Efektifitas Tindakan Oral Hygiene Antara Povidone Iodine 1% dan Air Rebusan Daun Sirih di Pekalongan
|
|
- Deddy Tedja
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Efektifitas Tindakan Oral Hygiene Antara Povidone Iodine 1% dan Air Rebusan Daun Sirih di Pekalongan Nuniek N.F 1, Elly Nurachmah 2, Dewi Gayatri 3 1. STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, Jl.Raya Ambokembang No.8 Kedungwuni Pekalongan , 2. Universitas Indonesia nuniek_pkj@yahoo.co.id Abstract: Caring for apathetic patients include oral cavity hygiene must be performed in order to prevent complication.the purpose of the study is to compare effectiveness of oral hygiene nursing care using povidone iodine 1% and using boiled water of piper betle on the number of bacteria in apathetic patients. This study was conducted in Rumah Sakit Islam Pekajangan Pekalongan. The design of this study was quasi experimental non equivalent control group with pre test and post test. Samples were selected through a systematic random sampling method. The number of eight respondents was divided into two interventions, the first intervention consisted of four respondents and the second intervention consisted of four respondents. Samples were taken through oral swab pre and post oral hygiene nursing care using povidone iodine 1% and using boiled water of piper betle. The analyses comprised of dependent and independent t- tests. The result of the study showed no significant difference berween age and the number of aerob bacteria and anaerob bacteria before oral hygiene nursing care using povidone iodine 1% and using boiled water of piper betle (p=0,232, p=0,397, α 0,05). There is no significant difference between sex and the number of aerob bacteria and anaerob bacteria before oral hygiene nursing care using povidone iodine 1% and using boiled water of piper betle (p=0,676, p=0,725, α 0,05). There is a significant difference between number of aerob bacteria and anaerob bacteria before and after oral hygiene nursing care using povidone iodine 1% and using boiled water of piper betle (p=0,002, p=0,001, α 0,05) and there is no significant difference between the number of aerob bacteria and anaerob bacteria after oral hygiene nursing care using povidone iodine 1% and using boiled water of piper betle (p=0,350, p=0.575 at α 0,05). This study concluded that povidone iodine 1% and boiled water of piper betle have the same effectiveness in reducing aerob and anaerob bacterias in the apathetic patients. Keyword : effectivity, oral hygiene, povidone iodine, piper betle Abstrak: Perawatan rongga mulut pada klien penurunan kesadaran harus dilakukan untuk mencegah komplikasi, karena mikroorganisme yang berasal dari rongga mulut dapat menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain. Tujuan penelitian adalah mengetahui perbandingan efektifitas tindakan keperawatan oral hygiene antara povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih terhadap jumlah bakteri klien penurunan kesadaran. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 1
2 Islam Pekajangan Pekalongan. Desain penelitian kuasi eksperimen non equivalent control group dengan pre dan post test. Sampel diambil dengan metode systematic random sampling, pada delapan responden yang terbagi menjadi dua intervensi, intervensi pertama empat responden dan intervensi kedua empat responden, sampel diambil melalui swab mulut pre dan post tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih, analisis menggunakan uji t dependent dan uji t independent. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara umur dan jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,232, p=0,397, α 0,05). Tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dan jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,676, p=0,725, α 0,05). Ada perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,002 dan p=0,001, α 0,05) serta tidak ada perbedaan signifikan selisih rata-rata jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,350, p=0.575, α 0.05). Penelitian ini menyimpulkan antara povidone iodine 1% dengan air rebusan daun sirih, sama efektifnya untuk menurunkan bakteri aerob dan anaerob klien penurunan kesadaran. Kata kunci : efektivitas, oral hygiene, povidone iodine, sirih PENDAHULUAN Dewasa ini seiring dengan lajunya pembangunan di Indonesia, telah mengubah pola struktur masyarakatnya, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan tersebut membawa dampak pada pergeseran gaya hidup desa ke gaya hidup masyarakat perkotaan, termasuk kepada pola makan yang tadinya alami menjadi gemar makan makanan yang cepat saji. Efek lain dari perubahan pola hidup itu ialah terletak kepada pergeseran penyakit, dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif, yakni penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus dan stroke. Gaya hidup sehat ternyata tidak hanya menyangkut makanan sehat atau olahraga teratur, tapi juga rutin melakukan general check-up termasuk memeriksakan kondisi mulut, karena mikroorganisme yang berasal dari rongga mulut dapat menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain. kebersihan mulut sangat penting sebab terkait dengan perawatan kesehatan tubuh secara keseluruhan terutama pada klien yang mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak memiliki kemampuan untuk membersihkan mulut. STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 2
3 Perawatan rongga mulut pada klien penurunan kesadaran penting karena mikroorganisme yang berasal dari rongga mulut dapat menyebabkan infeksi atau penyakit di bagian tubuh yang lain, seperti penyakit jantung, apabila kuman yang banyak di rongga mulut adalah streptococus auries. Pada klien penurunan kesadaran yang lama dirawat di rumah sakit, penggunaan antiseptik yang terus menerus dapat mengganggu keseimbangan flora normal dalam rongga mulut. Selain itu antiseptik juga harus dibeli dan pada klien yang kondisi ekonominya terbatas atau kondisi ekonominya lemah harga antiseptik yang ada tidak terjangkau atau terlalu mahal. Banyak antiseptik sebagai bahan dasar obat kumur yang dapat digunakan untuk membersihkan mulut atau kumur-kumur, sebagian besar pencuci mulut atau obat kumur yang diperdagangkan mengandung alkohol yang bisa jadi menyebabkan iritasi pada mukosa mulut, dan sisa alkohol dalam mulut bisa menimbulkan bau mulut. Dengan demikian diperlukan obat kumur atau cairan pencuci mulut yang alami tidak memiliki efek samping dan tidak mengganggu keseimbangan rongga mulut, seperti rebusan daun sirih yang kandungan fenolnya lima kali lebih efektif dibandingkan dengan fenol biasa. Senyawa fenol dan turunannya ini dapat mendenaturasi (menghancurkan) protein sel bakteri. Daun sirih mudah didapat, bila klien atau keluarga tidak menanam sendiri pohon daun sirih, maka daun sirih dapat dibeli di pasar dengan harga yang murah. Namun sampai saat ini tidak banyak penelitian yang mengkaji tentang perbandingan efektifitas tindakan keperawatan oral hygiene antara povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih terhadap jumlah bakteri klien penurunan kesadaran. TINJAUAN PUSTAKA Povidone iodine adalah obat kumur dan pembersih mulut 1% nama generiknya betadine. (Ardhiani, 2000, hlm. 15). Sedangkan air rebusan daun sirih sebagai antiseptik karena mengandung minyak astiri juga mampu melawan bakteri gram positif dan gram negatif (Moeljanto & Mulyono, 2003). Kedua antiseptik ini digunakan untuk oral hygiene pada klien penurunan kesadaran dan dapat membunuh mikroorganisme didalam mulut yang sangat beragam, terdapat dua kelompok mikroorganisme sesuai dengan kebutuhan terhadap sumber oksigen yaitu bakteri aerob ( bakteri yang membutuhkan oksigen untuk hidupnya dan bakteri anaerob ( bakteri yang tidak membutuhkan oksigen untuk hidupnya) (Suriawiria, 2005). STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 3
4 METODE Penelitian ini merupakan penelitian kuasi-eksperimen non equivalent control group, dengan pre dan post test, populasi dalam penelitian ini adalah semua klien penurunan kesadaran yang dirawat di Rumah Sakit Islam Pekajangan Pekalongan pada 28 Mei sampai 28 Juni Besar sampel diperoleh dari uji pendahuluan dengan perhitungan menggunakan uji hipotesis beda dua proporsi dengan derajat kemaknaan α=0,05, kekuatan uji 95 % dan uji hipotesis 2 sisi, didapatkan besar sampel delapan responden dengan rincian empat responden untuk intervensi pertama (oral hygiene dengan povidone iodine 1%) dan empat responden berikutnya untuk intervensi kedua (oral hygiene dengan air rebusan daun sirih dengan konsentrasi 32 % adalah rebusan daun sirih jawa yang muda, masih segar, mengandung 32 gram daun sirih dan 100 ml aquades). Tehnik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah systematic random sampling. Sampel diambil melalui swab mulut pre dan post tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih, Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah klien yang berumur tahun, tingkat kesadaran apatis, dipasang naso gastric tube, tidak bernafas melalui mulut dengan analisis menggunakan uji t dependent dan uji t independent. Penelitian ini telah lolos uji etik dari Komite Etik FIK UI. HASIL Hasil penelitian ini meliputi hasil analisis univariat dan bivariat. Analisa Univariat Respon klien pada tindakan keperawatan oral hygiene berkaitan dengan rasa dan aroma povidone iodine 1% menyatakan tidak enak dua klien (50%), tidak enak, mau muntah satu klien (25%) dan tidak enak tapi mulut terasa segar satu klien (25%), secara lebih jelas seperti pada gambar (gambar 1). : P ro sen tase Respon Klien Pada Povidone Iodine 1% Tidak enak Tidak enak, mau muntah Tidak enak, segar Gambar 1. Distribusi respon klien pada tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% di RSI Pekajangan Pekalongan Tahun 2009 Respon klien pada tindakan keperawatan oral hygiene berkaitan dengan rasa dan aroma air rebusan daun sirih menyatakan segar satu klien (25%), segar tapi terasa pedas dua klien (50%) dan merasa segar, rasa pedas tapi baunya sedap 25 STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 4
5 satu klien (25%), seperti gambar (gambar 2). Prosentase 25 Respon Klien Pada Sirih Gambar 2. Distribusi respon klien pada tindakan keperawatan oral hygiene Air rebusan daun sirih di RSI Pekajangan Pekalongan Tahun 2009 Sebelum dilakukan analisis bivariat telah dilakukan uji kenormalan data menggunakan Kolmogorov Smirnov dan dihasilkan nilai P value > 0,05 pada semua variabel, yaitu uji kesetaraan jumlah bakteri aerob dan anaerob berdasarkan kesetaraan tindakan keperawatan oral hygien, uji kesetaraan umur dengan tindakan keperawatan oral hygiene, dan uji kesetaraan jenis kelamin dengan tindakan keperawatan oral hygiene semua data variabel pada penelitian ini berdistribusi normal. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara umur dan jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,232, p=0,397, α 0,05). Tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dan jumlah 50 Segar Segar, Pedas Segar, Pedas, Sedap 25 bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,676, p=0,725, α 0,05). Ada perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,002 dan p=0,001, α 0,05) serta tidak ada perbedaan signifikan selisih rata-rata jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih (p=0,350, p=0.575, α 0.05). PEMBAHASAN Hasil penelitian tentang jumlah bakteri aerob dan anaerob pada klien penurunan kesadaran tidak ada perbedaan yang signifikan selisih rata-rata jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene povidone iodine 1% maupun dengan air rebusan daun sirih (p=0,350, p=0,575, α 0,05). Hal ini berarti bahwa tindakan keperawatan oral hygiene dengan povidone iodine 1% maupun dengan air rebusan daun sirih sama-sama efektif menurunkan bakteri aerob dan anaerob dalam mulut klien. Penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya tentang penelitian povidone iodine yang telah dilakukan oleh Sari (2000) di jakarta terhadap 20 orang STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 5
6 (sehat) untuk membuktikan efektifitas povidone iodine 1% terhadap pertumbuhan streptococcus mutans dalam saliva, dimana dalam penelitian ini dibagi dalam dua kelompok, kelompok pertama 10 orang responden sebelum dan setelah berkumur dengan saline solution steril selama 45 detik diambil sampelnya, kemudian kelompok kedua 10 orang responden berikutnya sebelum dan setelah berkumur dengan povidone iodine 1% selama 45 detik diambil sampelnya. Hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan pertumbuhan streptococcus mutans sebelum dan setelah berkumur dengan saline solution, tetapi ada perbedaan yang signifikan pertumbuhan streptococcus mutans sebelum dan setelah berkumur dengan povidone iodine 1% selama 45 detik (Sari, 2000). Selanjutnya penelitian lain yang membuktikan daun sirih sebagai antiseptik telah dilakukan oleh Triatna (2000) di Yogja tentang uji stabilitas dan antibakteri sediaan antiseptik yang dibuat dari minyak atsiri daun sirih. Penelitian ini merupakan pembuktian secara ilmiah mengenai stabilitas dan antibakteri minyak atsiri daun sirih yang diformulasikan kedalam sediaan antiseptik, sediaan solutio atau sediaan cairan yang dibuat menjadi sediaan antiseptik. Hasil yang diperoleh menunjukan adanya senyawa fenol pada minyak atsiri daun sirih yang mempunyai aktivitas sebagai antibakteri. Berdasarkan beberapa penelitian seperti tersebut di atas, meskipun belum ada penelitian yang dilakukan pada klien penurunan kesadaran tapi penelitian tersebut di atas membuktikan secara ilmiah akan manfaat daun sirih sebagai antibakteri dengan demikian peneliti sependapat dengan penelitian sebelumnya bahwa air rebusan daun sirih efektif sebagai antiseptik. Oral hygiene membantu mempertahankan struktur mulut dan memberikan rasa nyaman pada mulut, gigi, gusi dan bibir. Membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan, plak (karang gigi) dan bakteri, juga menghilangkan bau mulut. Pada saat melakukan Oral hygiene dibutuhkan antiseptik yang merupakan suatu senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau perkembangan mikroorganisme tanpa merusak secara keseluruhan. Sebagai antibakteri, pemakaian antiseptik sebagai obat kumur bertujuan menghambat pertumbuhan bakteri dalam mulut (Ardhiani, 2000). Terdapat banyak antiseptik sebagai obat kumur yang dijual baik di apotik maupun toko obat, tapi kebanyakan antiseptik sebagai obat kumur tersebut mengandung alkohol dan zat kimia yang bila digunakan dalam jangka waktu lama akan merusak STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 6
7 mukosa mulut, menimbulkan noda pada gigi dan juga merusak flora normal dalam mulut, begitu pula dengan povidone iodine 1% juga mengandung alkohol, sisa alkohol yang tertinggal dalam mulut klien setelah dilakukan tindakan oral hygiene bisa menimbulkan bau mulut (Sari, 2000). Antiseptik sebagai obat kumur juga memiliki macammacam rasa, hasil penelitian pada empat responden yang dilakukan tindaka keperawatan oral hygiene dengan povidone iodine 1% menyatakan (100%) rasa povidone iodine 1% tidak enak, meskipun setelah oral hygiene klien merasa mulut lebih segar. Selanjutnya bila klien mengalami penurunan kesadaran lama, oral hygiene tentu harus tetap dilakukan dengan begitu klien menggunakan antiseptik sebagai obat kumur dalam jangka waktu lama, dan antiseptik tersebut juga harus dibeli, hal ini tentu akan menambah biaya perawatan klien. Dengan demikian dibutuhkan antiseptik lain sebagai alternatif yang efeksampingnya minimal, alami, murah, bisa dibuat sendiri tapi efektif sebagai antiseptik sebagai obat kumur dan rasanya enak serta membuat mulut terasa segar, bersih serta nyaman. Pada penelitian ini membuktikan bahwa air rebusan daun sirih bersifat antibakteri terhadap bakteri aerob dan anaerob. Hal ini disebabkan adanya senyawa fenol pada daun sirih yang dianggap bersifat antibakteri yang bekerja merusak membran sel bakteri. Senyawa fenol diduga mampu memutuskan ikatan silang peptidoglikon dalam usahanya menerobos dinding sel. Setelah menerobos dinding sel, senyawa fenol menyebabkan keluarnya nutrien sel dengan merusak ikatan hidrofobik, merusak komponen penyusun membran sel seperti protein dan fosfolipid sehingga meningkatkan permeabilitas membran. Terjadinya kerusakan pada membran sel berakibat terhambatnya aktifitas dan biosintesa enzim spesifik yang diperlukan dalam reaksi metabolisme. Fenol merupakan senyawa asam lemah yang akan terionisasi melepaskan ion H + dan meninggalkan sisanya bermuatan negatif. Gugus negatif ini akan ditolak oleh dinding sel bakteri gram positif, selanjutnya merusak ikatan silang peptidoglikon sehingga daya kerja sirih sejalan dengan daya kerja antimikroba yang mekanisme kerjanya merusak keutuhan membran sel mikroba. Berbeda dengan respon klien pada intervensi pertama setelah dilakukan tindakan keperawatan oral hygiene dengan air rebusan daun sirih keempat klien (100%) menyatakan segar selain itu dua klien (50%) menyatakan rasanya pedas dan satu klien menyatakan aroma STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 7
8 sirih sedap. Hal tersebut sesuai menurut Mulyono (2003) bahwa aroma dan rasa daun sirih yang khas, sedap, pedas, sengak, tajam, dan rangsang disebabkan oleh kavikol dan betlefenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Kedua zat tersebut merupaka kandungan terbesar minyak atsiri yang ada dalam daun sirih. Hasil penelitian ini tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok umur responden dengan rata-rata jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene (p=0,232, p=0,397, α 0,05). Dengan demikian umur tidak berpengaruh terhadap jumlah bakteri aerob dan anaerob. Penelitian ini ini tidak sesuai dengan pendapat Saud (2000) semakin bertambah umur seseorang maka keadaan anatomi rongga mulut mendukung terjadinya tempat bagi mikroorganisme untuk berkembang biak, sebab pada saat kelahiran manusia tidak mempunyai gigi dan memiliki flora normal rongga mulut yang berkarakteristik sesuai dengan kondisi rongga mulut tersebut. Pada saat gigi sulung mulai erupsi, terjadi perubahan pada lingkungan rongga mulut yang ditandai dengan terjadinya perubahan dari flora normal rongga mulut. Sampai gigi sulung tumbuh lengkap, keadaan lingkungan rongga mulut relatif stabil. Pada saat gigi permanen mulai tumbuh, maka pada periode ini adanya gigi hilang dan erupsi, kondisi lingkungan rongga mulut berubah yang berpengaruh terhadap flora normal rongga mulut. Dengan bertambahnya usia maka keadaan anatomi rongga mulut berubah, gigi permanen tanggal, epithelium menipis, saliva berkurang sehingga memungkinkan mikroorganisme dalam mulut berkembang biak (Saud, 2000). Menurut peneliti umur tidak berpengaruh terhadap jumlah bakteri aerob dan anaerob karena responden dalam penelitian ini adalah klien sakit, dalam kondisi sakit daya tahan tubuh menurun sehingga tubuh tidak mampu melawan bakteri yang masuk terutama bakteri yang masuk melalui mulut sehingga baik kelompok umur muda (20-30 tahun) maupun kelompok umur tua (31-47 tahun) (Supranto, 2000) bakteri aerob maupun anaeerobnya sama banyaknya. Selain itu responden dalam penelitian ini mengalami penurunan kesadaran, dimana kemampuan menelan saliva berkurang, dilakukan penghisapan saliva, klien tidak mampu merawat mulutnya dan klien puasa sehingga kondisi seperti ini memungkinkan bakteri dalam mulut klien berkembang biak Setelah dilakukan tindakan keperawatan oral hygiene baik dengan povidone iodine 1% maupun dengan air rebusan STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 8
9 daun sirih, bakteri aerob dan anaerob dalam mulut klien berkurang dengan demikian povidone iodine 1% maupun air rebusan daun sirih keduanya efektif sebagai antiseptik, karena berdasarkan hasil penelitian ini baik povidone iodine 1% maupun air rebusan daun sirih sama efektifnya dalam menurunkan jumlah bakteri aerob dan anaerob dalam mulut klien yang mengalami penurunan kesadaran (p=0.18, p=0.298 pada α 0,05). Hasil penelitian didapatkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene baik pada laki-laki maupun perempuan (p=0,676, p=0.725, α 0,05), hal ini berbeda dengan hasil penelitian Purnama (2003) yang telah melakukan penelitian di Jakarta dengan membandingkan pengaruh puasa terhadap nilai Plaque Pre cursor Index (PPI) antara laki-laki dan perempuan, dilakukan pada enam orang laki-laki dan enam orang perempuan. Penelitian ini dilakukan pada laki-laki dan perempuan karena faktor gender diduga berperan terhadap kejadian penyakit rongga mulut. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa nilai ratarata penurunan Plaque Pre cursor Index (PPI) pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki, berarti menunjukan bahwa potensi pembentukan plak pada perempuan saat puasa lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki. Pembentukan plak yang lebih rendah pada perempuan ini disebabkan perempuan lebih menjaga kesehatan rongga mulut dibandingkan laki-laki. Selain itu pada laki-laki cenderung mempunyai kebiasaan merokok, Plak gigi adalah lapisan biofilm yang terdiri dari komunitas mikroba yang berada di permukaan gigi dan diselubungi dengan matriks-matriks polimer dari bakteri dan saliva, serta di dalam plak terdapat spesies bakteri (Purnama, 2002). Menurut peneliti perbedaan hasil penelitian ini bisa saja terjadi, pada penelitian Purnama (2002) respondennya sadar penuh, puasa dan kondisi sehat, sedangkan pada penelitian ini responden puasa, terpasang naso gastric tube serta mengalami penurunan kesadaran. Pada penelitian Purnama (2002) respondennya sehat sehingga respondennya dapat melakukan perawatan mulut sendiri dan perawatan mulut bisa dilakukan reponden lebih dari dua kali sehari, hal ini tentu berpengaruh terhadap penurunan bakteri mulut selain itu jumlah bakteri mulut orang sehat berbeda dengan orang sakit karena pada kondisi sakit daya tahan tubuh menurun, tubuh tidak dapat melakukan perlawanan pada bakteri yang masuk terutama bakteri yang masuk lewat mulut. STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 9
10 SIMPULAN Terbukti tidak ada hubungan yang signifikan antara kelompok umur responden dengan jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene. Terbukti tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum tindakan keperawatan oral hygiene baik pada laki-laki maupun perempuan. Terbukti ada perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene dengan povidone iodine. Terbukti ada perbedaan yang signifikan antara jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene dengan air rebusan daun sirih. Terbukti tidak ada perbedaan yang signifikan selisih rata-rata jumlah bakteri aerob dan anaerob sebelum dan setelah tindakan keperawatan oral hygiene antara povidone iodine 1% dan air rebusan daun sirih. Tindakan keperawatan oral hygiene pada klien penurunan kesadaran harus dilakukan minimal dua kali sehari dan mengganti antiseptik yang selama ini digunakan dengan air rebusan daun sirih karena tidak mengganggu keseimbangan flora normal rongga mulut dan rasanya lebih enak dibandingkan rasa antiseptik lain DAFTAR PUSTAKA Addy. (2000). Pengaruh povidone iodine 1% terhadap pembentukan plak dan jumlah bakteri dalam ludah. Skripsi. Jakarta: FKG UI. Ardhiani, D. (2000). The effect of mouthwash containing povidone iodine 1% on salivary levels of streptococcus mutans analysis on the effect of mouth rising for 15 seconds. Skripsi. Jakarta: FKG UI Ariawan, I. (1998). Besar dan metode sampel pada penelitian kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKMUI. Dea, 2003, Daun sirih sebagai antibakteri pasta gigi, diperoleh 5 Pebruari Fauziah. E.L. (2006). Analisis efek kumur-kumur air rebusan daun sirih selama 60 detik terhadap aktivitas peroksidase saliva. Skripsi. Jakarta: FKG UI. Lukistyowati, E. (2002). Potensi antibakteri larutan infusum daun sirih yang bersifat antibakteri terhadap streptococcus salivarius. Skripsi. Jakarta: FKG UI Moeljanto & Mulyono. (2003). Khasiat dan manfaat daun sirih. obat mujarab dari masa ke masa. Jakarta: Argomedia Pustaka. Purnama. (2002). Perbandingan pengaruh puasa terhadap nilai plaqaue pre cursor index antara laki-laki dan perempuan. Skripsi. Jakarta: FKG UI. STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 10
11 Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan, konsep, proses, dan praktik. Alih bahasa Asih, Y.dkk. Jakarta : EGC. Sari. (2000). The effect of mouthwash containing povidone iodine 1% on salivary levels of streptococcus mutans analysis on the effect of mouth rising for 45 seconds. Skripsi. Jakarta: FKG UI Suriawiria, U. (2005). Mikrobiologi dasar. Jakarta: Papas Sinar Sinanti. STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 11
12 STIKES Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan vi
BAB I PENDAHULUAN. Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Plak gigi adalah deposit lunak yang membentuk biofilm dan melekat pada permukaan gigi atau permukaan jaringan keras lain didalam rongga mulut. Plak gigi terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik 1. Denture Stomatitis
Lebih terperinciKata kunci: berkumur, bakteri aerob, saliva, baking soda, lemon.
ABSTRAK Flora normal rongga mulut yang tidak seimbang dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut, salah satu upaya pengendaliannya adalah berkumur dengan larutan baking soda (Sodium bicarbonate). Larutan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan kelompok mikroba di dalam rongga mulut dan dapat diklasifikasikan. bakteri aerob, anaerob, dan anaerob fakultatif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora oral terdiri dari beragam populasi mikroba di antaranya bakteri, jamur, mikoplasma, protozoa, dan virus yang ditemukan dari waktu ke waktu. Bakteri merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: populasi bakteri aerob, saliva, sari buah delima merah dan putih.
ABSTRAK Di dalam saliva terdapat berbagai jenis bakteri aerob yang merupakan flora normal rongga mulut. Salah satu bakteri aerob yang merupakan bakteri utama penyebab plak gigi adalah Streptococcus mutans.
Lebih terperinciPERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT
Ristianti;Kusnanta;Marsono PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT Nina Ristianti*, Jaka Kusnanta W.**, Marsono** ABSTRAK Plak gigi adalah suatu
Lebih terperinciKata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.).
ABSTRAK Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Flora di rongga mulut pada dasarnya memiliki hubungan yang harmonis dengan host dan terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, fungi, mycoplasma, protozoa, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plak gigi merupakan komunitas mikroba yang melekat maupun berkembang bebas pada jaringan lunak dan keras pada permukaan rongga mulut, yang terdiri dari bakteri hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Flora mulut kita terdiri dari beragam organisme, termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus yang dapat bertahan dari waktu ke waktu. Organisme
Lebih terperinciABSTRAK. Plak gigi, obat kumur cengkeh, indeks plak
ABSTRAK Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Akumulasi plak yang tidak ditangani akan menyebabkan karies, gingivitis
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: plak gigi, seduhan kelopak bunga rosella, indeks plak. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Plak gigi merupakan faktor etiologi yang bertanggung jawab terhadap terjadinya penyakit periodontal. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme dan melekat erat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulut. Ketidakseimbangan indigenous bacteria ini dapat menyebabkan karies gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut mengandung berbagai macam komunitas bakteri yang berlimpah dan kompleks yang menghuni bagian atau permukaan yang berbeda dari rongga mulut. Ketidakseimbangan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci:berkumur, infusa jeruk nipis (Citrus aurantifolia (Cristm.) Swingle), plak gigi
ABSTRAK Plak gigi merupakan deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm dan melekat erat pada permukaan gigi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Plak yang menempel pada gigi dapat menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak
Lebih terperinciABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMAKAIAN OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DALAM MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB
ABSTRAK PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMAKAIAN OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE PADA PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK DALAM MENURUNKAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB Carolina Regita Tandar,2014. Pembimbing I: Widura, dr., MS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh, terhitung sekitar 16% dari berat badan manusia dewasa. Kulit memiliki banyak fungsi penting, termasuk sebagai sistem pertahanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang predominan. Bakteri dapat dibagi menjadi bakteri aerob, bakteri anaerob dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Flora normal rongga mulut terdiri dari berbagai mikroflora termasuk bakteri, jamur, mycoplasma, protozoa dan virus; bakteri merupakan kelompok yang predominan. Bakteri
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi atau yang biasa dikenal dengan gigi berlubang adalah hasil interaksi dari bakteri di permukaan gigi, plak/biofilm, dan diet. Komponen diet khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kandidiasis vulvovaginal adalah infeksi mukosa yang disebabkan oleh Candida spp. Sebanyak 85-90% dari jamur yang diisolasi dari vagina adalah spesies Candida (Sobel,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.
Lebih terperinciBayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***
PENGARUH KUMUR SARI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) (Studi terhadap Anak Usia 12-15 Tahun Pondok Pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak) Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : Daun sirih merah, daun sirih hijau, bakteri aerob, saliva
ABSTRAK Saliva memainkan peranan penting dalam regulasi pertumbuhan dan aktifitas metabolik dari mikroflora rongga mulut. Di dalam saliva terkandung banyak bakteri yang perlekatannya difasilitasi oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari 300 spesies dapat diidentifikasi dalam rongga mulut. Spesies yang mampu berkoloni dalam
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. pseudohalitosis, halitophobia dan psychogenic halitosis. 6,7,8
BAB VI PEMBAHASAN Halitosis adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan tanda nafas tidak sedap pada saat nafas dihembuskan. Halitosis merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan nafas
Lebih terperincie-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017
HUBUNGAN SIKAP CARING PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN ORAL HYGIENE PADA PASIEN TOTAL CARE DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Erdianti Wowor Linnie Pondaag Yolanda Bataha Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu
Lebih terperinciEfektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka
Efektivitas lumatan daun sirih hijau dibandingkan dengan povidine iodine sebagai alternatif obat luka 1 Edriani Fitri 1 Ratih Annisa 1 Dian Nitari 1 Dewi K. Mubela 1 Kasih Santika 2 Hendra Sutysna 1 Program
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: alat ortodontik cekat, menyikat gigi, chlorhexidine 0,2%, plak dental, indeks plak modifikasi dari PHP Index.
iv ABSTRAK Pasien pengguna alat ortodontik cekat membutuhkan perawatan ekstra untuk membersihkan giginya dikarenakan komponen alat ortodontik cekat membatasi aksi mekanis sikat gigi untuk menghilangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan tanaman obat di Indonesia perlu digali lebih mendalam, khususnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan alam telah lama digunakan di bidang kedokteran maupun kedokteran gigi untuk keperluan preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pengobatan dengan menggunakan tanaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. RI tahun 2004, prevalensi karies gigi mencapai 90,05%. 1 Karies gigi merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia adalah karies gigi. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciABSTRAK. Xylitol, populasi bakteri aerob, plak gigi.
ABSTRAK Plak gigi mengandung berbagai macam mikroorganisme. Bakteri aerob yang paling kariogenik dan dominan pada plak gigi adalah Streptococcus mutans. Salah satu pemanis buatan nonkariogenik yang efektif
Lebih terperinciEFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF
EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF Asmaul Husna dan Abral Jurusan Keperawatan Gigi, Poltekkes Pontianak Email: doktergigiabral@gmail.com Abstrak: Bau mulut
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32
37 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Subyek penelitian yang didapatkan pada penelitian ini adalah sebanyak 32 orang yang dibagi dalam dua kelompok yaitu kelompok eksperimental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi dan mulut yang menjadi fokus penelitian utama di bidang kedokteran gigi adalah karies dan penyakit jaringan periodontal. Penyakit tersebut tersebar luas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan adalah bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak yang tidak meliputi anasir gigitiruan. 1 Resin akrilik sampai saat ini masih merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan suatu keadaan patologis pada jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah kesehatan utama
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam bentuk sediaan obat kumur terhadap bakteri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lainnya sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Angka kejadian masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gigi merupakan salah satu anggota tubuh yang memiliki peran penting dan apabila mengalami kerusakan maka dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya sehingga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. gigitiruan dan sebagai pendukung jaringan lunak di sekitar gigi. 1,2 Basis gigitiruan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Basis gigitiruan merupakan bagian dari gigitiruan yang bersandar pada jaringan lunak rongga mulut, sekaligus berperan sebagai tempat melekatnya anasir gigitiruan dan
Lebih terperinciDeskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA
1 Deskripsi KOMPOSISI EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (AVERRHOA BILIMBI L) DAN PENGGUNAANNYA 5Bidang Teknik Invensi Invensi ini berhubungan dengan komposisi ekstrak daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Plak gigi; teh hitam; indeks plak, O Leary
ABSTRAK Plak gigi merupakan penyebab utama terjadinya karies gigi, dengan prevalensi secara nasional tahun 2007 mencapai 43.40%. Plak mengandung bakteri Streptococcus mutans yang dapat memfermentasi karbohidrat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang terpenting untuk dijaga. Salah satu penampilan fisik yang sering dilihat adalah gigi. Fungsi utama gigi adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resin akrilik merupakan bahan yang paling banyak digunakan di Kedokteran Gigi terutama dalam pembuatan basis gigi tiruan. Salah satu jenis resin akrilik yang sering
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki
Lebih terperinciKata kunci: Infusa Siwak, Staphylococcus aureus, konsentrasi, waktu kontak.
ABSTRAK Kebersihan mulut sangat penting dijaga, sehingga diperlukan metode perawatan kebersihan mulut yang aman, efektif, dan ekonomis. Salah satu bahan alami yang sejak dahulu hingga sekarang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies adalah penyakit jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas mikroba dalam suatu karbohidrat yang dapat difermentasikan.
Lebih terperinciABSTRAK PERBEDAAN PENGGUNAAN PASTA GIGI MENGANDUNG ENZIM AMYLOGLUCOSIDASE
ABSTRAK PERBEDAAN PENGGUNAAN PASTA GIGI MENGANDUNG ENZIM AMYLOGLUCOSIDASE DAN GLUCOSEOXIDASE DENGAN SODIUM BICARBONATE TERHADAP INDEKS PLAK (Penelitian Pada Pasien Pengguna Alat Ortodontik Cekat) Dwiki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Streptococcus mutans merupakan mikroflora normal yang terdapat di rongga mulut dan bersama grup viridans lainnya umum terdapat di saluran pernapasan bagian atas. Trauma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuntutan dan kebutuhan akan perawatan ortodonti pada masa kini semakin meningkat, seperti di Indonesia maupun negara-negara lain. Hal ini dikarenakan munculnya kesadaran
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH TEH HIJAU (Camellia sinensis) TERHADAP PENGHAMBATAN PEMBENTUKAN PLAK GIGI
ABSTRAK PENGARUH TEH HIJAU (Camellia sinensis) TERHADAP PENGHAMBATAN PEMBENTUKAN PLAK GIGI Ludwig Melino Tjokrovonco,2011 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF. Ellya Rosa Delima dr., Mkes.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah terjadinya infeksi silang yang bisa ditularkan terhadap pasien, dokter
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap pekerjaan mempunyai risiko kerja masing-masing, termasuk bagi praktisi yang memiliki pekerjaan dalam bidang kedokteran gigi. Salah satu risiko tersebut adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian obat kumur ekstrak etanol tanaman sarang semut (Myrmecodia pendens Merr. & Perry) terhadap bakteri Lactobacillus acidophilus secara in vitro merupakan
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 8, No. 1, Februari 2012
EFEKTIFITAS PENYULUHAN KESEHATAN OLEH PEER GROUP DAN TENAGA KESEHATAN TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT (PHBS) CUCI TANGAN BERSIH PADA SISWA SD N 01 DAN 02 BONOSARI SEMPOR KEBUMEN Faisal Reza 1, Marsito
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Candida albicans merupakan jamur yang dapat menginfeksi bagian- bagian tubuh meliputi mulut, saluran pencernaan, kulit dan organ genetalia wanita. Candida albicans
Lebih terperinciKONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI
Vol. 7, No.2, Desember 2014 KONDISI KESEHATAN DAN KEBERSIHAN MULUT PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BAPTIS KEDIRI CONDITION OF MOUTH HEALTH AND HYGIENE PATIENT IN INPATIENT INSTALLATION KEDIRI BAPTIS HOSPITAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit gigi merupakan salah satu penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat.menurut survei di Indonesia, karies gigi merupakan penyakit endemik dengan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Streptococcus sanguis adalah jenis bakteri Streptococcs viridans yang termasuk dalam tipe bakteri alfa hemolitik. Bakteri ini biasa berkoloni di mulut, saluran pencernaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang perlu mendapatkan perhatian serius dari tenaga kesehatan, baik doktermaupun perawat. Hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tinea atau dermatofitosis adalah nama sekelompok penyakit kulit yang disebabkan oleh dermatofit, yaitu sekelompok infeksi jamur superfisial yang tumbuh di lapisan
Lebih terperinciPerbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD
Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD 1 Eko A. Papilaya 2 Kustina Zuliari 2 Juliatri 1 Kandidat Skripsi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: permen karet, sukrosa, xylitol, kapasitas bufer, ph saliva
ABSTRAK Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dominan di Indonesia. Mikroorganisme dalam flora oral normal manusia memetabolisme karbohidrat terfermentasi dan menghasilkan produk
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh waktu kontak antiseptik dengan udara luar terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota Yogyakarta ini menggunakan 15 sampel
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan akan berlanjut ke dalam lapisan gigi serta diikuti dengan kerusakan bahan
6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi Karies Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi, yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktifitas bakteri flora mulut yang ada dalam suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. digunakan di kedokteran gigi adalah hydrocolloid irreversible atau alginat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan cetak dalam kedokteran gigi bervariasi jenisnya yaitu bahan cetak yang bersifat elastis dan non-elastis. Salah satu bahan cetak elastis yang banyak digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.2 Identifikasi Masalah Apakah daun beluntas menghilangkan bau badan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini penelitian dan pengembangan tumbuhan obat baik di dalam maupun di luar negeri berkembang pesat. Penelitian terutama berkembang dalam segi farmakologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi dan mengenai 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2001
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2)
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1.1) Latar Belakang Penelitian, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian
Lebih terperinciDAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. SURAT PERNYATAAN... iii. LEMBAR PERSETUJUAN PERBAIKAN... iv
ABSTRAK Penggunaan alat ortodontik cekat memiliki efek samping klinik, seperti inflamasi gingiva dan lesi karies awal, yang disebabkan karena meningkatnya retensi plak. Insersi bracket menyebabkan peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dalam rongga mulut. Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (2006) menunjukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi merupakan salah satu penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di masyarakat. Karies gigi merupakan penyakit terbanyak di dalam rongga mulut. Hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dekade terakhir, sebanyak 80% orang didunia bergantung pada pengobatan tradisional untuk perawatan kesehatan mereka. Salah satu tanaman obat yang digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kondisi ini dapat tercapai dengan melakukan perawatan gigi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian yang penting dari kesehatan secara keseluruhan dan merupakan salah satu sendi kehidupan yang harus diketahui, ditindaklanjuti,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kavitas oral ditempati oleh bermacam-macam flora mikroba, yang berperan mayor dari ekosistem yang kompleks ini yaitu dental plak yang berkembang secara alami pada jaringan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciPerubahan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus Setelah Berkumur Ekstrak Lada Putih (Piper Nigrum L.)
Perubahan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus Setelah Berkumur Ekstrak Lada Putih (Piper Nigrum L.) Gigih Noor Syafitri¹, Nia Wijayanti² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: Pasta gigi herbal, pasta gigi non herbal, indeks plak, ortodontik cekat.
ABSTRAK Alat ortodontik cekat adalah alat yang melekat pada gigi geligi sehingga dapat menimbulkan akumulasi plak di dalam rongga mulut dan sulit untuk dibersihkan secara mekanis. Area retensi yang dapat
Lebih terperinciEFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA
Efektivitas irigasi luka menggunakan larutan Normal salin...83 EFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gigi yang sehat adalah gigi yang rapi, bersih, didukung oleh gusi yang kuat dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral kesehatan secara keseluruhan dan perihal hidup sehingga perlu dibudidayakan diseluruh masyarakat. Gigi yang sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alginat merupakan bahan cetak hidrokolloid yang paling banyak digunakan selama beberapa tahun terakhir. Bahan cetak ini memiliki kelebihan antara lain mudah pada manipulasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini karies gigi masih merupakan penyakit utama di bidang kesehatan gigi dan mulut. Karies adalah salah satu masalah kesehatan rongga mulut yang dapat
Lebih terperinciABSTRAK PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB DI RONGGA MULUT SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI YOGHURT
ABSTRAK PERBEDAAN JUMLAH KOLONI BAKTERI AEROB DI RONGGA MULUT SEBELUM DAN SESUDAH MENGKONSUMSI YOGHURT Jane Nathania Sanjaya,2014. Pembimbing I: Johan Lucianus, dr., M.Si. Pembimbing II: Winny Suwindere,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk membuat replika jaringan keras dan jaringan lunak mulut. Bahan cetak dibedakan atas bahan untuk mendapatkan cetakan negatif
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum
Lebih terperinci