PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT"

Transkripsi

1 PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa pemilihan Kepala Desa merupakan sarana untuk mewujudkan demokrasi desa yang berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; b. bahwa pemilihan Kepala Desa perlu diselenggarakan secara lebih berkualitas dengan partisipasi rakyat seluas-luasnya dan dilaksanakan berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil; c. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa perlu dilakukan pengaturan kembali terhadap pemilihan, pengesahan, dan pemberhentian Kepala Desa; d. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 5 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa, masih diperlukan adanya penyempurnaan untuk meminimalisir permasalahanpermasalahan dalam pelaksanaan dan penerapannya; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, dipandang perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pemilihan, Pengesahan dan Pemberhentian Kepala Desa. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Sumbawa Barat di Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 145, Tambahan Negara Nomor 4340); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang 1

2 Pemerintahan Daerah menjadi Undang-Undang ((Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4587). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT dan BUPATI SUMBAWA BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Daerah adalah Kabupaten Sumbawa Barat. 2. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Kepala Daerah adalah Bupati Sumbawa Barat. 4. DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumbawa Barat. 5. Kecamatan adalah Wilayah Kerja Camat sebagai Perangkat Daerah Kabupaten. 6. Camat adalah Kepala Kecamatan yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati. 7. Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Pemerintahan desa adalah Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa. 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat desa. 10. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disingkat BPD adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa. 11. Panitia Pemilihan Kepala Desa yang selanjutnya disebut Panitia Pilkades adalah Lembaga bersifat independen dan sementara (ad hoc), untuk menyelenggarakan pemilihan kepala desa. 12. Bakal Calon Kepala Desa yang selanjutnya disebut Bakal Calon adalah penduduk desa Warga Negara Indonesia yang mencalonkan atau dicalonkan sebagai Bakal Calon Kepala Desa. 2

3 13. Calon Kepala Desa yang selanjutnya disebut Calon adalah penduduk desa Warga Negara Indonesia yang telah lulus seleksi penjaringan dan telah ditetapkan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagai Calon Kepala Desa. 14. Calon terpilih adalah calon Kepala Desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan Calon Kepala Desa. 15. Pemilih adalah Penduduk Desa yang telah memenuhi persyaratan untuk menggunakan hak pilihnya. 16. Hak pilih adalah hak yang dimiliki oleh seseorang untuk menentukan sikap pilihannya. 17. Penjaringan adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Pemilihan Kepala Desa untuk menentukan bakal calon. 18. Penyaringan adalah suatu tahapan kegiatan yang dilakukan oleh Panitia Pilkades untuk menentukan calon kepala desa. 19. Tim Pendukung adalah Tim yang dibentuk oleh Calon Kepala Desa yang akan berperan untuk mensosialisasikan visi, misi, dan program Calon Kepala Desa. 20. Tempat Pemungutan Suara yang selanjutnya disebut TPS adalah tempat pemilih memberikan suara pada hari dan tanggal pemungutan suara. 21. Koordinator Seleksi Calon Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa adalah tim independen bersifat ad hoc yang bertugas untuk melakukan proses seleksi penerimaan calon anggota Panitia Pilkades. BAB II PERSIAPAN PEMILIHAN Pasal 2 (1) Masa persiapan pemilihan Kepala Desa meliputi : a. Pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa atau Pejabat Kepala Desa secara tertulis mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Desa atau mengenai rencana pelaksanaan Pilkades; b. Pemberitahuan BPD kepada Bupati melalui Camat mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Desa dan waktu pelaksanaan pemilihan Kepala Desa atau mengenai rencana pelaksanaan pemilihan Kepala Desa; c. Pembentukan Koordinator Seleksi Calon Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa; d. Pemberitahuan BPD kepada Koordinator Seleksi Calon Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa mengenai berakhirnya masa jabatan Kepala Desa atau mengenai rencana pelaksanaan Pilkades; e. Perencanaan penyelenggaraan, meliputi penetapan tata cara dan jadual tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa. (2) Pemberitahuan BPD kepada Kepala Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a disampaikan secara tertulis kepada Kepala Desa selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa. 3

4 (3) BPD membentuk Koordinator Seleksi Penerimaan Calon Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum berakhirnya masa jabatan Kepala Desa. BAB III PENYELENGGARA PEMILIHAN KEPALA DESA Bagian Pertama Pembentukan Koordinator Seleksi Panitia Pemilihan Kepala Desa Pasal 3 (1) BPD mengkoordinir seleksi Calon Panitia Pemilihan Kepala Desa selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sebelum penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa. (2) Mengkoordinir Seleksi Calon Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa melibatkan unsur-unsur : a. Anggota BPD 1 (satu) orang; b. Anggota LPM 1 (satu) orang; c. Pemerintah Desa 1 (satu) orang. (3) Koordinator seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki tugas dan fungsi : a. mengkoordinir penyelenggaraan seleksi Calon Anggota Panitia Pilkades; b. menetapkan tanggal dan jadual penerimaan seleksi Calon Anggota Panitia Pilkades; c. meneliti persyaratan kelengkapan administrasi Calon Anggota Panitia Pilkades; d. menetapkan dan mengumumkan Calon Anggota Panitia Pilkades yang terpilih. Bagian Kedua Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Pasal 4 (1) Panitia Pilkades bersifat sementara (ad hoc) dan mandiri (independen). (2) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk dengan Surat Keputusan BPD berdasarkan atas hasil seleksi Koordinator Seleksi Anggota Panitia Pilkades. Pasal 5 (1) Dengan terbentuknya Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Kepala Desa bersangkutan mengundurkan diri dan digantikan dengan Penjabat Kepala Desa dari Kantor Kecamatan setempat dan/atau Penjabat yang ditetapkan Bupati. (2) Penjabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Bupati atas usulan Camat. Pasal 6 (1) Syarat-syarat untuk menjadi Anggota Panitia Pilkades adalah : a. bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. penduduk Desa Warga Negara Republik Indonesia; c. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dan Cita-Cita Proklamasi 17 Agustus 1945; 4

5 d. berpendidikan serendah-rendahnya SMP atau sederajat; e. mempunyai integritas pribadi yang kuat, jujur, dan adil; f. mempunyai komitmen dan dedikasi terhadap suksesnya Pilkades, tegaknya demokrasi, dan keadilan; g. berdomisili di desa bersangkutan; h. memiliki pengetahuan menyangkut peraturan daerah tentang Pemilihan Kepala Desa; i. tidak menjadi anggota atau pengurus partai politik; j. tidak menjadi pendukung/tim sosialisasi visi dan misi salah satu calon Kepala Desa; k. bersedia bekerja sepenuh waktu. (2) Pada saat pendaftaran Calon Anggota Panitia Pilkades harus menyerahkan berkas kelengkapan persyaratan sebagai berikut : a. surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Cita-Cita Proklamasi 17 Agustus 1945 yang ditandatangani sendiri oleh Calon Anggota Panitia Pilkades di atas kertas segel atau materai Rp. 6000,- (enam ribu rupiah); b. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP); c. foto copy ijazah serendah-rendahnya SMP atau sederajat; d. surat pernyataan komitmen dan dedikasi untuk mensukseskan Pilkades, tegaknya demokrasi, dan keadilan yang ditandatangani oleh Calon Anggota Panitia Pilkades; e. surat pernyataan tidak menjadi pendukung salah satu calon Kepala Desa; f. surat pernyataan bersedia bekerja sepenuh waktu; g. pas foto ukuran 4 x 6 (empat kali enam) cm; h. surat penunjukan dari organisasi/lembaga masing-masing. Pasal 7 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa berjumlah 5 (lima) orang yang merupakan perwakilan atau utusan dari organisasi/lembaga desa, yakni unsur BPD 1 (satu) orang, LPM 1 (satu) orang, Pemerintah Desa 1 (satu) orang, Karang Taruna 1 (satu) orang, dan Tokoh Masyarakat 1 (satu) orang. (2) Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat 1 (satu) dipilih oleh pengurus dan anggota masing-masing lembaga secara demokratis melalui musyawarah mufakat atau rapat organisasi. (3) Tata cara dan tata tertib pemilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada mekanisme yang berlaku pada masing-masing lembaga/organisasi. (4) Ketua atau pengurus organisasi menyerahkan Berita Acara Hasil Musyawarah atau Surat Keputusan Penetapan utusan Calon Anggota Panitia Pilkades kepada Koordinator Seleksi Calon Anggota Panitia Pilkades. (5) Panitia Pilkades yang berasal dari Tokoh Masyarakat diusulkan oleh lembaga-lembaga BPD, LPM, Pemerintah Desa, Karang Taruna dan lembaga kemasyarakatan lainnya dan ditentukan atas dasar usulan terbanyak. 5

6 (6) Koordinator Seleksi Calon Anggota Panitia Pilkades menerima, meneliti dan menyampaikan hasil laporan penelitian kepada Ketua atau pengurus masing-masing lembaga/organisasi. (7) Apabila berdasarkan hasil penelitian belum memenuhi persyaratan maka pengurus organisasi atau bakal calon anggota Panitia Pilkades harus melengkapi persyaratan atau mengajukan calon baru berdasarkan hasil musyawarah. (8) BPD menetapkan Calon Anggota Panitia Pilkades dengan Surat Keputusan BPD dan mengumumkan Anggota Panitia terpilih kepada masyarakat. (9) Pembentukan Panitia Pilkades selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan pemilihan Kepala Desa. Bagian Ketiga Susunan dan Kedudukan Panitia Pemilihan Kepala Desa Pasal 8 (1) Susunan keanggotaan Panitia Pemilihan Kepala Desa terdiri atas seorang Ketua merangkap anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota dan 3 (tiga) orang anggota. (2) Setiap anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa mempunyai hak suara yang sama. (3) Keputusan tertinggi Panitia Pilkades terletak pada Rapat Pleno. (4) Pimpinan Panitia Pilkades bersifat kolektif terdiri atas seorang Ketua dan Wakil Ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Panitia Pilkades untuk masa jabatan 3 (tiga) bulan. (5) Sebelum Ketua dan Wakil Ketua Panitia Pilkades terpilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), rapat-rapat Panitia Pilkades dipimpin oleh anggota yang tertua usianya dengan didampingi oleh anggota yang termuda usianya. Pasal 9 (1) Pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Panitia Pilkades dilaksanakan dalam Rapat Pleno Panitia Pilkades berdasarkan suara terbanyak. (2) Anggota Panitia Pilkades yang memperoleh suara terbanyak pertama ditetapkan sebagai Ketua dan terbanyak kedua ditetapkan sebagai Wakil Ketua melalui Surat Keputusan Panitia Pilkades berdasarkan hasil Rapat Pleno Pemilihan. (3) Berita Acara dan Surat Keputusan Pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh Anggota Panitia Pilkades yang usianya tertua dan termuda kepada BPD untuk ditetapkan dengan Surat Keputusan BPD selambat-lambatnya 2 (dua) hari sejak ditetapkanya Keputusan Pleno Panitia Pilkades. (4) Surat Keputusan Penetapan oleh BPD sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bupati melalui Camat selambat-lambatnya 2 (dua) hari sejak keputusan penetapan dikeluarkan. 6

7 Bagian Keempat Tugas dan Wewenang Panitia Pilkades Pasal 10 (1) Panitia Pemilihan Kepala Desa sebagai penyelenggara pemilihan mempunyai tugas dan wewenang : a. merencanakan penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa mulai dari menyusun jadual setiap tahapan pemilihan Kepala Desa dari Pendataan Pemilih, penyusunan Daftar Pemilih Sementara sampai dengan Pelaksanaan Pilkades. b. melaksanakan tata cara pelaksanaan pemilihan sesuai dengan tahapan yang diatur dalam Peraturan Daerah; c. mengkoordinasikan, menyelenggarakan, dan mengendalikan semua tahapan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa; d. melaksanakan tata cara pelaksanaan sosialisasi visi dan misi calon Kades, serta pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sesuai dengan Peraturan Daerah; e. meneliti persyaratan calon Kepala Desa; f. menetapkan calon kepala desa yang telah memenuhi persyaratan; g. menerima pendaftaran dan mengumumkan tim sosialisasi visi dan misi/tim pendukung apabila ada; h. menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara dan mengumumkan hasil pemilihan; i. melakukan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan pemilihan Kepala Desa. (2) Panitia Pilkades sebagai penyelenggara pemilihan berkewajiban : a. memperlakukan calon secara adil dan setara; b. menetapkan standarisasi serta kebutuhan barang dan jasa yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala desa sesuai peraturan daerah; c. menyampaikan laporan perkembangan pelaksanaan Pilkades kepada BPD dan Bupati melalui Camat untuk setiap tahap pelaksanaan pemilihan dan menyampaikan informasi kegiatannya kepada masyarakat; d. memelihara arsip dan dokumen pemilihan serta mengelola barang inventaris milik Desa berdasarkan Peraturan Daerah; e. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang berasal dari APBDes dan swadaya masyarakat kepada BPD dan kepada Bupati melalui Camat terhadap anggaran yang berasal dari APBD dan sumbangan pihak ketiga; f. melaksanakan semua tahapan pemilihan tepat waktu. Bagian Kelima Pelantikan dan Kode Etik Anggota Panitia Pilkades Pasal 11 (1) Sebelum melaksanakan tugasnya, Anggota Panitia Pilkades mengucapkan sumpah/janji menurut agamanya, yang berbunyi sebagai berikut : 7

8 Demi Allah (Tuhan) saya bersumpah/berjanji : Bahwa saya akan memenuhi tugas dan kewajiban saya sebagai Anggota Panitia Pemilihan Kepala Desa dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya; Bahwa saya akan menyelenggarakan Pemilihan Kepala Desa sesuai dengan peraturan perundang-undangan dengan berpedoman pada Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945; Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan kewajiban tidak akan tunduk pada tekanan dan pengaruh apapun dari pihak manapun yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan; Bahwa saya dalam menjalankan tugas dan kewenangan akan bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, adil, dan cermat demi suksesnya pemilihan Kepala Desa, tegaknya demokrasi dan keadilan serta mengutamakan kepentingan Negara Kesatuan Republik Indonesia serta kepentingan Kabupaten Sumbawa Barat dan kepentingan Desa daripada kepentingan pribadi atau golongan. (2) Pengucapan sumpah/janji Anggota Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dihadapan BPD dengan dipandu oleh Camat atau pejabat yang ditunjuk oleh Camat untuk memandu pengucapan sumpah. (3) Dalam menjalankan tugas dan wewenang Anggota Panitia Pilkades harus berpedoman pada kode etik sebagai penyelenggara : a. tidak memihak atau menguntungkan salah satu Calon Kepala Desa; b. bekerja berlandaskan pada peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya yang berlaku; c. bertanggung jawab; d. jujur dan adil; e. bersifat terbuka; f. amanah; g. profesional; h. obyektif; i. mengedepankan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi. BAB IV PENETAPAN PEMILIH Pasal 12 (1) Penduduk Desa Warga Negara Indonesia yang pada hari pemungutan suara pemilihan Kepala Desa sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau sudah/pernah menikah mempunyai hak memilih. (2) Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam pemilihan kepala desa Penduduk Desa harus terdaftar sebagai pemilih. (3) Pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat : a. memiliki Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Domisili atau Kartu Keluarga dari pejabat berwenang yang menunjukkan identitas pemilih beralamat di desa tersebut; 8

9 b. berdomisili di desa pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan secara terus-menerus sebelum disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk atau Surat Keterangan Domisili dari Pemerintah Desa; c. bagi pemilih yang bukan penduduk asli atau penduduk pendatang harus menunjukkan Surat Keterangan Pindah dari Pemerintah Desa Asal kepada Panitia Pilkades dan Pemerintah Desa sebagai bukti keterangan kepindahan domisili; d. nyata-nyata tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya; e. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. (4) Penduduk Desa Asli atau Penduduk Desa yang berdomisili di desa namun meninggalkan desa lebih dari 3 (tiga) tahun secara terus-menerus dan kurang dari 6 (enam) bulan tinggal secara terus menerus sebelum disahkannya daftar pemilih sementara tidak dapat menggunakan hak pilihnya dalam pemilihan kepala desa. (5) Penduduk Desa yang telah terdaftar dalam daftar pemilih ternyata tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dapat menggunakan hak memilih. BAB V PENDATAAN PEMILIH Pasal 13 (1) Panitia Pilkades dapat menggunakan Daftar Pemilih terakhir dalam Pemilu legislatif, atau Pilkada Kabupaten/Provinsi yang disusun Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang disimpan di Desa sebagai bahan penyusunan Daftar Pemilih Sementara. (2) Panitia Pemilihan Kepala Desa harus melakukan pemutakhiran dan validasi data untuk menyusun Daftar Pemilih Sementara maupun menyusun Daftar Pemilih Tetap. (3) Pemutakhiran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan untuk mengetahui : a. memenuhi syarat usia pemilih, yang sampai dengan hari dan tanggal pemungutan suara pemilihan sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun; b. belum berumur 17 (tujuh belas) tahun, tetapi sudah/pernah kawin; c. telah meninggal dunia; d. pindah domisili ke desa lain atau daerah lain; atau e. bukan penduduk desa yang bersangkutan. (4) Apabila daftar pemilih tetap terakhir yang disusun PPS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia, maka Panitia Pilkades dapat melakukan kerjasama dengan KPU Kabupaten, Badan Pusat Statistik Kabupaten, Pemerintah Daerah atau perangkat daerah terkait lainnya yang mengurusi tugas kependudukan dan pencatatan sipil. 9

10 BAB VI DAFTAR PEMILIH SEMENTARA Pasal 14 (1) Kegiatan penyusunan Daftar Pemilih Sementara oleh Panitia Pilkades dilaksanakan selama 3 (tiga) hari. (2) Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam rangkap 2 (dua), dengan ketentuan : a. 1 (satu) rangkap untuk keperluan pengumuman; dan b. 1 (satu) rangkap digunakan sebagai bahan penyusunan Daftar Pemilih Tetap. (3) Tiap rangkap Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh Ketua dan Anggota Panitia Pilkades dan dibubuhi cap. Pasal 15 (1) Panitia Pilkades harus mengumumkan Daftar Pemilih Sementara pada tempat-tempat strategis yang mudah dijangkau masyarakat dengan bantuan Perangkat Desa, Kepala Dusun, Rukun Warga atau Rukun Tetangga untuk memperoleh tanggapan dari masyarakat. (2) Jangka waktu pengumuman Daftar Pemilih Sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah selama 3 (tiga) hari dan selama masa tersebut pemilih dapat mengajukan usul perbaikan mengenai penulisan nama atau memberikan informasi kepada Panitia Pilkades yang meliputi antara lain: a. Pemilih yang terdaftar sudah meninggal dunia; b. Pemilih sudah tidak berdomisili di desa tersebut; c. Pemilih yang sudah kawin dibawah umur 17 (tujuh belas) tahun; d. Pemilih yang belum berumur 17 (tujuh belas) tahun dan belum kawin; e. Pemilih yang sudah terdaftar tetapi sudah tidak memenuhi syarat sebagai pemilih; dan f. Pemilih yang sudah memenuhi syarat namun belum terdaftar sebagai pemilih. (3) Apabila usul perbaikan dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diterima, Panitia Pilkades melakukan perbaikan Daftar Pemilih Sementara. Pasal 16 (1) Pemilih yang memenuhi syarat namun belum terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara harus pro-aktif mendaftarkan diri sebagai pemilih kepada Panitia Pilkades. (2) Apabila pemilih sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak melapor dan tidak terdaftar dalam Daftar Pemilih Sementara maupun Daftar Pemilih Tambahan, maka pemilih tersebut tidak dapat menggunakan hak pilihnya. 10

11 BAB VII DAFTAR PEMILIH TAMBAHAN Pasal 17 (1) Panitia Pilkades mencatat data/nama pemilih baru ke dalam Daftar Pemilih Tambahan. (2) Pencatatan data pemilih baru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Nama pemilih; b. Tempat tanggal lahir/usia; c. Status perkawinan; d. Nomor urut; e. Nomor pemilih; f. Jenis kelamin; g. Alamat tempat tinggal; h. Keterangan. Pasal 18 (1) Pencatatan data pemilih dalam daftar pemilih tambahan dilaksanakan selama masa waktu pengumuman Daftar Pemilih Sementara atau selama 3 (tiga) hari. (2) Daftar Pemilih Tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuat dalam 2 (dua) rangkap dan ditandatangani oleh ketua dan anggota Panitia Pilkades serta dibubuhi cap. Pasal 19 (1) Daftar Pemilih Tambahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, diumumkan oleh Panitia Pilkades pada tempat yang mudah dijangkau oleh masyarakat dengan bantuan petugas desa, pengurus rukun tetangga/rukun warga untuk mendapat tanggapan masyarakat. (2) Jangka waktu pengumuman daftar pemilih tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan selama 3 (tiga) hari. (3) Daftar Pemilih Sementara dan Daftar Pemilih Tambahan ditetapkan oleh Panitia Pilkades sebagai Daftar Pemilih Tetap setelah pengumuman Daftar Pemilih Tambahan selesai. Pasal 20 (1) Setelah Daftar Pemilih Tetap diumumkan, Panitia Pilkades melakukan pengisian Kartu Panggilan untuk setiap pemilih yang namanya tercantum dalam daftar pemilih tetap. (2) Panitia Pilkades dengan dibantu oleh Kepala Dusun, Ketua RW dan Ketua RT mendatangi tempat kediaman pemilih, untuk menyerahkan Kartu Panggilan. (3) Apabila pemilih yang telah terdaftar dalam daftar pemilih tetap namun belum memperoleh kartu panggilan, maka pemilih tersebut harus pro aktif untuk meminta Kartu Panggilan kepada Panitia Pilkades. (4) Kartu Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), digunakan pemilih untuk memberikan suara pada hari dan tanggal pemungutan suara. 11

12 (5) Penyerahan Kartu Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus sudah selesai selambatlambatnya 2 (dua) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. Pasal 21 (1) Untuk keperluan pemeliharaan Daftar Pemilih Tetap, Daftar Pemilih Tetap yang sudah disahkan oleh Panitia Pilkades dalam jangka waktu 3 (tiga) hari sebelum hari pemungutan suara dinyatakan final dan Panitia Pilkades tidak dapat melakukan perubahan (tambahan atau pengurangan) pemilih, kecuali terdapat pemilih yang meninggal dunia. (2) Dalam hal terdapat pemilih yang meninggal dunia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pilkades membubuhkan catatan dalam daftar pemilih tetap keterangan meninggal dunia. Pasal 22 (1) Pengadaan Formulir Pendaftaran Pemilih dan blanko kartu panggilan pemilih tambahan atau perbaikan dilaksanakan oleh Panitia Pilkades. (2) Biaya pengadaan formulir pendaftaran pemilih dan blanko kartu panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibebankan kepada anggaran APBD Kabupaten dan atau APB Desa. BAB VIII PENDAFTARAN DAN PENETAPAN CALON Bagian Pertama Syarat-Syarat Calon Kepala Desa Pasal 23 (1) Calon Kepala Desa adalah Penduduk Desa WNI yang memenuhi persyaratan : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah; c. berpendidikan paling rendah Tamat Sekolah Menengah Pertama atau sederajat; d. berusia sekurang-kurangnya 25 (dua puluh lima tahun) pada saat pendaftaran; e. sehat jasmani dan rohani dibuktikan dengan hasil pemeriksaan kesehatan menyeluruh dari dokter; f. tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat lima tahun; g. tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; h. bertempat tinggal atau berdomisili sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan secara berturut-turut sebelum pengumuman daftar pemilih sementara; i. penduduk setempat dan mengenal daerahnya dibuktikan dengan KK dan KTP; 12

13 j. menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan; k. menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri; l. belum pernah menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 (dua) kali masa jabatan pada tempat yang sama; m. tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Desa; n. bersedia dicalonkan sebagai Kepala Desa. (2) Pada saat Pendaftaran Calon Kepala Desa harus melengkapi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi : a. surat pernyataan Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang ditandatangani oleh calon sendiri diatas kertas segel atau materai 6000 (enam ribu) sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a; b. surat pernyataan setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Cita-Cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah yang ditandatangani oleh calon sendiri diatas kertas segel atau materai 6000,- (enam ribu) sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf b; c. foto copy ijazah dari SD atau Madrasah Ibtidaiyah atau sederajat, SMP atau sederajat, yang telah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c; d. foto copy Akte Kelahiran atau Surat Keterangan Kenal Lahir sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf d; e. surat keterangan hasil pemeriksaan kemampuan secara rohani dan jasmani dari dokter yang membuktikan bahwa calon mampu secara jasmani maupun rohani untuk melaksanakan tugas dan kewajiban, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf e; f. surat keterangan dari pengadilan negeri bahwa calon tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan karena melakukan tindak pidana, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf f; g. surat keterangan dari Ketua Pengadilan bahwa calon tidak sedang dicabut hak pilihnya sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf g; h. foto copy kartu tanda penduduk atau surat keterangan domisili dari pemerintah desa sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf h; i. naskah visi, misi, dan program dari calon secara tertulis sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf i; j. surat pernyataan daftar kekayaan pribadi yang ditulis dan ditanda tangani oleh calon sendiri di atas kertas segel atau materai 6000,- (enam ribu); 13

14 k. Daftar Riwayat Hidup yang memuat riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami dan isteri dibuat dengan sejujurnya dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya; l. Surat pernyataan belum pernah menjabat sebagai kepala desa selama 2 (dua) kali ditempat yang sama ; m. surat pernyataan tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Desa, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf n; n. surat kesediaan dicalonkan sebagai Kepala Desa; o. surat pernyataan kesanggupan untuk bekerja sepenuh waktu (full time); p. surat pernyataan tidak akan mengundurkan diri sebagai calon; q. pas foto calon ukuran 4 cm x 6 cm (empat kali enam) berwarna dan hitam putih masingmasing 4 (empat) lembar. Bagian Kedua Penyaringan Bakal Calon Pasal 24 (1) Setiap Warga Desa untuk dapat dicalonkan atau mencalonkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa harus memperoleh dukungan awal dari pemilih sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari jumlah pemilih di desa bersangkutan. (2) Dukungan pemilih 10% (sepuluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibuktikan dengan identitas pemilih, berupa; nama, alamat, umur, tanda tangan dukungan serta foto copy Kartu Tanda Penduduk atau identitas lainnya yang ditentukan oleh Panitia Pilkades. (3) Setiap pemilih hanya dibolehkan memberikan dukungan suara kepada salah satu Bakal Calon, dan dinyatakan tidak sah atau abstain jika pemilih memberikan lebih dari satu suara dukungan. (4) Setiap Bakal Calon atau Tim Pendukung dilarang untuk melakukan pemalsuan identitas pemilih. (5) Setiap Bakal Calon Kepala Desa atau Tim Pendukung harus menyerahkan laporan hasil perolehan dukungan suara kepada Panitia Pilkades sesuai dengan jadual yang telah ditentukan. (6) Laporan sebagaimana dimaksud ayat (5) sekurang-kurangnya memuat : a. Jumlah dukungan suara; b. Identitas Pemilih; c. Bukti-bukti lain sebagai pendukung; d. Panitia Pilkades dapat meminta klarifikasi dan informasi kepada Bakal Calon, Tim Pendukung atau masyarakat untuk memperoleh informasi kebenaran dan data yang telah disampaikan Bakal Calon atau Tim Pendukung. (7) Setiap Bakal Calon Kepala Desa yang tidak mencapai dukungan suara 10 % (sepuluh persen) dari jumlah pemilih, maka tidak dapat mencalonkan diri sebagai Calon Kepala Desa dan dinyatakan gugur sebagai Bakal Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades. (8) Apabila dalam proses penggalangan dukungan awal, hanya terdapat 1 (satu) Bakal Calon Kepala Desa yang memperoleh dukungan 10% (sepuluh persen) dari jumlah pemilih, maka 14

15 Panitia Pilkades membuka kesempatan bagi Bakal Calon sebelumnya yang belum memenuhi syarat hingga sekurang-kurangnya terjaring 2 (dua) Bakal Calon Kepala Desa. (9) Jadual pelaksanaan proses penyaringan awal ditetapkan oleh Panitia Pilkades. Pasal 25 (1) Setiap Bakal Calon Kepala Desa yang telah memperoleh dukungan awal paling sedikit 10 % (sepuluh persen) dari jumlah pemilih dapat mendaftarkan diri sebagai Bakal Calon Kepala Desa. (2) Pendaftaran Calon Kepala Desa dapat diajukan oleh Tim Pendukung atau Bakal Calon kepada Panitia Pilkades selama masa waktu pendaftaran Bakal Calon. (3) Masa pendaftaran Bakal Calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 7 (tujuh) hari sejak diumumkannya pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa oleh Panitia Pilkades. Pasal 26 (1) Bakal Calon pada saat pendaftaran harus menyerahkan kelengkapan persyaratan dan surat dukungan sebagai Bakal Calon Kepala Desa. (2) Pada saat Pendaftaran, Bakal Calon dapat menyerahkan Daftar Susunan Pengurus Tim Pendukung/Tim Sosialisasi Visi dan Misi Bakal Calon. (3) Panitia Pilkades memberikan tanda terima kepada Tim Sosialisasi atau Bakal Calon yang telah mendaftarkan diri sebagai Calon Kepala Desa. Bagian Ketiga Penelitian Bakal Calon Kepala Desa Pasal 27 (1) Panitia Pilkades melakukan penelitian kelengkapan syarat-syarat Calon Kepala Desa. (2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penelitian kelengkapan dan keabsahan administrasi pencalonan dan klarifikasi pada instansi yang berwenang. (3) Panitia Pilkades menyampaikan hasil penelitian kelengkapan persyaratan selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah penutupan pendaftaran Bakal Calon Kepala Desa. Pasal 28 (1) Apabila berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27, Bakal Calon Kepala Desa belum memenuhi persyaratan atau ditolak maka Panitia Pilkades memberikan kesempatan terakhir pada Bakal Calon Kepala Desa untuk melengkapi persyaratan. (2) Perbaikan kelengkapan Bakal Calon Kepala Desa yang belum memenuhi syarat dapat diajukan oleh Tim Pendukung/Tim Sosialisasi atau Bakal Calon Kepala Desa kepada Panitia Pilkades selambat-lambatnya 3 (tiga) hari setelah penyampaian hasil penelitian. 15

16 (3) Apabila hingga masa waktu pendaftaran ditutup Tim Pendukung/Tim Sosialisasi atau Bakal Calon belum mengajukan/menyerahkan kelengkapan persyaratan maka Bakal Calon Kepala Desa dianggap mengundurkan diri dari proses pencalonan Kepala Desa. Bagian Keempat Penetapan dan Pengumuman Calon Pasal 29 (1) Berdasarkan hasil penelitian, Panitia Pilkades menetapkan nama-nama calon Kepala Desa yang memenuhi syarat sebagai peserta pemilihan sekurang-kurangnya 2 (dua) calon Kepala Desa yang dituangkan dalam Berita Acara Penetapan Calon Kepala Desa. (2) Dalam hal tidak terpenuhi 2 (dua) calon sebagaimana dimaksud ayat (1), Panitia Pilkades membuka pendaftaran kembali hingga terpenuhi sekurang-kurangnya 2 (dua) Calon Kepala Desa. (3) Apabila setelah ditempuh mekanisme-mekanisme sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tetapi Calon tetap hanya 1 (satu) orang, Panitia Pilkades dapat menetapkan Calon dimaksud menjadi Kepala Desa setelah memenuhi dan melengkapi persyaratan-persyaratan yang ditentukan. Bagian Kelima Penetapan Nomor Urut Pasal 30 (1) Panitia Pilkades mengumumkan Calon Kepala Desa yang lulus seleksi kelengkapan persyaratan melalui papan pengumuman atau sarana informasi lainnya yang mudah dijangkau masyarakat. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat final dan mengikat. (3) Panitia Pilkades harus melakukan penentuan nomor urut masing-masing calon melalui undian secara terbuka di Kantor Desa atau tempat lainnya yang layak atau biasa digunakan sebagai sarana musyawarah/pertemuan desa. (4) Panitia Pilkades berdasarkan hasil pengundian nomor urut calon mengumumkan dan menetapkan nomor urut masing-masing calon dalam Berita Acara Penetapan Nomor Urut Calon. BAB IX SOSIALISASI VISI DAN MISI Bagian Pertama Pelaksanaan Sosialiasi Pasal 31 (1) Untuk menjamin kualitas, program maupun komitmen Calon Kepala Desa, Panitia Pilkades dapat mengagendakan kegiatan Sosialisasi Visi dan Misi. (2) Sosialisasi dilaksanakan sebagai bagian dari penyelenggaraan pemilihan Kepala Desa dan dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta nilai-nilai kearifan lokal yang berlaku di desa. 16

17 (3) Sosialisasi Pemilihan Kepala Desa dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada calon kepala desa untuk meyakinkan para pemilih dengan menawarkan visi, misi, dan program yang akan dilakukan apabila terpilih menjadi Kepala Desa dengan cara yang sopan, tertib, mendidik, damai serta bertanggung jawab. (4) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan oleh Tim Pendukung yang dibentuk oleh calon Kepala Desa. (5) Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan di ruang tertutup. (6) Jadual, tatacara, mekanisme Sosialisasi ditentukan oleh Panitia Pilkades. Pasal 32 (1) Pelaksanaan Sosialisasi hari pertama dilakukan pada Rapat Paripurna BPD dengan acara penyampaian visi, misi, dan program secara tertulis dari Calon Kepala Desa secara berurutan dengan waktu yang sama tanpa dilakukan dialog. (2) Bentuk dan format visi, misi dan program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan dan mengintegrasikan pada sistem perencanaan pembangunan yang termuat dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Sumbawa Barat ataupun dokumen perencanaan pembangunan lainnya. (3) Apabila calon terpilih menjadi Kepala Desa, visi, misi dan program sebagaimana dimaksud ayat (1) menjadi dokumen resmi Desa dan Pemerintah Daerah. Bagian Kedua Materi dan Bentuk Sosialisasi Pasal 33 (1) Materi sosialisasi berisi visi, misi, dan program calon meliputi agenda kebijakan yang diperjuangkan dan strategi untuk mewujudkan, yang disampaikan dengan cara sopan, tertib, dan mendidik dan tidak bersifat provokasi. (2) Visi, misi, dan program calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah : c. Visi yaitu uraian berkenaan dengan substansi kualitas kehidupan warga desa, dan cita-cita yang hendak diwujudkan. d. Misi yaitu uraian berkenaan dengan kebijakan yang diajukan dalam rangka mencapai atau mewujudkan visi. e. Program yaitu uraian berkenaan dengan langkah-langkah dan atau strategi baik taktis dan operasional untuk melaksanakan kebijakan yang bersifat publik. Program dimaksud dapat dalam bentuk program jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Pasal 34 (1) Bentuk-bentuk sosialisasi yang dapat dilaksanakan : 17

18 a. Tatap Muka dan Dialog Sosialisasi dalam bentuk tatap muka dan dialog, dilaksanakan dalam ruangan tertutup atau gedung dengan jumlah peserta tidak melampaui kapasitas sesuai dengan jumlah tempat duduk, dengan peserta pendukung dan atau undangan lainnya yang bukan pendukung. Dalam sosialisasi ini diadakan dialog yang sifatnya interaktif dan hanya dibenarkan membawa atau menggunakan foto calon atau atribut, simbol-simbol, dan atau bendera atau umbul-umbul dari calon yang mengadakan sosialisasi di tempat pertemuan tatap muka dan dialog. Sosialisasi dalam bentuk tatap muka dan dialog, harus disertai dengan undangan tertulis. b. Iklan/Adventorial media cetak dan media elektronik. Sosialisasi dalam bentuk iklan/adventorial dilaksanakan melalui media cetak dan media elektronik yang materi dan substansi menjelaskan visi, misi, dan program calon. c. Penyebaran bahan sosialisasi kepada umum. Sosialisasi dalam bentuk penyebaran bahan sosialisasi dapat berupa selebaran, stiker, kaos, topi, barang-barang cinderamata (korek api, gantungan kunci, pin, acsesoris atau barangbarang lain) dengan logo nomor urut dan gambar calon. d. Pemasangan alat peraga di tempat umum. Sosialisasi dalam bentuk pemasangan alat peraga di larang dipasang di tempat ibadah, rumah sakit/puskesmas/pustu/posyandu atau tempat-tempat pelayanan kesehatan lainnya, gedung milik pemerintah, lembaga pendidikan (gedung sekolahan), serta tempat milik perseorangan atau badan swasta (kecuali izin pemilik tempat yang bersangkutan, serta harus mempertimbangkan etika, estetika, kebersihan, dan keindahan desa atau kawasan setempat sesuai dengan peraturan daerah). Pemasangan alat peraga sosialisasi calon berjarak sekurang-kurangnya 1 (satu) meter dari alat peraga peserta pemilihan lainnya. e. Debat publik/debat. Sosialisasi dalam bentuk debat publik dapat diselenggarakan oleh Panitia Pilkades dengan materi penyampaian visi, misi dan program masing-masing calon. Peserta debat publik, Calon Kepala Desa, Tim Pendukung maupun Warga Desa yang menghadiri Debat Publik hanya dibolehkan bertanya terkait pada Visi, Misi dan Program. f. Kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan. Sosialisasi dalam bentuk kegiatan lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan, yaitu seperti acara ulang tahun, kegiatan sosial/budaya, perlombaan olah raga, kegiatan keagamaan, dan kegiatan lain dengan nama apapun yang bersifat mengumpulkan massa pada satu tempat tertentu. (2) Calon wajib menyampaikan materi sosialisasi yang diwujudkan dalam visi, misi, dan program secara lisan maupun tertulis kepada masyarakat. (3) Penyampaian materi sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disampaikan dengan cara yang sopan, tertib, dan bersifat edukatif. 18

19 (4) Dalam mendukung kegiatan sosialisasi, calon berhak untuk mendapatkan informasi atau data dari Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku. (5) Bentuk-bentuk sosialisasi diluar dari ketentuan diatas tidak dibolehkan (6) Apabila Calon atau Tim Pendukung melaksanakan sosialisasi diluar dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka Panitia Pilkades dapat memberikan sanksi berupa teguran secara lisan maupun tertulis. (7) Setelah Panitia Pilkades memberikan teguran lisan dan tertulis, namun Tim Sosialisai atau Calon tetap melanggar, maka Panitia Pilkades dapat memberikan sanksi berupa pembatalan calon yang terbukti melakukan pelanggaran tersebut. Pasal 35 (1) Tim Pendukung atau Calon yang melakukan sosialisasi pada masa tenang berdasarkan buktibukti permulaan yang ada dapat diberikan peringatan atau sanksi oleh Panitia Pilkades. (2) Peringatan atau sanksi tersebut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa peringatan secara tertulis yang diumumkan kepada masyarakat. (3) Pelaksanaan sosialisasi hanya dibolehkan dalam wilayah desa dengan memperhatikan aspek keamanan, ketertiban dan ketentraman. Bagian Ketiga Dana Sosialisasi Pasal 36 (1) Dana sosialisasi dapat bersumber dari : a. calon; b. sumbangan pihak-pihak lain yang tidak mengikat yang meliputi sumbangan perseorangan dan/atau badan hukum swasta. (2) Sumbangan dana sosialisasi dari perseorangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b yang lebih dari Rp (seratus ribu rupiah) baik dalam bentuk uang maupun bukan dalam bentuk uang yang jika dinilai sama dengan Rp (seratus ribu rupiah) wajib dilaporkan kepada Panitia Pilkades. (3) Tim Pendukung atau Calon melaporkan dana sosialisasi kepada Panitia Pilkades dalam waktu 1 (satu) hari sebelum masa kampanye dimulai dan 1 (satu) hari sesudah masa sosialisasi berakhir. (4) Laporan dana sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) memuat identitas pemberi sumbangan, jumlah sumbangan, bentuk sumbangan dan waktu pemberian sumbangan. (5) Panitia Pilkades mengumumkan melalui papan informasi desa dan atau sarana informasi lainnya di desa tentang laporan sumbangan dana sosialisasi dari setiap calon. Pasal 37 (1) Calon dilarang menerima sumbangan atau bantuan lain untuk sosialisasi yang berasal dari : 19

20 a. negara asing, lembaga swasta asing, lembaga swadaya masyarakat asing dan warga negara asing; b. penyumbang atau pemberi bantuan yang tidak jelas identitasnya; c. pemerintah, pemerintah daerah, BUMN, dan BUMD. (2) Calon yang menerima sumbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak dibenarkan menggunakan dana tersebut dan wajib melaporkannya kepada Panitia Pilkades untuk kemudian diserahkan kepada Pemerintah Desa sebagai dana penerimaan desa. (3) Calon yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dikenai sanksi pembatalan sebagai calon oleh Panitia Pilkades. Bagian Keempat Larangan Kegiatan Sosialisasi Pasal 38 (1) Setiap warga desa dilarang melakukan kegiatan sosialisasi, pada masa : a. sebelum tanggal dimulai masa sosialisasi; b. sosialisasi diluar jadual yang telah ditentukan; c. 3 (tiga) hari sebelum tanggal dan hari pemungutan suara; d. pada hari pemungutan suara. (2) Setiap Calon atau Tim Pendukung pada masa tenang harus melakukan pembersihan alat-alat peraga sosialisasi, kecuali alat peraga yang dipasang Panitia Pilkades. (3) Dalam pelaksanaan sosialisasi, Calon atau Tim Pendukung dilarang : a. mempersoalkan dasar negara Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. menghina seseorang, agama, suku, ras, golongan, calon Kepala Desa lain dan/tim Pendukung; c. menghasut atau mengadu antar personal maupun antar pendukung/kelompok masyarakat; d. menggunakan kekerasan, ancaman kekerasan atau menganjurkan penggunaan kekerasan kepada perseorangan atau kelompok masyarakat; e. mengganggu keamanan, ketentraman, dan ketertiban umum; f. merusak dan/atau menghilangkan alat peraga kampanye calon lain; g. menggunakan fasilitas dan anggaran Pemerintah Desa dan Pemerintah Daerah; h. menggunakan tempat ibadah dan tempat pendidikan; dan i. melakukan pawai atau arak-arakan yang dilakukan dengan berjalan kaki dan/atau dengan kendaraan di jalan raya. Pasal 39 (1) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) huruf a, huruf b, huruf c,huruf d, huruf e, dan huruf f, merupakan tindak pidana dan dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 20

21 (2) Pelanggaran atas ketentuan larangan pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat (3) huruf g, huruf h, dan huruf i, merupakan pelanggaran tata cara sosialisasi dikenakan sanksi: a. peringatan tertulis apabila penyelenggara sosialisasi melanggar larangan walaupun belum terjadi gangguan; b. penghentian kegiatan sosialisasi di tempat terjadinya pelanggaran apabila terjadi gangguan terhadap keamanan. (3) Tata cara pengenaan sanksi terhadap pelanggaran larangan pelaksanaan sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Panitia Pilkades Pasal 40 (1) Calon dan/atau tim Pendukung dilarang menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih. (2) Calon dan/atau Tim Pendukung yang terbukti melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dikenakan sanksi pembatalan sebagai calon oleh Panitia Pilkades. BAB X PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA Bagian Pertama Pemungutan Suara dan Penghitungan Suara Pasal 41 (1) Pemungutan suara pemilihan diselenggarakan paling lama 7 (tujuh) hari sebelum masa jabatan Kepala Desa berakhir atau sesuai jadual yang ditetapkan Panitia Pilkades terhadap bekas Desa Persiapan. (2) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan memberikan suara melalui surat suara yang berisi nomor, foto, dan nama calon. (3) Pemungutan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan pada hari libur atau hari yang dapat diliburkan. (4) Pelaksanaan pemungutan suara dimulai pukul dan berakhir pukul waktu setempat. (5) Pemberian suara untuk pemilihan dilakukan dengan mencoblos salah satu Tanda Gambar Calon dalam surat suara. Pasal 42 (1) Untuk keperluan pemungutan suara dalam pemilihan disediakan Kotak Suara sebagai tempat surat suara yang digunakan oleh pemilih. (2) Jumlah, bahan, bentuk, ukuran, dan warna Kotak Suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan oleh Panitia Pilkades disesuaikan dengan kemampuan keuangan desa. 21

22 (3) Pengadaan surat suara beserta perlengkapan pemilihan dilaksanakan oleh Panitia Pilkades dan dibantu oleh Pemerintah Desa. (4) Kotak Suara dan Surat Suara beserta perlengkapan pelaksanaan pemilihan harus sudah tersedia paling lama 2 (dua) hari sebelum pemungutan suara. (5) Jumlah surat suara pemilihan Calon dicetak sama dengan jumlah pemilih tetap dan ditambah paling banyak 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah pemilih tersebut. (6) Tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (5), digunakan sebagai cadangan untuk mengganti surat suara pemilih yang keliru memilih pilihannya serta surat suara yang rusak. (7) Penggunaan tambahan surat suara sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dibuatkan Berita Acara. Pasal 43 (1) Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain pada saat memberikan suaranya di TPS dapat dibantu oleh petugas Panitia Pilkades atau orang lain atas permintaan pemilih. (2) Atas permintaan pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain, Ketua Panitia Pilkades menugaskan anggota Panitia Pilkades atau orang lain untuk memberikan bantuan bagi : a. pemilih yang tidak dapat berjalan; atau b. pemilih yang tidak mempunyai kedua belah tangan dan tunanetra. (3) Anggota Panitia Pilkades atau orang lain yang membantu pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), wajib merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan. Pasal 44 (1) Penentuan lokasi tempat pemungutan suara ditentukan oleh Panitia Pilkades dengan memperhatikan keterjangkauan serta jaminan bagi setiap pemilih untuk dapat memberikan suaranya secara langsung, bebas, dan rahasia. (2) Jumlah, lokasi, bentuk, dan tata letak TPS ditetapkan oleh Panitia Pilkades. Pasal 45 (1) Sebelum melaksanakan pemungutan suara, Panitia Pilkades melakukan : a. pembukaan kotak suara; b. pengeluaran seluruh isi kotak suara; c. pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan; dan d. penghitungan jumlah setiap jenis dokumen dan peralatan. (2) Kegiatan Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dihadiri oleh saksi dari calon dan warga masyarakat. (3) Kegiatan Panitia Pilkades sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh Ketua Panitia Pilkades dan sekurang-kurangnya 2 (dua) anggota Panitia Pilkades serta dapat ditandatangani oleh saksi dari calon. 22

23 Pasal 46 (1) Setelah melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45, Panitia Pilkades memberikan penjelasan kepada pemilih mengenai tata cara pemungutan suara. (2) Pemungutan suara hanya dapat dilakukan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang telah ditetapkan dan tidak diperkenankan membawa kartu dan kotak suara keluar dar TPS. (3) Dalam pemberian suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemilih diberi kesempatan memberikan suara oleh Panitia Pilkades berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih. (4) Apabila menerima surat suara yang ternyata rusak, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada Panitia Pilkades, kemudian Panitia Pilkades memberikan surat suara pengganti hanya satu kali. (5) Apabila terdapat kekeliruan dalam cara memberikan suara, pemilih dapat meminta surat suara pengganti kepada Panitia Pilkades, kemudian Panitia Pilkades memberikan surat suara pengganti hanya satu kali. Pasal 47 (1) Pemilih yang telah memberikan suara di TPS diberi tanda khusus oleh Panitia Pilkades. (2) Tanda khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berupa tinta dan atau cat pada salah satu jari tangan ataupun tanda lainnya. (3) Kualitas tinta atau cat atau tanda lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan oleh Panitia Pilkades. Pasal 48 Suara untuk pemilihan Kepala Desa dinyatakan sah apabila : a. tanda coblos hanya terdapat pada 1 (satu) kotak segi empat yang memuat satu calon; atau b. tanda coblos terdapat dalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon yang telah ditentukan; atau c. tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih didalam salah satu kotak segi empat yang memuat nomor, foto dan nama calon; atau d. tanda coblos terdapat pada salah satu garis kotak segi empat yang memuat nomor, foto, dan nama calon. Pasal 49 (1) Penghitungan suara di TPS dilakukan oleh Panitia Pilkades setelah pemungutan suara berakhir. (2) Pelaksanaan penghitungan suara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimulai pada pukul waktu setempat sampai selesai. (3) Sebelum penghitungan suara dimulai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Panitia Pilkades menghitung : a. jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan daftar pemilih tetap; b. jumlah surat suara yang tidak terpakai; dan c. jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih karena rusak atau keliru dicoblos. 23

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN

Lebih terperinci

BUPATI BARITO SELATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI BARITO SELATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BARITO SELATAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO SELATAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 0TAHUN 2007 T E N T A N G TATACARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 5 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BUPATI MAMASA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMASA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAMASA Menimbang

Lebih terperinci

PEMILIHAN KEPALA DESA. Berdasarkan Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan kepala desa

PEMILIHAN KEPALA DESA. Berdasarkan Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan kepala desa PEMILIHAN KEPALA DESA Berdasarkan Permendagri Nomor 112 Tahun 2014 tentang Pemilihan kepala desa PEMILIHAN KEPALA DESA Pelaksanaan kedaulatan rakyat di desa dalam rangka memilih kepala desa yang bersifat

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

4. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN PERBEKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G 1 SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG 1 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG 1 BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN PETINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 8 TAHUN 2006 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DI KABUPATEN MURUNG RAYA

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 117 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SECARA SERENTAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BUPATI KEPULAUAN MERANTI [[ BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 14 TAHUN 20112011 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DI KABUPATEN KEDIRI

TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DI KABUPATEN KEDIRI TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DI KABUPATEN KEDIRI A. PROSES PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA. 1. Pelaksanaan Pemilihan Kepala Desa. a. Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 8 TAHUN 2006 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU 1 SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BINTAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO S A L I N A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 01 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa dengan diundangkannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp. 0321 690957 PERATURAN DESA PADI KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR : 02 TAHUN 2001 T E N T A N G TATA

Lebih terperinci

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANA TORAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO Dan BUPATI SUKOHARJO MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO Dan BUPATI SUKOHARJO MEMUTUSKAN : BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa untuk mengatur

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP

II. KEDUDUKAN, KEANGGOTAAN, TUGAS DAN KEWAJIBAN PPK, PPS, KPPS DAN PPDP 1 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH - 1 - BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA 1 SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA SALINAN Menimbang PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002 PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO D E S A P A D I Jln. Raya Padi Pacet No.26 Kec. Gondang Tlp. 0321 690957 PERATURAN DESA PADI NOMOR : 06 TAHUN 2002 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG TATACARA PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH I. UMUM Sejalan dengan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA BAGIAN HUKUM DAN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENCALONAN DAN PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BANGKA,

BUPATI BANGKA PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENCALONAN DAN PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BANGKA, BUPATI BANGKA PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN PENCALONAN DAN PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa guna menindaklanjuti Peraturan Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG S PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : 1. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 5 TAHUN : 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI TENGAH BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PELANTIKAN SERTA PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH \ \ K PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENCALONAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG 1 2015 No.03,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pemilihan, pengangkatan, pemberhentian, lurah, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa sebagai kesatuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006 [PEMERINTAH KABUPATEN BIMA] PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 6 TAHUN 2006 Tata Cara Pemilihan, Pencalonan, Pengangkatan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa [2006] [JL. SOEKARNO-HATTA RABA-BIMA]

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 42-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 93, 2003 POLITIK. HANKAM. Lembaga Legislatif. Lembaga eksekutif. PEMILU. Presiden. Wakil

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kedaulatan rakyat dalam pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES

Lebih terperinci

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 06 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN KEPALA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 19 TAHUN 2002 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN 1 BUPATI LAMONGAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERBEKEL BUPATI BANGLI, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan pasal 31 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 108 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 108 TAHUN 2015 SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 108 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMILIHAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI NATUNA PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN NATUNA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMILIHAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NATUNA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : a. bahwa ketentuan Pasal

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS NOMOR 6/Kpts/KPU-Kab-019.435667/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KULIAH 12 PEMILIHAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 Pemilihan Asas Pengaju Langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil Partai Politik atau Gabungan Partai Politik Persyaratan Parpol atau Gabungan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN LURAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN KEPALA DESA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci