ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH"

Transkripsi

1 VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH 7.1. Sistem Usahatani Cabai Rawit Merah Faktor produksi merupakan faktor atau sarana pengantar produksi usahatani. Beberapa sarana atau faktor produksi pada usahatani cabai rawit merah baik pada petani mitra maupun non-mitra antara lain adalah bibit, lahan, tenaga kerja, serta peralatan pertanian yang digunakan selama kegiatan usahatani berlangsung. Berikut ini merupakan penjelasan dari beberapa faktor produksi yang terdapat dalam kegiatan usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut Bibit Bibit merupakan salah satu faktor produksi penting dalam kegiatan usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug Kecamatan Cigedug Kabupaten Garut. Bibit Cabai rawit merah yang digunakan oleh petani di Desa Cigedug merupakan jenis bibit lokal yang diperoleh dari benih lokal hasil rekayasa para petani yang berasal dari Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bibit lokal ini memilik berbagai macam nama antara lain cabai inul, cabai domba, dan cengek. Dalam perkembangannya para petani di Desa Cigedug mampu menghasilkan bibit yang berasal dari hasil panen mereka sendiri. Namun, petani di Desa Cigedug pada umumnya cenderung untuk tidak melakukan kegiatan pembibitan dan lebih memilih untuk membeli bibit dari petani bibit. Sebesar 78,54 persen petani mitra lebih memilih untuk membeli bibit dari petani bibit daripada melakukan penyemaian bibit sendiri. Sedangkan pada petani nonmitra sebesar 63,51 persen petani mitra melakukan penyemaian sendiri sebagai upaya menekan biaya produksi. Jika dikonversi maka harga bibit buatan sendiri hanya berkisar Rp. 20,00 hingga Rp. 30,00 per pohonnya. Bibit lokal yang digunakan baik oleh petani mitra maupun petani nonmitra memiliki keunggulan dibandingkan dengan bibit impor. Keunggulan tersebut diantaranya adalah lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit lokal, buahnya cendrung lebih besar walaupun lebih pendek, dan memiliki rasa yang 61

2 lebih pedas. Dalam satu hektar lahan mampu ditanam sebanyak hingga bibit tergantung pada jarak dan pola tanam yang digunakan oleh petani. Harga bibit cabai rawit merah secara umum di Desa Cigedug adalah Rp. 50,00 per pohonnya sedangkan harga bibit tomat dan kol secara berturut-turut adalah sebesar Rp. 100,00 dan Rp. 50,00 per pohonnya. Bibit cabai rawit merah yang baik dan optimal dalam pertumbuhan dan perkembangannya memiliki kemampuan produktivitas mencapai 3,5 kg setiap pohonnya hingga habis satu musim tanam. Produktivitas tanaman tergantung dari iklim perawatan yang dilakukan oleh masin-masing petani terhadap tanaman Lahan Lahan yang digunakan oleh petani untuk berusahatani cabai rawit merah baik oleh petani mitra maupun nonmitra di Desa Cigedug pada umumnya merupakan lahan milik sendiri. Namun, terdapat beberapa petani baik petani mitra maupun nonmitra masih ada yang menyewa lahan untuk usahatani cabai rawit merah agar dapat mencapai economic of scale dari usahatani cabai rawit merah ini. Petani yang tidak memilki lahan harus mengeluarkan biaya rata-rata sewa lahan setiap 1 patok atau setara dengan 0,04 ha adalah sebesar Rp ,00 per musim tanam. Jadi jika dikonversikan ke dalam 1 ha luasan lahan maka biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk menyewa lahan adalah sebesar Rp ,-. Luas kepemilikan lahan cabai rawit merah di Desa Cigedug berkisar antara 0,1 hektar hingga 6 hektar dengan rata-rata luas sebesar 0,69 ha. Luas rata-rata lahan yang dimiliki oleh petani mitra adalah sebesar 1,06 hektar sedangkan petani non-mitra memiliki rata-rata luas lahan sebesar 0,43 hektar. Lahan petani cabai rawit merah di Desa Cigedug pada umumnya ditanami oleh lebih dari satu jenis tanaman. Hal tersebut dilakukan oleh petani dalam rangka meningkatkan pendapatan dan mengurangi risiko produksi yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Pola tanam yang digunakan adalah tumpang sari. Pola tumpang sari juga dapat bermanfaat dalam menjaga kesuburan tanah agar tidak jenuh terhadap satu jenis tanaman saja. Tanaman tumpang sari yang dibudidayakan petani responden baik yang mitra mauupun nonmitra di Desa Cigedug dalam satu kali musim tanam adalah tomat dan kol. 62

3 Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menetukan dalam sebuah kegatan usahatani. Tenaga kerja yang digunakan dalam sebuah kegiatan usahatani pada umumnya dapat berupa tenaga kerja dalam keluarga yaitu tenaga kerja yang berasal dari dalam anggota keluarga petani dan tenaga kerja luar keluarga yaitu merupakan tenaga kerja upahan. Pada kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani di Desa Cigedug pada umumnya tidak menganggap tenaga kerja dalam keluarga sebagai biaya usahatani yang harus dikeluarkan. Tenaga kerja dalam keluarga semata-mata hanya dianggap sebagai salah satu bentuk kewajiban masing-masing anggota keluarga yang ingin menikmati hasil panen dari usahatani yang dijalankan. Padahal untuk dapat menghitung biaya total yang harus dikeluarkan oleh petani seharusnya tenaga kerja dalam keluarga dimasukkan kedalam komponen biaya yang diperhitungkan. Tabel 8. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Di Desa Cigedug Tahun 2011 No Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Kegiatan Total Usahatani Dalam Keluarga Luar keluarga (HOK) L P L P (%) 1 Persiapan Lahan 9,7 1,8 136,9 3,6 151,9 5,89 2 Penanaman 1,8 1,7 3,7 6,5 13,7 0,53 3 Penyulaman 13,6 0,0 27,6 38,6 79,8 3,09 4 Pemasangan Ajir 2,5 0,0 13,6 15,1 31,1 1,21 5 Pemupukan 18,5 6,2 46,7 96,4 167,8 6,50 6 Pemeliharaan 54,0 0,0 130,2 12,6 196,8 7,63 7 Pemanenan 31,4 19,1 69,2 1819, ,1 Total 131,6 28,8 427, , ,2 Nilai Tenaga Kerja , , , ,7 Sumber : Data Primer Diolah Tabel 8 menunjukkan besarnya kontribusi tenaga kerja pada setiap proses usahatani cabai rawit merah untuk petani yang bermitra per hektar luasan lahan. Dapat dilihat bahwa pada kegiatan pemanenan menyerap tenaga kerja paling besar dengan kontribusi sebesar 75,15 persen dari dari total kontribusi tenaga kerja 75,

4 sebesar 2.580,2 HOK. Hal ini terjadi karena kegiatan pemanenan memiliki intensitas yang tinggi yaitu 48 hingga 52 kali untuk setiap musim tanamnya dan menggunakan sistem borongan dengan upah panen Rp ,- untuk setiap kilogram cabai rawit merah yang dapat dipanen. Tenaga kerja wanita lebih banyak digunakan terutama pada kegiatan pemanenan yang menggunakan sistem borongan. Baik tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja upahan diberlakukan waktu kerja untuk melaksanakan kegiatan usahatani pada umumnya mulai dari pukul sampai pukul WIB atau setara dengan 5 jam kerja untuk tenaga kerja laki-laki, sedangkan untuk tenaga kerja perempuan biasaya hanya bekerja selama 4 jam kerja yaitu mulai pukul hingga pukul WIB. Tingkat upah rata-rata yang dibayarkan bagi tenaga kerja laki-laki adalah sebesar Rp ,-/hari dan untuk tenaga kerja perempuan adalah sebesar Rp ,-/hari. Banyaknya anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani cabai rawit merah rata-rata sebanyak 2 orang yakni petani itu sendiri bersama istri atau anaknya. Dalam kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani nonmitra (Tabel 9), total tenaga kerja yang digunakan sebanyak 2.224,1 HOK denggan perincian jumlah tenaga kerja dalam keluarga sebanyak 376,5 HOK dan jumlah tenaga kerja luar keluarga sebanyak 1847,6 HOK. Penggunaan tenaga kerja paling banyak adalah pada kegiatan pemanenan yaitu sebesar 43 persen. Tenaga kerja pria banyak digunakan pada kegiatan yang membutuhkan tenaga yang cukup besar seperti persiapan lahan dan pemeliharaan. Tenaga kerja pria yang dibutuhkan pada persiapan lahan dan pemeliharaan mencapai 300,3 HOK dan 194,9 HOK. Sedangkan tenaga kerja wanita paling banyak dibutuhkan dalam kegiatan pemanenan yaitu sebanyak 866,5 HOK untuk tenaga kerja wanita luar keluarga yang diupah menggunakan sistem borongan sebesar Rp ,- untuk setiap kilogram cabai rawit merah yang berhasil di panen. Pada kegiatan pemanenan tenaga kerja wanita dianggap lebih teliti dan lebih rapih dalam melakukan proses pemanenan. 64

5 Tabel 9. Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra Per Ha Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Di Desa Cigedug Tahun 2011 No Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Kegiatan Total Dalam Keluarga Luar keluarga Usahatani (HOK) L P L P (%) 1 Persiapan Lahan 35,9 7,9 264,4 63,0 371,2 16,69 2 Penanaman 4,2 0,9 7,4 9,0 21,6 0,97 3 Penyulaman 18,9 2,6 24,1 9,2 54,8 2,46 4 Pemasangan Ajir 11,5 2,8 26,6 18,3 59,2 2,66 5 Pemupukan 71,0 12,7 123,9 114,3 321,9 14,47 6 Pemeliharaan 171,7 3,0 264,3 0,0 438,9 19,74 7 Pemanenan 28,5 4,9 56,5 866,5 956,4 43,00 Total 341,7 34,8 767, , ,1 100,0 Nilai Tenaga Kerja , ,9 0 Sumber : Data Primer Diolah Pemakaian tenaga kerja dalam keluarga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tenaga kerja luar keluarga. Hal ini disebabkan karena petani mitra lebih memilih untuk memperkerjakan tenaga kerja luar keluarga untuk kegiatan usahataninya dibandingkan menggunakan tenaga kerja upah sebagai bentuk dampak sosial dari kegiatan usahatani yang dijalankan Alat-Alat Pertanian Alat-alat pertanian yang digunaan dalam kegiatan usahatani cabai rawit merah meliputi cangkul, Parang atau golok, plastik mulsa, ajir bambu, drum, ember, jirigen, handsprayer, pembolong mulsa, tali galar/rafia, mesin penyemprot obat, dan mesin air. Berdasarkan Tabel 10 dapat diketahui bahwa total nilai penyusutan peralatan pertanian yang digunakan dalam usahatani cabai rawit merah pada luasan seluas 1 ha adalah sebesar Rp ,00 per tahun. Nilai biaya penyusutan dapat diperloleh menggunakan metode garis lurus dengan asumsi peralatan tersebut tidak dapat digunakan lagi setelah melewati umur teknis. Alat-alat pertanian tidak selalu dibeli oleh petani cabai rawit merah setiap kali musim tanam, karena setiap alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun sedangkan musim tanam hanya berlangsung selama 1,5 tahun. 65

6 Jumlah penggunaan alat-alat pertanian dalam kegiatan budidaya cabai rawit merah tergantung pada luas lahan yang digarap oleh petani. Tabel 10. Penggunaan Peralatan Usahatani Cabai Rawit Merah Untuk Satu Musim Tanam Di Desa Cigedug Per Ha Luasan Lahan No Jenis Alat Jumlah (Buah) Harga (Rp) Nilai (Rp) Umur Teknis (Tahun) Penyusutan (Rp/Tahun) 1 Cangkul Arit Mulsa , Ajir Drum Ember Jirigen Hand sprayer Mesin Obat Mesin air Pembolong mulsa Tali , Jumlah Sumber : Data Primer Diolah Petani cabai rawit merah di Desa Cigedung cenderung menggunakan cangkul sebagai alat untuk mengolah lahan pertaniannya. Handtracktor atau traktor sejenisnya tidak digunakan oleh petani cabai rawit di Desa Cigedug karena dianggap tidak efektif untuk mengolah lahan yang hanya memiliki rata-rata luas lahan sebesar 0.61 ha. Parang atau golok biasanya digunakan petani untuk membersihkan atau menyiangi gulma dan rumput-rumput pada saat pengolahan tanah dan perawatan tanaman. Penggunaan mulsa pada lahan cabai rawit merah berguna untuk mengurangi penguapan air dan pupuk serta mencegah gulma tumbuh selama masa tanam berlangsung. Ajir bambu yang di bantu dengan tali galar digunakan sebagai penyangga tanaman cabai rawit merah dan tomat yang telah dewasa. Tanaman cabai rawit merah yang telah dewasa dapat dikatakan lebih rimbun sehingga memiliki luas tajuk yang lebih besar dibandingkan jenis tanaman cabai lainnya sehingga membutuhkan ajir sebagai penyangga. 66

7 Drum, ember dan jirigen digunakan oleh petani sebagai alat untuk menampung dan mengangkut air baik untuk kegiatan pemupukan, penyemprotan obat maupun penyiraman jika diperlukan. Kapasitas drum yang diunakan dapat menampung air berkisar 200 hingga 220 liter. Sedangkan handsprayer digunakan sebagai alat untuk menyemprotkan obat-obatan dengan kapasitas angkut sebanyak 16 liter air. Pembolong mulsa digunakan oleh melubangi mulsa agar lebih rapih, teratur dan efisien. Tidak semua petani menggunakan mesin air dan mesin obat dalam kegiatan usahataninya. Petani yang menggunakan mesin air dan mesin obat adalah petani yang memiliki luas lahan garapan yang luas. Hal ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air yang cukup banyak dan mengefisienkan tenaga kerja pada kegiatan penyemrpotan obat Analisis Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Pada umumnya kegiatan usahatani bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang optimal sebagai imbalan atas usaha dan kerja yang telah dijalankan oleh petani. Bibit, pupuk, tenaga kerja dan peralatan pertanian yang digunakan selama kegiatan usahatani termasuk dalam input produksi yang dibutuhkan. Sedangkan output produksi yang diharapakan dari sebuah kegiatan usahatani adalah berupa hasil panen yang berlimpah. Analisis pendapatan usahatani cabai rawit merah di Desa Cigedug menggambarkan besarnya penggunaan input-input produksi dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan demi menghasilkan output-output produksi selama proses usahatani berlangsung. Analisis pendapatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan cara pemasaran yang dilakukan, yaitu petani yang menjalankan hubungan kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur dan petani yang tidak menjalin kemitraan dengan pihak manapun. Berdasarkan perbedaan tersebut kemudian akan dianalisis apakah perbedaan cara pemasaran tersebut akan berpengaruh pada penerimaan petani sehingga berpengaruh juga pada pendapatan usahatani cabai rawit merah. 67

8 Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra Penerimaan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani yang menjalin kemitraan dengan PT. Indofood Fritolay Makmur dihitung berdasarkan perkalian antara total produksi cabai rawit merah yang dihasilkan dengan harga kesepakatan antara petani dengan vendor PT. Indofood Fritolay Makmur yaitu sebesar Rp ,00/kg serta produk hasil tanaman pokok tumpang sari yakni tomat dan kol yang dikalikan dengan harga rata-rata yang berlaku. Harga yang diterima petani mitra dapat menjadi lebih tinggi apabila petani dapat melakukan tugas Gapoktan Cagarit sebagai vendor indofood untuk mengumpulkan, menyortir ulang, dan melakukan pembuangan tangkai buah sehingga margin sebesar Rp 5000,00/kg yang diterima oleh Gapoktan Cagarit dapat meningkatkan penerimaan dari petani yang bermitra dengan Indofood Jumlah produksi rata-rata cabai rawit merah petani mitra per hektar luas lahan per musim tanam adalah ,34 kg. Maka besar penerimaan yang diperoleh petani mitra adalah hasil kali jumlah produksi rata-rata cabai rawit merah per hektar per musim dengan harga kesepakatan kemitraan sebesar Rp /kg yaitu sebesar Rp ,5,-. Penerimaan petani tidak hanya berasal dari cabai rawit merah saja. Petani mitra juga mendapatkan penerimaan yang berasal dari penjualan hasil produksi tanaman utama tumpang sari yakni tomat dan kol. Jumlah rata-rata produksi tomat dan kol per hektar luas lahan per musim secara berturut-turut adalah ,67 kg dan ,09 kg. Sedangkan harga rata-rata tomat dan kol yang berlaku di tingkat produsen secara berturut-turut adalah sebesar Rp 1.785,00 dan Rp 1.600,00. Jadi besar penerimaan yang didapatkan oleh petani cabai rawit merah yang berasal dari hasil produksi tomat dan kol per hektar luasan lahan per musim tanam secara berturut-turut adalah Rp ,00 dan Rp ,00. Maka Total penerimaan yang diterima oleh petani mitra baik yang berasal dari cabai rawit merah, tomat, dan kol adalah sebesar Rp , Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra Analisis terhadap biaya yang dikeluarkan petani dilakukan dengan menganalisis input yang digunakan untuk usahatani cabai rawit meliputi bibit, 68

9 pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan peralatan pertanian. Menurut Soeharjo dan Patong (1977), biaya usahatani dapat berupa biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai merupakan biaya yang dibayar secara tunai dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi dan biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung seberapa besar pendapatan kerja petani yang sesungguhnya kalau modal dan nilai tenaga kerja dalam keluarga diperhitungkan. Besarnya nilai tenaga kerja keluarga juga dihitung berdasarkan upah yang berlaku saat itu. Petani mitra Desa Cigedug mengeluarkan biaya tunai dalam usahatani cabai rawit merah dalam bentuk pembelian terhadap sarana produksi seperti bibit, pupuk alami yakni pupuk kandang dan pupuk kimia (ZA, TSP, KCL,Phonska, NPK dan pupuk cair), obat-obatan baik yang berjenis padat maupun yang cair serta upah tenaga kerja dari luar keluarga. Sewa lahan bagi petani yang tidak memilikin lahan dan pajak lahan bagi petani yang memiliki lahan sendiri juga termasuk kedalam biaya tunai dalam usahatani cabai rawit pada petani yang bermitra. Pada Tabel 11 tampak bahwa biaya pupuk memiliki persentase biaya sebesar 15,41 persen dari total seluruh biaya usahatani petani mitra. Bagi petani mitra selain bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas pemberian pupuk dengan dosis yang tepat juga akan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap penyakit. Oleh karena itu petani mitra relatif menggunakan pupuk lebih banyak dan relatif mengurangi penggunaan obat-obatan kimia dibandingkan dengan petani nonmitra. Biaya obat-obatan merupakan biaya kedua terbesar dalam kegiatan usahatani pada petani mitra yaitu sebesar 16,31 persen. Ada 2 jenis obat berdasarkan bentuknya yakni padat dan cair. Obat-obatan padat termasuk kedalam fungisida dan herbisida sedangkan yang berbentuk cair merupakan racun berupa insektisida, pestisida, pupuk daun dan perekat sebagai bahan aktifnya. Obatobatan padat yang digunakan oleh petani mitra antara lain Anthrakol, Kurset, Afidor, Dakonil, Mankosep,Klorotaronil, Polaram, Akrobat, Gita dan Smoksan. Sedangkan obat-obatan cair antara lain Prepaton, Demolish, Kolikron, Confidor, Petrogenol, Gramaxon, Confidor ABSA, Supergo Dan Napel. 69

10 Biaya pembelian bibit termasuk kedalam biaya tunai yaitu sebesar 0,86 persen. Biaya sewa lahan sebesar 1,97 persen merupakan biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani mitra yang menyewa lahan untuk menjalankan usahataninya. Bagi petani mitra yang memiliki lahan sendiri biaya atas lahan yang dimilikinya dimasukkan kedalam biaya yang diperhitungkan. Upah tenaga kerja luar keluarga sebesar 43,47 persen merupakan komponen biaya tertinggi diantara komponen biaya lainnya. Tingginya biaya tenaga kerja luar keluarga disebabkan oleh intensitas kegiatan pemanenan yang dapat mencapai 48 hingga 52 kali menggunakan sistem borongan. Jadi total biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani mitra adalah sebesar Rp ,27 atau sebesar 82,25 persen dari total biaya usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani mitra. Tabel 11 menunjukkan bahwa total biaya yang diperhitungkan dalam kegiatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra di lokasi penelitian rata-rata per hektar adalah sebesar Rp ,99. Biaya yang diperhitungkan ini meliputi biaya untuk bibit, tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan. Biaya untuk bibit cabai rawit merah hanya 0,14 persen dari total biaya sedangkan biaya untuk tenaga kerja dalam keluarga sesuai dengan tingkat upah yang berlaku sebesar Rp ,- per HOK adalah sebesar 2,88 persen, serta besar biaya untuk penyusutan peralatan sebesar 6,22 persen dari total biaya Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra Analisis pendapatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani mitra meliputi analisis pendapatan atas biaya total dan analisis pendapatan atas biaya tunai. Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 11 dapat diperoleh gambaran bahwa dari satu musim tanam selama maksimal 1,5 tahun, petani mitra memperoleh penerimaan yang berasal dari hasil produksi cabai rawit merah, tomat, dan kol adalah sebesar Rp ,72. Total biaya usahatani adalah sebesar Rp ,36. Biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tersebut terdiri dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Jadi, besar pendapatan petani mitra atas biaya tunai untuk satu hektar cabai rawit merah di Desa Cigedug dengan mengurangkan total penerimaan terhadap total biaya tunai adalah sebesar 70

11 Rp ,34. Sedangkan pendapatan atas biaya total untuk satu hektar lahan cabai rawit adalah sebesar Rp ,36. Hasil tersebut menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah masih memberikan keuntungan bagi petani mitra di Desa Cigedug. Tabel 11. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra Di Desa Cigedug Per Hektar Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Uraian A. Penerimaan Satuan Jumlah Fisik Harga (Rp/Satuan) Nilai Total (Rp) Produksi Cabai Rawit Merah kg , ,50 64,92 Produksi Tomat kg , ,76 21,93 Produksi Kol kg , ,45 13,15 Total Penerimaan ,72 100,00 B. Biaya Usahatani 1. Biaya Tunai a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon ,46 0,88 b. Bibit Tomat pohon ,00 3,11 c. Bibit Kol pohon ,03 1,11 b. Pupuk Pupuk Kandang kg , ,39 6,50 ZA kg 376, ,66 0,81 TSP kg 514, ,71 1,23 KCL kg 281, ,46 0,57 NPK kg 655, ,54 6,28 Pupuk Cair kg 0, ,10 0,01 c. Obat-obatan Obat Padat kg 59, ,00 9,33 Obat Cair liter 13, ,50 6,98 d. TKLK HOK 2.419, ,92 43,47 e. Sewa Lahan Rp ,62 1,97 Total Biaya Tunai ,37 82,25 2. Biaya Tidak Tunai (Yang diperhitungkan) a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon ,30 0,14 b. TKDK HOK 160, ,79 2,88 c. Penyusutan Peralatan Rp ,52 6,22 d. Sewa Lahan Rp ,38 8,51 Total Biaya Yang Diperhitungkan ,99 17,75 C. Total Biaya Usahatani (B1+B2) ,36 100,00 D. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) ,34 E. Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) ,36 F. R/C ratio Atas Biaya Tunai (A/B1) 4,48 G. R/C ratio Atas Biaya Total (A/C) 3,69 (%) 71

12 Salah satu alat untuk menganalisis efisiensi pendapatan usahatani adalah dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C ratio analysis). Dari analisis R/C yang telah dilakukan menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra di Desa Cigedug selama satu musim tanam memiliki penerimaan yang lebih besar dibandingkan biaya usahatani yang dikeluarkan. Hal ini ditunjukkan dari nilai R/C yang lebih besar dari satu. Besar nilai R/C atas biaya tunai sebesar 4,48 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya tunai yang dikeluarkan maka akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 4,48. Petani mitra di Desa Cigedug lebih banyak menggunakan faktor produksi dengan biaya tunai, daripada biaya tidak tunai. Hal tersebut ditunjukkan dari perbedaan nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total yang tidak berbeda jauh. Selisih tersebut juga dapat menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra di Desa Cigedug dikelola secara komersial. Nilai R/C yang ada juga dapat menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra telah efisien dan menguntungkan untuk dikembangkan karena penerimaannya lebih besar dibandingkan biaya yang dikeluarkan dan masih memberikan keuntungan bagi petani cabai rawit merah yang bermitra di Desa Cigedug Penerimaan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra Besar penerimaan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani nonmitra juga di peroleh dari jumlah produksi cabai rawit merah, tomat dan kol dikalikan dengan rata-rata harga yang berlaku. Namun, perbedaannya adalah pada petani mitra harga cabai rawit merah yang berlaku merupakan harga kesepakatan antara Gapoktan Cagarit dengan PT. Indofood Fritolay Makmur sedangkan bagi petani yang tidak bermitra harga didapat dari rata-rata harga yang diterima oleh petani hasil kesepakatan dengan tengkulak. Tengkulak khususnya tengkulak tingkat desa merupakan komponen lembaga terpenting dalam penentuan harga cabai rawit merah kepada petani nonmitra. Harga yang diterima oleh tengkulak sangat dipengaruhi oleh fluktuasi harga yang terjadi di pasar induk acuan seperti Ps. Induk Kramat Jati Jakarta. Berdasarkan data harga pada Lampiran 7 dapat 72

13 diperoleh bahwa rata-rata harga cabai rawit merah yang diterima oleh petani cabai rawit merah yang tidak menjalin kemitraan adalah sebesar Rp ,00/kg. Harga cabai rawit merah yang berfluktuatif dapat berpengaruh secara langsung terhadap besar penerimaan usahatani cabai rawit merah pada petani nonmitra. Besar total penerimaaan yang diperoleh petani nonmitra berdasarkan harga yang berlaku adalah sebesar Rp ,57. Sebanyak 50,23 persen penerimaan diperoleh dari hasil produksi cabai rawit merah, artinya fluktuasi harga yang terjadi di pasar dapat memberikan pengaruh terhadap nilai penerimaan usahatani cabai rawit merah petani nonmitra sebesar 25,11 persen. Sedangkan untuk produksi tomat dan kol mampu memberikan kontribusi terhadap penerimaan usahatani cabai rawit merah pada petani nonmitra sebesar 32,05 persen dan 17,72 persen. Total penerimaan yang diterima oleh petani nonmitra relatif lebih sedikit dibandingkan dengan total penerimaan yang diperoleh petani mitra. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan perlakuan pada proses budidaya masing-masing petani. Petani mitra yang diberikan pengarahan dan pembinaan oleh para Agrofield Indofood relatif merawat tanamannya dengan baik. Sedangkan petani nonmitra relatif kurang merawat tanamannya dengan teratur. Perawatan yang baik akan berdampak pada produktivitas yang tinggi. Sebaliknya, perawatan yang kurang baik akan menurunkan tingkat produktivitas karena tanaman akan mudah terserang penyakit dan hama Biaya Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra Biaya tunai dalam kegiatan usahatani cabai rawit merah rata-rata per hektar yang dilakukan oleh petani nonmitra adalah sebesar Rp ,95 Salah satu biaya yang termasuk kedalam biaya tunai adalah biaya pembelian bibit cabai rawit merah sebesar 0,53 persen sedangkan biaya untuk pupuk sebesar 12,73 persen relatif lebih sedikit dibandingkan dengan biaya pupuk yang dikeluarkan oleh petani mitra. Alokasi biaya obat-obatan menjadi biaya tunai dengan alokasi kedua terbesar dalam biaya usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani nonmitra. Besar biaya obat-obatan yang dikeluarkan petani cabai rawit nonmitra mencapai 25,90 persen dari total biaya usahatani yang dikeluarkan. Tingginya biaya obat-obatan pada kegiatan usahatani cabai rawit merah 73

14 disebabkan tingginya kebutuhan obat-obatan untuk mencegah tanaman terserang hama dan penyakit. Biaya untuk tenaga kerja luar keluarga merupakan biaya terbesar dalam biaya tunai yaitu sebesar 32,99 persen dari total biaya tunai usahatani. Hal ini disebabkan karena banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan terutama pada kegiatan pemanenan. Selain tenaga kerja luar keluarga, sewa lahan juga termasuk kedalam komponen biaya tunai. Besar biaya sewa lahan adalah sebesar 2,00 dari total biaya usahatani. Biaya yang diperhitungkan terdiri dari biaya pembuatan bibit, upah tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan peralatan. Alokasi biaya yang diperhitungkan pada usahatani cabai rawit merah petani nonmitra mencapai 21,87 persen dari total biaya usahatani cabai rawit merah. Jadi total biaya usahatani cabai rawit merah petani nonmitra per hektar luas lahan adalah sebesar Rp ,55. Total biaya usahatani cabai rawit merah petani nonmitra relatif lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani mitra Indofood. Besar alokasi biaya-biaya usahatani cabai rawit merah petani non mitra per hektar di Desa Cigedug dapat dilihat pada Tabel Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra Tabel 12 menunjukkan besar pendapatan usahatani atas biaya tunai yang didapat oleh petani nonmitra yaitu sebesar Rp ,61 sedangkan pendapaatan usahatani atas biaya total sebesar Rp ,06. Hasil tersebut menunjukkan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh setelah seluruh biaya tertutupi ditandai dengan seluruh biaya hasil yang bernilai positif. Pendapatan atas biaya tunai belumdapat menggambarkan pendapatan sebenarnya yang diterima oleh petani karena petani masih mengeluarkan biaya-biaya yang bersifat tidak tunai atau diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai yang didapat oleh petani nonmitra merupakan pengurangan total penerimaan usahatani dengan total biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan pendapatan usahatani atas biaya total merupakan pengurangan dari total penerimaan usahatani dengan total biaya usahatani termasuk biaya yang diperhitungkan di dalamnya. Usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani nonmitra di Desa Cigedug dapat dikatakan efisien dan menguntungkan dilihat dari nilai 74

15 perbandingan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya yang dikeluarkan (R/C ratio). Berdasarkan Tabel 12, nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh petani nonmitra dengan luasan lahan sebesar satu hektar adalah sebesar 2,43. Nilai tersebut berarti setiap pengeluaran petani sebesar Rp 1,00 akan mendapatkan imbalan penerimaan sebesar Rp 2,43. Nilai R/C rasio bernilai positif menunjukkan bahwa usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani nonmitra pada lahan seluas satu hektar telah efisien untuk dijalankan karena besar penerimaan yang dihasilkan lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan. Perbandingan nilai R/C atas biaya tunai juga dapat digunakan untuk menunjukkan seberapa besar penerimaan yang didapat petani nonmitra tetapi terhadap biaya tunai yang benar-benar dikeluarkan tanpa biaya yang diperhitungkan. Tabel 12. Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Nonmitra Di Desa Cigedug Per Hektar Luasan Lahan Untuk Satu Musim Tanam Uraian A. Penerimaan Satuan Jumlah Fisik Harga (Rp/Satuan) Nilai Total (Rp) Produksi Cabai Rawit Merah kg 9.860, ,4 50,23 Produksi Tomat kg , ,67 39,34 Produksi Kol kg , ,47 21,76 Total Penerimaan ,6 100,00 B. Biaya Usahatani 1. Biaya Tunai a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon ,45 0,53 b. Bibit Tomat pohon ,00 3,00 c, Bibit Kol pohon ,00 0,99 d. Pupuk Pupuk Kandang kg 9.496, ,74 3,39 ZA kg 318, ,22 0,68 TSP kg 354, ,34 0,84 KCL kg 159, ,59 0,32 NPK kg 676, ,43 6,44 Ponska kg 385, ,24 1,06 Obat-obatan Obat Padat kg 92, ,91 16,00 Obat Cair liter 19, ,27 9,90 f. TKLK HOK 1.847, ,07 32,99 g. Sewa Lahan Rp ,69 2,00 Total Biaya Tunai ,95 78,13 (%) 75

16 2. Biaya Tidak Tunai (Yang Diperhitungkan) a. Bibit Cabai Rawit Merah pohon ,90 0,55 b. TKDK HOK 376, ,82 6,72 c. Penyusutan Peralatan Rp ,52 6,18 d. Sewa Lahan Rp ,314 8,41 Total Biaya Yang Diperhitungkan ,55 21,87 C. Total Biaya Usahatani (B1+B2)) ,51 100,00 D. Pendapatan Atas Biaya Tunai (A-B1) ,61 E. Pendapatan Atas Biaya Total (A-C) ,06 F. R/C ratio Atas Biaya Tunai (A/B1) 3,11 G. R/C ratio Atas Biaya Total (A/C) 2,43 Besar nilai R/C atas biaya tunai petani cabai rawit merah yang tidak bermitra pada lahan satu hektar adalah 3,11. Artinya setiap Rp 1,00 rupiah biaya tunai yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 3,11. Selisih antara nilai R/C rasio atas biaya tunai dengan nilai R/C rasio atas biaya total adalah 0,68. Selisih nilai yang relatif kecil ini menunjukka bahwa kegiatan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan oleh petani yang tidak bermitra pada lahan satu hektar di Desa Cigedug termasuk kedalam kegiatan komersil Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Cabai Rawit Merah Petani Mitra dan Nonmitra Bedasarkan analisis pendapatan usahatani yang dilakukan pada petani yang menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur dan petani yang tidak menjalin kemitraan maka dapat diketahui bahwa besar pendapatan usahatani atas biaya total yang diperoleh petani mitra yaitu sebesar Rp ,36 lebih besar dibandingkan pendapatan usahatani atas biaya total yang diperoleh petani nonmitra yaitu sebesar Rp ,06. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan penerimaan yang dipengaruhi oleh produktivitas cabai rawit merah. Perbedaan produktivitas dipengaruhi oleh perbedaan perlakuan antara petani mitra dan nonmitra terhadap tanaman cabai rawit merah yang dibudidayakan. Petani mitra memiliki kemampuan produktivitas lebih tinggi dibandingkan petani nonmitra. Dalam menjalankan kegiatan usahataninya petani mitra cenderung berfokus pada peningkatan produktifitas karena harga dan pasar yang sudah jelas. Sedangkan bagi petani nonmitra motivasi pada kegiatan usahatani yang dijalankan lebih kepada penambah pendapatan dari tanaman tumpang sari 76

17 yang di budidayakan. Selain itu harga yang diterima oleh petani nonmitra juga tidak jelas sehingga petani hanya berperan sebagai price taker. Pendampingan dan pembinaan yang dilakukan oleh pada agrofield Indofood dilakukan untuk menjaga kestabilan pasokan cabai rawit merah ke perusahaan. Hal itu berdampak pada kestabilan produktivitas usahatani cabai rawit merah yang dijalankan petani mitra. Sedangkan petani nonmitra hanya menjalankan usahatani cabai rawit merahnya tanpa tujuan tujuan tertentu sehingga perlakuan terhadap kegiatan usahataninya belum maksimal. Usia produktif tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas tanaman. Pada petani responden nonmitra terdapat beberapa responden yang memiliki usia produktif tanaman cabai rawit merah lebih rendah dibandingkan usia produktif tanaman pada petani mitra. Intensitas panen juga mempengaruhi produktivitas tanaman cabai rawit merah per hektar. Intensitas panen satu kali dalam satu minggu merupakan intensitas yang paling tepat untuk dilakukan karena mencegah buah terlalu matang di pohon sehingga mengurangi potensi terkena serangan hama dan penyakit. Perbedaan nilai R/C rasio antara petani mitra dengan petani nonmitra dapat menunjukkan perbedaan efisiensi atas kegiatan usahatani yang dilakukkan. Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai R/C rasio atas biaya total pada usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani mitra lebih besar dibandingkan dengan usahatani cabai rawit merah yang dilakukan petani nonmitra di Desa Cigedug. Bagi petani mitra, setiap Rp 1,00 biaya total yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 3,69 sedangkan petani nonmitra hanya menghasilkan Rp 2,43 sehingga petani mitra dapat dikatakan memiliki efisiensi usahatani lebih tinggi daripada petani nonmitra di Desa Cigedug. Secara umum berdasarkan pada hasil perbandingan pendapatan usahatani cabai rawit merah antara petani mitra dan nonmitra tersebut dapat dilihat bahwa proses kemitraan lebih memberikan manfaat bagi usahatani yang dijalankan oleh petani cabai rawit di Desa Cigedug. Namun, tidak semua petani yang tertarik untuk menjalin kemitraan dengan PT Indofood Fritolay Makmur. Hal ini terjadi karena faktor harga pasar yang dapat meningkat secara drastis menjadi harapan utama bagi para petani nonmitra. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya 77

18 petani yang tidak berkomitmen saat harga cabai rawit merah di pasar mengalami peningkatan drastis melebihi harga kontrak yang di tetapkan. 78

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEMBANG KOL 6.1 Sarana Usahatani Kembang Kol Sarana produksi merupakan faktor pengantar produksi usahatani. Saran produksi pada usahatani kembang kol terdiri dari bibit,

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 7.1. Penerimaan Usahatani Kedelai Edamame Analisis terhadap penerimaan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH

VI. KERAGAAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH VI. KERAGAAN USAHATANI CABAI RAWIT MERAH 6.1. Kondisi Usahatani Cabai Rawit Merah Desa Cigedug Kegiatan usahatani cabai rawit merah mulai berkembang di Desa Cigedug pada 5 tahun yang lalu yaitu pada tahun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN 5.1 Keadaan Pertanian di Kabupaten Garut Kabupaten Garut terletak di Propinsi Jawa Barat bagian selatan dan memiliki luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha (3.065,19

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK Analisis pendapatan usahatani paprika hidroponik meliputi analisis penerimaan, analisis biaya, analisis pendapatan, dan analisis R/C. Perhitungan usahatani

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH 8.1. Penerimaan Usahatani Bawang Merah Penerimaan usahatani bawang merah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA Penelitian ini menganalisis perbandingan usahatani penangkaran benih padi pada petani yang melakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG Usahatani ubi jalar di Desa Cikarawang menurut bentuk dan coraknya tergolong ke dalam usahatani perorangan dimana pengelolaannya dilakukan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1 Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani sayuran per hektar yang dikelola oleh petani di Kelompok Tani

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani cabai merah lahan pasir pantai di Desa Karangsewu berusia antara 30 sampai lebih dari 60 tahun. Umur petani berpengaruh langsung terhadap

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR 8.1 Penerimaan Usahatani Ubi Jalar Penerimaan usahatani ubi jalar terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penerimaan tunai merupakan penerimaan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI

VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO Bentuk analisis pendapatan ini mengacu kepada konsep pendapatan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tunai dan biaya

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI VI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI 6.1. Keragaan Usahatani Jambu biji Usahatani jambu biji di Desa Cimanggis merupakan usaha yang dapat dikatakan masih baru. Hal ini dilihat dari pengalaman bertani jambu

Lebih terperinci

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT VIII PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT 8.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Produktivitas rata-rata gabah padi sehat petani responden sebesar 6,2 ton/ha. Produktivitas rata-rata

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU. Umumnya petani ubi kayu Desa Pasirlaja menggunakan seluruh lahan VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI KAYU 7.1. Analisis Penggunaan Sarana Produksi Budidaya ubi kayu tidak terlalu sulit. Ubi kayu tidak mengenal musim, kapan saja dapat ditanam. Karena itulah waktu

Lebih terperinci

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI 6.1. Keragaan Usahatani Padi Keragaan usahatani padi menjelaskan tentang kegiatan usahatani padi di Gapoktan Jaya Tani Desa Mangunjaya, Kecamatan Indramayu, Kabupaten

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN

VII ANALISIS PENDAPATAN VII ANALISIS PENDAPATAN Analisis pendapatan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi penerimaan, biaya, dan pendapatan dari usahatani padi sawah pada decision making unit di Desa Kertawinangun pada musim

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, 51 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Responden Karakteristik petani yang menjadi responden bagi peneliti adalah usia, pengalaman bertani, tingkat pendidikan, penggunaan luas lahan, dan jumlah tanggungan

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM 7.1 Penerimaan Usahatani Caisim Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh petani dari jumlah produksi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian yang memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Peran tersebut diantaranya adalah mampu memenuhi

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Keadaan Geografis Kelompok Tani Pondok Menteng merupakan salah satu dari tujuh anggota Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Rukun Tani yang sebagian besar

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Gambaran Umum Usahatani Tomat di Desa Lebak Muncang Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya di Desa Lebak Muncang sebagian besar penduduknya adalah petani. Sebanyak

Lebih terperinci

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI KELAYAKAN USAHATANI CABAI MERAH DENGAN SISTEM PANEN HIJAU DAN SISTEM PANEN MERAH (Kasus Pada Petani Cabai di Kecamatan Sariwangi Kabupaten Tasikmalaya) Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Faktor umur adalah salah satu hal yang berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Semakin produktif umur seseorang maka curahan tenaga yang dikeluarkan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

VI. HASIL dan PEMBAHASAN VI. HASIL dan PEMBAHASAN 6.1 Penggunaan Input Usahatani 6.1.1 Benih Benih memiliki peran strategis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Cigedug, Kecamatan Cigedug, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Petani 1) Umur Umur petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , ,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. petani responden menyebar antara tahun. No Umur (thn) Jumlah sampel (%) , , V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden 5.1.1 Umur petani responden Umur Petani merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada aktivitas di sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Cimanggis, Kecamatan Bojong Gede, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat. Penentuan lokasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 109 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pengolahan dan hasil analisis data yang telah penulis lakukan dalam penelitian tentang Pengaruh Agribisnis Hortikultura Terhadap Kesejahteraan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI UBI JALAR 6.1. Analisis Aspek Budidaya 6.1.1 Penyiapan Bahan Tanaman (Pembibitan) Petani ubi jalar di lokasi penelitian yang dijadikan responden adalah petani yang menanam

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Ekonomi 3.1.1. Fungsi Produksi Dalam proses produksi terkandung hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan produk atau hasil yang akan diperoleh.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Harga Beberapa Komoditas Pertanian Jawa Barat Per tanggal 31 Juli 2009

Lampiran 1. Harga Beberapa Komoditas Pertanian Jawa Barat Per tanggal 31 Juli 2009 Lampiran 1. Harga Beberapa Komoditas Pertanian Jawa Barat Per tanggal 31 Juli 2009 No Komoditas Harga Per Kg 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Bawang Daun Brokoli Bawang Merah Bawang Putih Buncis

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel

Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No. Pertanyaan Sampel Lampiran 1. Tingkat Partisipasi Petani Dalam Mengikuti Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu No Pertanyaan Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Total Skor 1 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 29 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 28 3

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster

Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam. Petani Klaster 43 Lampiran 1. Data Usahatani Jahe Emprit Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Klaster 44 Lampiran 1 Usahatani Jahe Dengan Satuan Rp/Ha/Musim Tanam Petani Non Klater 45 Lampiran 2. Output Karakteristik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pekerjaan sampingan dan pengalaman bertani. Berdasarkan umur, usia antara tahun adalah usia produktif, sementara usia V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Pada proses usahatani, petani menggunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI

SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner Pendapatan Usahatani jambu biji SURVEI PENDAPATAN USAHATANI JAMBU BIJI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kuesioner ini digunakan sebagai bahan penyusun

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 1 Juni 2015 2 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI BUNCIS DENGAN SISTEM TEBASAN DAN TANPA TEBASAN Annisa Aprianti R 1 1) Fakultas Agrobisnis dan Rekayasa Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA

KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA 38 LAMPIRAN Lampiran 1 KUISIONER WAWANCARA PETANI PENGELOLAAN TANAMAN DAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN (OPT) LADA DI BANGKA Kabupaten : Bangka/Bateng Pewawancara :. Kecamatan :. Tgl. Wawancara :.. Desa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak Geografis dan Topografi Desa Cibodas merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Propinsi

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

V HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari petani tersebut.

V HASIL DAN PEMBAHASAN. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari petani tersebut. V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani 1. Umur Petani Petani kentang Desa Batur berusia antara 20 tahun sampai lebih dari 50 tahun. Umur petani berpengaruh terhadap tingkat produktivitas kerja dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Usahatani Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya (lahan, kerja, modal, waktu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Desa Karya Baru merupakan salah satu dari 5 Desa yang ada di Kecamatan Dengilo Kabupaten Pohuwato. Desa Karya Baru

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana. produksi danpendapatanyang diinginkan pada waktu tertentu. 37 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Usahatani dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang petani mengalokasikan sumberdaya yang ada, baik lahan, tenaga

Lebih terperinci

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013 ANALISIS USAHATANI CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN TEGALAN DESA KETAWANGREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN PURWOREJO Ragil Prastyo Kurniawan 1), Eni Istiyanti 2) dan Uswatun Hasanah 1) 1) Program

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH Analisis pendapatan pada usaha budidaya udang galah akan menjelaskan apakah usaha yang dilakukan menguntungkan (profitable) atau tidak yaitu dengan

Lebih terperinci

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 17 BAB III TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Kuliah Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Karangtaji Rt 02 Rw 04 Kecamatan Karangpandan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum, Geografis, dan Iklim Lokasi Penelitian Desa Ciaruten Ilir merupakan desa yang masih berada dalam bagian wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo Strata I II No. Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Kelompok Tani Lestari Profil Kelompok Tani Lestari mendeskripsikan tentang sejarah, visi misi dan struktur organisasi kelompok. 1 Sejarah Kelompok Kelompok Tani Lestari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi III. METODE PENELITIAN Penelitian tentang pengembangan usahatani mina padi dengan sistem jajar legowo ini dilakukan di Desa Mrgodadi, Kecamatan sayegan, Kabupaten Sleman. Penelitian ini menggunakan metode

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. tanggungan keluarga, luas lahan, status kepemilikan lahan, pengalaman bertani, V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Petani Padi Kegiatan usahatani padi dipengaruhi oleh latar belakang petani dengan beberapa karakteristik yang meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI POLA TANAM ROTASI CABAI MERAH DAN TOMAT Feasibility of Cropping Pattern of Red Chili and Tomato

KELAYAKAN USAHATANI POLA TANAM ROTASI CABAI MERAH DAN TOMAT Feasibility of Cropping Pattern of Red Chili and Tomato KELAYAKAN USAHATANI POLA TANAM ROTASI CABAI MERAH DAN TOMAT Feasibility of Cropping Pattern of Red Chili and Tomato 1. Ema Husnul Chotimah 2. Suyudi 3. Hj. Tenten Tedjaningsih 1. Program Studi Agribisnis

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN

STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN STUDI KOMPARATIF USAHATANI ANTARA SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO DAN SISTEM TANAM PADI KONVENSIONAL DI DESA SIDOAGUNG KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN Singgih Kusuma Wardani / 20110220024 Francy Risvansuna

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Sehingga dapat dikatakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Sehingga dapat dikatakan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Sehingga dapat dikatakan kualitas dan kuantitas

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida

III. METODE PENELITIAN. bibit sengon laut (Paraserianthes falcataria L. Nielsen) pupuk NPK, herbisida III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian dilakukan di Lahan Percobaan Universitas Muhammadiyah Malang, Desa Pendem, Kota Batu. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari -

Lebih terperinci

KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani)

KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani) I. GAMBARAN UMUM RESPONDEN KUISIONER PRAKTIKUM LAPANG ILMU USAHATANI (Responden : Petani) a. Tanaman di usahakan : ( ) Padi, ( ) Palawija, ( ) Hortikultura, ( ) Lainnya :. b. Luas lahan : Ha c. Luas Lahan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN VII. ANALISIS PENDAPATAN 7.1. Biaya Produksi Usahatani dianalisis dengan cara mengidentifikasikan penggunaan sarana produksi (input). Sarana produksi yang digunakan antara peternak mitra dan peternak non

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Gambaran Umum Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Citapen Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, pada umumnya sebagian besar penduduk Desa Citapen adalah bermata pencaharian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 18 TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Tanaman herbal atau tanaman obat sekarang ini sudah diterima masyarakat sebagai obat alternatif dan pemelihara kesehatan yang

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Pendidikan Terakhir. B. Karakteristik dan Pendapatan Rumah Tangga Responden. Status Penguasaan

LAMPIRAN. Pendidikan Terakhir. B. Karakteristik dan Pendapatan Rumah Tangga Responden. Status Penguasaan 61 LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Kuisioner A. Idientitas Responden 1. Nama : 2. Nomer telepon/alamat : 3. Umur : 5. Pengalaman usahatani : 6. Pekerjaan Utama : 7. Pekerjaan Sampingan : No. 1 2 3 4 5 6 Nama/

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani responden pada penelitian ini adalah petani yang berjumlah 71 orang yang dianggap sudah mewakili dari keseluruhan petani yaitu sebanyak 250 orang petani

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2011 di Desa Ringgit Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah dengan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Letak dan Keadaan Geografis Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo terdiri dari empat (4) Dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV. Daerah ini dipilih

Lebih terperinci