RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L.) TERHADAP PERLAKUAN PUPUK PHONSKA. Karim Fahri, Nikmah Musa, Fitriah S.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L.) TERHADAP PERLAKUAN PUPUK PHONSKA. Karim Fahri, Nikmah Musa, Fitriah S."

Transkripsi

1 1 RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L.) TERHADAP PERLAKUAN PUPUK PHONSKA Karim Fahri, Nikmah Musa, Fitriah S. Jamin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis pupuk phonska yang terbaik pada pertumbuhan dan produksi tanaman terung. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Dutohe Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, yang dimulai pada Bulan Maret 2013 sampai Bulan Juli Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan. Dosis pupuk phonska yang digunakan terdiri atas 5 taraf yaitu: F 0 = 0, F 1 = 500, F 2 = 600, F 3 = 700, dan F 4 = 800 kg/ha yang diulang sebanyak tiga kali. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis of varians (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji BNT jika terdapat pengaruh perlakuan pupuk phonsksa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Perlakuan dosis pupuk phonska berpengaruh terhadap semua parameter yang diamati yaitu : tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah dan berat buah. Dosis pupuk phonska yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman dan lebih efisien adalah 600 kg/ha tetapi untuk produksi tanaman terung, yaitu pada pemberian dosis pupuk phonska 800 kg/ha. Kata Kunci: Pupuk phonska, Pertumbuhan dan Produksi Terung PENDAHULUAN Terung (Solanum melongena L) merupakan tanaman sayur-sayuran yang termasuk famili Solanaceae. Tanaman terung dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi dengan suhu udara berkisar antara C. Jenis tanah adalah lempung berpasir, dengan aerasi yang baik dan ph antara 6-7 dan mendapat sinar matahari yang cukup. Pada umumnya masyarakat Gorontalo senang mengkonsumsi buah terung. Buah ini disenangi baik sebagai lalapan segar maupun diolah menjadi berbagai jenis masakan. Di pasaran tradisional dan pasar sentral yang ada di Gorontalo, sayur terung setiap harinya selalu tersedia dan habis dibeli konsumen. Dan hampir seluruh rumah makan di Provinsi Gorontalo menyediakan menu masakan terung seperti sayur terung. Banyaknya permintaan konsumen ini bertolak belakang dengan budidaya terung dikalangan petani yang mengalami penurunan. Produksi terung di Provinsi Gorontalo pada tahun 2010 dan 2011 berturut-turut 152 Kw/Ha

2 2 dan 170 Kw/Ha. Produksi ini menurun sebesar 164 Kw/Ha dan 146 Kw/Ha dari produksi 316 Kw/Ha pada tahun 2009 (BPS Provinsi Gorontalo, 2012). Berdasarkan produksi dan prospek pemasaran di Provinsi Gorontalo, maka perlu ditingkatkan produksi tanaman terung salah satunya melalui pemberian pupuk. Pupuk adalah setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan pada tanaman dengan maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. pengertian lain dari pupuk adalah suatu bahan yang diberikan sehingga dapat mengubah keadaan fisik, kimiawi, dan hayati dari tanah sehingga sesuai deangan tuntutan tanaman. Sedangkan pengertian pemupukan adalah setiap usaha pemberian pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk menigkatkan produksi dan mutu hasil tanaman. Memelihara dan memperbaiki kesuburan tanah dengan memberikan unsur atau zat hara ke dalam tanah dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Pemupukan juga akan memperbaiki ph tanah dan memperbaiki lingkungan tanah sebagai tempat tumbuh tanaman. Pemupukan yang sesuai dengan unsur hara tanah dapat meningkatkan kesuburan kimiawi tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan bisa dilakukan dengan pemberian pupuk buatan dan pupuk alam atau pupuk organik (Sarief, 1986). Selanjutnya dikatakan bahwa Pemupukan yang sesuai dengan unsur hara tanah dapat meningkatkan kesuburan kimiawi tanah sehingga sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pemupukan bisa dilakukan dengan pemberian pupuk buatan dan pupuk alam atau pupuk organik. Pupuk buatan dapat dibagi kedalam pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pada waktu ini pupuk-pupuk majemuk lengkap yang ditawarkan mempunyai jumlah kadar total yang jauh lebih tinggi, yaitu antara 30-60%. Selain dari itu, untuk mengimbangi adanya kebutuhan yang berlainan dari berbagai jenis tanaman dan tipe tanah, sekarang pupuk ini dibuat dalam perbandingan yang bermacam-macam. Pupuk phonska adalah pupuk majemuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara yaitu N, P, dan K, masing-masing memiliki kandungan 15 : 15 : 15 pada setiap 100 Kg Phonska. Menurut Taslim et al. dalam Pirngadi dan Abdulrachman (2005), menyatakan bahwa keuntungan menggunakan pupuk majemuk adalah (1) dapat dipergunakan dengan memperhitungkan kandungan zat

3 3 hara sama dengan pupuk tunggal, (2) apabila tidak ada pupuk tunggal dapat diatasi dengan pupuk majemuk, (3) penggunaan pupuk majemuk sangat sederhana, dan (4) pengangkutan dan penyimpanan pupuk ini menghemat waktu, ruangan dan biaya. Keunggulan pupuk phonska yaitu (1) pupuk phonska dibuat melalui proses industri berteknologi tinggi sehingga dihasilkan butiran yang homogen, (2) setiap butir pupuk phonska mengandung tiga macam unsur hara utama yaitu Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K) yang diperkaya dengan unsur hara belerang (S) dalam bentuk larut air, sehingga mudah diserap akar tanaman, (3) dapat digunakan untuk semua jenis tanaman serta pada berbagai kondisi lahan iklim dan lingkungan, (4) penggunaan pupuk phonska menjamin diterapkannya teknologi pemupukan berimbang sehingga dapat meningkatkan produksi dan mutu hasil pertanian (Irawati, 2007). Respon tanaman terhadap pemberian pupuk akan meningkat bila menggunakan jenis pupuk, dosis, waktu dan cara pemberian yang tepat. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis telah melakukan percobaan pemberian pupuk phonska dengan berbagai variasi dosis pada tanaman terung (Solanum melongena L). Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini, yaitu: 1. Apakah pemberian berbagai macam dosis pupuk phonska dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanman terung? 2. Manakah dosis pupuk phonska yang paling baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung? Tujuan Penelitian Penelitian bertujuan untuk: 1. Mengetahui pengaruh dari berbagai macam dosis pupuk phonska terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terung. 2. Mengetahui dosis pupuk phonska yang paling baik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman terung.

4 4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai Referensi ilmiah untuk pendidikan khususnya Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo sebagai sektor pembangunan dibidang pertanian daerah Provinsi Gorontalo. 2. Sebagai bahan informasi pengetahuan bagi petani dalam pengelolaan budidaya tanaman terung khususnya dalam pemberian pupuk Phonska secara efektif dan efisien. 3. Sebagai acuan bagi instansi Pemerintah dan Swasta dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pertanian. Hipotesis Penelitian ini dilaksanakan dengan mengajukan beberapa hipotesis, yaitu: 1. Terdapat pengaruh pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi tanaman terung. 2. Terdapat perlakuan pupuk phonska terbaik yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman terung. METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan yang berlokasi di Desa Dutohe, Kecamatan Kabila, Kabupaten Bone Bolango. Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret sampai bulan Juli Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bajak sapi, cangkul, parang, tajak, gembor, ember, bor tanah, ajir, meteran rol, timbangan analitik, spidol, buku tulis, tali rapiah, kamera digital. Adapun bahan yang digunakan yaitu sampel tanah, benih terung ratih ungu, pupuk phonska, dan air.

5 5 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan lima perlakuan dan tiga ulangan, sehingga memperoleh lima belas (15) satuan petak percobaan. Adapun lima perlakuannya yaitu : F 0 = Kontrol (tanpa pupuk), F 1 = 500 kg/ha phonska, F 2 = 600 kg/ha phonska, F 3 = 700 kg/ha phonska, F 4 = 800 kg/ha phonska. Parameter Penelitian Adapun paramater yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 1. Tinggi tanaman (cm) Parameter ini mengukur tinggi tanaman dimulai dari pangkal batang sampai dengan ujung daun tertinggi pada setiap sampel dengan interval waktu dua minggu sekali. 2. Jumlah Daun (helai) Pengamatan jumlah daun dilakukan saat tanam berumur 14 hari setelah tanam (HST). Caranya yaitu menghitung semua daun pada masing-masing sampel dari tiap plot dengan interval dua minggu. 3. Umur berbunga (hari) Umur berbunga dihitung pada saat tanaman berbunga mekar pada masingmasing petakan, yang diambil pada masing-masing sampel dari tiap plot. 4. Jumlah Buah (buah) Parameter ini dihitung pada saat panen, dengan cara menghitung jumlah buah pada setiap sampel yang diambil. 5. Panjang Buah (cm) Panjang buah diukur pada saat panen, dilakukan pada buah yang dihasilkan dari tanaman sampel, dengan cara mengukur mulai pangkal buah sampai ujung buah kemudian dirata-ratakan. 6. Berat Buah (g) Berat buah tanaman dihitung dengan menimbang buah yang di panen pada setiap tanaman sampel, pada setiap kali pemanenan.

6 6 Prosedur Penelitian Adapun prosedur yang dilakukan dalam melaksanakan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Analisis Tanah Tanah yang digunakan sebagai media tanam harus dianalisis di laboratorium, gunanya untuk mengetahui kandungan dari unsur-unsur hara yang tersedia pada tanah, dengan cara mengabil sampel tanah pada lahan. 2. Persiapan Lahan Persiapan lahan diawali dengan pembajakan sekali agar lapisan tanah yang ada di atas berada di bawah dan sebaliknya. Hal ini dilakukan agar struktur tanahnya lebih gembur sehingga memudahkan proses aerasi. Selanjutnya dilakukan pembajakan kedua kalinya agar pembuatan bedengan lebih mudah. Sebelum membuat bedengan terlebih dahulu dibersihkan rumput liar (gulma) dari sekitar lahan yang akan digunakan, olah tanah dengan cangkul ataupun bajak sedalam cm hingga gembur, buat bedengan dengan ukuran 300 cm x 700 cm, jarak antar bedengan 50 cm dan jarak antar ulangan 100 cm, ratakan permukaan bedengan. 3. Persemaian dan Pembibitan Benih terung yang ditanam berasal dari benih hibrida sehingga hasil yang dicapai nanti lebih optimal, kemudian melakukan pemeraman benih terung dengan kertas basah maupun handuk lembab selama 24 jam. Sebarkan benih di atas bedengan persemaian menurut barisan, jarak antar barisan cm. Permukaan bedengan yang telah disemai benih ditutup dengan daun pisang. Setelah benih tampak berkecambah muncul, buka penutupnya siram persemaian pagi dan sore hari. Bibit berumur 1-1,5 bulan siap dipindah tanamkan. 4. Penanaman Penanaman bibit terung dengan membuat tugalan sedalam 5 cm. Jarak tanam yang dipakai adalah 60 cm x 70 cm. Jarak tanam hendaknya teratur, agar tanaman memperoleh ruang tumbuh yang seragam dan mudah disiangi. Tiap lubang ditanami dua benih yang sehat dan kuat.

7 7 5. Pemasangan Ajir Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman berumur ± 14 hari, turus terbuat dari bilah bambu setinggi cm dan lebar 2-4 cm, tancapkan secara individu dekat batang, ikat batang atau cabang terung pada turus dengan menggunakan benang atau tali rapiah. 6. Penyiangan Rumput liar atau gulma di sekitar tanaman disiangi atau dicabut, penyiangan dilakukan pada umur 14 hari dan 60 hari setelah tanam. 7. Pemupukan Pemberian pupuk pada tanaman terung diberikan dua kali sesuai dosis yang dianjurkan. Pemupukan pertama pada saat tanam, pemupukan kedua pada 30 hari setelah tanam (HST). Pemupukan dilakukan dengan cara disebar merata disekelilingi tanaman sejauh kurang lebih 10 cm dari batang tanaman kemudian ditutupi dengan tanah tipis. Dosis pemupukan pada saat tanam dan 30 HST tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Dosis pupuk Phonska pada saat tanam dan 30 HST. Phonska/kg Perlakuan Saat tanam 30 HST F F F F F Tabel 2. Dosis pupuk Phonska pada saat tanam dan 30 HST pada ukuran per lubang tanam. Perlakuan Phonska/g Saat tanam F 0 - F 0 F 1 10,5 F 1 F 2 12,6 F 2 F 3 14,7 F 3 F 4 16,8 F 4

8 8 8. Pemanenan Umur terung yang dapat dipanen tergantung dari varietas yang ditanam. Namun, secara umum terung dapat dipanen sekitar 4 bulan atau 90 hari sejak semai. Selanjutnya selang seminggu sekali, buah terung dapat dipanen 6-7 kali. Sebaiknya terung yang dipetik adalah buah muda yang bijinya belum keras dan daging buahnya belum liat. Waktu panen sebaiknya dilakukan saat pagi hari atau sore hari. Hindari waktu panen saat terik matahari karena dapat mengganggu tanaman dan membuat kulit terung menjadi keriput (kering) sehingga menurunkan kualitas. 9. Pengamatan Pengamatan dilakukan selama umur vegetatif dan generatif, yang dimulai pada saat tanaman berumur 14 HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST, dan 70 HST. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah, dan berat buah. Analisis dan Interpretasi Data Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik ragam (uji F). Apabila terdapat perlakuan yang berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf uji 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Berdasar hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman terung pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST dan 70 HST. Perlakuan pupuk phonska yang memberikan pengaruh terhadap tinggi tanaman yaitu terdapat pada perlakuan F 4 dengan dosis pupuk 800 kg/ha, walaupun tidak beda nyata dengan perlakuan. Pengaruh perbedaan perlakuan pupuk phonska terhadap rata-rata pertumbuhan tinggi tanaman terung pada semua pengamatan tersebut berdasarkan hasil uji BNT pada taraf α = 5 % tertera pada Tabel 3 dan gambar 1.

9 9 Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman terung Perlakuan (kg/ha) Rata-rata Tinggi Tanaman (cm) 14 HST 28 HST 42 HST 56 HST 70 HST 0 8,75 a 18,81 a 35,86 a 56,09 a 70,02 a 500 9,32 ab 22,83 b 44,74 ab 73,76 ab 98,30 b ,13 ab 22,93 b 44,81 ab 78,62 abc 100,71bc ,89 bc 23,31 bc 48,62 b 82,88 bc 107,60 bc ,17 c 26,55 c 53,21 b 103,19 c 120,06 c BNT 5% 1,66 3,5 10,21 25,15 21,74 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman terung mulai umur 14 HST sampai 70 HST dengan interval waktu dua minggu. Pada pengamatan 14 HST dan 28 HST perlakuan 800 kg/ha berbeda nyata dengan perlakuan lainnya walaupun tidak berbeda nyata dengan 700 kg/ha, dan memberikan pengaruh terbaik terhadap tinggi tanaman terung. Pada pengamatan 56 dan 70 HST perlakuan 800 kg/ha memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman terung, walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 600 kg/ha dan 700 kg/ha. Untuk pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi tanaman) lebih efisien menggunakan pupuk phonska 600 kg/ha. Hubungan antara pemupukan phonska pada berbagai dosis dengan tinggi tanaman serta waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar yang berikut ini : Rata-Rata Tinggi Tanaman (cm) F0 F1 F2 F3 F4 Pengamatan (HST) Gambar 1. Grafik pertumbuhan tinggi tanaman dari awal pengamatan sampai dengan pengamatan terakhir

10 10 Gambar 1 menunjukan hubungan antara perlakuan pupuk phonska dan umur pengamatan yang menyatakan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 800 kg/ha berpengaruh nyata pada pertumbuhan tinggi tanaman terung. Terlihat bahwa rata-rata tinggi tanaman terung terdapat pada perlakuan F 4 dengan dosis pupuk phonska 800 kg/ha tertinggi, walaupun tidak berbeda nyata dengan pemberian pupuk phonska 600 kg/ha pada umur HST. Hasil penelitian menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman terung pada umur 14 HST sampai 70 HST dengan interval waktu dua minggu. Hal ini menunjukkan pemupukan phonska diduga dapat memberikan kontribusi hara yang dibutuhkan oleh tanaman terung, sehingga dapat menambah ukuran maupun jamlah sel tanaman dan berimplikasi pada pertumbuhan vegetatif tanaman. Dengan demikian unsur hara penting bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Leiwakabessy dan Sutandi dalam Sihombing (2003), bahwa unsur hara adalah bahan yang diberikan pada tanaman secara langsung maupun tidak langsung, guna mendorong pertumbuhan tanaman, peningkatan produksi, ataupun perbaikan kualitasnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Hamida (2009), tentang pengaruh pengendalian gulma dan pemberian pupuk NPK phonska terhadap pertumbuhan tanaman karet (hevea brasiliensis Muell arg.), bahwa pengaruh pemupukan NPK phonska berbeda sangat nyata terhadap tinggi tanaman, diameter batang, jumlah paying dan jumlah cabang tanaman karet pada umaur 30, 60, 90, dan 90 HSP. Supriatna dalam Hamida (2009), melaporkan bahwa pemberian dosis pupuk NPK 400 g dan 300 g per batang paling optimal mempengaruhi pertumbuhan tinggi dan diameter terbesar terhadap tanaman jabon (Neolamarka cadamba) pada tanah PMK. Secara teoritis penelitian ini searah dengan pendapat Nurtika et al dalam Koswara (2006), penggunaan pupuk NPK ( ) sebagai pupuk dasar + NPK [ (S)] sebagai pupuk susulan menunjukkan pertumbuhan (tinggi tanaman) tomat yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menggunakan NPK [ (S)] saja. NPK ( ), NPK [ (S) + trace element (TE)], NPK [16-

11 (S) + TE] memiliki keunggulan antara lain fleksibel dalam cara dan waktu aplikasi, kandungan N dalam dua bentuk yaitu nitrat dan amonium, P dalam bentuk tersedia, dan sifat kelarutannya baik. Pupuk NPK [( (S) + TE] dan NPK [ (S) + TE] selain mengandung unsur hara makro juga mengandung unsur hara mikro. Jumlah Daun Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap jumlah daun terung pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST dan 70 HST. Tabel 4. Rata-rata jumlah daun tanaman terung Perlakuan (kg/ha) Rata-rata jumlah daun ( helai ) 14 hst 28 hst 42 hst 56 hst 70 hst 0 2,43 a 5,43 a 13,14 a 26,57 a 32,48 a 500 2,95 b 6,14 b 18,76 ab 35,24 ab 41,95 ab 600 2,95 b 6,86 c 22,43 bc 39,33 b 46,90 b 700 3,10 bc 7,14 c 22,86 bc 43,28 b 52,33 bc 800 3,38 c 7,43 c 27,62 c 55,90 c 62,86 c BNT 5% 0,48 0,66 6,82 11,02 12,22 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Pengaruh berbeda nyata perlakuan pupuk phonska terhadap rata-rata pertumbuhan jumlah daun terung pada semua pengamatan berdasarkan hasil uji BNT pada taraf α = 5 %. Pada pengamatan 14 HST perlakuan 700 kg/ha dan 800 kg/ha tidak beda nyata, selanjutnya pada 28 HST sampai 42 HST perlakuan 600 kg/ha, 700 kg/ha, dan 800 kg/ha tidak beda nyata untuk jumlah daun tetapi pada 56 HST perlakuan 700 kg/ha dan 800 kg/ha beda nyata dan pada pengamatan terakhir 70 HST perlakuan 700 kg/ha sama dengan 800 kg/ha. Hubungan antara pemupukan phonska pada berbagai dosis dengan jumlah daun serta waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar yang berikut ini :

12 12 Rata-rata jumlah daun (helai) F0 F1 F2 F3 F4 Pengamatan (HST) Gambar 2. Grafik pertambahan jumlah daun dari awal pengamatan sampai dengan pengamatan terakhir. Gambar 2 di atas menunjukan bahwa pemupukan phonska memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah daun terung. Pada pengamatan 14 HST perlakuan pupuk phonska 700 kg/ha dan 800 kg/ha memberikan hasil terbaik dibanding dengan perlakuan lainnya. Perlakuan pupuk phonska 700 kg/ha dengan jumlah daun 3,10 helai tidak beda nyata dengan 800 kg/ha walaupun pada pemberian pupuk dengan dosis 800 kg/ha diperoleh jumlah daun sebanyak 3,38 helai, Pengamatan 28 HST perlakuan pupuk 600 kg/ha menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 700 dan 800 kg/ha, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 0 dan 500 kg/ha. Demikian juga pada pengamatan 42 HST, perlakuan 600 kg/ha menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan 0 dan 500 kg/ha, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan 700 dan 800 kg/ha. Pengamatan 56 HST perlakuan 800 kg/ha berbeda nyata dari perlakuan lainnya. Pada pengamatan 70 HST perlakuan 700 kg/ha menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan 800 kg/ha tetapi berbeda nyata dengan perlakuan 0, 500 dan 600 kg/ha. Hal ini menujukan perlakuan 600, 700 dan 800 kg/ha memberikan hasil terbaik pada pengamatan junmlah daun, namun untuk lebih efisien digunakan perlakuan dengan dosis pupuk 700 kg/ha. Pemberian pupuk dengan dosis hingga 800 kg/ha hanya cenderung meningkatkan jumlah daun. Onggo (2001), menyatakan bahwa jumlah daun tanaman merupakan komponen yang dapat menunjukkan pertumbuhan tanaman. Selanjutnya Simanungkalit (2013), menyatakan bahwa Pupuk NPK dapat meningkatkan

13 13 pertumbuhan tanaman dan memberi suplai pada pertumbuhan. Dengan peningkatan dosis pupuk NPK maka akan meningkatkan panjang sulur dan jumlah daun tanaman melon. Selanjutnya Lingga dalam Hamida (2009), menyatakan bahwa suatu tanaman akan tumbuh subur bila elemen yang tersedia cukup dan sesuai dengan kebutuhan tanaman, penambahan unsur hara yang berlebihan tidak menghasilkan pertumbuhan vegetatif maupun generatif yang efektif bagi tanaman. Umur Berbunga Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap umur berbunga tanaman terung pada umur 14 HST, 28 HST, 42 HST, 56 HST dan 70 HST. Perlakuan pupuk phonska dengan dosis 800 Kg/ha berpengaruh terhadap umur berbunga yaitu menyebabkan tanaman lebih cepat berbunga dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pengaruh berbeda nyata perlakuan pupuk phonska terhadap rata-rata umur berbunga terung pada semua pengamatan berdasarkan hasil uji BNT pada taraf α = 5 % dapat dijelaskan pada Tabel 5 dan gambar 3. Tabel 5. Rata-rata umur berbunga tanaman terung Perlakuan (kg/ha) Umur berbunga ( hari ) 0 57,67 a ,67 ab ,67 b ,33 c ,67 d BNT 5% 1,56 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Hubungan antara pemupukan phonska pada berbagai dosis dengan umur berbunga serta waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar yang berikut ini :

14 14 Rata-rata Umur berbunga (hari) Perlakuan pupuk phonska (kg/ha) Gambar 3. Grafik umur berbunga Gambar 3 di atas dapat dijelaskan bahwa umur berbunga terung terdapat pada perlakuan dan F 4 dengan dosis pupuk phonska 800 kg/ha lebih cepat berbunga dibandingkan dengan umur berbunga pada perlakuan pupuk phonska lainnya. Sedangkan pada Gambar 3 menunjukan hubungan antara perlakuan pupuk phonska dan umur pengamatan yang menyatakan bahwa perlakuan pupuk phonska dengan dosis 800 kg/ha berpengaruh nyata pada umur berbunga terung, perlakuan F 4 memberi respon lebih cepat berbunga dibanding dengan yang lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Lubis (2004), kecenderungan memperlihatkan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK dapat mempercepat umur mulai berbunga dan berbuah. Selain itu, karena pertumbuhan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, tetapi dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini sesuai kondisi lingkungan di lapangan pada suhu yang relatif tinggi dapat mempercepat pembungaan. Secara teoritis pendapat di atas sama halnya dengan Gardner et al dalam Lubis (2004), yang menyatakan bahwa pembungaan dan pembuahan pada tanaman juga tergantung pada faktor lingkungan seperti temperatur, suhu, panjang pendeknya hari dan ketinggian tempat, selain itu umur mulai berbuah juga tergantung dari varietas tanamnya. Jumlah Buah Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk phonska dengan dosis 800 Kg/ha berpengaruh nyata pada jumlah

15 15 buah tanaman terung. Pengaruh berbeda nyata perlakuan pupuk phonska terhadap rata-rata jumlah buah terung pada semua pengamatan berdasarkan hasil uji BNT pada taraf α = 5 % dapat dijelaskan pada tabel 6 dan gambar 4. Tabel 6. Rata-rata jumlah buah tanaman terung. Perlakuan (kg/ha) Jumlah Buah ( buah ) 0 1,57 a 500 1,71 ab 600 2,05 b 700 2,09 b 800 2,67 c BNT 5% 0,46 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Hubungan antara pemupukan phonska pada berbagai dosis dengan jumlah buah serta waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar yang berikut ini : Rata-rata jumlah buah (buah) Perlakuan pupuk phonska (kg/ha) Gambar 4. Grafik pertumbuhan jumlah buah pada 70 hari setelah tanam Gambar 4 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata jumlah buah terung terdapat pada perlakuan F 4 dengan dosis pupuk phonska 800 kg/ha untuk semua umur pengamatan dibandingkan dengan rata-rata jumlah bauah pada perlakuan pupuk phonska lainnya. Jumlah buah pada perlakuan 800 kg/ha lebih banyak dibanding lainnya. Hal ini disebabkan oleh terpenuhinya unsur hara pada saat pembentukan buah. Hal ini senada dengan pernyataan Onggo (2001), bahwa pertumbuhan tanaman yang baik membutuhkan hara yang lengkap, penggunaan hara yang tidak lengkap mempengaruhi keseimbangan hara yang dapat diserap dan mengurangi efektivitas serapan hara. Pupuk majemuk lengkap dalam bentuk pupuk phonska

16 16 dapat meningkatkan proses fisiologi berakibat pada peningkatan produk yang dihasilkan yang pada tanaman tomat diekspresikan pada bagian generatif, yaitu buah, baik pada jumlah buah yang dapat terbentuk maupun ukurannya. Panjang Buah Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk phonska berpengaruh nyata pada panjang buah tanaman terung. Pengaruh berbeda nyata perlakuan pupuk phonska terhadap rata-rata panjang buah terung pada semua pengamatan berdasarkan hasil uji BNT pada taraf α = 5 % dapat dijelaskan pada tabel 7 dan gambar 5. Tabel 7. Rata-rata panjang buah tanaman terung. Perlakuan (kg/ha) Rata-rata Panjang Buah ( cm ) 0 16,21 a ,74 a ,80 ab ,24 b ,76 c BNT 5% 1,45 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Hubungan antara pemupukan phonska pada berbagai dosis dengan panjang buah serta waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar yang berikut ini : Rata-rata Panjang buah (cm) Perlakuan pupuk phonska (kg/ha) Gambar 5. Grafik pertumbuhan panjang buah pada 70 hari setelah tanam

17 17 Gambar 5 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata panjang buah terung terpanjang terdapat pada perlakuan F 4 dengan dosis pupuk phonska 800 kg/ha untuk semua umur pengamatan dibandingkan dengan rata-rata panjang buah pada perlakuan pupuk phonska lainnya. Walaupun pemupukan dengan dosis 700 kg/ha tidak beda nyata dengan perlakuan 600 kg/ha, tetapi perlakuan 800 kg/ha memberikan hasil yang optimum. Hal ini kemungkinan karena tanaman terung lebih responsif terhadap dosis pupuk phonska 800 kg/ha. Pada bagian generatif tanaman, Pupuk nitrogen dan fosfor lebih diutamakan. Masing-masing tanaman membutuhkan unsur hara yang berbeda dalam jumlah dan jenisnya untuk dapat tumbuh subur dan menghasilkan. Menurut penelitian Syafruddin et al, (2010) Panjang tongkol pada semua perlakuan pemberian 400 kg NPK majemuk lebih panjang dibanding pemberian 750 kg urea/ha, tetapi tidak berbeda dengan pemberian 400 kg urea kg SP kg KCl per ha. Sedangkan pada semua perlakuan pemberian 300 NPK majemuk kg/ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dibanding kedua kontrol. Panjang tongkol pada pemberian 400 kg NPK majemuk antara 16,07 16,85 cm, pada pemberian 300 kg NPK majemuk panjang tongkol agak menurun, yaitu antara 14,9-15,52 cm, dan pada pemberian 750 kg urea/ha panjang tongkol yang diperoleh hanya 14,97 cm. Selanjutnya Parnata dalam Hamida (2009), menyatakan bahwa pemupukan tanaman adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman muda dan mempercepat matang sadap, sehingga panen dapat dilakukan secepatnya. untuk memenuhi kebutuhan tanaman, kita harus bisa menyediakan unsur hara dalam jumlah yang diperkirakan cukup seimbang. Berat Buah Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pada perlakuan pupuk phonska berpengaruh nyata pada berat buah tanaman terung. Pengaruh berbeda nyata perlakuan pupuk phonska terhadap rata-rata berat buah terung pada semua pengamatan berdasarkan hasil uji BNT pada taraf α = 5 % dapat dijelaskan pada Tabel 8 dan gambar 6.

18 18 Tabel 8. Rata-rata berat buah tanaman terung. Perlakuan (kg/ha) Berat Buah (g) 0 75,71 a ,90 a ,33 a ,38 b ,10 c BNT 5% 31,75 Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan hasil yang tidak berbeda nyata pada uji lanjut BNT 5% Hubungan antara pemupukan phonska pada berbagai dosis dengan berat buah serta waktu pengamatan dapat dilihat pada gambar yang berikut ini : Rata-rata berat buah (g) Perlakuan pupuk phonska (kg/ha) Gambar 6. Grafik pertumbuhan berat buah pada 70 hari setelah tanam Gambar 6 di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata berat buah terung terberat terdapat pada perlakuan F 4 dengan dosis pupuk phonska 800 kg/ha untuk semua umur pengamatan dibandingkan dengan rata-rata berat bauh pada perlakuan pupuk phonska lainnya. Penelitian Lubis (2004) menyatakan bahwa pemberian pupuk majemuk NPK berpengaruh nyata terhadap berat buah persampel dan produksi buah per plot. Hal ini mungkin disebabkan peranan unsur hara makro yang dikandung pupuk majemuk NPK, dimana unsur-unsur tersebut mempunyai fungsi masingmasing dalam proses metabolisme tumbuhan.

19 19 Secara teoritis menyatakan bahwa unsur hara N berperan dalam pembentukan klorofil yang berguna dalam proses fotosintetis, dimana apabila fotosintesis lancar maka semakin banyak pula karbohidrat yang akan dihasilkan. Menurut Lingga dalam Lubis (2004) bahwa unsur hara P berperan sebagai bahan dasar pembentukan protein untuk menhasilkan energi ATP dan ADP, dimana energi ini dibutuhkan dalam proses metabolisme untuk pembentukan asam amino, tepung, lemak dan senyawa organik lainnya. Sedangkan unsur hara K berperan membantu pembentukan protein dan kaebohidrat sekaligus memperkuat tubuh tanaman seperti daun, bunga dan buah sehingga tidak mudah gugur. Selain itu unsur K juga dpat meningkatkan kualitas hasil buah. Secara makro dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian pupuk phonska kecenderungan meningkatkan hasil pada fase generatif untuk pemberian 800 kg/ha. Fase vegetatif pemberian 600 kg/ha tidak berbeda dengan 800 kg/ha. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Perlakuan dosis pupuk phonska berpengaruh terhadap semua parameter yang diamati yaitu : tinggi tanaman, jumlah daun, umur berbunga, jumlah buah, panjang buah dan berat buah. 2. Dosis pupuk phonska yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman dan lebih efisien adalah 600 kg/ha tetapi untuk produksi tanaman terung, yaitu pada pemberian dosis pupuk phonska 800 kg/ha. Saran Saran-saran berikut ini dirumuskan berdasarkan hasil kesimpulan diatas : 1. Untuk mendapatkan produksi tanaman terung yang optimal, diharapkan para petani dapat menerapkan hasil penelitian ini dengan membudidayakan tanaman terung melalui usaha pemupukan phonska pada dosis 800 Kg/ha.

20 20 2. Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi bagi penyuluh pertanian dalam mensosialisasikan penggunaan pupuk phonska bagi pertumbuhan dan produksi tanaman hortikultura khususnya tanaman terung. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan pupuk phonska dikombinasikan dengan pupuk anorganik lainnya untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi tanaman terung. DAFTAR PUSTAKA BPS Provinsi Gorontalo. (2012). Dalam Angka Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo. Gorontalo. Budi. L. E (2002). Evaluasi Ketahanan Nomor-Nomor Tanaman Hasil Fusi Protoplasma Antara Terung (Solanum Melongena cv. Dourga) Dengan Takokak (Soalnum torfum CN2) Terhadap Penyakit Layu Bakteri Rastonia solanacearum. Skripsi : dipublikasikan Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Hamida, (2009) : Pengaruh Pengendalian Gulma dan Pemberian Pupuk NPK phonska Terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) KLON PB 260. JURNAL : dipublikasikan Fakultas Pertanian Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda, Samarinda Irawati A.I. (2007). Meningkatkan Efektifitas Pupuk Majemuk Phonska untuk Tanaman Bayam dengan Penambahan Bahan Organik pada Latosol Darmaga. Skripsi : dipublikasikan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Kawulusan dan Sompie, (1994) : Pengaruh Pemberian Pupuk N dan P Terhadap Pertumbuhan Serta Kadar Hara N dan P Padi Sawah Eugenia media publikasi Ilmiah. No.16. Tahun X, Oktober Faperta UNSRAT Manado. Koswara Engkos, (2004) : Teknik Percobaan Beberapa Jenis Pupuk Majemuk NPK Pada Tanaman Tomat. JURNAL : Buletin Teknik Pertanian Vol. 11 No. 1, Bandung Lubis. A. F. A, (2004) : Pengaruh Pemberian Gibberllin (GA 3 ) dan Pupuk Mejamuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Produksi Terung (Solanum Melongena L). SKRIPSI : dipublikasikan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Musa Nikmah, (1998) : Studi Pertumbuhan dan Hasil Jagung Lokal (Zea mays L) Berdasarkan Waktu Tanam dan Pemupukan Fosfor Di Tibawa Gorontalo. TESIS : Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

21 21 Naibaho. R (2003). Pengaruh Pupuk Phonska dan Pengapuran Terhadap Kandungan Unsur Hara NPK dan ph Beberapa Tanah Hutan. Skripsi : dipublikasikan Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Novik Kurnianti, (2012). Pupuk dan Pemupukan. Hari Minggu, 10 Maret Onggo Tino Mutiarawati, (2001) : Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Tomat pada Aplikasi Berbagai Formula dan Dosis Pupuk Majemuk Lengkap. JURNAL : dipublikasikan, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Unpad. Universitas Jatinagor, Bandung Paruntu. J, Warouw. J, Mandagi. J, Sembel. T. D, Dundu. B, Rondonuwu. O, (1994). Eugenia. Media Publikasi Ilmiah. Manado. Petrokimia Gresik, PT PHONSKA pupuk majemuk N, P, K. /phonska.asp.diakses Hari Minggu, 10 Maret Pirngadi K. dan Abdulrachman S. (2005). Pengaruh pupuk majemuk NPK ( ) terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah. Jurnal. J. Agrivigor 4 (3): Sarief. Salfuddin. E. Ir. Dr, (1986) Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian Pustaka Buana. Bandung. Saribun. S. D (2008). Pengaruh Pupuk Majemuk NPK Pada Berbagai Dosis Terhadap ph, P-Potensial dan P-Tersedia Serta Hasil Caysin (Brassica juncea) Pada Fluventic Eutrudepts Jatinangor. Skripsi : dipublikasikan Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Soetasad. Adi. A Sri Muryanti, dan Drs. Hendro Sunarjono, (2003). Budi daya terung lokal dan terung jepang. Penebar Swadaya. Jakarta. Sihobing Raja. G. A (2003). Pengaruh Dosis Majemuk Phonska Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Lada Perdu (Piper Nigrum L.) Umur Satu Tahun. Skripsi : dipublikasikan Fakultas Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Simanungkalit Paian, Jasmani Ginting dan Toga Simanungkalit (2013) : Respons Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Melon (cucumis melo L.) Terhadap Pemberian Pupuk NPK dan Pemangkasan Buah. JURNAL : dipublikasikan Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan Siregar Herianto, (2003). Pengaruh Pemberian Limbah Cair Tepung Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai (Capsikum Annum L.) dan

22 22 Terung (Solanum Melongena). SKRIPSI : dipublikasikan Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Suriatna Sumardi, (1988) Pupuk dan Pemupuka, PT Mediyatama Sarana Perkasa. Bogor. Suwandi, Surtinah dan Kamindar Rubby (2006) : Perlakuan Mikorizadan NPK Pada Pertumbuhan Stump Jati (Tectona grandis L.f.) (Treatment of Mycorrhizae And NPK on the growth of Tectona grandis L.f.Stump). JURNAL : Hutan Vol. III No. 2 : , Riau Syafruddin dan Zubachtirodin, (2010) : Penggunaan Pupuk NPK Majemuk 20:10:10 pada Tanaman Jagung. JURNAL : Prosiding Pekan Serealia Nasional : ISBN : , Sulawesi Selatan 2010.

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L)

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L) 1 PENGARUH PEMBERIAN PUPUK NPK PELANGI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN TERUNG (Solanum Melongena L) Mantali Adrian. Azhar, Ikbal Bahua, Fitriah S. Jamin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Hasil Penelitian A. Tinggi Tanaman Hasil Analisis sidik ragam pada tinggi tanaman terung menunjukan bahwa perlakuan pupuk NPK Pelagi berpengaruh nyata terhadap pertambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Hasil yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah buah, dan berat buah. 1. Tinggi Tanaman Hasil pengamatan tinggi tanaman dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 24 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan: 1. Pemberian pupuk NPK Pelangi pada pertumbuhan dan produksi Terung berpengaruh

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA PEMBERIAN PUPUK NITROGEN. Ahmad Masud, Moh. Ikbal Bahua, Fitriah S.

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA PEMBERIAN PUPUK NITROGEN. Ahmad Masud, Moh. Ikbal Bahua, Fitriah S. 1 PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN MENTIMUN (Cucumis sativus L.) PADA PEMBERIAN PUPUK NITROGEN Ahmad Masud, Moh. Ikbal Bahua, Fitriah S. Jamin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C.

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. Penah atau pensil, Buku pengamatan. C. III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiayah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan salama dua bulan April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara Kecamatan 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo. Penelitian ini dimulai pada bulan April 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota 15 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Dulomo Utara, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Penelitian ini dimulai pada Bulan April 2012 sampai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1.Tinggi Tanaman Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida pada umur 28 dan 45 HST (lampiran 1), bahwa F-hitung lebih besar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan I. BAHAN DAN METODE 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka Banjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran pada bulan Mei sampai September 2011. 1.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk phonska pada pertumbuhan dan produksi kacang hijau masing-masing memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh Anjani (2013) pada musim tanam pertama yang ditanami tanaman tomat,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan dilaksanakan dari bulan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA

RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA RESPON TANAMAN SAWI (Brassica juncea L.) TERHADAP PEMBERIAN KOMPOS SAMPAH KOTA Roganda Panagaman Opusunggu 1), Nerty Soverda 2), dan Elly Indra Swari 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi 1) Alumni Program

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *)

PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani dan Hasmari Noer *) Jurnal KIAT Universitas Alkhairaat 8 (1) Juni 2016 e-issn : 2527-7367 PENGARUH PUPUK ORGANIK CAIR (POC) LIMBAH TERNAK DAN LIMBAH RUMAH TANGGA PADA TANAMAN KANGKUNG (Ipomoea reptans Poir) Oleh : Sayani

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT

PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Jurnal AgroPet Vol. 10 Nomor 1 Juni 2013 ISSN: 1693-9158 PENGARUH PEMBERIAN MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN TOMAT Oleh: Endang Sri Dewi.HS. 1) RINGKASAN Peningkatan kebutuhan tomat

Lebih terperinci

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN

Jurnal Cendekia Vol 12 No 1 Januari 2014 ISSN PENGARUH DOSIS PUPUK AGROPHOS DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN CABAI (Capsicum Annum L.) VARIETAS HORISON Pamuji Setyo Utomo Dosen Fakultas Pertanian Universitas Islam Kadiri (UNISKA)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di desa Cengkeh Turi dengan ketinggian tempat ± 25 di atas permukaan laut, mulai bulan Desember sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Miranti Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Penelitian dilaksanakan selama 4 bulan, dari sejak bulan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar 1 III. METODE PENELITIAN 1.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung mulai bulan November 2011 sampai dengan Februari 2012. 1.2

Lebih terperinci

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah

RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST. Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah RESPON TANAMAN JAGUNG MANIS AKIBAT PEMBERIAN TIENS GOLDEN HARVEST Oleh : Seprita Lidar dan Surtinah Staf Pengajar fakultas pertanian Universitas Lancang kuning Jurusan Agroteknologi ABSTRAK Permintaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM

KARYA ILMIAH TENTANG. Oleh SUSI SUKMAWATI NPM KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA PAKCHOI (brassica chinensis L.) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERPA JENIS PUPUK ORGANIK Oleh SUSI SUKMAWATI NPM 10712035 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 I.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Pupuk Organik Padat Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Varietas Tidar Berdasarkan Dosis Padat Jefni Setiawan Abdul Gani, Moh. Ikbal Bahua, Fauzan Zakaria ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

III. METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan di Desa Luhu Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Waktu penelitian dari bulan Maret sampai bulan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Tanaman Caisin Tinggi dan Jumlah Daun Hasil uji F menunjukkan bahwa perlakuan pupuk hayati tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah daun caisin (Lampiran

Lebih terperinci

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS RESPONSE OF PLANTING DISTANCE AND GRANUL ORGANIC FERTILIZER DOSAGE DIFFERENT ON GROWTH

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun Desa Pujon (1200 meter di atas permukaan laut) Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan bulan Oktober 2012 dilaksanakan di Kebun Kelompok Wanita Tani Ilomata Desa Huntu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro Utara, Kota Metro dan Laboratorium Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.)

PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) PENGARUH JUMLAH BIBIT DAN DOSIS PUPUK NPK PHONSKA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Zulfikar Mahmud (1), Moh. Ikbal Bahua (2) dan Fauzan Zakaria (3) Jurusan Agroteknologi,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek. penelitian serta adanya kontrol penelitian. 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini jenis penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan dengan memberi perlakuan (treatment) terhadap objek penelitian serta adanya

Lebih terperinci

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot)

m. BAHAN DAN METODE KO = Tanpa pupuk kalium (control) Kl = 50 kg KCl/ha = 30 kg KjO/ha (30 g KCl/plot) m. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau, Jl. Bina Widya kelurahan Simpang Baru kecamatan Tampan, Pekanbaru. Penelitian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai dari bulan Maret sampai Juni 2012. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan pertanian Fakultas Pertanian Universitas Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Mengembangkan dan membudidayakan tanaman tomat membutuhkan faktor yang mendukung seperti pemupukan, pengairan, pembumbunan tanah, dan lain-lain. Pemberian

Lebih terperinci

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. Lahan (TSDAL) Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas 23 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei 2014 sampai dengan bulan Agustus 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM

PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 0 PENGARUH JARAK TANAM PADA BUDIDAYA TERUNG UNGU (Solanum melongena L.) SECARA ORGANIK (MAKALAH) Oleh : Fuji Astuti NPM 10712017 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci