ABSTRAK. Oleh: *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham
|
|
- Djaja Hartanto
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ABSTRAK Oleh: *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham *Mahasiswa Program Studi Peternakan Angkatan 2009 **Dosen Tetap Pada Program Studi Peternakan UNG *** Dosen Tetap Pada Program Studi Peternakan UNG Program Studi Peternakan, Jurusan Peternakan, Universitas Negeri Gorontalo Ramli Idris Mantongi ( ). Evaluasi Tingkat Keberhasilan Inseminasi Buatan Pada Sapi Potong di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Dibawah Bimbingan Suparmin Fathan Sebagai Pembimbing I dan Fahrul Ilham Sebagai Pembimbing II Tujuan dari penelitian ini antara lain untuk mengevaluasi dan membandingkan tingkat keberhasilan IB pada berbagai bangsa sapi potong, mengetahui kendala dan memberikan solusi terhadap permasalahan program IB pada sapi potong di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo terhadap keseluruhan sapi potong yang mendapat pelayanan IB dari Pos IB Dumati. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder dan diperoleh dengan cara survai langsung ke lokasi, wawancara dengan peternak dan petugas inseminator, dan melalui pembagian kuisioner. Beberapa alat ukur yang digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan IB antara lain Non Return Rate (NRR), Conception Rate (CR), Service per Conception (S/C), dan Calving Rate (CaR). Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif untuk membandingkan keberhasilan pelaksanaan IB antar bangsa sapi potong yang ada. Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diperoleh hasil tingkat keberhasilan IB di Kecamatan Telaga Biru cukup baik dengan nilai service per conception pada sapi bali adalah 1,22 dan sapi lokal 1,46 dan nilai conception rate sapi sapi bali sebesar 77,8% dan sapi lokal 61,5%. Beberapa Kendala pelaksanaan IB di Kecamatan Telaga Biru antara lain minimnya pakan dan obat-obatan, pengetahuan estrus kurang, dan jarak peternak dengan Pos IB cukup jauh. Penyuluhan dan sosialisasi terhadap peternak tentang identifikasi ternak sapi potong yang birahi perlu dilakukan baik oleh pemerintah setempat maupun akademisi. Kata Kunci: Evaluasi, Inseminasi Buatan, Sapi potong, 1
2 SUCCESS LEVEL EVALUATION OF ARTIFICIAL INSEMINATION TO BEEF CATTLE IN TELAGA BIRU SUBDISTRICT GORONTALO REGENCY ABSTRACT *Ramli Idris Mantongi, **Suparmin Fathan, ***Fahrul Ilham Ramli Idris Mantongi ( ). Success Level Evaluation of Artificial Insemination to Beef Cattle in Telaga Biru Subdistrict Gorontalo Regency. Supervised by Suparmin Fathan and Fahrul Ilham. The aim of this study was to evaluate and compare the success level of artificial insemination to some various of beef cattle. Also, to find out the problems and give solution about the problem of artificial insemination program which related to the beef cattle in Telaga Biru Subdistrict Gorontalo Regency. This study consisted of primary and secondary data. Data were collected by using directly survey, interview with the the farmers and inseminator, and quastionnaire. To value the success level of artificial insemination was used Non Return Rate (NRR), Conception Rate (CR), Service per Conception (S/C), and Calving Rate (CaR). The data were analyzed by using descriptive analysis to compare the success of artificial insemination among some various of the beef cattle. The result of this study indivate that the success level of artificial insemination in Telaga Biru Subdistrict is good enough with service value per conception to Bali Cows is 1,22 and local cows 1,46. The value ofi conception rate to Bali Cows is 77,8% and local cows is 61,5%. There are some problems in carrying out of IB, those are the amount of poultry and medicine are still less, estrus knowledge is less, and the distance between the farmers and artificial insemination post is far enough. The government or academic need to carry out the information and socialization about the identification of the passion beef cattle to the farmers. Keywords: Evaluation, Artificial insemination, Beef Cattle 2
3 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan usaha peningkatan produksi ternak sangat ditentukan oleh peningkatan populasi ternak, produktivitas ternak, efisiensi reproduksi, dan cara pengelolaan. Salah satu upaya pemerintah meningkatkan produktivitas sapi potong di Indonesia adalah yaitu kawin suntik atau dikenal dengan Inseminasi Buatan (IB). Melalui IB maka efisiensi reproduksi dapat lebih ditingkatkan lagi dengan sedikit individu pejantan unggul sebagai penghasil keturunan yang unggul guna menjaga kelestariannya. Dalam rangka mendukung program intensifikasi IB di beberapa daerah kabupaten oleh pemerintah telah dibangun pos-pos IB dengan masing-masing pos IB memiliki wilayah satu atau lebih kecamatan. Pembangunan pos IB ini salah satu tujuan utama adalah untuk mempermudah dan memperlancar proses pelayanan IB mulai dari persiapan sampai kepada teknik pelaksanaan. Saat ini jumlah pos IB yang ada di Provinsi Gorontalo cukup banyak dan tersebar di beberapa desa di setiap kabupaten dan salah satunya adalah Pos IB yang terletak di Desa Dumati Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo. Kecamatan Telaga Biru merupakan bagian dari beberapa kecamatan di Kabupaten Gorontalo dengan luas wilayah ,81 ha dan terbagi ke dalam 15 desa. Sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian bertani dan beternak, dan sebagian kecil bekerja di sektor dagang dan wiraswasta. Jumlah penduduk yang dimiliki sekarang adalah jiwa dengan jumlah kelompok tani 79 kelompok dan anggota kelompok 2475 anggota. Kecamatan Telaga Biru terletak di wilayah pesisir Danau Limboto dan di sebelah utara terdiri dari lahan kering dan dataran tinggi pegunungan. Hingga tahun 2011 populasi sapi potong di Kecamatan Telaga Biru adalah jantan 997 ekor dan betina ekor terdiri atas berbagai bangsa sapi antara lain Sapi Bali, Sapi Peranakan Ongole, dan keturunan dari hasil persilangan antar kedua bangsa tersebut (Data Base PPL Peternakan Telaga Biru Tahun 2008). Pelayanan IB di Kecamatan Telaga Biru telah dilakukan sejak tahun 1995, namun belum adanya Pos IB saat itu maka pelayanan yang di berikan tidak terorganisir dengan baik dan data recording kegiatan IB masing-masing ternak tidak tercatat lengkap sehingga sulit dilakukan evaluasi. Sejak tahun 2010 telah didirikan Pos IB di Desa Dumati dengan jarak tempuh dari pusat kecamatan ± 1 km. Hingga saat ini Pos IB Dumati hanya mampu melayani 10 desa dari 15 desa yang ada di Kecamatan Telaga Biru disebabkan kondisi medan yang jauh dan sulit dijangkau dan juga keterbatasan sarana pendukung oprasional IB di lapangan. Berdasarkan pengamatan penulis di lokasi penelitian sebagian besar peternak sapi potong yang ada di Kecamatan Telaga Biru menerapkan sistem pemeliharaan tradisional dan semi intensif dengan cara pagi sampai sore dilepas di padang penggembalaan dan pada malam harinya baru dikandangkan. Hal ini dilakukan mengingat padang penggembalaan yang dimiliki masih cukup luas untuk memelihara ternak sapi. Kelemahan sistem ini adalah ternak tidak dapat diawasi sepenuhnya terutama dalam melakukan pendeteksian birahi setiap saat bila dibandingkan apabila cara pemeliharaan yang dikandangkan terus. Pendeteksian birahi yang tidak teratur menyebabkan penentuan waktu yang tepat untuk melaksanakan IB menjadi sulit oleh petugas inseminator sehingga kesempatan untuk memperoleh anak pedet setiap tahunnya tidak dapat dilakukan. 3
4 Survai awal yang telah dilakukan terhadap beberapa peternak yang ada di Kecamatan Telaga Biru ditemukan jarak antar melahirkan sapi potong induk sebagian besar adalah lebih dari 1 tahun sehingga hal ini dianggap kurang efisien. Beberapa negara yang telah maju peternakannya beranggapan efisiensi reproduksi pada sapi dianggap baik bila angka kebuntingan dapat mencapai 65% - 75%, jarak antar melahirkan tidak melebihi 12 bulan, waktu melahirkan sampai terjadinya kebuntingan kembali hari, angka perkawinan per kebuntingan 1,65 dan angka kelahiran 45% - 65% (Hardjopranjoto, 1995). Berdasarkan uraian diatas maka sangat penting untuk dilakukan penelitian sejauhmana tingkat keberhasilan pelaksanaan IB di Kecamatan Telaga Biru dan profil umum sistem peternakan yang diterapkan oeh peternak. Pengetahuan tentang tingkat keberhasilan program IB dan kendala serta solusi dari kendala yang ditemukan pada sapi potong yang ada di Kecamatan Telaga merupakan informasi yang sangat berharga dalam rangka menentukan kebijakan untuk perbaikan dan pengembangan sapi potong selanjutnya di daerah ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi dan membandingkan tingkat keberhasilan pelaksanaan IB pada sapi bali dan sapi lokal yang terdapat di Kecamatan Telaga Biru berdasarkan nilai Service per Conception (S/C) dan Conception Rate (C/R) dan mengetahui kendala dan permasalahan program IB pada sapi potong di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ini dilakukan di Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Pengambilan data di lokasi penelitian telah dilaksanakan selama 2 bulan dari bulan April 2013 sampai Mei Beberapa alat bantu yang digunakan untuk mengumpulkan data selama di lokasi penelitian adalah Alat Tulis Menulis (ATM) dan ATK, Kamera Digital. Bahan yang digunakan adalah keseluruhan bangsa sapi potong yang mendapat pelayanan IB dari pos IB Dumati Kecamatan Telaga Biru yaitu sapi bali dan sapi lokal Beberapa variabel yang diamati selama penelitian ini antara lain: 1. Conception Rate (CR) yaitu persentase sapi betina yang bunting pada inseminasi pertama 2. Service per Conception (S/C) yaitu jumlah inseminasi yang dibutuhkan seekor sapi untuk menghasilkan satu kebuntingan 3. Persepsi peternak sapi potong di Kecamatan Telaga Biru terhadap pelaksanaan IB Data yang dikumpulkan berupa data primer maupun data sekunder. Data primer diperoleh dengan kegiatan survei langsung, wawancara dengan peternak dan petugas inseminator, dan dengan menggunakan alat bantu kuisioner. Data sekunder diperoleh dari beberapa recording IB setiap sapi yang di IB di masing-masing kartu catatan. Data yang telah dikumpulkan kemudian dituangkan dalam sebuah bentuk kompilasi data untuk selanjutnya akan dianalisis agar lebih diketahui hasilnya.. Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan analisis secara deskriptif untuk mengetahui perbedaan rata-rata jumlah insemiansi antar bangsa sapi potong yang ada di Kecamatan Telaga Biru. Penggunaan perangkat lunak Minitab 14 dilakukan untuk membantu dalam melakukan analisis deskriptif. 4
5 Tingkat keberhasilan IB diketahui dengan cara melakukan perhitungan dengan menggunakan beberapa alat ukur antara lain: Jumlah Betina Bunting Yang Didiagnosa Secara Re ctal - Conception Rate (CR) = x100% Jumlah Seluruh BetinaYang Di Inse min asi - Service per Conception (S/C) = Jumlah IB( Maksimal 3Ulangan) Jumlah BetinaYang Positif Bunting HASIL DAN PEMBAHASAN Persepsi Peternak Terhadap IB Persepsi peternak sapi potong terhadap pelaksanaan IB adalah tanggapan para peternak yang ada di wilayah pos IB Dumati terhadap pelayanan IB dengan berdasarkan beberapa indikator pertanyaan yang diberikan melalui kuisioner yang dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap inovasi berhubungan dengan persepsinya terhadap inovasi tersebut, sedangkan persepsi peternak itu sendiri berhubungan dengan latar belakang peternak masing-masing, karena penerimaan inovasi akan dipengaruhi oleh persepsi dan karakteristik peternak itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 1 dapat dilihat dari 39 responden peternak sapi potong yang berada di wilayah pos IB Dumati Kecamatan Telaga Biru keseluruhannya pernah mendengar istilah Inseminasi Buatan (100%). Jawaban lainnya dari para responden juga menyatakan bahwa informasi-informasi mengenai IB tersebut diperoleh dari penyuluh/inseminator (94,9%) dan sebagian lainnya diperoleh dari sesama peternak (5%). Meski keseluruhan responden pernah mendengar dan tahu tentang istilah IB namun sebagian responden peternak sapi potong di wilayah pos IB Dumati belum menerapkan IB sebagai pilihan utama dalam melakukan perkawinan ternaknya. Sebanyak 44,7% responden menyatakan bahwa selain teknologi IB mereka masih menggunakan metode kawin alam untuk mengawinkan ternaknya dikarenakan beberapa faktor. Responden peternak sapi potong yang menyatakan bahwa sistem perkawinan ternak yang mereka terapkan hanya IB tanpa kawin alam adalah sebanyak 55,3% sementara metode perkawinan dengan hanya kawin alam sudah ditinggalkan oleh para responden. Hal ini juga tergambar dari jawaban para responden yang keseluruhannya (100%) menganggap bahwa mengawinkan sapi potong dengan cara IB lebih baik dari pada kawin alam. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim dan Nurlina (2011) bahwa sebagian besar responden (62,50%) yang diteliti menyatakan bahwa menggunakan inseminasi buatan lebih baik daripada menggunakan pejantan/ kawin alami, namun sebagian kecil merasa khawatir akan resiko kematian induk pada saat melahirkan karena anak yang dilahirkan relatif lebih besar. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat bahwa dari keseluruhan responden yang menerima kuisioner 51,4% menyatakan sudah setahun menggunakan IB sebagai pilihan utama dalam mengawinkan sapi potong yang dimiliki dan sisanya sebanyak 43.2% telah 3 tahun mengawinkan ternaknya dengan cara IB dan 5,4% menyatakan telah 5 tahun menggunakan cara IB. Pengalaman mengawinkan ternak dengan cara IB pada sapi potong oleh beberapa responden yang belum begitu lama menyebabkan para peternak 5
6 masih sering meragukan apakah IB dapat mengatasi permasalahan mereka dalam meningkatkan populasi ternaknya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim dan Nurlina (2011) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat lemah dari umur, pendidikan, dan pengalaman beternak dengan persepsi terhadap inseminasi buatan. Hal ini yang menyebabkan beberapa responden masih sering kembali ke sistem perkawinan secara alami sehingga penyuluhan dan sosialisasi tentang manfaat IB sangat diperlukan. Tabel 1 Persepsi Peternak Sapi Potong Terhadap IB di Kecamatan Telaga Biru No Uraian Nilai Persentase Jumlah sampel (n) 39 Orang 1 Pernah dengar IB (%) Ya 100 Tidak - 2 Metode Perkawinan (%) Kawin Alam (KA) - Inseminasi Buatan 55,3 Kawin alam dan IB 44,7 3 Informasi IB dari (%) Penyuluh/Inseminator 94,9 Sesama peternak 5,1 Membaca - 4 IB lebih baik dari KA (%) Ya 100 Tidak - 5 Lama menggunakan IB (%) 1 tahun 51,4 3 tahun 43,2 5 tahun 5,4 Lebih 5 tahun - 6 Alasan memakai IB (%) Lebih murah - Keberhasilannya lebih baik 21,1 Keturunannya lebih unggul 71,1 Tidak perlu pelihara pejantan 7,9 Lainnya - 7 Kendala yang dialami Jarak pos IB jauh 13,2 Pengetahuan estrus kurang 36,8 Biaya IB tinggi - Pakan dan obat kurang 50 Lainnya - 6
7 Beberapa responden (71,1%) menyatakan bahwa alasan mereka menggunakan IB untuk mengawinkan sapi potong yang dimiliki adalah karena keturunan hasil IB lebih unggul dibandingkan kawin alam. Melalui IB keturunan yang dihasilkan akan memiliki kelebihan dibandingkan dengan kawin alam sebab sperma yang diinseminasikan berasal dari pejantan unggul dan telah diseleksi secara berulang-ulang tentang keunggulan reproduksinya. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Toelihere (1993) bahwa inseminasi buatan dapat mempertinggi breeding efficiency, karena hanya semen yang fertilitasnya tinggi yang diberikan kepada peternak. Alasan lainnya mengapa peternak memakai IB adalah keberhasilannya lebih baik dari kawin alam (21,1%) dan juga tidak perlu memelihara pejantan (7,9%). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Toelihere (1993) beberapa keuntungan IB antara lain menghemat biaya pemeliharaan pejantan sehingga penambahan jumlah betina dapat dilakukan oleh peternak sebab peternak tidak harus memelihara pejantan, efisiensi reproduksi akan lebih baik (calving interval diperpendek). Hasil survai lainnya terhadap responden peternak sapi potong yang berada di wilayah pos IB Dumati bahwa disamping keuntungan para responden peternak juga memiliki kendala-kendala dalam penerapan IB di lapangan. Kendala yang paling banyak dialami oleh beberapa responden adalah ketersediaan pakan dan obat-obatan kurang (50%) dan pengetahuan tentang estrus juga yang masih sangat kurang (36,8%) sehingga hal ini perlu direspon melalui beberapa kegiatan diantaranya peningkatan pengetahuan melalui penyuluhan tentang identifikasi birahi pada ternak. Kendala lainnya yang dialami para responden adalah jarak pos IB dan lokasi kandang cukup jauh sehingga seringkali pelayanan IB menjadi lebih lama setelah pelaporan (6.7%), Hasil penelitian yang dilakukan oleh Alim dan Nurlina (2011) juga menyatakan kendala teknis yang sering dialami peternak seputar IB di lapangan berupa kurangnya pengetahuan peternak terhadap siklus berahi dan mendeteksi berahi dan kendala non teknis berupa jarak yang cukup jauh antara tempat tinggal peternak dengan inseminator sehingga menghabiskan biaya dan waktu. Beberapa kendala yang dialami para responden di Kecamatan Telaga Biru tersebut dapat menyebabkan kegagalan kebuntingan sehingga bila hal ini terjadi maka para peternak akan kembali menggunakan perkawinan alami sebagai alternatif cara mengembangbiakkan ternaknya. Evaluasi Keberhasilan IB Tolak ukur tingkat keberhasilan pelaksanaan IB dilapangan adalah kelahiran dari pedet hasil inseminasi. Namun hal ini dirasa terlalu lama untuk mengambil keputusan sehari-hari terutama pada sapi potong untuk mensukseskan program IB sebab harus menunggu 9 bulan sampai anaknya lahir. Beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pelaksanaan IB dalam waktu yang cepat adalah service perconception (S/C) dan conception rate (CR). Metode ini meskipun dirasa kurang sempurna namun minimal dapat memberikan gambaran umum mengenai fertilitas sapi potong yang di IB sebagai dasar penentuan kebijakan selanjutnya. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap para responden peternak sapi potong yang berada dalam wilayah pos IB Dumati bangsa ternak sapi yang dipelihara adalah sapi Bali, dan sapi Lokal. Sebutan sapi lokal dipopulerkan oleh para peternak sapi potong di Kecamatan Telaga Biru sebab secara fenotipe sapi ini memilliki perbedaan dengan sapi Bali maupun sapi Onggole atau PO. Sapi ini terbentuk sebagai hasil persilangan dari beberapa bangsa sapi potong yang dilakukan oleh para peternak namun tidak dilakukan 7
8 dengan pola sistematis sehingga tidak jelas sifat dominasi berasal dari bangsa sapi yang mana. Menurut Pane (1993) yang tergolong sapi lokal adalah sapi Bali, sapi Madura, sapi Jawa, dan sapi Madura. Perkembangan selanjutnya sapi PO yang merupakan hasil persilangan antara sapi lokal dengan sapi Onggole digolongkan sebagai sapi lokal. Service per Conception Berdasarkan Tabel 2 hasil analisis nilai S/C pada bangsa sapi potong di Kecamatan Telaga Biru yang diamati diperoleh hasil induk sapi Bali yang di inseminasi memiliki nilai S/C yang lebih rendah (1,22) dibandingkan dengan sapi lokal (1.46). Nilai ini dapat dianggap baik sebab menurut Toelihere (1993) nilai S/C yang normal berkisar 1,6 sampai 2,0. Makin rendah nilai tersebut, makin tinggi kesuburan hewan-hewan betina dalam kelompok tersebut dan sebaliknya makin tinggi nilai S/C makin rendah nilai kesuburan kelompok betina tersebut. Tabel 2 Nilai Service Per Conception (S/C) Dan Conception Rate (%) Pada Beberapa Bangsa Sapi Potong Hasil IB di Kecamatan Telaga Biru Jenis Sapi Nilai Keberhasilan IB No Potong N Service per conception Conception Rate (%) (S/C) 1 Bali 24 1,22 77,8 2 Lokal 13 1,46 61,5 Nilai S/C sapi potong di Kecamatan Telaga Biru ini lebih baik dari nilai S/C di beberapa daerah di pulau Jawa seperti di Grobogan dan Wonosobo Jawa Tengah memiliki nilai S/C sapi PO adalah 2,6 (Hadi dan Ilham, 2002) dalam Susilo (2005), Jawa Timur 2,0 2,2 (Affandhy et al, 2003) dalam Susilo (2005), dan di Bantul Yogyakarta 2,1 2,3 (Sugiharto et al, 2004) dalam Susilo (2005). Nilai S/C baik pada sapi bali maupun pada sapi lokal yang lebih rendah dibandingkan dengan beberapa daerah lain menandakan bahwa efisiensi reproduksi sapi potong yang ada di Kecamatan Telaga Biru cukup baik. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah para peternak yang mendapat pelayanan IB dari pos IB Dumati cukup responsif terhadap pelayanan IB sehingga ketika ternaknya telah menunjukkan gejala birahi maka secepatnya dilaporkan ke petugas inseminator untuk segera mendapat pelayanan IB. Keterlambatan peternak melaporkan ternaknya yang birahi dapat mempengaruhi proses fertilisasi sebab umur sel telur setelah ovulasi hanya beberapa jam dan bila tidak secepatnya dibuahi oleh spermatozoa dapat menyebabkan terjadinya kegagalan fertilisasi. Faktor lain yang mempengaruhi nilai S/C yang lebih baik adalah fasilitas pelayanan IB di pos IB Dumati yang sudah lebih baik dan mendapat dukungan dari pemerintah setempat sehingga operasional dilapangan dalam memberikan layanan IB dapat maksimal dilakukan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hadi dan Ilham (2002) bahwa beberapa hal yang dapat mempengaruhi tingginya nilai S/C di beberapa daerah antara lain petani terlambat melapor ke inseminator, kelainan organ reproduksi sapi betina, inseminator kurang terampil, dan fasilitas pelayanan inseminasi terbatas. Conception Rate 8
9 Angka kebuntingan atau concepton rate (CR) merupakan informasi berapa persen sapi yang menjadi bunting dari sejumlah sapi yang diinseminasi pertama secara bersamasama (Jaenudeen dan Hafez, 1993). Perhitungan CR berdasarkan jumlah sapi yang berhasil bunting pada inseminasi pertama melalui pemeriksaan kebuntingan dengan cara eksplorasi rektal pasca inseminasi selama hari, hari (Toelihere, 1993). Berdasarkan Tabel 2 nilai conception rate sapi bali lebih tinggi yaitu 77,8%, dibandingkan dengan sapi lokal yaitu 61.5%. Nilai CR sapi bali yang lebih tinggi dari sapi lokal sebab secara genetik sapi bali memiliki efisiensi reproduksi yang cukup baik bila dibandingkan dengan sapi impor. Nilai CR sapi Bali yang mencapai 77,8% lebih tinggi dari yang dikemukakan oleh Wiryosuhanto (1990) bahwa ternak yang mempunyai tingkat kesuburan tinggi nilai CR bisa mencapai 60% sampai 70% dan apabila CR setelah inseminasi pertama lebih rendah dari 60% sampai 70% dapat diindikasikan kesuburan ternak terganggu atau tidak normal. Menurut Jaenudeen dan Hafez (1993) CR sapi potong dengan manajemen yang baik bisa mencapai 70%, sedangkan Partodihardjo (1992) menyatakan bahwa CR ideal adalah 70% tetapi secara umum sebesar 40%. Hasil penelitian lainnya oleh Susilo (2 005) bahwa pada lahan basah CR sapi lokal terendah adalah 38.8% dan tertinggi 47.36% dan pada lahan kering terendah sebesar 34.61% dan tertinggi 45.95%. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai CR ditentukan antara lain yaitu kesuburan pejantan, kesuburan betina, dan teknik inseminasi. Menurut Partodihardjo (1992) faktor yang dapat berpengaruh terhadap nilai CR antara lain mortalitas embrio pada saat awal sapi bunting, pakan yang kekurangan mineral. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tingkat keberhasilan IB di Kecamatan Telaga Biru cukup baik dengan nilai service per conception pada sapi bali adalah 1,22 dan sapi lokal 1,46 dan nilai conception rate sapi sapi bali sebesar 77,8% dan sapi lokal 61,5% 2. Kendala pelaksanaan IB di Kecamatan Telaga Biru antara lain minimnya pakan dan obat-obatan, pengetahuan estrus kurang, dan jarak peternak dengan Pos IB cukup jauh Saran 1. Penyuluhan dan sosialisasi terhadap peternak tentang identifikasi ternak sapi potong yang birahi perlu dilakukan baik oleh pemerintah setempat maupun akademisi 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang tingkat keberhasilan IB pada sapi potong di Kecamatan Telaga Biru berdasarkan persentase jumlah pedet yang lahir dari hasil IB DAFTAR PUSTAKA Alim S dan Nurlina L Hubungan Antara Karakteristik Dengan Persepsi Peternak Sapi Potong Terhadap Inseminasi Buatan. Universitas Padjajaran. Bandung Hardjopranjoto S Ilmu Kemajiran Pada Ternak. Airlangga University Press. Surabaya Jainudeen MR dan Hafez ESE Cattle and Water Buffalo. Dalam: Hafez ESE (Ed). Reproduction in Farm Animals. 6 th Ed. Lea And Febiger. Philadelphia. 9
10 Pane I Produktivitas Dan Breeding Sapi Bali. Prosiding Seminar Nasional Sapi Bali. Ujung Pandang: Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. 2-3 September Partodihardjo S Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya. Jakarta Pusat Susilo T Efisiensi Reproduksi Program Inseminasi Buatan Terhadap Sapi Lokal Pada Daerah Lahan Basah dan Kering di Kabupaten Magelang Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Program Pasca Sarjana-Fakultas Peternakan. UNDIP. Semarang Toelihere MR Inseminasi Buatan Pada Ternak. Angkasa. Bandung Wiryosuhanto Manajemen Pelaksanaan Inseminasi Buatan. (Online).Ters edia di (Diakses 5 Juni 2010). 10
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Peternak Terhadap IB Persepsi peternak sapi potong terhadap pelaksanaan IB adalah tanggapan para peternak yang ada di wilayah pos IB Dumati terhadap pelayanan IB
Lebih terperinciSalmiyati Paune, Jurusan Peternakan Fakultas Ilmu-ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo, Fahrul Ilham, Tri Ananda Erwin Nugroho
PERBANDINGAN TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH (UPTD) PENGEMBANGAN TERNAK WONGGAHU By Salmiyati Paune, Fahrul Ilham, S.
Lebih terperinciLEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KECAMATAN BONGOMEME KABUPATEN GORONTALO SRI SURYANINGSIH SURIYATI NIM. 621409027 TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Populasi dan produktifitas sapi potong secara nasional selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kecenderungan menurun dengan laju pertumbuhan sapi potong hanya mencapai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
8 Tabel 1 Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan 2001) No. Parameter Nilai Interpretasi 1. Kekuatan Korelasi (r) 2. Nilai p 3. Arah korelasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Sebagai ternak potong, pertumbuhan sapi Bali tergantung pada kualitas
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ternak Sapi Bali Sapi Bali merupakan plasma nutfah dan sebagai ternak potong andalan yang dapat memenuhi kebutuhan daging sekitar 27% dari total populasi sapi potong Indonesia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Peranakan Ongole Sapi PO adalah sapi persilangan antara sapi Ongole (Bos-indicus) dengan sapi lokal. Sapi ini tahan terhadap iklim tropis dengan musim kemaraunya (Yulianto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging di Indonesia. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan konsumen, namun sampai
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret
BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang evaluasi keberhasilan inseminasi buatan sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental-PO (SIMPO) dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2014 sampai 4 Mei 2014.
Lebih terperinciPERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK
PERFORMA REPRODUKSI PADA SAPI POTONG PERANAKAN LIMOSIN DI WILAYAH KECAMATAN KERTOSONO KABUPATEN NGANJUK ABSTRAK Tinggi rendahnya status reproduksi sekelompok ternak, dipengaruhi oleh lima hal sebagai berikut:
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI BALI DAN SAPI PO DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR Disajikan oleh: Dessy Ratnasari E 10013168, dibawah bimbingan: Ir. Darmawan 1) dan Ir. Iskandar 2) Jurusan Peternakan, Fakultas peternakan
Lebih terperinciSyahirul Alim, Lilis Nurlina Fakultas Peternakan
Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship between Beef Cattle Farmer s Caracteristic and Its Perception toward Artificial Insemination)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Jenis sapi potong dapat dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu Bos indicus yang berasal dari India, Bos taurus yang merupakan ternak keturunan Eropa, dan Bos sondaicus
Lebih terperinciContak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility
REPRODUCTION PERFORMANCE OF BEEF CATTLE FILIAL LIMOUSIN AND FILIAL ONGOLE UNDERDISTRICT PALANG DISTRICT TUBAN Suprayitno, M. Nur Ihsan dan Sri Wahyuningsih ¹) Undergraduate Student of Animal Husbandry,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus meningkat sehingga membutuhkan ketersediaan makanan yang memiliki gizi baik yang berasal
Lebih terperinciAgros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: ISSN
Agros Vol. 16 No. 1, Januari 2014: 207-213 ISSN 1411-0172 TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM INSEMINASI BUATAN TERNAK SAPI POTONG DI DISTRIK NIMBOKRANG, JAYAPURA SUCCESS RATE OF CATTLE ARTIFICIAL INSEMINATION
Lebih terperinciTINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION. Dewi Hastuti
TINGKAT KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI POTONG DI TINJAU DARI ANGKA KONSEPSI DAN SERVICE PER CONCEPTION Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Wahid Hasyim Abstrak Survai dilakukan terhadap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. jika ditinjau dari program swasembada daging sapi dengan target tahun 2009 dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu ternak penghasil daging dan merupakan komoditas peternakan yang sangat potensial. Dalam perkembangannya, populasi sapi potong belum mampu
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan daging sapi dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciJURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, Syahirul Alim dan Lilis Nurlina Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
JURNAL ILMU TERNAK, DESEMBER 2007, VOL. 7, NO. 2, 165 169 Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship between Beef Cattle Farmer s Caracteristic
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat pedesaan pada umumnya bermatapencaharian sebagai petani, selain usaha pertaniannya, usaha peternakan pun banyak dikelola oleh masyarakat pedesaan salah satunya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani, yang dalam pemeliharaannya selalu diarahkan pada peningkatan produksi susu. Sapi perah bangsa Fries Holland (FH)
Lebih terperinciPENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO. Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN BOJONEGORO Moh. Nur Ihsan dan Sri Wahjuningsih Bagian Produksi Ternak Fakultas Peternakan UB, Malang RINGKASAN Suatu penelitian untuk mengevaluasi penampilan
Lebih terperinciCARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).
CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB). Peningkatan produktifitas ternak adalah suatu keharusan, Oleh karena itu diperlukan upaya memotivasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada peningkatan pendapatan, taraf hidup, dan tingkat pendidikan masyarakat yang pada akhirnya
Lebih terperinciKinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo
Tropical Animal Husbandry Vol. 2 (1), Januari 213: 21-27 ISSN 231-21 Kinerja Reproduksi Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein (PFH) di Kecamatan Pudak, Kabupaten Ponorogo S. Fanani, Y.B.P. Subagyo dan
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA
PERFORMANS REPRODUKSI INDUK SAPI LOKAL PERANAKAN ONGOLE YANG DIKAWINKAN DENGAN TEKNIK INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN TOMPASO BARAT KABUPATEN MINAHASA J. Kasehung *, U. Paputungan, S. Adiani, J. Paath Fakultas
Lebih terperinciEFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO. Oleh : Donny Wahyu, SPt*
EFISIENSI REPRODUKSI SAPI POTONG DI KABUPATEN MOJOKERTO Oleh : Donny Wahyu, SPt* Kinerja reproduksi sapi betina adalah semua aspek yang berkaitan dengan reproduksi ternak. Estrus pertama setelah beranak
Lebih terperinciTEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG ABSTRAK
1 2 3 TEKNIK DAN MANAJEMEN PRODUKSI BIBIT SAPI BALI DI SUBAK KACANG DAWA, DESA KAMASAN, KLUNGKUNG N.L.G. Sumardani *, I.G.R. Maya Temaja, G.N.A. Susanta Wirya 2, N.M. Puspawati 2 ABSTRAK Penyuluhan dan
Lebih terperinciEVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG
EVALUASI EFISIENSI REPRODUKSI SAPI PERAH PERANAKAN FRIES HOLLAND (PFH) PADA BERBAGAI PARITAS DI KUD SUMBER MAKMUR KECAMATAN NGANTANG KABUPATEN MALANG Putri Retno A, M. Nur Ihsan dan Nuryadi Bagian Produksi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang semakin meningkat serta kesadaran tentang pentingnya protein hewani untuk kesehatan tubuh berdampak pada peningkatan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai
Lebih terperinciSERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR
SERVICE PER CONCEPTION (S/C) DAN CONCEPTION RATE (CR) SAPI PERANAKAN SIMMENTAL PADA PARITAS YANG BERBEDA DI KECAMATAN SANANKULON KABUPATEN BLITAR Vivi Dwi Siagarini 1), Nurul Isnaini 2), Sri Wahjuningsing
Lebih terperinciFAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
Naskah Publikasi KINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG SIMMENTAL PERANAKAN ONGOLE (SIMPO) DI KECAMATAN EROMOKO KABUPATEN WONOGIRI Oleh: Muzakky Wikantoto H0508067 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Lebih terperinciPERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG
PERFORMANS REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KECAMATAN PADANG KABUPATEN LUMAJANG. Muhammad Luqman Akriyono 1), Sri Wahyuningsih 2) dan M. Nur Ihsan 2) 1) Mahasiswa Fakultas Peternakan,
Lebih terperinciSTATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN
STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN Reproduction Potency and Output Population of Some Cattle Breeds In Sriwedari Village,
Lebih terperinciDINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO
J. Agrisains 12 (1) : 24-29, April 2011 ISSN : 1412-3657 DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO Mobius Tanari 1), Yulius Duma 1), Yohan Rusiyantono 1), Mardiah Mangun 1)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Populasi Sapi Pertambahan jumlah penduduk, meningkatnya kesejahteraan dan pendidikan masyarakat Indonesia, mengakibatkan permintaan akan produk peternakan semakin bertambah.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Propinsi Lampung memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar untuk pengembangan ternak sapi potong. Kemampuan menampung ternak sapi di Lampung sebesar
Lebih terperinciD.B.A. San, I.K.G.Yase Mas dan E. T. Setiatin* Program S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj EVALUASI KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI SIMENTAL PO (SIMPO) DI KECAMATAN PATEAN DAN PLANTUNGAN, KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH Evaluation
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan kebutuhan daging sapi yang sampai saat ini masih mengandalkan pemasukan ternak
Lebih terperinciHUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG
HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),SUHU RECTAL DAN KETEBALAN VULVA TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA SAPI POTONG Mohammad jamaludin 1, Sumartono 2, Nurul Humaidah 2 1 Mahasiswa
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI
LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI OPTIMALISASI REPRODUKSI SAPI BETINA LOKAL (un identified bred) DENGAN TIGA SUMBER GENETIK UNGGUL MELALUI INTENSIFIKASI IB Ir. Agus Budiarto, MS NIDN :
Lebih terperinciPENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN SAPI DONGGALA DI KABUPATEN SIGI
PENGARUH METODE PERKAWINAN TERHADAP KEBERHASILAN KEBUNTINGAN SAPI DONGGALA DI KABUPATEN SIGI Sudirman Sudirmancudi82@yahoo.co.id Mahasiswa Program Studi Ilmu-ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum PT. UPBS Pangalengan 4.1.1. Kondisi Lingkungan Perusahaan PT. UPBS (Ultra Peternakan Bandung Selatan) berlokasi di Desa Marga Mekar, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten
Lebih terperinciBAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciABSTRACT
Sep 207 (2): 00-07 I-SSN : 0853-943; E-ISSN : 2503-600 DOI:https://doi.org/0.257/j.med.vet..v i.4065 Knowledge of Understanding the Relationship of Sexual desire s Symptoms of Lust with the Success of
Lebih terperincimenghasilkan keturunan (melahirkan) yang sehat dan dapat tumbuh secara normal. Ternak yang mempunyai kesanggupan menghasilkan keturunan atau dapat
UKURAN KRITERIA REPRODUKSI TERNAK Sekelompok ternak akan dapat berkembang biak apalagi pada setiap ternak (sapi) dalam kelompoknya mempunyai kesanggupan untuk berkembang biak menghasilkan keturunan (melahirkan)
Lebih terperincipenampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat
Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan
Lebih terperinciPembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B
Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit BAB III PEMBIBITAN DAN BUDIDAYA PENGERTIAN UMUM Secara umum pola usahaternak sapi potong dikelompokkan menjadi usaha "pembibitan" yang
Lebih terperinciJURNAL TERNAK Vol. 06 No.01 Juni
ANALISIS PERBANDINGAN ANGKA CALVING RATE SAPI POTONG ANTARA KAWIN ALAMI DENGAN INSEMINASI BUATAN DI KECAMATAN DUKUN KABUPATEN GRESIK Ainur Rosikh 1, Arif Aria H. 1, Muridi Qomaruddin 1 1 Program Studi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk
PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk mencapai swasembada protein asal ternak khususnya swasembada daging pada tahun 2005, maka produkksi ternak kambing
Lebih terperinciSKRIPSI EVALUASI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SAPI POTONG DI UPT BALAI KAJI TERAP PETERNAKAN SRI PULAU KOTA DUMAI PROVINSI RIAU
SKRIPSI EVALUASI PENERAPAN GOOD BREEDING PRACTICE SAPI POTONG DI UPT BALAI KAJI TERAP PETERNAKAN SRI PULAU KOTA DUMAI PROVINSI RIAU Oleh: NovianCandra 10881003118 PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan II Membangun Kewirausahaan Dalam Pengelolaan Kawasan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal
APLIKASI KAWIN ALAM PADA SAPI POTONG MENGGUNAKAN KANDANG KELOMPOK MODEL LITBANGTAN DENGAN RASIO PEJANTAN DAN INDUK BERBEDA (The Application of Naturally Matting of Beef Cattle Using the Group Housing of
Lebih terperinciKeberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sentrifugasi gradien densitas percoll (SGDP) pada sapi Peranakan Ongole (PO)
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (3): 1-8 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Keberhasilan IB menggunakan semen beku hasil sexing dengan metode sentrifugasi gradien densitas percoll
Lebih terperinciABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM
ABSTRAK ANALISIS KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN PADA SAPI BALI DI KABUPATEN KARANGASEM Ternak sapi merupakan potensi terbesar yang dimiliki oleh Kabupaten Karangasemkarena populasinya terbanyak di Bali.
Lebih terperinciKAJIAN KEPUSTAKAAN. sangat besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi susu bagi manusia, ternak. perah. (Siregar, dkk, dalam Djaja, dkk,. 2009).
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Karakteristik Sapi Perah FH (Fries Hollands) Sapi perah merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibandingkan dengan ternak perah lainnya. Sapi perah memiliki kontribusi
Lebih terperinciPREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU. Syahdar Baba 1 dan M. Risal 2 ABSTRAK
PREFERENSI DAN TINGKAT PENGETAHUAN PETERNAK TENTANG TEKNOLOGI IB DI KABUPATEN BARRU Syahdar Baba 1 dan M. Risal 2 1Laboratorium Penyuluhan dan Sosiologi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
Lebih terperinciUPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK
UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK HASTONO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 ABSTRAK Salah satu upaya peningkatan sefisensi reproduksi ternak domba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya daging sapi dari tahun ke tahun di Indonesia mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah.ternak dan hasil produksinya merupakan sumber bahan pangan protein yang sangat penting untuk peningkatan
Lebih terperinciPENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN PERANAKAN LIMOUSIN DI KABUPATEN MALANG Nuryadi dan Sri Wahjuningsih Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya ABSTRAK Tujuan dari
Lebih terperinciCahyo Andi Yulyanto, Trinil Susilawati dan M. Nur Ihsan. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang Jawa Timur
Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 24 (2): 49-57 ISSN: 0852-3581 Fakultas Peternakan UB, http://jiip.ub.ac.id/ Penampilan reproduksi sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Peranakan Limousin di Kecamatan Sawoo Kabupaten
Lebih terperinciAnimal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at :
Animal Agricultural Journal, Vol. 2. No. 2, 2013, p 1-7 Online at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PERILAKU DALAM PEMANFAATAN TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN PADA PETERNAK
Lebih terperinciWILAYAH KERJA KRADENAN III, KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI
EVALUASI KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN SAPI SIMMENTAL-PO (SimPO) DAN LIMOUSIN-PO (LimPO) DI WILAYAH KERJA KRADENAN III, KECAMATAN KRADENAN, KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI Oleh PUJI MULYANI PROGRAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan
Lebih terperinciVeterinaria Vol 6, No. 1, Pebruari 2013
Veterinaria Vol 6, No. 1, Pebruari 2013 Conception Rate, Services per Conception, dan Calving Rate Setelah IB pada Sapi Potong di Kabupaten Tulungagung Periode Januari Desember 2010 Conception Rate, Services
Lebih terperinciANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ANALISIS POTENSI SAPI POTONG BAKALAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Potency Analysis of Feeders Beef Cattle at Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) SUMADI, WARTOMO HARDJOSUBROTO dan NONO NGADIYONO Fakultas
Lebih terperinciPEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL?
PEMBIBITAN SAPI BRAHMAN CROSS EX IMPORT DIPETERNAKAN RAKYAT APA MUNGKIN DAPAT BERHASIL? Trinil Susilawati (email : Trinil_susilawati@yahoo.com) Dosen dan Peneliti Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya-
Lebih terperinciKAJIAN PERFORMANS REPRODUKSI SAPI ACEH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM PELESTARIAN PLASMA NUTFAH GENETIK TERNAK LOKAL
Jurnal Ilmiah Peternakan 3 (2) : 29-33 (2015) ISSN : 2337-9294 KAJIAN PERFORMANS REPRODUKSI SAPI ACEH SEBAGAI INFORMASI DASAR DALAM PELESTARIAN PLASMA NUTFAH GENETIK TERNAK LOKAL Study of Reproduction
Lebih terperinciKINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG PADA PETERNAKAN RAKYAT DI DAERAH KANTONG TERNAK DI JAWA TENGAH
KINERJA REPRODUKSI SAPI POTONG PADA PETERNAKAN RAKYAT DI DAERAH KANTONG TERNAK DI JAWA TENGAH (Beef Cattle Reproduction Performance at Farmer Level in Central Java Production Center) SUBIHARTA, B. UTOMO,
Lebih terperinciLampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......
LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak
Lebih terperinciBEBERAPA FAKTOR YANG MEMENGARUHI SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI BALI DI KABUPATEN PRINGSEWU
BEBERAPA FAKTOR YANG MEMENGARUHI SERVICE PER CONCEPTION PADA SAPI BALI DI KABUPATEN PRINGSEWU Some Factors Influences Service Per Conception of Bali Cattles in Pringsewu Regency Dwi Haryanto a Madi Hartono
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan Secara umum kinerja produksi ternak sapi dan kerbau di berbagai daerah relatif masih rendah. Potensi ternak sapi dan kerbau lokal masih dapat ditingkatkan
Lebih terperinciKata Kunci : Kerbau Betina, Karakteristik Reproduksi, Tingkat Kesuburan. Keyword: Female Buffalo, Reproductive Characteristics, Fertility Rate
Volume, Nomor, Februari 07 Timur Kabupaten Simeulue (Reproductive Characteristics of Female Buffalo Simeulue, Simeulue Timur sub-district, district of Simeulue) Sabri Rasyid, Eka Meutia Sari, Mahyuddin
Lebih terperinciLilis Nurlina Fakultas Peternakan
Hubungan Antara Karakteristik dengan Persepsi Peternak Sapi Potong terhadap Inseminasi Buatan (The Relationship Between Caracteristic with Perception of Farmer Beef Cattle to Artificial Insemination) Lilis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A.
3 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein Sapi peranakan Fresian Holstein (PFH) merupakan sapi hasil persilangan sapi-sapi jantan FH dengan sapi lokal melalui perkawinan alam (langsung)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini
Lebih terperinciJIMVET E-ISSN : Juni 2018, 2(3):
KEBERHASILAN INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI ACEH MENGGUNAKAN SEMEN BEKU SAPI BALI, SIMENTAL, DAN LIMOSIN DI KECAMATAN MESJID RAYA KABUPATEN ACEH BESAR The Success of Artificial Insemination (AI) of Aceh
Lebih terperinciINDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN
INDEK FERTILITAS SAPI PO DAN PERSILANGANNYA DENGAN LIMOUSIN Moh. Nur Ihsan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Suatu penelitian untuk mengetahui indeks fertilitas
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli
I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sapi Bali Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestik dari banteng ( Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik. Sapi asli Indonesia ini sudah lama
Lebih terperinciESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH
ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH (The Estimation of Beef Cattle Output in Sukoharjo Central Java) SUMADI, N. NGADIYONO dan E. SULASTRI Fakultas Peternakan Universitas Gadjah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan dan kemajuan teknologi yang diikuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan mendorong meningkatnya taraf hidup masyarakat yang ditandai dengan peningkatan
Lebih terperinciArnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L. Molle *** Oleh:
PERBANDINGAN TINGKAT KESUBURAN SAPI BALI INDUK YANG DIINSEMINSI DENGAN SEMEN BEKU DAN SEMEN CAIR SAPI SIMMENTAL DI KECAMATAN AMARASI BARAT KABUPATEN KUPANG Oleh: Arnold.Ch Tabun *, Petrus Kune **, M.L.
Lebih terperinciPENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS
PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS KADIRAN, R.DENNY PURNAMA DAN SUHARTO Balai Penelitian Ternak Bogor,Po.Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Suatu pengamatan mengenai periode fertil spermatozoa
Lebih terperinciPeternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science
e-journal FAPET UNUD e-journal Peternakan Tropika Journal of Tropical Animal Science email: peternakantropika_ejournal@yahoo.com email: jurnaltropika@unud.ac.id Universitas Udayana PENGARUH PERBEDAAN PEJANTAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. kelahiran anak per induk, meningkatkan angka pengafkiran ternak, memperlambat
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Reproduksi merupakan sifat yang sangat menentukan keuntungan usaha peternakan sapi perah. Inefisiensi reproduksi dapat menimbulkan berbagai kerugian pada usaha peterkan sapi
Lebih terperinciPERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SAPI PERANAKAN LIMOUSINE DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK
PERFORMAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN ONGOLE DAN SAPI PERANAKAN LIMOUSINE DI KECAMATAN BERBEK KABUPATEN NGANJUK Fendi Candra Prasetyo Wibowo 1, Nurul Isnaini 2) dan Sri Wahjuningsih 2) 1. Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali
TINJAUAN PUSTAKA Sapi Bali Sapi bali berasal dari banteng (Bibos banteng) yang telah didomestikasi berabad-abad lalu. Beberapa sinonim sapi bali yaitu Bos javanicus, Bos banteng dan Bos sondaicus. Sapi
Lebih terperinciAGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011:43-47 ISSN:
AGRINAK. Vol. 01 No.1 September 2011:43-47 ISSN: 2088-8643 HUBUNGAN MORTALITAS PROGRESIF DAN KEUTUHAN MEMBRAN SPERMA DALAM SEMEN BEKU SAPI BALI DENGAN KEBERHASILAN INSEMINASI (Relationship of progressive
Lebih terperinciEvaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong
ISSN 1978 3000 Evaluasi Penerapan Aspek Teknis Peternakan pada Usaha Peternakan Sapi Perah Sistem Individu dan Kelompok di Rejang Lebong Evaluation of Application of Technical Management on Small Holder
Lebih terperinciHUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS),
HUBUNGAN BODY CONDITION SCORE (BCS), ph DAN KEKENTALAN SEKRESI ESTRUS TERHADAP NON RETURN RATE (NR) DAN CONCEPTION RATE (CR) PADA INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI PERANAKAN FRIES HOLLAND Arisqi Furqon Program
Lebih terperinciPENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR
PENAMPILAN REPRODUKSI SAPI PERANAKAN SIMMENTAL DI KABUPATEN TULUNGAGUNG JAWA TIMUR Desinawati, N. dan N. Isnaini Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Penelitian tentang
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (P)
LAPORAN AKHIR PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI (P) OPTIMALISASI REPRODUKSI SAPI BETINA LOKAL (un identified bred) DENGAN TIGA SUMBER GENETIK UNGGUL MELALUI INTENSIFIKASI IB Ir. Agus Budiarto, MS NIDN
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012
PEDOMAN PELAKSANAAN UJI PERFORMAN SAPI POTONG TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Peningkatan produksi ternak
Lebih terperinciKAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI
KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI Terbatasnya sapi pejantan unggul di Indonesia, merupakan persoalan dalam upaya meningkatkan populasi bibit sapi unggul untuk memenuhi kebutuhan daging yang masih
Lebih terperinciKinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang
Sains Peternakan Vol. 13 (2), September 2015: 73-79 ISSN 1693-8828 Kinerja Reproduksi Induk Sapi Potong pada Usaha Peternakan Rakyat di Kecamatan Mojogedang J. Riyanto *, Lutojo dan D. M. Barcelona Program
Lebih terperinciEvaluasi Atas Keberhasilan Pelaksanaan Kawin... Afghan Arif Arandi
EVALUASI ATAS KEBERHASILAN PELAKSANAAN KAWIN PERTAMA SETELAH BERANAK PADA SAPI PERAH DI KPBS PANGALENGAN EVALUATION ON THE SUCCESS OF THE FIRST MATE AFTER CALVING IN DAIRY CATTLE IN KPBS PANGALENGAN Afghan
Lebih terperinciPerformans Reproduksi Sapi Peranakan Simmental (Psm) Hasil Inseminasi Buatan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah
Performans Reproduksi Sapi Peranakan Simmental (Psm) Hasil Inseminasi Buatan di Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah Iswoyo dan Priyantini Widiyaningrum 1 Abstrak Informasi performans reproduksi sapi hasil
Lebih terperinciREPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY
REPRODUCTION PERFORMANCE OF LIMOUSIN CROSSBREED IN TANGGUNGGUNUNG DISTRICT TULUNGAGUNG REGENCY Anang Wahyu Eko S 1), Nurul Isnaini 2) and Sri Wahjuningsih 2) 1) Undergraduate Student at the Faculty of
Lebih terperinciOpinion Factor of Bull Family Selecting on Insemination Area in Bungo and Tebo Regency Sari Yanti Hayanti 1 a*, Syafrial 2 a, and Endang Susilawati 3 a a Sari Yanti Hayanti 1, Jambi Assessment Institute
Lebih terperinci