alternatif model pembelajaran kooperatif yang dipakai adalah model pembelajaran kooperatif Student Teams achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran koperatif Team Assisted Individualization (TAI). Alasan menggunakan dua model pembelajaran kooperatif ini karena STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas dan mata pelajaran, sedangkan TAI merupakan model pembelajaran kooperatif yang tidak aplikatif terhadap skala tingkat kelas dan mata pelajaran. Selain itu sudah banyak penelitian yang membandingkan antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional, dan hasil belajar siswa yang diajar model pembelajaran kooperatif lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu peniliti

6 5 ingin melihat efektivitas antara model pembelajaran kooperatif dan model kooperatif yaitu antara model pembelajaran STAD dan model pembelajaran TAI. Penelitian tentang aplikasi pembelajaran kooperatif dalam kelas dimulai sejak tahun1970-an dan hasilnya telah dapat dibaca di artikel-artikel (Slavin, 1995). Namun demikian di Indonesia pembelajaran kooperatif merupakan model pemebelajaran yang relative baru, yang perlu diterapkan dan diketahui efektivitasnya. Pembelajaran kooperatif pada prinsipnya adalah pembentukan kelompok-kelompok kecil, yang didalamnya terdapat kerjasama antar anggota kelompok dan diskusi dikelompoknya. Disamping dimungkinkan karena kurang sesuainya penggunaan model pembelajaran dalam proses pembelajaran, rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena penguasaan konsep-konsep matematika yang pada topik-topik yang dipelajari sebelumnya masih lemah, hal ini terlihat sangat terlihat saat ditanyakan konsepkonsep dasar yang pernah diterima sebelumya hanya beberapa siswa saja yang menjawab dengan benar. Padahal banyak materi-materi yang diajarkan sebelumnya menjadi bekal atau prasyarat untuk memahami materi-materi baru yang akan diajarkan sehingga kurangnya pemahaman materi sebelumya yang merupakan kemampuan awal siswa untuk mempelajari materi berikutnya ini dimungkinkan menyebabkan kurang memuaskan hasil belajar matematika. Memperhatikan uraian di atas, perlu kiranya diadakan eksperimen tentang efektivitas penerapan model pembelajaran kooperatif di kelas dan kemampuan awal yang dimiliki siswa. B. Identifikasi Masalah

7 6 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Dalam pembelajaran matematika peran aktif siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. Rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena siswa kurang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan ini dapat diteliti apakah peran aktif siswa diubah, hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik. 2. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena semangat dan motivasi belajar matematika siswa yang kurang. Oleh karena itu dapat diteliti apakah semangat dan motivasi belajar matematika siswa tinggi hasil belajar matematika tinggi. 3. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang tepat penggunaan model pembelajaran. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah model pembelajaran diubah, hasil belajar matematika siswa menjadi lebih baik. 4. Mengingat penguasaan materi prasyarat (kemampuan awal) mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran, maka masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena guru tidak mengetahui kemampuan awal siswa. Di sisi lain menurut pengamatan peneliti sebagian besar guru matematika kurang peduli dengan materi yang sudah pernah diterima oleh siswa untuk pembelajaran berikutnya. Sehingga menarik untuk diteliti apakah benar jika penguasaan materi yang diterima sebelumnya dikuasai dengan baik maka hasil belajar siswa menjadi baik.

8 7 5. Masih rendahnya hasil belajar matematika dimungkinkan karena kurang tersedianya sarana prasarana belajar yang memadai. Terkait dengan ini, dapat diteliti apakah sarana prasarana yang baik, hasil belajar matematika menjadi lebih baik. Dapat juga diteliti apakah media pembelajaran yang lengkap, hasil belajar matematika menjadi lebih baik. C. Pembatasan Masalah Dari Identifikasi masalah diatas karena keterbatsan waktu, tenaga dan dana agar peneliti dapat mengkaji secara mendalam dan terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagi berikut : 1. Hasil belajar matematika pada penelitian ini dibatasi pada hasil ulangan harian matematika pada topik Trigonometri Kelas X 2. Kemampuan awal peserta didik dibatasi pada nilai ulangan harian topik sebelumnya yaitu topik logika. 3. Model pembelajaran yang digunakan dibatasi pada model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada kelompok eksperimen dan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) pada kelompok kontrol. D. Perumusan masalah Berdasarkan latarbelakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada siswa yang diajar dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)?

9 8 2. Apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran kooperatif TAI, STAD dan kemampuan awal siswa terhadap hasil belajar? E. Tujuan penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) lebih baik daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI). 2. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih rendah 3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara pengguanaan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Assisted Individualization (TAI) dan tingkat kemempuan awal siswa terhadap hasil belajar matematika. F. Manfaat penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses pembelajaran matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran Kooperatif

10 9 Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Assisted Individualization (TAI) dan kemampuan awal siswa. 2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa Melalui penelitian ini diharapkan siswa dapat memperluas wawasan tentang cara belajar matematika terutama dalam mengembangkan belajar bekerjama dalam kelompok kecil untuk memecahkan permasalahan maupun secara individu. b. Bagi Guru Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD), Team Assisted Individualization (TAI) dan kemampuan awal serta implementasinya terhadap hasil belajar matematika. c. Bagi Sekolah Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan pemegang otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan dalam menentukan kebijaksanaan terkait dengan proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif di kelas.

11 10 BAB II LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Belajar sebagai karakteristik yang membedakan antara manusia dengan makkluk lain, merupakan aktivitas yang dilakukan sepanjang hayat manusia, bahkan tiada hari tanpa belajar. Dengan demikian, belajar tidak hanya dipahami sebagai aktivitas yang dilakukan oleh pelajar. Belajar adalah proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dimiliki seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Paul Suparno, 2001 : 61)

12 11 Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Olivier (1999) dalam Haris Mudjiman (2008 : 25) bahwa belajar adalah proses menginternalisasi, membentuk kembali atau membentuk pengetahuan baru. Pembentukan pengetahuan baru ini dengan menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki. Pengetahuan dan pengalaman lama digunakan untuk mengintepretasikan informasi dan fakta baru dari luar, sehingga tercipta pengetahuan baru. Sehingga belajar menekankan pada proses belajar tidak semata-mata kepada hasil belajar. Menurut Fosnot (1989) dalam Paul Suparno (2001 : 62) belajar adalah suatu perkembangan pemikiran dengan memuat kerangka pengertian yang berbeda. Siswa harus mempunyai pengalaman membuat hipotesis, mengetes hipotesis, mamanipulasi obyek, memecahkan persoalan, menemukan jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi, mengungkapkan pernyataan, mengekpresikan gagasan dan lain-lain untuk membentuk pengetahuan baru. Sedangkan Ormond dalam Elizabeth E Correiro, Leanne R Griffin, Peter E Hart (2008) mendefinisikan berikut ini. Learning is an active process emphasizing purposeful interaction and the use of knowledge in a meaningful environment. Scientific experiments are, by nature, inquiry-based activities; developing scientists must learn to propose hypotheses, design experiments, and select appropriate materials. Many cognitive psychologists have portrayed learning as a process of creating individual meaning and understanding from personal experiences, a perspective referred to as constructivism. Mary kalantzis dan Bill Cope (2009) belajar adalah bagaimana seseorang atau sekelompok untuk menjadi tahu dan mengetahui jenis-jenis tindakannya. Dalam belajar, mengetahui posisi mereka dan melibatkan diri (misal mengalami, mengetahui konsep, mengalisis atau menggunakan)

13 12 Vygotsky dalam Baharudin dan Esa Nur Wahyuni (2008 : 124) belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua elemen penting. Pertama, belajar merupakan proses biologi sebagai proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Sehingga lanjut Vygotsky, munculnya perilaku seseorang karena kedua elemen tersebut. Pada saat seseorang mendapat stimulus dari lingkunganya, seseorang akan menggunakan fisiknya berupa alat indera untuk menangkap atau menyerap stimulus tersebut, kemudian menggunakan saraf otaknya, informasi yang diterima tersebut untuk diolah. Keterlibatan alat indera dalam menyerap stimulus dan saraf otak dalam mengolah informasi yang diperoleh merupakan proses secara fisik-psikologi sebagi elemen dasar belajar. Pengetahuan yang ada sebagai proses dasar ini akan berkembang ketika mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial budaya mereka. Berdasarkan definisi-definisi di atas penulis memperoleh kesimpulan bahwa belajar adalah proses secara pembentukan pengetahuan baru dimana, pengetahuan baru ini terbentuk karena adanya stimulus dari lingkungan yang diintepretasikan pengalaman atau pengetahuan sebelumnya. Proses ini dapat dilakukan baik secara kelompok maupun perorangan. b. Hasil Belajar Matematika Proses pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen guru, siswa, bahan ajar dan lingkungan belajar yang berinteraksi satu sama lain dalam usaha untuk mencapai tujuan. Tujuan dari pembelajaran ini merupakan hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar(chatarina Tri Ani dkk, 2004 : 4). Sedangkan menurut Winkel dalam

14 13 Sukestiyarno dan Budi Waluyo (2006 : 6), hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai peserta didik atau siswa dimana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor dari dalam diri siswa (internal), dan faktor yang datang dari luar diri siswa (eksternal). Menurut Slameto (2003 : 54 72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah : (1) Faktor-faktor internal - Jasmaniah ( kesehatan, cacat tubuh ). - Psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, kesiapan). - Kelelahan. (2) Faktor-faktor eksternal - Keluarga (cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan). - Sekolah (metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, tugas rumah). - Masyarakat (kegiatan siswa di masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat ). Menurut Caroll dalam R. Angkowo dan A. Kosasih (2007 : 51), bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh lima faktor yaitu (1) bakat belajar, (2) waktu yang tersedia untuk balajar, (3) kemampuan individu, (4) kualitas pengajaran, (5) lingkungan.

15 14 Gagne, Robert M dan Leslie J. Briggs (1978:49-55) menerangkan bahwa hasil belajar yang berkaitan dengan lima kategori tersebut adalah : (1) keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berkenan dengan pengetahuan prosedural yang terdiri atas diskriminasi jamak, konsep konkret dan terdefinisi kaidah serta prinsip, (2) strategi kognitif adalah kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperlihatkan, mengingat dan berfikir, (3) informasi verbal adalah kemampuan untuk mendiskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan, (4) keterampilan motorik adalah kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot, (5) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil tindakan untuk menerima atau menolak berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut, Bloom (1976: ) membagi hasil belajar menjadi kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kawasan kognitif berkenaan dengan ingatan atau pengetahuan dan kemampuan intelektual serta keterampilan-keterampilan. Kawasan afektif menggambarkan sikap-sikap, minat dan nilai serta pengembangan pengertian atau pengetahuan dan penyesuaian diri yang memadai. Kawasan psikomotor adalah kemampuan-kemampuan menggiatkan dan mengkoordinasikan gerak. Kawasan kognitif dibagi atas enam macam kemampuan intelektual mengenai lingkungan yang disusun secara hirarkis dari yang paling sederhana sampai kepada yang paling kompleks, yaitu (1) pengetahuan adalah kemampuan mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari, (2) pemahaman adalah kemampuan menangkap makna atau arti suatu hal, (3) penerapan adalah kemampuan menggunakan hal-hal yang telah dipelajari untuk menghadapai situasi-situasi baru dan

16 15 nyata, (4) analisis adalah kemampuan menjabarkan sesuatu menjadi bagian-bagian sehingga struktur organisasinya dapat dipahami, (5) sintesis adalah kemampuan untuk memadukan bagian-bagian menjadi satu keseluruhan yang berarti, (6) penilaian adalah kemampuan memberi harga sesuatu hal berdasarkan kriteria intern atau kelompok atau kriteria ekstern ataupun yang ditetapkan lebih dahulu. Penekanan pembelajaran matematika lebih diutamakan pada proses dengan tidak melupakan pencapaian tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika adalah mengatur jalan pikiran dalam memecahkan masalah bukan hanya menguasai konsep dan perhitungan walaupun sebagian besar belajar matematika adalah belajar konsep struktur keterampilan menghitung dan menghubungkan konsep-konsep tersebut. Andi Hakim Nasution (1982:12) mengemukakan bahwa dengan menguasai matematika orang akan belajar menambah kepandaiannya. Sementara itu Nana Sudjana (1995:22) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika adalah kemamapuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia memperoleh pengalaman belajarnya. Gagne (1997:47-48) mengelompokkan hasil belajar menjadi lima bagian dalam bentuk kapabilitas yakni keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap. Hasil belajar dapat diamati dan diukur dengan penilaian. Penilaian hasil belajar adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar dan pembelajaran telah berjalan secara efektif. Keefektifan pembelajaran tampak pada kemampuan peserta didik mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dari segi guru, penilaian hasil belajar akan memberikan gambaran mengenai keefektifan

17 16 mengajarnya, apakah dengan pembelajaran tertentu yang digunakan mampu membantu siswa mencapai tujuan belajar yang ditetapkan (ketuntasan belajar). Salah satu penilaian yang digunakan untuk melihat hasil belajar dilakukanlah tes. Tes hasil belajar yang dilakukan oleh siswa dapat memberikan informasi sejauh mana penguasaan dan kemampuan yang telah dicapai siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Peraturanturan Pemerintah nomor 16 Tahun 2006 bahwa aspek penilaian dalam mata pelajaran matematika terdiri dari dua aspek, yaitu aspek pengetahuan (kognitif) dan Afektif (sikap). Berdasarkan pandangan-pandangan dari para ahli tersebut di atas maka yang dimaksud dengan hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah kemampuan dari seorang siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika dalam aspek kognitif (pengetahuan) setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur dengan melalui tes. 2. Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan model pembelajaran kooperatif Team Assisted Individualization (TAI) a. Model Pembelajaran Menurut Soekamto dan udin Saripudin W (1997:78) Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Menurut Joyce dan Weil (1992:4) model adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain.

18 17 Menurut Fontana (dalam Suherman 2003:3) Model Pembelajaran diartikan sebagai upaya penataan lingkungan yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara optimal. Selanjutnya Joyce, B dan Marsha Weil mengatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan desain pembelajaran untuk membentuk peserta didik sedemikian hingga tujuan pembelajaran tercapai (1992:4). Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada strategi, metode atau prosedur. Seperti yang digunakan di sini istilah model pembelajaran mencakup suatu pendekatan pengajaran yang luas dan menyeluruh. Misalnya dalam model pembelajaran berdasarkan masalah siswa seringkali menggunakan berbagai keterampilan dan prosedural pemecahan masalah dan berpikir kritis. Jadi berdasarkan uraian di atas yang dimaksud dengan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi pengajar dalam melakukan aktivitas belajar mengajar. b. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah salah satu pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Bukanlah pembelajaran kooperatif jika siswa duduk bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk menyelesaikan

19 18 pekerjaaan seluruh kelompok. Hal ini senada dengan definisi Slavin (1983) dalam M. Lee Manning dan Robert Lucking (1991 : 1) bahwa : The cooperative learning process as a set of alternatives to traditional instruction systems, or, more specifically. Techniques in which students work in heterogeneous groups of four to six members and earn recognition, rewards, and sometimes grades based on the academic performance of their groups. Roger dan David Johson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap pembelajaran kooperatif (Anita Lie, 2008 : 31). Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas sebuah masalah atau tugas. 2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. c. Bilamana mungkin, anggota kelompok barasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Bonnie K. Nastasi dan Douglas H. Clements (1991:3) mengatakan bahwa : Participation in cooperative learning experiences can enhance academic achievement and cognitive growth, motivation and positive attitudes toward learning, social competence, and interpersonal relations. Furthermore, cooperative learning has been used effectively across a wide range of conten areas, including mathematics, reading, language arts, social studies, and science.

20 19 Erman Suherman, dkk (2001 : 265) menjelaskan bahwa Cooperative Learning dalam matematika akan dapat membantu sikap positif para siswa terhadap matematika. Para siswa secara individu membangun kepercayaan diri terhadap kemampuannya untuk memecahkan atau menyelesaikan permasalahanpermasalahan matematika, sehingga akan mengurangi bahkan menghilangkan rasa cemas terhadap matematika yang banyak dialami oleh para siswa. Dengan lebih menekankan proses interaksi individu dalam sebuah kelompok kecil, Cooperative Learning dapat membuat siswa menerima siswa lain yang berkemampuan dan latarbelakang yang berbeda bahkan siswa yang berkemampuan kurang dalam hal akademiknya. c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh R. Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Model ini merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah model yang bagus bagi seorang guru pemula untuk menggunakan pendekatan kooperatif. Model pembelajaran STAD sering disebut model pembelajaran generik yaitu model pembelajaran kooperatif yang aplikatif terhadap skala tingkat kelas, mata pelajaran, serta karakteristik sekolah dan kelas yang luas. Model pembelajaran STAD adalah unik karena melibatkan persaingan antar kelompok untuk mendapatkan penghargaan kelompok, hal ini senada Nesbit, dkk (1997 : 5) mengatakan : STAD unique in that involves competition among groups, bacause the teams compete against each other for rewards, and at the same time provides an equal opportunity for teams to succeed, because the team scores are based on students improvement over their past record.

21 20 Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu model pembelajaran di mana siswa-siswa dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa yang terdiri dari siswa dengan kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Pembagian siswa dalam kelompok mempertimbangkan kriteria akademik. Untuk menuntaskan pelajaran setiap tim menggunakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru, kemudian mereka saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi secara berkelompok. Setiap pertemuan siswa diberi kuis. Kuis diberi skor dan skor kuis tersebut digunakan untuk menentukan skor perkembangan tiap individu. Skor perkembangan ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada seberapa jauh skor itu melampaui rata-rata skor siswa yang lalu (skor awal). Setiap pertemuan pada suatu lembar penilaian singkat atau dengan cara lain, diumumkan tim-tim dengan skor tertinggi, siswa yang mencapai skor perkembangan tertinggi, atau siswa yang mencapai skor sempurna pada kuis-kuis itu. Kadang-kadang seluruh tim yang mencapai kriteria tertentu dicantumkan dalam lembar tersebut. STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individual, dan penghargaan tim. a) Presentasi kelas Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas. Presentasi kelas dalam STAD berbeda dari pengajaran biasa, di mana pada presentasi tersebut harus jelas-jelas memfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, siswa menyadari bahwa masih harus sungguh-sungguh memperhatikan presentasi

22 21 kelas tersebut, karena dengan begitu akan membuat mereka mengerjakan kuis dengan baik dan skor kuis mereka menentukan skor timnya. b) Kerja tim Tim tersusun dari 4 sampai dengan 5 orang siswa yang mewakili heterogenitas kelas dalam kinerja akademik, yang terdiri dari siswa dengan kemampuan tinggi (pandai), sedang, dan rendah. Fungsi utama tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis dengan baik. Setelah guru mempresentasikan bahan ajar, tim berkumpul dalam kelompok untuk mempelajari tugas yang diberikan oleh guru. Sesama anggota tim membandingkan jawaban dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila ada anggota tim ada yang mengalami kesalahan karena semua anggota dalam tim bertanggung jawab untuk memahami bahan ajar tersebut. Semua anggota tim dalam STAD melakukan yang terbaik untuk tim, dan timpun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. c) Kuis Setelah satu sampai dua periode presentasi guru, dan satu sampai dua periode latihan tim, para siswa tersebut dikenai kuis individual. Siswa tidak dibenarkan saling membantu selama kuis berlangsung, sehingga setiap siswa bertanggung jawab secara individu untuk memahami kompetensi dasar yang dipelajari. Langkah-langkah untuk menentukan skor perkembangan adalah sebagai berikut: 1) Setiap siswa diberi skor berdasarkan skor-skor kuis sebelumnya.

23 22 2) Siswa memperoleh poin untuk kuis yang terkait dengan pelajaran yang disampaikan pada saat itu. 3) Siswa mendapat poin perkembangan yang besarnya ditambah apabila skor kuis mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka. d) Skor kemajuan individual Skor kemajuan individual untuk memberikan kepada tiap siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ingin dicapai apabila mereka giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Setiap siswa dapat menyumbangkan poin maksimum kepada timnya dalam sistem penskoran. Namun tidak seorang siswa pun dapat menyumbangkan poin maksimum tanpa menunjukkan perbaikan atas kinerja masa lalu. Setiap siswa diberikan sebuah skor dasar yang dihitung dari kinerja rata-rata siswa pada kuis serupa sebelumnya dari materi yang didiskusikan dalam kelompoknya untuk mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. e) Penghargaan tim Tim akan mendapat penghargaan setelah menyelesaikan kuis. Sesegera mungkin setelah kuis terlaksana, guru seharusnya mengumumkan skor perbaikan individual dan skor tim, serta menghadiahkan sertifikat atau penghargaan lain kepada siswa yang memperoleh skor tertinggi. 1) Poin perbaikan Siswa mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar skor kuis mereka melampaui skor dasar yang telah dimiliki. Poin tersebut dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

24 23 a) Apabila dalam suatu kuis atau nilai terkini, siswa memperoleh skor lebih dari 10 poin di atas skor dasar (awal), maka siswa tersebut akan memperoleh 30 poin perbaikan. b) Skor kuis/terkini sama antara skor dasar (awal) sampai 10 poin di atas skor dasar (awal), maka siswa tersebut akan memperoleh 20 poin perbaikan. c) Skor kuis/terkini turun 1 sampai 10 poin di bawah skor dasar (awal), maka siswa tersebut akan memperoleh 10 poin perbaikan. d) Skor kuis/terkini turun lebih dari 10 poin di bawah skor dasar (awal), maka siswa tersebut akan memperoleh 5 poin perbaikan. (Universitas Negeri Surabaya :9) 2) Skor tim Untuk menghitung skor tim dapat dilakukan dengan memasukkan setiap poin perbaikan siswa dalam lembar ikhtisar tim, kemudian dijumlahkan dan dibagi sesuai dengan jumlah anggota tim. Skor rata-rata tim digunakan untuk menentukan kriteria penghargaan untuk tim. Terdapat 4 tingkat penghargaan, yaitu : a) Kelompok dengan rata-rata kurang dari 15 poin, mendapatkan penghargaan sebagai tim cukup b) Kelompok dengan rata-rata poin dari 15 sampai kurang dari 20, mendapatkan penghargaan sebagai tim atau kelompok baik (good team). c) Kelompok dengan rata-rata 20 poin sampai kurang dari 25 poin, mendapatkan penghargaan sebagai tim atau kelompok hebat (great team). d) Kelompok dengan rata-rata 25 poin atau lebih, mendapatkan

25 24 penghargaan sebagai tim atau kelompok super (super great team). Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut: 1. Tahap penyajian materi Pada tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa sesuai kompetensi dasar yang ingin dicapai secara klasikal, dengan pembelajaran langsung. Kegiatan pembelajran yang dilakukan guru pada tahap ini adalah: a. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai b. Memberi motivasi tentang perlunya mempelajari materi c. Menyajikan materi pokok pelajaran d. Memantau pemahaman tentang materi pokok yang diajarkan e. Guru memberikan tes atau kuis kepada setiap siswa secara individual sehingga akan diperoleh skor awal 2) Kegiatan kelompok Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai dengan 5 orang siswa yang mewakili heterogenitas kelas ditinjau dari tes awal atau kinerja yang lalu. Siswa ditempatkan dalam tim oleh guru, bukan oleh siswa yang memilih anggotanya sendiri, karena siswa akan cenderung memilih anggota yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Untuk penyusunan tim dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini: a) Buat salinan format lembar ikhtisar tim sebelum guru mulai menempatkan siswa ke dalam tim, ia perlu menyiapkan lembar ikhtisar tim untuk tiap siswa di dalam kelasnya. b) Merangking siswa

26 25 Pada selembar kertas, rangkinglah tes awal atau kinerja siswa yang lalu di dalam kelas. Mulailah dari yang tertinggi sampai yang terendah. c) Menetapkan jumlah anggota tim Setiap tim seharusnya memiliki empat anggota bila mungkin. Untuk menetapkan berapa banyak tim di kelas tersebut, bagilah jumlah siswa didalam kelas itu dengan empat, hasil baginya merupakan jumlah tim beranggotakan empat siswa di kelas itu. d) Menempatkan siswa ke dalam tim Pada saat menempatkan siswa ke dalam tim, seimbangkan tim-tim tersebut sedemikian rupa sehingga setiap tim tersusun dari tingkat ratarata rendah sampai tinggi, dan tingkat kinerja rata-rata dari sebuah tim di dalam kelas tersebut kurang lebih sama. Untuk menempatkan siswa ke dalam tim, gunakan daftar siswa yang dirangking menurut tes awal atau kinerjanya yang lalu. Selama siswa berada dalam kegiatan kelompok, masing-masing anggota kelompok bertugas mempelajari materi yang telah disajikan oleh guru dan membantu teman untuk menguasai materi tersebut. Guru membagi tugas yang sudah disiapkan kemudian siswa mengerjakan secara mandiri dan selanjutnya saling mencocokkan dengan teman sekelompoknya. Guru harus menekankan bahwa tugas yang dikerjakan bukan untuk dikumpulkan ke guru tetapi untuk didiskusikan dengan sesama anggota dalam kelompoknya. Kegiatan guru dalam tahapan ini adalah : 1. Melatih kooperatif siswa

27 26 2. Menugaskan setiap anggota kelompok untuk mendiskusikan tugas yang telah diberikan 3. Memonitor pelaksanaan kegiatan kelompok 4. Memberi bantuan penjelasan kepada kelompok yang mengalami kesulitan, memfasilitasi membuat rangkuman dan memberikan penegasan materi yang dipelajari. 3) Pelaksanaan kuis individual Pelaksanaan individual bertujuan untuk mengetahui perkembangan siswa dan untuk mengetahui keberadaan siswa dalam kelompoknya serta keberadaan kelompok dengan kelompok yang lainnya. Penilaian kuis individual bertujuan untuk mengetahui kemajuan siswa dan untuk memberikan hasil akhir siswa yang didasarkan pada skor awal atau kinerja yang lalu. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut : a. Setiap siswa diberikan skor dasar (awal) atau kinerja yang lalu b. Siwa memperoleh poin atas dasar skor awal dan skor kuis terkini dengan ketentuan di atas. 4). Penghargaan kelompok Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan atau kemajuan hasil belajar individual dari skor dasar (awal) ke skor kuis berikutnya (terkini). Adapun prosedur dan teknik penilaiannya sudah ditetapkan diatas d. Model Pembelajaran Tipe TAI (Team Assisted Individualization)

28 27 TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Team Assisted Individualization (TAI) mengkombinasikan keunggulan kooperatif, pembelajaran individual dan pengajaran langsung (artikel Slavin, Roberet E). Dasar pemikirannya adalah mengadopsi pengajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan siswa. Dasar pemikiran dibalik individualisasi pengajaran pelajarann matematika adalah siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam, dimana pembelajaran keberhasilannya sangat bergantung pada penguasaan kemampuan yang dipersyaratkan. Model pembelajaran TAI diprakarsai sebagai usaha merancang sebuah bentuk pengajaran individual yang bisa menyelesaikan masalahmasalah yang membuat model pembelajaran individual menjadi lebih efektif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompokkelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen dan selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang memerlukannya. Sebelum dibentuk kelompok, siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam suatu kelompok. Siswa diajari menjadi pendengar yang baik, dapat memberikan penjelasan kepada teman sekelompok, berdiskusi, mendorong teman lain untuk bekerja sama, menghargai pendapat teman lain, dan sebagainya. Masing-masing anggota dalam kelompok memiliki tugas yang setara. Karena pada pembelajaran kooperatif keberhasilan kelompok sangat diperhatikan, maka siswa yang pandai ikut bertanggung jawab membantu temannya yang lemah dalam kelompoknya. Dengan demikian, siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan

29 28 keterampilannya, sedangkan siswa yang lemah akan terbantu dalam memahami permasalahan yang diselesaikan dalam kelompok tersebut. Menurut Slavin (1995:102) model pembelajaran TAI memiliki komponen-komponen sebagai berikut : 1. Teams, yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa, seperti pada STAD 2. Placement test atau tes penempatan, yakni pemberian pretest kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu, 3. Student creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya, 4. Team study atau belajar kelompok, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya, 5. Team scores and team recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas, Dengan mengadopsi model pembelajaran TAI dalam mata pelajaran matematika, menurut Kamuran Tarim and Fikri Akdeniz (2007:80) maka seorang guru mata pelajaran matematika dapat menempuh tahapan pembelajaran sebagai berikut :

30 29 1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para siswanya dengan mangadopsi model pembelajaran TAI, 2. Guru menjelaskan kepada seluruh siswa tentang akan diterapkannya model pembelajaran TAI, sebagai suatu variasi model pembelajaran. Guru menjelaskan kepada siswa tentang pola kerja sama antar siswa dalam suatu kelompok, 3. Guru memberikan tugas kepada siswa secara individual untuk mempelajari materi pelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan, 4. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa tentang materi yang dipelajari untuk mendapatkan skor dasar atau skor awal, 5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota-anggota 4 6 siswa pada setiap kelompoknya seperti pada model pembelajaran STAD. Kelompok dibuat heterogen tingkat kepandaiannya (tinggi, sedang dan rendah) dan jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender, 6. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman dalam satu kelompok dan mencocokkan dengan jawaban yang diperoleh dari guru. Jika dalam kelompok tidak dapat menyelesaikan maka guru mengarahkan siswa untuk menjawabnya, memfasilitasi dalam membuat rangkuman dan memberikan penegasan kepada siswa tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai, 7. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa,

31 30 8. Guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai kemajuan atau peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar (awal) ke skor kuis berikutnya (terkini), seperti pada model pembelajaran kooperatif STAD. Dari uraian di atas jelas bahwa model pemebelajaran kooperatif STAD tidaklah terlalu asing dan mudah bagi siswa yang baru memulai pemebelajaran kooperatif karena masih menerima penjelasan dari guru di awal pembelajaran sehingga masih memungkinkan siswa mempunyai kesempatan mengingat kembali kemampuan yang dimiliki sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Akan tetapi pada model pemebelajaran kooperatif TAI masih sangat tergantung dari penguasaan materi sebelumnya yang menjadi prasyarat untuk melanjutkan pembelajaran berikutnya sehingga bagi siswa yang menguasai materi prasyarat dimungkinkan akan lebih mudah menerima materi berikutnya. 3. Kemampuan Awal Hasil belajar seorang siswa dalam proses pembelajaran ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal adalah kemampuan awal yaitu suatu kemampuan prasyarat yang dimiliki siswa sebelum proses pembelajaran. Menurut Atwi Suparman (2001:120) kemampuan awal adalah pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik sedangkan menurut Munandar (1985:50) Kemampuan awal adalah keterampilan yang harus dikuasai siswa agar dapat belajar secara efisien seperti yang dimaksud dalam rumusan tujuan akhir pengajaran. Pendapat lain tentang kemampuan awal (entry behaviour) dinyatakan oleh Dick, Walter and Reiser (1989:32). Entry behaviour or prerequisites is

32 31 very specific skills that students need to have before they begin instruction (merupakan kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasai siswa sebelum proses pembelajaran dimulai). Menurut Teori Soekamto & Udin Saripudin Winataputra (1997:38) kemampuan awal siswa adalah kemampuan awal yang telah dimiliki oleh siswa sebelum melaksanakan pembelajaran. Sedangkan Muh Ali (1987:74) berpendapat bahwa seseorang dapat memiliki suatu kemampuan dengan baik bila sebelumnya telah memiliki kemampuan yang lebih rendah daripadanya dalam bidang yang sama. Pendapat senada dikemukakan oleh Piaget (1970) dalam Paul Suparno (1997:20-21), bahwa setiap level keadaan dapat dimengerti sebagai akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak bagi transformasi lain. Ausuble dalam Driscoll (1994 : ) menyatakan bahwa dengan mengaktifkan kemampuan awal (prior knowledge) yang relevan merupakan hal yang sangat penting untuk menghasilkan belajar yang bermakna. Dengan dimilikinya kemampuan awal yang relevan akan merupakan penyediaan landasan atau dasar-dasar dalam belajar hal-hal baru. Makin kuat landasan atau dasar-dasar yang dimiliki oleh seseorang maka belajar mengenai hal-hal yang baru akan makin baik dan mudah Dalam belajar matematika sering dijumpai kesulitan untuk memahami materi matematika yang dialami oleh peserta didik karena kurang diperhatikannya secara memadai kemampuan awal mereka. Padahal dengan memperhatikan kemampuan awal peserta didik pembelajaran akan mampu memanfaatkan kemapuan awal tersebut sebagai potensi yang harus didayagunakan dalam proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan

33 32 potensi yang sudah dimiliki diharapkan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan secara optimal Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal adalah suatu pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliki siswa sebagai prasyarat untuk mengikuti proses pembelajaran berikutnya. Kemampuan awal juga menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh guru pada kelas yang lebih tinggi. Adapun dalam penelitian ini kemampuan awal siswa (KAS) dikelompokkan dalam tiga katagori yaitu kemampuan awal tinggi, kemampuan awal sedang dan kemampuan awal rendah B. Penelitian yang relevan Tidak ada model pembelajaran yang efektif untuk setiap orang dan efektif untuk setiap topik maupun setiap mata pelajaran. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik tersendiri sebagai setiap guru juga memiliki gaya dan kemampuan tersendiri dalam menerapkan model pembelajaran. Oleh karena itu perbedaan model pembelajaran memungkinkan juga memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil belajar. Telah banyak penelitian yang dilakukan tentang efektivitas suatu model pembelajaran, diantaranya: 1. Abu Syafik (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh model pembelajaran Kooperatif Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika pokok bahasan geometri ditinjau dari motivasi belajar siswa mengatakan bahwa kelompok siswa yang pemebelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif jigsaw lebih baik

34 33 daripada siswa yang menngunakan model pembelajaran konvensional. Selain itu tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi belajar siswa. 2. Harminingsih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul keefektifan pembelajaran aktif pada kelompok kecil dan kelompok besar ditinjau dari kemampuan awal siswa kelas X SMA Negeri di Surakarta tahun pelajaran mengatakan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran aktif pada kelompok kecil lebih baik daripada siswa yang diajar strategi pembelajaran aktif pada kelompok besar. Selain itu hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal yang lebih rendah 3. Hendrijanto (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Student teams Achievement Divisions (STAD) terhadap prestasi belajar matematika pada pokok bahasan persamaan dan fungsi kuadrat di tinjau dari aktivitas belajar siswa mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Selain itu prestasi belajar siswa dengan aktivitas tinggi lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang dan prestasi belajar siswa dengan aktivitas sedang lebih baik daripada prestasi belajar siswa dengan aktivitas rendah. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh ketiga peneliti diatas terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh peniliti saat ini. Persamaannya adalah tujuan penelitian yang membandingkan antara dua model pembelajaran. Perbedaannya adalah (1) kalau ketiga peniliti di atas membandingkan antara model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional tetapi peniliti saat ini membandingkan antara dua model pembelajaran kooperatif yaitu antara model

35 34 pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Assisted Individualization (TAI), (2) subyek dan pokok bahasan yang diteliti. C. Kerangka Berpikir Model pembelajaran kooperatif adalah model mengajar yang memungkinkan menyenangkan sehingga memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif dan bekerja untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Di dalam kelompok mereka saling membantu sama lain untuk memahami materi pelajaran melalui diskusi karena tim bertanggung jawab untuk memahami materi ajar tersebut. Model pembelajaran kooperatif merupakan daya tarik tersendiri bagi siswa saat menyelesaikan permasalahan terutama masalah matematika sehingga tingkat pemahaman materi matematika siswa lebih mendalam dan meningkat. Model pembelajaran kooperatif STAD adalah model pembelajaran yang paling sederhana sehingga bagi siswa yang baru menggunakan model pembelajaran kooperatif ini mudah untuk menyesuaikan. Selain itu STAD adalah model pembelajaran yang pada tahap awal guru melakukan presentasi klasikal dahulu sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menanyakan materi yang sedang diberikan. Topik trigonometri adalah bahasan yang membutuhkan banyak materi prasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum materi ini diberikan, misalnya Dalil Phytagoras, letak sudut dalam kuadran dan koordinat pada sebuah kuadran. Dengan model pembelajaran kooperatif STAD, guru dalam presentasinya mempunyai kesempatan untuk menanyakan atau bahkan mengulang materi yang sudah pernah diterima siswa yang menjadi prasyarat (kemampuan awal) yang dibutuhkan untuk materi berikutnya. Sedangkan model pembelajaran kooperatif (TAI) siswa belajar sendiri untuk memahami materi yang dipelajari sehingga dalam memahami materi sangat tergantung penguasaan materi sebelumnya (kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan hasil belajar yang dilakukanya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perubahan yang diperoleh tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika

EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL. Praptiwi dan Jeffry Handhika Jurnal Penelitian Pembelajaran Fisika ISSN : 2086-2407 Vol. 3 No. 1 April 2012 EFEKTIVITAS METODE KOOPERATIF TIPE GI DAN STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL Praptiwi dan Jeffry Handhika IKIP PGRI Madiun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar Aunurrahman ( 2012 : 35 ) belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Kooperatif Menurut E. Slavin (2008), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam suatu kelas dijadikan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Definisi belajar ada beraneka ragam karena hampir semua ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) 50 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) Yunie Nurhazannah SMP Negeri 21 Pontianak E-mail: yunienurhazannah@gmail.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif juga dapat diartikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Dalam kamus bahasa indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu efektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD sampai SMP. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Kooperatif 2.1.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar juga

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Pembelajaran Matematika di SD BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran adalah proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari pendidikannya. Semakin baik tingkat pendidikan suatu negara, semakin baik juga sumber daya manusianya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu Effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Eggen dan Kauchak (dalam Artanti,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan sains dan teknologi di era modern ini. Dalam mempelajari matematika tidak cukup bila hanya dibaca dihafal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar dan penting bagi pembangunan suatu negara. Dengan adanya pendidikan maka akan tercipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh pemerintah antara lain dengan jalan melengkapi sarana dan prasarana, meningkatkan kualitas tenaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 di kemukakan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Arifin (2013:12)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Pemahaman atau understanding berasal dari kata dasar paham, yang berarti

Lebih terperinci

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 20 Tolitoli Dinayanti Mahasiswa Program Guru Dalam

Lebih terperinci

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions) Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad (student teams achievement divisions) terhadap prestasi belajar dengan memperhatikan motivasi belajar siswa pada materi pokok

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF Team Assisted Individualization (TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI OLEH: LATIF

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMPN 3 PADANG Amalina 1), Lutfian Almash 2), Minora Longgom Nasution

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. 2 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Menurut NCTM (2000) pemecahan masalah berarti melibatkan diri dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya. Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Bruner beranggapan bahwa belajar dengan menggunakan metode penemuan (discovery) memberikan hasil yang baik sebab anak dituntut untuk berusaha

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk membimbing anak menuju pada pencapaian tujuan ilmu pengetahuan. Proses pendidikan yang diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Kegiatan pembelajaran meliputi belajar dan mengajar yang keduanya saling berhubungan. Kegiatan belajar merupakan kegiatan aktif siswa untuk membangun makna atau pemahaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA Oleh: Leli Dwi Nugraheni, Mujiyem Sapti, Riawan Yudi Purwoko. Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Matematika Menurut isjoni (2010:11), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Bahasa Inggris Peserta didik Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achivement Division (STAD) Pada Kelas X.3 SMA Negeri 5 Bukittingi Gusviar SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan sekarang ini sangat pesat. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat ilmu pengetahuan yang berkembang

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN NHT PADA PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI SIKAP SISWA TERHADAP MATEMATIKA Oleh: Erny Untari ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS VII Oleh Beni Asyhar

Lebih terperinci

Model pembelajaran matematika di sd

Model pembelajaran matematika di sd Model pembelajaran matematika di sd Tahapan Proses Belajar Mengajar Input Proses Output 1 Input kejadian pertama yang menggambarkan siswa yang memiliki sejumlah materi prasyarat dari konsep yang akan dipelajari,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dalam mengetahui dan memahami suatu mata pelajaran. Hasil belajar

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Dan Pembelajaran Menurut Hamalik (2001:28), belajar adalah Sesuatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Aspek tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika di SD Pengertian matematika menurut Glover (2006) yaitu Matematika merupakan suatu pelajaran mengenai angka-angka, pola-pola, dan bangun.

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan kegiatan observasi awal pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan diskusi kepada guru mata pelajaran IPS, kelas VII A menunjukkan beberapa permasalahan

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia. Dosen Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 4 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com STUDI KOMPARASI METODE PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah dengan cara melalui perbaikan proses belajar mengajar. Berbagai konsep dan wawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari pemikiran bahwa seseorang akan belajar dengan baik apabila mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan pun semakin ketat. Sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA

EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA PELAJARAN KIMIA DI SMA Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 16 Mei 2009 EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

Lebih terperinci

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model

G. Lian Y. Nababan. NIM ABSTRAK. antara hasil belajar siswa menggunakan model konvensional dengan model 1 PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL KONVENSIONAL DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATERI BIOSFER KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 PANCUR BATU G. Lian Y. Nababan. NIM. 06110005

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang membawa perubahan tingkah laku peserta didik dari tidak tahu menjadi tahu berdasarkan pengalaman dan latihan terus menerus.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA 2.1.1.1 Pembelajaran IPA Gagne (1992:3) menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah, masyarakat dan orang tua sebagai penanggung jawab dalam pendidikan, terus menerus melakukan upaya pembaharuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar untuk mengonstruksi arti (teks, dialog, pengalaman, fisik, dan lain-lain) 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar dan Pembelajaran Belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. Menurut pandangan yang konstruktivistik, belajar merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan produktif. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangatlah penting di zaman yang semakin maju seperti sekarang ini. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) PADA SUB MATERI FUNGSI DAN KORESPONDENSI SATU-SATU DI KELAS VIII SMPIT AL-USWAH SURABAYA Anis Nuryani Matematika, FMIPA, Unesa ayat.arifin@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam (http://gurulia.wordpress.com). memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam (http://gurulia.wordpress.com). memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Cooperative Learning Learning (Pembelajaran) adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA2 SMA BATIK 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010 SKRIPSI OLEH: MIFTACHUL JANNAH

Lebih terperinci

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh: N U R D I N ABSTRAK Pada umumnya, proses pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) masih bersifat klasikal,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT

PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT PENERAPAN METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DISERTAI AUTHENTIC ASSESSMENT UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN PENGUASAAN KONSEP DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SISWA KELAS VIIA SMP NEGERI 3 NGUTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing

BAB II KAJIAN TEORETIS. pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Hakikat Model Pembelajaran Joyce dan Weil (dalam Rusman, 2012:132) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum

Lebih terperinci