BAB II LANDASAN TEORI
|
|
- Widya Pranoto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Perilaku Perilaku adalah aktivitas manusia untuk melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) setelah mengetahui stimulus dan mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahuinya (Notoatmodjo, 2012). Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia dan dorongan itu merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia (Sudarma, 2008). Menurut Notoatmodjo (2012), pengukuran terhadap perilaku manusia dapat dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu dengan mengobservasi tindakan, sedangkan pengukuran secara tidak langsung yaitu dengan teknik recall atau menanyakan terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, perilaku dibedakan menjadi dua. a. Perilaku tertutup (covert behavior) Perilaku tertutup merupakan respon terhadap stimulus dalam bentuk tertutup, terselubung, serta masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, sikap, dan belum bisa diamati secara jelas oleh orang lain. 5
2 6 b. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka merupakan respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Determinan perilaku merupakan faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda, yang terdiri dari: a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat bawaan seperti tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya. b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Perilaku manusia sangatlah kompleks, dalam Notoatmodjo (2007) perilaku manusia dibagi dalam tiga domain, antara lain. a. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mencakup enam tingkatan. 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3 7 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi sebenarnya. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. b. Sikap (attitude) Sikap merupakan respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat ditasirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap memiliki berbagai tingkatan sebagai berikut. 1) Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
4 8 2) Merespon (responding) Merespon merupakan suatu indikasi dari sikap yang dapat berupa memberikan jawaban jika ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3) Menghargai (valuing) Menghargai termasuk di dalamnya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. c. Perilaku atau praktik atau tindakan (practice) Perilaku atau praktik kesehatan adalah suatu praktik atau pelaksanaan terhadap apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik) setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan dan mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahuinya tersebut. Perilaku terbentuk melalui proses tertentu dan berlangsung dalam interaksi manusia dengan lingkungannya. Perilaku atau praktik mempunyai beberapa tingkatan. 1) Respons terpimpin (guided response) Indikator praktik tingkat pertama yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh. Misalnya seorang ibu yang dapat mencuci tangannya dengan benar, mulai dari menggunakan sabun saat mencuci tangan, teknik mencuci
5 9 tangannya, hingga pelaksanaan sesuai dengan waktu-waktu penting untuk melakukan cuci tangan. 2) Mekanisme (mechanism) Seseorang dikatakan sudah mencapai praktik tingkat kedua apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan suatu kebiasaan. Misalnya seorang ibu yang sudah melakukan perilaku mencuci tangan tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 3) Adopsi (adoption) Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya seorang ibu melakukan kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun antiseptik khusus dan mengeringkan tangannya dengan mesin pengering khusus. 2. Cuci Tangan yang Benar a. Perilaku Cuci Tangan yang Benar Perilaku cuci tangan yang benar tidak cukup hanya dengan menggunakan air saja. Cuci tangan yang benar adalah mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir yang bersih (Depkes, 2008). Penggunaan sabun dan air tetap penting pada kedua tangan untuk kesehatan dan kebersihan tangan rutin, walaupun tangan terlihat tanpa kotoran atau debu (Saifuddin, 2005).
6 10 Penggunaan sabun dan dengan menggosok jemari tangan bertujuan untuk menghilangkan kuman yang tidak tampak, minyak, lemak, dan kotoran di permukaan kulit (Kemenkes, 2010). Cuci tangan dengan air dan sabun biasa sama efektifnya dengan cuci tangan menggunakan sabun antimicrobial (Saifuddin, 2005). Cara yang tepat untuk cuci tangan menurut WHO (2013), yaitu. 1) Basahi kedua tangan dengan air mengalir. 2) Gunakan sabun secukupnya. 3) Gosokkan kedua telapak tangan dan punggung tangan. 4) Gosok sela-sela jari tangan kanan dengan tangan kiri dan sebaliknya. 5) Gosok kedua telapak tangan dengan jari-jari rapat. 6) Jari-jari tangan dirapatkan sambil digosokkan ke telapak tangan, jarijari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci. 7) Gosok ibu jari kiri berputar dengan genggaman tangan kanan dan lakukan sebaliknya. 8) Gosokkan kuku jari kanan memutar ke telapak tangan kanan dan sebaliknya. 9) Basuh tangan dengan air mengalir. 10) Keringkan tangan dengan handuk yang bersih. 11) Matikan kran air dengan handuk. Cara mencuci tangan yang benar dapat dilihat dalam gambar berikut.
7 11 Gambar 2.1 Cara mencuci tangan yang baik dan benar (WHO, 2013) b. Waktu Cuci Tangan yang Tepat Di Indonesia (Kemenkes, 2010) diperkenalkan lima waktu penting dimana seseorang harus melakukan cuci tangan yaitu: 1) Setelah buang air besar (BAB). 2) Setelah membersihkan anak yang buang air besar (BAB).
8 12 3) Sebelum menyiapkan makanan. 4) Sebelum makan. 5) Setelah memegang atau menyentuh hewan. Selain itu, Proverawati (2012) menjelaskan waktu lain yang tepat untuk melakukan cuci tangan yang benar yaitu di saat setiap kali tangan kotor (setelah memegang uang, memegang binatang, dan berkebun), sebelum memegang makanan dan menyuapi anak, sebelum menyusui bayi, setelah bersin atau batuk, setelah membuang ingus, setelah bepergian, dan setelah bermain. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Cuci Tangan Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku cuci tangan antara lain. 1) Umur Umur responden adalah umur yang dimiliki ibu balita pada saat dilaksanakan penelitian. Menurut Sarwono (2005), umur atau satuan usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau zat makhluk yang hidup maupun mati, semakin banyak pengalaman yang diperoleh seseorang dapat membuat keputusan yang bijaksana dalam bertindak. Umur seseorang akan berpengaruh pada pengetahuan dan sikap hingga akhirnya mempengaruhi dalam perilaku cuci tangan. 2) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan responden adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dicapai ibu balita. Menurut Pramitasari (2013), pendidikan akan memberikan pengetahuan sehingga perilaku positif
9 13 akan meningkat. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal maka akan semakin mudah menyerap informasi termasuk juga informasi kesehatan dan akan semakin tinggi pula kesadaran untuk berperilaku hidup sehat. 3) Pekerjaan Pekerjaan responden adalah pekerjaan atau kegiatan rutin yang dilakukan responden sehingga menghasilkan imbalan materi ataupun uang (Nurhasanah, 2008). Bekerja atau tidaknya seseorang akan berpengaruh terhadap peminatan atau perilaku kesehatan seseorang. 4) Kemudahan mendapat air bersih Kemudahan mendapat air bersih responden adalah kemudahan responden dalam memperoleh air untuk kebutuhan hidup sehari-hari, khususnya untuk kebutuhan cuci tangan. Ketersediaan sarana sanitasi seperti sumber air bersih akan berpengaruh terhadap perilaku kebersihan seseorang termasuk memudahkan seseorang dalam memiliki kebiasaan cuci tangan. 5) Sumber informasi Sumber informasi responden adalah keterpaparan terhadap berbagai sumber informasi mengenai cuci tangan yang benar baik dari surat kabar, poster, radio, televisi, penyuluhan posyandu, anggota keluarga, ataupun tetangga. Melalui berbagai sumber informasi, seseorang dapat meningkatkan pengetahuannya sehingga dapat mengubah perilaku kesehatan ke arah yang lebih positif (Notoatmodjo, 2012).
10 14 3. Diare a. Pengertian Diare Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Dewi, 2011). Frekuensi berak cair tiga kali atau lebih dalam sehari semalam atau 24 jam (Widoyono, 2008). Diare sesuai dengan definisi Hipocrates adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal (meningkat) dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair (Suharyono, 2008). b. Faktor-faktor Penyebab Diare Menurut Hidayat (2009), diare dapat disebabkan karena beberapa faktor sebagai berikut. 1) Infeksi Proses ini diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. 2) Malabsorsi Faktor malabsorpsi berupa kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
11 15 3) Makanan Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan. 4) Psikologis Faktor psikologis dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan. Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko diare yaitu (Widoyono, 2008). 1) Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI eksklusif lagi. 2) Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. 3) Menyimpan makanan pada suhu kamar. 4) Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah buang air besar yang akan memungkinkan kontaminasi langsung c. Gejala dan Tanda Diare Berikut ini adalah tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare (Dewi, 2011) yaitu anak menjadi cengeng, rewel, gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, turgor kulit menurun, dan feses menjadi cair serta berlendir. d. Penatalaksanaan Diare Penatalaksanaan diare di Indonesia sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam mengendalikan penyakit diare adalah dengan Lima
12 16 Langkah Tuntaskan diare atau disebut Lintas diare (Kemenkes, 2011). Penatalaksanaan Lintas diare adalah sebagai berikut. 1) Berikan oralit Oralit yang saat ini beredar di pasaran adalah oralit baru dengan osmolaritas rendah yang dapat mengurangi rasa mual dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti cairan yang hilang. Jika tidak tersedia oralit, berikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, atau air matang. Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi untuk anak usia kurang dari 1 tahun adalah ¼ - ½ gelas, usia 1 sampai dengan 4 tahun adalah ½ 1 gelas, usia di atas 5 tahun adalah 1 1½ gelas, diberikan setiap kali anak mencret atau diare. Dosis oralit untuk diare dehidrasi ringan atau sedang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kgbb dan selanjutnya diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi. Pada diare dehidrasi berat dengan kondisi penderita tidak dapat minum maka harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk diberi infus. 2) Berikan obat zinc Pemberian zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan kekambuhan kejadian diare pada tiga bulan berikutnya.
13 17 Dosis pemberian zinc pada balita untuk usia kurang dari 6 bulan adalah ½ tablet (10 mg)/hari selama 10 hari dan untuk usia lebih dari 6 bulan adalah 1 tablet (20 mg)/hari selama 10 hari. 3) Pemberian ASI atau makanan Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Anak yang minum ASI harus lebih sering diberi ASI sedangkan anak yang minum susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. 4) Pemberian antibiotika hanya atas indikasi Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan darah (sebagian besar karena shigellosis) dan suspect kolera. 5) Pemberian nasehat (edukasi) Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat mengenai hal berikut. a) Cara memberikan cairan dan obat di rumah. b) Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila diare lebih sering, muntah berulang, sangat haus, makan atau minum sedikit, timbul demam, tinja berdarah, dan tidak membaik dalam tiga hari.
14 18 e. Pencegahan Diare Menurut Dewi (2011), penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain. 1) Menggunakan air bersih, yaitu air yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. 2) Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit. 3) Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar. 4) Memberikan ASI pada anak sampai berusia dua tahun. 5) Membuang tinja bayi dan anak yang benar. 4. Hubungan Cuci Tangan yang Benar dengan Kejadian Diare Perilaku cuci tangan yang benar setelah buang air besar atau setelah kontak dengan tinja merupakan cara terbaik untuk mengurangi risiko transmisi kuman penyebab diare. Menurut The Handwashing Handbook (2013), di negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang masih buruk, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun merupakan kebiasaan yang penting untuk dilakukan, khususnya saat setelah buang air besar, setelah membersihkan anak yang buang air besar, dan sebelum memegang makanan. Penyakit yang menular dapat disebabkan karena tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir (CDC, 2013). Orang tua yang memiliki anak balita menjadi kelompok sasaran primer untuk program cuci tangan yang benar. Ibu khususnya sebagai pengasuh utama anak perlu untuk menerapkan perilaku cuci tangan yang benar. Studi
15 19 Basic Human Services (BHS) di Indonesia pada tahun 2006 menyatakan bahwa perilaku cuci tangan sesudah buang air besar hanya dilakukan oleh 12% masyarakat, 9% masyarakat melakukannya setelah membersihkan tinja bayi dan balita, 14% masyarakat melakukan sebelum makan, 7% masyarakat melakukan sebelum memberi makan bayi, serta 6% masyarakat melakukan sebelum menyiapkan makanan (Depkes, 2008). Sabun telah dapat dijangkau oleh lebih dari 90% rumah tangga di Indonesia. Masalahnya tidak semua masyarakat menggunakan sabun tersebut untuk mencuci tangan. Mencuci pakaian, mandi, dan mencuci peralatan makan yang dijadikan prioritas utama penggunaan sabun rumah tangga bagi sebagian besar masyarakat (Kemenkes, 2010). B. Kerangka Konsep Tangan yang terkontaminasi dengan kotoran manusia, hewan, dan cairan lain Faktor yang mempengaruhi: 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Pekerjaan 4. Kemudahan mendapat air bersih 5. Sumber informasi Perilaku ibu dan anak: Kebiasaan mencuci tangan yang benar Mencegah transmisi mikroorganisme patogen penyebab diare Gambar 3.1 Kerangka Konsep Menurunkan kejadian diare pada balita
16 20 C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara perilaku cuci tangan yang benar dengan kejadian diare pada balita.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.
Lebih terperinciKERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE
KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE I. PENDAHULUAN Hingga saat ini penyakit Diare maerupakan masalah kesehatan masyarakat Indonesia, hal dapat dilihat dengan meningkatnya angka kesakitan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Diare a. Pengertian diare Penyakit diare merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak dibawah lima tahun (balita) dengan disertai muntah dan buang air besar
Lebih terperinciMencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia
BAB II KAMPANYE CUCI TANGAN DENGAN SABUN UNTUK ANAK ANAK DI BANDUNG 2. 1. Cuci Tangan Dengan Sabun Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Mencuci Tangan Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya ( Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya peningkatan kesehatan.penyuluhan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare Pada Bayi Usia 1-12 Bulan 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi cair, ada
Lebih terperinciSAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE
SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE Disusun Oleh : 1. Agustia Hastami P17420108041 2. Arsyad Sauqi P17420108044 3. Asih Murdiyanti P17420108045 4. Diah Ariful Khikmah P17420108048 5. Dyah Faria Utami P17420108050
Lebih terperinciTujuan pendidikan kesehatan
Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. disertai muntah (Sakinah dan Arifianto, 2001). bentuk dan konsistensi tinja penderita (Harianto, 2004).
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENGERTIAN DIARE Diare adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan feses bayi encer dan atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali per hari, kadang disertai muntah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum
Lebih terperinciIII. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS Setelah diberikan penyuluhan ibu ibu atau warga desa mampu : Menjelaskan pengertian diare
SAP DIARE PADA BALITA Topik : Penyakit Berbasis Lingkungan Sub topik : Diare dan pertolongan pertama penderita diare Sasaran : Warga Desa / Ibu Balita Tempat : Desa Ciawi Hari/Tanggal : Selasa, 13 Agustus
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Sendiri (Swamedikasi) Pengobatan sendiri adalah penggunaan obat oleh masyarakat dengan tujuan mengobati penyakit atau gejala sakit tanpa menggunakan
Lebih terperinci2. ( ) Tidak lulus SD 3. ( ) Lulus SD 4. ( ) Lulus SLTP 5. ( ) Lulus SLTA 6. ( ) Lulus D3/S1
105 KUESIONER PENELITIAN GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PENANGANAN AWAL DIARE DALAM MENCEGAH TERJADINYA DEHIDRASI PADA BALITA DI KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA III KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2012 I. Data
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi yang masih perlu diwaspadai menyerang balita adalah diare atau gastroenteritis. Diare didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciPola buang air besar pada anak
Diare masih merupakan masalah kesehatan nasional karena angka kejadian dan angka kematiannya yang masih tinggi. Balita di Indonesia ratarata akan mengalami diare 23 kali per tahun. Dengan diperkenalkannya
Lebih terperinci6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare A.1. Definisi Diare adalah buang air besar lembek atau cair dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare 1. Definisi Penyakit Diare Diare atau penyakit diare (Diarrheal disease) berasal dari bahasa Yunani yaitu diarroi yang berarti mengalir terus, merupakan keadaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare Menurut WHO (2005), diare merupakan buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam sehari, dan biasanya berlangsung selama dua hari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Buku Saku 1. Pengertian Buku saku adalah buku yang berukuran kecil yang dapat dimasukkan ke saku yang berisi informasi suatu tema tertentu (Taufik, 2010). Buku saku diare adalah
Lebih terperinciRENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI)
RENCANA TERAPI A PENANGANAN DIARE DI RUMAH (DIARE TANPA DEHIDRASI) JELASKAN KEPADA IBU TENTANG 4 ATURAN PERAWATAN DI RUMAH: BERI CAIRAN TAMBAHAN a. Jelaskan kepada ibu: - Pada bayi muda, pemberian ASI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak seluruh dunia, yang menyebabkan 1 miliyar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk
BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan
Lebih terperinciARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2
ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belakangan ini isu tentang penyakit diare sudah menjadi sebuah isu yang lagi marak beredar dalam masyarakat dan membuat resah masyarakat. Memang ada sebagian kelompok
Lebih terperinciMenjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik
1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan
Lebih terperinciPENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK
PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK Demam pada anak merupakan salah satu pertanda bahwa tubuhnya sedang melakukan perlawanan terhadap kuman yang menginfeksi. Gangguan kesehatan ringan ini sering
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
Lebih terperinciDIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.
DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang lnfeksi saluran cerna memiliki angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia, dengan angka kejadian tertinggi didapatkan di negara berkembang terutama
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit diare 1. Definisi Diare merupakan buang air besar dengan konsistensi cair atau lembek dan dapat berupa air saja dengan frekuensi buang air besar lebih dari normalnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare pada anak masih merupakan masalah kesehatan dengan angka kematian yang masih tinggi terutama pada anak umur 1 sampai 4 tahun, yang memerlukan penatalaksanaan yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit infeksi pencernaan yang merupakan masalah masyarakat di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air besar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Perilaku a. Pengertian Bloom (1980) dalam Mubarak et al (2006) berpendapat kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai faktor, baik faktor internal (dari dalam manusia)
Lebih terperinciRUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)
PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan
Lebih terperinciDilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi Status gizi merupakan gambaran keseimbangan antara kebutuhan akan zat-zat gizi dan penggunaannya dalam tubuh. Status gizi dipengaruhi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia yang terus terjadi di suatu tempat tertentu biasanya daerah pemukiman padat penduduk, termasuk penyakit
Lebih terperinciHUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi cair, ada lendir atau darah dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai di masyarakat. Penyakit ini terutama disebabkan oleh makanan dan minuman yang terkontaminasi akibat akses kebersihan
Lebih terperinciGrafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare sampai saat ini masih merupakan penyebab kematian utama di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) Februar Oktober. No. Kegiatan Penelitian Septem
LAMPIRAN 1 Nama : DELVA ADRE MEI PUSPITASARI NIM : 1401100082 PLAN OF ACTION (SEPTEMBER 2016 JULI 2017) No. Kegiatan Penelitian Septem Novem Desembe Februar Oktober Januari ber ber r i Maret April Mei
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendidikan. Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Edukasi a. Definisi Edukasi Edukasi atau pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi debit tinja dibandingkan dengan pola usus normal individu, merupakan gejala dari suatu penyakit sistemik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak umur bawah lima tahun (balita) merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, terutama penyakit infeksi (Notoatmodjo, 2011). Gangguan kesehatan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI eksklusif sejak hari pertama tidak selalu mudah karena banyak wanita menghadapi masalah dalam melakukannya. Keadaan yang sering terjadi pada hari
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN Pokok Bahasan : Perawatan Anak Dengan Diare Hari/Tanggal : Rabu/ 23 Januari 2008 Pukul : 11.00-11.45 Sasaran: Seluruh orang tua bayi/anak di RT 02 / RW 04 Kel. Andalas Timur Tempat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. IMUNISASI 1. Pengertian Imunisasi Imunisasi adalah suatu tindakan memberikan perlindungan atau kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam tubuh. Tujuan pemberian imunisasi
Lebih terperinciKUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008
Lampiran 1 KUESIONER GAMBARAN BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INSIDENSI DIARE PADA BALITA DI RSU SARASWATI CIKAMPEK PERIODE BULAN JULI 2008 IDENTITAS RESPONDEN 1. Umur Responden : a). < 20 tahun b).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan kehilangan cairan tubuh dalam 24 jam dengan frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali sehari (Word Health Organization, 2009). Gejala ini manifestasi
Lebih terperinciPENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH
PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH Dalam tiga bulan terakhir penyakit infeksi diare dan typhus mendominasi angka kesakitan pada rekapitulasi klaim PT. Asuransi ReLiance Indonesia. Diare dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama lebih dari tiga dasawarsa, Indonesia telah melaksanakan berbagai upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Departemen Kesehatan
Lebih terperinciOleh: Aulia Ihsani
Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan. 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
Lebih terperinciHUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG
Volume, Nomor, Tahun 0, Halaman 535-54 Online di http://ejournals.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Usia Pertama Pemberian Makanan Pendamping ASI a. Pengertian Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) Makanan Pendamping ASI ( MP ASI ) merupakan makanan yang diberikan
Lebih terperinciPERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE
PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE Andreas A.N*, Titi Astuti**, Siti Fatonah** Diare adalah frekuensi dan likuiditas buang air besar (BAB) yang abnormal, ditandai dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih Teknologi dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang
Lebih terperinciBAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT
BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT 2.1 Pengertian Cuci Tangan Menurut Dr. Handrawan Nadesul, (2006) tangan adalah media utama bagi penularan kuman-kuman penyebab penyakit. Akibat kurangnya
Lebih terperinciPENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH
PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH M.Adam MT, Nurhidayati, Ade Suhendra dan Robi Putra Mahasiswa Universitas Muara Bungo Abstrak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIARE 1. Definisi diare Diare adalah suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, ditandai dengan peningkatan volume, keenceran, serta frekuensi
Lebih terperinciINOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK. Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk
INOVASI KEPERAWATAN DIARE PADA ANAK I. Pengertian Pencegahan penyakit adalah upaya mengarahkan sejumlah kegiatan untuk melindungi klien dari ancaman kesehatan potensial. dengan kata lain, pencegahan penyakit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Diare adalah BAB (Buang Air Besar) lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya 3 kali dalam sehari) (Depkes RI, 2000).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah (Ngastiyah, 1997). Hal ini
BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsisten feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit, utamanya penyakit infeksi (Notoatmodjo S, 2004). Salah satu penyakit infeksi pada balita adalah diare.
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita
BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Diare masih merupakan masalah kesehatan utama pada anak terutama balita di negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya masih tinggi. Sekitar 80% kematian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011
Lebih terperinciBuku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan
Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diare. 1. Definisi diare. Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Definisi diare Diare merupakan suatu penyakit yang di tandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Ngastiyah, 2005). Pada
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Diare. Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Terjadinya Diare Anak Usia Toodler (1-3 Tahun) 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara berkembang dari pada negara maju. Di antara banyak bentuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diare merupakan suatu masalah yang mendunia. Seperti sebagian besar penyakit anak-anak lainnya, penyakit diare tersebut jauh lebih banyak dan sering terjadi di negara
Lebih terperinciBerbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi
Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak sekolah Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu golongan yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Imunisasi Dasar Tubuh manusia pada dasarnya mampu melawan zat asing (Bakteri, Virus, Racun dan sebagainya) dengan mengaktifkan sistim kekebalan yang ada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan di negara berkembang, terutama di Indonesia baik di perkotaan maupun di pedesaan. Penyakit diare bersifat endemis
Lebih terperinciLEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan
LEMBAR PERTANYAAN PENGARUH TERPAAN INFORMASI TERHADAP HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DALAM TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIFDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANDALA TAHUN 2009 I. IDENTITAS RESPONDEN No. Responden :
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan Ibu 2.1.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada keluarga, yang harus dijaga dan dilindungi. Anak merupakan generasi penerus bangsa maka dari itu harus tumbuh menjadi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner
Lebih terperinci