BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. menyampaikan informasi seputar jenis kelamin (Dian, 2014). Orang tua
|
|
- Lanny Sudirman
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan seks merupakan pendidikan mengenai seksualitas yang pada dasarnya sama seperti pendidikan yang lain. Pendidikan tersebut bertujuan untuk menyampaikan informasi seputar jenis kelamin (Dian, 2014). Orang tua diharuskan memberikan pendidikan seks yang sesuai karena hal ini dipandang sebagai salah satu upaya yang dapat mencegah terjadinya kekerasan seks pada anak (Abdul, 2009). Hal ini sesuai dengan pendapat Erlinda (2014) bahwa upaya penanganan dan pencegahan yang dapat dilakukan dalam kasus kekerasan pada anak terdapat beberapa cara, meliputi pendidikan seksual, sistem perlindungan anak terintegrasi, membangun kota layak anak dan rehabilitasi baik medis, psikis, sosial dan hukum. Akhir-akhir ini kasus kekerasan terhadap anak menjadi kian marak. Berdasarkan hasil pemantauan Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mengenai kasus kekerasan pada anak di Indonesia terdapat peningkatan yang signifikan selama 4 tahun terakhir. Pada tahun 2011 terdapat 2178 kasus, tahun 2012 terdapat 3512 kasus, tahun 2013 terdapat 4311 kasus, dan pada tahun 2014 meningkat menjadi 5066 kasus kekerasan (Setyawan, 2015). Berdasarkan catatan Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) untuk spesifik kasus kekerasan seksual terhadap anak pada bulan Januari-April 2014 ditemukan 342 kasus (Setyawan, 2014). Di Yogyakarta, menurut data dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan 1
2 2 Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak pada tahun 2013 berdasarkan kelompok umur, paling tinggi berada di Kota Yogyakarta. Pada tahun 2013 terdapat 708 kasus kekerasan, sedangkan pada tahun 2014 terdapat 653 kasus. Meskipun terjadi penurunan jumlah kasus kekerasan pada tahun , namun untuk klasifikasi kekerasan pada kelompok umur di bawah 18 tahun terjadi peningkatan, yang semula terdapat 103 kasus menjadi 145 kasus. Sedangkan untuk jenis kekerasan seksual juga mengalami peningkatan pada tahun yaitu dari 103 kasus menjadi 155 kasus. Pada tahun 2014, kasus kekerasan seksual pada klasifikasi umur 3-5 tahun, paling tinggi berada di Kota Yogyakarta. Sebaran jumlah kekerasan seks pada anak dapat dilihat di tabel 1. Tabel 1. Jumlah korban kekerasan seksual pada anak usia 3-5 tahun di DIY tahun 2014 No Kabupaten Jumlah Korban 1 Bantul 12 2 Gunung Kidul 16 3 Kulon Progo 17 4 Sleman 24 5 Yogyakarta 27 Sumber: Data gender dan anak pada sub bidang data dan informasi gender dan anak. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat, DIY. Menurut pendapat Barliner (2011) kekerasan seksual merupakan keterlibatan anak dalam kegiatan seksual sebelum usianya mencukupi untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Kejadian kekerasan seksual dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu kekerasan seksual secara fisik dan kekerasan seksual secara non fisik. Anak yang menjadi korban kekerasan seksual pada umumnya akan mengalami trauma yang berkepanjangan. Trauma yang terjadi
3 3 akan melingkupi semua aspek baik fisik, psikis dan sosial (Noviana, 2015). Seperti yang dikemukakan oleh Paramastri (2010) anak yang menjadi korban kekerasan seksual akan mengalami dampak negatif yang luar biasa meliputi trauma fisik dan trauma psikologis berupa gangguan emosi dan perilaku, menghambat pertumbuhan dan perkembangan serta dapat memicu gangguan interaksi sosial dan hubungan interpersonal di kemudian hari. Korban yang tidak mendapat penanganan secara adekuat akan memiliki kecemasan serta persepsi negatif tentang diri sendiri dan orang lain. Hal ini akan berdampak buruk pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa mereka (Shtarkshall, 2007). Pendidikan seks di anggap sebagai salah satu upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah seksual yang diberikan untuk melindungi anak dari pelecehan seksual (Astuti, 2015). Tedapat pula sebuah program yang dapat dilakukan untuk mencegah kekerasan seks pada anak, yaitu program underwear rules (Justicia, 2016). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Meilani, Shaluhiyah dan Suryoputro (2014) menyatakan bahwa banyak orang tua merasa malu dalam menyampaikan materi mengenai seksualitas (32,6%) meskipun menganggap penyampaian tersebut perlu diberikan sejak anak sudah mengalami menarche atau mimpi basah (67,4%). Selain itu, terdapat sejumlah orang tua (50%) yang berpendapat bahwa seksualitas merupakan hal yang alamiah yang akan diketahui anak dengan sendirinya. Menurut Sumaryani (2014) orang tua, khususnya ibu, percaya mengenai pentingnya pemberian pendidikan seks. Pengakuan ibu mengenai hal tersebut tidak berarti bahwa ibu memiliki pemahaman serta persepsi
4 4 yang positif mengenai hal tersebut, khususnya pemberian pendidikan seks pada usia prasekolah (3-6 tahun) yang dianggap belum pantas untuk diberikan. Pemberian pendidikan seks disesuaikan dengan tingkatan usia anak. Pada tahun-tahun pertama kehidupan atau pada 5 tahun pertama, penjelasan materi mengenai seks hanya sekedar pemberian informasi mengenai kondisi fisiknya dan merupakan dasar-dasar bagi pembentukan kepribadian (Fauziyah & Rohman, 2012). Hal ini sesuai dengan teori perkembangan psikoseksual menurut Sigmund Freud (1924), yang menjelaskan bahwa akan ada fase dimana anak akan bereksplorasi pada area genitalnya yang akan menimbulkan kenikmatan tersendiri, yaitu pada fase falik antara 3-5 tahun. Fase dimana anak mulai menaruh perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seks seperti perbedaan anatomi laki-laki dan perempuan dan atau asal-usul bayi, sehingga perlu pendampingan orang tua dalam memenuhi rasa ingin tahu anak dan paham gender dengan benar (Gunarsa, 2008). Pendampingan dari orang tua bertujuan untuk menyampaikan materi seputar seks dan sebaiknya dimulai dari rumah. Saat anak bertanya mengenai seks maka seharusnya orang tua menjadi informan yang sesuai sehingga anak dapat memastikan bahwa mereka mendapat informasi dari sumber yang tepat. Memahami informasi yang benar dapat melindungi anak dari perilaku yang berisiko saat dewasa (Kaufman, 2011). Menurut Roqib (2008) aspek pemberian pendidikan seks merupakan tanggung jawab orang tua yang harus dipenuhi. Berdasarkan hasil penelitian Putri (2012) diketahui bahwa terdapat 3 faktor utama yang berhubungan dengan perilaku orang tua dalam pemberian pendidikan
5 5 seks pada anak. Faktor tersebut antara lain pengetahuan, sikap dan keterpaparan sumber informasi. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa orang tua yang memiliki pengetahuan rendah tentang pendidikan seks pada anak akan memiliki peluang yang lebih rendah pula dalam memberikan pendidikan seks. Hal tersebut sesuai dengan teori Bloom (Notoatmodjo, 2003), bahwa pengetahuan merupakan salah satu domain yang penting dalam membentuk perilaku. Berdasarkan teori Green (1991), faktor pengetahuan masuk ke dalam faktor predisposisi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, semakin besar pula peluang orang tersebut untuk berperilaku. Berdasarkan latar belakang di atas, guna mencegah dan meminimalkan kejadian kekerasan seks pada anak salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pendidikan seks. Pendidikan seks usia dini merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh orang tua dimana hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan orang tua. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Herjanti (2015) yang menyatakan bahwa pengetahuan orang tua berpengaruh pada pola asuh orang tua pada anak dalam pemberian pendidikan seks. Informasi yang tepat dan sesuai tentang seksualitas yang didapatkan anak sejak dini, diharapkan dapat menjauhkan anak dari tindak kekerasan seksual. Namun, berdasarkan studi pendahuluan oleh peneliti, belum banyak penelitian terkait tingkat pengetahuan orang tua. Sehingga peneliti tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang tingkat pengetahuan orang tua mengenai pendidikan seks pada anak usia 3-5 tahun di Kota Yogyakarta.
6 6 B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak usia 3-5 tahun di Kota Yogyakarta?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua tentang pendidikan seks pada anak usia 3-5 tahun di Kota Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua mengenai pengertian, tujuan dan manfaat pendidikan seks pada anak usia 3-5 tahun. b. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua mengenai cara dan metode pemberian pendidikan seks pada anak usia 3-5 tahun. c. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan orang tua mengenai konten pendidikan seks pada anak usia 3-5 tahun. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memperluas kajian isu mengenai kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan seks pada anak beserta bentuk penerapannya. 2. Manfaat praktis a. Bagi orang tua Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk mempelajari dan memahami seputar pendidikan seks bagi anak usia 3-5 tahun.
7 7 b. Bagi profesi keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam peran perawat sebagai educator dan advocator yang mana tenaga kesehatan, termasuk perawat, bertanggung jawab dalam memberikan informasi mengenai pentingnya pendidikan seks pada anak, salah satu nya dengan family health center atau mengadakan program pelatihan kepada orang tua mengenai pendidikan seks untuk anak. c. Bagi institusi kesehatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan gambaran mengenai pengetahuan orang tua terkait pemberian pendidikan seks untuk anak, yang dapat menjadi rekomendasi bagi intitusi kesehatan guna memberikan penyuluhan dan konseling terkait pendidikan seks pada anak. d. Bagi peneliti selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dan gambaran dasar bagi penelitian selanjutnya dengan topik terkait pengetahuan orang tua dalam pendidikan seks pada anak 3-5 tahun. E. Keaslian Penelitian 1. Putri, (2012) meneliti tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Pemberian Pendidikan Seks untuk Anak oleh Orang Tua Siswa Madrasah Ibtidaiyah Hayatul Islamah Depok Tahun Responden pada penelitian tersebut sejumlah 93 orang yang merupakan orang tua siswa kelas 4, 5 dan 6 Madrasah Ibtidaiyah Hayatul Islamiyah Depok, dengan
8 8 sebaran berdasar tingkat pendidikan paling banyak lulusan SMA dan sebaran berdasar tingkat ekonomi paling banyak terdapat pada klasifikasi ekonomi rendah. Desain penelitiannya adalah cross sectional. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner yang merupakan hasil adaptasi dari kuesioner penelitian skripsi Anisah tahun 2009 dan tesis Sukarta tahun Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat (chi square). Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku pemberian pendidikan seks dengan pengetahuan (p value 0,005), dengan sikap (p value 0,005) dan dengan keterpaparan sumber informasi (p value 0,026). Sedangkan tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan, tingkat ekonomi dan pengalaman pendidikan seks dengan perilaku pemberian pendidikan seks pada anak. Persamaan dengan penelitian Putri (2012) terletak pada desain penelitian yaitu cross sectional. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat penelitian, subjek penelitian, teknik sampling, jumlah sampel dan variabel. Tempat penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta. Subjek penelitian ditujukan pada orang tua yang memiliki anak usia 3-5 tahun. Teknik sampling yang digunakan yaitu multistage sampling. Variabel yang diukur yaitu tingkat pengetahuan orang tua. 2. Kulsum, (2013). Intensi dan Perilaku Orang Tua dalam Memberikan Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini (Studi Deskriptif pada Ibu-Ibu di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang). Responden penelitian tersebut berjumlah 108 orang. Sifat penelitian kuantitatif. Jenis penelitian deskriptif. Subjek penelitian tersebut ibu yang memiliki anak usia 1-6 tahun. Teknik sampling yang digunakan one stage cluster
9 9 random sampling. Instrumen yang digunakan berupa skala intensi dan angket perilaku. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa intensi orang tua dalam memberikan pendidikan seks pada anak usia dini di Kelurahan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota Semarang tergolong pada kriteria intensi cukup kuat, sedangkan perilaku orang tua tergolong pada kriteria perilaku yang cukup cenderung kuat. Persamaan dari penelitian Kulsum (2013) terletak pada sifat penelitian, jenis penelitian dan subjek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini tempat penelitian, teknik sampling, jumlah responden, variabel dan analisis data. Tempat penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta. Subjek penelitian ditujukan pada orang tua yang memiliki anak usia 3-5 tahun. Rancangan penelitian ini deskriptif analitik. Teknik sampling yang digunakan yaitu multistage sampling. Variabel yang diukur yaitu tingkat orang tua. Analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 3. Sumaryani (2014). Pengalaman Ibu Dalam Memberikan Pendidikan Seks Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Di Paud Menur Rw 09 Kelurahan Cipinang Jakarta Timur. Responden penelitian tersebut berjumlah 6 orang. Subjek penelitian adalah ibu yang memiliki anak usia 3-6 tahun. Sifat penelitian kualitatif dengan desain studi fenomenologis deskriptif. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam. Data dianalisis menggunakan metode Coalizzi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa ibu merupakan pemberi pendidikan seks utama pada anak, dimana peran ayah tidak
10 10 terlihat, serta ibu percaya bahwa pentingnya pendidikan seks untuk anak namun tidak memiliki pengetauan dan pemahamam yang cukup mengenai pendidikan seks khususnya ada anak usia prasekolah. Persamaan dari penelitian Sumaryani (2014) terletak pada subjek penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini tempat penelitian, teknik sampling, jumlah responden, variabel dan analisis data. Tempat penelitian dilakukan di Kota Yogyakarta. Subjek penelitian ditujukan pada orang tua yang memiliki anak usia 3-5 tahun. Rancangan penelitian ini deskriptif analitik. Teknik sampling yang digunakan yaitu multistage sampling. Variabel yang diukur yaitu tingkat pengetahuan orang tua. Analisis data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. 4. Solikhah, (2014). Persepsi Orang Tua Terhadap Pendidikan Seks Pada Anak Usia Dini Di Desa Tawang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo Responden penelitian tersebut berjumlah 45 orang. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitaif. Subjek penelitian ini orang tua yang memiliki anak usia 4-6 tahun. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive proportional random sampling. Teknik analisa data menggunakan analisi korelasi product moment. Hasil analisis product moment diperoleh nilai koefisien korelasi sebersar 0,664 dan taraf signifikansi 0,05 dengan demikian berarti terdapat perbedaan persepsi orang tua terhadap pendidikan seks pada anak usia dini dengan faktor yang mempengaruhi yaitu pendidikan. Persamaan dari penelitian Solikhah (2014) terletak pada subjek dan metode penelitian. Perbedaan dengan penelitian ini tempat penelitian, teknik sampling,
2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini sering dikatakan sebagai masa keemasan atau golden age. Masa keemasan adalah masa dimana anak memiliki kemampuan penyerapan informasi yang
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7
PENELITIAN HUBUNGAN PERUBAHAN FISIK USIA REMAJA DENGAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWI KELAS 7 Vivin Sabrina Pasaribu*, El Rahmayati*, Anita Puri* *Alumni Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang *Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan seperti perkembangan fisik, emosional, maupun sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keperluan materil anak, pemberi kasih sayang dan bertanggung jawab
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan anak kedepannya. Peran orang tua secara umum yaitu sebagai pengurus keperluan materil anak, pemberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik, biologis, psikologis dan sosial budaya (Sarwono, 2008). dan hormonal yang terjadi selama masa remaja awal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting sekali dalam perkembangan seseorang remaja putri. Pada tahap ini remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dari masa kanak kanak ke masa dewasa, terutama perubahan alat reproduksi.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak kanak ke masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Menurut beberapa ahli, selain istilah
Lebih terperinciDisusun Oleh: Wiwiningsih
PERSEPSI BIDAN DENGAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2012 DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI ` Disusun Oleh: Wiwiningsih 201410104263 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. sebagian orang, internet merupakan suatu kebutuhan pokok yang tidak bisa
1 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Internet menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat. Bagi sebagian orang, internet merupakan suatu kebutuhan pokok yang tidak bisa ditinggalkan. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh kembang. Salah satu tahap tumbuh kembang adalah usia prasekolah yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kalender atau 40 minggu atau 280 hari (Megasari, 2015). Kehamilan secara umum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal atau alamiah bagi perempuan yang dimulai dari konsepsi sampai melahirkan bayi. Seorang ibu akan membutuhkan waktu untuk
Lebih terperinciHUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN
HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN Roschidah Putri Rizani 1, Sudarti 2, Urip Tugiyarti 3, M.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan pendidikan anak. Orang tua harus memiliki pengetahuan tentang perkembangan
Lebih terperinci: tingkat pengetahuan, kecemasan PENDAHULUAN
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL SELAMA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KECAMATAN JATIBARANG KABUPATEN BREBES LAELATUL MUBASYIROH INTISARI Kehamilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara berkesinambungan dan saling berkaitan yang berlangsung secara teratur dimulai sejak konsepsi sampai dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini di Indonesia 62 juta remaja sedang tumbuh di tanah air. Artinya satu dari lima orang Indonesia berada dalam rentang usia remaja. Mereka adalah calon generasi
Lebih terperinciPERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI DI DESA TAWANG KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO
PERSEPSI ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI DI DESA TAWANG KECAMATAN WERU KABUPATEN SUKOHARJO Junita Dwi Wardhani, Rokhana Nur Solikhah PG PAUD, FKIP UMS junita.dwi@ums.ac.id Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak yang meliputi perubahan biologik,
Lebih terperinciSyntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 251-089 e-issn : 258-1398 Vol. 2, No 2 Februari 2017 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA WELAS ASIH
Lebih terperinciDevelopmental and Clinical Psychology
DCP 2 (1) (2013) Developmental and Clinical Psychology http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/dcp INTENSI DAN PERILAKU ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS PADA ANAK USIA DINI (STUDI DESKRIPTIF
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD LABSCHOOL UNNES
ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTEK PENERAPAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPRODUKSI OLEH ORANG TUA PADA ANAK USIA DINI DI PAUD LABSCHOOL UNNES Oleh EKA NURVIANTI A2A214002 FAKULTAS KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan seksual merupakan suatu ancaman yang sangat mengerikan saat ini terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual terhadap
Lebih terperinciPENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA 1 PUNDONG BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Vita Yuniastuti 201510104048
Lebih terperinciFajarina Lathu A INTISARI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG MENOPAUSE DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI KE ISTRI PADA MASA MENOPAUSE DI DUSUN SOROWAJAN KELURAHAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Fajarina Lathu A INTISARI
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang
23 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian non eksperimental, yaitu penelitian yang digunakan
Lebih terperinciSkripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN DERAJAT KEKEBALAN TERHADAP STRES (SKALA MILLER & SMITH) PADA LANSIA DI KELURAHAN KEDUNGWUNI TIMUR KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)
A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Air susu ibu diciptakan oleh Tuhan dengan segala kelebihannya, dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- Baqoroh ayat 233 mengatakan: para ibu hendaklah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa remaja banyak terjadi perubahan baik secara fisik maupun psikis. Perubahan tersebut meliputi kematangan mental, emosional, dan sosial. Perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional analitik, yaitu untuk mencari hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Pasal 4 tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan
Lebih terperinciHUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE
Jurnal Kesehatan Masyarakat HUBUNGAN KOMUNIKASI TEURAPETIK BIDAN DENGAN KECEMASAN IBU BERSALIN DI RUANG KEBIDANAN DAN BERSALIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PIDIE RITA YUSNITA Mahasiswi D-III Kebidanan
Lebih terperinciPERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI
PERAN ORANG TUA DAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PUBERTAS DI SALAH SATU SMP NEGERI BOYOLALI Suprapti, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK Pendahuluan; Masa remaja adalah suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah masa dimana seseorang mengalami masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, dan penyesuaian diri dengan peran peran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Remaja mengalami perkembangan yang terus berlangsung meliputi perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi & Makhfudly, 2009). Perkembangan
Lebih terperinciJurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA
PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA KENCANA Mardiana Zakir* Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta berdiri pada tanggal 2 Juni Fasilitas yang ada di MTs X
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian MTs X di Yogyakarta merupakan salah satu sekolah Islam yang ada di Yogyakarta, MTs tersebut pada awalnya bernama MTs Y di Yogyakarta dan berganti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan correlative dengan menggunakan pendekatan cross-sectional yaitu jenis penelitian
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN UPAYA MEMPERSIAPKAN MASA PUBERTAS PADA ANAK Agnes Candra Dewi, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta ABSTRAK
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK DAMHIL KOTA GORONTA. Aswinda Miolo
1 2 3 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK DAMHIL KOTA GORONTA Aswinda Miolo 841411052 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan dengan rancangan deskriptif analitik, yaitu untuk memberi gambaran fenomenayang terjadi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan yang terjadi pada remaja melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana remaja menjadi labil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik yaitu untuk mencari hubungan antara variable bebas dan terikat yang dilakukan dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara pastilah menginginkan sebuah generasi penerus yang berkualitas dan mampu membawa bangsa dan negaranya menuju kesejahteraan. Harapan itu bisa terlihat pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi inilah akan mudah terkena infeksi jamur. Keputihan yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita di dunia pasti mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya dapat mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian. A. Latar belakang Rumah sakit adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemikiran bahwa dirinya akan menjadi tua, tidak sehat, dan tidak cantik lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan keadaan dimana seorang perempuan tidak lagi mengalami menstruasi yang terjadi pada rentang usia 50 sampai 59 tahun (Harlow, 2012). Pada masa ini
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan desain penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dengan menggunakan metode deskriptif korelasional, yaitu menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang menakutkan bagi masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Indonesia karena penderita HIV/AIDS di dunia setiap tahunnya mengalami
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi. Peneliti korelasi adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan melibatkan minimal dua
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimiliki yang akan ditunjukan pada orang lain agar terlihat berbeda dari pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan masa kehidupan individu dimana terjadi perkembangan psikologis untuk menemukan jati diri. Pada masa peralihan tersebut, seorang remaja akan mengembangkan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERAN IBU DENGAN PERILAKU VULVA HYGIENE SAAT MENSTRUASI PADA SISWI SMP NEGERI 1 PLERET BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan 15 Maret-28 Mei tahun akan dikumpulkan dalam waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2010).
33 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Gorontalo, Kota Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini merupakan Explanatory research yaitu menjelaskan hubungan antara variabel pengetahuan pencegahan penyakit, sikap
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu suatu penelitian yang mempelajari hubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif non eksperimental dengan metode korelasional dengan menggunakan pendekatan
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu
3 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan harapan orangtua sejak dalam kandungan, harapan agar anaknya dapat lahir dengan sehat; anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan Jumlah penduduk Indonesia sebanyak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan Rancangan penelitian ini adalah discriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk
64 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan rancangan penelitian Jenis penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan Cross sectional, yaitu penelitian untuk mempelajari
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DENGAN SIKAP SISWA TERHADAP PERNIKAHAN USIA DINI DI SMA NEGERI 2 BANGUNTAPAN BANTUL TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: NURHAYATI AGTIKASARI 201410104174
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA
HUBUNGAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI DESA KEPARAKAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang digunakan untuk mengukur hubungan (korelasi) tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU
HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap satu diantara enam penduduk dunia adalah remaja. Di Indonesia, jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World Health Organization (WHO)
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. independen (tingkat pengetahuan) dan variabel dependen (penerapan toilet
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016
HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016 Ajeng Novita Sari Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK Hubungan pengetahuan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA
HUBUNGAN PERSEPSI IBU TERHADAP DUKUNGAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: SY.A isyatun Abidah Al-Idrus 20151010273 PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai anak yang normal. Melihat anak anak balita tumbuh dan. akan merasa sedih. Salah satu gangguan pada masa kanak kanak yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memiliki anak sehat, baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orang tua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikaruniai anak yang normal. Melihat
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KEPATUHAN PEMERIKSAAN KEHAMILAN DI BPS ERNAWATI BOYOLALI Dian Pratitis, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja merupakan fenomena internasional yang belum terselesaikan hingga sekarang. Pada tahun 2013 Wolrd Health Organization (WHO) menetapkan tema untuk Hari
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA Afroh Fauziah 1,Sudarti 2 INTISARI Latar Belakang:Angka Kematian Bayi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan salah satu kekhawatiran terbesar yang dihadapi dunia kesehatan karena dapat menyebabkan hampir 6 juta orang meninggal dalam setahun. Lebih dari 5
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC DENGAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS GALUR 2 KULON PROGO DWI SURYANDARI INTISARI Latar Belakang : Angka kematian ibu (AKI) sebagai salah satu indikator kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian jenis Deskriptif Corelasional yang meneliti tentang hubungan antara variabel dependen dan independen. Metode yang
Lebih terperinciKesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon
Serambi Saintia, Vol. V, No. 1, April 2017 ISSN : 2337-9952 Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon Maya Maulida Fitri 1, Masyudi 2 1,2) Fakultas Kesehatan Masyarakat USM Email: masyudi29@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang dalam suatu sistem sosial (Friedman, 2010). Setiap individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran adalah perilaku yang dikaitkan dengan seseorang yang memegang sebuah posisi tertentu. Posisi mengidentifikasi status atau tempat seseorang dalam suatu sistem sosial
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara korelatif antara variabel independen
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEKERASAN VERBAL DENGAN KEJADIAN KEKERASAN VERBAL PADA ANAK DI TK RK KUNCEN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG KEKERASAN VERBAL DENGAN KEJADIAN KEKERASAN VERBAL PADA ANAK DI TK RK KUNCEN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Ismi Maulidah Hardianti 201510104078 PROGRAM
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan deskriptif korelasional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (jenis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis / Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional dimana variabel dependen dan variabel independent
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Tempat Penelitian Kecamatan Getasan merupakan salah satu kecamatan dari 19 kecamatan di Kabupaten Semarang. Secara administratif batas wilayah Kecamatas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya menyangkut kehamilan dan persalinan, namun lebih luas dari itu yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan wanita, terutama kesehatan yang berhubungan dengan sistem reproduksi kini menjadi perhatian dunia. Masalah kesehatan reproduksi tidak hanya menyangkut
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI MENARCHE PADA SISWI KELAS VI Yudha Indra Permana & Ida Untari Akper PKU Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Masa reproduksi adalah masa yang penting bagi
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN TINGKAT KESEPIAN DENGAN AKTIVITAS SEKSUAL PADA LANSIA DI DESA BANJARHARJO KALIBAWANG KULON PROGO YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: EVI ANGGRAENI 201210201020 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Lebih terperinci