Oleh: Yuniska Rafiani Kusuma 1) Soewalni Soekirno 2) dan Ratna Widyaningrum 3)

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING PADA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI BANYUANYAR II KECAMATAN BANJARSARI KOTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh: Yuniska Rafiani Kusuma 1) Soewalni Soekirno 2) dan Ratna Widyaningrum 3) Abstraks: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang berjumlah 35 siswa. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian dilaksanakan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi metode, triangulasi data, dan validitas isi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. kinerja pada akhir siklus II hasil belajar siswa memperoleh nilai di atas KKM minimal 80% (28 siswa). Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut dibuktikan melalui hasil belajar pada kondisi awal siswa yang tuntas KKM sebanyak 20 siswa (57%) dengan rata-rata kelas sebesar 73. Pasca siklus I, siswa yang memenuhi KKM sebanyak 26 siswa (74%) dengan rata-rata kelas sebesar 75 serta pasca siklus II siswa yang memenuhi KKM sebanyak 31 siswa (89%) dengan ratarata kelas sebesar 81. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016, diterima kebenarannya. Kata Kunci: Hasil Belajar IPS, Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing. 1) Alumni, 2,3) Dosen Prodi PGSD FKIP-UNISRI 1

2 ABSTRACT The research aims at knowing whether through snowball throwing cooperative learning model can improve a learning result of social subject at the fourth grade students of Banyuanyar II elementary school Banjarsari Subdistrict, Surakarta in the academic year 2015/2016. The research has been carried out at Banyuanyar II elementary school Banjarsari Subdistrict, Surakarta in the academic year 2015/2016.the time of the research was in December 2015 up to March the subject of the research is the fourth grade students, namely 35 students. The method of the research is a classroom action research. The research has been conducted in two cycles. Every cycle consisted of planning, acting, observing, and reflecting. The techniques of collecting the data used tests, observation, interview, and documentation. The data validity used method triangulation, data triangulation, and content validity. The techniques of data analysis used comparative descriptive analysis and critical analysis. The indicator of learning achievement in the research is the result of cycle II, namely 80% students have obtained the mean score of post-test two higher than criteria of minimum score. Based on the result of the research, it can be concluded that through snowball throwing cooperative learning model, it can improve a learning result of social subject at the fourth grade student of Banyuanyar II elementary school Banjarsari Subdistrict, Surakarta in the academic year 2015/2016. it can be proven that the number of the students who obtained pre-test score higher than criteria of minimum score were 20 students (57%), and those who did not achieve were 15 students (43%). The mean score of pre-test was 73. it was higher than minimum score, namely 68. After cycle one, the number of the students passed wee 31 students (89%) and those who did not were 4 students (11%) with the mean score of them was 81. Thus, they hypothesis saying that through snowball throwing cooperative learning model can improve a learning result of social subject at the fourth grade students of Banyuanyar II elementary school Banjarsari Subdistrict, Surakarta in the academic year 2015/2016 is truly accepted. Key Word : Learning Result on Social Subject, Snowball Throwing Cooperative Learning Model PENDAHULUAN Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan siswa baik pada aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik. Namun yang terjadi dalam dunia pendidikan saat ini proses pembelajaran belum mampu mengembangkan tujuan dari pendidikan itu sendiri. Hal tersebut juga terjadi pada 2 tingkatan sekolah dasar khususnya di Dasar Negeri Banyuanyar II. Berdasarkan hasil observasi peneliti di Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menunjukkan bahwa proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru belum optimal. Hal tersebut nampak selama proses pembelajaran guru

3 hanya menyampaikan materi pelajaran melalui ceramah yang dilanjutkan dengan pemberian tugas. Hal itu juga cukup mempengaruhi proses penyampaian materi pembelajaran siswa. Selain itu, berdasarkan informasi dikalangan guru ditemukan bahwa di sekolah tersebut dalam menerapkan model pembelajaran belum optimal. Sehingga berdampak terhadap aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan hasil belajar. Proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terdapat beberapa permasalahan yang mempengaruhi hasil belajar siswa, antara lain: 1) siswa kurang antusias dalam mengikuti proses pembelajaran IPS, 2) banyak siswa yang berbicara dengan teman sebangku selama mengikuti proses belajar mata pelajaran IPS, 3) siswa malu bertanya kepada guru jika mengalami kesulitan. Selain dari proses pembelajaran, dilihat dari hasil ulangan harian siswa, 57% siswa atau sebanyak 20 siswa yang mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah sedangkan sisanya yaitu 42% atau sebanyak 15 siswa yang belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Batas nilai KKM untuk mata pelajaran IPS di SD N Banyuanyar II adalah 68. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diterapkan penggunaan model pembelajaran yang tepat agar dapat meningkatkan keaktifan siswa dan dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil kunjungan di atas peneliti dan guru akan berkolaborasi untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing. Alasan pemilihan model pembelajaran snowball throwing karena model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide ketika siswa melakukan diskusi dalam kelompok. Ciri khas dari model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing ini adalah melempar kertas yang berisi pertanyaan-pertanyaan kepada kelompok lain, dan pada saat diskusi siswa harus menyatukan pendapat untuk dapat menjawab pertanyaan. Selain itu semua siswa harus menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan di depan teman-temannya sehingga cara ini dapat menjamin keterlibatan total semua siswa dan sangat baik untuk dapat bertanggung jawab terhadap tugasnya. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing ini siswa di ajak belajar sambil bermain. Sehingga dapat memberikan 3

4 pengalaman yang bermakna saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah melalui model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Guna mendukung penelitian ini dijelaskan kajian teori sebagai berikut: Model pembelajaran kooperatif snowball throwing merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang memiliki makna snowball berarti bola salju, dan throwing yang artinya melempar sehingga dapat diartikan sebagai melempar bola salju. Bola salju yang dimaksud merupakan kertas yang berisi pertanyaan yang dibuat siswa kemudian diremas dan dilemparkan kepada siswa lain untuk menjawab pertanyaan tersebut. (Jumanta Hamdayama, 2014:158). Muhammad Fathurrohman (2014:61) menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran dengan model snowball throwing yaitu dapat melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan pengetahuan serta siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari. Sedangkan Jumanta Hamdayama (2014:161) menyatakan bahwa kelebihan pembelajaran dengan model snowball throwing yaitu suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain, membuat siswa siap dengan berbagai kemungkinan karena siswa tidak tahu soal yang dibuat temannya seperti apa, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran, guru tidak terlalu repot harus membuat media pembelajaran karena siswa terjun langsung dalam praktek, proses pembelajaran menjadi lebih efektif, serta ketiga aspek yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotor dapat tercapai. Jumanta Hamdayama (2014:161) menyatakan bahwa kekurangan pembelajaran dengan model snowball throwing sebagai berikut: (1) Sangat bergantung pada kemampuan siswa dalam memahami materi sehingga apa 4

5 yang dikuasai siswa hanya sedikit. Hal ini dapat dilihat dari soal yang dibuat siswa biasanya hanya seputar materi yang sudah dijelaskan atau seperti contoh soal yang telah diberikan; (2) Ketua kelompok yang tidak mampu menjelaskan dengan baik tentu menjadi penghambat bagi anggota lain untuk memahami materi sehingga diperlukan waktu yang tidak sedikit untuk siswa mendiskusikan materi pelajaran; (3) Tidak ada kuis individu maupun penghargaan kelompok sehingga siswa saat berkelompok kurang termotivasi untuk bekerja sama. Tetapi tidak menutup kemungkinan bagi guru untuk menambahkan pemberiaan kuis individu dan penghargaan kelompok; (4) Memerlukan waktu yang panjang; (5) Murid yang nakal cenderung untuk berbuat onar; (6) Kelas sering kali gaduh karena kelompok dibuat oleh murid. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yaitu suatu kajian tentang situasi sosial dengan tujuan memperbaiki mutu tindakan dalam situasi sosial tersebut (Sarwiji Suwandi, 2009:9). Penelitian ini akan dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Alasan pemilihan Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II sebagai tempat penelitian karena berdasarkan hasil informasi dari guru kelas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pelajaran IPS masih rendah serta belum optimalnya guru dalam menggunakan model pembelajaran. Dengan beberapa pertimbangan dan alasan, peneliti menentukan menggunakan waktu penelitian pada bulan Desember 2015 sampai dengan Maret Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta berjumlah 35 siswa, yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Metode penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Haryono (2015: 23) menyatakan bahwa Penelitian tindakan kelas merupakan tindakan mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menyimpulkan data untuk menentukan tingkat keberhasilan jenis tindakan yang dilaksanakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif karena data yang dikumpulkan sampai dengan analisis diutamakan pada proses yang diperoleh 5

6 melalui pengamatan, dimana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk katakata.(kunandar, 2011: 46). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model penelitian yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin (Wina Sanjaya, 2014:154), bahwa dalam penelitian tindakan terdiri empat hal yang harus dilakukan, yaitu; perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data yang dikumpulkan dalam kegiatan penelitian ini berupa data hasil belajar IPS pokok bahasan koperasi yang diperoleh dari hasil tes kondisi awal, tes siklus I, dan tes siklus II serta proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing yang diperoleh melalui hasil observasi, dan wawancara baik dengan guru maupun dengan siswa. Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari: 1) Informan, dalam penelitian ini sebagai informannya adalah guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II. 2) Peristiwa, peristiwa yang dimaksud adalah peristiwa selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pada pertemuan awal, siklus I dan siklus II dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing. 3) Dokumen, dokumen digunakan untuk melengkapi data data yang telah diperoleh yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran, data identitas siswa, daftar nilai siswa, dan foto ketika proses belajar mengajar berlangsung. Teknik pengumpulan data menggunakan tes, observasi, wawancara dan dokumentasi. Validitas data menggunakan triangulasi metode berupa teknik tes, wawancara, observasi dan dokumentasi untuk mengecek kebenaran informasi yang sudah diperoleh. Triangulasi data digunakan untuk memperoleh data hasil belajar dan aktivitas siswa, peneliti menggunakan berbagai macam data yaitu data hasil observasi meliputi sikap dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran, data hasil wawancara untuk menunjang hasil observasi sebelum dan sesudah penggunaan model pembelajaran kooperatif snowball throwing, dan data hasil dokumentasi meliputi foto-foto pada saat proses pembelajaran berlangsung dan nilai hasil tes siswa serta menggunakan validitas isi. Data penelitian tindakan kelas ini, dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilakukan dan dikembangkan selama proses refleksi sampai proses penyusunan laporan. Analisis yang digunakan untuk kesinambungan dan kedalaman dalam 6

7 pengajaran data dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif dan analisis kritis. Teknik diskriptif komparatif, untuk membandingkan hasil tes kondisi awal, hasil tes siklus I, dan hasil tes siklus II, kemudian direfleksikan. Analisis kritis digunakan untuk menganalisis kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Menurut Sarwiji Suwandi (2009:61) menyatakan bahwa analisis kritis adalah mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang ada. kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Aspek kognitif siswa dikatakan berhasil apabila dari 35 siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta, pada akhir siklus II minimal memperoleh skor di atas KKM 68 sebanyak 80% (28 siswa). 2) Aspek afektif dinyatakan berhasil apabila mencapai skor 68 pada akhir siklus II dengan jumlah siswa sebanyak 80% (28 siswa). 3) Aspek psikomotorik dinyatakan berhasil apabila mencapai skor 68 pada akhir siklus II dengan jumlah siswa sebanyak 80% (28 siswa). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Kondisi Awal Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru dan siswa kelas IV, bahwa dalam pembelajaran guru masih menggunakan cara konvensional yaitu dengan ceramah dan pemberian tugas. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi kurang aktif dan membuat siswa tidak memperhatikan guru pada saat guru menerangkan materi sehingga membuat siswa merasa kesulitan dalam menerima materi ajar. Selain itu, siswa menjadi bosan dan tidak tertarik terhadap pembelajaran IPS, hal ini berpengaruh terhadap hasil belajar mata pelajaran IPS yang masih rendah baik dalam aspek afektif, aspek psikomotorik dan aspek kognitif. Tabel 1. Hasil Observasi Aspek Afektif Kondisi Awal No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Mencapai 10 siswa 29% 2. Tidak Mencapai 25 siswa 71% Hasil observasi aspek afektif pada kondisi awal tersebut di atas menunjukkan bahwa siswa yang mencapai indikator keberhasilan yang 7

8 ditetapkan yaitu 68 sebanyak 10 siswa (29%) dan siswa yang belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebanyak 25 siswa (71%), sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif kondisi awal dilihat dari aspek kerja keras, disiplin, kerjasama dan sikap kekeluargaan masih rendah. Tabel 2. Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Kondisi Awal No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Mencapai 13 siswa 37% 2. Tidak Mencapai 22 siswa 63% Berdasarkan hasil observasi pada kondisi awal mengenai aspek psikomotorik yang dinilai melalui aspek artikulasi siswa dalam menyampaikan hasil kerja kelompok dengan jelas dan dapat mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dengan intonasi bahasa yang baik, menunjukkan bahwa dari 35 siswa yang mencapai indikator keberhasilan sebanyak 13 siswa (37%) dan yang belum mencapai indikator keberhasilan sebanyak 22 siswa (63%) (data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 21). Hasil analisis menunjukkan bahwa psikomotorik siswa dalam proses kegiatan pembelajaran masih rendah, sehingga perlu ditingkatkan melalui model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Hasil belajar siswa pada kondisi awal yang diperoleh dari nilai hasil ulangan guru Kelas IV berupa skor tes siswa adalah sebagai berikut: Tabel 3. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase % % % % % % % Jumah % Berdasarkan tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kondisi awal siswa yang memperoleh nilai sebanyak 3 siswa (9%), memperoleh nilai sebanyak 12 siswa (34%), memperoleh nilai sebanyak 4 siswa (11%), memperoleh nilai sebanyak 2 siswa (6%), mempeorleh nilai sebanyak 7 siswa (20%), mempeorleh nilai sebanyak 5 siswa (14%) dan memperoleh nilai sebanyak 2 siswa (6%). Tabel 4. Hasil Belajar Siswa Kondisi Awal No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Tuntas 20 siswa 57% 2. Tidak tuntas 15 siswa 43% 8

9 Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Banjarsari, Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada kondisi awal siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 20 siswa (57%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 15 siswa (43%) dengan rata-rata kelas sebesar 73. Siklus I Berdasarkan hasil tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 5. Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus I No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Mencapai 28 siswa 80% 2. Tidak 7 siswa 20% Mencapai Jumlah 35 siswa 100% Hasil observasi aspek afektif pada siklus I tersebut menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 28 siswa (80%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 7 siswa (20%), sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif siklus I mengalami peningkatkan jika dibandingkan dengan kondisi awal. Tabel 6. Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus I No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Mencapai 32 siswa 91% 2. Tidak 3 siswa 9% Mencapai Jumlah 35 siswa 100% Berdasarkan hasil observasi pada siklus I mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 32 siswa (91%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 3 siswa (9%). Tabel 7. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus I No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase % % % % % % % Jumah % Berdasarkan tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I siswa yang memperoleh nilai sebanyak 1 siswa (3%), memperoleh nilai sebanyak 4 siswa (11%), memperoleh nilai sebanyak 4 siswa (11%), memperoleh nilai sebanyak 7 siswa (20%), mempeorleh nilai sebanyak 9 siswa (26%), memperoleh nilai sebanyak 8 siswa (23%) dan memperoleh 9

10 nilai sebanyak sebanyak 2 siswa (6%). Adapun hasil belajar siswa siklus I berdasarkan hasil tes yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 8. Hasil Belajar Siswa Siklus I No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Tuntas 26 siswa 74% 2. Tidak tuntas 9 siswa 26% Jumlah 35 siswa 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Banjarsari, Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus I, siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 26 siswa (74%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 9 siswa (26%) dengan rata-rata kelas sebesar 75. Siklus II Berdasarkan hasil tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 9. Hasil Observasi Aspek Afektif Siklus II No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Mencapai 33 siswa 94% 2. Tidak 2 siswa 6% Mencapai Jumlah 35 siswa 100% Hasil observasi aspek afektif pada pertemuan 2 siklus II tersebut menunjukkan siswa yang mencapai indikator sebanyak 33 siswa (94%) dan siswa yang belum mencapai indikator sebanyak 2 siswa (6%), sehingga dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar pada aspek afektif pada siklus II sudah baik. Tabel 10. Hasil Observasi Aspek Psikomotorik Siklus II No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Mencapai 33 siswa 94% 2. Tidak 2 siswa 6% Mencapai Jumlah 35 siswa 100% Berdasarkan hasil observasi pada siklus II mengenai aspek psikomotorik menunjukkan bahwa dari 35 siswa, yang mencapai indikator sebanyak 33 siswa (94%) dan siswa yang tidak mencapai indikator sebanyak 2 siswa (6%). Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Siklus II No. Rentang Nilai Frekuensi Persentase % % % % % % % Jumah % Berdasarkan tabel distribusi frekuensi menunjukkan bahwa hasil 10

11 belajar siswa pada siklus II siswa yang memperoleh nilai sebanyak 2 siswa (6%), memperoleh nilai sebanyak 2 siswa (6%), memperoleh nilai sebanyak 1 siswa (3%), memperoleh nilai sebanyak 15 siswa (43%), mempeorleh nilai sebanyak 9 siswa (26%), memperoleh nilai sebanyak 1 siswa (3%) dan memperoleh nilai sebanyak sebanyak 5 siswa (14%). Adapun hasil belajar siswa pada siklus II berdasarkan hasil tes yang dilakukan adalah sebagai berikut: Tabel 12. Hasil Belajar Siswa Siklus II No. Keterangan Jumlah Siswa Persentase 1. Tuntas 31 siswa 89% 2. Tidak tuntas 4 siswa 11% Jumlah 35 siswa 100% Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa hasil belajar IPS siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Banjarsari, Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 pada siklus II siswa yang dinyatakan tuntas sebanyak 31 siswa (89%) dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 4 siswa (11%) dengan rata-rata kelas sebesar 81. Perbandingan Antara Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Berikut ini merupakan tabel perbandingan persentase peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Kemampuan Afektif Siswa Tabel 13. Perbandingan Kemampuan Afektif Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No. Keterangan Kondisi Awal 1. Mencapai 10 siswa (29%) 2. Tidak Mencapai 25 siswa (61%) Siklus I 26 siswa (74%) 9 siswa (26%) Siklus II 33 siswa (94%) 2 siswa (6%) Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa aspek afektif siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus I, maupun dari siklus I ke siklus II. Peningkatan aspek afektif siswa dalam pembelajaran tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Jumlah Siswa Mencapai Tidak Mencapai 26 Kondisi Awal Siklus I Siklus II 9 Aspek Afektif Gambar 2. Diagram Perbandingan Kemampuan Afektif Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II 33 2 Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa kemampuan aspek afektif pada kondisi awal yaitu 11

12 sebanyak 10 siswa (29%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 25 siswa (61%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek afektif pada kondisi awal masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%.. Aspek kemampuan afektif siswa pada siklus I mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 26 siswa (74%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 9 siswa (26%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek afektif pada siklus I masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Aspek kemampuan afektif siswa pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 33 siswa (94%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 2 siswa (6%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek afektif pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Hasil observasi aspek afektif dari kondisi awal sampai ke siklus II tersebut terjadi peningkatan pada masing-masing indikator. Peningkatan tersebut dikarenakan proses pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat menumbuhkan aktivitas dan minat belajar siswa, di mana siswa aktif di dalam kerja kelompok mendiskusikan soal yang diterima dari kelompok lain. Siswa juga aktif menanggapi hasil jawaban kelompok lain walaupun tidak diperintah oleh guru, hal tersebut terjadi karena siswa yang membuat soal sendiri, kondisi tersebut membuat suasana pembelajaran lebih menyenangkan. Kemampuan Psikomotorik Siswa Tabel 14. Perbandingan Kemampuan Psikomotorik Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II No. Keterangan Kondisi Awal 1. Mencapai 13 siswa (37%) 2. Tidak Mencapai 22 siswa (63%) Siklus I 26 siswa (74%) 9 siswa (26%) Siklus II 33 siswa (84%) 2 siswa (6%) Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa aspek psikomotorik siswa mengalami peningkatan dari kondisi awal ke siklus I, maupun dari siklus I ke siklus II. Peningkatan aspek psikomotorik siswa dalam pembelajaran tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut: 12

13 Jumlah Siswa Mencapai Tidak Mencapai 26 Kondisi Awal Siklus I Siklus II 9 Aspek Psikomotorik Gambar 3. Diagram Perbandingan Kemampuan Psikomotorik Siswa Dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II Berdasarkan tabel dan diagram di atas menunjukkan bahwa kemampuan aspek psikomotorik pada kondisi awal yaitu sebanyak 13 siswa (37%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 22 siswa (63%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek psikomotorik pada kondisi awal masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Aspek kemampuan psikomotorik siswa pada siklus I mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 26 siswa (74%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 9 siswa (26%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor aspek psikomotorik pada siklus I masih di bawah dari indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Aspek kemampuan psikomotorik siswa pada siklus II mengalami peningkatan, yaitu sebanyak 33 siswa (94%) sudah mencapai indikator keberhasilan dan sebanyak 2 siswa (6%) belum mencapai indikator keberhasilan, sehingga skor 33 2 aspek psikomotorik pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80%. Kemampuan Kognitif Siswa Tabel 15. Perbandingan Hasil Belajar IPS Dari Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II Jml % Jml % Jml % 1. Tuntas 20 57% 26 74% 31 89% 2. Belum 15 43% 9 26% 4 11% tuntas Jumlah % % % Rata-Rata Hasil peningkatan hasil belajar IPS pada siswa Kelas IV tersebut dapat disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut: Jumlah Siswa Kondisi Awal Siklus I Siklus II Hasil Tindakan 4 Tuntas Belum tuntas Gambar 1. Diagram Perbandingan Hasil Belajar IPS Dari Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II Berdasarkan hasil pembelajaran mata pelajaran IPS dengan menggunkan model pembelajaran kooperatif snowball throwing pada siswa kelas IV SD Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada kondisi awal hasil belajar siswa 13

14 diperoleh rata-rata sebesar 73 mengalami peningkatan pada tindakan siklus I yaitu sebesar 75. Pada tindakan siklus II nilai rata-rata hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan sebesar 81. Peningkatan juga terjadi pada siswa yang telah memenuhi KKM yaitu pada kondisi awal sebanyak 20 siswa (57%), meningkat pada siklus I sebanyak 26 siswa (74%) serta pada siklus II, siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 31 siswa (89%). Berdasarkan peningkatan hasil belajar pada tindakan siklus II tersebut sebesar 89% sudah sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu 80% siswa mencapai nilai di atas KKM. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut disebabkan karena dalam model pembelajaran kooperatif snowball throwing, siswa mampu berpikir dan terlibat dalam kegiatan aktivitas proses pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran tidak terpusat pada guru. Siswa juga dibiasakan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dengan temannya. Melalui kegiatan diskusi siswa dilatih untuk mengembangkan ide dan gagasan dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya, serta melatih siswa untuk dapat bertanggung jawab dan kerja sama dengan teman yang lainnya. Pengetahuan dan keterampilan akan lebih lama diingat apabila siswa menemukan sendiri informasi yang diperlukan. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing membuat suasana pembelajaran lebih menarik, tidak membosankan, dan membuat siswa lebih antusias dalam menyusun pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang diterima dari kelompok lain. Hasil tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat meningkatkan aspek kognitif siswa dalam mata pelajaran IPS materi koperasi, peningkatan aspek kognitif tersebut nampak dari cara siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru serta siswa sudah dapat memberikan contoh penerapan materi koperasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ristu Haiban Hirzi, 14

15 Sripatmi dan Hapipi (2015) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini ditunjukkan skor rata-rata hasil evaluasi belajar siswa mengalami peningkatan pada tiap siklus yaitu pada siklus I ratarata skor hasil evaluasi belajar 75 dengan ketuntasan klasikal 74% dan pada siklus II skor rata-rata hasil evaluasi belajarnya mencapai 81 dengan ketuntasan klasikal 89%. Peningkatan aspek afektif nampak dari aktivitas kerja keras dengan siswa aktif menjawab pertanyaan dari kelompok lain dan mendengarkan penjelasan guru dengan seksama. Guru saat menjelaskan materi siswa memperhatikan dengan seksama, hal tersebut terlihat dari siswa menanyakan hal-hal yang belum diketahui kepada guru serta menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru tanpa ditunjuk. Aspek disiplin nampak dari kesungguhan siswa mengerjakan tugas sesuai dengan kelompoknya serta mengumpulkan tugas tepat waktu. Kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran snowball throwing sangat antusias untuk menyelesaikan soal yang diterima dari kelompok lain dengan segera agar dapat mengumpulkan jawabannya tepat waktu. Aspek kerjasama nampak dari berpartisipasi aktif siswa dalam kegiatan kelompok serta siswa melakukan diskusi dengan anggota kelompok. Proses pembelajaran pada akhir siklus II tidak didominasi oleh siswa yang pandai saja, tetapi semua anggota kelompok aktif mengerjakan tugas secara bersama-sama. Aspek kekeluargaan nampak dari siswa saling membantu dalam kegiatan kelompok dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas. Pada saat proses membuat soal, sebagian anggota kelompok mempelajari materi dan sebagian siswa menuliskan soal dalam kertas. Peningkatan aspek psikomotorik nampak dari aktivitas siswa dalam menyampaikan hasil kerja kelompok di depan kelas dilakukan dengan suara yang keras dan artikulasi dan intonasi dengan jelas. Siswa saat mempersentasikan jawabannya di depan kelas dengan percaya diri, serta berusaha menampilkan jawaban yang terbaik dibandingkan dengan kelompok lainnya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Ristu Haiban Hirzi, Sripatmi dan Hapipi (2015) yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran snowball throwing dapat memperbaiki aktivitas belajar siswa yang ditunjukkan oleh skor aktivitas siswa 15

16 tergolong tinggi pada siklus I dan sangat tinggi pada siklus II. Hasil penelitian ini mendukung teori yang dikemukakan oleh Jumanta Hamdayama (2014:161) yang menyatakan bahwa kelebihan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing yaitu suasana pembelajaran menjadi menyenangkan karena siswa seperti bermain dengan melempar bola kertas kepada siswa lain, siswa mendapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir karena diberi kesempatan untuk membuat soal dan diberikan pada siswa lain, serta aspek kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa melalui model pembelajaran kooperatif snowball throwing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Hal tersebut dibuktikan melalui peningkatan aspek afektif pada kondisi awal siswa yang mencapai indikator keberhasilan sebanyak 10 siswa (29%), pasca siklus I meningkat menjadi 26 siswa (74%) dan pasca siklus II meningkat menjadi 33 siswa (94%). Pada aspek afektif yang menonjol nampak pada aspek disiplin dan kerjasama. Aspek psikomotorik pada kondisi awal siswa yang mencapai indikator keberhasilan sebanyak 13 siswa (37%), pasca siklus I meningkat menjadi 26 siswa (74%) dan pasca siklus II meningkat menjadi 33 siswa (94%). Pada aspek psikomotorik yang menonjol nampak pada aspek dapat mempresentasikan hasil kerja kelompok di depan kelas dengan intonasi bahasa yang baik. Aspek kognitif pada kondisi awal siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa (57%) dengan batas KKM 68, dengan skor rata-rata kelas sebesar 73. Pasca siklus I, siswa yang tuntas sebanyak 26 siswa (74%) dengan ratarata kelas sebesar 75, serta pasca siklus II siswa yang tuntas sebanyak 31 siswa (89%) dengan rata-rata kelas 81. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa: Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif Snowball Throwing dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Banyuanyar II Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016, diterima kebenarannya. 16

17 Saran Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian yang telah disampaikan, saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah: Bagi Siswa, hendaknya siswa dalam proses pembelajaran perlu terlibat secara aktif, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang hendak dicapai. Bagi Guru, hendaknya guru dalam proses pembelajaran dapat melibatkan siswa secara aktif dalam bekerja sama dan mengembangkan keterampilan siswa dalam bekerja secara kelompok serta guru perlu melakukan inovasi dalam penggunaan model pembelajaran. Hal tersebut agar siswa tidak merasa jenuh dan bosan terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, salah satu model pembelajaran yang dapat DAFTAR PUSTAKA Haryono Bimbingan Teknis Menulis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yogyakarta: Amara Books. Jumanta Hamdayana Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor : Ghalia Indonesia. Kunandar Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembang Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada. digunakan adalah model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Bagi Sekolah, hendaknya sekolah perlu memberikan pelatihan kepada guru baik berupa workshop maupun seminar agar guru memiliki bekal pengetahuan tentang berbagai penggunaan model pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Bagi Peneliti Selanjutnya, hendaknya peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian tindakan kelas dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa tidak terbatas pada penggunaan model pembelajaran kooperatif snowball throwing, tetapi dapat mengembangkan jenis-jenis model pembelajaran lainnya. Muhammad Fathurrohman Model- Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Ristu Haiban Hirzi, Sripatmi dan Hapipi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Snowball Throwing pada Pembelajaran Segiempat Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa SMPN 1 Lingsar Kelas VII-1 Tahun Pelajaran 2012/2013. ISSN J. Pijar MIPA, Vol. X No.1, Maret 2015, Hal

18 Sarwiji Suwandi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 Surakarta. Wina Sanjaya Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 18