Desain Bahan Ajar Program Linear Berbasis Teori Jerome S. Brunner Pada Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Desain Bahan Ajar Program Linear Berbasis Teori Jerome S. Brunner Pada Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMK"

Transkripsi

1 250 Desain Bahan Ajar Program Linear Berbasis Teori Jerome S. Brunner Pada Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMK Vinni Chika Elvianni 1, Ena Suhena Praja 2, Ferry Ferdiyanto. 3 1 Mahasiswa FKIP Matematika UNSWAGATI Cirebon; vinnichikaelvianni@gmail.com 2 Dosen FKIP Matematika UNSWAGATI Cirebon; suhenaena@yahoo.co.id 3 Dosen FKIP Matematika UNSWAGATI Cirebon; ferrymatematika@gmail.com Abstrak Latar belakang dari penelitian ini salah satunya adalah hambatan belajar learning obstacle pada materi program linear SMK kelas XI. Salah satu solusi untuk mengatasi learning obstacle yang dialami siswa yaitu dengan mendesain bahan ajar agar dapat memfasilitasi siswa dalam mempelajari materi program linear dan mendorong kemampuan koneksi matematis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain bahan ajar berdasarkan learning obstacle untuk diimplementasikan pada kemampuan koneksi matematis siswa. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Muhammadiyah Kedawung yaitu 33 orang siswa kelas XI TP 3 untuk identifikasi learning obstacle dan 28 siswa kelas XI TP 2 untuk implementasi bahan ajar. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian desain didaktis yang terdiri dari tiga tahap yaitu: (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa Desain Didaktis Hipotesis termasuk ADP, (2) analisis metapedadidaktik, dan (3) analisis retrosfektif. Cara pengambilan data dengan tes, observasi dan validasi bahan ajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat tiga tipe learning obstacle. Validasi bahan ajar dan pedoman pembelajaran guru dilakukan oleh 4 orang ahli. Hasil validasi yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa bahan ajar program linear berbasis teori Jerome S.Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa dapat digunakan dalam pembelajaran program linear. Implementasi desain didaktis ini sesuai dengan prediksi sehingga desain bahan ajar ini dapat dijadikan alternatif desain pembelajaran program linear. Kata Kunci : Learning Obstacle, Desain bahan ajar, Program Linear, Kemampuan Koneksi Matematis, Teori Jerome S.Brunner Pendahuluan Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tujuan pembelajaran, seperti ketersedian bahan ajar dan tingkat kemampuan koneksi matematis siswa terhadap materi pada bahan ajar. Salah satu materi pada matematika SMK Kelas XI semester 1 adalah program linear. Ada beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai pada materi program linear, yaitu : memahami konsep dasar sistem pertidaksamaan, menentukan himpunan daerah penyelesaian, mengubah soal verbal kedalam bentuk model matematika dan menentukan nilai optimum dari sistem pertidaksamaan linear. Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas XI TP 3 SMK Muhammadiyah kedawung. Siswa mengalami kesulitan terkait dengan menentukan daerah penyelesaian dan mengubah soal ke dalam bahasa matematika. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan siswa terhadap konten tertentu sehingga tidak dapat 250

2 251 mengaitkan antara konsep yang satu dengan yang lainnya. Kesulitan seperti ini dikenal dengan hambatan epistimologis. Menurut Duroux [7] hambatan epistimologis merupakan kemampuan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu. Jika siswa mengalami hambatan dalam proses pembelajaran maka hambatan tersebut dapat menyebabkan siswa mengalami kegagalan atau setidaknya kurang berhasil dalam mencapai tujuan pembelajaran. Disinilah tugas seorang guru untuk menimalisir hambatan yang dapat muncul dalam proses pembelajaran. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah kemampuan guru dalam mengembangkan bahan ajar. [7] merupakan aspek materi pendidikan yang disesuaikan dengan prilaku yang dapat digunakan sebelum proses pembelajaran dimulai. Sebaiknya guru mempersiapkan bahan ajar yang akan digunakan serta strategi pencapaiannya sehingga bahan ajar tersebut dapat mudah dipahami dan membantu siswa belajar secara mandiri. Salah satu bentuk bahan ajar yang dapat digunakan guru dalam proses pembelajaran adalah modul berbasis teori Jerome S. Brunner. Modul berbasis teori Jerome S. Brunner pada penelitian ini memuat unsur-unsur yang dikemukakan oleh [1] sebagai berikut. (1) Judul, mata pelajaran, kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator; (2) Petunjuk belajar; (3) Kompetensi yang akan dicapai.; (4) Informasi pendukung, informasi ini ditunjukkan agar siswa dapat lebih tertarik atau memperjelas suatu sub bahasan dari bahan ajar tersebut; (5) Latihan-latihan; (6) Petunjuk kerja; (7) Evaluasi. Brunner [6] mengemukakan interaksi sosial dalam mengubah proses psikologi dengan melalui tiga tahapan yaitu tahapa enaktif dengan menghubungkan dalam kehidupan sehari-hari, tahap ikonik dengan memahami objek-objek dunia nyata melalui gambar dari visualisasi, dan tahap simbolik yaitu dengan memiliki ide atau gagasan melalui simbol dapat membantu siswa menuntaskan masalah tertentu melalui perkembangannya dengan bantuan guru, teman atau orang lain yang memilki kemampuan tinggi. Modul ini dibuat sesuai dengan tujuan pembelajaran Brunner untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis. Menurut NCTM [3] koneksi matematika diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu koneksi antar topik matematika, koneksi dengan disiplin ilmu diluar matematika dan koneksi dengan dunia nyata atau kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Sumarmo [3] mengemukakan indikator dari kemampuan koneksi matematis yaitu Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, memahami hubungan di antara topik matematika, menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari hari, memahami representasi ekuivalen suatu konsep, mencari hubungan suatu prosedur dengan prosedur lain dalam representasi yang ekuivalen,dan menerapkan hubungan antar topik matematika, dan antar topik 251

3 252 matematika dengan topik di luar matematika. Indikator kemampuan koneksi matematis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Mencari hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur, Memahami hubungan di antara topik matematika dan Menerapkan matematika dalam bidang studi lain atau kehidupan sehari hari. Bahan ajar ini dirancang untuk mengetahui adanya peningkatan koneksi matematis siswa dengan menggunakan bahan ajar teori Jerome S. Brunner dan model discovery learning dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru dan siswa tidak dapat terlepas dari aktivitas yang dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian aktivitas guru dan siswa akan dinilai oleh observer selama proses pembelajaran. Menurut Dierich [2] mengklasifikasikan aktivitas siswa menjadi 8 yaitu : visual, lisan, mendengarkan, mental, menulis, menggambar, metrik dan emosional sedangkan kegiatan guru diantaranya adalah menjelaskan, mengatur jalan kegiatan belajar juga membimbing siswa dalam belajar. Jadi, aktivitas kemampuan koneksi matematis adalah kegiatan yang dilakukan dimana kemampuan dasar yang mengaplikasikan matematika dalam menyelesaikan masalah nyata/kehidupan sehari hari, kemampuan matematika digunakan dalam menyelesaikan masalah antar topik matematika dan ilmu diluar matematika, kegiatan ini dilakukan oleh siswa dan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan penelitian mengenai desain bahan ajar terkait teori Jerome S. Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa SMK khususnya pada materi program linear. untuk itulah penulis tertarik melakukan penelitian desain bahan ajar program linear berbasis teori Jerome S.Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu: 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana learning obstacle terkait kemampuan koneksi matematis pada materi program linear. 2. Untuk mendeskripsikan bagaimanamendesain bahan ajarterkait kemampuan koneksi matematis pada materi program linear yang valid. 3. Untuk mendeskripsikan bagaimana intervensi guru dalam implementasi desain bahan ajar terkait kemampuan koneksi matematis pada materi program linear. 4. Untuk mendeskripsikann bagaimana aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. 5. Untuk mendeskripsikan apakah implementasi desain bahan ajar dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Metode kualitatif [8] yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan 252

4 253 untuk meneliti kondisi objek yang alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif dan hasilnya lebih menekankan makna dari pada generalisasi. Inti dari penelitian ini yaitu menyusun desain didaktis berdasarkan learning obstacle terkait materi program linear yang ditemukan sehinga meminimalkan learning obstacle pada materi tersebut. [4] analisis disain didaktis pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu (1) analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran yang wujudnya berupa disain didaktis hipotesis termasuk ADP (Antisispasi Didaktis dan Pedagogis); (2) analisis metapedadidaktik; dan (3) analisis retrosfektif yakni analisis yang mengaitkan hasil analisis situasi didaktis hipotesis dengan hasil analisis metapedadidaktis. Subjek pada penelitian ini terbagi menjadi dua,yaitu subjek pada uji instrumen learning obstacle dan subjek pada implementasi desain didaktis. Subjek untuk mengidentifikasi learning obstacle yaitu siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Kedawunng sebanyak 33 siswa, sedangkan subjek pada iimplementasi desain didaktis adalah siswa kelas XI TP 2 di SMK Muhammadiyah Kedawung sebanyak 28 siswa. Adapun tahapan yang akan dilakukan pada penelitian ini secara lebih rinci akan diuraikan sebagai ber Tahap I : Analisis situasi didaktis sebelum pembelajaran 1. Menentukan materi metematika yang akan digunakan dalam penelitian. 2. Membuat soal uji coba program linear terkait indikator kemampuan koneksi matematis. 3. Melakukan uji instrumen learning obstacle yang telah diujicobakan untuk mengidentifikasi learning obstacle. 4. Mengembangkan instrumen learning obstacle dengan menyusun indikator kemampuan mengerjakan soal pada tiap nomornya, dan membuat/memilih soalsoal yang variatif serta dapat memunculkan kesulitan siswa mengenai konsep program linear. 5. Mengelompokkan jenis kesulitan siswa sesuai dengan indikator kemampuan. 6. Membuat lintasan belajar untuk mempelajari materi program linear. 7. Mengembangkan desain didaktis berdasarkan learning obstacle yang muncul dan menyesuaikan dengan teori belajar Brunner. 8. Membuat pediksi respon siswa terhadap desain didaktis yang akan diimplementasikan dan mempersiapkan antisipasi didaktisnya. 9. Melakukan validasi ahli agar modul valid. 253

5 Menganalisis hasil validasi pada setiap validator untuk mengetahui kelayakan bahan ajar yang dibuat. Tahap II : Analisis metapedadidaktik 1. Melakukan implementasi desain didaktis yang telah dibuat 2. Menganalisis hasil implementasi desain didaktis berbagai respon siswa saat implementasi desain didaktis. Tahap III : Analisis retrosfektif 1. Mengaitkan antara prediksi awal yang telah dibuat sebelum implementasi dengan respon siswa saat implementasi berlangsung yang akan digunakan untuk revisi desain didaktis. 2. Mengukur peningkatan desain didaktis dengan melakukan pengujian instrumen learning obstacle kepada siswa yang telah menerima pembelajaran menggunakan desain didaktis kemudian menganalisis hasil pengujian instrumen learning obstacle tersebut untuk melihat apakah kesulitan siswa yang telah teridentifikasi sebelumnya masih muncul atau tidak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi dan validasi bahan ajar. Tes dilakukan untuk mengukur peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa, observasi dilakukan untuk mengetahui kegiatan guru dan siswa saat proses pembelajaran dan validasi bahan ajar dilakukan untuk mengetahui kelayakan bahan ajar yang akan digunakan dalam implementasi. Sedangkan analisis data dilakukan dengan terlebih dahulu mengumpulkan seluruh data yang diperoleh untuk selanjutnya dilakukan penyelesaian dan pengelompokan data yang ada kemudian melakukan interpretasi secara naratif. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa akan diuji dengan cara melihat perbedaan antara hasil pretes dan postes. Peningkatan siswa yang menjadi subjek penelitian desain bahan ajar program linear berbasis teori Jerome S.Brunner dihitung dengan uji normalitas untuk mengetahui apakah data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dengan menggunakan SPSS Statistic versi 21, selanjutnya digunakan uji gain ternormalisasi untuk mengetahui peningkatan hasil belajar. Hasil dan Pembahasan Learning obstacle terkait kemampuan koneksi matematis siswa pada materi program linear Hasil analisis kemampuan siswa dalam mengerjakan soal terkait sistem pertidaksamaan, model matematika dan nilai optimum pada materi program linear 254

6 255 menunjukkan beberapa kesulitan yang dialami siswa saat mengerjakan soal uji coba. Berdasarkan hasil analisis tersebut, terdapat tiga tipe learning obstacle yang dialami siswa dalam mengerjakan soal program linear, yaitu: (1) learning obstacle terkait menggambar grafik dan menentukan nilai optimum pada sistem pertidaksamaan Learning obstacle terkait menggambar grafik dan menentukan nilai optimum pada sistem pertidaksamaan terdapat pada soal nomor 1 dan 2. Kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu siswa tidak dapat memahami hubungan berbagai representasi konsep dan prosedur dalam menentukan daerah penyelesaian pada suatu grafik dengan menggunakan konsep sistem pertidaksamaan. Hal ini disebabkan konsep sistem pertidaksamaan hanya bersumber dari guru bukan dari pengetahuan atau pemahaman siswa secara mandiri. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi learning obstacle ini yaitu siswa diberikan penjelasan mengenai konsep sistem pertidaksamaan dalam menentukan daerah penyelesaian pada grafik dan dijelaskan menganai penggunaan tanda pertidaksamaan. (2) learning obstacle terkait membuat model matematika pada materi program linear Learning obstacle terkait membuat model matematika pada materi program linear terdapat pada soal nomor 3 dan 4. Kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu siswa tidak memahami hubungan antar topik matematika dalam membuat model matematika dari bentuk grafik atupun bentuk soal cerita. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami materi prasyarat untuk mempelajari materi program linear pada jenjang sebelumnya. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini yaitu siswa diberikan penjelasan mengenai bentuk umum pertidaksamaan agar dapat menentukan nilai a dan b dengan benar serta diberikannya arahan mengenai pemisalan variabel dalam mengubah soal verbal kedalam bentuk matematika. (3) learning obstacle terkait penerapan soal program linear dalam kehidupan seharihari Learning obstacle terkait penerapan soal program linear dalam kehidupan sehari-hari terdapat pada soal nomor 5 dan 6. Kesulitan yang dialami oleh siswa yaitu siswa tidak dapat menghubungkan soal kedalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak dapat mengetahui yang ditanyakan dan diketahui dalam soal sehingga siswa keliru dalam menentukan model matematika untuk menghitung nilai optimumnya. Hal ini disebabkan karena siswa tidak memahami materi konsep sistem pertidaksamaan yang sebelumnya dijelaskan sehingga siswa kesulitan dalam mengaitkan konsep selanjutnya. Alternatif yang dapat dilakukan yaitu siswa diarahkan untuk menentukan nilai optimum dengan menggunakan fungsi objektif dan fungsi selidik dengan memahami isi soal cerita yang disajikan. 255

7 Mendesain bahan ajar program linear berbasis teori J.S Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa Merancang modul siswa dan pedoman pembelajaran guru berbasis teori Jerome S. Brunner terhadap kemampuan koneksi matematis siswa pada materi program linear. Modul dibuat sesuai dengan tahapan teori Brunner yaitu tahapan enaktif, tahapan ikonik dan tahapan simbolik dan situasi didaktis yang bertujuan untuk mengatasi learning obstacle. Kemudian modul dan pedoman pembelajaran guru divalidasi oleh ahli media pembelajaran dam materi pembelajaran yaitu empat validator yang terdiri dari dua dosen Prodi Pendidikan Matematika UNSWAGATI Cirebon dan dua orang guru matematika SMK Muhammadiyah Kedawung. Hasil validasi yang diperoleh dari keempat validator adalah modul yang dibuat dan layak digunakan. Berdasarkan hasil validasi bahan ajar siswa dari keempat validator tersebut sebesar 89,50 dengan interpretasi sangat valid dan layak digunakan tanpa revisi, kemudian dilakukan uji keseragaman pendapat dari keempat validator menggunakan uji Q- Cohran pada bahan ajar siswa diperoleh Q hitung sebesar 3,667 dimana lebih kecil dari nilai Chi Kuadrat tabel 7,815 yang berarti tidak dapat perbedaan penilaian dari keempat validator tersebut. Hasil perhitunga perindikator pada 25 indikator yang dikelompokkan menjadi 8 aspek penilaian yaitu menunjukkan bahwa 21 indikator sangat valid dan 4 indikator cukup valid, berikut disajikan hasil validasi bahan ajar berdasarkan kelompok indikator. Tabel 2. Hasil Validasi Bahan Ajar dari setiap Kelompok Indikator No Kelompok Indikator Hasil Validasi Interpretasi 1 Relevansi 91,07% Sangat Valid 2 Keakuratan 87,50% Sangat Valid 3 Kelengkapan Sajian 95,00% Sangat Valid 4 Sistematika sajian 81,25% Sangat Valid 5 Kesesuaian sajian dengan tuntutan pembelajaran yang terpusat pada siswa 85,42% Sangat Valid 6 Kesesuain bahasa dengan kaidah Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar 78,13% Cukup Valid 7 Teori Belajar Brunner 93,75% Sangat Valid 8 Aktivitas Koneksi Matematika 93,75% Sangat Valid Berdasarkan Tabel 2 tersebut menunjukkan 1 indikator cukup valid dan 7 indikator sangat valid artinya bahan ajar yang dibuat telah memenuhi kriteria penilaian tersebut. Jadi jika dilihat dari semua perhitungan maka bahan ajar untuk siswa ini sangat valid dan layak digunakan dalam implementasi. 256

8 257 Selain itu, berdasarkan hasil validasi pedoman guru dari keempat validator tersebut sebesar 87,50% dengan interpretasi sangat valid layak digunakan tanpa revisi, kemudian dilakukan uji keseragaman pendapat dari keempat validator menggunakan uji Q-Cohran pada bahan ajar siswa diperoleh Q hitung sebesar 2,667 dimana lebih kecil dari nilai Chi Kuadrat tabel 7,815 yang berarti tidak dapat perbedaan penilaian dari keempat validator tersebut. Hasil perhitunga perindikator pada 10 indikator yang dikelompokkan menjadi 2 aspek penilaian yaitu menunjukkan bahwa 8 indikator sangat valid dan 2 indikator cukup valid, berikut disajikan hasil validasi bahan ajar berdasarkan kelompok indikator. Tabel 3. Hasil Validasi Pedoman Pembelajaran Guru dari setiap Kelompok Indikator No Kelompok Indikator Hasil Interpretasi Validasi 1 Kelayakan Isi 89,28% Sangat Valid 2 Bahasa 83,30% Sangat Valid Berdasarkan Tabel 3 tersebut menunjukkan kedua indikator sangat valid artinya pedoman pembelajaran guru yang dibuat telah memenuhi kriteria penilaian tersebut. Jadi jika dilihat dari semua perhitungan maka bahan ajar untuk siswa ini sangat valid dan layak digunakan dalam implementasi. Sebelum desain bahan ajar diimplementasikan, perlu dibuat prediksi mengenai respon siswa beserta antisipasi didaktis dan pedagogisnya. Desain bahan ajar ini selanjutnya diimplementasikan kepada siswa kelas XI TP 2 SMK Muhammadiyah Kedawung. Intervensi Guru dalam mengimplementasikan bahan ajar Desain bahan ajar diimplementasikan pada tiga kali pertemuan, pada pertemuan pertama materi yang diberikan adalah materi prasyarat, sistem pertidaksamaan dan model matematika, pertemuan kedua materi yang diberikan adalah nilai optimum menggunakan fungsi tujuan dan garis selidik, dan pada pertemuan ketiga materi yang diberikan berupa penyelesaian masalah program linear. Selama kegiatan pelaksanaan implementasi bahan ajar yang terdiri dari tiga kali pertemuan, semua observer melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru pada pembelajaran matematika dengan menggunakan bahan ajar berbasis teori Jerome S.Brunner dan model discovery learning saat pembelajaran berlangsung. Secara umum pengamatan aktivitas guru dapat dilihat padatabel berikut ini. 257

9 258 Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Observasi Intervensi Guru No Observer % 1 P % 2 P % 3 P % Rata rata 91,34 % Kesimpu lan Sangat Baik Berdasarkan pada proses perhitungan di atas diperoleh persentase 91,34 persentase tersebut menunjukan bahwa intervensi yang dilakukan guru termasuk dalam kategori sangat baik dari hasil learning obstacle, diperoleh bahwa siswa masih mengalami beberapa kesulitan dalam menyelesaikan masalah yang terkait dengan kemampuan koneksi matematis siswa pada materi program linear. Agar dapat melakukan intervensi guru maka observer menggunakan lembar observasi intervensi guru. Adapun intervensi yang akan dilakukan oleh guru ada dua, yaitu intervensi didaaktis dan intervensi pedagogis yang diharpkan dapat mengatasi adanya learning obstacle siswa. Oleh karena itu, ketika dalam pembelajaran yang terkait pada materi program linear siswa diharapkan dengan adanya situasi dapat mengurangi kesulitan yang dialami oleh siswa. Aktivitas siswa Aktivitas siswa dengan menggunakan desain bahan ajar modul berbasis teori Jerome S. Brunner dan menerapkan model discovery learning mengalami penigkatanan. Untuk dapat mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan desain bahan ajar program linear berbasis teori Jerome S. Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa menggunakan model discovery learning maka dilakukan observasi. Agar dapat mengetahui aktivitas siswa secara langsung selama melakukan kegiatan belajar mengajar maka observer menggunakan lembar observasi. Dimana dengan menggunakan lembar observasi ini pengamatan dilakukan terhadap masingmasing siswa. Secara umum pengamatan aktivitas siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 1. Hasil Peningkatan Aktivitas 258

10 259 Berdasarkan Gambar 1 jelas terlihat bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran terus mengalami peningkatan. Rata rata aktivitas siswa selama proses pembelajaran pada pertemuan pertama sampai dengan pertemuan tiga sebasar 77,66 dengan interpretasi baik. Peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa menggunakan bahan ajar program linear berbasis teori J.S.Brunner dengan model discovery learning Untuk mengetahui adanya peningkatan pembelajaran ketika menggunakan bahan ajar program linear berbasis teori Jerome S. Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa maka sebelum bahan ajar diimplementasikan dilakukan pretes, setelah siswa melakukan proses pembelajaran menggunakan bahan ajar program linear berbasis teori Jerome S. Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa siswa mengerjakan soal postes sehingga dapat dilihat peningkatannya dengan membandingkan nilai pretes dan postes. Peningkattan kemampuan koneksi matematis siswa dan indeks gain dapat dilihat pada gambar 1sebagai berikut. Gambar 2. Peningkatan Keseluruhan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Dari Gambar 2 terlihat bahwa adanya peningkatan kemampuan koneksi matematis. Hasil analisis rata rata uji gain ternormalisasi pada indikator pertama yang terdapat pada nomor 1 dan 2 yaitu sebesar 0,70 dengan interpretasi peningkatannya tinggi, rata rata uji gain ternormalisasi pada indikator kedua yang terdapat pada nomor 3 dan 4 yaitu sebesar 0,71 dengan interpretasi peningkatannya tinggi, dan rata rata uji gain ternormalisasi pada indikator ketiga yang terdapat pada nomor 5 yaitu sebesar 0,66 dengan interpretasi sedang peningkatan ini terjadi karena kegiatan belajar mengajar yang dilakukan menggunakan modul yang disusun dengan menggunakan teori belajar Brunner pada materi program linear dengan model discovery learning 259

11 260 Kesimpulan dan Saran Berdasarkan analisis dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Terdapat tiga jenis kesulitan belajar (learning obstacle) yang dialami siswa dalam memahami materi program linear yaitu siswa kesulitan dalam menggambar dan menentukan nilai optimum pada sistem pertidaksamaan linear, siswa kesulitan dalam membutat model matematika pada materi program linear, dan siswa kesulitan dalam peneran materi program linear dalam kehidupan sehari-hari. 2. Desain bahan ajar modul siswa dan pedoman pembelajaran untuk guru yang dibuat berdasarkan learning obstacle telah divalidasi oleh empat orang ahli dan diperoleh presentasi kevalidan secara keseluruhan dari modul siswa sebesar 89,50% dengan interpretasi sangat valid sedangkan presentasi kevalidan secara keseluruhan pedoman pembelajaran untuk guru sebesar 87,50 dengan interpretasi sangat valid. Selain itu, dengan uji Q-Cohran tidak terdapat perbedaan pendapat. Oleh karena itu, bahan ajar dan pedoman pembelajaran guru dapat digunakan dalam implementasi. 3. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer diperoleh pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan guru menggunakan modul siswa dengan menerapkan teori belajar Brunner untuk mengetahui kemampuan koneksi matematis siswa selama tiga pertemuan, diperoleh presentasi rata rata sebesar 91,34 dengan kriteria sangat baik. 4. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran dari pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga diperoleh rata rata presentase aktivitas siswa sebesar 77,66 dengan kriteria baik. Dengan demikian bahan ajar berbasis teori Jerome S. Brunner pada kemampuan koneksi matematis siswa dengan menggunakan model discovery learning dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika. 5. Setelah proses implementasi desain bahan ajar selesai, diperoleh peningkatan indeks gain sebesar 0,66 dengan interpretasi sedang. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut. 1. Desain bahan ajar yang telah disusun ini dapat dijadikan alternatif bahan ajar yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran program linear. 2. Dalam mengimplementasikan bahan ajar sebaiknya disertai dengan adanya arahan dari guru, arahan yang diberikan dapat berupa antisipasi guru dalam mengatasi kekeliruan siswa sehingga siswa tidak keliru dalam menerapkan konsep matematika. 260

12 Guru diharapkan dapat membuat siswa belajar secara mandiri dan aktif selama proses pembelajaran agar mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa menggunakan bahan ajar yang menerapkan teori Brunner dengan proses pembelajaran menggunakan model discovery learning. 4. Penelitian ini diharapkan dapat terus dikembangkan agar diperoleh sebuah desain bahan ajar pada materi program linear yang lebih baik lagi. Daftar Pustaka Hamdani. (2012). Strategi Belajar Mengajar. Bandung. CV Pustaka Setia. Hamalik. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : PT.Bumi Aksara. Harahap, T.H. Penerapan contextuzl Teaching Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi matematika Siswa kelas VII-2 SMP Nurhasanah Medan Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Edu Tech Vol.1 No 1, Maret Kusnadi, dkk. (2016). Desain Didaktis Konsep Luas Permukaan dan Volume Prisma Dalam Pembelajaran Matematika SMP. Mathaline Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol 1. No. 1. Februari 2016 ISSN Lestari, K.E. dan Yudhanegara, M.R. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika. Bandung: PT Refika Aditama. Lindqvist, G. Vygotsky s Theory of Creativity. Creativity Research Journal 2010, Vol. 8 Juni. Maharani, dkk. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Melalui Problem Posing. Jurnal Euclid, Vol.1, No.1.1(1), Mazgon dan Stefanc. Importance Of The Various Characteristics Of Educational Materials Different Opinions, Diferent Perspectives. The Turkish Online Journal Of Educational Technology-July 2012, volume 11 Issue 3. Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: CV Alfabeta. 261

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS SMA

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS SMA DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI FUNGSI KOMPOSISI DAN FUNGSI INVERS SMA Putri Kinanti Aprilianti 1), Cita Dwi Rosita 2), Surya Amami 3) 1) Mahasiswa prodi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI ELIPS KELAS XI

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI ELIPS KELAS XI DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KOMUNIKASI MATEMATIS PADA MATERI ELIPS KELAS XI Tsena Cendikia Wardani 1),Cita Dwi Rosita 2), Surya Amami Pramuditya 3) 1) Mahasiswa Unswagati, Cirebon, tsenacw@gmail.com 2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical Design Research).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan desain penelitian berupa Penelitian Desain Didaktis (Didactical

Lebih terperinci

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA MATA KULIAH KALKULUS VEKTOR

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA MATA KULIAH KALKULUS VEKTOR Pedagogy Volume 3 Nomor 1 ISSN 2502-3802 DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS PADA MATA KULIAH KALKULUS VEKTOR Nurul Ikhsan Karimah 1, Ika Wahyuni 2 Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pekalongan. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pekalongan. Populasi dalam 20 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Pekalongan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa kelas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan untuk menyusun suatu desain didaktis berdasarkan kepada penemuan learning obstacle yang dialami siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah untuk menyusun bahan ajar pada konsep persamaan linear satu variabel yang dapat memfasilitasi siswa dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif berupa Penelitian Disain Didaktis (Didactical Design Research). Menurut

Lebih terperinci

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan terorganisir yang memiliki keterkaitan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Matematika diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Selaras dengan tujuan penelitian yang telah disampaikan, peneliti menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini. Metode kualitatif dipilih karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah yang telah dibuat diawal, diperlukan pengumpulan dan analisis data yang berkaitan dengan fokus penelitian yaitu desain didaktis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan menyusun suatu desain didaktis yang disesuaikan dengan karakteristik siswa berdasarkan analisis terhadap learning

Lebih terperinci

Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi. matematika siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru.

Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi. matematika siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru. Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru Arifa Rahmi, Depriwana Rahmi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) (Penelitian Quasi Eksperimen terhadap Siswa SMP Negeri 1 Tambakdahan) Anggun Fuji Lestari, S.Pd Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya baik secara rasional, logis, sistematis, bernalar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA SMP Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 559-565 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 270-275 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN Jurnal Euclid, vol.2, No.2, p.263 DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH STATISTIK PENDIDIKAN Fitrianto Eko Subekti, Reni Untarti, Malim Muhammad Pendidikan Matematika FKIP

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa pada jenjang SMA kelas XI di sekolah yang sama pada saat melakukan penelitian awal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pendidikan. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan menjadi mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment atau eksperimen semu yang terdiri dari dua kelompok penelitian yaitu kelas eksperimen (kelas perlakuan),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk meneliti

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 645-649 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI STATISTIKA

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA MATERI STATISTIKA Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 2 No. 1, Hal, 29, September 2017 p-issn 2541-0660, e-issn 2597-7237 2017 LEMBAR KERJA SISWA (LKS) MATEMATIKA BERBASIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS PADA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE Fitria Nurapriani fitria.apriani@ubpkarawang.ac.id Universitas Buana Perjuangan Karawang Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK

Oleh. Laelasari dan Ira Ratnasari Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon ABSTRAK PERBANDINGAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI

Lebih terperinci

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII

2015 DESAIN DIDAKTIS PERSAMAAN KUADRAT UNTUK SISWA SMP KELAS VIII BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Angka 1 yang menyatakan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS

DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS DESAIN DIDAKTIS KONSEP BARISAN DAN DERET ARITMETIKA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH ATAS Tri Aprianti Fauzia Dadang Juandi Tia Purniati Departemen Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP Ismarwan, Bambang, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNTAN Email : marwanis@rocketmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang 24 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandarlampung yang terletak di Jl. Zainal Abidin Pagar Alam No.14 Labuhanratu, Kedaton. Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian desain didaktis (Didactical Design Research) dengan pendekatan kualitatif. Menurut Suryadi & Tatang,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan Jenis penelitian yang dilakukan adalah Research and Development (R&D) dengan produk yang dikembangkan berupa perangkat pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif (descriptive research), dengan teknik studi kasus dan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik

Lebih terperinci

DESAIN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

DESAIN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA P-ISSN 2527-5615 E-ISSN 2527-5607 KALAMATIKA Jurnal Pendidikan Matematika Volume 2, No. 2, November 2017, hal. 177-192 DESAIN MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46

4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik Tes Kemampuan Koneksi Matematis Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46 43 Contents 4Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Rubrik... 45 Tes Koneksi Matematis... 45 Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Rubrik... 46 Tes Pemecahan Masalah Matematis... 46 Tabel 3.3 Intrepretasi Koefisien Korelasi...

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS Jurnal Euclid, vol.3, No.2, p.561 PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS-GAMES- TOURNAMENTS Sri Asnawati Program Studi Pendidikan Matematika FKIP

Lebih terperinci

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika PENINGKATAN KONEKSI MATEMATIKA MELALUI MODEL DISCOVERY LEARNING BERBASIS BRAINSTORMING PADA SISWA KELAS VIII-H SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2014/2015 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200

METODE PENELITIAN. Bandarlampung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 200 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Bandarlampung Tahun Ajaran 03/04 dengan jumlah siswa sebanyak 00 siswa yang terdistribusi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs Lussy Midani Rizki 1), Risnawati 2), Zubaidah Amir MZ 3) 1) UIN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE DAN DESAIN PENELITIAN Berdasarkan masalah yang dikembangkan, penelitian yang dilaksanakan adalah untuk melihat peningkatan pemahaman matematis dan koneksi matematis

Lebih terperinci

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR

DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR DESAIN DIDAKTIS KONSEP LUAS DAERAH LAYANG-LAYANG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SEKOLAH DASAR Aji Setiaji Hj. Epon Nur aeni L Rosarina Giyartini UPI Kampus Tasikmalaya Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA SISWA KELAS XI DI MAN RENGASDENGKLOK Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 624-628 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional. Efektivitas dari penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berkomunikasi siswa dilihat dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian kualitatif. Pengumpulan data pada penelitian kualitatif dilakukan melalui studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena pemilihan sampel tidak secara random, tetapi menerima keadaan sampel apa adanya. Desain penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan peserta didik ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan. Pembelajaran matematika merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, Matematika dipelajari pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika yang merupakan ide-ide abstrak tidak dapat begitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika yang merupakan ide-ide abstrak tidak dapat begitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika yang merupakan ide-ide abstrak tidak dapat begitu mudah untuk dipahami oleh para siswa. Ide-ide abstrak tersebut perlu dinyatakan ke dalam bentuk representasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013, guru harus mampu menciptakan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah et.al open ended

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah et.al open ended 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, menurut Holmes (1995:35) terdapat dua kelompok masalah yaitu masalah rutin dan masalah non-rutin. Masalah rutin dapat dipecahkan

Lebih terperinci

Ferry Ferdianto, S.T., M.Pd. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Cirebon ABSTRAK

Ferry Ferdianto, S.T., M.Pd. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Cirebon ABSTRAK Jurnal Euclid, vol.2, No.2, p.306 MEDIA AUDIO VISUAL PADA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA KELAS IX Ferry Ferdianto, S.T., M.Pd. Prodi Pendidikan Matematika FKIP Unswagati Cirebon ferry@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP Anggun Rizky Putri Ulandari, Bambang Hudiono, Bistari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

MENGATASI HAMBATAN BELAJAR SISWA DALAM MENGGAMBAR GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS DI SMP

MENGATASI HAMBATAN BELAJAR SISWA DALAM MENGGAMBAR GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS DI SMP MENGATASI HAMBATAN BELAJAR SISWA DALAM MENGGAMBAR GARIS DAN SUDUT DENGAN PENDEKATAN ANTISIPASI DIDAKTIS DI SMP Faulina Fanisyah 1, Sugiatno 2, Nurmaningsih 3 1,2,3 Program Magister Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran CIRC terhadap peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan menggunakan penelitian eksperimen diharapkan, setelah menganalisis hasilnya kita dapat melihat

Lebih terperinci

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL

DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL DRAFT JURNAL PENELITIAN DOSEN PEMBINA PEMETAAN HIGH ORDER THINGKING (HOT) MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SE-KOTA TASIKMALAYA TIM PENGUSUL AA. Gde Somatanaya, Drs., M.Pd. (NIDN 0026115602) UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Tujuan penelitian ini adalah membandingkan peningkatan kemampuan koneksi matematis antara siswa SMA yang memperoleh pembelajaran matematika Knisley

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMK DI KOTA CIMAHI Eka Senjayawati STKIP SILIWANGI BANDUNG senja_eka@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 18 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 metode penelitian, diantaranya adalah a. Didactical Design Research (DDR) Didactical

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sebab dengan metode kualitatif, fenomena-fenomena yang lebih kompleks akan terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan kemampuan: (1) komunikasi matematis, (2) penalaran matematis, (3) pemecahan masalah matematis, (4) koneksi

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI STATISTIKA

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI STATISTIKA ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MATERI STATISTIKA Ariyanto Putra Pratama Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: arylucas69@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini adalah suatu quasi eksperimen, dengan desain kelompok kontrol pretes-postes. Diagram desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DIKAJI DARI TEORI BRUNER DALAM MATERI TRIGONOMETRI DI SMA K Lidia, Sugiatno, Hamdani Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email : lidiadebora96@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam konteks sekolah dewasa ini, pembelajaran bukan sekedar kegiatan menyampaiakan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip atau mendemonstrasikan keterampilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah untuk merumuskan suatu desain didaktis yang didasarkan pada karakteristik hambatan belajar (learning obstacles)

Lebih terperinci

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP Devi Aryanti, Zubaidah, Asep Nursangaji Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Email : Thevire_yuga@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimental (kuasi eksperimen) karena sesuai dengan kondisi di lapangan,

Lebih terperinci

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL)

PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 526-533 PENCAPAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PROBLEM-BASED

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika adalah salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di sekolah. Mata pelajaran matematika memiliki tujuan umum yaitu memberikan penekanan

Lebih terperinci

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics

Senada dengan standar isi dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006, The National Council of Teachers of Mathematics BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak terlepas dari peranan matematika. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA, 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA,

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA, 1 Dosen Prodi Pendidikan Matematika UNSIKA, Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 311-316 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIK SISWA SMP KELAS VII KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Fokus dari penelitian ini adalah untuk merumuskan atau menyusun suatu desain didaktis yang berdasarkan pada hambatan pada proses pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN FLIPBOOK MAKER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI SEGITIGA

PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN FLIPBOOK MAKER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI SEGITIGA PENGEMBANGAN MODUL MATEMATIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN FLIPBOOK MAKER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI SEGITIGA Fhina Haryanti 1, Bagus Ardi Saputro 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Nora Madonna, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses dan cara bagi seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Di Indonesia, pendidikan dapat diperoleh salah satunya melalui cara formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembang pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada masa global ini, menuntut sumber daya manusia yang berkualitas serta bersikap kreatif

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA DI MTs NEGERI I SUBANG Ayu Sri Yuningsih (aiiu.sri94@gmail.com) Sumpena Rohaendi (sumpenarohaendi07786@gmail.com)

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 M-97 Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dengan Metode Brainstroming Sindy Artilita 1 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi belajar mengajar yang baik adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang sebaiknya digunakan adalah metode penelitian eksperimen karena metode inilah yang paling mendekati metode ilmiah. Selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika sering kali ditafsirkan sebagai kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, dengan mengenalkan subjek, memberi satu dua contoh, lalu menanyakan satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di sekolah dasar wilayah gugus 2 UPTD Pendidikan Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain kelompok kontrol non-ekivalen. Ruseffendi (2010) mengungkapkan bahwa desain kelompok kontrol

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 3 III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sekampung Udik tahun pelajaran 013/ 014 yang terdiri dari 5 kelas. Dari 5 kelas

Lebih terperinci

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Maret 2017 Vol. 1, No. 1, Hal. 97 DAYA MATEMATIS MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA Hamdan Sugilar Pendidikan matematika UIN Sunan Gunung Djati Bandung hamdansugilar@uinsgd,ac,id Dikirim: 28

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP

III. METODE PENELITIAN. pada semester genap tahun pelajaran 2013/2014. Kelas VIII di SMP III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 013/014. Kelas VIII di SMP Negeri 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 56 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Pengembangan Multimedia Pembelajaran Adapun metode pengembangan multimedia pembelajaran seperti yang dikemukakan Munir (2008:195) terdiri dari lima tahap sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode eksperimen, yaitu metode yang menuntut peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA

PENERAPAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 629-633 PENERAPAN MODEL AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako

Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Tadulako PERBANDINGAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SEGIEMPAT DENGAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL DI KELAS VII SMPN 7 PALU Ibnu Hadjar Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Desain Penelitian Sebagai upaya untuk memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, diperlukan langkah-langkah penyelidikan yang tepat dengan

Lebih terperinci

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994)

Keterangan: O : Pretes dan postes X : Pembelajaran dengan pendekatan MEAs : Sampel penelitian tidak dipilih secara acak (Ruseffendi, 1994) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen kuasi. Menurut Arifin (2011: 74), Metode eksperimen kuasi disebut juga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Terbanggi Besar yang terletak di desa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Terbanggi Besar yang terletak di desa 8 III. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 1 Terbanggi Besar yang terletak di desa Poncowati Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah. Populasi dalam penelitian

Lebih terperinci

0 X

0 X BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Menurut Russefendi (2010: 35), seperti halnya metode eksperimen, metode kuasi

Lebih terperinci

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP

PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SMP Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 616-623 PENGARUH METODE BERBASIS PROYEK MEMANFAATKAN POTENSI LOKAL TERHADAP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian jenis quasi eksperimental. Quasi eksperimental adalah desain penelitian yang mempunyai kelompok kontrol tetapi

Lebih terperinci

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3

Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi 1, Suharto 2, Hobri 3 ANALISIS KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS BERDASARKAN NCTM (NATIONAL COUNCIL OF TEACHERS OF MATHEMATICS) SISWA SMK KELAS XI JURUSAN MULTIMEDIA PADA POKOK BAHASAN HUBUNGAN ANTAR GARIS Eko Wahyu Andrechiana Supriyadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang berkaitan dengan aljabar banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, antara lain permasalahan yang berhubungan dengan perhitungan luas tanah.

Lebih terperinci