Kelch 13 Gene Mutations and Plasmodium falciparum Resistance Against Antimalaria Drugs of Artemisinin Derivates

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kelch 13 Gene Mutations and Plasmodium falciparum Resistance Against Antimalaria Drugs of Artemisinin Derivates"

Transkripsi

1 Vinnyssa Anindita, Hanna Mutiara, Utari Gita Mutiara Mutasi Gen Kelch 13 dan Resistensi Plasmodium falciparum Terhadap Obat Antimalaria Golongan Mutasi Gen Kelch 13 dan Resistensi Plasmodium falciparum Terhadap Obat Antimalaria Golongan Vinnyssa Anindita 1, Hanna Mutiara 2, Utari Gita Mutiara 2 1 Mahasiswa, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Obat antimalaria golongan artemisinin memegang peranan penting dalam mengontrol malaria falciparum setelah timbulnya resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat-obat antimalaria golongan lain seperti klorokuin, sulfadoksinpirimetamin dan meflokuin. Oleh karena itu, adanya resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat golongan ini menjadi ancaman terhadap upaya global dalam mengeliminasi penyakit ini. Resistensi Plasmodium falciparum terhadap artemisinin belum lama ini ini diketahui berkaitan dengan mutasi pada domain propeller dari gen kelch 13 (K13) Plasmodium falciparum. Kejadian resistensi Plasmodium falciparum akibat mutasi gen K13 antara lain dapat ditemui di Kamboja, Laos, Vietnam, Cina, Myanmar, Thailand dan Afrika. Adanya mutasi pada gen ini akan mengubah respon Plasmodium falciparum terhadap stres oksidatif yang ditimbulkan oleh artemisinin dengan melibatkan jalur proteasome-ubiquitin. Selain itu, mutasi K13 juga akan mengubah kadar PI3K dan PI3P di dalam tubuh Plasmodium falciparum. PI3K dan PI3P adalah lipid yang esensial bagi perkembangan Plasmodium falciparum dari stadium cincin menjadi skizon. Resistensi terhadap artemisinin juga akan memberikan perubahan fenotip pada siklus hidup Plasmodium falciparum berupa pemanjangan pada stadium cincin dan pemendekan sementara pada perkembangan tropozoit. Kejadian resistensi ini dapat ditanggulangi antara lain dengan memperpanjang durasi pengobatan (dari regimen 3 hari menjadi 4 hari) dan mengkombinasikan pemberian artemisinin dengan obat golongan proteasome inhibitor. Kata kunci:, kelch 13, Plasmodium falciparum, resistensi Kelch 13 Gene Mutations and Plasmodium falciparum Resistance Against Antimalaria Drugs of Derivates Abstract Antimalaria drugs of artemisinin derivates play an important role in controlling falciparum malaria after the incidence of Plasmodium falciparum resistance to other class of antimalarial drugs such as chloroquine, sulfadoxine-pyrimethamine, and mefloquine. Therefore, the presence of Plasmodium falciparum resistance to this class of drugs poses a threat to global endeavors to eliminate this disease. Plasmodium falciparum resistance to artemisinin has recently been associated with mutations in the propeller domain of the kelch 13 (K13) gene in Plasmodium falciparum. Incidence of Plasmodium falciparum resistance to artemisinin due to the mutation of K13 gene are found in Cambodia, Laos, Vietnam, China, Myanmar, Thailand and Africa. Mutation of K13 gene will alter Plasmodium falciparum response against oxidative stress caused by artemisinin by involving proteasome-ubiquitin pathway. Besides that, K13 mutations will also alter the levels of PI3K and PI3P in Plasmodium falciparum's body. PI3K and PI3P are lipids that are essential for the development of Plasmodium falciparum from ring stage to schizont. Resistance to artemisinin will provide phenotypic changes in the life cycle of Plasmodium falciparum in the form of altered patterns of intraerythrocytic development with prolonged ring-stage and temporally compressed trophozoite development. This resistance event can be overcome by extending the duration of treatment (from the 3-day regimen to 4-day regimen) and combining the administration of artemisinin with drugs from proteasome inhibitor class. Keywords:, kelch 13, Plasmodium falciparum, resistance Korespondensi: Vinnyssa Anindita, alamat Pondok Arbenta Jl. Soemantri Brodjonegoro No.1 Bandarlampung, HP: , aninditavinnyssa@gmail.com Pendahuluan Malaria adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium yang diinokulasi ke manusia oleh nyamuk Anopheles sp. betina. Sejak tahun 2000, kemajuan berarti telah dibuat dalam memerangi malaria. Menurut data, antara tahun 2000 dan 2015, insidensi malaria menurun sebanyak 41% dan angka kematian malaria turun sebanyak 62%. 1 Akan tetapi, penyakit malaria masih menjadi penyebab penting kesakitan dan kematian pada anak dan orang dewasa di negara-negara yang endemis terhadap penyakit ini. 2 Pada awal tahun 2016, malaria masih dianggap sebagai penyakit endemis di 91 negara dan wilayah. 1 World Health Organization (WHO) melaporkan 212 juta kasus malaria terjadi secara global pada tahun 2015 dan Medula Volume 7 Nomor 5 Desember

2 menyebabkan kematian, mayoritas terjadi pada anak berusia di bawah 5 tahun di Afrika 1, sementara di Indonesia, insidensi malaria pada tahun 2013 menurun dibandingkan pada tahun 2007 dari 2,9% menjadi 1,9%, kecuali di Papua Barat yang mengalami peningkatan tajam. 3 Spesies parasit yang dominan menyebabkan malaria di Indonesia adalah Plasmodium falciparum (86,4%) sedangkan sisanya adalah Plasmodium vivax dan campuran antara Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. 3,4 Selama lebih dari 50 tahun, Plasmodium falciparum telah mengalami resistensi terhadap obat-obatan antimalaria yang digunakan untuk mengeradikasi parasit ini seperti klorokuin, sulfadoksin-pirimetamin, kuinin, piperakuin dan meflokuin. 5 Oleh karena itu, WHO merekomendasikan penggunaan artemisinin combination therapy (ACT) sebagai drug of choice untuk malaria, tidak terkecuali pada malaria dengan parasit yang resisten terhadap beberapa macam obat antimalaria. 6 ACT secara umum bekerja dengan sangat efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Akan tetapi belum lama ini ini, di Asia Tenggara, mulai banyak dilaporkan kejadian resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat ini. 2 Timbulnya resistensi Plasmodium falciparum terhadap berbagai jenis obat antimalaria berkaitan dengan kondisi genetik dari Plasmodium falciparum. Adapun faktor genetik yang turut berperan dalam membentuk resistensi Plasmodium falciparum terhadap artemisinin adalah adanya mutasi pada gen Kelch 13. Isi adalah obat antimalaria yang berasal dari Artemisia annua, sebuah tanaman herbal yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional Cina untuk mengatasi demam intermiten. 7 Terdapat beberapa teori mengenai mekanisme kerja dari obat golongan ini, namun secara umum teori tersebut berkaitan dengan pembentukan radikal bebas artemisinin. masuk ke tubuh dalam bentuk inaktif dan diaktivasi oleh pembelahan reduktif dari gugus endoperoksida. Aktivasi dari artemisinin tersebut kemudian menyebabkan pembentukan radikal bebas. 8 Radikal bebas yang terbentuk akan memediasi eradikasi dari Plasmodium dengan mengubah jalur biokimiawi di dalam parasit, yang mencakup (1) alkilasi dari molekul heme dan interferensi dengan jalur detoksifikasi heme, (2) inaktivasi dari sarcoplasmic, endoplasmic reticulum PfATPase6 calcium pump (SERCA), (3) alkilasi dari protein sitosol, seperti PfTCTP, sebuah protein potensial tumor yang kemungkinan berkaitan dengan replikasi parasit, dan (4) pengacauan dari fungsi mitokondria. 9 Saat ini WHO menetapkan artemisinin sebagai drug of choice bagi terapi malaria. Akan tetapi pada tahun 2008, di Kamboja, dilaporkan terdapat 2 isolat Plasmodium falciparum yang dipengaruhi oleh artemisinin yang terobservasi memiliki waktu klirens parasit yang memanjang. Temuan ini mengindikasikan adanya resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat golongan ini 10 dan temuan ini menjadi temuan pertama terkait resistensi Plasmodium falciparum terhadap golongan artemisinin. Dimulai dari Kamboja, resistensi artemisinin kini telah menyebar ke negara-negara lain, baik itu negara-negara tetangga seperti Vietnam, Laos, Myanmar dan Thailand, maupun negara-negara jauh seperti Cina, Bangladesh dan India. 11 Resistensi artemisinin didefinisikan sebagai klirens parasit yang melambat. Hal ini mewakili resistensi parsial/relatif yang sejauh ini hanya mempengaruhi Plasmodium falciparum pada stadium cincin. biasanya dikombinasikan dengan obat lain (partner drug) untuk dapat mengeradikasi Plasmodium falciparum secara cepat. Oleh karena itu, walaupun terdapat perlambatan klirens parasit, pasien dengan resistensi artemisinin masih dapat mengeradikasi infeksinya selama obat kombinasinya masih dapat bekerja secara efektif. 12 Resistensi artemisinin jarang menyebabkan kegagalan terapi, namun adanya resistensi artemisinin juga memiliki dampak tertentu yaitu (1) risiko berkembangnya resistensi parsial menjadi resistensi total, (2) kegagalan untuk mengeradikasi parasit secara cepat, yang dapat membahayakan penggunaan artemisinin dalam pengobatan malaria berat, Medula Volume 7 Nomor 5 Desember

3 (3) klirens parasit lambat pada pasien yang sedang dalam pengobatan artemisinin, yang dapat menyebabkan lebih banyak parasit yang hanya terpapar obat kombinasi setelah komponen artemisinin tereliminasi secara cepat pasca 3 hari pengobatan. 12 Hal ini dapat mempermudah terjadinya resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat kombinasi yang digunakan. Resistensi artemisinin beserta derivatnya pada Plasmodium falciparum diketahui salah satunya berkaitan dengan single nucleotide polymorphisms (SNP) multipel pada sebuah gen di kromosom 13 Plasmodium falciparum, yaitu kelch13 (K13). 13 Protein K13 terdiri dari domain spesifik Plasmodium, sebuah domain BTB-POZ, dan sebuah domain propeller dengan 6-blade, dimana kejadian mutasi terkait resistensi artemisinin mayoritas terletak pada domain propeller dari protein tersebut 14. Di subregional timur Greater Mekong, mencakup Kamboja, Laos dan Vietnam, mutasi kerap kali ditemukan adalah pada alel C580Y, R539T, Y493H dan I543T, sedangkan di subregional barat Greater Mekong, mencakup Cina, Myanmar dan Thailand, mutasi yang kerap kali ditemukan terletak pada alel F446L, N458Y, P574L dan R561H. Sementara di Afrika, mutasi K13 yang paling sering ditemukan adalah pada alel A578S. 12 Mutasi K13 menyebabkan resistensi Plasmodium falciparum terhadap artemisinin dengan beberapa cara. Pertama, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 1, artemisinin yang masuk dalam bentuk inaktif akan diaktivasi oleh sumber Fe(II) (seperti heme dari degradasi hemoglobin) untuk menghasilkan ART aktif (ART*). ART* bersifat reaktif, dan akan bereaksi dengan protein parasit, menyebabkan alkilasi protein. Pada Plasmodium falciparum normal, alkilasi protein akan menyebabkan kematian sel dan kematian parasit. Akan tetapi, pada Plasmodium falciparum dengan mutasi K13, terjadi peningkatan respons stress akibat keterlibatan jalur proteasome-ubiquitin, sehingga sel tetap bertahan hidup. 8,15 Gambar 1. Ilustrasi kematian dan kelangsungan hidup sel Plasmodium falciparum dengan atau tanpa mutasi K13 setelah pemberian artemisinin 8,15 Protein K13 dari parasit yang sensitif terhadap artemisinin akan berikatan dengan sebuah faktor transkripsi dan mengatur terjadinya degradasi, sedangkan pada parasit yang resisten terhadap artemisinin, K13 tidak dapat berikatan dengan faktor transkripsi tersebut. Hal ini kemudian menyebabkan upregulasi dari gen yang terlibat dalam respons sel terkait antioksidan. Dalam kondisi ini, parasit mampu mengatasi stres oksidatif dari artemisinin secara lebih baik, salah satu contohnya adalah dengan memperbaiki dan memperbarui protein yang rusak karena oksidan. 14 Mekanisme resistensi lain adalah protein K13 pada parasit yang sensitif terhadap artemisinin akan berikatan dengan phosphatidylinositol-3-kinase (PI3K) dan mengatur terjadinya degradasi. Ikatan antara K13 dengan PI3K juga akan mengurangi jumlah PI3K fungsional. Dengan jumlah PI3K fungsional yang sedikit, parasit tidak dapat menghasilkan PI3-phosphate (PI3P) yang cukup untuk pertumbuhannya. PI3P terlibat dalam biogenesis membran dan fusi dan Medula Volume 7 Nomor 5 Desember

4 berperan dalam meningkatkan jumlah parasit yang berkembang dari stadium cincin menjadi skizon. Pada parasit yang resisten terhadap artemisinin, K13 tidak dapat berikatan dengan PI3K sehingga menyebabkan peningkatan aktivitas dan akumulasi dari PI3K. Akumulasi dari PIK3 selanjutnya akan menyebabkan meningkatnya kadar basal PI3P. Dalam kondisi ini, kadar basal PI3P yang tinggi mampu mendorong kelangsungan hidup dan pertumbuhan parasit yang terpapar artemisinin. 16 Mutasi K13 juga akan memberikan perubahan fenotip dari siklus hidup Plasmodium falciparum. Adapun perubahan fenotip paling menonjol yang terlihat dari Plasmodium falciparum dengan resistensi terhadap artemisinin adalah adanya perubahan pola perkembangan pada fase intraeritrositik berupa pemanjangan stadium cincin, baik dengan tanpa atau adanya artemisinin. Tanpa adanya tekanan obat, pada Plasmodium falciparum dengan resistensi artemisinin, terlihat adanya pemanjangan perkembangan stadium cincin hingga mencapai 30 jam dari siklus hidupnya. Durasi ini 14 jam lebih panjang dibandingkan dengan durasi pada kelompok kontrol (kelompok normal sensitif artemisinin). Fase cincin yang memanjang selanjutnya diikuti oleh stadium tropozoit yang memendek secara temporal walaupun sebelumnya didahului oleh perkembangan normal pada skizon. 6 Penanggulangan resistensi (klirens parasit yang melambat) dapat dilakukan dengan beberapa cara. Adapun cara tersebut antara lain adalah dengan memperpanjang durasi pengobatan dan mengkombinasikan artemisinin dengan obat lain (bukan obat kombinasi). Pada malaria dengan mutasi K13, pemberian dihidroartemisinin (DHA) selama 3 hari memberikan hasil pengurangan beban parasit 50 kali lebih rendah dibandingkan dengan pengurangan parasit pada keadaan normal. Namun, data dari sebuah uji klinis yang dilakukan di daerah dengan prevalensi mutasi K13 tinggi menunjukkan bahwa dapat tercapai efikasi pengobatan sebesar 98% pada terapi artemisinin yang diperpanjang, yaitu selama 6 hari. Oleh karena itu, berdasarkan data yang ada, pemanjangan durasi pemberian artemisinin menjadi 4-6 hari pada parasit dengan mutasi K13 diprediksi akan memberikan hasil setara dengan pemberian artemisinin selama 3 hari pada parasit normal. 15,17 Selain memperpanjang durasi pemberian artemisinin, menanggulangi resistensi artemisinin juga dapat dilakukan dengan cara mengkombinasikan artemisinin dengan obat yang dapat membalikkan resistensi tersebut. Adapun obat yang biasa digunakan biasanya adalah obat dari golongan proteasome inhibitor seperti Carfilzomib dan Bortezomib. Kombinasi artemisinin dan proteasome inhibitor terbukti mampu memberikan efikasi terapi terhadap parasit dengan resistensi artemisinin. 18,19 Ringkasan WHO mendefinisikan resistensi artemisinin sebagai klirens parasit yang melambat. Resistensi Plasmodium falciparum terhadap artemisinin pertama kali dilaporkan pada tahun 2009 di Kamboja dan sekarang telah meluas ke beberapa negara lainnya seperti Vietnam, Thailand, India, Afrika, dll. Adapun salah satu penyebab terjadinya resistensi artemisinin pada Plasmodium falciparum yang telah diketahui adalah adanya mutasi pada protein propeller dari gen K13 Plasmodium falciparum. Mutasi ditemukan di beberapa alel antara lain yaitu C580Y, R539T, Y493H, I543T F446L, N458Y, P574L, R561H, A578S, dimana setiap wilayah endemis malaria dengan resistensi artemisinin memiliki pola posisi mutasi yang berbeda. Mutasi pada gen ini akan menyebabkan peningkatan respons sel terhadap stres oksidatif sehingga sel tidak terdegradasi walaupun setelah pemberian artemisinin. Selain memodifikasi respon stress sel, mutasi K13 juga dapat meningkatkan kadar dan aktivitas PI3K sehingga secara tidak langsung mempengaruhi kadar basal dari PI3P yang esensial bagi parasit untuk melanjutkan perkembangan dari stadium cincin ke skizon. Perubahan fenotip pada resistensi artemisinin yang tampak antara lain adalah berupa pemanjangan stadium cincin dan pemendekan sementara perkembangan trofozoit. Resistensi terhadap artemisinin dapat ditanggulangi antara lain dengan memperpanjang durasi pengobatan (dari regimen 3 hari menjadi 4 hari) dan mengkombinasikan artemisinin dengan obat golongan proteasome inhibitor. Simpulan Medula Volume 7 Nomor 5 Desember

5 Mutasi pada gen K13 Plasmodium falciparum turut berkontribusi dalam mekanisme terjadinya resistensi Plasmodium falciparum terhadap obat golongan artemisinin dengan meningkatkan ketahanan Plasmodium falciparum terhadap stres oksidatif. Daftar Pustaka 1. WHO. World Malaria Report. Geneva: World Health Organization; WHO. Guidelines For The Treatment of Malaria. Geneva: World Health Organization; Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Lap Nas ; Pusat Data dan Informasi, Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Bul Jendela Data dan Inf Kesehat. 2011;1: Thu AM, Phyo AP, Landier J, Parker DM, Nosten FH. Combating multidrugresistant Plasmodium falciparum malaria. FEBS J. 2017;284(16): Hott A, Casandra D, Sparks KN, Morton LC, Castanares GG, Rutter A, dkk. -resistant Plasmodium falciparum parasites exhibit altered patterns of development in infected erythrocytes. Antimicrob Agents Chemother. 2015;59(6): Pandey N, Pandey-Rai S. Updates on artemisinin: an insight to mode of actions and strategies for enhanced global production. Protoplasma. 2016;253(1): Dogovski C, Xie SC, Burgio G, Bridgford J, Mok S, McCaw JM, dkk. Targeting the Cell Stress Response of Plasmodium falciparum to Overcome Resistance. PLoS Biol. 2015;13(4): Ho WE, Peh HY, Chan TK, Wong WSF. s: Pharmacological actions beyond anti-malarial. Pharmacol Ther. 2014;142(1): Zaw MT, Emran NA, Lin Z. Updates on k13 mutant alleles for artemisinin resistance in Plasmodium falciparum. J Microbiol Immunol Infect. 2017;51(2): Straimer J, Gnädig NF, Stokes BH, Ehrenberger M, Crane A a, Fidock A. Plasmodium falciparum K13 Mutations Differentially Impact Ozonide Susceptibility and Parasite Fitness In Vitro. Am Soc Microbiol. 2017;8(2): WHO. Status report on artemisinin and ACT resistance. Geneva: World Health Organization; Miotto O, Amato R, Ashley EA, MacInnis B, Almagro-Garcia J, Amaratunga C, dkk. Genetic architecture of artemisininresistant Plasmodium falciparum. Nat Genet. 2015;47(3): Fairhurst RM. Understanding artemisininresistant malaria: what a difference a year makes. Curr Opin Infect Dis. 2015;28(5): Tilley L, Straimer J, Gnädig NF, Ralph SA, Fidock DA. Action and Resistance in Plasmodium falciparum. Trends Parasitol. 2016;32(9): Mbengue A, Bhattacharjee S, Pandharkar T, Liu H, Estiu G, Stahelin R V., dkk. A molecular mechanism of artemisinin resistance in Plasmodium falciparum malaria. Nature. 2015;520(7549): Ashley EA, Dhorda M, Fairhurst RM, Amaratunga C, Lim P, Suon S, dkk. Spread of Resistance in Plasmodium falciparum Malaria. N Engl J Med. 2014;371(5): Li H, Ponder EL, Verdoes M, Asbjornsdottir KH, Deu E, Edgington LE, dkk. Validation of the proteasome as a therapeutic target in plasmodium using an epoxyketone inhibitor with parasitespecific toxicity. Chem Biol. 2012;19(12): Tschan S, Brouwer AJ, Werkhoven PR, Jonker AM, Wagner L, Knittel S, et al. Broad-spectrum antimalarial activity of peptido sulfonyl fluorides, a new class of proteasome inhibitors. Antimicrob Agents Chemother. 2013;57(8): Medula Volume 7 Nomor 5 Desember

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah suatu penyakit menular yang banyak diderita oleh penduduk di daerah tropis dan subtropis, termasuk Indonesia. Berdasarkan data WHO (2010), terdapat sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia baik di negara maju maupun di negara berkembang. Penyakit malaria telah menjangkiti 103 negara di dunia. Populasi orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negaranegara beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang berisiko terkena malaria berjumlah

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyebab Malaria Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium yang ditransmisikan ke manusia melalui nyamuk anopheles betina. 5,15 Ada lima spesies

Lebih terperinci

Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti

Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti Elly Herwana Departemen Farmakologi dan Terapi FK Universitas Trisakti SIKLUS HIDUP PARASIT PLASMODIUM: P. vivax, P. ovale, P. falciparum, P. malariae, P. knowlesi (zoonosis) SIKLUS SEKSUAL dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat terutama di negara tropis dan subtropis. Di dunia terdapat 207 juta kasus malaria dan 627.000 kematian akibat

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Arubusman M., Evaluasi Hasil Guna Kombinasi. Artesunate-Amodiakuin dan Primakuin pada Pengobatan

Daftar Pustaka. Arubusman M., Evaluasi Hasil Guna Kombinasi. Artesunate-Amodiakuin dan Primakuin pada Pengobatan Daftar Pustaka Arubusman M., 2009. Evaluasi Hasil Guna Kombinasi Artesunate-Amodiakuin dan Primakuin pada Pengobatan Malaria Falciparum tanpa Komplikasi di Kabupaten Alor Propinsi Nusa Tenggara Timur (Tesis).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (protozoa) dari genus plasmodium yang dapat ditularkan melalui cucukan nyamuk anopheles betina. Penyakit

Lebih terperinci

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk.

BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk. 6 BAB II 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Malaria Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia dan tubuh nyamuk. Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium. Parasit ini hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang tersebar hampir di beberapa Negara tropis dan subtropis saat ini. Menurut WHO tahun 2011, dari 106 negara yang dinyatakan

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui nyamuk yang terinfeksi protozoa obligat intraseluler dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, yang hampir ditemukan di seluruh bagian dunia terutama

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1. Latar Belakang Permasalahan. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium sp.

BAB I PENGANTAR. 1. Latar Belakang Permasalahan. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium sp. 1 BAB I PENGANTAR 1. Latar Belakang Permasalahan Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Plasmodium sp. Parasit ini bersifat intraseluler, yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit intraseluler Protozoa, yaitu genus Plasmodium, menginfeksi 500 juta dan membunuh lebih dari 1 juta jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang menjadi perhatian global. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu anak-anak, ibu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit akibat infeksi protozoa genus Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi. Gejala umumnya muncul 10 hingga

Lebih terperinci

EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum

EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum 661 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 12, NOMOR 1, JUNI 2014 EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum Erika

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Ronald Jonathan, dr., M.Sc., DTM&H

ABSTRAK. Pembimbing I : Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Ronald Jonathan, dr., M.Sc., DTM&H ABSTRAK PENGARUH USIA DAN JENIS KELAMIN TERHADAP EFIKASI ACT (ARTEMISININ-BASED COMBINATION THERAPY) PADA PENGOBATAN MALARIA TANPA KOMPLIKASI DI KABUPATEN BANGKA BARAT, JANUARI JUNI 2009 Diaga, 2009 ;

Lebih terperinci

EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum

EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum 661 JURNAL INFO KESEHATAN, VOL. 12, NOMOR 1, JUNI 2014 EFFECT OF ANTIMALARIA HERBAL SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) ON MORPHOLOGY CHANGES OF DEVELOPMENT AND PARASITE Plasmodium Falciparum Erika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat

I. PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, balita dan ibu hamil. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 mencapai 1,85% per 1000 penduduk. Penyebab malaria yang tertinggi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO melaporkan 3,2 milyar orang atau hampir setengah dari populasi dunia beresiko terinfeksi malaria. 1 Kemenkes RI melaporkan angka kesakitan malaria tahun 2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi penyakit endemis di beberapa daerah tropis dan subtropis dunia. Pada tahun 2006, terjadi 247 juta kasus malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (World Health Organization/WHO, 2009). Sekitar setengah populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (World Health Organization/WHO, 2009). Sekitar setengah populasi dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit malaria merupakan salah satu jenis penyakit mematikan di dunia (World Health Organization/WHO, 2009). Sekitar setengah populasi dunia mengalami risiko

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan dalam bidang kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Gambaran Infeksi di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012 Nugraheni Maraelenisa Letelay 1, Ellya Rosa Delima 2 1. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung

Lebih terperinci

BUKTI MUNCULNYA MALARIA RESISTEN ARTEMISININ DI ASIA

BUKTI MUNCULNYA MALARIA RESISTEN ARTEMISININ DI ASIA Yenny et al., Uji Efek Analgesik Ekstrak Daun Makuta Dewa pada Mencit 128 BUKTI MUNCULNYA MALARIA RESISTEN ARTEMISININ DI ASIA Yenni Yusuf Departemen Parasitologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan bagi negara tropis/ sub-tropis, negara berkembang maupun negara maju. Pada tahun 2012, diperkirakan ada 207 juta kasus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3

BAB I PENDAHULUAN. penularan malaria masih ditemukan di 97 negara dan wilayah. Saat ini sekitar 3,3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasitik yang ditularkan oleh nyamuk dan sepenuhnya dapat dicegah dan diobati. Tahun 2014, WHO melaporkan bahwa penularan malaria masih ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parasit protozoa dari genus Plasmodium. Penyakit ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa Plasmodium sp. dan merupakan penyakit dengan angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi dan masalah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penyakit malaria merupakan jenis penyakit tropis yang banyak dialami di negara Asia diantaranya adalah negara India, Indonesia, dan negara Asia lainnya. (Dewi, 2010).

Lebih terperinci

Tanaman Artemisia Penakluk Penyakit Malaria

Tanaman Artemisia Penakluk Penyakit Malaria Tanaman Artemisia Penakluk Penyakit Malaria Ir. Agus Kardinan, M.Sc. Ahli Peneliti Utama di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi) (sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah salah satu penyakit menular paling umum dan masalah kesehatan masyarakat yang besar. Malaria disebabkan oleh parasit yang disebut Plasmodium, yang ditularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit ini mempengaruhi tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Malaria merupakan penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit Protozoa genus Plasmodium dan ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria masih menjadi masalah kesehatan di daerah tropis dan sub tropis terutama Asia dan Afrika dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Patel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit parasitis yang disebabkan oleh protozoa genus Plasmodium ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina (Hay & Snow, 2006; Slater et al., 2009; Kemenkes,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang mengancam jiwa dan banyak menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta penduduk di dunia terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular utama di sebagian wilayah Indonesia seperti di Maluku Utara, Papua Barat, dan Sumatera Utara. World Malaria Report - 2008,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM

SKRIPSI. Oleh Thimotius Tarra Behy NIM GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PENYAKIT MALARIA SERTA PEMERIKSAAN SAMPEL DARAH MASYARAKAT PERUMAHAN ADAT DI KECAMATAN KOTA WAIKABUBAK KABUPATEN SUMBA BARAT - NTT SKRIPSI Oleh Thimotius

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro

Pengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro Pengaruh Pemberian Kalsium terhadap Pertumbuhan Plasmodium falciparum in Vitro Verry Asfirizal 1*, Soebaktiningsih 2, Sudjari 2, Sumarno 2, Loeki E. Fitri 2 1 Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Parasit Genus Plasmodium terdiri dari 4 spesies yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum, Plasmodium malariae

Lebih terperinci

Plasmodium falciparum is the cause of

Plasmodium falciparum is the cause of ABSTRAK Plasmodium falciparum adalah penyebab infeksi malaria tropika. Penyakit ini merupakan masalah kesehatan dunia yang cukup berarti, dengan angka kematian yang tinggi. Tingginya angka kematian disebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. (Harijanto, 2014). Menurut World Malaria Report 2015, terdapat 212 juta kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Penyakit malaria adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk mendapatkan sumber daya tersebut, pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan dan berinteraksi, ketiga nya adalah host, agent dan lingkungan. Ketiga komponen ini dapat

Lebih terperinci

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014

Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 872 Artikel Penelitian Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 Februari 2014 Hans Everald 1, Nurhayati 2, Elizabeth Bahar 3 Abstrak Pengobatan malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani deklarasi Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia mempunyai komitmen untuk melaksanakannya serta menjadikannya

Lebih terperinci

Profil Fenotipik Plasmodium falciparum Galur Papua 2300 Akibat Paparan Antimalaria Artemisinin in Vitro

Profil Fenotipik Plasmodium falciparum Galur Papua 2300 Akibat Paparan Antimalaria Artemisinin in Vitro pissn: 0126-074X; eissn: 2338-6223; http://dx.doi.org/10.15395/mkb.v47n1.390 Profil Fenotipik Plasmodium falciparum Galur Papua 2300 Akibat Paparan Antimalaria Artemisinin in Vitro Lilik Maslachah, 1 Yoes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang serius dan fatal yang disebabkan oleh parasit protozoa genus plasmodium yang ditularkan pada manusia oleh gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan keadaan bilirubin yang meningkat di dalam darah. Peningkatan tersebut dapat terjadi pada kadar bilirubin total, bilirubin indirek, dan/atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab

I. PENDAHULUAN. Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara (KPD) merupakan salah satu tumor ganas penyebab kematian wanita nomor satu (14,7%) di seluruh dunia (Globocan-IARC, 2012). International Agency for Research

Lebih terperinci

EFEK ISOLAT AKTIF ANTIMALARIA DARI ARTHOCARPUS CHAMPEDEN TERHADAP ERITOSIT TERINFEKSI PLASMODIUM FALCIPARUM

EFEK ISOLAT AKTIF ANTIMALARIA DARI ARTHOCARPUS CHAMPEDEN TERHADAP ERITOSIT TERINFEKSI PLASMODIUM FALCIPARUM EFEK ISOLAT AKTIF ANTIMALARIA DARI ARTHOCARPUS CHAMPEDEN TERHADAP ERITOSIT TERINFEKSI PLASMODIUM FALCIPARUM THE EFFECT OF ANTIMALARIAL ACTIVE ISOLATE FROM ARTHOCARPUS CHAMPEDEN ON PLASMODIUM FALCIPARUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang. masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang masih menjadi masalah di negara tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Penyebab penyakit malaria ini adalah parasit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium.

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium. Penyakit ini disebarkan oleh nyamuk Anopheles betina dan perkembang-biakannya sangat tergantung

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci

PARASITOSTATIC EFFECT OF ARTEMISININ TO Plasmodium falciparum INTRAERYTROCYTIC STAGES IN-VITRO ABSTRACT

PARASITOSTATIC EFFECT OF ARTEMISININ TO Plasmodium falciparum INTRAERYTROCYTIC STAGES IN-VITRO ABSTRACT PARASITOSTATIC EFFECT OF ARTEMISININ TO Plasmodium falciparum INTRAERYTROCYTIC STAGES IN-VITRO Lilik Maslachah 1, Loeki Enggar Fitri 2 1. Bagian Kedokteran Dasar, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Malaria Malaria merupakan penyakit kronik yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. 3 Malaria

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Ar11l ELVIEN LAHARSYAH

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA. Ar11l ELVIEN LAHARSYAH /' Ar11l fv\a'-af2-'al.~ CA E SA L ". {t PI r1ll1 CE: At. ELVIEN LAHARSYAH UJI AKTIVITAS ANTIMALARIA EKSTRAK METANOL KAYU SECANG (CAESALPINlA SAPPAN LINN.) TERHADAP PLASMODIUM BERGHEI SECARA IN VIVO PADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian menyatakan bahwa malaria merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian menyatakan bahwa malaria merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Beberapa penelitian menyatakan bahwa malaria merupakan salah satu penyakit yang menimbulkan banyak kematian di dunia. Parasit malaria menginfeksi ratusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Mycobacterium non tuberculosis pertama kali. ditemukan pada abad ke 19 ketika penyakit mirip

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG. Mycobacterium non tuberculosis pertama kali. ditemukan pada abad ke 19 ketika penyakit mirip BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Mycobacterium non tuberculosis pertama kali ditemukan pada abad ke 19 ketika penyakit mirip tuberculosis teridentifikasi pada ayam. Pada 1930, Mycobacterium non tuberculosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium yang hidup dan berkembangbiak dalam sel darah merah manusia. Penyakit ini ditularkan

Lebih terperinci

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Malaria Sudah diketahui sejak jaman Yunani Kutukan dewa wabah disekitar Roma Daerah rawa berbau

Lebih terperinci

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PERANAN LINGKUNGAN TERHADAP KEJADIAN MALARIA DI KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA 1 Melisa Pantow 2 Josef S. B. Tuda 2 Angle Sorisi 1 Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam

Lebih terperinci

Peran Glutathion pada Kegagalan Terapi Klorokuin

Peran Glutathion pada Kegagalan Terapi Klorokuin Ika Puspa Sari Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Abstrak Malaria adalah penyakit tropik mematikan dan mengancam 200-300 juta jiwa di dunia. WHO menyatakan, terdapat lebih

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIAK KOTA PAPUA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIAK KOTA PAPUA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2011 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MALARIA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BIAK KOTA PAPUA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2011 Angga Cesar Batubara, 2013. Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes Pembimbing II

Lebih terperinci

TATALAKSANA MALARIA. Dhani Redhono

TATALAKSANA MALARIA. Dhani Redhono TATALAKSANA MALARIA Dhani Redhono Malaria, masalah kesehatan utama di dunia Malaria: problema kesehatan masyarakat di Indonesia Ancaman bagi ± 40% penduduk dunia Angka kematian 1 1,5 juta orang per tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang prevalensinya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Diabetes melitus didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii

ABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii ABSTRACT Background : Tuberculosis is a leading cause disease of death in infectious diseases. Until now there are many cases of M. tuberculosis resistance to primary choice anti tuberculosis drugs (ATD).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karsinoma nasofarings (KNF) merupakan keganasan yang menyerang daerah kepala leher dan paling sering ditemukan di Indonesia dan sampai saat ini belum diketahui

Lebih terperinci

POPPY SISKA ISABELLA

POPPY SISKA ISABELLA POPPY SISKA ISABELLA KULTUR SINAMBUNG DAN UJI AKTIVITAS EKSTRAK DAUN SERAI, RIMPANG LEMPUYANG WANGI, SERTA RIMPANG LEMPUYANG PAHIT TERHADAP PLASMODIUM FALCIPARUM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 8 Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia termasuk Indonesia (global epidemic). World Health Organization

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Malaria adalah penyakit yang disebabkan infeksi parasit dari genus Plasmodium. Ada lima Plasmodium yang diidentifikasi menginfeksi manusia, yaitu P. falciparum,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit Malaria merupakan infeksi parasit yang disebabkan oleh Plasmodium, yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles. Ada empat spesies Plasmodium penyebab malaria

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan karena masuknya bibit penyakit (Werner et al., 2010). Saat ini, penyakit infeksi masih menjadi masalah di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat

Lebih terperinci

Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit. infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas

Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit. infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas 1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Afrika, India, Ganna, Nigeria dan Indonesia (WHO, 2013; Chedi,

Lebih terperinci

DEFINISI KASUS MALARIA

DEFINISI KASUS MALARIA DEFINISI KASUS MALARIA Definisi kasus adalah seperangkat criteria untuk menentukan apakah seseorang harus dapat diklasifikasikan sakit atau tidak. Kriteria klinis dibatasi oleh waktu, tempat, dan orang.

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei

ABSTRAK. PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei ABSTRAK PENGARUH FRAKSI AIR KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana) DAN ARTEMISININ TERHADAP PARASITEMIA PADA MENCIT YANG DIINOKULASI Plasmodium berghei Fina Yunita, 2012 Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL

PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA. Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL PENGENDALIAN MALARIA DI INDONESIA Prof dr Tjandra Yoga Aditama Dirjen PP &PL Malaria : penyakit infeksi yang disebabkan parasit Plasmodium yang hidup & berkembang biak dalam sel darah manusia Ditularkan

Lebih terperinci

UJI AKTIFITAS ANTIMALARIA EKSTRAK AIR DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) PADA KULTUR PLASMODIUM FALCIPARUM IN VITRO

UJI AKTIFITAS ANTIMALARIA EKSTRAK AIR DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) PADA KULTUR PLASMODIUM FALCIPARUM IN VITRO PKMI-5-9-1 UJI AKTIFITAS ANTIMALARIA EKSTRAK AIR DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) PADA KULTUR PLASMODIUM FALCIPARUM IN VITRO Achmad Fachrizal, Ferry Efendi, Dhianita Binarwati, Rinnelya Agustien Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN

ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN ANALISIS BIAYA DAN TATALAKSANA PENGOBATAN MALARIA PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSUD ULIN BANJARMASIN KALIMANTAN SELATAN PERIODE TAHUN 20062009 COST ANALYSIS AND MALARIA THERAPY FOR HOSPITALIZED PATIENT IN

Lebih terperinci

Resistensi Obat Antimalaria

Resistensi Obat Antimalaria TINJAUAN PUSTAKA Resistensi Obat Antimalaria Syamsudin 1 Fakultas Farmasi, Universitas Pancasila, Jakarta Abstract The multidrug-resistant falciparum malaria is now widespread in many tropical countries.

Lebih terperinci

Analisis Mutasi Gen Pfmdr pada Penderita Malaria di Mamuju Sulawesi Barat

Analisis Mutasi Gen Pfmdr pada Penderita Malaria di Mamuju Sulawesi Barat Jurnal Sainsmat, September 2013, Halaman 185-190 Vol. II. No. 2 ISSN 2086-6755 http://ojs.unm.ac.id/index.php/sainsmat Analisis Mutasi Gen Pfmdr1 1246 pada Penderita Malaria di Mamuju Sulawesi Barat Analysis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus

Lebih terperinci

MEKANISME KERJA OBAT ANTIMALARIA

MEKANISME KERJA OBAT ANTIMALARIA MEKANISME KERJA OBAT ANTIMALARIA Syamsudin Bagian Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan E.mail: syamsudin27@yahoo.com Abstract Malaria remains the

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Masa balita merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Pada usia ini, anak masih rawan dengan berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang termasuk dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Perkiraan terakhir menunjukkan ada 171 juta

Lebih terperinci

NATALIA et al., Evaluasi Penggunaan Obat Malaria 73 terkait aspek penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk sebagai vekt

NATALIA et al., Evaluasi Penggunaan Obat Malaria 73 terkait aspek penyebab penyakit (parasit), lingkungan (fisik dan biologis) dan nyamuk sebagai vekt JURNAL BIOLOGI PAPUA ISSN: 2086-3314 Vol 8, No 2, Halaman: 72 78 E-ISSN: 2503-0450 Oktober 2016 Evaluasi Penggunaan Obat Antimalaria di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abepura, Jayapura (Studi kasus bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan pertumbuhan sel payudara yang tidak terkontrol karena adanya perubahan abnormal dari gen yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit malaria merupakan penyakit tropis yang disebabkan oleh parasit genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan gigitan nyamuk Anopheles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit mematikan yang disebabkan oleh dari genus dengan perantara nyamuk Anopheles betina. Berdasarkan data WHO, pada tahun 2014 sendiri telah terjadi

Lebih terperinci