ANALISIS TINGKAT PERMINTAAN JAMUR TIRAM DI PASAR TRADISIONAL DAN SUPERMARKET DI KOTA PALEMBANG. Oleh : Nur Azmi dan Rahmi Hidayati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT PERMINTAAN JAMUR TIRAM DI PASAR TRADISIONAL DAN SUPERMARKET DI KOTA PALEMBANG. Oleh : Nur Azmi dan Rahmi Hidayati"

Transkripsi

1 Jurnal Ilmiah AgrIBA No2 Edisi September Tahun 2014 ANALISIS TINGKAT PERMINTAAN JAMUR TIRAM DI PASAR TRADISIONAL DAN SUPERMARKET DI KOTA PALEMBANG Oleh : Nur Azmi dan Rahmi Hidayati Dosen Fakultas Pertanian Universitas IBA ABSTRAK Jamur merupakan salah satu pangan substitusi dengan kandungan protein yang cukup tinggi yakni hampir sama dengan pangan ayam dan daging. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar tingkat permintaan jamur di Kota Palembang serta faktor-faktor apa saja yang terkait dengan permintaan jamur tiram di Kota Palembang. Metode penelitian terdiri dari metode survey dan metode snow ball, Metode survey digunakan untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi tingkat permintaan jamur sedangkan metode snow ball digunakan untuk menganalisis seberapa besar tingkat permintaan jamur dengan cara studi kasus kepara produsen jamur tiram serta pasar tradisonal dan supermarket serta metode survey dilakukan dengan pengambilan sampel dari beberapa konsumen yang membeli jamur di Pasar-pasar tradisional,dan supermarket Kota Palembang. Hasil penelitian menunjukkan tingkat permintaan jamur tiram di Kota Palembang rata-rata adalah 85,85 kg/hari, sehingga tingkat permintaan jamur adalah , hal ini masih sangat rendah bila dibandingkan di Pulau Jawa yang sudah melebihi kg perhari. dikarenakan sebagian besar masyarakat belum mengenal jamur tiram ini dan indutri pengolahan jamur belum berkembang.rata-rata permintaan jamur tiram di Kota Palembang hanya sebesar 12 persen bila dibandingkan di Luar Sumatera yakni di Pulau Jawa.Permintaan jamur tiram di Kota Palembang dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, harga jamur dengan taraf signifikansi 5 persen dan tingkat kepercayaan atau (R 2 68,4) persen dan selera yang merupakan variabel dummy. Kata kunci: Jamur tiram, tingkat permintaan, faktor tingkat permintaan. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur dapat dimanfaatkan sebagai sayuran, tanaman obat, dan tanaman hias. Jamur merupakan salah satu komoditi pangan pada katagori sayuran yang memiliki manfaat baik untuk kesehatan. Jamur disukai karena rasanya yang enak selain itu pengetahuan masyarakat akan manfaat jamur yang semakin berkembang membuat komoditi jamur semakin meningkatkan tingkat permintaannya (Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura, 2011). Konsumsi jamur dapat meningkatkan kesehatan dikarenakan jamur memiliki nilai takaran gizi lengkap. Kandungan gizinya yang tinggi hampir mengimbangi kandungan gizi pada daging ayam dan daging sapi jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu. 169

2 Berikut Perbandingan nilai gizi jamur dengan jenis pangan lainnya. Tabel 1. Kandungan Nilai Gizi Jamur, Daging Ayam dan Daging Sapi Bahan pangan Daging Ayam Daging Sapi Jamur Kalori Protein 18,20 18,18 16,00 Lemak ,90 Karbohidrat ,40 Kalsium Fosfor Zat Besi 2 3 7,00 Vitamin A Vitamin B1 0,08 0,08 0,11 Data : dari berbagai sumber Jamur tiram merupakan komoditi yang dikembangkan di Kota Palembang. Hal ini terlihat dari banyaknya jamur tiram yang dijual dipasaran baik di pasar tradisional maupun supermarket. Namun dari segi harga jual di pasaran, harga jamur tiram masih fluktuatif, yakni antara Rp sampai dengan Rp /kg nya. Harga jamur tiram yang yang cukup tinggi ini, mungkin di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain permintaannya yang lebih tinggi dibandingkan dengan produksi yang dihasilkan oleh para produsen jamur tiram di Kota Palembang. Namun faktor lain yang terkait pada aspek permintaan jamur tiram ini perlu dianalisa lebih lanjut oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mendalami lebih lanjut terkait tingkat permintaan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan jamur tiram di Kota Palembang Rumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang menarik untuk diteliti adalah: 1. Bagaimanakah tingkat permintaan jamur tiram di kota Palembang? 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jamur tiram di Kota Palembang? Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah diduga tingkat permintaan jamur tiram di Kota Palembang masih lebih rendah jika dibandingkan di dengan tingkat permintaan jamur tiram di Kota besar di Pulau Jawa. 170

3 II. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Palembang, dikarenakan produksi jamur tiram termasuk usaha yang masih tergolong baru dan mulai berkembang, penelitian ini dilakukan Bulan November sampai dengan Desember B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode snow ball dan survey. Metode survey digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan jamur yakni dengan cara mengambil sampel konsumen yang membeli jamur pada pedagang atau supermarket. Sementara untuk mengetahui tingkat permintaan jamur tiran digunakan metode snow ball serta observasi ke pengusaha dan pedagang jamur. C. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari petani produsen dan pedagang jamur tiram dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Data primer yang dikumpulkan meliputi input produksi yang diperlukan dalam usahatani jamur tiram, aspek produksi (budidaya) dan pemasaran jamur tiram, serta tingkat penjualan dan harga. Data sekunder diperoleh dari instansi-instansi atau lembaga yang terkait, yaitu Dinas Pertanian dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan, Pengusaha jamur tiram, Pedagang pasar dan penjual jamur tiram serta literatur/jurnal penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini. D. Metode Pengolahan dan Analisis Data Untuk tujuan penelitian pertama mengenai tingkat permintaan jamur tiram menggunakan penghitungan secara matematis yang akan dijelaskan secar deskriptif. Sedangkanuntuk menjawab pertanyaan kedua mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan digunakan metode Regresi linier berganda.analisis Regresi Linear Berganda digunakan untuk mengukur pengaruh antara lebih dari satu variabel prediktor (variabel bebas) terhadap variabel terikat. Rumus: Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + +b n X n + e Dimana: Y = variabel terikat A = konstanta b 1,b 2 = koefisien regresi X 1, X 2 = variabel bebas e = error term Pengolahan data mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi permintaan jamur tiram menggunakan data permintaan jamur, harga jamur tiram dipasaran, pendapatan, serta selera. penghitungan secara matematis yang akan dirumuskan sebagai berikut: Y = a + b 1 X 1 +b 2 X 2 + e Dimana : Y X 1 X 2 b 1,b 2 e =permintaan jamur tiram =Pendapatan = Harga = Variabel bebas = error term 171

4 Hasil yang didapat dari nilai regresi tersebut akan di dapat nilai R 2, uji F, dan uji t. Dimana nilai R 2 dapat menjelaskan seberapa besar persentase kemampuan variabel bebas untuk menjelaskan variabel terikat. Semakin besar nilai R 2 maka semakin baik persamaan tersebut. Sedangkan nilai uji statistik F untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara signifikan terhadap variabel dependen dengan tingkat signifiknsi 5%. Uji t untuk mengetahui apakah masingmasing variabel independen secara sendirisendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Tingkat Permintaan Jamur Tiram Jamur tiram dikota Palembang saat ini mulai berkembang, hal ini seiring dengan banyaknya para pengusaha jamur yang menjual produk jamur tiram di Kota Palembang, berikut Tabel dan Data Permintaan Jamur tiram di supermarket dan pasar tradisional Kota Palembang. Tabel 2. Rata-rata Permintaan Jamur di Pasar Tradisional dan Supermarket Kota Palembang Pasar Permintaan perhari (kg)(seninjumat) Jurnal Ilmiah AgrIBA No.2 Edisi September Tahun 2014 Data yang di olah dari informasi tingkat penjualan para pedagang jamur tiram yang ada di pasar baik dipasar tradisional maupun supermarket. Pasokan jamur tiram hanya bergantung dari para pengusaha jamur yang masih terbatas jumlahnya. Pada hari senin sampai dengan jum at permintaan jamur tiram lebih rendah daripada hari sabtu minggu dan biasanya juga produsen jamur cendrung lebih banyak memasok jamur ke pedagang pada akhir minggu hal ini disebabkan pada akhir minggu biasanya jumlah pembeli atau konsumen lebih banyak dikarenakan mereka memiliki kesempatan untuk berbelanja di pasar, selain itu banyak acara-acara keluarga yang juga mendorong permintaan jamur lebih tinggi dari hari biasa. Di akhir pecan Supplai jamur lebih banyak dari pada hari biasa didapati bahwa jamur yang mereka jual di pedagang dipasar habis terjual sehingga jika diasumsikan jamur yang dijual dipasaran hanya memenuhi sekitar 25% permintaan konsumen maka permintaan jamur tiram perhari diperkiraakan mencapai 300 kg perharinya. Informasi dari para pengusaha jamur tiram juga ternyata banyak pembeli (konsumen) rumahtangga yang langsung membeli jamur tersebut langsung ke pengusaha, namun biasanya mereka menawarkan harga yang lebih tinggi Permintaan perhari (kg)(sabtu Minggu) 172 Rata-rata permintaan perhari (kg) Rata-rata permintaan perbulan (kg) Pasar Lemabang Pasar Perumnas Pasar Sekip Ujung Pasar Pallima Pasar Kuto Pasar Buah 16 Ilir Pasar 26 Ilir Pasar Km Pasar Bukit Pasar Kertapati Pasar Plaju Pasar Cinde Diamond Supermarket Hypermart 1, Carrefour Giant Total

5 daripada harga yang mereka jual ke para pedagang di pasar (pengecer) atau sama dengan harga yang ditawarkan oleh para pedagang di pasar. Sehingga permintaan jamur tiram dapat lebih tinggi dari data tersebut. Permintaan akan jamur tiram yang diminta oleh para pedagang tidak dapat dipenuhi tersebut oleh para pengusaha dikarenakan rata-rata pengusaha jamur tiram hanya berproduksi dari sekitar baglog. Pada Tahun 2011 para pengusaha jamur masih kesulitan untuk memasarkan jamurnya dikarenakan masih belum dikenal oleh masyarakat, sehingga banyak dari pengusaha yang menutup usahanya. Namun pada Tahun 2013 ini para pengusaha dapat lebih mudah memasarkan jamurnya dikarenakan masyarakat telah mendapat informasi baik dari media cetak maupun elektronik akan manfaat dan rasa jamur yang enak. Saat ini budidaya jamur tiram masih terkonsentrasi di Pulau Jawa dan produsen jamur tiram hanya mampu memasok jamur untuk wilayah disekitar produksi saja. Jamur tiram di Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang, jika dibandingkan dengan permintaan di daerah Jawa terutama Jakarta dan sekitarnya, Jawa Barat dan Kota besar lainnya jenis jamur lainnya masih jauh lebih kecil yakni hanya sekitar 12 persen saja dari kota-kota tersebut yang sudah mencapai ribuan kilogram perharinya. Berikut data Permintaan jamur Tiram Di Kota Besar di Pulau Jawa pada Tahun Tabel 3. Jumlah Permintaan Jamur Tiram di Beberapa Kota Besar Di Indonesia Tahun No Kota Kebutuhan per hari (kg) 1 Jabodetabek Cianjur Sukabumi 4 Bandung Semarang Yogyakarta Malang Surabaya Sumber : CV Asa Agro Corporation dalam Piryadi ( 2013) Tingginya permintaan jamur tiram di Kota-Kota Besar membuat peluang untuk membudidayakan tanaman ini masih sangat terbuka, selain itu ada kecendrungan permintaan semakin meningkat seiring dengan pengetahuan dan informasi yang di dapat oleh masyarakat mengenai manfaat serta keinginan masyarakat untuk diversifikasi pangan. Jika diasumsikan kenaikan permintaan jamur sebesar 5 persen per tahun, maka diperkirakan pada Tahun 2013 permintaan Jamur Tiram akan naik menjadi 21,900 ton/tahun padahal kemampuan produsen yakni pengusaha jamur tiram saat ini hanya sekitar ton pertahun (Piryadi, 2013). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugraha (2006) yakni di dapati permintaan jamur tiram pada Tahun 2005 permintaan pedagang jamur kepada para produsen jamur masih belum dapat dipenuhi sehingga hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya daya serap pasar masih lebih besar darai pada tingkat produksi yang dihasilkan produsen, pada Tahun tersebut permintaan yang belum dipenuhi sekitar kg untuk setiap pasar perhari. Sedangkan hasil wawancara dari responden atau pedagang dipasar rata-rata setiap pedagang hanya mendapat satu sampai dengan dua kilogram saja 173

6 perharinya. Hal ini dikarenakan para pengusaha yang mengusahakan jamur tiram dengan skala yang kecil yakni kurang dari 5000 baglog, serta belum banyak pengusaha yang melakukan mengganti atau membuat perbedaan umur baglog dikarenakan tingkat produksi jamur tiram memiliki siklus seperti halnya tanaman lain yang berbeda yakni mula mula tingkat produksi akan naik akan tetapi setelah baglog berumur tiga atau empat bulan maka produksi akan cendrung menurun. Data dari Jamur Tiram Lestari sebagai pemasok bibit jamur atau baglog pada para pengusaha jamur bahwa tingkat permintaan baglog jamur tiram pun cenderung meningkat per bulannya, hal ini dikarenakan banyaknya permintaan jamur tiram di Kota Palembang sehingga menambah jumlah produsen-produsen jamur tiram baru. Selain itu meski jamur tiram kini meningkat produksinya harga jamur tiram cenderung stabil dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sehingga produsen tertarik untuk mengembangkan bisnis jamur mereka. Sehingga hipotesis dari penelitian ini bahwa tingkat permintaan jamur tiram Di Kota Palembang masih lebih rendah daripada permintaan di Kota Besar lainnya terbukti benar. Faktor-faktor yang Mempengruhi Permintaan Jamur Tiram Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat permintaan jamur dikota Palembang diantaranya adalah harga jamur itu sendiri, pendapatan dan selera. Pada penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi jamur tiram ini juga terdapat variabel dummy. Variabel dummy adalah variabel yang digunakan untuk mengkuantitatifkan varaibel yang bersifat kualitatif. Variabel dummy merupakan variabel yang bersifat kategorikal yang diduga mempunyai pengaruh terhadap variabel yang bersifat kontinyu. Variabel dummy mempunyai dua nilai yaitu 1 dan 0, serta diberi symbol D. Variabel dummy pada penelitian ini adalah variabel selera konsumen yakni konsumen yang membeli jamur tiram dikarenakan faktor selera yakni dikarenakan keinginan untuk mencoba rasa jamur atau membeli jamur lagi dikarenakan rasanya yang enak yang diberi nilai 1 sedangkan konsumen yang membeli karena faktor lain seperti manfaat untuk kesehatan, pangan alternatif serta keanekaragaman pangan, diberi nilai 0. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan jamur tiram yang telah diregresikan dengan menggunakan program SPSS versi 16 akan disajikan pada Tabel 6 berikut, yakni yang menunjukkan pengaruh pendapatan, harga dan selera terhadap permintaan jamur Tiram di Kota Palembang. Dari hasil regresi model menunjukkan koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,68 atau sebesar 68,4 persen variabel bebas yaitu pendapatan dan harga jamur dapat menjelaskan sebesar 68,4 persen variabel terikatnya yaitu permintaan jamur tiram. Sedangkan sisanya yakni sebesar 31,6 persen dijelaskan oleh variabel lain. Nilai t signifikan hanya pada variabel pendapatan dan harga yakni masing-masing sebesar 0,020 dan 0,06 yang lebih kecil dari 0,05 yang berarti tingkat signifikansi 5% sehingga artinya variabel pendapatan dan harga mempunyai pengaruh terhadap tingkat permintaan jamur tiram, Selain itu nilai t yang positif juga menunjukkan bahwa hubungan antara variabel pendapatan dan harga memiliki hubungan yang searah, yakni jika pendapatan naik maka permintaan jamur tiram akan naik, begitu pula dengan variabel harga jika 174

7 harga jamur naik maka permintaan jamur masih menunjukkan respon yang positif. Uji F digunakan untu melihat apakah variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen. Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai F hitung sebesar 18,79 lebih besar daripada F tabel sehingga permintaan jamur tiram secara bersamaa-sama dipengaruhi oleh variabel pendapatan dan harga jamur tersebut. Meski harga jamur relative stabil dan sedikit bervariasi di pasar-pasar tradisional maupun supermarket di Kota Palembang. Tabel 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Jamur Tiram seperti di Pulau Jawa harga jamur relative lebih murah yakni berkisar antara Rp sampai dengan Rp perkilogramnya, hal ini disebabkan oleh tingkat permintaan jamur yang tinggi baik bagi masyarakat maupun industri olahan jamur, seperti restoran jamur atau restoran vegetarian, serta industri pengolahan jamur lainnya seperti keripik jamur, bakso jamur serta nugget jamur. Selain itu efisensi produksi jamur tiram yang juga tinggi karena umumnya para pengusaha jamur membuat sendiri baglognya serta produksi perbaglog yang juga tinggi dikarennakan pembibitan serta pemeliharaan jamur yang sudah professional. Variabel Bebas Koefisien Regresi Standar Error t- hitung Signifikan Pendapatan Harga Selera Konstanta R 2 = Signifikan = 0,05 F hit 18,79 DW = Sehingga diperoleh persamaan regresi linier berganda yang dapat disusun sebagai berikut: Y = X X D Harga jamur yang memiliki respon positif terhadap permintaannya dikarenakan jamur tiram bagi sebagian masyarakat masih termasuk barang mewah, hasil wawancara dilapangan memang mendukung hal tersebut dikarenakan di Sumatera Selatan khususnya kota Palembang harga jamur masih tergolong cukup tinggi yakni berkisar antara Rp sampai dengan Rp perkilogramnya dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat yang berpendapatan tinggi atau lebih dari Rp perbulannya. Namun di daerah lain di luar Sumatera 175 Jamur tiram juga dikonsumsi sebagai sayur atau lauk tambahan dan bukan pangan pengganti yang menggantikan lauk pauk meski kandungan gizi di dalam jamur tiram yang banyak mengandung protein atau kandungan gizinya hampir sama atau mendekati pangan sejenis seperti daging ayam dan daging sapi. Jamur tiram juga dikonsumsi sebagai sayur yakni dimasak sebagai olahan sayur mayur seperti ditumis, campuran sayur asem, sebagai isi lumpia sedangkan bila dikonsumsi sebagai lauk jamur tiram diolah menjadi nugget, sate, jamur goreng tepung, akan tetapi fungsinya masih sebagai lauk pendamping yang disejajarkan dengan pangan lain yakni tahu dan tempe, karena meski harga jamur yang tinggi kebanyakkan masyarakat

8 mengkonsumsinya dalam jumlah yang sedikit yakni hanya sekitar seratus sampai dengan duaratus lima puluh gram perharinya atau untuk sekali masak. Jamur tiram jika dibandingkan dengan jamur lain seperti shiitake, merang dan jamur kuping harganya relatif lebih murah, sehingga perkembangan permintaan akan jamur tiram lebih tinggi daripada jamur tersebut, hal ini juga disebabkan oleh pemeliharaan dan budidaya jamur tiram juga lebih mudah daripada jamur lain tersebut. Rasa dan aneka olahan pangan oleh industri yang mulai mengusahakan jamur tiram ini membuat jamur tiram semakin popular dikalangan masyarakat. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sementara bahwa: 1. Tingkat permintaan jamur tiram di Kota Palembang masih lebih rendah bila dibandikan di Jawa dikarenakan sebagian besar masyarakat belum mengenal jamur tiram ini dan indutri pengolahan jamur belum berkembang. 2. Rata-rata permintaan jamur tiram di Kota Palembang hanya sebesar 12 persen bila dibandingkan di Luar Sumatera yakni di Pulau Jawa. 3. Permintaan jamur tiram di Kota Palembang dipengaruhi oleh pendapatan masyarakat, harga jamur dengan taraf signifikansi 5 persen dan tingkat kepercayaan atau (R 2 68,4) persen dan selera yang merupakan variabel dummy. DAFTAR PUSTAKA Aditya, R dan D. Saraswati, Jurus Sukses beragribisnis Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta. Chazali, S dan P. S. Pratiwi Usaha jamur Tiram Skala Rumahtangga. Penebar Swadaya. Jakarta. Direktorat Jendral Hortikultura Laporan Tahunan tanaman Hortikultura Dalam Angka. Nugraha, A.P, Analisis Efisiensi Saluran Pemasaran Jamur Tiram Segar di Bogor Propinsi jawa Barat. Skripsi. Fakultas Pertanian Program Studi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Bogor Piryadi, T.U Bisnis Jamur Tiram. Agro Media Pustaka. Jakarta. Setyawati, T Analisis Biaya dan Pendapatan Industri benih (baglog) Jamur Tiram Putih (Pleurotus astreatuss strain florida) di Kecamatan karangploso, Kabupaten Malang. Sumarmi Botani dan tinjauan gizi jamur tiram putih. Jurnal Inovasi Pertanian 4(2): Ucapan Terimakasih : Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Selatan Atas Bantuan dana Hibah Tahun Anggaran 2013 Rektor Universitas IBA Ketua LPPM Universitas IBA Rekan-rekan di Fakultas Pertanian Universitas IBA 176

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan berperan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi.

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat. pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, mengingat pentingnya kebutuhan pangan untuk mencapai angka kecukupan gizi. Setiap manusia tidak hanya didapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki peluang besar dalam memanfaatkan sumberdaya alam yang melimpah untuk memajukan sektor pertanian. Salah satu subsektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian di bidang pangan khususnya hortikultura pada saat ini ditujukan untuk memantapkan swasembada pangan, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komoditas sayuran yang memiliki potensi untuk dikembangkan adalah jamur konsumsi (edible mushroom). Jamur konsumsi saat ini menjadi salah satu sayuran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat. Sampai saat ini produk-produk sumber protein BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kekurangan konsumsi protein diduga sebagai salah satu penyebab gizi buruk di Indonesia. Hal ini yang diakibatkan oleh rendahnya taraf perekonomian sebagian besar masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang memberikan kontribusi strategis dalam menyumbang nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

2014 STUDI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PRODUK CRISPY BABY FISH DALAM UPAYA MEMPENGARUHI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN

2014 STUDI PENGEMBANGAN DIVERSIFIKASI PRODUK CRISPY BABY FISH DALAM UPAYA MEMPENGARUHI PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kepariwisataan di Indonesia dewasa ini, kemajuannya sangat pesat sekali. Ditandai dengan semakin banyak munculnya perusahaanperusahaan, serta ditemukan

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Ayam broiler merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Ayam

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN Jurnal S. Pertanian 1 (1) : 88 96 (2017) FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN (Studi Kasus Konsumen Tahu Pada Agroindustri Bapak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia sangat penting untuk mengonsumsi protein yang berasal dari hewani maupun nabati. Protein dapat diperoleh dari susu, kedelai, ikan, kacang polong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil hutan non kayu sudah sejak lama masuk dalam bagian penting strategi penghidupan penduduk sekitar hutan. Adapun upaya mempromosikan pemanfaatan hutan yang ramah lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang dewasa ini sudah banyak dikenal dan dikonsumsi oleh berbagai kalangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area

I. PENDAHULUAN. negara agraris yang sangat kaya dengan hasil bumi, baik yang dilakukan di area 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang kaya akan sumber daya alamnya, jika dilihat dari sudut belahan bumi Indonesia bagian manapun juga. Indonesia sebagai negara agraris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan jajanan sudah menjadi kebiasaan yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai golongan apapun

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan merupakan suatu kebutuhan primer setiap manusia untuk mempertahankan hidupnya. Makanan selalu dibutuhkan manusia untuk dikonsumsi setiap hari, sehingga sebagian

Lebih terperinci

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam %

BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Tabel 2.1 Kandungan Gizi JamurTiram No Komposisi Dalam % BAB 2 PRODUK 2.1 Spesifikasi Produk Jamur Tiram yang ditawarkan memiliki kualitas yang baik dari segi rasa maupun kegunaannya. Produk jamur tiram ini sangat baik karena merupakan salah satu jamur kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS JAMUR

PELUANG BISNIS JAMUR PELUANG BISNIS JAMUR Tugas Lingkungan Bisnis Disusun Oleh : Nama : Ahmad Daelami NIM : 11.12.5936 Jurusan : Sistem Informasi SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011-2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pemerintah memprioritaskan pembangunan bidang ekonomi yang menitikberatkan pada sektor pertanian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang

I. PENDAHULUAN. Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri daging olahan merupakan salah satu industri yang bergerak dalam bidang peternakan. Pada tahun 2009, industri pengolahan daging di dalam negeri mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Badan Pusat Statistik BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Indonesia

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia ada ribuan spesies jamur yang tersebar dari wilayah subtropis yang cenderung dingin sampai kawasan tropis yang hangat. Tradisi mengonsumsi jamur sudah

Lebih terperinci

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004 SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia terutama dalam pembentukan PDB (Produk Domestik Bruto). Distribusi PDB menurut sektor ekonomi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sub sektor pertanian yang mempunyai potensi yang sangat baik untuk menopang pembangunan pertanian di Indonesia adalah subsektor peternakan. Di Indonesia kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( ) TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN (10712002) JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN PROGRAM STUDY HORTIKULTURA POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bakso merupakan salah satu olahan daging secara tradisional, yang sangat terkenal dan digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena memiliki rasa yang khas, enak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani, mengisyaratkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi dalam jamur hampir mengimbangi nutrisi pada daging sapi dan daging ayam.

BAB I PENDAHULUAN. gizi dalam jamur hampir mengimbangi nutrisi pada daging sapi dan daging ayam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jamur merupakan sumber bahan pangan nabati yang cukup potensial di sekitar kita. Bahkan beberapa jenis jamur dari alam sudah lama dibudidayakan manusia sebagai sumber

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH

ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH ANALISIS PENGARUH LUAS LAHAN DAN TENAGA KERJA TERHADAP PRODUKSI KAKAO PERKEBUNAN RAKYAT DI PROVINSI ACEH 56 Intan Alkamalia 1, Mawardati 2, dan Setia Budi 2 email: kamallia91@gmail.com ABSTRAK Perkebunan

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar.

BAB I PENDAHULUAN. penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan sebuah bisnis, manajemen merupakan faktor yang paling penting karena tanpa manajemen perusahaan tidak akan terkelola dengan baik dan benar. Rencana

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Oleh : Mawardati *) ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH. Oleh : Mawardati *) ABSTRAK Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 7 (1) Desember 2015 ISSN : 0216-7530 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KERIPIK PISANG DI KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Oleh : Mawardati *) ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI BERAS ORGANIK (Studi Kasus : JaPPSA, Brastagi Supermarket dan Carrefour Plaza Medan Fair) Nurul Ildrakasih 1), Diana Chalil 2), dan Sri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian negara Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar penduduk Indonesia yaitu sekitar

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tren produksi buah-buahan semakin meningkat setiap tahunnya, hal ini disebabkan terjadinya kenaikan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Perkembangan tersebut tampak pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat

I. PENDAHULUAN. fotosintesis. Oleh karena itu, didalam pertumbuhannya jamur memerlukan zat-zat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jamur merupakan organisme yang tidak berklorofil, sehingga tidak dapat memanfaatkan cahaya matahari untuk mensintesis karbohidrat dengan cara fotosintesis. Oleh karena

Lebih terperinci

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU MARKETING ANALYSIS OF WHITE OYSTER MUSHROOM (Pleurotus ostreatus) IN PEKANBARU CITY Wan Azmiliana 1), Ermi Tety 2), Yusmini

Lebih terperinci

AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN WONOSOBO

AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN WONOSOBO AGRIBISNIS KENTANG DI KABUPATEN WONOSOBO Liana Fatma Leslie Pratiwi, Suhatmini Hardyastuti, Lestari Rahayu W. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Abstrak Sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selain sebagai negara maritim juga sekaligus sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya bahwa Indonesia merupakan negara yang paling

Lebih terperinci

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar

Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar Nugraheni Retnaningsih, Catur Rini S., Sudarmi, Yos Wahyu H. Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Veteran Bangun Nusantara

Lebih terperinci

Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler pada Rumah Tangga di Perumahan Bereng Kalingu I di Kelurahan Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya

Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler pada Rumah Tangga di Perumahan Bereng Kalingu I di Kelurahan Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya Pola Konsumsi Daging Ayam Broiler pada Rumah Tangga di Perumahan Bereng Kalingu I di Kelurahan Kereng Bangkirai Kota Palangka Raya Broiler Meat Consumption Pattern of Households in Bereng Kalingu I, Kereng

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdapat tanaman pisang, hal ini dikarenakan tanaman cepat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara yang kini sudah tersebar luas ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hampir seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan, karena didukung oleh sumber daya alam dan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris yang sebagian besar masyarakatnya hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010).

1. PENDAHULUAN. masyarakat dan kesadaran masyarakat pentingnya mengkonsumsi protein nabati, utamanya adalah bungkil kedelai (Zakaria, 2010). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor tanaman pangan merupakan penghasil bahan makanan pokok bagi penduduk Indonesia salah satunya adalah komoditi kedelai.kedelai merupakan tanaman pangan yang penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang

I. PENDAHULUAN. minuman (Saparinto dan Hidayati, 2006). banyak dikonsumsi oleh masyarakat adalah sosis. Data survei independen yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan maupun minuman bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA ANNISA CHAIRINA, ISKANDARINI, EMALISA Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara e-mail : annisa_ca@ymail.com Abstrak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan persentase kenaikan jumlah penduduk yang tinggi setiap tahunnya. Saat ini, Indonesia menempati posisi ke-4 dalam

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan

Lebih terperinci

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat pula dikonsumsi dengan diolah terlebih dahulu. Buah-buahan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan termasuk dalam jenis tanaman holtikultura yang hasilnya dapat dikonsumsi langsung dalam kondisi mentah ataupun masak di pohon dan dapat pula dikonsumsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *) FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER DI KOTA MEDAN Helmi Mawaddah *), Satia Negara Lubis **) dan Emalisa ***) *) Alumni Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI

VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI VIII. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN DAGING SAPI 8.1. Model Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Daging Sapi Lokal dan Impor Model yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kelor merupakan salah satu tanaman sayuran yang multiguna. Hampir semua bagian dari tanaman kelor ini dapat dijadikan sumber makanan karena mengandung senyawa aktif

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan.  [10 II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi tinjauan komoditas kedelai, khususnya peranan kedelai sebagai sumber protein nabati bagi masyarakat. Tidak hanya itu, kedelai juga ditinjau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN *

I. PENDAHULUAN * I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pengembangan hortikultura yang ditetapkan oleh pemerintah diarahkan untuk pelestarian lingkungan; penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan; peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia melalui penyediaan pangan, bahan baku produksi, perolehan devisa negara dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN Bisnis pembuatan kerupuk kulina (kulit ikan nila) merupakan salah satu bentuk kegiatan menciptakan nilai tambah kulit ikan nila dengan mengidentifikasi peluang bisnis kerupuk tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk

BAB I PENDAHULUAN. bagi konsumennya sehingga tercipta persaingan yang cukup ketat. Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini berbagai bentuk makanan dan minuman kesehatan banyak beredar di masyarakat. Para produsen berusaha untuk menawarkan yang terbaik bagi konsumennya sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan protein asal

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG

PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG 64 Jurnal Akses Pengabdian Indonesia Vol 1 No 2: 64-70, 2017 PEMANFAATAN AMPAS TAHU UNTUK OLAHAN PANGAN DARI LIMBAH PENGOLAHAN INDUSTRI TAHU DI KELURAHAN TUNGGULWULUNG KOTA MALANG Wirawan, Gatut Suliana,

Lebih terperinci

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG 67 VI. PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG Harga komoditas pertanian pada umumnya sangat mudah berubah karena perubahan penawaran dan permintaan dari waktu ke waktu. Demikian pula yang terjadi pada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peranan penting dalam struktur perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang berperan dalam pembentukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar 227.779.100 orang dan akan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar paling utama bagi manusia adalah kebutuhan pangan. Pangan diartikan sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian

Lebih terperinci

: Laila Wahyu R NIM :

: Laila Wahyu R NIM : Nama : Laila Wahyu R NIM : 11.11.568 Kelas : 11-S1TI-15 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 211/212 I. ABSTRAKSI Produk olahan krupuk ikan tenggiri merupakan produk pangan yang dapat digunakan sebagai makanan ringan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan) Muhammad Febri Anggian Siregar, Iskandarini, Hasman Hasyim Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Peningkatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram Nama : Enggar Abdillah N NIM : 11.12.5875 Kelas : 11-S1SI-08 ABSTRAK TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2011/2012 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Bisnis Budidaya Jamur Tiram

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu komoditas pertanian yang berpotensi untuk dikembangkan. Pengembangan hortikuktura diharapkan mampu menambah pangsa pasar serta berdaya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i PERNYATAAN KEASLIAN KARYA SKRIPSI... ii ABSTRACT... iii ABSTRAK... iv RINGKASAN... v HALAMAN PERSETUJUAN... ix HALAMAN PENGESAHAN... x RIWAYAT HIDUP... xi KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci