Oleh: Fatkhul Imron, S.Pd,M.Or PKO FKIP UTP Surakarta. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Fatkhul Imron, S.Pd,M.Or PKO FKIP UTP Surakarta. Abstrak"

Transkripsi

1 MODEL ASSURE SEBAGAI DESAIN PEMBELAJARAN PENJAS RAMAH ANAK Oleh: Fatkhul Imron, S.Pd,M.Or PKO FKIP UTP Surakarta Abstrak Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu syarat utama tercapainya kualitas pembelajaran. Guru akan mampu menerapkan pembelajaran yang berkualitas dengan menggunakan model yang sesuai dengan materi pembelajaran. Banyaknya kekerasan yang terjadi dalam dunia pendidikan merupakan salah satu akibat dari tidak adanya penyiapan yang matang yang dilakukan oleh guru, sehingga guru cenderung tidak mempunyai panduan paradigma dalam melakukan aktivitas mengajarnya. ASSURE (analyze, state, select, utilize, require, evaluate) sebagai salah satu model pembelajaran berbasis model desain menjadi salah satu alternative bagi para guru untuk menyampaikan pembelajaran yang berkualitas dan sesuai dengan materi serta karakteristik peserta didik. Guru menganalisa terlebih dahulu karakteristik siswa, kemudian menetapkan tujuan pembelajarannya, memilih metode yang sesuai, memanfaatkan ataupun mendesain media yang kreatif, melibatkan partisipasi aktif siswa, kemudian dibagian akhir mengevaluasinya dan apabila terdapat ketidak sesuaian pada evaluasi maka guru harus merevisi agar pembelajaran menjadi lebih baik. Penyesuaian dari guru dengan tahapan tersebut khususnya pada tahapan pelibatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani (PENJAS) menjadi salah satu wahana siswa untuk berinteraksi serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif menguasai proses pembelajaran sehingga guru tidak lagi menjadi commander (komandan) dalam proses kelas yang terjadi. Guru yang cenderung menjadi komandan akan lebih mudah melakukan kekerasan terhadap anak baik itu kekerasan secara verbal maupun non verbal,karena menganggap jika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan komandonya dianggap sebagai hal yang salah. Dengan menerapkan model ASSURE proses pembelajaran yang dilakukan melalui

2 tahapan-tahapan yang sistematis sehingga pembelajaran ramah anak dapat terlaksana dengan baik karena ada proses analisa dan juga pelibatan aktif siswa. Keywords: pembelajaran, model ASSURE, PENJAS, ramah anak PENDAHULUAN Pembelajaran Pendidikan Jasmani merupakan salah satu proses yang terintegrasi dengan pembalajaran semua mata pelajaran yang ada di sekolah. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang berkualitas, seorang guru akan dapat membuat proses pendidikan yang ada menjadi suatu hal yang berkualitas dan mencapai tujuan pendidikan yang maksimal, yaitu pencapaian dalam segala ranah baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Akan tetapi kenyataan dilapangan masih banyak para guru yang tidak memerhatikan kualitas proses pembelajaran. Guru hanya memerhtatikan aspek hasil pembelajaran saja. Asumsi ini berkembang bahwa pembelajaran pendidikan jasmani yang berkualitas adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan kemampuan fisik atau keterampilan yang sesuai dengan target yang diinginkan oleh guru. Sehingga apabila ada seorang siswa yang tidak dapat mencapai standar kelulusan khususnya standar kemampuan keterampilan fisik tertentu maka siswa itu akan menjadi sasaran guru untuk terus dikejar atau digembleng agar dapat mempunyai kemampuan fisik yang sesuai target. Hal inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya proses pembelajaran pendidikan jasmani yang tidak mengindahkan konsep pembelajaran yang ramah anak. Guru akan memaksa, membentak dan memberikan hukuman fisik yang keras kepada murid agar mereka mau mengikuti semua instruksi dari guru. Semua instruksi guru yang diberikan kepada siswa harus ditaati oleh siswa, siswa tidak mempunyai ruang untuk belajar berargumentasi, dan berkekspresi. Tujuan dari guru adalah apabila siswa taat dengan semua intruksi guru, siswa akan mudah diarahkan dan mau mengikuti semua komando latihan-latihan fisik sehingga mereka mampu mempunyai keterampilan atau kemampuan fisik yang sesuai dengan target guru dalam kriteria kelulusan minimal. Pembelajaran pendidikan jasmani memang tidak terlepas dari faktor fisik atau keterampilan olahraga tertentu, akan tetapi ada beberapa tujuan lain selain faktor fisik yang juga tidak kalah penting dan harus dicapai oleh siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga guru tidak hanya mengejar faktor fisik siswa semata yang dapat berakibat kepada pengorbanan

3 ketercapaian faktor-faktor lain dalam pembelajarn seperti faktor terkandung dalam ranah kognitif, dan juga ranah afektif seperti kreativitas, kemampuan bernalar, kemampuan berargumen, dan internalisasi nilai-nilai karakter. Pencanangan mengenai program sekolah ramah anak tidak merupakan tanggung jawab bagi kepala sekolah dan para guru tidak terkecuali guru pendidikan jasmani. Guru pendidikan jasmani yang notabenenya merupakan guru yang menjadikan fisik sebagai salah satu cara untuk mendidik siswa pun harus dapat menyajikan proses pembelajaran yang sesuai dengan konsep sekolah ramah anak. Adanya kasus kekerasan yang terjadi beberapa diantaranya dilakukan oleh oknum guru pendidikan jasmani. Hal inilah yang melatar belakangi betapa pentingnya pemahaman konsep sekolah ramah anak untuk dipahami oleh guru pendidikan jasmani. Aplikasi konsep sekolah ramah anak harus terinternalisasi dalam setiap pembelajaran yang disajikan oleh guru pendidikan jasmani. Salah satunya adalah dengan mendesain pembelajaran jasmani dengan model ASSURE. Dengan model ini guru akan dapat menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep sekolah ramah anak yaitu tidak adanya unsur paksaan kepada siswa untuk terlibat dalam proses pembelajaran dan juga aktivitas fisik yang ada dalam materi pendidikan jasmani. Guru akan menganalisa mulai dari karakteristik siswa, pemilihan metode yang tepat, tujuan pembelajaran, serta bagaimana membuat siswa untuk terlibat aktif atas kemauan dan kesadaran mereka sendiri dan mengevaluasinya pada akhir pembelajaran. Dengan penggunaan model pembelajaran yang sesuai, maka harapan mengenai adanya pembelajaran pendidikan jasmani yang ramah terhadap anak (siswa) akan mudah untuk terealisasi. RUMUSAN Untuk memperuncing gagasan yang disampaikan maka perlu diketahui rumusan masalah yang akan dibahas. Adapun rumusan gagasan dalam makalah ini adalah, Bagaimanakah penerapan model ASSURE dalam Pendidikan Jasmani yang Ramah Anak.

4 PEMBAHASAN Pergeseran Paradigma (Pengajaran ke Pembelajaran) Pembelajaran berasal dari kata learning sedangkan pengajaran berasal dari kata teaching. Perbedaan diantara keduanya tidak hanya secara etimologi akan tetapi implementasi pada kegiatan belajar mengajar. Pengajaran dimaknai sebagai proses, cara mengajarkan atau menyampaikan materi. Sehingga kegiatan belajar mengajar berpusat pada guru, guru menyampaikan materi kepada siswa dan siswa menjadi penerima materi hal tersebut menjadi proses instruktif dalam belajar karena guru adalah orang yang paling mengetahui. Implikasi dari hal tersebut adalah siswa hanya menjadi duplikasi dari guru. Sedangkan pembelajaran dimaknai proses, cara, perbuatan mempelajari sesuatu. Guru tidak hanya menyampaikan materi dan siswa sebagai penerima materi, akan tetapi guru mengorganisir lingkungan belajar sehingga siswa aktif untuk belajar. Guru memberi fasilitas belajar siswa dan siswa mempelajarinya, dalam hal ini pembelajaran berpusat pada siswa, pembelajaran adalah proses konstruktif tidak hanya mekanis seperti pada pengajaran (Agus, 2008: 11-13). Pemahaman dan arti pembelajaran yang dianut selama ini telah mengalami pergeseran yaitu dari penggunaan pendekatan pembelajaran behavioristik menjadi pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Belajar yang selama ini didasarkan pada konsep stimulus respons (S-R) atau behaviorisme berganti menjadi pendekatan yang lebih memperhatikan hakikat derajat pembelajar (manusia) menjadi lebih manusiawi, yaitu suatu pendekatan yang menekankan hakikat manusia sebagai makhluk pembangun (konstruktor) ilmu pengetahuan. Teori tersebut berkembang dari ide-ide Piaget, Vygotsky, dan teori pemrosesan informasi (teori kognitif) (Trianto, 2007: 13). Hal ini kemudian lebih dikenal dengan istilah konstruktivistik dalam pembelajaran. Pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar behavioristtik memandang bahwa perilaku yang dapat diamati diukur dan dinilai merupakan hasil pembelajaran individu. Pemahaman tersebut sangat berbeda dengan pemahaman pendekatan pembelajaran yang mengacu pada teori belajar konstruktivistik. Pendekatan ini lebih menekankan pada perlunya proses mental personal agar dilibatkan secara aktif dalam menempuh proses belajar dan membangun pengetahuan. Sehingga belajar lebih diartikan sebagai sebuah proses konstruktivitas

5 dari pengetahuan yang bermakna daripada hanya sekedar mengingat dan menghafal hal yang bersifat faktual (Benny A.P, 2009 : ). Ditinjau dari realita di lapangan, pendekatan behavioristik lebih dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat pendidikan karena lebih lama digunakan dalam pembelajaran. Sehingga pendekatan behavioristik dianggap mapan dalam praktik pembelajaran. Merekonstruksi mindset guru dari cara mengajar berdasarkan behaviorisme ke arah konstruktivisme bukanlah hal yang mudah, perlu pemahaman dan penafsiran mendasar dari para guru tentang pengertian pola pembelajaran, salah satunya memberikan sosialisasi dan pengetahuan tentang model-model pembelajaran yang berbasis konstuktivistik sehingga pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat mengarah ke paradigma baru yang berkembang (behaviorisme ke konstruktivisme). Berikut analisis komparatif antara pembelajaran yang berbasis behaviorisme (konvensional) dengan konstruktivisme. Sebagai salah satu usaha sosialisasi pemahaman basik pembelajaran. Tabel:Komparasi behaviorisme dan konstruktivisme dari segi substansi.(agus, 2008: 36) KONSTRUKTIVISME BEHAVIORISME Kegiatan belajar bersandar pada Kegiatan pembelajaran materi hands-on bersandar pada tex-books Presentasi materi dimulai dengan Presentasi materi dimulai keseluruhan kemudian ke bagianbagian kemudian keseluruhan dengan bagian-bagian Menekankan pada aide-ide atau Menekankan pada pengetahuan besar kemampuan-kemampuan dasar Guru mengembangkan materi Guru mengikuti kurikulum dengan tetap mendasar pada secara pasti kurikulum Guru menyiapkan lingkungan Guru mempresentasikan belajar yang memungkinkan siswa informasi kepada siswa secara aktif untuk menemukan informasi penuh (pengetahuan) Siswa dituntut aktif Guru selalu aktif

6 Kemudian Agus 2008 mengkomparasikan sebagai berikut : Tabel: Komparasi behaviorisme dan konstruktivisme dari segi aspek ASPEK BEHAVIORISME KONSTRUKTIVISME Sifat pengetahuan Pengetahuan bersifat objektif, pasti, tetap, Non objektif, berkembang, temporer terstruktur Belajar Belajar adalah perolehan Belajar merupakan pemahaman dan pemaknaan pengetahuan pengetahuan Mengajar Memindahkan Menggali makna pengetahuan dari pengajar kepada orang yang belajar Fungsi mind Fungsi mind adalah menjiplak struktur pengetahuan Menginterpretasi pengetahuan sehingga muncul makna yang unik Pembelajaran Pembelajar diharapkan mempunyai Pembelajar bisa mempunyai pemahaman yang berbeda tentang materi yang dipelajari pengetahuan yang sama mengenai materi yang dipelajari Pengelolaan Pembelajaran Pembelajaran ditetapkan oleh aturan-aturan yang Pembelajaran menggunakan aturan dari kesepakatan siswa yang dikomunikasikan dengan

7 Fungsi Penilaian Aktifitas siswa Tujuan Pembelajaran central (terpusat pada guru guru) Guru sebagai pengajar Guru sebagai fasilitator Mengacu pada hasil Proses menjadi hal yang dinilai saja Ketaatan merupakan Kebebasan dipandang sebagai keberhasilan aspek yang mempengaruhi pembelajaran keberhasilan Menekankan pada Menekankan pada penciptaan penambahan pemahaman yang pengetahuan diinterpretasikan menjadi aktivitas, kreativitas dan produktivitas Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendekatan konstruktivistik mengarah pada asumsi bahwa manusia mengembangkan dirinya untuk terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran baik secara personal maupun sosial dalam usaha membangun ilmu pengetahuan. Dalam pandangan konstruktivisme seorang guru bertugas untuk menciptakan lingkungan belajar yang sering diistilahkan scenario of problems yang mencerminkan adanya pengalaman belajar yang otentik (riil) dan dapat diaplikasikan dalam situasi nyata baik dalam lingkungan belajar dan non belajar. Definisi Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan nasional (Model Silabus KTSP SMK, 2007: 63). Menurut Mahendra (2003: 3) pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik

8 dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, makhluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Menurut Samsudin (2008: 2) pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Dengan demikian, pendidikan jasmani dapat diartikan sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Tujuan Pendidikan Jasmani Mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. b. Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. c. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. d. Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan. e. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. f. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

9 g. Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif (Model Silabus KTSP SMK, 2007: 64). Selanjutnya mengenai fungsi pendidikan jasmani ada beberapa aspek yang dikembangkan melalui pedidikan jasmani antara lain: a. Aspek Organik. b. Aspek Neuromuskuler. c. Aspek Perseptual. d. Aspek Kognitif. e. Aspek Sosial. f. Aspek Emosional (Samsudin, 2008: 5). Pembelajaran Ramah Anak Pembelajaran ramah anak merupakan pembelajaran yang mutlak dimiliki oleh setiap satuan pendidikan yang ada. Dalam menciptakan dan mengelola pembelajaran berbasis ramah anak, pendidik/ guru harus meperhatikan prinsip 3P yaitu (Provisi, Proteksi, dan Partisipasi) dalam proses pembelajaranya. Provisi adalah ketersediaan kebutuhan anak seperti cinta/kasihsayang, makanan, kesehatan, pendidikan dan rekreasi. Cinta dan kasih-sayang kebutuhan dasar anak sangat penting untuk dikembangkan dalam kehidupan di sekolah. Hubungan kasih sayang yang tulus dan hangat antara guru dan anak dapat menghilangkan rasa takut. Rasa takut yang tumbuh dalam diri anak hanya akan menghalangi kebebasan anak berekspresi, berpendapat, bertanya, menjawab dan apalagi menyela. Kebebasan ini yang sebenarnya harus kita tumbuh kembangkan untuk terciptanya siswa aktif. Proteksi adalah perlindungan terhadap anak dari ancaman, diskriminasi, hukuman, salah perlakuan, dan segala bentuk pelecehan serta kebijakan yang kurang tepat (sebagaimana yang dijamin oleh Konvensi PBB tentang Hak-hak Anak, November 1989). Pemerintah kita telah meratifikasi Konvensi PBB pada tgl 25 Agustus 1990 dengan dekrit presiden nomor 36/1990 dan UU nomor 23/2002 tentang perlindungan anak (22 Oktober 2002).

10 Namun, proteksi merupakan persoalan yang sangat serius di Indonesia. Perlakuan yang kurang pas terhadap siswa, pelecehan seksual (sekalipun dalam bentuk verbal) dan hukuman fisik masih ditemukan di berbagai sekolah. Hukuman sistematis sebagai aturan di sekolah-sekolah favorit kita menyebabkan anak-anak kehilangan sekolah mereka. Partisipasi adalah hak untuk bertindak yang digunakan siswa untuk mengungkapkan kebebasan berpendapat, bertanya, berargumentasi, berperan aktif di kelas dan di sekolah. Kebebasan berekspresi, bertanya, menjawab harus ditanamkan sejak anak usia dini karena pada usia ini karakter individu mulai terbentuk. Pada umumnya, karakteristik guru Indonesia belum memberikan kebebasan anak didik untuk berekspresi; dalam diri anak masih terdapat rasa takut, rasa tidak percaya diri, rasa ragu-ragu, dan rasa malu. Pendidikan ramah anak yang berbasis 3 P lebih melihat pada peran siswa aktif dalam berekspresi, bertanya, menjawab, berargumentasi, bahkan siswa diperkenankan untuk menginterupsi guru pada saat guru sedang menjelaskan. Partisipasi dapat dalam bentuk partisipasi klasikal, kelompok, dan individual. Partisipasi klasikal adalah partisipasi yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas, dalam satu satuan waktu dengan kegiatan yang sama. Partisipasi kelompok adalah partisipasi yang biasanya dilaksanakan pada kegiatan inti, dimana terdapat beberapa kegiatan dan antar kelompok melakukan kegiatan yang berbeda dalam satu satuan waktu tertentu. Partisipasi individual adalah partisipasi yang memungkinkan anak memilih kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan masingmasing. Model Pembelajaran ASSURE Model pembelajaran ASSURE berkembang dan diprakarsai oleh pemikiran Sharon E. Smaldino et al, pada tahun Model ASSURE mempunyai tujuan yang sama dengan desain pembelajaran lain yaitu menciptakan dan mengembangkan aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik. Model ASSURE merupakan model yang cocok diterapkan disemua jenjang pendidikan dan semua mata pelajaran khususnya kegiatan pembelajaran yang menggunakan media teknologi. Model ASSURE difokuskan pada perencanaan pembelajaran untuk digunakan dalam situasi pembelajaran kelas secara aktual. Dalam perkembangannya model ASSURE didasari pada pemikiran pembelajaran Robert M. Gagne (1985) tentang peristiwa pembelajaran Event of Instruction yaitu pembelajaran yang efektif harus dimulai dari upaya yang dapat memicu dan memotivasi seseorang untuk belajar (Benny A P, 2009: 111). Hal tersebut erat kaitannya dengan proses pembelajaran yang

11 sistematik, penilaian proses dan hasil, pemberian umpan balik (feedback) tentang aktivitas pembelajaran. Guru perlu melakukan analisis karakteristik siswa, materi, dan lingkungan agar perencanaan pembelajaran dapat diimplementasikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berikut penjelasan dan deskripsi model ASSURE (analyze, state, select, utilize, require, evaluate) (Benny A.P: 2009: ). a) Analyze Learner Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik siswa yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Pemahaman yang baik mengenai karakteristik siswa sangat membantu dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Identifikasi ini meliputi faktor usia, kemampuan, dan gaya belajar siswa atau learning style of student. b) State Objective Langkah selanjutnya yaitu menetapkan spesifikasi tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat diambil dengan mengacu pada materi yang ada dikurikulum dengan pengembangan oleh guru yang bersangkutan. Tujuan pembelajaran merupakan rumusan yang atau pernyataan yang mendeskripsikan tentang pengetahuan, keterampilan dan sikap yang perlu diperoleh siswa setelah menempuh proses pembelajaran. c) Select Methods, Media, and Materials Memilih metode, media dan materi pembelajaran merupakan tiga komponen penting yang perlu dilakukan oleh guru untuk membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah dinashkan. Pemilihan metode, media, dan bahan ajar yang tepat dapat membantu mengoptimalkan pencapaian kompetensi atau tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hal terpenting dalam langkah ini adalah memanfaatkan dan memodifikasi sebaik mungkin media, metode dan bahan ajar yang ada agar pembelajaran menarik dan optimal. d) Utilize Materials Maksud dari langkah keempat ini adalah menggunakan metode, media dan materi yang telah dipilih dengan sebaik-baiknya. Sebelum menggunakan tiga hal tersebut guru harus menganalisa apakah metode, media dan bahan ajar yang dimaksud sesuai dan efektif bagi kelangsungan pembelajaran. Selain itu Utilize juga dipahami memanfaatkan prasarana dan sarana yang ada serta memodifikasinya agar dapat menunjang jalannya pembelajaran. e) Require Learner Participation

12 Hal terpenting dalam pembelajaran adalah partisipasi aktif siswa. Mental siswa harus terlibat aktif dengan materi dan substansi yang sedang dipelajari. Siswa yang terlibat aktif akan lebih mudah memelajari materi. Setelah siswa aktif guru juga perlu memberikan umpan balik (feed back) sehingga dapat memotivasi siswa untuk mencapai prestasi belajar yang lebih baik. f) Evaluate and Revise Setelah mendesain aktivitas pembelajaran, maka perlu dilakukan evaluasi. Tahap evaluasi dilakukan untuk menilai efektivitas pembelajaran dan hasil belajar siswa. Proses evaluasi perlu dilakukan terhadap semua komponen pembelajaran agar dapat diperoleh gambaran lengkap tentang kualitas sebuah program pembelajaran. Enam langkah tersebut merupakan arahan untuk mencapai tujuan-tujuan instruksional yang efektif, efisien dan menarik. Guru harus melaksanakan fase-fase yang ada dalam prinsipprinsip ASSURE dan siswa pun harus aktif dalam pembelajaran. Manfaat Model ASSURE bagi Pembelajaran Ramah Anak Sekolah Ramah Anak merupakan sekolah yang secara terencana berupaya menjamin dan memenuhi hak-hak anak dalam setiap aspek kehidupan. Hal yang menjadi prioritas utama adalah tercapainya non diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan terhadap anak. Dalam UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal ke 4 menjelaskan, bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Konteks berpartisipasi yang dijabarkan dalam undang-undang tersebut sebagai hak untuk berpendapat dan didengarkan suaranya. Sekolah Ramah Anak adalah sekolah yang terbuka melibatkan anak untuk berpartisipasi dalam segala kegiatan, kehidupan sosial,serta mendorong tumbuh kembang dan kesejahteraan anak. Dalam pembelajaran pendidikan jasmani yang dikemas menggunakan desain model ASSURE siswa akan diberikan ruang yang luas untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, guru hanya menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Kemungkinan terjadinya kekerasan dalam pembelajaran pun akan lebih terminimalisir. Hal ini disebabkan karena guru mengikuti dan mengembangkan konsep yang ada dalam pembelajaran ASSURE yaitu tahap pertama menganalisa karakteristik siswa yang dimaksudkan agar guru lah yang memahami karakter siswa bukan siswa yang harus memahami karakter guru sehingga

13 dengan pemahaman tersebut guru harus menyiapkan konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakter siswa yang ia hadapi. Pada tahap kedua guru menetapkan tujuan dalam pembelajaran yang akan ia jalankan setelah terlebih dahulu mengetahui karakteristik siswa yang akan ia bawa dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Tujuan pembelajaran yang disesuaikan dengan karakter siswa yang terlibat dalam pembelajaran akan menjadi hal yang memudahkan bagi guru ataupun siswa itu sendiri dalam mencapainya. Tahap yang ketiga adalah pemilihan metode, pada pemilihan metode ini guru juga harus menyesuaikan dengan tahapan sebelumnya yaitu karakter dan juga tujuan pembelajaran yang dicanangkan. Karena kesesuaian metode sangat penting untuk tercapainya pembelajaran pendidikan jasmani yang sukses. Tahap keempat adalah penggunaan media, pada tahapan ini, guru diperbolehkan untuk mendesain media baru ataupun menggunakan media yang sudah ada dan tentunya dengan memerhatikan faktor-faktor pada tahapan sebelumnya yaitu karakter siswa tujuan pembelajaran dan metode yang digunakan. Tahap yang kelima adalah melibatkan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani. Pelibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran menjadi tahapan yang paling pokok pada konsep pembelajaran pendidikan jasmani yang ramah anak. Karena pada tahapan ini guru harus memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi siswa untuk berpartisipasi mengekspresikan diri melalui ketrampilan gerak, berbagi dengan siswa lain dan juga menginternalisasi nilai-nilai yang ada dalam materi pembelajaran yang disampaikan. Guru hanya mengawasi dan mengarahkan siswa untuk aktif dan selalu dalam kondisi aktivitas belajar. Tahap yang keenam adalah mengevaluasi proses pembelajaran, pada tahap ini selain mengevaluasi guru juga diperbolehkan untuk merevisi desain pembelajaran yang belum sesuai dengan tujuan yang dicanangkan. SIMPULAN Pemahaman guru dengan konsep pembelajan yang luas seperti model, strategi, pendekatan dan metode pembejaran akan berpengaruh terhadap pengembangan konsep sekolah ramah anak. Hal tersebut disebabkan karena tonggak utama konsep sekolah aramah anak adalah pada saat proses pembelajarannya yang selanjutnya meluas pada semua aktivitas dan ruang lingkup yang ada dalam pendidikan sekolah. Tak terkecuali bagi guru pendidikan jasmani, guru pendidikan jasmani yang notabenenya mengajar dengan konsep gerak dan aktivitas fisik sebagai

14 sarana dalam mendidik siswa haruslah memahami konsep pembelajaran yang sesuai untuk mengajarkan materi pendidikan jasmani. Salah satu dari model pembelajaran yang sesuai untuk mengembangkan konsep sekolah ramah anak adalah konsep pembelajaran ASSURE dengan model ini tahapan-tahapn dalam pembelajaran akan terlaksana dengan lebih siap karena adanya tahap analisa karkter siswa, penetapan tujuan, pemilihan metode, penggunaan media yang sesuai, pelibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan terakhir tahap evaluasi. Sintak dari model pembelajaran ini saling terkait dalam penyesuaian antar tahapannya sehingga dalam menentukan media misalnya harus mempertimbangkan faktor karakter siswa dan juga faktor metode yang dipakai. Sehingga pembelajaran pendidikan jasmani akan terlaksana dengan baik karena pertimbangan-pertimbangan tersebut. Kesiapan guru dalam mengajar serta adanya tahapantahapn dalam persiapan pembelajaran akan sangat mendukung pembelajarn pendidikan jasmani yang ramah anak, khususnya pada saat pelibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran yang bererti guru harus memberikan ruang gerak seluas-luasnya kepada siswa untuk mengekspresikan diri melalui gerak, menginternalisasi nilai-nilai karakter yang ada dalam pembelajaran serta mengambil keputusan. Akan tetapi guru harus tetap pada posisi sebagai seorang monitor yang mengawasi dan mengarahkan siswa untuk tetap pada aktivitas belajar pendidikan jasmani. DAFTAR PUSTAKA Agus Suprijono Cooperative Learning. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Benny A. P.2009.Model Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat. Samsudin Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA. Jakarta: Litera. Depdiknas Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar I-VI. Jakarta: CV. Timur Raya. D.Hala Ibrahim Hassan Ahmed.Assistant Professor in Instructional Technology University of Khartoum - Faculty of Education.Article The ASSURE Model Lesson Plan Mahendra, Agus Falsafah Pendidikan Jasmani. Jakarta: Ditplb Depdiknas. Solihin Akhmad Mengenal dan Mengembangkan Sekolah Ramah Anak.Error! Hyperlink reference not valid.universalblogspot.com. Diakses, 22 Desember Tim Abdi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan.Jakarta: Erlangga

15 UU No.23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak.jakarta Yudha M. Saputra Dasar-Dasar Keterampilan Atletik, Pendekatan Bermain untuk SLTP. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suparno Retno Pamungkas, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suparno Retno Pamungkas, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 alinea IV..., untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia... serta dalam Pasal

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI NUR AHMAD MUHARRAM DOSEN PENJASKESREK UNP KEDIRI ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata pelajaran yang dilaksanakan pada jenjang pendidikan dasar, menengah, bahkan pada pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mencakup pengajaran dan pelaksanaan nilai-nilai, isi pendidikan ialah tindakan-tindakan yang membawa anak didik kita mengalami dan menghayati nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks penelitian. Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks penelitian Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan apsek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan moral bukanlah sebuah gagasan baru. Sebetulnya, pendidikan moral sama tuanya dengan pendidikan itu sendiri. Sejarah di negara-negara di seluruh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar 2.1.1 Hakikat Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Tujuan utama sains termasuk fisika umumnya dianggap

Lebih terperinci

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009).

prilaku hidup sehat peserta didik, dalam kehidupan sehari-hari (Suroto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan dalam berbagai bidang kehidupan dewasa ini semakin ketat, yang menuntut manusia untuk bisa menjadi yang terbaik dalam persaingan ini supaya dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal penting dalam keberlangsungan dan perkembangan hidup manusia, karena di dalam proses pendidikan setiap orang akan mendapatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran penghayatan nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

I. PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menurut Undang-undang Sisdiknas adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Belajar Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memeperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

Lebih terperinci

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi

SKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna. MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S. Pd.) ProgamStudiPedidikanJasmani,KesehatandanRekreasi UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI PADA SISWA KELAS X SMK PGRI 3 KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhiSebagaiSyaratGuna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di lingkungan persekolahan formal seperti di SD, SMP, dan SMA atau

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistic dalam kualitas individu, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian. integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya

Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya Modul Pelatihan Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya Kegiatan Belajar 4 Dr. BENNY A. PRI 1 Seri Modul JF-PTP KEGIATAN BELAJAR 4 Perancangan dan Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK).

BAB I PENDAHULUAN. persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Undang-undang Sistem. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan dan mewujudkan potensi yang dimiliki siswa. Pengembangan potensi tersebut biasa dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani menggunakan aktivitas jasmani untuk menghasilkan peningkatan secara menyeluruh terhadap kualitas fisik, mental, dan emosional peserta didik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakekatnya merupakan syarat mutlak bagi pengembangan sumber daya manusia dalam menuju masa depan yang lebih baik. Melalui pendidikan dapat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pengertian ini didukung oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Maulana Sabrina, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan penataan kembali aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar sesuatu yang baru menjadi terarah dan bermakna.

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada

Lebih terperinci

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA

MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA MAKNA PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA PENDIDIKAN? Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

MODEL GERAKAN MEMBACA BERORIENTASI TEMA DI SEKOLAH DASAR

MODEL GERAKAN MEMBACA BERORIENTASI TEMA DI SEKOLAH DASAR MODEL GERAKAN MEMBACA BERORIENTASI TEMA DI SEKOLAH DASAR Styo Mahendra Wasita Aji 1), Khusnul Khotimah 2), Nur Fidayat 3) Prodi Pendidikan Dasar Universitas Negeri Malang 1 dan 2 Alumni Prodi Pendidikan

Lebih terperinci

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran

Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Pemilihan dan Penggunaan Media Pembelajaran Tujuan Khusus : Setelah mempelajari bagian ini, Anda diharapkan akan mampu: menjelaskan pentingnya teori-teori belajar dalam kaitannya dengan pemilihan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa mengajarkan pada kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern, dan sejahtera. Sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan filosofi yang mendasari pendidikan jasmani. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani adalah bagian penting dari sistem pendidikan. Sebab secara esensi pendidikan jasmani membantu kelancaran proses pembelajaran. Hal ini sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran, latihan, proses,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa untuk mengikuti kegiatan ini tidak memerlukan kecerdasan, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa untuk mengikuti kegiatan ini tidak memerlukan kecerdasan, bahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Banyak pandangan orang bahwa olahraga di sekolah adalah pelajaran yang paling disukai siswa karena dianggap tidak menggunakan otak, tetapi hanya memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu rumusan tentang arti pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu berkembang dan menyesuaikan diri sebaik mungkin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan hak cuti kepada guru yang akan melaksanakan kegiatan penelitian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah fokus utama dalam pembangunan pendidikan saat ini. Effektivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru guru yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan psikis yanglebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, yang bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka.

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan menfasilitasi kegiatan belajar mereka. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuhkan, mengembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan menfasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia mempunyai tuntutan kebutuhan baik itu kebutuhan secara fisik-fisiologis maupun sosial-biologis, oleh sebab itu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah usaha yang tidak terlepas dari kehidupan manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya dengan kebutuhan lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abdul Majid (2011:78) menjelaskan sabda Rasulullah SAW. Didiklah anakmu dalam tiga tahap. Tujuh tahun pertama ajarkanlah ia sambil bermain, tujuh tahun kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu proses yang wajib diikuti dalam kehidupan setiap individu dan memiliki fungsi serta peranan penting bagi pembentukan karakter

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENJASORKES DI SMP NEGERI 3 PAINAN KAB. PESISIR SELATAN JURNAL Oleh: NOFRINDO SANDRA NIM. 18786 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN REKREASI JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MODEL ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUCTURED QUERY LANGUANGE (SQL)

MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MODEL ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI STRUCTURED QUERY LANGUANGE (SQL) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan dunia, terutama Indonesia. Usaha pemerintah untuk mewujudkan peningkatan kualitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan proses yang sangat berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui proses pendidikan manusia dididik dan dibina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan. Karena dengan pendidikan jasmani dapat mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani di sekolah memiliki peran yang cukup banyak karena tidak hanya dapat mengembangkan aspek psikomotor saja melainkan dapat mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizal Faisal, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan sebuah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui proses tersebut, pendidikan jasmani bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada

Lebih terperinci

GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh; Aris Fajar Pambudi* (dosen POR FIK UNY)

GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Oleh; Aris Fajar Pambudi* (dosen POR FIK UNY) GAYA MENGAJAR INKLUSI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Oleh; Aris Fajar Pambudi* (dosen POR FIK UNY) Abstrak Physical education is a learning process designed to improve physical fitness, develop

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Penjasorkes Pengertian penjasorkes telah didefinisikan secara bervariasi oleh beberapa pakar. Para pakar penjasorkes cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diselenggarakan dalam rangka memenuhi amanat UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang sangat kompleks sebagai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN A. PENDAHULUAN Budaya dan karakter merupakan hasil dari pendidikan dalam arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harus kita sadari betapa pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan langkah awal untuk meningkatan sumber daya manusia. Betapa penting peranan pendidikan didalam

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN

PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN PENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PADA SISWA KELAS III SDN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014-2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan dihampir semua aspek kehidupan manusia, termasuk dalam pendidikan formal. Pendidikan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan agar menghasilkan lulusan yang berkualitas, mampu beradaftasi dan bersaing secara global serta dapat tercapainya tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Juni 2015 EVALUASI PROGRAM IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA, DAN KESEHATAN SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN JEMBRANA BALI I Komang Adi Palgunadi,

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1 Addriana Bulu Baan 2 POR FKIP Universitas Tadulako Palu ABSTRAK Pendidikan Jasmani Olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang melengkapi dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan Konsep Dasar Pendidikan Jasmani dan Olahraga Olahraga adalah kegiatan fisik manusia yang berpengaruh terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang menuntut kegiatan fisik tertentu untuk menggunakan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuan pendidikan jasmani yaitu untuk mengembangkan aspek

Lebih terperinci

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

2015 PERBEDAAN MINAT SISWA SMK NEGERI 13 DAN SMK FARMASI BUMI SILIWANGI KOTA BANDUNG DALAM AMATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1. Pendahuluan Analyze Learners Karakteristik Umum Kemampuan Awal Siswa...2

DAFTAR ISI. 1. Pendahuluan Analyze Learners Karakteristik Umum Kemampuan Awal Siswa...2 DAFTAR ISI 1. Pendahuluan...1 2. Analyze Learners...1 2.1 Karakteristik Umum...1 2.2 Kemampuan Awal Siswa...2 2.3 Gaya Belajar Siswa...2 3. States Objectives...3 4. Select Methods, Media, and Materials...3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan terpenting dalam kehidupan manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan mengembangkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan keseluruhan yang terpadu dari sejumlah komponen yang saling berinteraksi dan melaksanakan fungsi-fungsi tertentu dalam rangka membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia harus disertai dengan revolusi mental yang sedang gencar dibicarakan saat ini. Karena dengan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, proses

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN ROLE PLAYING TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan manusia dalam meningkatkan kedudukannya, melalui pendidikan manusia memperoleh pengetahuan (wawasan) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap individu di dalam kehidupannya, oleh karena itu pendidikan harus ditanamkan kepada individu sedini mungkin. Anak usia dini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terlibat dalam semua kegiatan belajar mengajar. Diantara faktor-faktor tersebut adalah siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa

BAB I PENDAHULUAN. hal ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi diperlukan dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam hal ini komunikasi sangat diperlukan siswa dalam berinteraksi dengan siswa lain maupun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan mengembangkan potensi manusia sehingga menjadi manusia yang berkualitas, dan lebih manusiawi.

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015

STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 STUDI TENTANG PELAKSANAAN EVALUASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN PADA SISWA SMK PGRI 4 KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Artikel Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan fisik, psikis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pembelajarn melalui aktivitas jasmani yang dirancang dan disusun secara sistematis untuk meningkatkan kebugaran jasmani.mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fakhry Brillian Hidayat, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan tujuan tertentu. Ini berarti bahwa pendidikan merupakan usaha menuju kepada tujuan yang dicita-citakan.

Lebih terperinci

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 Esty Setyarsih Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Knirk & Gustafson (2005) dalam http://www.untukku.com/artikeluntukku/pengertian-pembelajaran-untukku.html, bahwa Pembelajaran merupakan segala kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang individu di muka bumi ini, tanpa pendidikan berarti seseorang tidak berilmu, padahal kita tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu komponen pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat strategis dalam pembentukan manusia seutuhnya.

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1 Pengertian Model a. Model adalah seperangkat prosedur yang sistematis untuk mewujudkan suatu proses. b. Proses sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar yang menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI

2016 PENGARUH PERMAINAN BULUTANGKIS TERHADAP KEBUGARAN JASMANI DAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA SMP NEGERI 6 CIMAHI A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan rekonstruksi aneka pengalaman dan peristiwa yang dialami individu agar segala sesuatu yang baru menjadi lebih terarah dan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI

PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI PENGARUH METODE PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS IV DAN V SDN PELEM II TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang tersusun secara teratur dan saling berhubungan menuju tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belakang dan wawasan setiap individu berbeda-beda, sehingga. mengandung 3 komponen yang membentuk sikap, yaitu: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Pandangan Proses pengamatan individu terhadap objek akan melibatkan pengalaman dan perasaannya dalam memberikan pandangan. Latar belakang dan wawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan suatu sistem yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang bertalian dengan perkembangan fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun

BAB I PENDAHULUAN. memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka. Meskipun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan, tidak hanya bagi perkembangan dan perwujudan diri individu tetapi juga bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci