BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam aktivitas bisnisnya tidak akan lepas dari risiko

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan dalam aktivitas bisnisnya tidak akan lepas dari risiko yang dihadapi. Perusahaan selalu dihadapkan dengan kenyataan apabila perusahaan ingin memperoleh hasil yang lebih besar, maka risikonya akan lebih besar pula. Menurut Qiao (2007) perusahaan perlu memahami keseluruhan tingkat risiko yang ada dalam kegiatan bisnis perusahaan. Hal ini penting untuk suatu perusahaan dalam mengidentifikasi risiko yang akan terjadi. Adanya perubahan teknologi, globalisasi, dan semakin berkembangnya transaksi bisnis menyebabkan tingginya tantangan dan risiko yang dihadapi oleh suatu perusahaan (Beasley, 2009). Risiko dalam setiap kegiatan usaha tersebut mendorong perusahaan untuk lebih memberi perhatian terhadap pengelolaan risiko yang dihadapi. Terjadinya krisis Subprime Mortgage pada tahun 2008 mengakibatkan jatuhnya perusahaan investasi yang tergolong raksasa di Amerika Serikat, yaitu Bear Sterns dan Lehman brothers. Kasus ini terjadi karena lemahnya pengelolaan risiko kredit di perusahaan tersebut (Murharsito, 2008). Menyikapi kasus tersebut, para senator di Amerika Serikat membuat regulasi untuk melindungi stakeholders serta mengarahkan perusahaan dalam mengelola risikonya yang disebut dengan Sarbanes Oxley Act. Regulasi ini menekankan kepada perusahaan untuk memperbaiki sistem pengendalian internal yaitu manajemen dan auditor independen sebagai kendali dalam efektivitas pelaksanaan 1

2 2 sistem dalam pengelolaan manajemen risiko di perusahaan berdasarkan peraturan dan hukum yang berlaku. Adapun kasus serupa yang terjadi di Indonesia, yaitu kasus yang menimpa PT Metro Batavia, yang mana perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan pada tahun 2013 karena perusahaan tidak dapat melakukan pembayaran utang sebesar USD 4,68 juta yang berasal dari kewajiban pembayaran sewa, cadangan (reserves), dan bunga keterlambatan pembayaran utang. Kasus ini terjadi disebabkan perusahaan gagal dalam mendeteksi risiko yang akan dihadapi apabila perusahaan tidak dapat melunasi utangnya. Risiko kegagalan perusahaan dalam pelunasan utang menyebabkan hilangnya kepercayaan para investor dan kreditor (Yuniar, 2013) Indonesia juga menerbitkan regulasi tentang kewajiban perusahaan dalam mengungkapkan risikonya. Hal ini diatur dalam Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) Nomor: Kep-134/BL/2006 mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Regulasi ini berisi tentang kewajiban perusahaan dalam menjelaskan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan serta upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut, misalnya: (1) risiko yang disebabkan oleh fluktuasi kurs atau suku bunga; (2) persaingan usaha; (3) pasokan bahan baku; (4) ketentuan negara lain atau peraturan internasional, dan kebijakan pemerintah. Beberapa kasus kegagalan perusahaan dan penipuan yang terjadi, melatarbelakangi manajemen perusahaan untuk mengelola risiko tersebut, dengan cara melaksanakan program manajemen risiko dengan efektif untuk mengevaluasi

3 3 dan mengelola risiko (Quon et al., 2012). Risiko bisnis menurut Miccolis et al. (2001) merupakan suatu peristiwa atau tantangan yang terjadi dan akan berdampak pada pencapaian tujuan perusahaan. Selain itu, menurut Tugiman (2009) risiko adalah suatu ketidak pastian yang terjadi karena kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. Manajemen risiko perusahaan adalah suatu proses yang dikendalikan oleh dewan direksi perusahaan, manajemen dan anggota lainnya yang diterapkan dalam mengatur strategi diperusahaan, yang dirancang untuk mengidentifikasi risiko yang akan terjadi, yang mana dapat mempengaruhi kegiatan operasional perusahaan (COSO, 2004). Menurut Meizaroh (2011) pengelolaan risiko perusahaan tersebut erat kaitannya dengan pelaksanaan tata kelola perusahaan, yaitu prinsip transparansi yang menuntut diterapkannya pengungkapan manajemen risiko bisnis perusahaan. Manajemen risiko bisnis perusahaan ini digunakan oleh perusahaan secara efektif untuk mengidentifikasi risiko yang mana saja yang seharusnya dihindari ataupun dikurangi serta menilai dan mengelola risiko yang kemungkinan akan menimpa perusahaan (Lyons, 2015) Suatu perusahaan yang menerapkan tata kelola perusahan dengan baik, akan mendapatkan keunggulan kompetitif, karena perusahaan akan mudah dalam mendeteksi, mengendalikan dan mengatasi risiko yang muncul (Ariestya dan Ardiana, 2016). McNutt et al. (2010) berpendapat bahwa manajemen risiko perusahaan adalah bagian dari komponen tata kelola perusahaan, yang menyediakan sarana untuk mewujudkan tujuan perusahaan dan pemantauan kinerja agent dengan principal.

4 4 Kemunculan tata kelola perusahaan sendiri banyak dipengaruhi oleh adanya teori keagenan. Menurut Barclay dan Holderness (1989) masalah keagenan terjadi karena pemilik dengan kepemilikan saham yang tinggi dikhawatirkan akan memanfaatkan posisi mereka untuk memperoleh keuntungan pribadi, yang mana keuntungan tersebut tidak dapat dinikmati oleh pemegang saham lainnya sehingga menimbulkan konflik yang terjadi antara pemegang saham mayoritas dan pemilik saham minoritas. Tata kelola perusahaan yang baik muncul untuk mengatasi masalah yang terjadi di perusahaan yaitu dengan mengendalikan perilaku serta konflik yang terjadi antara pihak yang ingin memperoleh keuntungan pribadi (Aguilera, 2005). Tata kelola perusahaan adalah sistem yang diterapkan di perusahaan yang tujuannya untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan, yang mana dewan direksi yang bertanggung jawab atas tata kelola perusahaan tersebut (Cadbury, 1992). Tata kelola perusahaan merupakan sistem yang berfokus pada struktur dan proses kegiatan bisnis dan manajemen perusahaan. Sistem ini melibatkan hubungan antara sistem pengendalian perusahaan, peran dewan direksi, pemegang saham dan pemangku kepentingan yang ada di dalam perusahaan (Vo dan Nguyen, 2014). Konsep Tata Kelola Perusahaan merupakan pedoman bagi manajer untuk mengelola perusahaan dengan cara yang baik, untuk menarik perhatian para investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan (Nuswandari, 2009). Secara efektif tata kelola perusahaan membutuhkan mekanisme untuk memastikan bahwa para dewan direksi di perusahaan menghormati hak-hak dan kepentingan pemegang

5 5 saham, yang mana salah satu satunya para pemegang saham memiliki tanggung jawab memperhatikan kelangsungan bisnis perusahaan (Roy, 2016). Beberapa peneliti sebelumnya melakukan penelitian yang menghubungkan antara tata kelola perusahaan dan manajemen risiko, namun menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian Yatim (2010) membuktikan bahwa dewan komisaris independen di perusahaan cenderung membentuk komite manajemen risiko dan memiliki peran dalam pengungkapan risiko keuangan dan bisnis perusahaan. Namun demikian, hasil penelitian Ramadhani et al. (2015) menemukan bahwa proporsi komisaris independen, latar belakang pendidikan dewan komisaris, reputasi auditor dan kepemilikan institusi ditemukan tidak berpengaruh terhadap penerapan manajemen risiko dalam perusahaan. Atas dasar tidak konsistennya hasil temuan beberapa peneliti sebelumnya, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian kembali mengenai pengaruh tata kelola perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko perusahaan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti dapat membuat perumusan masalah sebagai berikut : Apakah tata kelola perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan manajemen risiko bisnis?

6 6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pertanyaan peneliti di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Menguji pengaruh penerapan tata kelola perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko perusahaan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu sebagai tambahan informasi dan wawasan mengenai ilmu akuntansi khususnya tentang pengaruh tata kelola perusahaan terhadap pengungkapan manajemen risiko bisnis perusahaan dan bermanfaat untuk digunakan dalam melakukan penelitian sejenis dimasa mendatang jika dimungkinkan. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini menunjukkan arti penting dari penerapan dan pengungkapan manajemen risiko bisnis oleh perusahaan dalam rangka mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik.