Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah. dianalisis sidik ragam {Lampiran 5) menxmjnkkan bahwa interaksi pemberian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah. dianalisis sidik ragam {Lampiran 5) menxmjnkkan bahwa interaksi pemberian"

Transkripsi

1 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Kelapa Sawit (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dianalisis sidik ragam {Lampiran 5) menxmjnkkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 memberikan pengaruh tidak nyata, begitu juga dengan pemberian faktor tunggal pemberian dosis sludge dan pemberian konsentrasi EM4 juga memberikan pengaruh tidak nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Rerata pertambahan tinggi bibit kelapa sawit (cm). Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 15,67"'' 14,60" 16,43* 18,40* 16,27 50(SI) 15,63"^ 19 47ab 14,98" 15,90* 16,50 100(S2) 16,57* 20,57* 17,27* 16,63* 17,76 150(S3) 23,53 " 15,97* 20,42* 15,63* 18,89 Rerata EM-4 17,85 17,65 17,28 16,64 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 1 menunjukkan bahwa interaksi maupun faktor tunggal kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit. Hal ini disebabkan bahwa dengan pemberian kedua perlakuan belum mampu memenuhi kebutuhan akan unsur hara sehingga pertambahan tinggi tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetis dibanding faktor lingkungan dalam hal ini penambahan pupuk. Tabel 1 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik didapat pada pemberian 150 g/polybag sludge dengan tanpa pemberian EM-4 (S3E0) yakni 23,53 cm yang tidak berbeda nyata terhadap kombinasi perlakuan yang lain, namun berbeda nyata terhadap pemberian tanpa sludge dengan 10 ml/1 air EM-4

2 19 (SOEl) dan pemberian 50 g/polybag sludge dengan 20 ml/1 air EM-4 (S1E2). Pemberian dosis sludge rata-rata pertambahan tinggi bibit tertinggi diperoleh pada dosis 150 g/polybag yakni 18,89 cm, sedangkan untuk pemberian konsentrasi EM-4 rata-rata pertambahan tinggi bibit tertinggi diperoleh pada tanpa pemberian EM-4 yakni 17,85 cm namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian perlakuan masing-masing. Diasumsikan bahwa pemberian sludge dan EM-4 belum mampu menunjukkan sinergititasnya pada masa awal pertumbuhan bibit kelapa sawit, hal ini dikarenakan sifat EM-4 yang membutuhkan waktu lama dalam proses perombakan bahan organik dalam tanah guna penyediaan unsur hara bagi tanaman. Tanaman kelapa sawit juga merupakan tanaman tahunan sehingga pengaruh EM-4 tidak nampak dalam waktu singkat Pertambahan Jumlah Daun Bibit Kelapa Sawit (helai) Hasil pengamatan terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit setelah dianalisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 memberikan pengaruh tidak nyata, begitu juga dengan pemberian faktor tunggal pemberian dosis sludge dan pemberian konsentrasi EM4 juga memberikan pengaruh tidak nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Rerata pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit (helai) Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 5,50* 5,50* 5,17* 5,67* 5,46 50(SI) 5,83* 5,17* 5,00* 5,33* 5, (S2) 5,50* 6,17" 4,67" 5,17* 5, (S3) 5,67* 5,67* 5,17* 5,33* 5,46 Rerata EM-4 5,63 5,63 5,00 5,38 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5%

3 20 Tabel 2 menunjukkan bahwa interaksi maupun faktor tunggal kedua perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap pertambahan jumlah daun bibit kelapa sawit. Hal ini disebabkan bahwa dengan pemberian kedua perlakuan belum mampu memenuhi kebutuhan akan imsur hara sehingga pertambahan jumlah daun tanaman lebih dipengaruhi oleh faktor genetis dibanding faktor lingkungan dalam hal ini penambahan pupuk. Tabel 2 menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan terbaik didapat pada pemberian 100 g/polybag sludge dengan pemberian 10 ml/1 air EM-4 (S2E1) yakni 6,17 helai yang tidak berbeda nyata terhadap kombinasi perlakuan yang lain, namun berbeda nyata terhadap pemberian 100 g/polybag sludge dengan pemberian 20 ml/1 air EM-4 (S2E2). Pemberian dosis sludge rata-rata pertambahan jumlah daun bibit sawit tertinggi diperoleh pada dosis 150 g/polybag yakni 5,46 helai sedangkan untuk pemberian konsentrasi EM-4 rata-rata pertambahan jumlah daun bibit sawit tertinggi diperoleh pada konsentrasi 10 ml/1 air EM-4 yakni 5,63 helai. Menurut Lakitan (1996), faktor genetis menentukan jumlah daun yang akan terbentuk, oleh sebab itu sangat penting dalam pembibitan menggunakan bibit yang berkualitas. Harjadi (1996), menyatakan bahwa jumlah daun berkaitan dengan tinggi tanaman dimana semakin tinggi tanaman maka semakin banyak daun yang akan terbentuk karena daun keluar dari nodus-nodus yakni tempat kedudukan daun yang ada pada batang. Selanjutaya Fauzi, dkk (2002), menyatakan bahwa jumlah pelepah, panjang pelepah dan anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daunnya lebih banyak dari tanaman yang masih berumur muda.

4 Pertambahan Diameter Bonggol Bibit Kelapa Sawit (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit setelah di analisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 serta faktor tunggal EM-4 memberikan pengaruh tidak nyata, namun faktor tunggal sludge memberikan pengaruh nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Rerata pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit (cm) Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 1,43" 1,52* 1,41^ 1,60* 1,49" 50 (SI) 1,50* 1,51* 1,45" 1,52* 1,50" 100(S2) 1,68* 1,62* 1,66* 1,58* 1,63* 150(S3) 1,98" 1,86* 1,79* 1,69* 1,83" Rerata EM-4 1,65 1,63 1,58 1,60 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal sludge berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit. Pemberian 150 g/polybag sludge (S3) mampu meningkatkan pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit secara nyata yakni 1,83 cm jika dibandingkan dengan tanpa pemberian sludge (SO) dan pemberian 50 g/polybag sludge (Sl)yakni 1,49 cm dan 1,50 cm, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 100 g/polybag sludge (S2) yakni 1,63 cm. Peningkatan pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit seiring pemberian sludge diasumsikan bahwa dengan pemberian perlakuan telah mampu memenuhi kebutuhan bibit sawit akan unsur hara baik makro maupun unsur mikro. Pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit berhubungan dengan ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman diantaranya nitrogen, fosfor, kaliimi, kalsium, magnesium dan unsur hara lainnya. Terpenuhinya imsur hara

5 22 bagi tanaman tersebut dapat mempercepat proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh tanaman seperti perbanyakan sel dan pembelahan sel. Nitrogen berperan untuk menghasilkan protein dan bahan-bahan penting dalam pembentukan klorofil, hal ini sesuai dengan pendapat Hakim dkk (1986), klorofil yang cukup pada daim akan meningkatkan kemampuan daun dalam penyerapan cahaya matahari sehingga proses fotosintesis akan berlangsung dengan baik dan akan memperlancar pembentukan fotosintat yang dibutuhkan tanaman dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Unsur hara yang terkandung dalam sludge antara lain N yang berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman dan merupakan pembentuk utama protoplasma sel, asam amino dan protein. Unsur P berperan penting dalam transfer energi ADP dan ATP serta unsur K yang mengaktifkan kerja beberapa enzim, memacu translokasi beberapa karbohidrat dari daun ke organ tanaman lainnya, mengatur mekanisme osmotik di dalam sel dan sebagai pembentuk jaringan meristematik tanaman sehingga pembentukan lilit bonggol akan lebih baik. Fosfor juga berfungsi sebagai bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi dan pemafasan serta perkembangan jaringan meristem. Sarief (1985), mengatakan bahwa unsur fosfor berperan dalam pembentukan jaringan meristem. Jaringan meristem terdiri dari meristem pipih dan pita. Meristem pita akan menghasilkan deretan sel yang berfungsi memperpanjang jaringan sehingga batang menjadi besar. Bonggol bibit kelapa sawit secara fisiologis berfungsi sebagai penyimpan cadangan bahan makanan dan sebagai jaringan yang berperan dalam translokasi hara dari akar ke daun. Leiwakabessy (1998), mengatakan bahwa K sangat

6 23 berperan dalam meningkatkan diameter bonggol khususnya dalam peranannya sebagai jaringan yang menghubungkan antara akar dan daun pada proses transfer hara. Unsur hara kaliimi sangat dibutuhkan pada proses pembentukan karbohidrat, pemecahan dan translokasi pati. Ketersediaan unsur hara kalium mengakibatkan pembentukan karbohidrat dan translokasi pati ke bonggol bibit kelapa sawit akan berlangsung dengan baik sehingga akan terbentuk bonggol bibit kelapa sawit yang baik. Bonggol akan menopang bibit sawit dan memperlancar proses translokasi hara dari akar ke tajuk. Pemberian faktor tunggal EM-4 hingga taraf 30 ml/1 air tidak menunjukkan adanya pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit yang signifikan jika dibandingkan dengan tanpa pemberian perlakuan. Rata-rata angka yang didapat menunjukkan bahwa tanpa pemberian EM-4 (EO) memberikan hasil yang tertinggi yaitu 1,65 cm namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian EM-4. Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan diameter bonggol bibit kelapa sawit. Hasil tertinggi didapat pada perlakuan S3E0 namun berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan. Akan tetapi perlakuan S3E0 berbeda nyata dengan perlakuan SOEO, S0E2 dan S1E Volume Akar Bibit Kelapa Sawit (cm) Hasil pengamatan terhadap volume akar bibit kelapa sawit setelah di analisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian

7 24 sludge dan EM4 serta faktor tunggal EM-4 memberikan pengaruh tidak nyata, namun faktor tunggal sludge memberikan pengaruh nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 4. Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 23,50" 28,83* 26,67" 28,17* 26,79" 50 (SI) 27,83* 24,17" 25,67" 31,50* 27,29" 100(S2) 34,33* 32,83* 30,00* 27,83* 31,25* 150(S3) 37,83" 34,00* 28,83* 32,17* 33,21" Rerata EM-4 30,86 29,96 27,79 29,92 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 4 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal sludge berpengaruh nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit. Pemberian 150 g/polybag sludge (S3) mampu meningkatkan volume akar bibit kelapa sawit secara nyata yakni 33,21 cm jika dibandingkan dengan tanpa pemberian sludge (SO) dan pemberian 50 g/polybag sludge (Sl)yakni 26,79 ml dan 27,29 ml, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 100 g/polybag sludge (S2) yakni 31,25 ml. Peningkatan volume akar bibit kelapa sawit seiring pemberian sludge diasumsikan bahwa dengan pemberian perlakuan telah mampu memenuhi kebutuhan bibit sawit akan unsur hara baik makro maupun unsur mikro. Pemberian sludge mampu meningkatkan mampu meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah serta memperbaiki struktur tanah sehingga perkembangan akar makin baik. Menurut Musnamar (2003), bahwa pemberian pupuk organik dapat meningkatkan ketersediaan hara, memperbaiki struktur tanah, daya scrap air, granulasi agregat tanah, kandungan air tanah. Hal ini dapat meningkatkan kesuburan tanah serta perkembangan mikroorganisme tanah semakin baik.

8 25 Sukarji dalam Silalahi (1996), menyatakan kandungan unsur hara pada sludge meliputi N = 0,49-2,1%, P2O5 = 0,46%, K2O - 1,3-2,35%, CaO = 1,3%, MgO = 0,3-0,64%. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu unsur penting pada fase vegetatif tanaman yaitu unsur P yang berperan dalam perkembangan akar tanaman. Menurut Lingga (1992), menyatakan bahwa unsur P bergima bagi tanaman untuk merangsang perkembangan akar dan tanaman muda. Proses perkembangan akar dipengaruhi oleh suplai fotosintat dari daun. Hasil fotosintesis akan dipergunakan untuk memperluas zona perkembangan akar dan akan memacu pertumbuhan akar primer baru. Menurut Salisbury dan Ross (1995), flmgsi utama P dalam proses metabolisme tanaman adalah dalam produksi beberapa hormon dan enzim yang esensial bagi tanaman seperti ; ATPase, Auksin, Giberellin, Asam Absisat dan sitokinin. Inisiasi dan pertumbuhan akar pada jaringan meristematrik dipacu oleh ATPase, sel-sel baru dari jaringan meristem pada ujung akar didistribusikan pada pembaruan tudung akar yang berperan penting dalam melindungi meristem akar dari kerusakan fisik selama penerobosan tanah. Tudung akar tersebut juga menghasilkan asam absisat yang sangat berguna bagi pertumbuhan akar (Gardner dkk, 1991). Pemberian faktor tunggal EM-4 tidak menunjukkan adanya volume akar yang signifikan. Rata-rata angka yang didapat menunjukkan bahwa volume akar yang tanpa pemberian EM-4 memberikan hasil yang tertinggi yakni 30,86 ml namim tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian EM-4. Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap volume akar bibit kelapa sawit. Hasil

9 26 tertinggi didapat pada perlakuan S3E0 namun berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan. Akan tetapi perlakuan S3E0 berbeda nyata dengan perlakuan SOEO, S0E2,S1E1 dansle Berat Kering Bibit Kelapa Sawit (g) Hasil pengamatan terhadap berat kering bibit kelapa sawit setelah di analisis sidik ragam {Lampiran 5) menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM4 serta faktor tunggal EM-4 memberikan pengaruh tidak nyata, namun faktor tunggal sludge memberikan pengaruh nyata. Data dari hasil uji DNMRT taraf 5 % dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Rerata berat kering bibit kelapa sawit (g) Dosis Sludge Konsentrasi EM-4 (ml) Rerata (gram) 0(E0) 10 (El) 20 (E2) 30 (E3) Sludge 0(S0) 27,98* 32,00* 28,96* 35,31*' 31,06" 50(SI) 35,08*'^ 27,63" 28,25* 34,88*' 31,46" 100(S2) 39,41*"= 38,79*' 38,79*' 34,12*' 37,78* 150(S3) 48,48' 44,17"' 33,62*' 40,25*' 41,63" Rerata EM-4 37,74 35,65 32,41 36,14 Angka yang diikuti notasi huruf yang tidak sama berbeda nyata menurut uji DNMRT taraf 5% Tabel 5 menunjukkan bahwa pemberian faktor tunggal sludge berpengaruh nyata terhadap berat kering bibit kelapa sawit. Pemberian 150 g/polybag sludge (S3) mampu meningkatkan berat kering bibit kelapa sawit secara nyata yakni 41,63 g jika dibandingkan dengan tanpa pemberian sludge (SO) dan pemberian 50 g/polybag sludge (SI) yakni 31,06 g dan 31,46 g, namun berbeda tidak nyata dengan pemberian 100 g/polybag sludge (S2) yakni 37,78 g. Menurut Lakitan (1996), bahwa pertumbuhan tanaman dicirikan dengan penambahan berat kering dan ketersediaan unsur hara yang cukup dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman melalui proses fotosintesis sehingga dapat

10 27 meningkatkan jumlah klorofil yang mendukung peningkatan berat kering tanaman. Meningkataya berat kering bibit kelapa sawit ini disebabkan pemberian sludge mampu menyediakan unsur hara yang cukup. Sukarji dalam Silalahi (1996), menyatakan kandungan unsur hara pada sludge meliputi N = 0,49-2,1%, P2O5 = 0,46%, K2O = 1,3-2,35%, CaO = 1,3%, MgO = 0,3-0,64%. Selain itu sludge juga mampu memperbaiki draenase dan aerase tanah sehingga sangat mempengaruhi penyerapan unsur hara oleh akar bibit kelapa sawit kemudian diangkut melalui pembuluh xylem ke bagian tajuk, kemudian pada daun dengan bantuan cahaya matahari melakukan proses fotosintesis sehingga fotosintat yang akan ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman yang kemudian digunakan sebagai energi dalam pembentukan jaringan tanaman yaitu berupa pembelahan, pembesaran dan perpanjangan sel tanaman yang sangat berpengaruh terhadap berat kering tanaman. Pemberian faktor tunggal konsentrasi EM-4 tidak menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap berat kering bibit kelapa sawit. Rata-rata angka yang didapat menimjukkan bahwa berat kering dengan pemberian konsentrasi 10 ml/1 air EM-4 memberikan hasil yang tertinggi yakni 5,63 g namun tidak berbeda nyata dengan setiap pemberian EM-4. Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi pemberian sludge dan EM-4 tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering bibit kelapa sawit. Hasil tertinggi didapat pada perlakuan S2E1 namun berbeda tidak nyata dengan semua perlakuan. Akan tetapi perlakuan S2E1 berbeda nyata dengan perlakuan S2E2. Dapat diasumsikan bahwa kombinasi kedua perlakuan belum mampu menunjukkan hubungan yang sinergis dalam penyediaan unsur-unsur hara.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi tanaman (cm) Hasil pengamatan yang diperoleh terhadap tinggi tanaman jagung manis setelah dilakukan sidik ragam (Lampiran 9.a) menunjukkan bahwa pemberian kompos sampah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pertambahan Tinggi Bibit (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa interaksi pupuk kompos TKS dengan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang tidak nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi bibit kelapa sawit setelah dilakukan sidik ragam (lampiran 9) menunjukkan bahwa faktor petak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Hasil pengamatan terhadap parameter tinggi bibit setelah dianalisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit memberikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.a. Parameter Utama 4.a.l. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 7.1) menunjukkan bahwa pemberian pupuk nitrogen (kombinasi kascing dan pupuk

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Bibit (cm) Dari hasil sidik ragam (lampiran 4a) dapat dilihat bahwa pemberian berbagai perbandingan media tanam yang berbeda menunjukkan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun 16 1. Tinggi Tanaman (cm) I. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam tinggi tanaman ( lampiran 6 ) menunjukkan perlakuan kombinasi limbah cair industri tempe dan urea memberikan pengaruh

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. ph Tanah Data hasil pengamatan ph tanah gambut sebelum inkubasi, setelah inkubasi, dan setelah panen (Lampiran 4) menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan ph tanah.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Peneiitian 4.1.1. C/N Tanah 4.1.1.1. C/N Tanah Masa Inkubasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN viride dan dregs juga faktor tunggal waktu aplikasi dregs berpengaruh tidak nyata sedangkan faktor tunggal

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa 1. Tinggi tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil Uji

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan yang telah diperoleh terhadap tinggi tanaman cabai setelah dilakukan analisis sidik ragam (lampiran 7.a) menunjukkan bahwa pemberian pupuk

Lebih terperinci

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 rv. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (Lampiran 6 ) menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kascing dengan berbagai sumber berbeda nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) Hasil pengamatan terhadap pertambahan tinggi tanaman setelah dianalisis menggiinakan sidik ragam (Lampiran 5.a) menunjukkan bahvvfa interaksi

Lebih terperinci

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30)

(g/ kg gambut) D0(0) DI (10) D2 (20) D3 (30) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Tanah 4.1.1 Analisis C/N Setelah Inkubasi Trichoderma sp Berdasarkan hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa interaksi Trichoderma sp dan dregs berpengaruh tidak nyata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan kemajuan ini belum bias penulis selesaikan dengan sempurna. Adapun beberapa hasil dan pembahasan yang berhasil

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Jati Tanaman selama masa hidupnya menghasilkan biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Perubahan akumulasi biomassa akan terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam pengamatan tinggi tanaman berpengaruh nyata (Lampiran 7), setelah dilakukan uji lanjut didapatkan hasil seperti Tabel 1. Tabel 1. Rerata tinggi

Lebih terperinci

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A

50,85 a B 50,98 b B. 53,32 b A IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit yang berbeda nyata setelah diperlakukan dengan lama pengompos tandan kosong

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang mudah untuk diamati dan sering digunakan sebagai parameter untuk mengukur pengaruh dari lingkungan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan terbagi menjadi dua tahap yaitu pengambilan Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

Lebih terperinci

Pertambahan luas areal pertanaman kelapa sawit dari tahun ke tahun di karenakan

Pertambahan luas areal pertanaman kelapa sawit dari tahun ke tahun di karenakan Kegiatan : II JUDUL : Respon Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Pada Berbagai Dosis Pupuk Urea dan Kascing di Pembibitan Main nursery". A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap jenis makhluk hidup termasuk tanaman. Proses ini berlangsung

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa interaksi antara perlakuan pemberian pupuk akar NPK dan pupuk daun memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi pupuk Urea dengan kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per tanaman, jumlah buah per tanaman dan diameter

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun belum dibarengi dengan program operasional yang memadai. Melalui program revitalisasi

Lebih terperinci

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU Hp PERTUMBUHAN DAN SERAPAN NITROGEN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) PADA FASE MAIN-NURSERY DI BEBERAPA MEDIUM TUMBUH DENGAN EFEK SISA PUPUK ORGANIK Suyuti Dahlan 1, Armaini 2 dan Wardati 2 JURUSAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertambahan Tinggi Bibit Berdasarkan hasil sidik ragam parameter pertambahan tinggi bibit (Lampiran 12.1) menunjukkan bahwa interaksi pemberian PHE dan pupuk fosfat berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian tentang Aplikasi Night soil + Zeolit Guna Meningkatkan Kualitas Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah Varietas Biru Lancor (Allium ascalonicum) di Tanah Pasir Pantai

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. yang dihasilkan dari proses-proses biosintesis di dalam sel yang bersifat IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang di ikut oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman 4.1.1 Pengaruh Limbah Cair Tahu pada Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil Uji Duncan taraf 5%, menunjukkan bahwa limbah cair tahu memberikan pengaruh beda nyata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman pangan utama sebagian besar penduduk Indonesia. Produksi padi nasional mencapai 68.061.715 ton/tahun masih belum mencukupi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi

I. PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Nilai ekonominya yang tinggi merupakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium dan vitamin B1 yang efektif bila dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pada proses perbanyakan tanaman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan bersifat irreversible (Anderson dan Beardall, 1991). Tanaman semasa

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan bersifat irreversible (Anderson dan Beardall, 1991). Tanaman semasa IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan adalah suatu penambahan sel yang disertai perbesaran sel yang diikuti oleh bertambahnya ukuran dan berat tanaman. Pertumbuhan berkaitan dengan proses pertambahan substansi

Lebih terperinci

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi tanaman dan jumlah anakan menunjukkan tidak ada beda nyata antar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 39 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perlakuan dalam penelitian ini tersusun atas lima taraf perlakuan. Dalam setiap perlakuan terdapat lima kali ulangan. Kelima perlakuan tersebut

Lebih terperinci

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR

PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR PENGARUH INTERVAL PEMBERIAN AIR KELAPA DAN PUPUK UREA TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Heveea brasiliensis) STUM MATA TIDUR INTERVAL EFFECT OF GROWING OF COCONUT WATER AND UREA FERTILIZER TO GROWTH OF

Lebih terperinci

PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT

PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK LIMBAH CAIR BIOGAS DENGAN PUPUK KANDANG AYAM PADA BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PEMBIBITAN UTAMA GIVING OF BIOSLURRY FERTILIZER COMBINATION WITH CHICKEN MANURE

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. masing parameter akan disajikan secara berturut turut sebagai berikut : A. Tinggi Tanaman (cm)

HASIL DAN PEMBAHASAN. masing parameter akan disajikan secara berturut turut sebagai berikut : A. Tinggi Tanaman (cm) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamati pada masa pertumbuhan tanaman bawang merah meliputi : tinggi tanaman, berat segar tanaman, berat kering tanaman, jumlah umbi per rumpun, berat umbi per rumpun,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap

TINJAUAN PUSTAKA. saat ini adalah pembibitan dua tahap. Yang dimaksud pembibitan dua tahap TINJAUAN PUSTAKA Pembibitan Kelapa Sawit Pada budidaya kelapa sawit dikenal dua sistem pembibitan, yaitu pembibitan satu tahap dan pembibitan dua tahap, namun yang umum digunakan saat ini adalah pembibitan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Peubah yang diamati dalam penelitian ini ialah: tinggi bibit, diameter batang, berat basah pucuk, berat basah akar, berat kering pucuk, berak kering akar, nisbah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Pendahuluan Kompos Kotoran Kelinci Analisis kompos kotoran kelinci dilakukan untuk mengetahui kandungan kompos dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 4.1. Tinggi Tanaman BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan tinggi tanaman kacang hijau pada umur 2 MST sampai dengan umur 5 MST dan hasil sidik ragamnya, dapat dilihat pada lampiran 6a sampai

Lebih terperinci

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Vegetatif 1. Tinggi tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan data Badan Meteorologi dan Geofisika Darmaga, Bogor (Tabel Lampiran 1) curah hujan selama bulan Februari hingga Juni 2009 berfluktuasi. Curah hujan terendah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Bunga anggrek memiliki pesona yang menarik penggemar baik di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bunga adalah salah satu komponen aspek estetika yang merupakan bagian dari hidup manusia. Salah satu bunga yang telah menarik perhatian adalah anggrek. Bunga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 21 A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan merupakan perkembangan sel-sel baru sehingga terjadi penambahan ukuran dan diferensiasi jaringan. Tanaman dikatakan mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN 1979 5777 55 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG TANAH (Arachis hypogea L.) VARIETAS LOKAL MADURA PADA BERBAGAI JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK FOSFOR Nurul Hidayat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan Berat Kering Tanaman. Hasil analisis data masing masing parameter akan. A. Tinggi Tanaman (cm)

HASIL DAN PEMBAHASAN. dan Berat Kering Tanaman. Hasil analisis data masing masing parameter akan. A. Tinggi Tanaman (cm) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter yang diamatai pada pertumbuhan tanaman sawi meliputi : Tinggi Tanaman, Jumlah Daun, Luas Daun, Panjang Akar, Berat Segar Tanaman dan Berat Kering Tanaman. Hasil analisis

Lebih terperinci

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 )

0 (N 0 ) 12,34a 0,35 (N 1 ) 13,17a 0,525 0,7 (N 2 ) (N 3 ) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Tinggi Tanaman Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan pupuk urea dan KCl berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan 4.1.1 Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun berbeda konsentrasi berpengaruh nyata terhadap

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam terhadap pertumbuhan jagung masing-masing menunjukan perbedaan yang nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN AMPAS TEH

PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN AMPAS TEH 1 PERTUMBUHAN BIBIT KARET (Hevea brasiliensis) STUM MATA TIDUR DENGAN PEMBERIAN AIR KELAPA DAN AMPAS TEH Mei Simtalia, Armaini, M. Amrul Khoiri Simta24@yahoo.co.id Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Eksplan Secara Umum Pertumbuhan eksplan kentang (Solanum tuberosuml.) mulai terlihat pada satu MSI (Minggu Setelah Inokulasi). Respon eksplan berbeda pada setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi dan Karakterisitik Benih Kedelai Kedelai varietas Grobogan memiliki umur polong berkisar 76 hari, bobot biji berkisar 18 g/ 100 biji. Warna kulit biji kuning muda dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian A. Tinggi Tanaman Hasil Analisis sidik ragam pada tinggi tanaman terung menunjukan bahwa perlakuan pupuk NPK Pelagi berpengaruh nyata terhadap pertambahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Berdasarkan hasil analisis tanah di Laboratorium Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Institut Pertanian Bogor, tanah yang digunakan sebagai media tumbuh dikategorikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Limbah Cair Budidaya Air Lele Dengan Pupuk Nitrogen. Terhadap Tinggi Tanaman, dan Jumlah Daun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Limbah Cair Budidaya Air Lele Dengan Pupuk Nitrogen. Terhadap Tinggi Tanaman, dan Jumlah Daun IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Limbah Cair Budidaya Air Lele Dengan Pupuk Nitrogen Terhadap Tinggi Tanaman, dan Jumlah Daun Dari hasil sidik ragam terhadap tinggi tanaman, dan jumlah daun menunjukkan

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) PENGARUH LAMA PENGOMPOSAN TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BIBIT KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Boby Azlansyah AS Bobby_azlansyah@ymail.com Under the guidance

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat

I. PENDAHULUAN. dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang berperan penting dalam pemenuhan gizi masyarakat Indonesia. Kebutuhan terhadap gizi ini dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah Anakan Hasil pengamatan terhadap jumlah anakan rumput Gajah mini Pennisetum purpureum schumach (R 1 ), rumput Setaria spachelata (R 2 ), rumput Brachiaria brizantha (R 3 ),

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Berdasarkan hasil sidik ragam parameter tinggi tanaman (lampiran 9 a) menunjukkan bahwa pengaruh utama mikoriza maupun interaksi antara mikoriza dan jenis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil percobaan menujukkan bahwa pemberian sludge limbah tapioka dan pupuk majemuk NPK berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun, bobot segar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi ruangan laboratorium secara umum mendukung untuk pembuatan pupuk kompos karena mempunyai suhu yang tidak berubah signifikan setiap harinya serta terlindung

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil pengomposan dengan cacing ( vermikompos ) Hasil analisis vermikompos dengan berbagai bahan disajikan dalam tabel 2. Tabel 1. Hasil analisis vermikompos kadar kadar C kadar

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA Roganda Panagaman Opusunggu 1), Nerty Soverda 2), dan Elly Indra Swari 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi 1) Alumni Program

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Electrical Conductivity (EC) Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,0 ms/cm. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Electrical Conductivity (EC) Nilai EC pada berbagai perlakuan mengalami perubahan dari awal pemberian dan setelah aplikasi. Nilai EC menunjukkan konsentrasi ion didalam air,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stadia Pertumbuhan Kedelai Stadia pertumbuhan kedelai secara garis besar dapat dibedakan atas pertumbuhan vegetatif dan generatif. Stadia pertumbuhan vegetatif dihitung sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit menjadi pemimpin dalam penghasil minyak nabati dunia (2006), dengan produksi 37,1 juta ton dari buah kelapa sawit dan lebih dari 4,3 juta ton dari kernel

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat

HASIL DAN PEMBAHASAN. memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap parameter tinggi tanaman, berat 1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kompos dari berbagai macam limbah pertanian terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman tomat memberikan pengaruh berbeda nyata

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Variabel pertumbuhan yang diamati pada eksplan anggrek Vanda tricolor berupa rerata pertambahan tinggi tunas, pertambahan jumlah daun, pertambahan jumlah tunas, pertambahan

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) YANG DITANAM DIANTARA KELAPA SAWIT

APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) YANG DITANAM DIANTARA KELAPA SAWIT APLIKASI PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN KAKAO (Theobroma cacao L.) YANG DITANAM DIANTARA KELAPA SAWIT Yudika Marajahan M, Islan, dan M. Amrul Khoiri (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (Lampiran VI) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman A. Pertumbuhan Tanaman Jagung Manis Pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis meliputi tinggi tanaman dan jumlah daun. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR

PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR PENGARUH DOSIS PUPUK NPK TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JARAK PAGAR EFEECT OF NPK FERTILIZER DOSAGE ON Jatropha curcus GROWTH Muh. Askari Kuruseng dan Faisal Hamzah Jurusan Penyuluhan Pertanian STPP Gowa

Lebih terperinci

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam

Gambar 5. Pertumbuhan Paspalum notatum Fluegge Setelah Ditanam HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu rumah kaca berkisar antara C hingga 37 C, kondisi yang cukup baik bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Sarief (1985) kisaran maksimum pertumbuhan tanaman antara 15 C

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN APLIKASI TRICHODERMA sp DAN PUPUK MAJEMUK

PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN APLIKASI TRICHODERMA sp DAN PUPUK MAJEMUK PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L.) DENGAN APLIKASI TRICHODERMA sp DAN PUPUK MAJEMUK Nurmahanis Nasution, Islan dan Sukemi Indra Saputra (Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 Desember Januari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1 Desember Januari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dalam melakukan penelitian inimeliputi hasil pengamatan selintas dan pengamatan utama. 4.1 Pengamatan Selintas Pengamatan selintas adalah jenis pengamatan yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinggi Tanaman Nilam 1 sampai 11 MST Hasil pengamatan tentang tinggi tanaman nilam pada umur 1 sampai dengan 11 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Lampiran 2. Sidik ragam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang

TINJAUAN PUSTAKA. yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang TINJAUAN PUSTAKA Kompos Kulit Buah Kakao Ada empat fungsi media tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu : sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman,

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Anakan Rukam ( Flacourtian Rukam ) di Persemaian

Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Anakan Rukam ( Flacourtian Rukam ) di Persemaian Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap Pertumbuhan Anakan Rukam ( Flacourtian Rukam ) di Persemaian Sri Sumarni Fakultas Pertanian Universitas Kapuas Sintang Email : sri_nanisumarni@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut tentunya

HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN. mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut tentunya IV. HASIL ANALISIS & PEMBAHASAN A. Tinggi Tanaman Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan vegetatif tanaman. Proses pertumbuhan tersebut tentunya dipengaruhi

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. jerami padi dan feses sapi perah dengan berbagai tingkat nisbah C/N disajikan pada IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Nisbah C/N Campuran Feses Sapi Perah dan Jerami Padi terhadap Kandungan N Pupuk Organik Cair (POC) Kandungan unsur N pada pupuk organik cair hasil pengomposan

Lebih terperinci

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY

PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY PEMBERIAN PUPUK MAJEMUK DAN KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT PADA MEDIA TANAM UNTUK PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT DI MAIN NURSERY By Hendra Luma.S. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN Zamriyetti 1 dan Sawaluddin Rambe 2 1 Dosen Kopertis Wilayah I dpk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tinggi Tanaman Berdasarkan analisis sidik ragam parameter tinggi tanaman pada lampiran 5a hingga 5h menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi pupuk daun, waktu aplikasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tomat (Lycopersicum esculentum) merupakan tanaman semusim yang tergolong komoditi sayuran buah dan sangat potensial untuk dikembangkan. Tomat memiliki banyak

Lebih terperinci