Kekuatan Film 5 CM dalam Meraih Minat penonton Remaja di Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kekuatan Film 5 CM dalam Meraih Minat penonton Remaja di Indonesia"

Transkripsi

1 Kekuatan Film 5 CM dalam Meraih Minat penonton Remaja di Indonesia Oleh Dra Yoyoh Hereyah M.Si Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Jakarta Keywords : film, ekonomi politik media, semiotika film ABSTRAK Sebuah film dibuat tentu dengan berbagai pertimbangan ekonomis agar bisa menghasilkan keuntungan. Begitu juga film-film bergenre remaja di Indonesia seperti film 5CM produksi Soraya Intercine Films. Makalah ini hendak mengupas sejauhmana kekuatan sebuah film agar bisa menjadi tuan rumah di Negara sendiri. Alasan pemilihan topic ini karena sejak dirilis pada tanggal 12 Desember 2012, film 5 Cm saat ini telah berhasil meraih lebih dari 2 juta penonton bioskop di seluruh Indonesia. Uniknya lagi pihak pembuat film sendiri tidak menyangka film ini bakal meledak di pasaran. Film dari novel laris Donny Dhirgantoro ini mengisahkan perjalanan istimewa dari 5 sahabat ke sebuah lokasi yang tidak akan pernah mereka lupakan. Tentunya untuk mencapai tujuan itu mereka harus melewati berbagai macam kendala yang bisa mengancam keselamatannya. Apa yang membuat 5 Cm digandrungi para penonton? Makalah ini melihat menggunakan pendekatan ekonomi politik dan semiotika film. Makalah ini untuk mencari tahu apa saja kekuatan dari tanda-tanda ikonis,indeksial dan simbolik dalam menarik minat penonton remaja di Indonesia.

2 Pendahuluan Film 5 CM adalah salah satu film Indonesia yang mendapatkan animo besar dari penggemar film, kehadirannya yang cukup unik karena mulai diputar saat angka keramat dan mendapatkan jumlah pengunjung yang luar biasa untuk ukuran film local. Lokasi Gunung Semeru sebagai ikon penting dalam film besutan sutradara Rizal Mantovani ini mengangkat tema persahabatan. Film ini diperkuat sebuah tag line: Tanggal 17 Agustus, di puncak tertinggi pulau Jawa, 5 sahabat, 2 cinta, sebuah mimpi mengubah segalanya. Keunikan proses pengambilan gambar yang cukup berat dengan medan gunung Semeru, menjadikan film ini unik apalagi dibintangi oleh sejumlah pendatang baru dalam kancah perfileman Indonesia. Jauh sebelum penayangannya pihak pembuat film sesumbar bahwa film ini unik karena para pemainnya benar-benar naik gunung Semeru yang terjal dan berat, tanpa rekayasa bantuan alat atau helicopter. Soraya Intercine sebagai pembuat film mempercayakan Fedi Nuril sebagai pemeran Genta, tokoh utama dalam film ini dan mulai menyusuri Gunung Semeru dari kota Malang. Bahkan menurut akun semua pemain yang melakukan perjalanan dari Jakarta dengan menaiki kereta Mataramaja melakukan pendakian secara langsung. Film 5 cm tayang hanya di bioskop !!! Semua pemain naik gunung, gak ada yang instan, gak ada yang naik helicopter, tulis akun twitter resmi film 5 CM tersebut. Sebuah film dibuat tentu dengan berbagai pertimbangan ekonomis agar bisa menghasilkan keuntungan. Begitu juga film-film bergenre remaja di Indonesia seperti film 5CM produksi Soraya Intercine Films. Makalah ini hendak mengupas sejauhmana kekuatan sebuah film agar bisa menjadi tuan rumah di Negara sendiri. Alasan pemilihan topic ini karena sejak dirilis pada tanggal 12 Desember 2012, film 5 Cm saat ini telah berhasil meraih lebih dari 2 juta penonton bioskop di seluruh Indonesia. Uniknya lagi pihak pembuat film sendiri tidak menyangka film ini bakal meledak di pasaran. Setelah sebulan tayang di bioskop Tanah Air, film 5 Cm telah berhasil menembus angka 2 Juta Penonton. Menyambut prestasi tersebut, pihak Soraya Intercine Films menggelar acara berbagi kebahagiaan bersama para fans di wilayah Depok, Jawa Barat.

3 Acara yang digelar di Depok Town Square tersebut dihadiri oleh beberapa bintang 5 Cm seperti Raline Shah, Herjunot Ali, Fedi Nuril, dan Igor Saykoji. Grup band Nidji selaku pengisi soundtrack film 5 Cm juga tak ketinggalan ikut memeriahkan acara tersebut dengan membawakan lagu-lagu hits mereka. "Rasanya menggelegar kaya gunung Semeru nih. Tapi ini pembuktian luar biasa, kita capai 2 juta penonton dari masa penayangan 3 minggu. Sekarang pasti sudah lebih dari 2 juta penonton. Intinya perasaan saya luar biasa," ujar Dewi Yulia Razif selaku Casting Director & PR Promotion Manager Soraya Intercine Films di Detos, Jawa Barat, Sabtu (12/1) siang. Konser Box Office 5 Cm ini bukanlah yang pertama, sebelumnya mereka pernah melakukan kegiatan serupa di Blok M Square, Jakarta Selatan ketika film tersebut meraih lebih dari 1 juta penonton. Film dari novel laris Donny Dhirgantoro ini mengisahkan perjalanan istimewa dari 5 sahabat ke sebuah lokasi yang tidak akan pernah mereka lupakan. Tentunya untuk mencapai tujuan itu mereka harus melewati berbagai macam kendala yang bisa mengancam keselamatannya. Apa yang membuat 5 Cm digandrungi para penonton? Makalah ini melihat menggunakan pendekatan ekonomi politik dan semiotika film. Makalah ini untuk mencari tahu apa saja kekuatan dari tanda-tanda ikonis,indeksial dan simbolik dalam menarik minat penonton remaja di Indonesia. Atau paling tidak berupaya menguak mengapa film ini mampu membetot perhatian kaum muda di Indonesia, dan cukup menyemangati kaum muda yang terpesona akan keindahan pemandangan di seputar gunung Semeru Pendekatan Ekonomi Politik Komunikasi Sebuah film adalah pengejawentahan sebuah proses komunikasi khususnya dalam penyampaian pesan-pesan baik berupa ikon, indeks dan symbol-simbol lewat besutan sutradara dan dialog serta adegan yang dilakukan pemainnya. Film juga merupakan sebuah wacana yang muncul dari pergulatan para pembuatnya yang tentu saja menginginkan filmnya tersebut memperoleh keuntungan finansial.

4 Makalah ini hendak mendekati isu meledaknya film 5 CM menggunakan perspektif atau pendekatan Ekonomi Politik Media yang dipadukan dengan konsep tanda dan makna dari semiotika Charles Sander Peirce. Sejumlah Pakar ekonomi politik umumnya melihat persoalan pesan komunikasi lewat apakah ada control atau penguasaan dari para elit ekonomi termasuk didalamnya para pembuat film, pemberi dana dan penyedia pasar, dan sebagaimana Murdock (1981) ungkapkan. Dia melihat bahwa seringkali muncul pengaruh kontrol tersebut pada berbagai institusi sosial lainnya, termasuk media massa dan film pada khususnya, Banyak aliran ekonomi politik yang menyetujui asumsi klasik marxisme yang bersumber dari adanya penguasaan atau adanya dominasi superstruktur. Adakalanya, dari kacamata tersebut elit ekonomi menggunakan alat dan cara produksi dan kemudian mengharapkan institusi ini akan dapat membentuk media massa termasuk juga film sesuai dengan kepentingan dan tujuan mereka. Para ekonom politik telah menjelaskan bagaimana ketidakleluasaan media yang di batasi atau bias dari bentuk budaya massa yang diproduksi dan di sebarkan melalui media. Meskipun ada berbagai aliran teori ekonomi politik, paling tidak ada dua aliran yakni teori neomarxist kultural studi inggris dan teori ekonomi politik tampaknya menjadi saling melengkapi, namun ada rivalitas yang sangat antara keduanya (Murdock, 1981). Namun fokus mereka dalam institusi ekonomi nyaris sama, dan asumsi mereka bahwa dominasi ekonomi mengarahkan atau mengekalkan atau menguatkan adanya premis dominasi budaya. Konsep lain yang dipakai dalam makalah ini adalah konsep tanda dan makna. Pada dasarnya,komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol kata-kata, gambar, figur grafik dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. Biasanya dalam sebuah gambar, karikatur atau lukisan dan film, didalamnya pasti terdapat unsur- unsur yang menjadi tanda dan akhirnya menimbulkan suatu makna tertentu sehingga secara tidak langsung dapat mempengaruhi yang melihatnya. Charles Sanders Pierce ( ) dalam Wibowo (2011) membagi tanda dan cara kerjanya ke dalam tiga kategori :

5 Tabel.1 Jenis Tanda menurut Charles Sanders Pierce ( ) Jenis tanda Ikon Indeks Simbol Ditandai dengan Contoh Proses kerja -persamaa(kesaaman) - kemiripan -hubungan sebab akibat - keterkaitan - konvensi atau - kesepakatan sosial Gambar, foto, patung - dilihat - asap = api -gejala= penyakit -kata-kata, isyarat - diperkirakan - dipelajari Tentu saja dalam praktiknya, pembagian seperti itu tidak dapat dilakukan secara mutually exclusive. Dalam konteks-konteks tertentu bisa saja sebuah ikon dapat menjadi simbol. Dan di sisi yang lain b anyak simbol yang berupa ikon. Di samping menjadi indeks, sebuah tanda sekaligus juga bisa berfungsi sebagai simbol. Fungsi tanda pertama-tama adalah alat ukur membangkitkan makna. Itu karena tanda selalu dapat dipersepsikan oleh perasaan (sense) dan pikiran (reason). Selain soal makna dan tanda, makna nonverbal khususnya dalam sebuah film menjadi penting. Pembahasan Film adalah sebuah produk industry, sebuah produk yang harus dijual agar bisa menghasilkan keuntungan finansial bagi para pembuatnya. Begitu juga yang muncul dari fenomena film 5 CM. Film ini merupakan sebuah upaya menarik keuntungan dari meledaknya buku dengan judul yang sama.

6 Film dengan genre remaja ini memang mengarahkan segmen filmnya buat anak-anak muda dengan sejuta idealismenya yang coba diperkuat dengan keunikan penayangan film ini di tanggal yang unik 12 desember Konsep membaca pasar film ini perlu diacungi jempol, sebagai upaya pembuatnya memanfaatkan momentum ketertarikan remaja pada daya mistis Di sisi lainnya, fenomena pendakian tanpa bantuan peralatan atau tanpa rekayasa merupakan kekuatan besar film ini untuk meraih perhatian kaum muda. Bila dikaitkan dengan konsep ekonomi politik yang melihat persoalan pesan komunikasi lewat apakah ada control atau penguasaan dari para elit ekonomi termasuk didalamnya para pembuat film, pemberi dana dan penyedia pasar, dan sebagaimana Murdock (1981) ungkapkan. Jelas terlihat dengan melakukan penyamaan mitos budaya dengan kemampuan remaja menangkap makna dibalik mitos budaya tersebut. Para pembuat film berupaya menempatkan film mereka dalam konsep kepemilikan mistis para penonton yang ingin tahu tentang makna perjuangan hidup,persahabatan dan cinta dalam film yang banyak memakai lokasi eksotis pemandangan di seputar gunung Semeru yang indah sebagai kekuatan dalam film tersebut.

7 Memang ada sejumlah kekurangan dalam film ini tentang makna denotative yang harusnya tetap dijaga. Misalnya, Sejumlah anak Lumajang menyayangkan dan mengkritik film "5cm" tidak menampilkan kawasan Gunung Semeru berada di wilayah Kabupaten Lumajang. Pasalnya, jalur pendakian mulai Ranu Pane, Ranu Kumbolo hingga ke Kalimati tidak menjelaskan atau menayangkan board Lumajang. ( Dalam situs tersebut, Fendi Setiawan, mahasiswa Lumajang di Jember mengaku, tidak ada suatu pesan atau gambar yang menyatakan Ranu Pane dan jalur pendakian semeru berada di wilayah Lumajang. Namun, yang ditonjolkan hanya board atau logo Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). "Kalau alur film dari Jakarta, Malang dan Lumajang, tetapi kok gak ditayangkan kalau Ranu Pane berada di wilayah kabupaten Lumajang," ungkapnya. Selasa(25/12/2012). Hal senada disampikan, Rofik mahasiswa Lumajang yang kuliah di Surabaya, film yang bercerita persahabatan 5 anak muda yang mendaki ke Semeru seperti ambiguitas soal lokasi. Sehingga, jalur pendakian semeru berada di Malang bukan di Lumajang. "Board desa ranu pane berada di Lumajang tidak muncul ini lucu," ungkapnya. Para anak muda Lumajang yang berada di luar kota usai menonton film "5cm" kecewa, meski ada suguhan gambar pemandangan alam Semeru. "Kami amat menyayangkan, kota kami yang memiliki jalur pendakian semeru tidak dikenal," paparnya. ( Di sisi yang lain, dari cerita film tersebut justru meningkatkan keinginan para pendaki gunung yang menghabiskan waktu mereka menyambut tahun baru di kawasan gunung Semeru.Film tersebut secara tidak langsung membuat para remaja dan anak muda ingin melakukan hal yang sama dilakukan oleh tokoh-tokoh film 5 CM yang di akhir film berupaya menancapkan bendera merah putih secara patriotis di sana. Ratusan pendaki pemula dari Jakarta, Bandung, Jogya dan Surabaya ramai-ramai ke puncak gunung Semerudi Lumajang-Jawa Timur. Ternyata, mereka terinspirasi film "5 cm". Film yang dibuat dari novel karangan Donny Dhirgantoto dengan judul sama itu memang mengambil shotting di kawasan Semeru. Agung Bawi pendaki asal Lumajang mengaku mendaki ke Semeru karena diminta temannya asal Surabaya menemani. Karena, usai menonton film "5 cm" terinspirasi untuk menaklukan puncak gunung yang dikenal tempat bersemayam para dewa. "Saya menemani teman saja, saya sudah dua kali dan ini ke tiga kalinya," ujar Mahasiswa Unesa Surabaya itu. Lanjut dia, banyak pendaki yang dikenalnya di Ranu Kumbolo terinspirasi dari film yang bercerita seputar 5 sahabat. Meski pendakian dibatasi hingga Kalimati, tidak mengurangi antusias pendaki ke

8 Semeru. "Meski tidak ke puncak, banyak pendaki luar kota yang senang bisa menikmati eksotika alam," paparnya. Hal yang sama disampaikan Shafi'u Rokhman, mahasiswa Lumajang yang kuliah di Malang. Dirinya mendaki Semeru diajak temannya asal Jogyakarta yang ingin menikmati alam gunung tertinggi di pulau Jawa. "Jadi saya hanya menemani, banyak mahasiswa Malang menemani rekanya yang ingin tahu Semeru usai nonton lima centimeter," jelasnya. ( Makna dari tanda film 5 CM Sebenarnya ada banyak tanda yang muncul dalam film 5 CM yang bisa dianalisis menggunakan semiotika Charles Sander Peirce. Tapi dalam makalah ini, penulis hendak melihat makna dari symbol teks yang amat menonjol dalam film ini...taruh mimpi - mimpi kamu, cita - cita kamu, keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar... Kamu taruh disini, jangan menempel di kening Biarkan dia menggantung, mengambang 5 centimeter di depan kening kamu... Jadi dia tak akan pernah lepas dari mata kamu Da kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa. Apapun hambatannya, bilang pada diri kamu sendiri,

9 kalau kamu percaya sama keinginan itu dan kamu tak bisa menyerah. Bahwa kamu akan berdiri lagi setiap kamu jatuh, bahwa kamu akan mengejarnya sampai dapat, apa pun itu, segala keinginan, mimpi, cita - cita, keyakinan diri.. Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan.. sehabis itu yang kamu perlu... Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya Tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya.. Serta mulut yang akan selalu berdoa.. ( 5 cm : Donny Dhirgantoro ) Makna yang tersirat dalam kata-kata tersebut amat sesuai dengan jiwa anak-anak muda yang terkadang melupakan rasionalitas berpikir, mengabaikan ketidakmampuan psikis dan fisik sebagaimana digambarkan dalam film, bahwa ada upaya jatuh bangun dalam melaksanakan citacita. Sebagaimana muncul dalam teks Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya.. Serta mulut yang akan selalu berdoa. Itulah yang membuat film ini menjadi film yang bisa memukau dan menarik minat mereka untuk menyaksikannya di layar bioskop. Daftar Pustaka Baran dan Davis (2000) Mass Communication Theory: Foundations, Ferment, and Future, Wadsworth:United Kingdom Murdock and Peter Golding, (1981) The Political Economy Of The Media Wibowo,Indiwan seto (2011), Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis untuk penelitian dan skripsi komunikasi, Mitra wacana Media, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Film sebagai salah satu dari sekian banyak hal yang ditunggu-tunggu oleh pecinta

BAB I PENDAHULUAN. Film sebagai salah satu dari sekian banyak hal yang ditunggu-tunggu oleh pecinta BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film sebagai salah satu dari sekian banyak hal yang ditunggu-tunggu oleh pecinta film, karena film bukan hanya sebagai sarana hiburan masyarakat yang dapat dinikmati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif di tanah air saat ini dapat dikatakan sedang

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif di tanah air saat ini dapat dikatakan sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri kreatif di tanah air saat ini dapat dikatakan sedang berkembang pesat, sebagai contoh pada bidang perfilman, Laskar Pelangi merupakan sebuah judul film layar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perkembangan teknologi informasi kini berjalan begitu pesat dengan ditemukannya berbagai macam sarana informasi seperti alat cetak, radio, televisi hingga internet.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena dalam sebuah film terdapat bahasa, kebiasaan- kebiasaan, ceritacerita

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena dalam sebuah film terdapat bahasa, kebiasaan- kebiasaan, ceritacerita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bagian penting dari perkembangan kehidupan manusia untuk saat ini. Film bahkan menjadi gambaran bagaimana kehidupan suatu bangsa dan masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Soraya Intercine Films adalah sebuah rumah produksi di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Soraya Intercine Films adalah sebuah rumah produksi di Indonesia. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1. Soraya Intercine Films Soraya Intercine Films adalah sebuah rumah produksi di Indonesia. Soraya Intercine Films telah melahirkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini dunia perfilman horor Indonesia semakin marak dan maju. Banyak film- film layar lebar horror Indonesia yang sekarang hampir setiap bioskop ada, satu bahkan

Lebih terperinci

Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro

Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro Sinopsis Novel 5 cm Karya Donny Dhirgantoro impian. harapan. citacita. penciptaan. alamnya. tanahnya. udaraku. udaranya. cinta. harapan. ilmu. sahabatku. negeriku. langit-langit kamarku. syairku. ke-aku-anku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWI SMA MULIA MEDAN TENTANG PERSAHABATAN DALAM FILM 5 Cm

PERSEPSI SISWI SMA MULIA MEDAN TENTANG PERSAHABATAN DALAM FILM 5 Cm PERSEPSI SISWI SMA MULIA MEDAN TENTANG PERSAHABATAN DALAM FILM 5 Cm MELATI INDAH MENTARI 090904020 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Persepsi Siswi SMA Mulia Medan tentang Persahabatan dalam Film 5 Cm. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3).

BAB I PENDAHULUAN. dan terjadi peningkatan pada komunikasi antarbudaya (Sihabudin, 2013 : 2-3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu negara ke negara lainnya, maupun perjalanan antar benua banyak dilakukan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. produksi dan strukstur sosial. Pandangan kritis melihat masyarakat sebagai suatu 35 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Kritis Penelitian ini termasuk dalam kategori paradigma kritis. Paradigma ini mempunyai pandangan tertentu bagaimana media dan pada akhirnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Film sebagai salah satu atribut media massa dan menjadi sarana komunikasi yang paling efektif, karena film dalam menyampaikan pesannya yang begitu kuat sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam hal ini penulis ingin mengetahui bagaimana nilai pendidikan pada film Batas. Dalam paradigma ini saya menggunakan deskriptif dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan suatu media komunikasi massa dan digunakan sebagai sarana hiburan. Perfilman Indonesia sempat menguasai bioskop-bioskop lokal di tahun 1980-an.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya. Ironisnya banyak produser yang sering mengabaikan bidang promosi. Promosi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan

BAB I PENDAHULUAN. film video laser setiap minggunya. Film lebih dahulu menjadi media hiburan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi dan film video laser

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode merupakan alat pemecah masalah, mencapai suatu tujuan atau untuk mendapatkan sebuah penyelesaian. Dalam metode terkandung teknik yakni

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. 93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hitam dan putih adalah konsep dualisme yang ada di masyarakat, dimana hitam sering identik dengan salah dan putih identik dengan benar. Pertentangan konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat mudah dan

Lebih terperinci

MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 SKRIPSI. (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting. Disusun oleh : ERY HARDIYANI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI

MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 SKRIPSI. (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting. Disusun oleh : ERY HARDIYANI FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI MITOLOGI KIAMAT DALAM FILM 2012 (TEORI SEMIOTIKA ROLAND BARTHES) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S-1) Komunikasi Bidang Studi Broadcasting Disusun oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Perancis merupakan bahasa yang populer saat ini. Sudah banyak orang yang ingin belajar bahasa Perancis dan mengetahui kebudayaannya. Bahasa Perancis

Lebih terperinci

MAKNA PESAN AMBISIUS PEREMPUAN DALAM MERAIH HARAPAN DAN IMPIAN PADA FILM MERRY RIANA: MIMPI SEJUTA DOLAR" (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE)

MAKNA PESAN AMBISIUS PEREMPUAN DALAM MERAIH HARAPAN DAN IMPIAN PADA FILM MERRY RIANA: MIMPI SEJUTA DOLAR (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE) MAKNA PESAN AMBISIUS PEREMPUAN DALAM MERAIH HARAPAN DAN IMPIAN PADA FILM MERRY RIANA: MIMPI SEJUTA DOLAR" (ANALISIS SEMIOTIKA CHARLES SANDERS PIERCE) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

BAB III METODE PENELITIAN. deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang menggunakan analisis statistik, bertujuan untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Film adalah salah satu bentuk media komunikasi dengan cakupan massa yang luas. Biasanya, film digunakan sebagai sarana hiburan yang cukup digemari masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Foto jurnalistik sangat penting dalam menunjang pemberitaan dalam sebuah situs media online maupun surat kabar dan media lainnya. Seorang fotografer mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit.

BAB I PENDAHULUAN. massa sangat beragam dan memiliki kekhasan yang berbeda-beda. Salah satu. rubrik yang ada di dalam media Jawa Pos adalah Clekit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa merupakan bagian yang tidak terpisahkan di dalam masyarakat. Media massa merupakan bagian yang penting dalam memberikan informasi dan pengetahuan di dalam

Lebih terperinci

LANGKAH-LANGKAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN GANGGUAN KEJIWAAN KELAS C DI RS JIWA GHRASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LANGKAH-LANGKAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN GANGGUAN KEJIWAAN KELAS C DI RS JIWA GHRASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LANGKAH-LANGKAH KOMUNIKASI TERAPEUTIK ANTARA PERAWAT DENGAN PASIEN GANGGUAN KEJIWAAN KELAS C DI RS JIWA GHRASIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persayaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. Adapun jenis penelitiannya peneliti menggunakan jenis analisis semiotik dengan menggunakan model Charles Sander Pierce. Alasan peneliti menngunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan sekarang sudah menjadi sebuah industri. Media massa terdiri dari media masa cetak,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma kualitatif ini merupakan sebuah penelitian yang memiliki tujuan utama yaitu untuk mengkaji makna-makna dari sebuah perilaku, simbol maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan salah satu bagian dari perkembangan media masa. Film biasanya digunakan sebagai sarana hiburan ataupun digunakan sebagai sarana penyampaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif interpretatif yaitu suatu metode yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film 5 cm adalah sebuah film yang disutradai oleh Rizal Mantovani, ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Film 5 cm adalah sebuah film yang disutradai oleh Rizal Mantovani, ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film 5 cm adalah sebuah film yang disutradai oleh Rizal Mantovani, ini merupakan film pertamanya yang diangkat dari sebuah novel. Novel 5 cm sendiri dirilis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM FILM 5 CM. terjalin selama 10 tahun lamanya. Ditambah tak ada lagi lima sahabat yang dekat dengan

BAB II GAMBARAN UMUM FILM 5 CM. terjalin selama 10 tahun lamanya. Ditambah tak ada lagi lima sahabat yang dekat dengan BAB II GAMBARAN UMUM FILM 5 CM A. Film 5 Cm Film ini dibuat karena terinspirasi oleh kisah persahabatan lima remaja yang sudah terjalin selama 10 tahun lamanya. Ditambah tak ada lagi lima sahabat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa

BAB 1 PENDAHULUAN. pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat. Menurut John Vivian, film bisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cinta merupakan ekspresi jiwa yang terwujud dalam cara cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni kesastraan, agama, rekreasi, dan hiburan. Sebagai salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002,

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pengelolaan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 6186/Kpts-II/2002, tanggal 10 Juni 2002. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat 36 BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Metode penelitian bermakna seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu bentuk karya seni yang banyak ditemui di masyarakat adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu bentuk karya seni yang banyak ditemui di masyarakat adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk karya seni yang banyak ditemui di masyarakat adalah film. Film merupakan wujud nyata dari seni kreatif para pekerja seni. Arthur Asa Berger

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ray Sahetapy, Jupiter, Asya Shara, Ardina Rasti, dan Ki Joko Bodo.

BAB I PENDAHULUAN. Ray Sahetapy, Jupiter, Asya Shara, Ardina Rasti, dan Ki Joko Bodo. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena film horor telah sangat membooming di indonesia, salah satunya yang baru-baru ini beredar adalah Terowongan Casablanca yang diperani oleh Ray Sahetapy,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Type Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan yaitu untuk mengetahui bagaimana film Perempuan Punya Cerita mendeskripsikan budaya patriarki yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang aktivitasnya sejak kecil hingga dewasa, mulai dari pagi hari hingga larut malam. Dalam hidupnya,

Lebih terperinci

REPRESENTASI OPTIMISME SEORANG ANAK MENCARI MAKNA CITA-CITA DALAM FILM PENDEK CINTA CITA. ( Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce) SKRIPSI

REPRESENTASI OPTIMISME SEORANG ANAK MENCARI MAKNA CITA-CITA DALAM FILM PENDEK CINTA CITA. ( Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce) SKRIPSI REPRESENTASI OPTIMISME SEORANG ANAK MENCARI MAKNA CITA-CITA DALAM FILM PENDEK CINTA CITA ( Analisis Semiotik Charles Sanders Peirce) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma berpikir dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme yang memandang bahwa kehidupan sosial bukanlah sebuah realita yang natural akan tetapi hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang telah dikenal oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Melalui media televisi, film telah menjadi salah satu media massa yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dimana penelitian kualitatif merupakan proses penelitian dan ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly).

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan data atau pun informasi untuk. syair lagu Insya Allah (Maherzain Feat Fadly). BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang ditempuh melalui serangkaian proses yang panjang. Metode penelitian adalah prosedur yang dilakukan

Lebih terperinci

PARTISIPAN SERTA KONTEKS SITUASI DAN SOSIAL BUDAYA PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

PARTISIPAN SERTA KONTEKS SITUASI DAN SOSIAL BUDAYA PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS PARTISIPAN SERTA KONTEKS SITUASI DAN SOSIAL BUDAYA PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film

BAB I PENDAHULUAN. khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film adalah sebuah sarana atau alat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak melalui sebuah media cerita (Wibowo, 2006: 196). Banyak film yang dibuat untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu dengan menjelaskan atau menganalisis

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA

PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA PEMBENTUKAN IDENTITAS TOKOH IAN DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO: TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan industri periklanan di Indonesia cukup pesat. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari peran penting media iklan dalam mata rantai strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel

KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari bangun tidur sampai saat akan kembali tidur kita pasti akan menjumpai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Drama merupakan kisah utama yang memiliki konflik yang disusun untuk sesuatu pertunjukan teater (Kamus Bahasa Indonesia: 212). Namun, dewasa ini drama bukan hanya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain.

BAB IV PENUTUP. yang direpresentasikan dalam film PK ditunjukan dengan scene-scene yang. tersebut dan hubungan kelompok dengan penganut agama lain. digilib.uns.ac.id 128 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Film PK merupakan film bertemakan agama yang memberikan gambaran tentang pluralitas elemen agama yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari di negara India.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci

Analisis Nilai Moral, Nilai Nasionalisme dan Nilai Pendidikan dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro

Analisis Nilai Moral, Nilai Nasionalisme dan Nilai Pendidikan dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro Analisis Nilai Moral, Nilai Nasionalisme dan Nilai Pendidikan dalam Novel 5 Cm Karya Donny Dhirgantoro Rosmeri Saragih Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USI Abstrak Metode ini adalah bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial maupun moral kepada khalayak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu film berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk seperti dvd, video streaming via internet, bahkan acara televisi.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk seperti dvd, video streaming via internet, bahkan acara televisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Film sebagai media massa yang saat ini telah berkembang ke dalam format yang beragam, menjadikan film semakin mudah dinikmati oleh siapapun. Film tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. didapatkan baik melalui siaran televisi, internet maupun radio dimana melalui

BAB I. Pendahuluan. didapatkan baik melalui siaran televisi, internet maupun radio dimana melalui BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Di era komunikasi global ini perkembangan komunikasi sangat lah mudah didapatkan baik melalui siaran televisi, internet maupun radio dimana melalui media ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak BAB 1 A. Latar Belakang PENDAHULUAN Dunia adalah panggung sandiwara merupakan pemikiran yang relevan dimasa sekarang. Berbicara masalah kehidupan sehari-hari, kita tidak lepas dengan sebuah peran, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas imajinatif. Secara garis besar dibedakan atas sastra lisan dan tulisan, lama 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah berbagai bentuk tulisan, karangan, gubahan, yang didominasi oleh aspek-aspek estetis. Ciri utama yang lain karya sastra adalah kreativitas imajinatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang

BAB III METODE PENELITIAN. seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang BAB III METODE PENELITIAN Fungsi penelitian adalah untuk mencari penjelasan dan jawaban terhadap permasalahan yang ada. Oleh karena itu diperlukan metodelogi penelitian, yakni seperangkat pengetahuan tentang

Lebih terperinci

R E S E N S I N O V E L 5 CM. Disusun Oleh. Nama : Rudy Harmawan. Kelas : XII IPA 3 NIS : 11049

R E S E N S I N O V E L 5 CM. Disusun Oleh. Nama : Rudy Harmawan. Kelas : XII IPA 3 NIS : 11049 R E S E N S I N O V E L 5 CM Disusun Oleh Nama : Rudy Harmawan Kelas : XII IPA 3 NIS : 11049 SMAN 1 Kuala Kapuas Tahun Ajaran 2011/2012 Judul Buku : 5 CM Penulis : Donny Dhirgantoro Penerbit : PT.Grasindo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma adalah pedoman yang menjadi dasar bagi para saintis dan peneliti di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahluk individu dan juga mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial manusia dituntut untuk bisa berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekeliling nya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia kedudukannya di muka bumi ini, karena interaksinya dengan lingkungan tidak hanya dibekali oleh naluri (insting)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir-akhir ini banyak pendaki yang berbondong-bondong ke Gunung Semeru. Gunung Semeru yang memiliki tinggi 3.676 Mdpl ini terletak di kawasan Balai Besar Taman Nasional

Lebih terperinci

REPRESENTASI KEKERASAN SIMBOLIK DALAM TAYANGAN KOMEDI SITUASI DI TELEVISI

REPRESENTASI KEKERASAN SIMBOLIK DALAM TAYANGAN KOMEDI SITUASI DI TELEVISI REPRESENTASI KEKERASAN SIMBOLIK DALAM TAYANGAN KOMEDI SITUASI DI TELEVISI (Analisis Semiotika Program Opera Van Java di Trans7) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

Pada pokoknya pasal 5 UU Perkawinan menetapkan syarat-syarat. yang harus dipenuhi bagi suami yang akan melakukan poligami, yaitu:

Pada pokoknya pasal 5 UU Perkawinan menetapkan syarat-syarat. yang harus dipenuhi bagi suami yang akan melakukan poligami, yaitu: UU Perkawinan tentang Poligami Pada pokoknya pasal 5 UU Perkawinan menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi suami yang akan melakukan poligami, yaitu: a. adanya persetujuan dari istri; b. adanya

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULA DA SARA

BAB 5 KESIMPULA DA SARA BAB 5 KESIMPULA DA SARA 5.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan yang terjadi antara karakteristik audience yang diwakili oleh product category/brand familiarity, pleasure-emotional-cognitive

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu media massa elektronik yang paling digemari saat ini adalah televisi. Di zaman sekarang ini televisi bukanlah barang yang langka dan hanya dimiliki oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seluruh manusia. Dikarenakan komunikasi adalah cara

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh seluruh manusia. Dikarenakan komunikasi adalah cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini komunikasi merupakan kegiatan yang pasti dilakukan oleh seluruh manusia. Dikarenakan komunikasi adalah cara yang digunakan manusia untuk bisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penilitian adalah seperangkat pengetahuan tentang langkah-langkah sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa sebagai gambar hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana komunikasi massa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa, sampai

Lebih terperinci

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi

II. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak atau sesaat.

BAB I PENDAHULUAN. pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak atau sesaat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak semakin mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Pakar komunikasi

Lebih terperinci