BAB III PELEMBAGAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III PELEMBAGAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016"

Transkripsi

1 BAB III PELEMBAGAAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2016 A. Penerapan Prinsip Good Governance dalam Perencanaan Keuangan Daerah Perencanaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman merujuk pada RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) pada tahun yang bersangkutan, hal tersebut dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman sesuai dengan amanat dalam Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara yang menyebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) suatu daerah disusun berdasarkan RKPD. Sesuai dengan Pasal 5 ayat (3) Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dinyatakan bahwa RKPD merupakan penjabaran dari RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan mengacu pada RKP (Nasional) yang memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan secara langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendoronng partisipasi dari masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari Kepala Bagian Keuangan Sekretariat DPRD Kabupaten Sleman yaitu Bapak Rahmat Suryono yang menyebutkan : Dalam Perencanaan ada yang disebut RPJMD yaitu untuk jangka panjang selanjutnya ada yang disebut RKPD yaitu untuk rencana tahunan, dalam Perencanaan Keuangan pun harus sesuai dengan dengan dokumen tersebut supaya jelas dan terarah 59

2 Dengan demikian perencanaan keuangan Kabupaten yang merujuk kepada RPJMD serta RKPD bertujuan untuk menjaga agar penyusunan anggaran benar benar dilakukan berdasarkan ketentuan hukum dan juga berdasarkan program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam perencanaan tahunan sebelumnya. Sementara kegiatan perencanaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman dimulai dengan kegiatan Musrenbang kemudian setelah itu adalah proses penyusunan perencanaan APBD. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan bahwa alur perencanaan terdapat dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, perundang undangan tersebut menjelaskan secara rinci pada setiap proses pengelolaan keuangan daerah. Hasil wawancara kepada Ibu Dyah Sulistytuti adalah sebagai berikut : Alur perencanaan terdapat dalam Permendagri No. 13 Tahun 2006, namun secara umum kegiatan awal adalah musrenbang yang menampung aspirasi masyarakat kemudian penyusunan KUA-PPAS dan DPA-SKPD yang nantinya dijadikan sebagai bahan untuk menyusun APBD Kegiatan pertama dalam perencanaan adalah Kegiatan Musrenbang (Musyawarah Perencanaan dan Pembangunan) yang berada dibawah tanggungjawab Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). Musrenbang adalah forum untuk menampung aspirasi yang dihadiri oleh beberapa aktor yang telah ditentukan termasuk didalamnya terdapat masyarakat yang diberikan hak untuk menyampaikan pendapat dan usulan program. Kegiatan Musrenbang dilaksanakan dalam rangka untuk menyusun Rencana Pembangunan 60

3 Nasional dan Rencana Pembangunan Daerah. Musrenbang yang dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman pada tahun 2016 berjumlah dua kali yang dilaksanakan pada bulan Maret. Pertama, Musrenbang yang dilakukan adalah Musrenbang yang dilaksanakan di Kecamatan dengan dihadiri oleh 180 orang, terdiri dari perwakilan SKPD dan tokoh masyarakat. Hasil dari kegiatan tersebut nantinya dipaparkan kepada Camat yang kemudian nantinya akan dijadikan sebagai bahan untuk pelaksanaan Musrenbang di Tingkat Kabupaten. Selanjutnya yang Kedua adalah Musrenbang tingkat Kabupaten dihadiri oleh 150 orang, terdiri dari tokoh masyarakat, perwakilan tiap SKPD, perguruan tinggi serta perwakilan assosiasi, contohnya kelompok tani dan lain lain. Kegiatan selanjutnya dalam Perencanaan Keuangan daerah di Kabupaten Sleman adalah penyusunan RAPBD (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), namun dalam penyusunan RAPBD juga terdapat banyak kegiatan yang terlebih dulu harus dilaksanakan, seperti yang digambarkan dalam siklus berikut : 61

4 Gambar Proses Penyusunan APBD Penyusunan KUA & PPAS Penyusunan Raperda APBD Penetapan Perda APBD Pedoman Proses Penyusunan Pembahasan Perencanaan RKA-SKPD Raperda APBD (A2) (A5) RKPD Penyusunan Persetujuan RKA-SKPD Bersama (A3) Raperda APBD Penyusunan KUA dan PPAS (A1) RKA-SKPD Evaluasi Gubernur/ Mendagri (A6) - Nota Kesepakatan - KUA dan PPA Raperda APBD (A4) Perda APBD (A7) Pembatalan Perda APBD (A8) 62

5 Dari hasil wawancara kepada Bapak Rahmat Suryono sebagai Kepala Bagian Keuangan Sekretariat DPRD Kabupaten Sleman menjelaskan bagan diatas sebagai berikut : berikut : Pertama ada yang disebut dengan KUA-PPAS, kemudian dokumen tersebut dibahas bersama DPRD yang diwakili oleh Banggar (Badan Anggaran) untuk menghasilkan sebuah Nota Kesepakatan.Kemudian tiap tiap SKPD membuat RKA-SKPD yang selanjutnya oleh PPKD dijadikan sebagai Raperda APBD. Raperda tersebut dibahas dalam forum Paripurna, apabila telah disepakati kemudian diserahkan kepada Gubernur untuk dievaluasi, setelah dievaluasi dan dilakukan perbaikan maka Raperda APBD dapat ditetapkan sebagai APBD Penjelasan dari bagan tentang alur perencanaan keuangan adalah sebagai 1. Penyusunan KUA-PPAS (Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara) Proses Penyusunan APBD dimulai dengan penyusunan Rancangan Kebijakan Umum APBD (KUA) serta dokumen Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS). KUA-PPAS adalah dokumen anggaran serta pedoman dalam penyusunan APBD yang disusun oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) yang dipimpin oleh Sekretaris Daerah. Hasil dari KUA-PPAS disampaikan terlebih dahulu kepada Kepala Daerah kemudian Kepala Daerah mengajukannya kepada DPRD untuk dilakukan pembahasan yang nantinya menjadi dasar dalam penyusunan RAPBD. 2. Pembahasan KUA-PPAS bersama DPRD Kabupaten Sleman Pembahasan KUA-PPAS dilakukan oleh TAPD dan juga DPRD yang diwakili oleh Badan Anggaran (BANGGAR), selanjutnya hasil dari pembahasan 63

6 dilanjutkan dalam forum Paripurna untuk menghasilkan kesepakatan. Hasil kesepakatan dituangkan dalam nota kesepakatan yang ditanda tangani antara kepala daerah dengan pimpinan DPRD dalam waktu bersamaan. Dari pembahasan Rapat Paripurna ini menghasilkan RAPBD serta Raperda APBD yang selanjutnya akan diserahkan kepada Gubernur. 3. Penyerahan Raperda APBD Kepada Gubernur Setelah RAPBD dan Raperda APBD disepakati didalam Rapat Paripurna, langkah selanjutnya adalah menyerahkan RAPBD dan Raperda APBD tersebut kepada Gubernur untuk dilakukan evaluasi. Hasil dari pemeriksaan Gubernur tersebut dikembalikan kepada Pemerintah Daerah yang kemudian nantinya dijadikan sebagai APBD. 1. Prinsip Partisipasi Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Dyah Sulistyatuti selaku Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Kabupaten Sleman serta wawancara kepada Bapak Heri Bertus Reswidodo selaku Kasubag Keuangan Kabupaten Sleman menjelaskan prinsip Partisipasi yang diterapkan dalam Perencanaan Keuangan Daerah terdapat pada kegiatan Musrenbang yang merupakan forum untuk menampung aspirasi masyarakat. Ibu Dyah menjelaskan dalam wawancaranya sebagai berikut : Pada perencanaan, masyarakat terlibat pada tahapan Musrenbang, namun kewenangan tersebut dipegang oleh Bappeda, jadi untuk lebih jelasnya mengenai jumlah partisipan serta siapa saja yang hadir pada forum tersebut datanya dapat diperoleh di Bappeda 64

7 Selaras dengan pernyataan yang disampaikan oleh Ibu Dyah, Bapak Heri Bertus menyebutkan bahwa partisipasi dalam perencanaan keuangan diterapkan pada kegiatan Musrenbang, forum tersebut dilaksanakan dua kali yang masing masing pesertanya adalah 180 orang dan 150 orang. Penjelasan dari wawancara yang dilakukan kepada Bapak Heri Bertus yaitu : Musrenbang adalah musyawarah perencanaan pembangunan, dapat dilihat pengetian secara terperinci pada Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004, Musrenbang terdapat beberapa tingkatan, mulai dari desa, kecmatan hingga kabupaten, untuk musrenbang desa pelaksananya adalah BPD sementara yang dikecamatan dan kabupaten itu dilaksanakan langsung oleh Bappeda. Untuk musrenbang yang di kecamatan berjumlah 180 orang dengan perwakilan dari tiap tiap SKPD dan perwakilan tokoh masyarakat. Sementara Musrenbang yang di Kabupaten di hadiri oleh 150 orang, Musrenbangnya dilakukan pada bulan Maret, pesertanya perwakilan tiap tiap SKPD, tokoh masyarakat, perguruan tinggi dan juga perwakilan dari assosiasi contohnya kelompok ikan dan kelompok tani. Partisipasi pada kegiatan Musrenbang tahun 2015 untuk perencanaan pembangunan tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Kegiatan Musrenbang Kab. Sleman Tahun

8 Musrenbang yang dilaksanakan di Kecamatan dihadiri oleh 180 orang, peserta yang menghadiri forum tersebut adalah perwakilan dari tiap tiap SKPD dan perwakilan dari tokoh masyarakat, hasil dari Musrenbang yang dilaksanakan di kecamatan ini merupakan bahan untuk pelaksanaan Musrenbang yang dilaksanakan di Kabupaten. Sementara Sementara Musrenbang yang di Kabupaten di hadiri oleh 150 orang, Musrenbangnya dilakukan pada bulan Maret, pesertanya perwakilan tiap tiap SKPD, tokoh masyarakat, perguruan tinggi dan juga perwakilan dari assosiasi contohnya kelompok ikan dan kelompok tani. Bukti keikutsertaan beberapa perwakilan dalam kegiatan Musrenbang tahun 2015 untuk perencanaan 2016 dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Perwakilan Lembaga dalam Musrenbang 66

9 Dalam pelaksanaan musrenbang tersebut pada intinya masyarakat berperan aktif dan menunjukan apresiasi yang sangat tinggi terhadap forum musrenbang. Terdapat tiga kesepakatan pada Musrenbang tahun 2015, yaitu menyepakati sasaran prioritas daerah, menyepakati semua program dalam RKPD Kabupaten Sleman Tahun 2016 serta menyepakati hasil Musrenbang yang akan dijadikan sebagai bahan penyusunan Rancangan Akhir RKPD Kabupaten Sleman Tahun Menurut Bapak Rahmat Suryono selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat DPRD Kabupaten Sleman menyebutkan bahwa penerapan prinsip partisipasi dalam perencanaan keuangan tidak hanya dilaksanakan pada kegiatan musrenbang saja namun diterapkan juga pada tahap penyusunan APBD. Hasil dari wawancara dengan Bapak Rahmat adalah sebagai berikut : Dalam penyusunan APBD harus melibatkan beberapa aktor supaya terjalin koordinasi yang baik dan meminimalisir kesalahan dalam berkomunikasi, seperti yang telah dijelaskan pada alur perencanaan bahwa yang terlibat adalah tiap tiap SKPD, Kepala Daerah, Sekretaris Daerah serta Anggota Dewan Dari penjelasan beliau dapat dikatakan bahwa partisipasi juga dapat dilihat dari keterlibatan dari setiap aktor dalam penyusunan APBD, dengan melibatkan aktor aktor yang terlibat maka akan menciptakan sebuah koordinasi yang baik dalam hal perencanaan sehingga sesuai dengan yang dicita citakan. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka penerapan prinsip partisipasi dalam perencanaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman telah dilaksanakan dengan baik, yaitu pada kegiatan Musrenbang serta pada tahap penyusunan APBD yang dapat dilihat dari koordinasi antar pelaku. 67

10 2. Prinsip Rule of Law Kabupaten Sleman menjunjung tinggi ketaatan terhadap hukum dalam hal Perencanaan Keuangan Daerah, artinya prinsip rule of law telah dilaksanakan pada tahap perencanaan keuangan, setiap kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peraturan perundang undangan. Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan : Peraturan yang dijadikan acuan salah satunya Permendagri No. 13 Tahun 2006 di dalamnya terdapat pedoman tidak hanya dalam perencanaan saja, untuk daerahnya adalah Perda No. 16 Tahun Peraturan peraturan tersebut harus dipatuhi supaya tidak terjadi kesalahan. Dalam hal Perencanaan Keuangan Daerah Kabupaten Sleman merujuk kepada Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Perda Nomor 16 Tahun 2015 Tentang APBD Tahun Anggaran Berdasarkan pengertiannya rule of law adalah membentuk seluruh lapisan masyarakat, negara dan lembaga negara menunjunjung tinggi supremasi hukum untuk mendapatkan keadilan, dengan demikian jika dikaitkan antara pengertian tersebut dengan pelaksanaan rule of law di Kabupaten Sleman pada tahap perencanaan keuangan maka prinsip rule of law tersebut telah dilaksanakan, selain mengacu kepada peraturan yang dibentuk oleh pemerintah pusat, Kabupaten Sleman juga mebentuk peraturan daerahnya sendiri untuk mengatur tentang APBD. 68

11 3. Prinsip Transparansi Prinsip transparansi pada perencanaan keuangan daerah telah diterapkan oleh Kabupaten Sleman dengan mempublikasikan jumlah APBD pada tahun yang bersangkutan, hal tersebut sebagai upaya untuk menciptakan Pemerintahan yang terbuka. Kabupaten Sleman selalu mempublikasikan APBD di website Pemerintah Daerah, media online dan media cetak dengan tujuan untuk dapat dilihat oleh masyarakat. Ibu Dyah Sulistyatuti dalam wawancaranya menjelaskan : Yang dipublikasikan sudah berupa APBD namun tidak secara terperinci, biasanya hanya disebutkan jumlahnya dan dimuat pada website Pemda, dimedia cetak ataupun online. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa APBD yang telah disetujui pada tahun yang bersangkutan selalu dipublikasikan walaupun tidak secara terperinci, namun secara umum publikasi terhadap APBD tersebut telah sesuai dengan perundang undangan yang mengatur tentang transparansi. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa transparansi adalah prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas luasnya tentang keuangan daerah, dengan demikian jika melihat kondisi di Kabupaten Sleman tentang penerapan prinsip transparansi dalam perencanaan keuangan daerah maka penerapannya telah dilaksanakan meskipun yang dipublikasikan berupa jumlah APBD dan tidak dijelaskan secara terperinci. 69

12 Publikasi mengenai APBD pada website Kabupaten Sleman dapat diakses pada menu Transparansi Anggaran, namun informasi tentang transparansi anggaran masih belum diperbarui, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Menu Transpransi Anggaran Website Kab. Sleman Sumber : Gambar tersebut diambil pada Selasa, 23 Januari 2018 pukul WIB. Pada menu Transparansi Anggaran tersebut informasi yang disediakan mengenai publikasi APBD masih belum diperbarui masih memuat tentang APBD Kabupaten Sleman Tahun Selain publikasi terhadap APBD, Kabupaten Sleman juga mempublikasikan kegiatan Musrenbang yang merupakan salah satu kegiatan yang termasuk dalam perencanaan seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya. Bapak Heri Bertus dalam wawancaranya menjelaskan : 70

13 Kegitan Musrenbang juga dipublikasikan, bisa dilihat di website Bappeda atau media cetak dan media online lainnya, namun publikasi yang dimaksud bukan berupa hasilnya tetapi berupa informasi saja mengenai kegiatan musrenbang telah dilaksanakan Publikasi terhadap kegiatan Musrenbang juga tidak secara terperinci, sama halnya dengan publikasi yang dilaksanakan pada APBD, namun dalam hal ini transparansi tetap dianggap telah dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman karena tujuan dari publikasi tersebut supaya masyarakat mengetahui kegiatan perencanaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman. Secara keseluruhan transparansi yang dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman dapat dikatakan baik, namun perlu adanya peningkatan yaitu dalam hal transparansi terhadap APBD, alangkah baiknya apabila terdapat website tertentu untuk mempublikasikan APBD secara terperinci sehingga masyarakat dapat mengetahui prioritas pembangunan pada tahun bersangkutan dan dapat mengetahui pembiayaannya. 4. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas Prinsip efektifitas dan efisiensi pada tahap perencanaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman dapat diukur dengan melihat waktu yang digunakan Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam menyusun Perencanaan Keuangan, waktu yang dibutuhkan Kabupaten Sleman dalam menyusun perencanaan keuangan tersebut dihitung secara keseluruhan prosesnya membutuhkan waktu enam bulan, hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan Ibu Dyah Sulistyatuti pada wawancaranya : 71

14 Secara umum waktu yang dibutuhkan dalam proses perencanaan sekitar 6 Bulan, setiap prosesnya sesuai dengan anjuran yang ada dalam peraturan, misalnya pembahsan KUA-PPAS bersama DPRD harus mencapai kesepatan paling lambat harus awal juli Untuk menunjukan waktu pelaksanaan perencanaan keuangan daerah yang dilakukan oleh Kabupaten Sleman dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Agenda Perencanaan Keuangan Kab. Sleman Gambar tersebut merupakan agenda kerja dalam penyusunan perencanaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman yang di dalamnya terdapat penyusunan RKPD, RENJA, KUA-PPAS sampai kepada penyusunan Perda APBD. Agenda tersebut merupakan agenda kerja untuk perencanaan tahun 2019, namun secara umum pelaksanaan pada tahun 2016 sama seperti yang tercantum pada gambar. 72

15 Dalam peraturan yang mengatur pengelolaan keuangan daerah yaitu Permendagri No. 13 Tahun 2006 menjelaskan bahwa waktu yang diberikan untuk proses perencanaan mulai dari penyusunan KUA-PPAS sampai dengan pengesahan APBD adalah enam bulan sehingga dengan melihat kondisi di Kabupaten Sleman dianggap efektif karena sesuai dengan anjuran dari peraturan perundang undangan. 5. Prinsip Akuntabilitas Penerapan Prinsip Akuntabilitas dalam perencanaan keuangan tidak langsung dipertanggungjawabkan kepada masyarakat namun dipertanggungjawabkan kepada jabatan yang lebih tinggi atau jabatan yang berhak mengetahui setiap kegiatan. Bapak Rahmat Suryono menjelaskan mengenai akuntabilitas sebagai berikut : Dalam perencanaan pertanggungjawabannya berbeda dengan pelaporan penggunaan anggaran yaitu tidak langsung kepada masyarakat, namun dapat dikatakan dipertanggungjawabannya kepada jabatan yang lebih tinggi, jadi setiap kegiatan tersebut terkoordinasi. Pertanggungjawabankan yang dimaksud oleh Bapak Rahmat Suryono selaku Kepala Bagian Keuangan Sekretariat DPRD Kabupaten Sleman contohnya adalah dalam penyusunan KUA-PPAS yang disusun oleh Sekretaris Daerah kemudian disampaikan kepada Kepala Daerah dan DPRD, contoh lain adalah hasil rapat paripurna yang menghasilkan RAPBD disampaikan terlebih dahulu kepada Gubernur. Meskipun tidak dipertanggungjawabkan langsung kepada 73

16 masyarakat namun hal tersebut masih merupakan sebuah tindakan akuntabilitas sebagai upaya mempertanggung jawabkan setiap kegiatan. Tabel Penerapan Prinsip Good Governance dalam Perencanaan Keuangan Daerah.No. Prinsip Good Governance Temuan 1 Participation Prinsip partisipasi telah dilaksankan secara optimal oleh Kabupaten Sleman dalam Perencanaan Keuangan Daerah yaitu dalam kegiatan Musrenbang ditingkat Kecamatan dan ditingkat Kabupaten. Untuk tingkat kecamatan dihadiri oleh 180 orang, terdiri dari tokoh masyarakat dan perwakilan SKPD, sementara ditingkat kabupaten dihadiri oleh 150 orang yang terdiri dari tokoh masyarakat, perguruan tinggi, perwakilan SKPD dan perwakilan Assosiasi, contohnya kelompok tani. 2 Rule of Law Kabupaten Sleman menjunjung tinggi ketaatan terhadap hukum dalam hal Perencanaan Keuangan Daerah, setiap kegiatan yang dilakukan harus sesuai dengan peraturan perundang undangan. Dalam hal Perencanaan Keuangan Daerah Kabupaten Sleman merujuk kepada Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah serta Perda Nomor 16 Tahun 2015 Tentang APBD Tahun Anggaran Transparency Prinsip Transparasni telah dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman dalam Perencanaan Keuangan Daerah yaitu berupa publikasi tentang informasi mengenai APBD tahun berangkutan melalui website Pemerintah Daerah, media online serta media cetak. 4 Efficiency and Effectiveness Prinsip efektifitas dan efisiensi dapat dilihat dengan dari waktu yang diperlukan Kabupaten Sleman dalam menyusun APBD, waktu yang diperlukan adalah 6 bulan. Hal tersebut dianggap efektif dan efisien karena waktu yang dibutuhkan sesuai dengan anjuran dari peraturan perundang undangan. 5 Accountability Akuntabilitas yang dilakukan Kabupaten Sleman dalam Perencanaan Keuangan Daerah tidak langsung kepada publik, namun pertanggungjawaban yang dilakukan yaitu kepada pemegang jabatan yang lebih tinggi, contohnya dalam penyusunan KUA-PPAS yang disusun oleh Sekretaris Daerah kemudian disampaikan kepada Kepala Daerah dan DPRD. 74

17 Penerapan prinsip Good Governance dalam Perencanaan Keuangan Daerah di Kabupaten Sleman telah dilaksankan dengan baik, hal tersebut dilaksanakan sebagai upaya untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan bersih. Pada tabel dijelaskan bahwa perbaikan yang harus dilakukan oleh Kabupaten Sleman dalam pelaksanaan Good Governance pada tahap perencanaan hanya pada prinsip transparansi karena pemberian informasi APBD dalam website pemerintah daerah masih APBD Tahun Anggaran B. Penerapan Prinsip Good Governance Dalam Pelaksanaan Penggunaan Keuangan Daerah Pelaksanaan penggunaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman dilaksanakan oleh masing masing SKPD, karena berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah menyebutkan bahwa SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran atau penggunan barang. Dalam hal ini SKPD merupakan unit organisasi yang secara langsung menggunakan dan mengelola keuangan daerah, namun setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD terkait dengan pengelolaan keuangan daerah harus tetap dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah karena koordinator dan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah adalah Sekretaris Daerah dan Kepala Daerah. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam wawancaranya menjelaskan tentang pelaksanaan penggunaan anggaran sebagai berikut : 75

18 Pelaksanaan Anggaran prosesnya dapat dikatakan bersamaan dengan Penatausahaan, ada yang disebut pelaksaan penerimaan yang contohnya didapat dari pajak, retribusi dan lain - lain ada pula yang disebut dengan pelaksanaan pengeluaran, jenisnya ada pengeluaran langsung dan tidak langsung, setiap perinciannya ada di peraturan yang mengatur tentang pedoman pengelolaan keuangan Narasumber berdasarkan hasil wawancara menjelaskan bahwa proses pelaksanaan penggunaan anggaran dapat dikatakan bersaman dengan penatausahaan anggaran. Alur dari Pelaksanaan Penggunaan Anggaran dapat dilihat pada Gambar Gambar Pelaksanaan dan Penatausahaan Belanja Penyiapan DPA- SKPD DPA SKPD Anggaran Kas Penyediaan Dana SPJ Sumber : Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 diolah oleh penulis Pelaksanaan pengunaan anggaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu Pelaksanaan Pengeluaran atau disebut dengan Pelaksanaan Belanja serta Pelaksanaan Penerimaan yang disebut dengan Pelaksanaan Pendapatan, masing masing jenis pelaksaanaan penggunaan anggaran tersebut mempunyai beberapa kegiatan, diantaranya : 76

19 1. Pelaksanaan Belanja Pelaksanaan belanja adalah setiap kegiatan pengeluaran untuk belanja daerah atas tanggungan APBD, pelaksanaan belanja terdapat dua jenis yaitu belanja langsung yang artinya setiap kegiatan pengeluaran yang bersifat langsung berhubungan dengan program dan kegiatan yang telah ditentukan, selanjutnya belanja tak langsung, yaitu pengeluaran daerah yang dianggarkan namun tidak berhubungan dengan kegiatan atau program, pada umumnya belanja tak langsung dapat dicontohkan seperti belanja pegawai dan belanja hibah. Siklus dari pelaksanaan belanja yang pertama adalah PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) membuat surat pemberitahuan berdasarkan Perda APBD dan menyerahkannya kepada SKPD untuk memberitahukan kepada SKPD agar menyusun Rancangan DPA-SKPD (Dokumen Pelaksana Anggaran) yang memuat sasaran yang hendak dicapai program, kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut serta penarikan dana dan pendapatan yang diperkirakan. Kepala SKPD menyerahkan Rancangan DPA-SKPD kepada PPKD yang selanjutnya oleh PPKD diserahkan kepada TAPD untuk dilakukan verifikasi. TAPD menyerahkan Rancangan DPA-SKPD yang lolos verifikasi kepada Sekda, setelah Sekda menyetujui Rancangan DPA-SKPD kemudian diserahkan kembali kepada PPKD untuk dilakukan pengesahan menjadi DPA-SKPD. Setelah setiap siklus pelaksanaan belanja telah dilaksanakan maka hasil akhirnya berupa penyediaan dana untuk pelaksanaan belanja langsung ataupun belanja tak langsung. 77

20 2. Pelaksanaan Pendapatan Pelaksanaan Pendapatan adalah hak Pemerintah Daerah yang diakui oleh peraturan perundang undangan untuk menambah kekayaan yang bersih. Pada umumnya pendapatan daerah bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana Perimbangan, Pinjaman daerah serta lain lain pendapatan daerah yang sah. Pelaksanaan Pendapatan dilaksanakan oleh SKPD yang mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pemungutan dan menerima pendapatan daerah. SKPD yang bersangkutan wajib menyerahkan hasil penerimaan yang berupa uang atau cek kepada Bendahara Penerimaan melalui rekening Kas Umum Daerah. Apabila penerimaan berbentuk barang atau jasa maka penerimaan tersebut menjadi milik atau aset daerah yang dicatat sebagai inventaris daerah. 1. Prinsip Partisipasi Penerapan Prinsip partisipasi dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran tidak terlalu menonjol karena partispasi yang dilaksanakan tidak berkaitan langsung dengan masyarakat, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam pelaksanaan penggunaan keuangan daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh SKPD sehingga masyarakat tidak dapat berkontribusi. Kasbag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan dalam wawancaranya sebagai berikut : Partisipasinya tidak langsung melibatkan masyarakat, namun dapat dilihat pada koordinasi tiap aktor dalam pelaksanaannya, karena dalam pelaksanaan penggunaan anggaran tidak dilaksanakan oleh satu orang saja. 78

21 Berdasarkan penjelasan diatas prinsip partisipasi yang diterapkan lebih kepada koordinasi antar aktor yang terlibat dalam penggunaan keuangan daerah, pelaksanaan penggunaan keuangan daerah tidak hanya dilakukan oleh salah seorang pelaku saja tetapi banyak aktor yang terlibat, seperti Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, Pengguna Anggaran serta TAPD. Meskipun demikian hal tersebut masih dapat dianggap dalam penerapan partisipasi karena pelaksanaan penggunaan anggaran memang dilaksanakan langsung oleh pemerintah, peran masyarakat dalam hal ini adalah subjek dari pelaksanaan penggunaan anggaran yang dituangkan dalam program program yang telah direncanakan. 2. Prinsip Rule of Law Pelaksanaan Penggunaan Anggaran di Kabupaten Sleman telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada, mulai dari Pelaksanaan Belanja sampai dengan Pelaksanaan Pendapatan. Dasar hukum yang dijadikan sebagai acuan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Sleman dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran lebih dititik beratkan pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan dalam wawancaranya sebagai berikut : Untuk peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan penggunaan anggaran itu sama dengan perencanaan, penatausahaan ataupun pertanggungjawaban yaitu Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 karena di dalamnya sudah dibahas secara terperinci bahkan terdapat bagan atau alurnya. Kabupaten Sleman mengacu pada peraturan tersebut. 79

22 Berdasarkan hasil wawancara dijelaskan bahwa peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan anggaran sama dengan peraturan yang mengatur perencanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban. Dalam peraturan tersebut dijelaskan secara mengenai pedoman dan alur dalam pengelolaan keuangan daerah. Pernyataan Ibu Dyah selaras dengan pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Rahmat Suryono selaku Kepala Bagian Keuangan DPRD Kabupaten Sleman : Dalam pelaksanaan penggunaan anggaran selain mematuhi peraturan yang mengatur khusus tentang keuangan daerah, kita juga mematuhi UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Dana Perimbangan, seperti yang diketahui bahwa dalam pelaksanaan itu ada yang disebut pelaksanaan penerimaan ada juga pelaksanaan belanja, dalam pelaksanaan penerimaan itu salah satu nya bersumber dari dana perimbangan. Dalam pelaksanaan penggunaan anggaran Kabupaten Sleman juga mengacu pada UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Dana Perimbangan Antara Pusat dan Daerah. Dana Perimbangan merupakan salah satu pos dari pendapatan yang didapatkan oleh Kabupaten Sleman. Dengan demikian peraturan tersebut dijadikan sebagai dasar pelaksanaan anggaran karena di dalamnya mengatur tentang rincian rincian mengenai dana perimbangan anatar pusat dan daerah. Berdasarkan hasil wawancara dan juga pembahasan diatas maka pemerintah daerah Kabupaten Sleman telah melaksanakan prinsip rule of law pada tahap pelaksanaan keuangan daerah. 80

23 3. Prinsip Transparansi Prinsip Transparansi pada pelaksanaan keuangan daerah belum dijalankan secara maksimal. Dalam hal Pelaksanaan Belanja, Kabupaten Sleman tidak mempublikasikan setiap kegiatan yang telah dilaksanakan termasuk pada kegiatan belanja langsung yang berhubungan dengan kegiatan atau program, publikasi yang dilakukan pada umumnya adalah publikasi tentang belanja yang bersifat lelang, namun dengan nilai kontrak diatas 200 juta rupiah. Berdsarkan hasil wawancara dengan Ibu Dyah Sulistyatuti selaku Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman menyatakan : Terkait Transparansi dalam pelaksanaan anggaran itu tidak selalu dilaksanakan, hanya anggaran bersifat lelang saja diatas 200 juta, biasanya dimuat diberita online, website Pemda dan Papan Pengumuman di Sekretariat Daerah. Publikasi yang dilakukan hanya sebatas kegiatan yang bersifat lelang dengan nilai kontrak 200 juta, publikasinya melalui website Pemerintah Daerah serta papan pengumuman di Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman. Padahal seharusnya untuk menciptakan penggunaan anggaran yang menjunjung transparansi serta untuk menciptakan kepercayaan masyrakat terhadap pemerintah maka Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman harus mempublikasikan penggunaan anggaran pada setiap kegiatan meskipun hanya beberapa program dan kegiatan yang dipublikasikan pendanaannya. 81

24 Untuk meihat pelaksanaan transparansi pada pelaksanaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman yang mempublikasikan kegiatan lelang dengan nilai kontrak diatas 200 juta rupiah dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Transparansi Kegiatan Lelang Kab. Sleman Sumber : Gambar tersebut diambil dari website LPSE Kabupaten Sleman pada hari Selasa, 06 Februari 2018 pukul WIB. Untuk mengetahui kegiatan lelang dapat dicari pada menu Cari Lelang seperti yang tercantum pada gambar. Pada menu tersebut akan dijelaskan mengenai nama kegiatan lelang berserta tahun anggarannya, instansi yang melaksanakan lelang serta HPS Lelang (Harga Perkiraan Sendiri). Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara serta bukti pelaksanaan transparansi maka prinsip transparansi pada pelaksanaan keuangan daerah telah dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman meskipun belum dilaksanakan secara maksimal karena publikasi yang dilakukan hanya berupa lelang saja. 82

25 4. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas Prinsip efektifitas dan efisiensi juga diterapkan dalam Pelaksanaan Anggaran di Kabupaten Sleman, hal tersebut dilihat dari realisasi anggaran pada Tahun 2016 yang mencapai 92,73% dengan rincian anggaran sebagai berikut : Tabel Realisasi Anggaran Tahun 2016 Uraian Anggaran Realisasi Persentase BELANJA , ,24 92,73 BELANJA TIDAK LANGSUNG Belanja Pegawai Belanja Bunga Hibah Bantuan Sosial Bagi Hasil ke Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa Bantuan Keuangan ke Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduga , ,47 94, , , , , , , ,35 1, , , , , , , ,00 93,97 75,91 93,61 89,37 95,22 99,69 13,35 BELANJA LANGSUNG , ,77 90,80 Belanja Pegawai Barang dan Jasa Belanja Modal , , , , , ,33 95,16 89,05 91,75 Sumber : Realisasi APBD Tahun 2016 Dari tabel 3.2. dapat dilihat bahwa realisasi anggaran Tahun 2016 mencapai 92,73% dari total anggaran berjumlah 2,64 Triliun Rupiah, dengan demikian jika persentase tersebut dijadikan ke dalam rupiah maka berjumlah 2,45 Triliun Rupiah, sementara keseluruhan program yang ditanggung APBD berjumlah 958 program. Dalam realiasi APBD 2016 tidak terdapat rincian realisasi program sehingga tidak dapat melihat berapa program yang terlaksana dan berapa program yang tidak terlaksana. Perhitungan mengenai realisasi 83

26 anggaran dilihat dari belanja Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman baik belanja langsung ataupun belanja tidak langsung. Maka dari penjelasan tersebut yang menyatakan persentase realisasi anggaran Kabupaten Sleman mencapai 92,73% dapat dikatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman menerapkan prinsip efektifitas dan efisiensi dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran. 5. Prinsip Akuntabilitas Akuntabilitas yang dilakukan Kabupaten Sleman dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran Keuangan Daerah sama seperti Perencanaan Keuangan Daerah, yaitu tidak langsung kepada publik, namun pertanggungjawaban yang dilakukan yaitu kepada pemegang jabatan yang lebih tinggi. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi dalam wawancaranya menjelaskan akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran sebagai berikut : Akuntabilitas sama seperti perencanan yaitu tidak langsung kepada masyarakat, karena nanti ada bagiannya sendiri dalam tahap pertanggungjawaban. Dalam pelaksanaan anggaran ini ada kaitannya dengan penatausahaan, setiap prosesnya nanti dicatat sebagai bentuk akuntabilitas. Pelaksanaan penerimaan koordinasi dengan Bendahara Penerimaan sedangkan yang pengeluaran berkoordinasi dengan Bendahara Pengeluaran. Akuntabilitas dalam pelaksanaan anggaran berhubungan dengan penatausahaan anggaran, setiap proses dari pelaksanaan dicatat sebagai bentuk akuntabilitas. Dalam hal pelaksanaan penerimaan dikoordinasikan dengan Bendahara Penerimaan sedangkan pelaksanaan pengeluaran dikoordinasikan dengan Bendahara Pengeluaran. 84

27 Prinsip prinsip Good Governance yang menonjol yang dilaksanakan dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran adalah rule of law, akuntabilitas, serta efektifitas dan efisiensi. Penjelasan mengenai penerapan prinsip prinsip Good Governance dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Penerapan Prinsip Good Governance dalam Pelaksanaan Keuangan Daerah.No. Prinsip Good Governance Temuan 1 Participation Prinsip partisipasi yang diterapkan tidak terlalu menonjol karena dalam pelaksanaan Penggunaan Anggaran sepenuhnya dilakukan oleh SKPD dan Pemerintah Daerah, sehingga prinsip partisipasi yang dilaksanakan lebih kepada koordinasi antar aktor dalam penggunaan keuangan daerah. 2 Rule of Law Pelaksanaan Penggunaan Anggaran Kabupaten Sleman didasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pelaksanaan Belanja dan Pelaksanaan Pendapatan merujuk pada peraturan tersebut. 3 Transparency Prinsip Transparansi dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran belum dijalankan secara maksimal oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, karena setiap kegiatan Pelaksanaan Belanja atau Pelaksanaan Penerimaan tidak dipublikasikan kepada publik. Publikasi yang dilakukan hanya sebatas belanja yang bersifat lelang dengan nilai kontran diatas 200 juta rupiah. 4 Efficiency and Effectiveness Prinsip efektifitas dan efisiensi dapat dilihat pada realisasi anggaran dan juga realisasi program Kbupaten Sleman Tahun Persentase realisasi anggaran mencapai 92,21% dengan rincian biaya anggaran 2,43 Triliun rupiah dan realisasi anggaran sebanyak 2,24 Triliun rupiah dengan jumlah program sebanyak 958 program. 5 Accountability Akuntabilitas yang dilakukan Kabupaten Sleman dalam Pelaksanaan Penggunaan Anggaran Keuangan Daerah sama seperti Perencanaan Keuangan Daerah, yaitu tidak langsung kepada publik, namun pertanggungjawaban yang dilakukan yaitu kepada pemegang jabatan yang lebih tinggi. 85

28 C. Penerapan Prinsip Good Governance Dalam Penatausahaan Keuangan Daerah Penatausahaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman terdapat dua jenis sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yaitu Penatausahaan Penerimaan yang dilaksanakan oleh Bendahara Penerimaan serta yang selanjutnya adalah Penatausahaan Pengeluaran yang dilaksankan oleh Bendahara Pengeluaran. Penatausahaan keuangan daerah merupakan pencatatan setiap kegiatan dalam pengelolaan keuangan daerah dari mulai penerimaan hingga pengeluaran, pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah akan mempermudah dalam pelaporan dan pertanggungjawaban setiap kegiatan pengelolaan keuangan daerah. Setiap pengguna anggaran, bendahara penerimaan, bendahara pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang undangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman yaitu Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan tentang penatausahaan keuangan di Kabupaten Sleman sebagai berikut : Dalam penatausahaan yang dilakukan Kabupaten Sleman itu sesuai dengan pedoman dalam Permendagri, secara terperinci dapat dilihat pada dokumen tersebut, namun secara umum penatausaan dibedakan menjadi dua, yaitu penatausahaan penerimaan yang dilakukan oleh Bendahara Penerimaan serta penatausahaan Pengeluaran yang dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran. 86

29 Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan tentang penatausahaan yang dilaksanakan oleh Kabupaten Sleman terdapat dua jenis seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hal tersebut sesuai dengan pedoman dari Permendagri Nomor 13 Tahun Masing masing penjelasan mengenai jenis penatausahaan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Penatausahaan Penerimaan Setiap penerimaan keuangan daerah disetor ke rekening kas umum daerah pada bank pemerintah yang ditunjuk dan dianggap sah setelah kuasa BUD (Bendahara Umum Daerah) menerima nota kredit. Penerimaan yang disetor ke rekening kas umum daerah dapat dilakukan dengan cara disetor langsung ke bank oleh pihak ketiga ataupun dengan cara disetor melalui bank lain, badan dan lembaga keuangan oleh pihak ketiga serta dapat disetor melalui bendahara penerimaan oleh pihak ketiga. Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan mengenai penatausahaan penerimaan sebagai berikut : Secara umumnya dalam penatausahaan penerimaan, Bendahara Penerimaan menerima Slip Setoran atau Bukti yang Sah dari Wajib Pajak dan akan digunakan sebagai dokumen dalam melaksanakan penatausahaan penerimaan. Bendahara penerimaan wajib menyelenggarakan penatausahaan terkait dengan penyetoran dan penerimaan yang menjadi tanggungjawabnya. Dari proses penatausahaan Bendahara Penerimaan akan menghasilkan dokumen SPJ Penerimaan (Surat Pertanggungjawaban) yang didalamnya terdapat BKU Penerimaan (Buku Kas Umum), Rincian Objek Penerimaan, Buku Rekapitulasi Penerimaan Harian serta Bukti Penerimaan lain yang sah. Bendahara Penerimaan 87

30 wajib menyerahkan SPJ Penerimaan kepada PPK-SKPD yang selanjutnya akan diserahkan kepada BUD untuk dilakukan verifikasi, evaluasi dan analisis. Setelah setiap proses dilaksanakan maka SPJ Penerimaan akan disahkan oleh BUD. 2. Penatausahaan Pengeluaran Berdasarkan DPA-SKPD yang telah disahkan oleh PPKD, maka PPKD selaku BUD menyusun anggaran kas pemerintah daerah untuk mengatur ketersediaan dana dalam mendanai setiap pengeluaran yang telah dicantumkan dalam DPA-SKPD yang telah disahkan. Ibu Dyah Sulistyatuti menjelaskan mengenai Penatausahaan Pengeluaran sebagai berikut : Dalam penatausahaan pengeluaran nantinya ada yang disebut Surat Penyediaan Dana, Surat Permintaan Pembayaran, Surat Perintah Membayar, Surat Perintah Pencairan Dana atau biasanya disebut SP2D dan yang terakhir pertanggungjawaban penggunaan dana. Secara lebih terperinci dalam menjabarkan pernyataan dari Ibu Dyah Sulistyatuti maka kegiatan kegiatan dalam proses Penatausahaan Pengeluaran dijelaskan sebagai berikut : a. Penyediaan Dana Surat Penyediaan Dana (SPD) diterbitkan oleh PPKD setelah penetapan anggaran kas, SPD atau dokumen lain yang dipersmakan dengan SPD merupakan dasar pengeluaran kas atas beban APBD. Permintaan pembayaran dapat dilaksanakan jika SPD telah diterbitkan 88

31 b. Permintaan Pembayaran Berdasarkan SPD, Bendahara Pengeluaran mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada penggunan anggaran melalui PPK-SKPD. Jenis jenis SPP adalah sebagai berikut : 1) Surat Permintaan Pembayaran Uang Persediaan (SPP-UP) SPP-UP digunakan untuk mengisi uang persediaan tiap tiap SKPD. Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun selanjutnya untuk mengisi saldo uang persediaan akan menggunakan SPP-GU 2) Surat Permintaan Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP-GU) SPP-GU digunakan untuk mengganti uang persediaan yang sudah terpakai dan diajukan ketika Uang Persediaan (UP) habis. 3) Surat Permintaan Pembayaran Tambahan Uang Persediaan (SPP-TU) SPP-TU digunakan hanya untuk memintakan tambahan uang apabila ada pengeluaran yang sedemikian rupa sehingga saldo UP tidak akan cukup untuk membiayainya. Akan tetapi, pembuatan TU ini harus didasarkan pada rencana perkiraan pengeluaran yang matang. 4) Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) SPP-LS diajukan untuk membayar gaji (LS-Gaji) ataupun untuk membeli barang dan jasa (LS-Barang dan Jasa) baik dilakukan sendiri maupun oleh pihak ketiga. 89

32 c. Perintah Membayar Proses penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) adalah tahap lanjutan dari proses pengajuan SPP. Setelah SPP diterbitkan, penggunan anggaran diharuskan menganilisis untuk melihat apakah dokumen tersebut telah lengkap dan sah. Setelah SPP dinilai lengkap dan sah maka penggunan anggaran menerbitkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang selanjutnya diserahkan kepada BUD untuk penerbitan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana). SPM dapat diterbitkan jika pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu anggaran yang tersedia, selain itu SPM harus didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai dengan peraturan perundangan. d. Pencairan Dana Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) merupakan dokumen yang diterbitkan oleh Kuasa BUD setelah Kuasa BUD meneliti kelengkapan dokumen SPM. SP2D diterbitkan jika SPM yang diajukan oleh pengguna anggaran dianggap lengkap. Kuasa BUD menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang persedian, ganti uang persediaan serta tambahan uang persediaan kepada pengguna anggaran. e. Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Secara administratif Bendahara Pengeluaran wajib mempertanggung jawabkan setiap penggunaan uang kepada kepala SKPD melalui PPK- SKPD dengan menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan uang persediaan. Disamping pertanggungjawaban secara administratif, Bedahara Pengeluaran diwajibkan mempertanggungjawabkan setiap 90

33 penggunaan uang secara fungsional yaitu berupa penyampaian laporan pertanggungjawaban kepada PPKD selaku BUD. Penyampaian laporan pertanggungjawaban dapat dilakukan apabila telah diterbitkan Surat Pengesahan terhadap laporan pertanggungjawaban oleh pengguna anggaran. 1. Prinsip Partisipasi Prinsip partisipasi yang diterapkan dalam penatausahaan keuangan di Kabupaten Sleman tidak melibatkan masyarakat tetapi lebih kepada koordinasi antar aktor dalam proses penatausahaan karena dalam pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah sepenuhnya dilakukan oleh SKPD dan Pemerintah Daerah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Kasubag Keuangan Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, pernyataan yang disampaikan adalah sebagai berikut : Penatausahaan itu dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah, dengan demikian apabila membahas tentang partisipasi dapat dilihat dari peran peran setiap aktor dalam melaksanakan penatausahaan. Pada tahapan penatausahaan prosesnya memang dilaksanakan secara penuh oleh pemerintah sehingga tidak dapat melibatkan masyarakat, meskipun demikian pelibatan aktor aktor dan koordinasi tiap aktor dalam penatausahaan harus dilaksanakan supaya tidak ada kekeliruan dalam pencataan keuangan daerah. Pelibatan aktor aktor tersebut masih dapat dikatakan sebagai penerapan prinsi partisipasi dalam penatausahaan keuangan daerah. 91

34 2. Prinsip Rule of Law Penerapan prinsip rule of law pada penatausahaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman dapat dilihat dari penyataan yang disampaikan Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, pernyataan yang disampaikan adalah sebagai berikut : Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dasar hukum dalam pengelolaan keuangan daerah salah satunya adalah Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, itu juga termasuk dalam tahap penatausahaannya, di dalamnya terdapat pedoman pedoman dalam pelaksanaan penatusahaan. Prinsip rule of law yang diterapkan dapat dilihat pada pelaksanaan Penatausahaan yang sesuai dengan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, setiap kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang terdapat dalam peraturan perundang undangan tersebut. 3. Prinsip Transparansi Prinsip Transparansi dalam Penatausahaan Keuangan daerah belum dijalankan secara maksimal oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, karena yang nantinya dipublikasikan langsung berupa laporan akhir atau laporan pertanggungjawaban. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam wawancaranya menjelaskan mengenai transparansi penatausahaan sebagai berikut : Tidak ada publikasi mengenai penatausahaan, publikasi yang dilakukan nanti langsung pada pertanggungjawaban atau pelaporannya. 92

35 Pada tahap penatausahaan lebih mengedepankan pencatatan pencatatan setiap kegiatan dalam pengelolaan keuangan daerah yang nantinya dijadikan sebagai dokumen untuk pelaporan atau pertanggungjawaban, dengan demikian publikasi pada tahap tersebut bukan merupakan prioritas namun yang harus diperhatikan dalam penatausahaan adalah pengawasannya supaya pencatatan yang dilakukan sesuai dengan fakta dan pelaksanaannya. 4. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas Prinsip efektifitas dan efisiensi yang diterapkan pada penatausahaan keuangan di Kabupaten Sleman lebih kepada ketepatan waktu dalam setiap pelaksanaan proses penatausahaan keuangan. Waktu yang dibutuhkan dalam penatausahaan keuangan adalah selama tahun anggaran berjalan namun terdapat beberapa kegiatan yang waktu penyelesaiannya telah ditentukan dan harus ditepati. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam wawancaranya menjelaskan mengenai ketepatan waktu dalam penatausahaan sebagai berikut : Waktu yang dibutuhkan dalam penatausahaan yaitu selama tahun anggaran berlangsung, karena itu merupakan pencatatan dari setiap proses pengelolaan keuangan daerah, tetapi ada yang lebih terperinci terkait ketetapan waktu, biasanya yang berhubungan langsung dengan Bendahara adalah penerbitan SP2D. Setelah menerima SPM dari Pengguna Anggaran, BKAD menerbitkan SP2D lalu diserahkan kepada Bendahara Pengeluaran, prosesnya biasanya hanya 1 hari atau 2 hari. Waktu yang diperlukan dalam menerbitkan SP2D setelah meneriman SPM dari Pengguna Anggaran adalah 1 hari sampai 2 hari, dengan demikian dalam pelaksanaan penatausahaan keuangan di Kabupaten Sleman telah menerapkan 93

36 prinsip efektifitas dan efisiensi karena hal tersebut telah mencapai target yang telah ditetapkan dalam peraturan tentang pedoman pengelolaan keuangan, pada peraturan tersebut dijelaskan bahwa penerbitan SP2D paling lambat diterbitkan 2 hari setelah menerima SPM dari Pengguna Anggaran. 5. Prinsip Akuntabilitas Prinsip akuntabilitas yang dilaksanakan pada tahap penatausahaan masih sama seperti dalam perencanaan dan juga pelaksanaan keuangan daerah, yaitu berupa akuntabilitas kepada jabatan yang lebih tinggi atau jabatan yang berhak mengetahui setiap kegiatan dalam penatausahaan keuangan daerah. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam wawancaranya menjelaskan mengenai akuntabilitas dalam penatausahaan sebagai berikut : Akuntabilitasnya sama saja dengan perencanaan dan pelaksanaan, tidak langsung kepada masyarakat tetapi dilakukan pertanggungjawaban pada jabatan yang lebih tinggi. Pertanggungjawaban yang langsung kepada masyarakat nanti berupa pelaporannya. Meskipun akuntabilitas tidak langsung kepada masyarakat tetapi pertanggungjawban kepada jabatan yang lebih tinggi masih merupakan wujud dari penerapan prinsi akuntabilitas pada penatausaan keuangan daerah. Dalam penatausahaan keuangan daerah di Kabupaten Sleman dituntut untuk menerapkan prinsip akuntabilitas dengan tujuan agar setiap kegiatan dan pencatatan mengenai keuangan daerah dapat dipertanggungjawabkan. 94

37 Pada tahap penatausahaan penerapan prinsip Good Governance belum dijalankan secara maksimal karena prinsip transparansi masih belum diterapkan. Untuk melihat secara umum tentang penerapan prinsip Good Governance dalam penatausahaan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel Penerapan Prinsip Good Governance dalam Penatausahaan Keuangan Daerah.No. Prinsip Good Governance Temuan 1 Participation Prinsip partisipasi yang diterapkan tidak melibatkan masyarakat tetapi lebih kepada koordinasi antar aktor dalam proses penatausahaan karena dalam pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah sepenuhnya dilakukan oleh SKPD dan Pemerintah Daerah 2 Rule of Law Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah Kabupaten Sleman didasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. 3 Transparency Prinsip Transparansi dalam Penatausahaan Keuangan daerah belum dijalankan secara maksimal oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman, karena yang nantinya dipublikasikan langsung berupa laporan akhir atau laporan pertanggungjawaban. 4 Efficiency and Effectiveness Prinsip efektifitas dan efisiensi yang diterapkan pada penatausahaan keuangan di Kabupaten Sleman lebih kepada ketepatan waktu dalam setiap pelaksanaan proses penatausahaan keuangan. Contohnya dalam penerbitan SP2D, waktu yang dibutuhkan yaitu 1 hari sampai 2 hari, hal tersebut telah sesuai target yang telah dicantumkan dalam Permendagri No. 13 Tahun Accountability Akuntabilitas yang dilakukan Kabupaten Sleman dalam Penatausahaam Keuangan Daerah sama seperti Perencanaan Keuangan Daerah, yaitu tidak langsung kepada publik, namun pertanggungjawaban yang dilakukan yaitu kepada pemegang jabatan yang lebih tinggi. 95

38 D. Penerapan Prinsip Good Governance Dalam Pelaporan/Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang disiplin dalam hal pelaporan keuangan daerah, dibuktikan dengan prestasi yang didapatkan yaitu mendapat opini WTP dari BPK. Dalam rangka mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Daerah wajib menyusun laporan pertanggungjawban pelaksanaan APBD. Dalam pembuatan Laporan tersebut harus memenuhi prinsip tepat waktu, dan disusun berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). SAP adalah prinsip prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) yang dilengkapi dengan Pengantar Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu uraian yang memuat latar belakang penyusunan SAP. Penyusunan Laporan Keuangan dilakukan oleh tiap tiap SKPD. Selanjutnya laporan keuangan tersebut akan dikonsolidasikan oleh SKPKD menjadi Laporan Keuangan Pemerintah. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam wawancaranya menjelaskan mengenai pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan sebagai berikut : Dalam pelaporan ada yang disebut Laporan per Semester ada juga Laporan Tahunan yang merupakan Laporan Realisasi Anggaran biasanya selesai pada bulan Maret tahun selanjutnya, untuk Tahun Anggaran 2016 berarti laporan realisasinya selesai pada bulan Maret 2017, pertanggungjawabannya dilakukan ke DPRD Kab. Sleman. 96

39 Kegiatan kegiatan dalam penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD di Kabupaten Sleman adalah sebagai berikut : 1. Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja SKPD disusun oleh Kepala SKPD sebagai hasil pelaksanaan anggaran yang menjadi tanggungjawabnya. Laporan tersebut disiapkan oleh PPK- SKPD dan diserahkan kepada PPKD yang kemudian selanjutnya oleh PPKD disampaikan kepada Sekretaris Daerah dan Kepala Daerah. Laporan Realisasi Semester pertama kemudian disampaikan kepada DPRD pada akhir bulan Juli. 2. Laporan Tahunan Siklus dari Laporan Tahun sama dengan siklus Laporan Realisasi Semester Pertama Anggaran Pendapatan dan Belanja, namun tahap akhirnya Laporan disampaikan juga oleh Kepala Daerah kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) sebagai pertanggungjawaban. BPK akan memeriksa laporan dan memberikan opini dari hasil audit tersebut berupa WTP, WDP, TMP ataupun TW. Dalam hal ini Kabupaten Sleman telah mendapatkan opini WTP murni dari mulai tahun 2013 sampai Penetapan Raperda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Kepala Daerah menyampaikan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD kepada DPRD. Raperda pertanggungjawaban tersebut memuat laporan keuangan daerah yang meliputi laporan realisasi anggaranneraca, laporan arus kas, catatan atas 97

40 laporan keuangan serta dilampiri laporan kinerja yang telah diperiksa oleh BPK. 4. Evaluasi Raperda Raperda yang telah disetujui oleh Kepala Daerah dan DPRD kemudian disampaikan kepada Gubernur untuk dilakukan analisis dan evaluasi. Apabila hasil evaluasi telah sesuai maka Raperda tersebut selanjutnya akan disahkan menjadi Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD. 1. Prinsip Partisipasi Prinsip partisipasi yang diterapkan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan di Kabupaten Sleman tidak melibatkan masyarakat karena setiap pelaksanaannya dilaksanakan langsung oleh pemerintah, namun prinsip partisipasi dapat diukur dari keikutsertaan aktor aktor dalam proses pelaporan dan pertanggungjawaban. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam wawancaranya menjelaskan mengenai partisipasi dalam pelaporan dan pertanggungjawaban sebagai berikut : Pelaporan dan pertanggungjawaban tidak melibatkan partisipasi masyarakat karena pelaksanaannya dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah, tapi jika melihat dari aktor aktor yang terlibat maka ada banyak aktor yang terlibat. Contohnya dari SKPD itu ada yang disebut PA, PPK, Bendahara Penerimaan Pembantu, Bendahara Pengeluaran Pembantu lalu ada yang disebut Pengurus Barang dan Jasa SKPD, semua aktor aktor tersebut dikonsolidasi oleh fungsi PPKD atau di Kabupaten Sleman instansi yang mempunyai fungsi sebagai PPKD adalah BKAD, semua aktor tersebut terlibat dalam proses pelaporan dan pertanggungjawaban. 98

41 Aktor aktor yang terlibat dalam pelaporan dan pertanggungjawaban berdasarkan hasil wawancara adalah PA, PPK, Bendahara Penerimaan Pembantu, Bendahara Pengeluaran Pembantu serta Pengurus Barang dan Jasa SKPD, keseluruhan aktor tersebut dikonsolidasi oleh BKAD yang memiliki fungsi sebagai PPKD. Pelibatan aktor dan koordinasi antar aktor tersebut dapat dikatakan sebagai penerapan prinsip partisipasi. 2. Prinsip Rule of Law Prinsip Rule of Law yang diterapkan dalam pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan di Kabupaten Sleman sedikit berbeda dengan rangkaian kegiatan lain dalam pengelolaan keuangan daerah, bukan hanya berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah tetapi dalam pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan berdasarkan Permendagri No. 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan SAP Berbasis Aktual, peraturan tersebut dijadikan dasar dengan tujuan untuk dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan laporan dan menentukan informasi yang disajikan dalam laporan. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, hasil wawancaranya adalah sebagai berikut : Dalam pelaporan dan pertanggungjawaban selain menjunjung tinggi kepatuhan terhadap Permendagri No. 13 Tahun 2006, kita juga mematuhi Permendagri No. 64 Tahun 2013 Tentang Penerapan SAP Berbasis Aktual. Setiap proses yang kita laksanakan sesuai dengan peraturan peraturan tersebut. 99

42 Pada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban harus dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang mengaturnya karena penyajian pos - pos laporan keuangan harus disajikan berdasarkan pedoman. Beberapa aspek yang harus disajikan dalam laporan keuangan adalah aset daerah, pendapatan, belanja, transfer serta pembiayaan. 3. Prinsip Transparansi Prinsip transparansi telah dilaksanakan dengan baik pada tahap pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. Masyarakat dapat mengakses laporan pelaksanaan APBD secara umum pada website Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman serta pada beberapa media cetak. Kasubag Keuangan, Perencanaan dan Evaluasi Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman dalam wawancaranya menjelaskan mengenai transparansi dalam pelaporan dan pertanggungjawaban sebagai berikut : Hasil dari laporan pertanggungjawaban keuangan daerah dapat diakses di website Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman pada menu Transparansi Anggaran, dalam menu tersebut selain melihat realisasi anggaran juga dapat melihat perencanaannya. Selain pada website, publikasi yang dilakukan melalui media cetak, terdapat 4 media cetak yang memuat laporan keuangan Kabupaten Sleman, yaitu Kedaulatan Rakyat Jogja, Bernas, Radar Jogja, Harian Jogja, Tribun serta Koran Sindo. Berdasarkan hasil wawancara, laporan keuangan Kabupaten Sleman dipublikasikan di 5 media cetak yaitu Kedaulatan Rakyat Jogja, Bernas, Radar Jogja, Harian Jogja, Tribun serta Koran Sindo, tujuan dari publikasi tersebut sebagai upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman dalam menerapkan prinsip Transparansi dan Akuntabilitas sehingga masyarakat dapat mengetahui tentang 100

43 Laporan Keuangan Daerah pada tahun Selain dari media cetak, masyarakat juga dapat mengakses pada website pemerintah daerah, namun informasi yang disajikan pada website pemerintah daerah masih belum diperbarui, dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar Menu Transpransi Anggaran Website Kab. Sleman Sumber : Gambar tersebut diambil pada Selasa, 23 Januari 2018 pukul WIB. Pada menu Transparansi Anggaran tersebut informasi yang disediakan mengenai publikasi Laporan Realisasi APBD masih belum diperbarui masih memuat tentang Laporan Realisasi APBD Kabupaten Sleman Tahun Untuk menciptakan penerapan prinsip transparansi dan akuntabilitas seharunya Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman melakukan pembaruan terhadap informasi 101

BAGAN ALIR SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAGAN ALIR SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAGAN ALIR SIKLUS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA 12 JUNI 2006 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH WALIKOTA BANDUNG, Menimbang : a. bahwa Sistem

Lebih terperinci

Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. 4. Prinsip APBD 5. Struktur APBD

Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya. 4. Prinsip APBD 5. Struktur APBD OMNIBUS REGULATIONS DR. TJAHJANULIN DOMAI, MS Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya 1. Pendahuluan - Pengantar - Tujuan - Definisi 2. dasar Hukum 3. Fungsi

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI TAPIN, : a.

Lebih terperinci

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E

NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 11 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI BURU SELATAN PERATURAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR : 07 TAHUN 2012 T E N T A N G SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI BURU SELATAN PERATURAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR : 07 TAHUN 2012 T E N T A N G SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI BURU SELATAN PERATURAN BUPATI BURU SELATAN NOMOR : 07 TAHUN 2012 T E N T A N G SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI BURU SELATAN, Menimbang : Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 5 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

Lebih terperinci

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR 1 PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR 1 BUPATI OGAN KOMERING ILIR PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING

Lebih terperinci

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAMBI

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAMBI GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 1 TAHUN 2015 SISTEM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BAGIAN HUKUM DAN ORGANISASI SEKRETARIAT

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH

MEMUTUSKAN : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka efisiensi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATU BARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG POKOK - POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATU BARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 2 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2007 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 15 JANUARI 2007 NOMOR : 1 TAHUN 2007 TENTANG : POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Sekretariat Daerah Kota

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk menciptakan Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 14 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA Nomor 11 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang

Lebih terperinci

ERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

ERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA ERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 5 TAHUN 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 5 TAHUN 2007 SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan kesejahteraan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 11 Peraturan Menteri

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); PERATURAN DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pencairan Dana

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pencairan Dana BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Pencairan Dana Pencairan dana yaitu suatu tindakan atau kegiatan menguangkan dana yang telah dianggarkan secara tunai selama satu bulan dan digunakan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Oleh : Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Nusa Tenggara Barat TAHUN 2016 DASAR HUKUM 1. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C 22 Pebruari 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO SERI C 2 / C PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI UANG PERSEDIAAN PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 75 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI RIAU KEPADA KOORDINATOR

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 280 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES

PEMERINTAH KABUPATEN BREBES 1 BREBES PEMERINTAH KABUPATEN BREBES PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a.

Lebih terperinci

NOMOR 8 "TAH U ti.q017

NOMOR 8 TAH U ti.q017 WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 8 "TAH U ti.q017 TENTANG PEDOMAN SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

Lebih terperinci

JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG

JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR : 20 TAHUN 2011 TANGGAL : 21 Juli 2011 JADWAL TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG A. JADWAL BULANAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1. Bulan Januari

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 37 TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 37 TAHUN 2016 - 1 - S A L I N A N BERITA DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 37 TAHUN 2016 NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH DALAM RANGKA PELAKSANAAN ANGGARAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 11 PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DAN PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah

Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah Proses Perencanaan dan Penganggaran Daerah Syukriy Abdullah Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan Pertggjawaban Pemeriksaan RPJMD RKPD KUA PPAS Rancangan DPA- Verifikasi

Lebih terperinci

TAHUN : 2006 NOMOR : 07

TAHUN : 2006 NOMOR : 07 LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2006 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2006 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANDUNG,

Lebih terperinci

Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah KULIAH 8 Pengelolaan Keuangan Daerah Power Point Diadopsi dan Dielaborasi dari Yodi Haya WORK SHOP REFORMASI PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Parepare, 17 September 2008 1 Pengelolaan Keuangan Daerah adalah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA SKPD JANGAN ASAL JADI

RENCANA KERJA SKPD JANGAN ASAL JADI RENCANA KERJA SKPD JANGAN ASAL JADI http://prfmnews.com/images/apbd.jpg Tilongkabila Ketua Dewan Kabupaten Bone Bolango (Dekab Bonbol) Faisal Mohie menghimbau Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Lebih terperinci

Bupati Garut P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 382 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Bupati Garut P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 382 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN GARUT Bupati Garut P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 382 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 77 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Mekanisme Pengalokasian Anggaran APBA Badan Pengelolaan Keuangan Aceh 2017

Mekanisme Pengalokasian Anggaran APBA Badan Pengelolaan Keuangan Aceh 2017 Mekanisme Pengalokasian Anggaran APBA 2018 Badan Pengelolaan Keuangan Aceh 2017 1 LANDASAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TERMASUK (BGN DARI 32 URUSAN)YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Sistem Akuntansi

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Sistem Akuntansi BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori 3.1.1 Pengertian Sistem Akuntansi sistem akuntansi memiliki pengertian masing-masing yang terdiri daridua elemen yaitu: sistem dan akuntansi dimana setiap sistem memiliki

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2007 NOMOR 1 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014 1 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG TAHAPAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 76 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR REALISASI ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG

BAB IV PROSEDUR REALISASI ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG BAB IV PROSEDUR REALISASI ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG 4.1 Prosedur Realisasi Anggaran Belanja Tidak Langsung Prosedur realisasi anggaran khusus belanja tidak langsung adalah sebagai berikut: 1. Daftar

Lebih terperinci

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 214 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PEMERINTAH DESA TAHUN ANGGARAN 2014 Menimbang Mengingat BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER 1 PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI KEMENTERIAN DALAM NEGERI PAPARAN PADA RAPAT KERJA KEUANGAN DAERAH DAN SOSIALISASI PERMENDAGRI NOMOR 38 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYUSUNAN APBD TA 2019 TENTANG ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2017 PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang

Lebih terperinci

NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT Menimbang PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA S A L I N A N NOMOR 43, 2014 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 7 Tahun 2007 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI DAIRI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI DAIRI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAIRI NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI DAIRI, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA BAU-BAU WALIKOTA BAU-BAU

PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA BAU-BAU WALIKOTA BAU-BAU PERATURAN DAERAH KOTA BAU-BAU NOMOR 03 TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA BAU-BAU WALIKOTA BAU-BAU Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 34 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD

ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENYUSUNAN RKA SKPD ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) PENYUSUNAN RKA SKPD Sesi 10 Penyusunan RKA SKPD Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. SIKLUS APBN & ASUMSI DASAR EKONOMI Tujuan Pembelajaran pada sesi ini adalah sebagai

Lebih terperinci

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan dan Ruang Lingkup Bab ini bertujuan untuk memberikan pemahaman secara garis besar mengenai dasar-dasar

Lebih terperinci

PECAPP. Proses Perencanaan dan. Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah. A-PDF Watermark DEMO: Purchase from to remove the watermark

PECAPP. Proses Perencanaan dan. Penganggaran Daerah. Syukriy Abdullah. A-PDF Watermark DEMO: Purchase from  to remove the watermark A-PDF Watermark DEMO: Purchase from www.a-pdf.com to remove the watermark Proses Perencanaan dan Syukriy Abdullah Penganggaran Daerah Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa dengan terbentuknya Kabupaten Sigi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BANDUNG SEKRETARIAT DAERAH. Jalan Wastukancana No. 2 Telp Bandung

PEMERINTAH KOTA BANDUNG SEKRETARIAT DAERAH. Jalan Wastukancana No. 2 Telp Bandung PEMERINTAH KOTA BANDUNG SEKRETARIAT DAERAH Jalan Wastukancana No. 2 Telp. 432338 432339 432369 432370 Bandung SALINAN KEPUTUSAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR : 954/Kep. 001-BPKA/2018 TENTANG PENUNJUKAN PEJABAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG DRAFT BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA TANGERANG SELATAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 39.a TAHUN 2009 TENTANG KETENTUAN BATAS JUMLAH SPP-UP, SPP-GU DAN SPP-TU DALAM PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

Lebih terperinci