BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH

Transkripsi

1 NOMOR 1 BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SERI B SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 67 ayat (6), Pasal 69 ayat (1), Pasal 72 ayat (4), Pasal 79, pasal 79, pasal 81 ayat (3), Pasal 82 ayat (2) Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Pajak Daerah. Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Sumatera Tengah (Lembaran Negara Tahun 1956 Nomor 25); 2. Undang Undang Nomor 17 Tahun 1997 tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3684); 3. Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4.Undang-Undang... 1

2 4. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Tata Cara Pidana Perpajakan (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 1983 Nomor 49,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan ( Lembaran Negar a Republik Indonesia Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4740); 5. Undang-undang Nomor 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas tanah dan Bangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3688); 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 7. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 8. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355 ); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-undang Nomor 32 Tahun Tentang Pemerintah Daerah (lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 10.Undang-Undang... 2

3 10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 11. Undang Undang Nomor 56 Tahun 2005 tentang tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 138 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4576); 12. Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) ; 13. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049); 14. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82,Tambahan Lembaran Negara Nomor 5234); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578); 17. Pemerinah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Ne gara Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4885); 10.Peraturan... 3

4 18. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4592); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2010 tentang Pemberian dan Pemamfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5161); 21. Peraturan Pemerintah No 91 Tahun 2010 Tentang Jenis Pajak Daerah yang dipungut berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau dibayar sendiri oleh Wajib Pajak (Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 153, Tambahan Lembaran Nomor 5179); 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 23. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan Pengundangan dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun Peraturan... 4

5 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Perundang-undangan Daerah; 26. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 3 Tahun 2003 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2003 Nomor 12 Seri D); 28. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 4 Tahun 2007 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2007 Nomor 2 Seri E) ; 29. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Datar Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Datar Tahun 2007 Nomor 1 Seri B) ; MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Datar. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintah daerah. 3. Bupati adalah Bupati Tanah Datar. 6. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah yang selanjutnya disingkat DPPKA adalah Instansi pelaksana Pemungutan Pajak Daerah, yang tugas dan fungsinya melaksanakan Penagihan Pajak Daerah. 7.Instansi... 5

6 7. Instansi Pelaksana Pemungut Pajak Daerah dan Retribusi adalah SKPD teknis yang tugas Pokok dan fungsinya melaksanakan Pemungutan Pajak dan Retribusi. 8. Instansi Pelaksana Penagihan Pajak Daerah adalah Badan /Dinas Teknis yang tugas Pokok dan Fungsinya melaksanakan Penagihan Pajak Daerah. 9. Kas Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh Bupati untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh pengeluaran daerah. 10. Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. 11. Sistem dan Prosedur Pajak Daerah adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak, tata cara penyetoran dan pembayaran pajak, pelaporan sampai dengan kegiatan penagihan pajak kepada wajib pajak serta pengawasan penyetorannya tidak termasuk BPHTB dan PBB Perkotaan dan Pedesaan. 12. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan,meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Perpajakan Daerah. 13. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 14. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok Pajak yang terutang; 15. Surat Pemberitahuan Terhutang Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah Surat yang oleh Wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/pembayaran Pajak, Objek Pajak dan/atau bukan Objek Pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-Undangan Perpajakan Daerah; 16.Surat... 6

7 16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok Pajak,jumlah kredit Pajak, jumlah kekurangan pokok Pajak, besarnya sanksi administratif,dan jumlah Pajak yang masih harus dibayar. 17. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah Bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke Kas Daerah melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Bupati. 18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah Surat Ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak harus terutang. 19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah Surat Ketetapan Pajak yang menentukan atas jumlah Pajak yang telah ditetapkan. 20 Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah pokok pajak yang terhutang sama besarnya. 21. Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat NPWPD adalah nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas wajib pajak daerah dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 22. Pemeriksaan adalah Serangkaian kegiatan meminta, melihat, meneliti keadaan, menanyakan, mengawasi, memeriksa, menghimpun, dan mengolah data,keterangan dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan daerah dan/ atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Perundang-undangan perpajakan daerah. BAB... 7

8 BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak daerah, meliputi: a. pendaftaran dan pendataan; b. penetapan; c. penyetoran; d. angsuran dan permohonan penundaan pembayaran; e. pembukuan dan pelaporan; f. keberatan dan banding; g. penagihan; h. pembetulan,pembatalan,pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi; dan i. pengembalian kelebihan pembayaran. BAB III PENDAFTARAN DAN PENDATAAN Pasal 3 Pendaftaran dan pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a, untuk wajib pajak dapat dilakukan dengan cara: a. penetapan bupati (Official Assesment); dan b. dibayar sendiri (Self Assesment). Pasal 4 (1) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dilakukan dengan uraian kegiatan sebagai berikut: a. DPPKA menyiapkan Formulir wajib pajak; b. formulir pendaftaran disampaikan kepada wajib pajak setelah dicatat dalam daftar formulir pendaftaran; c. wajib pajak menyerahkan kelengkapan formulir pendaftaran yang telah diisi oleh wajib pajak atau yang diberi kuasa; d. apabila pengisiannya benar dan lampirannya lengkap, dalam daftar formulir pendaftaran diberi tanda dan tanggal penerimaan dan selanjutnya dicatat dalam Daftar Induk Wajib Pajak, Daftar Wajib Pajak per Golongan, serta dibuatkan Kartu NPWPD; e. Apabila belum lengkap Formulir Pendaftaran dan lampirannya dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi. (2)Pendataan... 8

9 (2) Pendataan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, dilakukan dengan uraian kegiatan sebagai berikut: a. DPPKA menyiapkan formulir pendataan berupa SPTPD; b. formulir SPTPD disampaikan kepada Wajib Pajak setelah dicatat dalam Daftar Pendataan; c. wajib pajak menyerahkan kelengkapan formulir pendataan yang telah diiisi oleh wajib pajak atau yang diberi kuasa; d. apabila pengisiannya benar dan lengkap, dalam daftar formulir pendataan diberi tanda dan tanggal penerimaan; e. apabila pengisian belum lengkap formulir SPTPD dan lampirannya dikembalikan kepada Wajib Pajak untuk melengkapi; f. mencatat data pajak daerah dalam kartu data yang selanjutnya diserahkan kepada instansi pelaksana yang membidangi untuk proses Penetapan. (3) Formulir dan/ atau kartu dan daftar yang dipergunakan DPPKA adalah: a) formulir pendaftaran; b) formulir SPTPD; c) kartu data; d) kartu NPWPD. e) daftar formulir pendaftaran; a) daftar SPTPD; b) daftar induk wajib pajak; dan c) daftar wajib pajak perorangan. (4) Bentuk formulir SPTPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), terdapat dalam lampiran I Peraturan Bupati ini. Pasal 5 (1) Pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, dilakukan dengan uraian sebagai berikut: a. DPPKA menyiapkan formulir wajib pajak; b. formulir pendaftaran diserahkan kepada wajib pajak setelah dicatat dalam daftar formulir pendaftaran ; c. wajib pajak menyerahkan formulir pendaftaran yang telah diisi oleh wajib pajak dan atau kuasa; d. apabila pengisiannya benar dan lampirannya lengkap, dalam daftar formulir pendaftaran diberi tanggal Penerimaan dan selanjutnya dicatat dalam daftar induk wajib pajak, daftar wajib pajak pergolongan, serta dibuatkan kartu NPWPD; e. apabila pengisiannya belum lengkap, formulir pendaftaran dan lampirannya dikembalikan kepada wajib Pajak untuk melengkapi. (2)Formulir... 9

10 (2) Formulir dan atau Kartu dan Daftar yang dipergunakan oleh DPPKA adalah: a) formulir pendaftaran; dan b) kartu NPWPD c) daftar formulir pendaftaran; d) daftar induk wajib pajak; dan e) daftar wajib pajak pergolongan. (3) Bentuk formulir pendaftaran dan kartu NPWPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, sebagaimana terdapat pada lampiran II Peraturan Bupati ini. BAB IV PENETAPAN Pasal 6 Penetapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b, dilakukan dengan cara: a. penetapan bupati atau pejabat yang ditunjuk (Official Assesment); dan b. dibayar sendiri (Self Assesment). Pasal 7 (1) penetapan bupati atau pejabat yang ditunjuk (Official Assesment) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a, dilakukan dengan uraian sebagai berikut : a. wajib pajak membuat nota perhitungan pajak daerah atas dasar kartu data; b. setelah pembuatan nota perhitungan pajak daerah selesai wajib pajak menyerahkan kembali kartu data ke DPPKA; c. DPPKA menerbitkan SKPD atau SKPDKB dan membuat Daftar SKPD/ SKPDKB jika terdapat tambahan objek Pajak yang sama sebagai akibat ditemukannya data baru atas dasar nota perhitungan pajak daerah; d. kepala DPPKA menandatangani SKPD/SKPDKB yang telah dibuat sedangkan daftar SKPD/ SKPDKB ditandatangani oleh kepala bidang yang membidangi penetapan dan sertai dengan bukti tanda terima; e.fotocopy... 10

11 e. foto copy SKPD/ SKPDKB diserahkan oleh bidang yang membidangi penetapan kepada bidang yang membidangi pembukuan penerimaan dan penagihan; f. setelah selesai SKPD/ SKPDKB ditandatangani selanjutnya diserahkan kepada Wajib Pajak; g. apabila SKPD/ SKPDKB yang diterbitkan tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD/ SKPDKB diterima,dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) tiap bulan dengan cara menerbitkan STPD. (3) Bentuk formulir SKPD dan SKPDKB sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, sebagaimana terdapat pada lampiran III Peraturan Bupati ini. Pasal 8 (1) penetapan dibayar sendiri (Self Assesment) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b, dilakukan dengan uraian sebagai berikut : a. setelah wajib pajak membayar pajak terutang berdasarkan SPTPD, dicatat dalam kartu data; b. membuat nota perhitungan pajak atas dasar kartu data dan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, dengan cara menghitung jumlah pajak terutang dan jumlah kredit pajak yang diperhitungkan dalam kartu data; c. apabila pajak terutang kurang atau tidak dibayar, diterbitkan SKPDKB oleh DPPKA; d. apabila tidak terdapat selisih antara pajak terutang dan kredit pajak, diterbitkan SKPDN oleh DPPKA; e. apabila terdapat tambahan obyek pajak yang sama sebagai akibat ditemukannya data baru, diterbitkan SKPDKBT oleh DPPKA; f. apabila terdapat kelebihan pembayaran pajak terutang, diterbitkan SKPDLB; g. setelah pembuatan nota perhitungan pajak selesai, selanjutnya menyerahkan kembali kartu data kepada DPPKA ke bagian pendataan; h. DPPKA menerbitkan daftar SKPDKB, SKPDKBT, SKPDLB,dan SKPDN atas dasar SKPD tersebut diatas; i. kepala bidang yang membidangi bagian penetapan menandatangani surat ketetapan dan daftar surat ketetapan yang masing-masingnya disertai dengan tanda terima; j.wajib... 11

12 j. wajib pajak menyerahkan foto copy daftar surat ketetapan tersebut kepada bagian yang membidangi pembukuan penerimaan, bagian penagihan, bagian perencanaan dan pengendalian operasional; k. DPPKA setelah menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN diserahkan kepada wajib pajak dan wajib pajak menandatangani masing-masing tanda terimanya serta mengembalikannya kepada instansi pelaksana yang bersangkutan; l. jumlah pajak terutang dalam SKPDKB dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok Pajak terutang dalam SKPDKBT dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 2 % (dua persen) dari pokok Pajak; m. apabila SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN yang diterbitkan tidak atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN diterima, dapat diberikan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) tiap bulannya dengan menerbitkan STPD. (3) Bentuk formulir SKPDN, SKPDKBT, dan SKPDLB sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, e, f sebagaimana tercantum pada lampiran IV Peraturan Bupati ini. BAB. 12

13 BAB V PENYETORAN Pasal 8 Penyetoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c, dilakukan dengan uraian sebagai berikut : a. penyetoran melalui bendahara penerima; b. penyetoran melalui kas daerah. Pasal 9 (1) Penyetoran melalui bendahara penerima sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dengan uraian sebagai berikut: a. bendahara penerima menerima setoran disertai SKPD dengan media SSPD; b. setelah SSPD divalidasi atau dicap,selanjutnya SSPD yang asli diserahkan kepada wajib pajak disertai dengan SKPD; c. berdasarkan SSPD yang telah divalidasi atau dicap, dicatat dan dijumlahkan dalam buku penerimaan oleh bendahara khusus penerima serta dibukukan dalam buku kas umum; d. bendahara penerima menyetorkan uang ke kas umum daerah setiap hari yang disertai dengan bukti setoran dari bank; e. bendahara penerima menyiapkan laporan bulanan realisasi penerimaan dan penyetoran uang yang ditandatangani oleh Kepala DPPKA; f. surat setoran yang telah divalidasi didistribusikan ke fungsi pembukuan dan pelaporan, buku pembantu penerimaan yang sejenis didistribusikan ke fungsi pembukuan, penagihan, serta pendataan, sedangkan laporan realisasi penerimaan dan penyetoran uang di distribusikan kepada bupati dan kepala DPPKA; g. formulir dan buku yang digunakan untuk penyetoran oleh DPPKA adalah: a) SSPD; dan b) laporan realisasi penerimaan dan penyetoran. c) buku pembantu penerimaan sejenis; dan d) buku kas umum. (2).Penyetoran... 13

14 (2) Penyetoran melalui kas daerah sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 huruf b, dengan uraian sebagai berikut: a. wajib pajak menyetor uang ke kas daerah disertai surat ketetapan dan surat penyetoran SSPD dan bukti setoran bank; b. setelah SSPD ditandatangani atau dicap oleh pejabat kas daerah, lembaran pertama SSPD dan bukti setoran dari bank diserahkan kembali ke wajib pajak; c. lembaran kedua SSPD dikirim oleh kas daerah ke bendaharawan penerima dinas yang membidangi pendapatan daerah yang dilampiri bukti setoran dari bank; d. semua surat penyetoran yang telah dicap oleh Kas Daerah dicatat oleh bendahara penerima dalam buku pembantu penerimaan yang sejenis melalui kas daerah dan selanjutnya dibukukan dalam buku kas umum; e. membuat laporan bulanan realisasi penerimaan dan penyetoran uang yang ditandatangani oleh kepala DPPKA; f. lembar SSPD yang telah ditandatangani atau dicap oleh kas Daerah didistribusikan kepada fungsi pembukuan dan pelaporan, lembar buku pembantu penerimaan sejenis di distribusikan kepada fungsi pembukuan dan pelaporan,bagian penagihan serta fungsi pendataan, sedangkan laporan realisasi penerimaan dan penyetoran uang didistribusikan kepada bupati dan Kepala Dinas; g. formulir dan Buku yang digunakan DPPKA adalah: a. SSPD; dan b. laporan realisasi penerimaan dan penyetoran uang. c. buku pembantu penerimaan dan penyetoran uang; dan d. buku kas umum. (3) Bentuk formulir SSPD dan laporan realisasi penerimaan dan penyetoran uang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g dan ayat (2) huruf g, sebagaimana terdapat pada Lampiran V Peraturan Bupati ini. BAB VI ANGSURAN DAN PENUNDAAN PEMBAYARAN Pasal 10 Penyetoran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d, dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. angsuran pembayaran; dan b. penundaan pembayaran. Pasal... 14

15 Pasal 11 (1) Angsuran Pembayaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf a, dengan uraian sebagai berikut: a. menerima surat permohonan angsuran dari wajib pajak; b. melakukan penelitian untuk dijadikan bahan dalam persetujuan perjanjian angsuran pembayaran; c. membuat surat perjanjian angsuran atau penolakan angsuran yang ditandatangani oleh kepala dinas, apabila permohonan disetujui selanjutnya dibuatkan daftar surat perjanjian angsuran; d. surat perjanjian angsuran atau penolakan angsuran diserahkan kepada wajib pajak dan fungsi-fungsi lain yang terkait dengan pajak daerah. (2) Formulir atau buku yang dipergunakan oleh DPPKA adalah: a. SSPD; b. surat Permohonan Angsuran; c. surat Perjanjian Angsuran; d. surat Pemberitahuan Penolakan Angsuran. e. buku register permohonan angsuran; f. daftar surat perjanjian angsuran. Pasal 12 (1) Penundaan pembayaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 10 huruf b, dengan uraian sebagai berikut: a. wajib pajak menyerahkan surat permohonan penundaan pembayaran kepada DPPKA melalui fungsi penetapan; b. kepala DPPKA mengadakan Penelitian untuk dijadikan bahan pemberian persetujuan penundaan pembayaran; c. bidang pendapatan membuat surat persetujuan penundaan pembayaran atau penolakan penundaan pembayaran, apabila permohonan disetujui dibuatkan persetujuan penundaan yang ditandatangani oleh kepala DPPKA yang membidangi Pendapatan Daerah; d. bidang pendapatan menyerahkan surat persetujuan penundaan pembayaran kepada wajib pajak dan daftar persetujuan penundaan. (2)Formulir... 15

16 (2) Formulir atau buku yang dipergunakan oleh DPPKA adalah: a. surat permohonan penundaan pembayaran; b. surat persetujuan penundaan pembayaran; c. surat pemberitahuan penolakan penundaan pembayaran. d. buku register permohonan penundaan pembayaran; dan e. daftar persetujuan penundaan pembayaran. (3) Bentuk formulir sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) huruf a, sebagaimana terdapat pada Lampiran VI Peraturan Bupati ini. BAB VII PEMBUKUAN DAN PELAPORAN Pasal 13 Pembukuan dan Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf e, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. pembukuan penetapan; b. pembukuan penerimaan; c. pelaporan. Pasal 14 (1) Pembukuan Penetapan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 huruf a yang dilakukan oleh DPPKA, dengan uraian sebagai berikut : a. mencatat kedalam buku jenis pajak masing-masing, pada kolom penetapan yang tersedia atas dasar daftar SPTPD wajib pajak self assesment, daftar SKPD, daftar SKPDKB, daftar SKPDKB, daftar SKPDKBT, daftar SKPDN, daftar SKPDLB, dan daftar STPD; b. mencatat kedalam buku wajib pajak sesuai dengan NPWPD dari wajib pajak masing-masing pada kolom penetapan yang tersedia atas dasar SKPD, SKPDKB, SKPDKB, SKPDKBT, SKPDN, SKPDLB, dan STPD; c. mengarsipkan seluruh dokumen yang telah dicatat dengan memberi nomor urut file (2)Formulir... 16

17 (2) Formulir dan daftar atau Buku yang dipergunakan oleh DPPKA adalah: a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDN; d. SKPDKB; e. STPDKBT; f. STPD; g. SKPDLB h. daftar SPTPD wajib pajak self assesment; i. daftar surat ketetapan; j. buku jenis pajak; k. buku wajib pajak. Pasal 15 (1) Pembukuan Penerimaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 huruf b yang dilakukan oleh DPPKA, dengan uraian sebagai berikut : a. mencatat kedalam Buku Jenis Pajak masing-masing kolom Penyetoran yang tersedia atas dasar: 1) buku pembantu penerimaan sejenis; 2) daftar bukti pemindahbukuan. b. mencatat kedalam buku wajib pajak sesuai NPWPD dari wajib pajak masing-masing pada kolom penyetoran yang tersedia atas dasar validasi dari SSPD dan bukti pemindahbukuan; c. mengarsipkan atau menyimpan seluruh dokumen yang telah dicatat dengan memberi nomor urut file. (2) Formulir dan Buku yang dipergunakan oleh DPPKA dalah: a. SSPD; b. bukti pemindahbukuan c. buku pembantu penerimaan sejenis; d. daftar bukti pemindahbukuan Pasal 16 (1) Pelaporan sebagaimana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 huruf c yang dilakukan oleh DPPKA, dengan uraian sebagai berikut : a. membuat daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan per jenis pajak daerah atas dasar buku jenis pajak yang telah dijumlahkan dari kolom penetapan dan kolom penyetorannya; b.membuat... 17

18 b. membuat daftar tunggakan per wajib pajak atas dasar buku wajib pajak yang telah dijumlahkan dari kolom penetapan dan penyetorannya; c. membuat laporan realisasi penerimaan pajak daerah atas dasar daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan per jenis pajak dan daftar tunggakan per wajib pajak; d. mengajukan laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah kepada Kepala DPPKA untuk ditandatangani; e. mengajukan laporan realisasi penerimaan pendapatan asli daerah beserta daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan per jenis pajak, daftar tunggakan per wajib pajak kepada: 1) Bupati; 2) instansi pelaksana yang mengelola pendapatan daerah lainnya. f. membuat daftar realisasi setoran masa pada akhir periode atau masa atas dasar buku wajib pajak yang telah dijumlahkan pada akhir periode; g. mengajukan daftar realisasi setoran masa (Self Assesment) kepada Bagian Pembukuan Pelaporan untuk ditandatangani dan disahkan; h. menyerahkan daftar realisasi setoran masa (Self Assesment) kepada Bagian Pendaftaran dan Pendataan (2) Formulir dan daftar atau buku yang dipergunakan untuk pembukuan dan pelaporan oleh DPPKA adalah: a. formulir laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah; b. daftar penetapan, penerimaan dan tunggakan per jenis; c. daftar tunggakan per wajib pajak; d. daftar realisasi setoran masa; e. buku jenis pajak; f. buku wajib pajak. (3) Bentuk formulir laporan realisasi penerimaan pendapatan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2) huruf a, sebagaimana terdapat pada Lampiran VII Peraturan Bupati ini. BAB VIII KEBERATAN DAN BANDING Pasal 17 Keberatan dan Banding sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf f, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. penyelesaian keberatan ; b. banding. Pasal... 18

19 Pasal 18 (1) Penyelesaian Keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf a, dengan uraian sebagai berikut : a. DPPKA menerima surat Permohonan keberatan dari wajib pajak ; b. DPPKA meneliti dan melakukan Pemeriksaan kelengkapan permohonan dari wajib pajak serta membuatkan laporan hasil penelitian dan pemeriksaan ; c. Kepala DPPKA menerima hasil laporan penelitian dan pemeriksaan dari SKPD tersebut untuk dapat dipertimbangkan apakah permohonan keberatan dapat diterima atau ditolak. d. bupati menerima berkas keberatan dari wajib pajak disertai dengan hasil pertimbangan dari DPPKA untuk Pembuatan Keputusan, baik penerimaan atau penolakan terhadap keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak tersebut. e. bupati atau Pejabat yang ditunjuk menandatangani surat keputusan, berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah pajak terutang; f. DPPKA menyerahkan surat keputusan kepada Wajib Pajak. (2) formulir dan Buku yang dipergunakan untuk oleh DPPKA adalah: a. SKPD ; b. SKPDKB ; c. SKPDN ; d. SKPDKB ; e. SKPDKBT ; f. Surat Permohonan Keberatan ; g. laporan hasil penelitian kembali ; h. surat keputusan penolakan keberatan ; i. surat keputusan keberatan ; j. SKPDLB k. buku register surat permohonan keberatan ; l. buku register surat keputusan keberatan Pasal 19 (1) Banding sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 17 huruf b, apabila wajib pajak yang bersangkutan tidak puas atas keputusan bupati mengenai keberatan yang diajukan. (2) Apabila Wajib Pajak yang bersangkutan tidak puas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat mengajukan permohonan banding kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak (BPSP) sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. BAB... 19

20 BAB IX PENAGIHAN Pasal 20 Penagihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : a. penagihan dengan surat teguran; b. penagihan dengan surat paksa; c. penagihan dengan surat perintah melaksanakan penyitaan; d. pengumuman lelang dan pelaksanaan lelang; e. pencabutan penyitaan dan pengumuman lelang; dan f. penagihan dengan surat perintah penagihan seketika dan sekaligus. Pasal 21 (1) Penagihan dengan surat teguran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 huruf a yang dilakukan oleh DPPKA adalah: a. membuat daftar surat teguran kepada wajib pajak 7 (tujuh) hari setelah batas waktu jatuh tempo pembayaran; b. menerbitkan Surat Teguran; c. menyampaikan/ penyerahkan surat teguran kepada wajib pajak yang bersangkutan (2) Formulir dan buku atau daftar yang dipergunakan untuk Penagihan dengan Surat Teguran oleh DPPKA terdiri dari : a) formulir surat teguran. b) daftar surat ketetapan; c) buku pembantu penerimaan sejenis; d) buku register SK keberatan; e) daftar surat teguran atau surat paksa; dan f) buku kendali. Pasal 22 (1) Penagihan dengan Surat Paksa sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 huruf b yang dilakukan oleh DPPKA terdiri dari: a. membuat daftar surat paksa untuk wajib pajak yang setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari setelah tanggal surat teguran belum menyetor pajak terutang; b. menerbitkan surat paksa dari daftar surat paksa; c. mengirim atau menyerahkan surat paksa kepada wajib pajak yang bersangkutan melalui Juru Sita Pajak. (2)Formulir... 20

21 (2) formulir dan buku atau daftar yang dipergunakan oleh SKPD yang membidangi pajak daerah untuk penagihan dengan surat paksa terdiri dari: a. surat paksa; b. laporan pelaksanaan surat paksa ; c. buku pembantu penerimaan sejenis ; d. daftar surat teguran / surat paksa. Pasal 23 (1) Penagihan dengan surat perintah melaksanakan penyitaan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 huruf c yang dilakukan oleh DPPKA adalah: a. membuat daftar surat perintah melaksanakan penyitaan untuk wajib pajak yang belum melunasi hutang Pajaknya 2 x 24 jam setelah tanggal Surat Paksa; b. menerbitkan surat perintah melaksanakan Penyitaan; c. pelaksanaan penyitaan oleh juru sita Pajak dengan menyegel barangbarang milik wajib pajak yang boleh disita menurut Perundangundangan yang dirinci pada Berita Acara Pelaksanaan Sita; d. membuat laporan pelaksanaan penyitaan (2) Formulir dan Buku/Daftar yang dipergunakan oleh DPPKA untuk Penagihan dengan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan adalah: a. surat perintah melaksanakan penyitaan ; b. berita acara pelaksanaan sita ; c. laporan pelaksanaan penyitaan ; d. daftar surat ketetapan; e. buku pembantu penerimaan sejenis; f. buku kendali; g. daftar surat perintah melaksanakan penyitaan. Pasal 24 (1) Pengumuman Lelang dan Pelaksanaan Lelang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 huruf d yang dilaksanakan oleh DPPKA adalah: a. membuat daftar surat permintaan pelaksanaan lelang untuk wajib pajak yang belum melunasi hutang pajaknya sampai dengan berakhirnya batas waktu 14 (empat belas) hari sejak tang gal surat Pelaksanaan penyitaan ; b.memeriksa... 21

22 b. memeriksa hari, tanggal dan jam pelelangan yang disetujui oleh kepala instansi pelaksana dan permintaan penegasan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara (BUPLN); c. menyiapkan berkas penyitaan wajib pajak yang bersangkutan dan pengumuman lelang; d. pelaksanaan lelang sesuai dengan hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan. (2) Formulir dan daftar yang dipergunakan untuk pengumuman lelang dan pelaksanaan lelang oleh DPPKA adalah: a. formulir surat permintaan pelaksanaan lelang; dan b. daftar surat permintaan pelaksanaan lelang Pasal 25 (1) Pencabutan Penyitaan dan Pengumuman Lelang sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 20 huruf e yang dilakukan oleh DPPKA adalah : a. membuat daftar surat pencabutan penyitaan untuk wajib pajak yang telah melunasi hutang pajaknya sesudah penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan sampai dengan sebelum pengumuman lelang; b. menerbitkan surat pencabutan penyitaan; c. melaksanakan pencabutan penyitaan dengan pembuatan berita acara pencabutan penyitaan ; d. membuat laporan pelaksanaan pencabutan penyitaan; e. monitoring penyetoran wajib pajak yang telah melunasi hutang pajaknya untuk mengetahui wajib pajak yang telah melunasi hutang pajaknya sesudah pengumuman lelang sampai dengan sebelum pelaksanaan lelang; f. membuat daftar surat pencabutan pengumuman lelang; g. menerbitkan surat pencabutan pengumuman lelang; h. mengirim atau menyerahkan surat pencabutan pengumuman lelang oleh juru sita pajak. (2) Formulir dan buku atau daftar yang dipergunakan oleh DPPKA untuk pencabutan penyitaan dan pengumuman lelang adalah: a. surat pencabutan penyitaan; b. surat pencabutan pengumuman lelang; c. berita acara pelaksanaan pencabutan penyitaan; d. laporan pelaksanaan pencabutan penyitaan e. daftar surat ketetapan; f. buku pembantu penerimaan sejenis; g. buku kendali; h. daftar surat pencabutan penyitaan; i. daftar surat pencabutan pengumuman lelang Pasal... 22

23 Pasal 26 (1) Penagihan dengan surat perintah penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana yang dimaksud oleh ayat 1 (satu) huruf f yang dilakukan oleh DPPKA adalah: a. membuat daftar Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPS &S) untuk wajib pajak yang menyetor; b. menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPS & S) dari Daftar Surat Perintah Penagihan Seketika & Sekaligus; c. menyerahkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPS & S). (2) Formulir dan daftar atau buku yang dipergunakan: a. surat perintah penagihan sekaligus dan seketika; b. Laporan Pelaksanaan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus (SPPS & S) c. buku pembantu penerimaan sejenis; d. daftar SPPS & S Pasal 27 Bentuk formulir Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Pelaksanaan Penyetoran, Pengumuman/ Pelaksanaan Lelang, Pencabutan Penyitaan dan Pengumuman Lelang dan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, 22, 23, 24, 25, dan 26 sebagaimana terdapat pada Lampiran VIII Peraturan Bupati ini. BAB X PEMBETULAN,PEMBATALAN,PENGURANGAN KETETAPAN DAN PENGHAPUSAN ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI Pasal 28 (1) Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan Ketetapan dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf g, yang dilaksanakan oleh DPPKA dapat dilakukan dengan cara: a. menerima surat permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dari wajib pajak; b.meneliti... 23

24 b. meneliti kelengkapan permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan, dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi wajib pajak, setelah dilakukan penelitian dan apabila diperlukan dilakukan pemeriksaan, dibuat Laporan Hasil Penelitian; c. menyampaikan laporan hasil penelitian kepada Kepala SKPD yang membidangi Pajak Daerah untuk diteliti dan dipertimbangkan untuk ditolak atau diterima; d. membuat surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala SKPD yang membidangi Pajak Daerah atas permohonan Wajib Pajak, berupa surat penolakan apabila permohonan ditolak dan Pembetulan apabila permohonan diterima; e. menyerahkan surat keputusan kepada wajib pajak dengan tembusan kepada SKPD yang membidangi pajak daerah Bagian Penetapan dan Bagian Pembukuan dan Pelaporan (2) Formulir dan Buku yang dipergunakan oleh DPPKA adalah: a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPDN; d. SKPDKB; e. SKPDKBT; f. STPD; g. surat permohonan pembetulan; h. laporan hasil penelitian; i. surat keputusan penolakan pembetulan; j. surat keputusan pembetulan; k. SKPDLB l. Buku Register Surat Permohonan Pembetulan, Pembatalan,Pengurangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Pengurangan Sanksi Administrasi; m. Buku Register Surat Keputusan Pembetulan; n. Buku Register Surat Penolakan Pembetulan. BAB... 24

25 BAB XI PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PASAL 29 (1) Pengembalian kelebihan pembayaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 huruf i, yang dilakukan oleh DPPKA dengan cara : a. menerima surat Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, melakukan pemeriksaan dan membuat Laporan Pemeriksaan, ditandatangani oleh petugas dan wajib pajak; b. mencatat ke kartu data selanjutnya diserahkan kepada Bagian Perhitungan untuk dilakukan penghitungan penetapan kelebihan pembayaran pajak; c. memperhitungkan dengan hutang atau tunggakan pajak yang lain, apakah punya hutang Pajak atau tidak, kemudian dibuat Nota Perhitungan; d. setelah diperhitungkan dengan hutang pajak yang lain ternyata kelebihan pembayaran Pajak, kurang atau sama dengan hutang pajak lainnya tersebut, wajib pajak menerima bukti pemindahbukuan, sebagai bukti pembayaran atau Kompensasi dengan pajak terhutang dimaksud, karena SKPDLB tidak diterbitkan; e. apabila hutang pajak setelah diperhitungkan atau dikompensasikan dengan kelebihan pembayaran pajak ternyata lebih, wajib pajak akan menerima Bukti Pemindahbukuan dan sebagai bukti pembayaran/kompensasi dan SKPDLB harus diterbitkan f. setelah menerima SKPDLB dari Bagian Penetapan dan diproses untuk penerbitan SPMKPD dan ditandatangani oleh Bupati; g. kas daerah mengembalikan kelebihan pembayaran pajak sesuai SPMKPD dengan menerbitkan SPMU. (2) Formulir dan Daftar yang dipergunakan adalah: a. Surat Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Daerah (SPPKPPD); b. SKPDLB; c. bukti pemindahbukuan d. daftar surat ketetapan; e. daftar SPMKPD. BAB... 25

26 BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan, Agar setiap orang dapat mengetahuinya,memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tanah Datar. Ditetapkan di Batusangkar pada tanggal :17 Februari 2012 BUPATI TANAH DATAR dto M. SHADIQ PASADIGOE Diundangkan di Batusangkar Pada tanggal 17 Februari 2012 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Dto MUZWAR.M BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012 NOMOR 1 SERI B Salinan ini sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN HAM SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR dto JASRINALDI,SH,SSos NIP

27 27