HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Karakteristik Petani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Karakteristik Petani"

Transkripsi

1 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Kecamatan Rancabungur merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Rancabungur berada pada ketinggian lebih kurang 200 m dpl, dengan intensitas curah hujan harian rata-rata 24,00 mm/hari (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), 27 Juli 2010, komunikasi pribadi). Kecamatan Rancabungur merupakan salah satu sentra produksi tanaman pepaya. Komoditas tanaman lain yang diusahakan oleh petani di Kecamatan Rancabungur antara lain bengkuang, terong, ubi kayu, ubi jalar, jagung, kacangkacangan, dan pare. Karakteristik Petani Petani pepaya yang menjadi responden berkisar antara umur tahun, dan semuanya adalah laki-laki. Umumnya, petani responden berusia diatas 40 tahun. Petani yang usianya kurang dari 40 tahun sebanyak 20%. Pendidikan formal petani responden mulai dari yang tidak pernah sekolah sampai lulusan perguruan tinggi. Pada umumnya, petani responden hanya lulusan sekolah dasar (57,5%). Jumlah anggota keluarga untuk setiap kepala keluarga petani responden berkisar antara 1 8 orang. Sebagian besar petani (55%) memiliki keluarga 4 6 orang (Tabel 1). Sebagian besar petani responden menyatakan bahwa bertani merupakan pekerjaan utama (70%), dan sebagian kecil lainnya mempunyai pekerjaan utama sebagai pedagang, buruh, sopir, dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain bertani, beberapa petani responden juga mempunyai pekerjaan sampingan untuk menambah penghasilan mereka seperti berdagang dan buruh (Tabel 1). Petani pepaya di Kecamatan Rancabungur sudah lama mengenal budidaya tanaman pepaya. Pengetahuan budidaya pepaya ini diperoleh dari pengalaman turun-temurun dari keluarganya dan dari petani-petani lain. Sebagian besar petani responden (57,5%) tidak pernah mengikuti SLPHT, petani responden yang

2 mengikuti kegiatan SLPHT hanya 42,5%. Petani yang mengikuti SLPHT ini, umumnya adalah petani yang tergabung dalam anggota gapoktan (37,5%). 13 Tabel 1 Karakteristik petani pepaya di Kecamatan Rancabungur No Karakteristik Petani Jumlah Petani (n) Proporsi Petani (%) 1 Kisaran umur (tahun) < Pendidikan formal Tidak sekolah Sekolah Dasar SLTP SLTA Perguruan Tinggi 3 Jumlah anggota keluarga (orang) Pengalaman usaha tani pepaya (tahun) < Pekerjaan utama Petani Dagang PNS Sopir Buruh 6 Pekerjaan Sampingan Petani Dagang Buruh 7 Keanggotaan Gapoktan Anggota Bukan Anggota 8 Mengikuti SLPHT Ya Tidak ,5 17,5 12,5 7, , , ,5 5,0 2,5 5,0 32,5 12,5 5,0 37,5 62,5 42,5 57,5

3 14 Karakteristik Usaha Tani Luas lahan yang dimiliki petani untuk budidaya pepaya berkisar antara m 2, pada umumnya adalah lahan kering. Status kepemilikan tanah adalah pemilik penggarap (40%), penyewa penggarap (50%), dan pemaro (10%) (Tabel 2). Usaha tani pepaya di Kecamatan Rancabungur ini masih tergolong usaha tani subsisten. Skala usaha taninya masih kecil dan bertujuan memenuhi kebutuhan keluarga dan manajemen usaha taninya sederhana. Biaya yang banyak dikeluarkan petani selama proses produksi adalah untuk pembelian pupuk, baik pupuk kandang, pupuk buatan, maupun pupuk cair (67,5%) dan pestisida (27,5%). Kebanyakan petani lebih memilih mengolah lahan sendiri untuk menghemat biaya tenaga kerja. Biaya untuk pembelian bibit pepaya, umumnya dikeluarkan petani pada awal penanaman pepaya. Benih penanaman selanjutnya diperoleh petani dari hasil panen sebelumnya (60%) (Tabel 2). Tabel 2 Karakteristik usaha tani petani pepaya No Karakteristik Petani Jumlah Petani (n) Proporsi Petani (%) 1 Kepemilikan tanah Pemiliki penggarap Penyewa Penggarap Pemaro Luas garapan (m 2 ) < x < x < Varietas yang ditanam California Bangkok 4 Asal benih yang ditanam Hasil panen sebelumnya Petani lain Kios saprotan IPB 5 Biaya yang paling banyak dikeluarkan selama proses produksi Pupuk Pestisida Tenaga kerja Bibit , , ,5 7,5 67,5 27,5 5 0

4 15 Pemasaran hasil panen dilakukan petani dengan menjual kepada pedagang pengumpul atau gapoktan dengan sistem ditimbang. Kisaran harga jual pepaya di kalangan petani dari bulan Mei Agustus 2010 yaitu varietas California rata-rata Rp /kg, sedangkan harga jual varietas Bangkok rata-rata Rp /kg. Permasalahan dalam Usaha Tani Pepaya Permasalahan utama petani pepaya di Kecamatan Rancabungur adalah gangguan hama dan penyakit. Hama utama pada tanaman pepaya adalah kutu putih pepaya Paracoccus marginatus (Hemiptera: Pseudococcidae). Penyakit utama pada tanaman pepaya adalah penyakit antraknosa yang disebabkan oleh cendawan Colletotrichum gloeosporioides. Hama dan penyakit ini dapat menimbulkan kerugian besar dalam budidaya. Kutu putih merupakan hama baru yang menjadi masalah penting pada pertanaman pepaya di Indonesia. Serangan kutu putih ini dapat menyebabkan penurunan hasil panen. Menurut petani responden, kutu putih umumnya muncul ketika musim kemarau yang ditandai dengan terdapatnya koloni kutu putih pada bagian pangkal buah dan daun. Pengendalian kutu putih umumnya dilakukan petani secara kimiawi. Menurut petani responden, penyakit antraknosa merupakan penyakit utama dalam budidaya pepaya. Penyakit ini dapat menghancurkan tanaman dan menggagalkan panen. Penyakit ini muncul pada musim hujan, ketika musim kemarau penyakit ini jarang ditemukan di lahan pertanaman pepaya. Tabel 3 Permasalahan utama yang dihadapi petani pepaya di Rancabungur Permasalahan Jumlah Petani (n) Proporsi Petani (%) Gangguan Hama dan Penyakit Fluktuasi Harga 2 5 Banyaknya Gulma 2 5 Kecocokan Lahan 0 0 Pemasaran 0 0

5 Tabel 4 Permasalahan hama dan penyakit penting yang dihadapi petani dalam budidaya pepaya Varietas Petani responden (n) Kutu Putih Antraknosa n % N % California , ,8 Bangkok Jumlah Penyakit antraknosa merupakan penyakit penting yang menyerang tanaman pepaya. Serangan penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan yang parah dan menggagalkan panen. Penyakit ini dapat menyerang bagian batang, daun, dan buah. Serangan berat dapat menimbulkan gejala mati pucuk sehingga dapat menyebabkan tanaman mati. Gejala pada daun berupa bercak kecoklatan, terdapat titik-titik oranye pada daun yang terserang, dan daun yang terserang berat bisa gugur. Serangan pada daun tidak berperan besar dalam kehilangan hasil tetapi lebih berperan dalam penyebaran patogen (Wiyono dan Manuwoto 2009). Pengendalian penyakit antraknosa umumnya dilakukan petani responden secara mekanik, dengan memotong batang tanaman sakit dan membuangnya. Sisa potongan bagian tanaman di lahan, ditutup dengan menggunakan plastik supaya patogen yang terdapat pada bagian potongan tersebut tidak menyebar ke tanaman yang lain. Sedangkan buah yang terserang dikumpulkan oleh petani dan kemudian dibuang. Penyakit antraknosa yang menyerang daun jarang diperhatikan oleh petani karena daun pepaya jarang dimanfaatkan. Tabel 5 Persepsi petani terhadap keefektivan pengendalian Keefektivan Kutu Putih Antraknosa Pengendalian n % n % Efektif 31 77, Tidak Efektif 9 22, Menurut sebagian besar petani (77,5%), penggunaan pestisida untuk pengendalian kutu putih memberikan dampak keefektivan pengendalian yang baik. Sedangkan petani lainnya (22,5%) beranggapan, pengendalian kutu putih

6 17 tidak memberikan dampak keefektivan pengendalian yang baik (Tabel 5). Pada umumnya petani tidak memperhatikan kegunaan dari pestisida yang digunakan, misalnya pestisida berbahan aktif mankozeb yang merupakan fungisida, digunakan petani untuk mengendalikan serangan kutu putih. Pengendalian ini tidak memberikan keefektivan terhadap pengendalian yang dilakukan oleh petani. Namun ada juga sebagian petani yang jarang mengendalikan kutu putih karena menurut petani tersebut, serangan kutu putih tidak memberikan dampak kerugian yang besar seperti serangan penyakit antraknosa, sehingga pengendaliannya hanya dilakukan ketika terjadi serangan berat dari kutu putih tersebut. Menurut petani responden (55%), pengendalian penyakit antraknosa tidak memberikan keefektivan pengendalian yang baik, karena setelah dilakukan pengendalian penyakit ini dapat timbul lagi pada tanaman pepaya yang akan ditanam selanjutnya. Menurut petani responden, pengendalian penyakit antraknosa secara kimiawi belum ada, sehingga petani kurang mengerti cara efektif untuk pengendalian penyakit ini. Petani yang melakukan pengendalian penyakit antraknosa secara kimiawi, menggunakan pestisida berbahan aktif mankozeb. Namun, pengendalian secara kimiawi, tidak memberikan keefektivan pengendalian yang baik dibandingkan pengendalian secara mekanik. Tabel 6 Pendapat petani tentang serangan kutu putih dan penyakit antraknosa dalam budidaya pepaya Tahun Serangan awal Serangan berat n % n % Kutu putih Sebelum ,5 1 2, , ,5 Setelah Antraknosa Sebelum , ,5 Setelah , ,5 Serangan awal kutu putih di Kecamatan Rancabungur menurut petani responden, dimulai sekitar akhir tahun 2006, namun serangan berat kutu putih berawal sekitar tahun 2008 (Tabel 6). Pada awal terjadi serangan kutu putih, petani jarang mengendalikan karena dianggap tidak terlalu merugikan. Ketika

7 terjadi serangan berat sekitar tahun 2008, petani baru mengendalikan kutu putih dikarenakan sudah menimbulkan kerugian yang besar. 18 A B Gambar 1 Serangan kutu putih pada batang (A), serangan kutu putih pada buah (B) Serangan penyakit antraknosa dalam budidaya pepaya, menurut petani responden berawal sekitar tahun Serangan berat penyakit ini dimulai sekitar tahun 2008, yang menyebabkan budidaya tanaman pepaya banyak yang mati. Serangan penyakit ini menimbulkan kerugian besar dikalangan petani, banyak petani yang harus menebang tanaman pepaya karena serangan penyakit ini. Serangan penyakit ini memusnahkan kurang lebih 80% dari tanaman pepaya yang ada di Kecamatan Rancabungur (Anwar Musadat, 20 Juli 2010, Komunikasi Pribadi). A B Gambar 2 Gejala serangan antraknosa (A), serangan antraknosa di lahan (B)

8 19 Pengetahuan Petani dalam Budidaya Pepaya Petani responden sudah mengetahui bahwa biji untuk benih harus berasal dari tanaman sehat (100%). Sebagian besar petani kurang mengetahui, pupuk urea bila tidak ditutupi tanah sebagian akan menghilang karena menguap terbawa air (Tabel 7). Namun sebagian petani beranggapan, pupuk urea perlu ditutupi tanah supaya uap dari urea tersebut tidak merusak permukaan daun dan buah. Gulma yang ada dipertanaman menurut sebagian besar petani tidak menjadi sumber penyakit tetapi merupakan sumber pupuk organik yang bisa dimanfaatkan. Tabel 7 Pengetahuan petani tentang budidaya tanaman Pernyataan 1 Biji untuk benih sebaiknya berasal dari tanaman yang sehat 2 Pupuk kandang perlu diberikan agar tanah menjadi gembur 3 Pengendalian hama dan penyakit perlu dilakukan secara berkala 4 Pupuk urea bila tidak ditutupi tanah sebagian akan hilang karena menguap terbawa air 5 Pemupukan sebaiknya diberikan secara lengkap dengan menggunakan campuran urea/za dengan TSP dan KCL 6 Gulma yang ada dipertanaman dapat menjadi sumber penyakit 7 Sebagian penyakit tanaman dapat bertahan hidup di dalam tanah Proporsi petani menjawab (%) Benar Salah Tidak tahu , , , ,5 70 2,5 27,5 Sebagian besar petani sudah mengetahui tentang cara penyemprotan yang baik dan cara penggunaan pestisida. Dalam kehidupan sehari-hari petani tidak menerapkan pengetahuan yang sudah dimiliknya, seperti petani sudah mengetahui, tangki bekas semprot sebaiknya langsung dicuci setelah melakukan penyemprotan (57,5%) (Tabel 8). Menurut petani, sisa penyemprotan dari tangki dapat digunakan untuk penyemprotan selanjutnya, jika tangki dicuci maka sisa penyemprotan sebelumnya akan hilang. Pada waktu melakukan penyemprotan, sebagian besar petani sudah mengetahui sebaiknya menggunakan penutup hidung dan mulut (87,5%), namun hal ini jarang dilakukan. Petani beranggapan bahwa ketika melakukan penyemprotan cukup berjalan sejalan dengan arah angin, sehingga pestisida yang digunakan tidak akan terkena pada bagian mulut dan hidung. Penyemprotan untuk

9 20 tanaman pepaya yang sudah tinggi, dilakukan petani dengan menggunakan penutup hidung dan mulut. Hal ini bertujuan, supaya cairan semprot tidak terkena pada bagian hidung dan mulut petani tersebut. Penyemprotan untuk tanaman yang sudah berbuah dilakukan petani setelah panen untuk menghindari terjadinya keracunan terhadap buah yang akan dikonsumsi (95%) (Tabel 8). Tabel 8 Pengetahuan petani tentang pestisida dan penyemprotan Pernyataan 1 Pada saat penyemprotan, sprayer perlu dilonggarkan agar pengendalian berhasil dengan baik 2 Semakin tua/besar tanaman, jumlah cairan semprot yang dibutuhkan harus ditambah 3 Pada saat menyemprot, sebaiknya berjalan sejalan dengan arah angin 4 Pada saat menyemprot, sebaiknya menggunakan penutup mulut dan hidung 5 Sebaiknya tangki bekas semprot langsung dicuci setelah melakukan penyemprotan 6 Mencuci tangki bekas semprot tidak boleh dilakukan didekat kolam/kali/sumur 7 Untuk menghindari bahaya keracunan petisida, penyemprotan tidak boleh dilakukan menjelang waktu panen 8 Pestisida sebaiknya disimpan ditempat tersendiri dan tidak mudah terjangkau oleh anak-anak Proporsi petani menjawab (%) Benar Salah Tidak tahu 50 17,5 32, ,5 5 7,5 57, , ,5 22,5 95 2,5 2, Pengetahuan petani tentang musuh alami yang terdapat di pertanaman masih kurang. Menurut sebagian besar petani responden, kumbang cocconellidae dan laba-laba merupakan hama di pertanaman yang dapat menyebabkan kerusakan bagi tanaman, sehingga perlu dikendalikan (Tabel 9). Hanya sebagian kecil dari petani (di bawah 20%) yang mengetahui bahwa kumbang coccinellidae, laba-laba, dan tabuhan adalah musuh alami yang ada di pertanaman dan perlu dilestarikan (Tabel 9). Tabel 9 Pengetahuan petani tentang musuh alami Proporsi Petani Menjawab (%) Pernyataan Betul Salah Tidak Tahu Kumbang Coccinellidae predator adalah musuh alami Laba-laba adalah musuh alami hama Tabuhan adalah musuh alami

10 21 Sikap Petani dalam Budidaya Pepaya Sebagian besar petani (70%) melakukan penyemprotan pestisida seawal mungkin bila terdapat gejala serangan hama dan penyakit. Namun, untuk menyelamatkan hasil panen dari serangan hama dan penyakit, petani responden (92,5%) melakukan penyemprotan pestisida secara terjadwal 1-2 minggu sekali. Tindakan petani melakukan penyemprotan, umumnya tidak dipengaruhi oleh petani lain yang menyemprot (87,5%) (Tabel 10). Keputusan melakukan penyemprotan dikalangan petani juga terkait dengan biaya yang dimiliki. Jika biaya yang dimiliki rendah, penyemprotan hanya dilakukan ketika terjadi serangan hama dan penyakit. Tabel 10 Sikap kerasionalan petani dalam penggunaan pestisida Pernyataan 1 Bila harga hasil panen meningkat, penyemprotan perlu dilakukan lebih sering 2 Hanya dengan melakukan penyemprotan secara berjadwal, kita dapat menyelamatkan hasil panen 3 Adanya tetangga yang menyemprot menunjukkan bahwa kita perlu melakukan penyemprotan 4 Penyemprotan pestisida perlu dilakukan seawal mungkin begitu terlihat gejala serangan hama dan penyakit 5 Bila tersedia cukup uang untuk membeli pestisida, penyemprotan sebaiknya dilakukan secara berjadwal 6 Bila setelah penyemprotan turun hujan, maka keesokan harinya tanaman perlu disemprot lagi Proporsi petani menjawab (%) Setuju Tidak setuju Ragu-ragu 12,5 85 2,5 92,5 2,5 5 2,5 87, ,5 7, ,5 2,5 Sebagian besar petani setuju (60%) bahwa semua pestisida dapat dicampur (Tabel 11). Menurut petani responden, Pencampuran pestisida dapat menghemat waktu, biaya, dan meningkatkan daya bunuh. Menurut petani, peningkatan daya bunuh pestisida adalah pestisida yang dicampur dapat mengendalikan hama dan penyakit sekaligus, sehingga daya bunuhnya lebih tinggi dibandingkan pestisida tidak dicampur, hanya dapat mengendalikan hama atau penyakit tertentu saja. Tindakan petani melakukan pencampuran pestisida disebabkan pertanaman mereka diserang berbagai jenis hama dan penyakit secara bersamaan. Sebagian petani (12,5%) tidak setuju jika semua pestisida dapat dicampur, karena zat yang

11 terkandung dalam setiap pestisida berbeda, ketika pestisida dicampur dapat menurunkan daya bunuhnya (Tabel 11). 22 Tabel 11 Sikap kecenderungan petani untuk mencampur pestisida Proporsi petani menjawab (%) Pernyataan Tidak Setuju Ragu-ragu setuju 1 Semua jenis pestisida dapat dicampur 60 27,5 12,5 2 Pencampuran pestisida dapat menghemat waktu 97,5 0 2,5 3 Pencampuran pestisida perlu dilakukan bila pertanaman diserang berbagai jenis hama dan penyakit secara bersamaan Pencampuran pestisida mengurangi biaya penyemprotan Kelemahan dari pestisida yang dicampurkan adalah daya bunuhnya menurun 6 Dengan mencampur pestisida, beberapa jenis hama dan penyakit dapat dikendalikan sekaligus Sebagian besar petani melakukan penyemprotan tanaman sesudah panen. Hal ini karena kesadaran petani akan bahaya pestisida pada hasil panen, sehingga penyemprotan dilakukan sesudah panen supaya tidak mengandung racun bagi kesehatan. Di sisi lain banyak petani (37,5%) yang tidak setuju kalau tanaman yang sering disemprot mengandung racun, karena sesudah dipanen tanaman dicuci terlebih dahulu, sehingga sisa penyemprotan yang terdapat pada tanaman akan hilang (Tabel 12). Petani responden umumnya menghentikan penyemprotan ketika serangan hama dan penyakit tidak terlihat lagi di pertanaman. Tabel 12 Sikap kepedulian petani terhadap dampak penggunaan pestisida Pernyataan 1 Tanaman yang sering disemprot pestisida mengandung racun yang berbahaya bagi konsumen 2 Penyemprotan yang sering dapat menyebabkan hama dan penyakit reisten terhadap pestisida 3 Pestisida yang digunakan telah memperoleh izin dari pemerintah, karena itu tidak berbahaya bagi kesehatan 4 Penyemprotan pestisida tidak hanya dapat membunuh hama/penyakit, tetapi dapat juga membunuh musuh alami yang ada dipertanaman 5 Berkurangnya udang dan berbagai jenis ikan yang hidup disungai berkaitan dengan penggunaan pestisida Proporsi petani menjawab (%) Setuju Tidak setuju Ragu-ragu 47,5 37, ,5 62, ,5 50 7,5 17,5 57,5 25

12 23 Menurut petani responden (62,5%), penyemprotan yang sering tidak dapat menyebabkan hama dan penyakit resisten terhadap pestisida. Petani beranggapan bahwa hama dan penyakit akan resisten apabila pestisida yang digunakan sering diganti-ganti, tetapi apabila pestisida yang digunakan tidak diganti-ganti, hama dan penyakit tidak akan resisten terhadap pestisida tersebut. Petani responden (57,5%) tidak setuju, jika berkurangnya udang dan berbagai jenis ikan yang hidup disungai berkaitan dengan penggunaan pestisida, karena menurut mereka pestisida yang digunakan tidak berbahaya untuk hewan lain selain hama dan penyakit yang akan dikendalikan. Sebagian dari petani responden (50%) juga tidak setuju, jika penyemprotan yang dilakukan dapat membunuh musuh alami di pertanaman (Tabel 12). Tabel 13 Sikap petani terhadap pengendalian non-kimiawi Pernyataan 1 Pergiliran tanaman dapat membantu mengurangi serangan hama dan penyakit 2 Musuh alami yang ada dipertanaman perlu dilestarikan karena dapat mengurangi serangan hama dan penyakit 3 Membuang atau memusnahkan sisa-sisa tanaman yang sakit merupakan tindakan yang baik, karena dapat membantu menekan serangan penyakit pada tanaman 4 Menyiangi gulma/rumput dengan tangan atau alat lebih baik daripada menyemprot dengan racun Proporsi petani menjawab (%) Setuju Raguragu Tidak setuju ,5 42, Pengetahuan petani tentang musuh alami yang terdapat dipertanaman masih kurang, sehingga petani tidak memperhatikan musuh alami yang terdapat di lapangan (Tabel 9). Musuh alami yang ada di lapangan, pada umumnya dianggap sebagai hama atau penyakit oleh petani. Pergiliran tanaman dan pembuangan atau pemusnahan sisa-sisa tanaman sakit sudah dilakukan oleh petani (95%) yang bertujuan mengurangi serangan hama dan penyakit yang terdapat di lapangan (Tabel 13). Pergiliran tanaman dalam budidaya pepaya dilakukan petani pada umumnya dengan tanaman sayur-sayuran seperti kangkung, kacang-kacangan, terong, singkong, bayam, dan cabe.

13 24 Tindakan Petani dalam Budidaya Pepaya Varietas Pepaya yang Ditanam Sebagian besar petani responden (60%) memperoleh benih dari hasil panen sebelumnya. Sedangkan lainnya memperoleh benih dari petani lain (10%), membeli dari kios saprotan (22,5%), dan dari IPB (7,5%) (Tabel 2). Menurut pengalaman petani, benih dari hasil panen sendiri memberikan hasil yang lebih baik dari pada benih yang dibeli dari kios saprotan. Biasanya kualitas benih dari kios saprotan tidak sebaik benih dari hasil panen sendiri. Benih yang dibuat sendiri oleh petani biasanya diambil dari buah pepaya yang bagus dan tanaman pepaya berkisar antara umur 3-4 tahun. Varietas yang ditanam oleh petani responden adalah California dan Bangkok. Sebagian besar petani responden menanam pepaya varietas California (60%), karena memiliki kualitas buah yang baik, kandungan vitamin lebih tinggi, pemasarannya mudah, dan harganya relatif tinggi di banding dengan varietas Bangkok (Tabel 2). Buah yang dihasilkan oleh varietas California lebih banyak dibandingkan buah yang dihasilkan oleh varietas Bangkok. Kisaran harga jual pepaya dari bulan Mei-Agustus 2010 yaitu varietas California rata-rata Rp /kg, sedangkan varietas Bangkok rata-rata Rp /kg. Walaupun harga jual varietas California lebih tinggi dibandingkan varietas Bangkok, namun varietas California lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Petani responden yang menanam varietas Bangkok (40%), umumnya dikarenakan selain varietas Bangkok lebih tahan terhadap terhadap penyakit, perawatannya juga lebih mudah dibanding varietas California (Tabel 2). Namun, permintaan konsumen untuk varietas Bangkok saat ini sangat rendah, karena konsumen lebih menyukai varietas California. Pepaya varietas Bangkok mempunyai ciri-ciri buah yang panjang, bulat, dan besar. Sedangkan varietas California mempunyai ciri-ciri buah panjang, dan lingkar buahnya lebih kecil dibandingkan varietas Bangkok. Pada bagian daun, varietas California terdapat taji pada bagian atas daun yang mengarah ke atas.

14 25 A B Gambar 3 Tanaman pepaya varietas California (A), Tanaman pepaya varietas Bangkok (B) Pengolahan Tanah Tindakan pengolahan tanah yang dilakukan petani responden meliputi persemaian, penggunaan jarak tanam, kedalaman lubang tanam, dan ukuran lubang tanam. Petani responden (90%) yang melakukan pembibitan, lamanya pembibitan sampai waktu tanam umumnya diatas 40 hari (Lampiran 1). Menurut petani (58,33%), tanaman yang sudah berumur diatas 40 hari pada masa pembibitan, ketika dipindahkan ke lapang tanaman cepat beradaptasi dengan lingkungan karena akar dan kondisi tanaman sudah tumbuh dengan baik (Lampiran 1). Sedangkan untuk tanaman yang pembibitannya dibawah 30 hari, ketika dipindah kelapangan tanaman akan lama beradaptasi dengan lingkungan, sehingga banyak tanaman yang akan mati. Pembibitan merupakan upaya untuk mendapatkan bibit pepaya yang sehat dan akan tumbuh berproduksi optimal serta mempunyai daya tahan adaptasi yang tinggi. Bibit dipindahkan ke lapangan setelah berumur hari atau setelah memiliki 2 3 pasang daun sejati dengan tinggi tanaman cm. Penanaman bibit sebaiknya dilakukan pagi atau sore hari pada bedengan yang sehari sebelumnya telah disiram air terlebih dahulu sampai basah. Penyiapan lahan dilakukan dengan mencangkul tanah untuk memecah tanah menjadi agregatagregat kecil dan membalik tanah agar humus yang ada pada lapisan bawah terangkat kepermukaan sehingga tanah menjadi gembur dan subur. Pembuatan bedengan dengan lebar bedengan 1 1,5 m dengan jarak antar bedengan 0,5 1 m

15 26 dan tinggi bedengan antara cm. Di tengah bedengan dibuat lubang tanam dengan ukuran lubang tanam 50 x 50 cm, kedalaman lubang tanam 50 cm, dan jarak tanam 2,5 x 2,5 m (Gunawan et al. 2007). Sebagian besar petani menggunakan jarak tanam, 2,5 x 2,5 X > 2 x 2 m (62,5%), kedalaman lubang tanam 60 X > 40 cm (70%), dan ukuran lubang tanam 60 x 60 X > 40 x 40 cm (67,5%) (Lampiran 1). Tumpang sari Salah satu kendala peningkatan produksi pepaya yang dirasakan petani adalah masalah keterbatasan biaya. Upaya untuk mengatasi hal ini antara lain dilakukan dengan penerapan sistem tumpang sari. Keuntungan dari tanaman tumpang sari yang diusahakan dapat menjadi modal tambahan untuk tanaman utama. Sebagian besar petani (72,5%) sudah melakukan tumpang sari dalam budidaya tanaman pepaya. Tabel 14 Petani yang melakukan tumpang sari dan rotasi tanaman Jumlah Petani (n) Proporsi petani (%) 1 Tumpang sari 29 72,5 Monokultur 11 27,5 2 Rotasi tanaman 27 67,5 Tidak melakukan rotasi 13 32,5 Jenis tanaman yang biasa digunakan untuk tumpang sari dengan pepaya antara lain kacang-kacangan, cabe, terong, kangkung, dan bayam. Petani yang tidak melakukan tumpang sari (27,5%) dalam budidaya tanaman pepaya karena umumnya memiliki modal yang cukup dalam usaha tani pepaya. Sebagian petani juga berpendapat, tanaman pepaya merupakan tanaman yang rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Jika tanaman pepaya ditanam dengan sistem tumpang sari maka tanaman pepaya akan mudah terserang hama dan penyakit. Rotasi Tanaman Rotasi tanaman dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang kurang menguntungkan bagi OPT dalam bertahan hidup dan berproduksi. Rotasi tanaman

16 27 juga merupakan salah satu prinsip eradikasi dalam mengendalikan patogen tanaman yang bertujuan memusnahkan atau mengurangi banyaknya patogen yang berada di daerah atau bagian tanaman. Rotasi tanaman dapat efektif digunakan dalam pengendalian penyakit bila patogennya mempunyai jenis inang yang sedikit, patogen tidak dapat bertahan lama dalam keadaan tidak ada inang, dan secara agronomis serta ekonomis layak dilakukan (Sinaga 2006). Sebagian besar petani telah melakukan pergiliran tanaman (67,5%) yang bertujuan untuk mengurangi serangan hama dan patogen pada tanaman, mengatasi berkurangnya unsur hara akibat penanaman secara monokultur, dan mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh fluktuasi harga (Tabel 14). Jenis tanaman yang biasanya digunakan oleh petani untuk rotasi tanaman dengan tanaman pepaya adalah kangkung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, pare, dan jambu biji. Pemupukan Sebagian besar petani responden (80%) telah mengetahui manfaat pupuk kandang, yaitu untuk mengemburkan tanah (Tabel 7). Dalam budidaya pepaya, petani banyak menggunakan pupuk kandang dan pupuk buatan (80%) (Lampiran 2). Pemupukan umumnya dilakukan petani responden antara 3 4 bulan sekali. Umumnya setelah pupuk diaplikasikan kemudian ditutup dengan tanah. Namun, masih ada beberapa responden yang tidak melakukan penutupan tanah setelah aplikasi pupuk. Hal ini umumnya dilakukan oleh petani yang melakukan tumpang sari. Menurut petani responden, pupuk yang diaplikasikan ke tanaman pepaya, juga bisa dimanfaatkan untuk tanaman tumpang sari. Jika setelah aplikasi pupuk ditutup dengan tanah, maka tanaman tumpang sari tidak mendapat manfaat dari pupuk yang diaplikasikan. Petani responden, sebagian besar sudah melakukan pemupukan secara lengkap dengan menggunakan pupuk kandang, urea/za, TSP, KCL, dan NPK. Walaupun demikian, aplikasi pupuk yang digunakan oleh petani umumnya masih dibawah dosis anjuran (Lampiran 3). Dosis yang digunakan petani dalam aplikasi pemupukan berdasarkan pengalaman petani dan kebiasaan dalam pemupukan tidak tergantung pada acuan standar aplikasi pemupukan dalam budidaya pepaya

17 28 (Lampiran 3). Hal ini didasarkan pada biaya yang sangat rendah dalam budidaya pepaya, sedangkan biaya kebutuhan untuk budidaya pepaya masih terlalu tinggi. Selain menggunakan pupuk kandang dan pupuk buatan, petani juga menggunakan pupuk cair. Pupuk cair yang digunakan petani antara lain pupuk buah, pupuk daun, dan zat pengatur tumbuh (Lampiran 4). Aplikasi pupuk cair dilakukan petani dengan menyemprot secara bersamaan dengan pestisida yang digunakan. Pada uumnya, petani tidak melakukan pemisahan dalam melakukan penyemprotan pestisida dengan aplikasi pupuk cair. Pupuk cair yang akan diaplikasi dicampur dengan pestisida kemudian dilakukan penyemprotan. Pengendalian Gulma Gulma sering menjadi masalah penting dalam budidaya tanaman karena merupakan pesaing dalam penggunaan air,cahaya, dan unsur hara serta dapat menjadi inang alternatif bagi hama dan penyakit. Sebagian besar petani (80%) telah mengetahui penyiangan gulma secara tradisional lebih menguntungkan dan menghemat biaya dibandingkan dengan menggunakan herbisida (Tabel 13). Penyiangan gulma dilakukan petani umumnya 4 6 bulan sekali. Namun, untuk petani yang menerapkan sistem tumpang sari, pengendalian gulma juga tergantung dengan tanaman yang ditumpang sari. Hal ini bertujuan supaya tidak ada persaingan antara gulma dan tanaman tumpang sari. Contohnya, untuk budidaya tanaman pepaya yang ditumpang sari dengan dengan kacang tanah. Petani melakukan penyiangan gulma 3 4 minggu sekali. Sebagian besar petani tidak mengetahui bahwa gulma yang ada di pertanaman dapat menjadi sumber penyakit (Tabel 7). Menurut petani, gulma yang ada di pertanaman dapat menjadi sumber pupuk organik yang dapat dimanfaatkan. Pengendalian Hama dan Penyakit Pengamatan Hama dan Penyakit Gangguan hama dan penyakit menjadi permasalahan utama dalam budidaya pepaya, sehingga kebanyakan dari petani melakukan pengamatan hama dan penyakit karena khawatir tanaman budidaya mereka akan mengalami

18 29 penurunan produksi atau kegagalan panen. Sebagian besar dari petani melakukan pengamatan hama dan penyakit satu minggu sekali, namun ada beberapa petani tidak melakukan pengamatan hama dan penyakit (Tabel 15). Petani responden melakukan pengamatan dengan mengamati ada tidaknya serangan hama dan penyakit dan melihat gejala yang ditimbulkan oleh serangan tersebut. Menurut petani responden, hama yang menjadi permasalahan utama dalam budidaya pepaya adalah serangan kutu putih. Sedangkan penyakit utama yaitu antraknosa (Tabel 4). Tabel 15 Pengamatan hama dan penyakit dalam selang waktu tertentu yang dilakukan oleh petani No Selang pengamatan Jumlah Petani (n) Proporsi petani (%) 1 Satu minggu sekali 19 47,5 2 Tidak teratur Tidak melakukan pengamatan 9 22,5 Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani responden umumnya dilakukan secara kimiawi dengan aplikasi pestisida dan secara mekanik. Dalam melakukan pengendalian hama, umumnya petani menggunakan pestisida. Pengendalian penyakit antraknosa lebih banyak dilakukan petani secara mekanik, dengan menebang pohon yang terserang penyakit antraknosa dan mengumpulkan buah yang terserang, kemudian menguburnya dilubang yang sudah tersedia. Pohon sisa tebangan yang ada di lahan ditutup menggunakan plastik dan ikat. Hal ini bertujuan supaya, sisa-sisa inokulum patogen yang ada pada pohon tersebut, tidak menyebar ke tanaman lain yang ada di lahan. Pengendalian lain yang dilakukan petani responden dalam mengendalikan hama dan penyakit yaitu dengan rotasi tanaman. Rotasi tanaman ini bertujuan untuk mengurangi patogen yang ada di lahan. Namun dalam melakukan rotasi tanaman, umumnya petani tidak mempertimbangkan akan tanaman yang akan dirotasi. Contohnya, rotasi tanaman pepaya dengan tanaman ubi kayu, tanaman

19 ubi kayu dapat menjadi inang alternatif dari kutu putih, sehingga kutu putih dapat terus bertahan hidup di lapang. 30 Pengamatan Musuh Alami Petani responden tidak melakukan pengamatan terhadap musuh alami yang ada di pertanaman. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan petani responden tentang musuh alami yang ada di pertanaman. Menurut sebagian besar petani (Tabel 9), serangga yang ada di pertanaman merupakan hama yang dapat merugikan bagi tanaman budidaya mereka, sehingga perlu dilakukan pengendalian. Aplikasi Pestisida Pestisida yang Digunakan Petani Pepaya di Kecamatan Rancabungur Jenis pestisida yang banyak digunakan petani pepaya di Kecamatan Rancabungur berdasarkan bahan aktif yaitu mankozeb, imidakloprid, isopropil amina glifosat, lamda sihalotrin, dan deltametrin disajikan pada tabel 16. Tabel 16 Jenis Pestisida yang banyak digunakan petani pepaya di Kecamatan Rancabungur berdasarkan bahan aktif No Bahan Aktif Golongan Jumlah Petani (n) Proporsi Petani (%) Kegunaan 1 Mankozeb Thiocarbamat Fungisida 2 Imidakloprid 25 62,5 Insektisida 3 Isopropil amina glifosat Herbisida 4 Lamda sihalotrin Piretroid Insektisida 5 Deltametrin Piretroid 7 17,5 Insektisida Jenis bahan aktif pestisida yang banyak digunakan oleh petani responden adalah mankozeb dan imidakloprid. Mankozeb merupakan jenis bahan aktif fungisida yang paling banyak digunakan oleh petani. Imidakloprid merupakan jenis bahan aktif insektisida yang paling banyak digunakan. Hal yang menonjol disini adalah penggunaan herbisida yang banyak di kalangan petani responden (35%). Umumnya petani responden menggunakan herbisida untuk mengendalikan gulma yang ada di pertanaman mereka, karena dianggap lebih menghemat waktu

20 31 dan tenaga kerja. Namum, aplikasi herbisida ini tidak dilakukan pada tanaman pepaya yang masih kecil dan yang ditanam dengan tumpang sari. Dalam menentukan jenis pestisida yang akan digunakan, petani responden umumnya menanyakan kepada pemilik kios saprotan. Selain itu, terdapat juga petani yang menggunakan pestisida berdasarkan pengalaman sendiri. Frekuensi Penggunaan Pestisida Sebagian besar petani masih menitikberatkan penggunaan pestisida dalam budidaya tanaman. Banyak orang yang melupakan hakekat dan sifat pestisida sebenarnya, karena ditutupi oleh keberhasilan pestisida dalam mengendalikan OPT (Untung 1996). Frekuensi penggunaan pestisida di kalangan petani berbeda antara musim hujan dengan musim kemarau (Tabel 17). Pada musim kemarau, selang waktu penggunaan pestisida lebih pendek dibanding dengan musim hujan. Hal ini dikarenakan, sebagian besar petani banyak mengendalikan hama dengan penggunaan pestisida. Menurut petani responden, pada musim hujan serangan hama biasanya rendah, sedangkan serangan penyakit meningkat. Namun petani responden lebih banyak mengendalikan serangan penyakit secara mekanik. Tabel 17 Frekuensi penggunaan pestisida yang digunakan petani Ketika terjadi serangan Musim kemarau Musim Hujan Frekuensi penggunaan hama dan penyakit N % n % n % 1 minggu sekali 15 37, minggu sekali 9 22, , minggu sekali ,5 - - Sebulan sekali bulan sekali 1 2,5 1 2,5 - - Ketika terjadi serangan ,5 Pencampuran Pestisida Sebagian besar petani menyetujui bahwa semua jenis pestisida dapat dicampur (Tabel 11). Pencampuran pestisida dilakukan petani bila pertanaman diserang berbagai jenis hama dan penyakit secara bersamaan. Petani melakukan pencampuran pestisida dengan alasan ekonomi dan efisiensi pengendalian. Pada

21 32 umumnya, petani responden mencampur 2 sampai 3 jenis pestisida untuk sekali aplikasi. Namun, dalam aplikasi pestisida di lapangan, ada sebagian petani yang mencampur pestisida dengan pupuk cair secara bersamaan. Tabel 18 Tindakan petani dalam melakukan pencampuran pestisida Tindakan pencampuran pestisida Jumlah Petani (n) Proporsi petani (%) Tidak mencampur Jenis Jenis Jenis 3 7,5 > 4 Jenis 1 2,5 Tidak menggunakan pestisida 2 5 Secara umum, tabel 19 menunjukkan bahwa, pengetahuan petani masih tergolong sedang dan sikap petani masih tergolong kurang sesuai dengan PHT dalam budidaya tanaman dan pengelolaan hama dan penyakit. Sedangkan untuk tindakan, petani responden sudah tergolong sesuai dengan PHT. Sikap petani yang tergolong kurang sesuai dengan PHT ini, dapat disebabkan kurangnya keinginan petani untuk mengadopsi informasi pertanian. Sikap petani dalam penerapan inovasi baru dalam pertanian juga dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi didalam diri individu. Tabel 19 Tingkat pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam budidaya tanaman dan pengelolaan hama dan penyakit Aspek Kategori Jumlah petani (n) Proporsi petani (%) Pengetahuan Tinggi 13 32,5 Sedang Rendah 1 2,5 Sikap Sesuai PHT 1 2,5 Agak sesuai PHT Kurang sesuai PHT 29 72,5 Tindakan Sesuai PHT Tidak sesuai PHT 18 45

22 Hubungan Antara Usia, Pendidikan, Pengalaman Usaha Tani, Keanggotaan Gapoktan, dan Keikutsertaan Petani dalam SLPHT dengan Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Petani dalam Budidaya Tanaman dan Pengelolaan Hama dan penyakit Analisis hubungan pada Tabel 20 menunjukkan, pengetahuan petani berasosiasi dengan tingkat pendidikan dan SLPHT pada α=5%. Umumnya petani responden memiliki pengetahuan sedang dari setiap kategori yang diamati. Petani yang tingkat pendidikannya diatas SLTP mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding petani yang pendidikannya dibawah SLTA. Petani responden yang mengikuti kegiatan SLPHT memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibanding petani yang tidak mengikuti kegiatan SLPHT. Umumnya, petani yang mengikuti kegiatan SLPHT merupakan petani yang tergabung dalam keanggotaan gapoktan. 33 Tabel 20 Hubungan antara usia, pendidikan, pengalaman usaha tani, keanggotaan gapoktan, dan keikutsertaan petani dalam SLPHT dengan pengetahuan budidaya tanaman dan pengelolaan hama dan penyakit Variabel Nilai teramati Nilai harapan χ 2 χ 2 tabel Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi hitung α=5% Usia < ,20 5,20 2,60 40 x < ,60 15,60 7,80 9,23 9, ,20 5,20 2,60 Pendidikan SD ,63 16,25 8,13 SLTP ,18 4,55 2,28 13,30* 9,488 SLTA ,20 5,20 2,60 Pengalaman usaha tani < ,43 11,05 5,53 10 x < ,25 6,50 3,25 4,06 9, ,33 8,45 4,23 Keanggotaan gapoktan Anggota ,38 9,75 4,88 5,05 5,991 Non Anggota ,63 16,25 8,13 SLPHT Pernah ,43 11,05 5,53 9,62* 5,991 Tidak pernah ,58 14,95 7,48 Keterangan : * = Hubungan antar kategori tidak bebas.

23 34 Analisis hubungan pada Tabel 21 menunjukkan bahwa sikap petani berasosiasi dengan tingkat pendidikan, keanggotaan gapoktan dan SLPHT pada taraf α=5%. Sikap petani yang kurang sesuai dengan PHT umumnya ditunjukkan oleh tingkat pendidikan petani yang rendah dan petani yang tidak tergabung dalam keanggotaan gapoktan. Petani yang tergabung dalam keanggotaan gapoktan memiliki sikap yang lebih sesuai dengan PHT dibanding dengan petani yang bukan anggota gapoktan. Petani yang mengikuti kegiatan SLPHT memiliki sikap yang lebih sesuai dengan dengan PHT dibanding dengan petani yang tidak mengikuti SLPHT. Petani yang tidak mengikuti SLPHT umumnya mempunyai sikap yang kurang sesuai dengan PHT dalam budidaya tanaman mereka. Tabel 21 Hubungan antara usia, pendidikan, pengalaman usaha tani, keanggotaan gapoktan, dan keikutsertaan petani dalam SLPHT dengan sikap dalam budidaya tanaman dan pengelolaan hama dan penyakit Variabel Kurang Sesuai PHT Nilai teramati Agak sesuai PHT Sesuai PHT Kurang Sesuai PHT Nilai harapan Agak sesuai PHT Sesuai PHT χ 2 hitung χ 2 tabel α=5% Usia < ,80 2,00 0,20 40 x < ,40 6,00 0,60 5,72 9, ,80 2,00 0,20 Pendidikan SD ,13 6,25 0,63 SLTP ,08 1,75 0,,18 17,93* 9,48 SLTA ,80 2,00 0,20 Pengalaman usaha tani < ,33 4,25 0,43 10 x < ,25 2,50 0,25 9,43 9, ,43 3,25 0,33 Keanggotaan gapoktan Anggota ,88 3,75 0,38 18,50* 5,99 Non Anggota ,13 6,25 0,63 SLPHT Pernah ,33 4,25 0,43 14,59* 5,99 Tidak pernah ,68 5,75 0,58 Keterangan : * = Hubungan antar kategori tidak bebas.

24 Analisis hubungan pada Tabel 22 menunjukkan bahwa tindakan petani berasosiasi dengan tingkat pengalaman usaha tani pada α=5%. Petani yang pengalaman usaha taninya di bawah 10 tahun dan diatas 20 tahun mempunyai tingkat pengetahuan yang sesuai dengan PHT dalam tindakan budidaya tanaman, pestisida, dan pengendalian non-kimiawi. Dalam hal tindakan yang tidak tepat atau tidak sesuai dengan PHT, jumlah petani yang bukan anggota gapoktan dan tidak mengikuti kegiatan SLPHT lebih banyak dibanding dengan petani yang tergabung dalam keanggotaan gapoktan dan yang mengikuti SLPHT. Tindakan yang dilakukan petani yang mengikuti kegiatan SLPHT lebih sesuai dengan PHT (70,58%), dibanding tindakan yang dilakukan oleh petani yang tidak pernah mengikuti SLPHT (43,47%). Tabel 22 Hubungan antara usia, pendidikan, pengalaman usaha tani, keanggotaan gapoktan, dan keikutsertaan petani dalam SLPHT dengan tindakan dalam budidaya tanaman dan pengelolaan hama dan penyakit Variabel Tidak Sesuai PHT Nilat teramati Sesuai PHT Tidak Sesuai PHT Nilai harapan Sesuai PHT χ 2 hitung 35 χ 2 tabel α=5%. Usia < ,60 4,40 40 x < ,80 13,20 2,29 5, ,60 4,40 Pendidikan SD ,25 13,75 SLTP 5 2 3,15 3,85 2,41 5,99 SLTA 3 5 3,60 4,40 Pengalaman usaha tani < ,65 9,35 10 x < ,50 5,50 11,35* 5, ,85 7,15 Keanggotaan gapoktan Anggota ,75 8,25 1,32 3,84 Non Anggota ,25 13,75 SLPHT Pernah ,65 9,35 2,90 3,84 Tidak pernah ,35 12,65 Keterangan : * = Hubungan antar kategori tidak bebas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Survei Kecamatan Rancabungur dan Kecamatan Kemang termasuk dalam Kabupaten Bogor, yang secara geografis terletak antara 6.9 o 6.4 o Lintang Selatan dan 6. o.3 o

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI DALAM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT PEPAYA DI KECAMATAN RANCABUNGUR, BOGOR LIA NAZIRAH

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI DALAM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT PEPAYA DI KECAMATAN RANCABUNGUR, BOGOR LIA NAZIRAH PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI DALAM PENGELOLAAN HAMA DAN PENYAKIT PEPAYA DI KECAMATAN RANCABUNGUR, BOGOR LIA NAZIRAH DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PETANI KARAKTERISTIK USAHATANI

KARAKTERISTIK PETANI KARAKTERISTIK USAHATANI LAMPIRAN 57 Lampiran 1 Kuesioner pengendalian hama terpadu tanaman padi Lokasi : KARAKTERISTIK PETANI Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Tanggungan keluarga : Pengalaman bertani (tahun) : Pekerjaan sampingan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA 38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar

TINJAUAN PUSTAKA. merata sepanjang tahun. Curah hujan (CH) untuk pertanaman pepaya berkisar 4 TINJAUAN PUSTAKA Pepaya (Carica papaya L.) Asal-usul Pepaya Pepaya merupakan tanaman buah berupa herba yang diduga berasal dari Amerika Tropis, diantaranya Meksiko dan Nikaragua. Penyebaran tanaman pepaya

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

KUESIONER PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI

KUESIONER PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI LAMPIRAN 46 47 KUESIONER PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN PADI Lokasi : KARAKTERISTIK PETANI Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Tanggungan keluarga : Pengalaman bertani (tahun) : Kursus/latihan pertanian

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Jalar

Teknologi Produksi Ubi Jalar Teknologi Produksi Ubi Jalar Selain mengandung karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A, C dan mineral. Bahkan, ubi jalar yang daging umbinya berwarna oranye atau kuning, mengandung beta karoten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat-

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- 22 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan Penelitian ini dilaksanakan di lahan milik petani di Desa Dolat Rakyat- Tongkoh, Kabupaten Karo, Sumatera Utara dengan jenis tanah Andosol, ketinggian tempat

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH

PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH PEMELIHARAAN TANAMAN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari pokok bahasan ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali penyulaman tanaman

Lebih terperinci

Created By Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY

Created By  Pesan bibit cabe kopay. Hub SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY Created By www.penyuluhthl.wordpress.com Pesan bibit cabe kopay. Hub. 081274664892 SEKILAS TENTANG CARA BERTANAM CABE KOPAY I. PENGOLAHAN LAHAN Pengolahan lahan Pengolahan lahan yang sempurna merupakan

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PERBANDINGAN HASIL BUDIDAYA TANAMAN KANGKUNG SECARA HIDROPONIK DAN KONVENSIONAL (Kevin Marta Wijaya 10712020) PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO

BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO BUDIDAYA CENGKEH SECARA MUDAH OLEH HARI SUBAGYO BP3K DOKO RuangTani.Com Cengkeh adalah tangkai bunga kering beraroma dari keluarga pohon Myrtaceae. Pohon cengkeh merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam. Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS

Lebih terperinci

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Karangsewu terletak di Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun batas wilayah Desa Karangsewu adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9

PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 PRODUCT KNOWLEDGE PEPAYA CALINA IPB 9 Benih Inovasi IPB Teknik Penanaman Benih Pepaya - Sebelum benih disemai, rendam dahulu benih selama 24 jam mengunakan air hangat. - Media tanam untuk pembibitan adalah

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Juni sampai III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl. H. R. Soebrantas KM.

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di

I. PENDAHULUAN. negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lahan Pertanaman Bawang Merah Desa Sungai Nanam, Alahan Panjang, dan Salimpat termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

Welcome! Seminar Praktek Lapangan Bogor, 07 Desember 2006

Welcome! Seminar Praktek Lapangan Bogor, 07 Desember 2006 Welcome! Seminar Praktek Lapangan Bogor, 07 Desember 2006 MEMPELAJARI ASPEK KETEKNIKAN PERTANIAN PADA BUDIDAYA BUNGA HEBRAS DALAM GREENHOUSE ROHMAT FARM, CISARUA KAB. BANDUNG Disusun oleh: Anne Noor Inayah

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU 1. Pemilihan Lokasi Tanah gembur, rata dan subur. Bukan endemik hama atau penyakit. Aman dari gangguan ternak dan pencurian. Bukan merupakan lahan bekas pertanaman ubi kayu.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A

LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA. disusun oleh: Vishora Satyani A Listika Minarti A LAPORAN PRAKTIKUM HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN TAHUNAN PENYAKIT PADA KOMODITAS PEPAYA disusun oleh: Lutfi Afifah A34070039 Vishora Satyani A34070024 Johan A34070034 Listika Minarti A34070071 Dosen Pengajar:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6.

LAMPIRAN. Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah. A1. Nama Responden : A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah (2) SD Tidak Tamat. A6. LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Untuk Petani Bawang Merah A. DEMOGRAFI A1. Nama Responden : A. Umur : tahun A3. Jenis Kelamin : 1. Laki laki. Perempuan A4. Pendidikan : (1) tidak Sekolah () SD Tidak Tamat

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM

BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM BAB V GAMBARAN UMUM WAHANA FARM 5.1. Sejarah Singkat Wahana Farm Wahana Farm didirikan pada tahun 2007 di Darmaga, Bogor. Wahana Farm bergerak di bidang pertanian organik dengan komoditas utama rosela.

Lebih terperinci

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan

Lebih terperinci