IHWAL GBHN, DARI TEKS KE KONTEKS
|
|
- Liani Hadiman
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IHWAL GBHN, DARI TEKS KE KONTEKS GEDE MARHAENDRA WIJA ATMAJA AR 2016 SEMINAR HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 30 AGUSTUS SEPTEMBER 2016 AR 2016
2 Dinamika GBHN UUD 1945 praperubahan UUD NRI 1945 GBHN tidak ada GBHN gagasan menghidupkan kembali GBHN SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// 2
3 menghidupkan kembali GBHN Pernyataan Sikap dan Rekomendasi Rapat Kerja Nasional Ke-I PDI Perjuangan: perlu untuk mengembalikan fungsi dan wewenang MPR RI untuk membentuk dan menetapkan Ketetapan MPR terkait pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana sebagai haluan negara dan haluan pembangunan nasional. memberikan kewenangan MPR untuk membentuk dan menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara melalui amandemen secara terbatas Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
4 Pidato Penutupan Rakernas I PDI Perjuangan Salah satu rekomendasi Rakernas I adalah meminta kepada saya sebagai Ketua Umum, mengeluarkan instruksi kepada kader partai yang ditugaskan di DPR RI agar memperjuangkan amandemen terbatas terhadap Undang-undang Dasar Amandemen yang dimaksud dibatasi pada mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan haluan Negara dalam Pembangunan Nasional. Rekomendasi tersebut tentu akan saya pertimbangkan. 4
5 isu hukum Karakter gbhn dalam perkembangan ketatanegaraan. Implikasi amandemen terbatas mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan haluan Negara terhadap sistem ketatanegaraan. 5
6 [2] teks ke konteks TEKS pasal/ayat KONTEKS terjadinya teks, suasana kebatinan teks dibuat SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// HTN KONTEKS pelaksanaan teks, bagaimana teks dipahami, ditafsirkan, dan diterapkan 6
7 [3]gbhn menurut uud 1945 pra-perubahan 1. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan oleh MPR sebagai penjelmaan rakyat yang susunan keanggotaan MPR yang terdiri atas anggotaanggota DPR, ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan dan penyelenggara negara tertinggi yang melakukan sepenuhnya kedaulatan rayat, 2. Garis-garis besar dari pada haluan negara ditetapkan 5 (lima) tahun sekali. 3. Garis-garis besar dari pada haluan negara wajib dijalankan oleh Presiden yang merupakan mandataris dari MPR yang tidak neben, akan tetapi untergeordnet kepada MPR. diangkat oleh MPR, bertunduk dan bertanggung jawab kepada MPR. 7
8 [4] gbhn dalam praktik ketatanegaraan demokrasi terpimpin Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik sebagai Garis-Garis Besar Haluan Negara. Berkaitan dengan Amanat, Konsepsi, dan Pidato Presiden: Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1959 yang berjudul Penemuan Kembali Revolusi kita dan yang terkenal sebagai Manifesto Politik Republik Indonesia. 8
9 ampres Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama Depernas mengenai Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang diucapkan dan tertulis, yang menjadi bagian daripada Haluan Negara. Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang terkenal dengan nama Djalannya Revolusi Kita yang menjadi pedoman pertama daripada pelaksana Manifesto Politik Republik Indonesia. Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 yang diucapkan dimuka Sidang Umum P.B.B yang berjudul To Build the worl a new (Membangun dunia kembali). 9
10 isi Ketetapan MPRS Nomor I/MPRS/1960 Memutuskan: Menetapkan Ketetapan tentang Garis-Garis Besar daripada Haluan Negara sebagai berikut: Pasal 1 Memperkuat Manifesto Politik Republik Indonesia serta perinciannya sebagai Garis-Garis Besar daripada haluan negara. Pasal 2 Amanat Presiden pada Sidang Pleno Depernas mengenai Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang diucapkan dan yang tertulis adalah garis-garis besar daripada haluan pembangunan. 10
11 isi Pasal 3 Amanat Presiden tanggal 17 Agustus 1960 yang terkenal dengan nama Jalannya Revolusi Kita" dan Pidato Presiden tanggal 30 September 1960 dimuka Sidang Umum PBB yang berjudul Membangun dunia kembali " (To build the world a new) adalah pedoman-pedoman pelaksanaan Manifesto Politik Republik Indonesia. Pasal 4 Menugaskan dengan kekuasaan penuh kepada Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi Indonesia untuk melaksanakan putusanputusan ini. 11
12 Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama Berkaitan dg: Amanat Presiden pada Sidang Pleno pertama Depernas mengenai Pembangunan Semesta Berencana pada tanggal 28 Agustus 1959 yang diucapkan dan tertulis, yang menjadi bagian daripada Haluan Negara. 12
13 .. Ketetapan MPRS Nomor IV/MPRS/1963 tentang Pedoman Pelaksanaan Garis-Garis Besar Haluan Negara dan Haluan Pembangunan. Berkaitan dg: Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1961 yang berjudul Revolusi-Sosialisme Indonesia- Pimpinan Nasional yang terkenal sebagai Resopim. Amanat Presiden pada tanggal 17 Agustus 1962 yang berjudul Tahun Kemenangan yang terkenal sebagai Takem. Deklarasi Ekonomi yang terkenal sebagai Dekon yang diucapkan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 28 Maret Amanat pengantar Laporan Berkala Presiden/Mandataris MPRS yang diucapkan oleh Presiden pada Pembukaan Sidang ke-ii MPRS tanggal 15 Mei 1963 di Bandung, Ambeg Parama Arta (Berwatak pandai mendahulukan urusan yang penting). 13
14 isi Ketetapan MPRS Nomor II/MPRS/1960 MEMUTUSKAN: Menetapkan Ketetapan tentang Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama sebagai berikut: BAB I GARIS-GARIS BESAR POLA PEMBANGUNAN Pasal 1 (1) Menyatakan bahwa Garis-garis Besar Pola Pembangunan termasuk Pola Proyek yang dimuat dalam RANCANGAN DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA DELAPAN TAHUN hasil karya Depernas yang termuat dalam Buku kesatu Jilid I, II dan III pada umumnya sesuai dengan Amanat Pembangunan Presiden tertanggal 28 Agustus 1959 yang di ucapkan maupun yang tertulis dan pada umumnya sesuai pula dengan Manifesto Politik Republik Indonesia yang telah diperkuat oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dengan Ketetapan No. I/MPRS/1960. (2) Menerima Garis-garis Besar Pola Pembangunan hasil karya Depernas seperti termuat dalam Buku kesatu Jilid I, II, III sebagai Garis-garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana dengan ketentuan-ketentuan seperti termuat dalam pasal-pasal dibawah ini. 14
15 GBHN dalam praktik ketatanegaraan Demokrasi Terpimpin memiliki ciri-ciri: 1. GBHN yang dituangkan dalam Ketetapan MPRS memuat penetapan amanat dan pidato Presiden Sukarno sebagai GBHN. 2. GBHN ditetapkan oleh MPRS yang kedudukannya tidak lagi sebagai pelaksana sepenuhnya kedaulatan rakyat, penjelmaan rakyat, dan penyelenggara negara yang tertinggi. 3. GBHN dilaksanakan oleh Presiden yang kedudukannya berada di atas MPR dan penyelenggara negara lainnya dengan menempatkan pimpinannya sebagai menteri 15
16 GBHN dalam Praktik Ketatanegaraan Demokrasi Pancasila Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1978 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1988 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1993 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1998 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (dicabut dengan Ketetapan MPR Nomor IX/MPR/1998 dimasa awal refo0rmasi). Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara. 16
17 gbhn GBHN 1973 GBHN 1998 sistematika GBHN Bab I Pendahuluan. Bab II Pola Dasar Pembangunan Nasional. Bab III Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang Bab IV Pola Umum Pembangunan Lima Tahun Kedua. Bab V Penutup. sistematika GBHN Bab I Pendahuluan Bab II Pembangunan Nasional Bab III Pembangunan Jangka Panjang Kedua Bab IV Pembangunan Lima Tahun Ketuuh. Bab V Pelaksanaan Bab VI Penutup 17
18 penyusun rancangan gbhn Keppres No. 24 Tahun 1982 tentang Membentuk Team Penyiapan Akhir Bahan-Bahan Sidang MPR. Team bertugas untuk menyiapkan bahan-bahan akhir GBHN yang telah dikumpulkan dan dihimpun oleh Setjen Dewaqn Pertahanan Keamanan Nasional dan menyampaikan hasil kerjanya kepada Presiden pada waktunya. SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Team 18
19 Ciri-ciri gbhn orde baru ditetapkan sekali lima tahun. bahan dipersiapkan oleh lembaga kepresidenan. dalam kontelasi politik adanya 3 parpol, tapi menerapkan sistem kepartaian tunggal. SUMBER: //////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////////// Team 19
20 haluan negara tentang pembangunan nasional, kondisi saat ini Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun
21 kemungkinan memilih Memilih pola GBHN menurut UUD 1945 praperubahan, berimplikasi pada perubahan sistem ketatanegaraan. Memilih pola GBHN praktik ketatanegaraan DT dan DP memerlukan konfigurasi politik otoritarian atau nondemokratik, 21
22 gagasan mengembalikan kewenangan mpr menetapkan gbhn Amandemen terbatas UUD NRI 1945, amandemen yang dibatasi pada mengembalikan wewenang MPR dalam menetapkan haluan Negara dalam Pembangunan Nasional. mengubah kembali susunan keanggotaan MPR sehingga di dalamnya ada unsur utusan golongan berarti amandemen tidak dibatasi. tanpa mengubah susunan MPR berarti tidak sesuai dengan hakikat GBHN yang ditetapkan oleh Majelis yang mencerminkan seluruh rakyat, seluruh golongan, dan seluruh daerah. daya ikat kepada Presiden berarti mengubah sistem ketatanegaraan, tanpa daya ikat kepada Presiden berati tidak ada bedanya dengan sistem perencanaan nasional berikut RPJPN yang tidak menyebabkan kejatuhan Presiden saat tidak melaksanakannya. 22
23 mengintegrasikan ke Sistem Perencanaan Nasional dan RPJPN Garis-garis Besar Haluan Negara adalah haluan negara tentang pembangunan nasional dalam Garis-garis Besar sebagai pernyataan kehendak rakyat yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. merupakan kebijakan negara tentang pembangunan nasional. Garis-garis Besar Pola Pembangunan termasuk Pola Proyek yang dimuat dalam RANCANGAN DASAR UNDANG-UNDANG PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA DELAPAN TAHUN yang dimuat dalam Ketetapan No. I/MPRS/1960, awalnya direncanakan sebagai materi muatan UU. 23
24 /// Pasal 3 UU RPJPN: RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial dalam bentuk rumusan visi, misi dan arah Pembangunan Nasional. GBHN juga pada dasarnya merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun pada dasarnyasppn, RPJPN, dan RPJMN dan GBHN memuat penjabaran tujuan negara, perlu menjadi bahan kajian tidak mengembalikan GBHN atau mengintegrasikan pola GBHN ke dalam SPPN, RPJPN, dan RPJMN. 24
Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)
Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR I. Periode 1960 1965 1. Ketetapan MPRS No. I/MPRS 1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/1988 TENTANG PERUBAHAN DAN TAMBAHAN ATAS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/1983
Lebih terperinciMPR sebelum amandemen :
Dalam UUD 1945, tidak dirinci secara tegas bagai mana pembentukan awal Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Penelusuran sejarah mengenai cikal-bakal terbentuknya majelis menjadi sangat penting dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959)
BAB I PENDAHULUAN The Constitution is made for men, and not men for the Constitution. (Soekarno, dalam pidato tanggal 17 Agustus 1959) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
Lebih terperinciRelevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1. Tunjung Sulaksono 2
Relevansi dan Revitalisasi GBHN dalam Perencanaan Pembangunan di Indonesia 1 Tunjung Sulaksono 2 A. Pendahuluan Runtuhnya rezim otoriter Orde Baru membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek dan dimensi
Lebih terperinciKEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at
KEDUDUKAN KETETAPAN MPR DALAM SISTEM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN INDONESIA Oleh: Muchamad Ali Safa at MPR DAN PERUBAHAN STRUKTUR KETATANEGARAAN Salah satu perubahan mendasar dalam UUD 1945 adalah perubahan
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT. A. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat di Indonesia
40 BAB III TINJAUAN TEORITIS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT A. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat di Indonesia Para ahli Donner Prins (1976) menjelaskan bahwa ketetapan itu adalah perbuatan
Lebih terperinciAGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA
AGENDA DALAM SISTEM EKONOMI INDONESIA S I S T E M E K O N O M I I N D O N E S I A S O S I O L O G I C - 2 F I S I P A L M U I Z L I T E R A T U R E : M U N A W A R DKK ( 2 0 1 5 ) Pendahuluan Apabila sistem
Lebih terperinci38 Media Bina Ilmiah ISSN No
38 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 PERMBERLAKUAN GBHN KEMBALI DALAM SISTEM KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA Oleh RINDA PHILONA Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas 45 Mataram Abstrak: Garis-garis
Lebih terperinciKetetapan MPRS No. XV/MPRS/1966 tentang Pemilihan/ penunjukan Wakil Presiden dan tata cara pengangkatan Pejabat Presiden
D A F T A R I S I KATA SAMBUTAN...iii KATA PENGANTAR...v Ketetapan-ketetapan MPRS-RI Tahun 1960 Ketetapan MPRS No. I/MPRS/1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-garis Besar dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan
Lebih terperinciK E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA No. II/MPRS/1960 TENTANG GARIS-GARIS BESAR POLA PEMBANGUNAN NASIONAL SEMESTA BERENCANA TAHAPAN PERTAMA 1961-1969 MAJELIS PERMUSYAWARATAN
Lebih terperinciPERBANDINGAN MATERI MUATAN KETETAPAN MPR PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN ERA REFORMASI 1
PERBANDINGAN MATERI MUATAN KETETAPAN MPR PADA MASA PEMERINTAHAN ORDE LAMA, ORDE BARU, DAN ERA REFORMASI 1 Dosen Fakultas Hukum UNISSULA widayati.winanto@gmail.com Abstract Decree of People s Consultative
Lebih terperinciPancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945)
Mata Kuliah Pancasila Modul ke: Pancasila Sebagai Dasar Negara (dalam hubungannya dengan Pembukaan UUD 1945) Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Panti Rahayu, SH, MH Program Studi MANAJEMEN Pancasila Sebagai Dasar2
Lebih terperinciR. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014
R. Herlambang P. Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 2014 Memahami kedudukan TAP MPR pasca pemberlakuan UU No. 12 Tahun 2011 Memahami implikasi pemberlakuan kembali
Lebih terperinciPendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila sebagai dasar negara dan hubungannya dalam Pasal UUD 45. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom.
Modul ke: Pendidikan Pancasila Berisi tentang Pancasila sebagai dasar negara dan hubungannya dalam Pasal UUD 45 Fakultas Fakultas Ekonomi Bisnis Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Akuntansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelaku sepenuhnya dari kedaulatan rakyat Indonesia, Presiden sebagai kepala
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu perubahan mendasar dari UUD 1945 pasca amandemen adalah kedudukan Presiden yang bukan lagi sebagai mandataris dari MPR. Sebelum amandemen, MPR merupakan
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR DARI PADA HALUAN NEGARA (Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1960 Tanggal 29 Januari 1960) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : GARIS-GARIS BESAR DARI PADA HALUAN NEGARA (Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1960 Tanggal 29 Januari 1960) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1. bahwa Amanat Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Perang
Lebih terperinciMENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1
MENGGAPAI KEDAULATAN RAKYAT YANG MENYEJAHTERAKAN RAKYAT 1 Oleh: Siti Awaliyah, S.Pd, S.H, M.Hum Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang A. Pengantar Kedaulatan merupakan salahsatu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciSoal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan
Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Posted by KuliahGratisIndonesia Materi soal Undang-undang merupakan salah satu komposisi dari Tes Kompetensi Dasar(TKD) yang mana merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka Struktur Ekonomi dan Demokrasi Terpimpin sebagaimana yang digariskan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG DASAR 1945
UNDANG-UNDANG DASAR 1945 1 UNDANG-UNDANG DASAR menurut sifat dan fungsinya adalah : Suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tuga pokok dari badan-badan pemerintahan suatu negara dan menentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana telah diubah pada tahun 1999 sampai dengan 2002 merupakan satu kesatuan rangkaian perumusan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : V/MPR/1983 TENTANG PERTANGGUNG JAWABAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SOEHARTO SELAKU MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT
Lebih terperinciNama : Yogi Alfayed. Kelas : X ips 1. Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN :
Nama : Yogi Alfayed Kelas : X ips 1 Tugas : Kaidah yang fundamental (PPKn) JAWABAN : 1. Pengertian pokok kaidah fundamental negara Nilai-nilai pancasila sebagai dasar filsafat negara bangsa Indonesia.
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1964 TENTANG BADAN MUSYAWARAH PENGUSAHA NASIONAL SWASTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka Struktur Ekonomi dan Demokrasi
Lebih terperinci2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 383) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
UNDANG-UNDANG NO 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Latar Belakang Amandemen Keempat UUD NRI 1945 Tidak ada GBHN Pemilihan Presiden secara langsung Pemilihan Kepala Daerah secara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG NASIONAL TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPENUTUP. partai politik, sedangkan Dewan Perwakilan Daerah dipandang sebagai
105 BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Lembaga perwakilan rakyat yang memiliki hak konstitusional untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang adalah Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah. Dewan Perwakilan
Lebih terperinciTugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan
Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1986 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciTUGAS ANALISIS UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN DAN PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA. Matakuliah : PENDIDIKAN PANCASILA
TUGAS ANALISIS UUD 1945 SEBELUM AMANDEMEN DAN PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA Matakuliah : PENDIDIKAN PANCASILA Dosen : SellyRahmawati, M.Pd. Disusun oleh : AnisaKhafida (207) RizkiUtami (210)
Lebih terperincid. Mendeskripsikan perkembangan politik sejak proklamasi kemerdekaan.
Kedaulatan Rakyat dan Sistem Untuk Kelas VII Kompetensi Kompetensi Dasar : Kemampuan menganalisis kedaulatan rakyat dan sistem politik Indikator : a. Menjelaskan makna kedaulatan rakyat b. Menguraikan
Lebih terperinciKEADAAN TERTIB SIPIL (Penetapan Presiden Nomor 4 Tahun 1962 Tanggal 28 Desember 1962) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menelaah : KEADAAN TERTIB SIPIL (Penetapan Presiden Nomor 4 Tahun 1962 Tanggal 28 Desember 1962) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Usul-usul Panitia Tujuhbelas (Panitia Penghapusan Keadaan Bahaya) yang dibentuk
Lebih terperinciDewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014. Herlambang P. Wiratraman Unair
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Perkembangan Pasca UU MD3/2014 Herlambang P. Wiratraman Unair - 2016 DPD update..! Apa isu hukum atas perdebatan ricuhnya? Mengapa? dan bagaimana ditinjau dari sudut hukum
Lebih terperinciMPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan)
JURNAL MAJELIS MPR Pasca Perubahan UUD NRI Tahun 1945 (Kedudukan MPR dalam Sistem Ketatanegaraan) Oleh: Dr. BRA. Mooryati Sudibyo Wakil Ketua MPR RI n Vol. 1 No.1. Agustus 2009 Pengantar Tepat pada ulang
Lebih terperinciUUD Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959
UUD 1945 Pasca Dekrit Presiden 5 Juli 1959 R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga 11/9/2008 Sub-Pokok Bahasan Alasan pemberlakuan kembali UUD
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1976 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya
I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Perubahan Undang-Undang Dasar tahun 1945 (UUD tahun 1945) tidak hanya didasari oleh keinginan untuk hidup berbangsa dan bernegara secara demokratis. Terdapat alasan lain
Lebih terperinciKETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2003 TENTANG
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR I/MPR/2003 TENTANG PENINJAUAN TERHADAP MATERI DAN STATUS HUKUM KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA DAN KETETAPAN MAJELIS
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perlu ditetapkan Peraturan Tata-tertib Dewan Perwakilan Rakyat
Lebih terperinciPEMBANGUNAN YES GBHN No!
Kajian Politik Hukum terhadap Perencanaan Pembangunan Nasional Semesta Berencana Guna Meningkatkan Daya Bangsa PEMBANGUNAN YES GBHN No! REFLY HARUN (Dr. SH, MH, LL.M) Semarang, 28 Juli 2016 Sistem Pemerintahan
Lebih terperinciPOLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI)
A. Pengertian Politik POLITIK DAN STRATEGI (SISTEM KONSTITUSI) Dalam bahasa Indonesia, politik dalam arti politics mempunyai makna kepentingan umum warga negara suatu bangsa. Politik merupakan rangkaian
Lebih terperinciSISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA
Makalah NI & CIVIC SISTEM PEMERINTAHAN DI INDONESIA Disusun oleh : Shofi Khaqul Ilmy (105070200131010) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN K3LN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2010 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciMATERI UUD NRI TAHUN 1945
B A B VIII MATERI UUD NRI TAHUN 1945 A. Pengertian dan Pembagian UUD 1945 Hukum dasar ialah peraturan hukum yang menjadi dasar berlakunya seluruh peraturan perundangan dalam suatu Negara. Hukum dasar merupakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR VII/MPR/2000 TENTANG PERAN TENTARA NASIONAL INDONESIA DAN PERAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik
Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik Kuliah ke-11 suranto@uny.ac.id 1 Latar Belakang Merajalelanya praktik KKN pada hampir semua instansi dan lembaga pemerintahan DPR dan MPR mandul, tidak mampu
Lebih terperinciSMP. 1. Jaminan terhadap hak-hak asasi manusia dan warga negara 2. Susunan ketatanegaraan suatu negara 3. Pembagian & pembatasan tugas ketatanegaraan
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) KONSTITUSI YANG PERNAH BERLAKU A. Konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia Konstitusi (Constitution) diartikan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : V/MPR/1998 TENTANG PEMBERIAN TUGAS DAN WEWENANG KHUSUS KEPADA PRESIDEN/ MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA DAN DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.
Lebih terperinciTENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENELITI AJARAN-AJARAN PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO
K E T E T A P A N REPUBLIK INDONESIA No. XXVI/MPRS/1966 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENELITI AJARAN-AJARAN PEMIMPIN BESAR REVOLUSI BUNG KARNO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bergulirnya reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 membawa dampak banyak perubahan di negeri ini, tidak terkecuali terhadap sistem dan praktik ketatanegaraan
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SYARAT-SYARAT DAN PENYEDERHANAAN KEPARTAIAN (Penetapan Presiden Nomor 7 Tahun 1959 Tanggal 31 Desember 1959) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa berhubung dengan keadaan ketatanegaraan di Indonesia,
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie
Lebih terperinciSEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA
SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi tahun 1998 membawa perubahan mendasar terhadap konstitusi Republik Indonesia. Amandemen UUD 1945 sebanyak empat kali (1999-2002) berdampak pada perubahan perundang-undangan
Lebih terperinci-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 29) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 3 TAHUN 1975 (3/1975) Tanggal: 27 AGUSTUS 1975 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 3 TAHUN 1975 (3/1975) Tanggal: 27 AGUSTUS 1975 (JAKARTA) Sumber: LN 1975/32; TLN NO. 3062 Tentang: PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Organisasi Berdasarkan pada publikasi situs Badan Pemeriksa Keuangan dijelaskan mengenai sejarah, visi, misi, dasar hukum, tujuan strategis maupun
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA (Kuliah ke 13) suranto@uny.ac.id 1 A. UUD adalah Hukum Dasar Tertulis Hukum dasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Hukum dasar tertulis yaitu UUD, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemilihan umum (pemilu) untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang. menjadi dasar peraturan suatu negara. 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian Ketatanegaraan Republik Indonesia Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tata negara adalah seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan susunan pemerintah,
Lebih terperinciBAB II MPR SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN UUD Pada awal kemerdekaan RI, lembaga negara pada saat itu baru Presiden
BAB II MPR SEBELUM DAN SESUDAH PERUBAHAN UUD 1945 A. MPR RI Sebelum Perubahan UUD 1945 Pada awal kemerdekaan RI, lembaga negara pada saat itu baru Presiden dan Wakil Presiden (Lembaga Kepresidenan) yang
Lebih terperinciASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum
ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN 1945 1 Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum PENDAHULUAN Sebagai negara hukum Indonesia memiliki konstitusi yang disebut Undang- Undang Dasar (UUD
Lebih terperinciKonsep Dasar dan Tujuan Pembangunan
Modul 1 Konsep Dasar dan Tujuan Pembangunan Ir. Parino Rahardjo, M.Si. Dra. Tina Ratnawati, M.Sc. M PENDAHULUAN odul 1 ini menyajikan pembahasan tentang konsep dasar dan tujuan pembangunan mencakup materi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang
12 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Ketatanegaraan Indonesia Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disingkat UUDNRI 1945) pada Pasal 1 Ayat (2) mengamanatkan bahwa kedaulatan
Lebih terperinciPEMBERLAKUAN KEMBALI GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN) DALAM UNDANG-UNDANG DASAR. Oleh:
235 PEMBERLAKUAN KEMBALI GARIS BESAR HALUAN NEGARA (GBHN) DALAM UNDANG-UNDANG DASAR Oleh: Putu Sekarwangi Saraswati, S.H.,M.H. Fakultas Hukum Universitas Mahasaraswati Denpasar Abstract The reinstatement
Lebih terperinciNaskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK, HUKUM, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN KEAMANAN. Nurohma, S.IP, M.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA DAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM BIDANG POLITIK, HUKUM, SOSIAL BUDAYA, DAN PERTAHANAN KEAMANAN Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan negara yang lebih demokratis, berjalannya mekanisme cheks and
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi konstitusi telah membawa perubahan mendasar terhadap sistem ketatanegaraan maupun kemasyarakatan melalui penegasan penyelenggaraan pemerintahan negara
Lebih terperinciKONSEP KEDAULATAN RAKYAT DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN Oleh: Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. 2
KONSEP KEDAULATAN RAKYAT DALAM UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 1 Oleh: Dr. Sutoyo, S.H., M.Hum. 2 A. Pendahuluan Kedaulatan berasal dari bahasa Arab: daulah, yang artinya kekuasaan
Lebih terperinciREFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA
REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA Drs. ZAKARIA Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Kehidupan Kepartaian selama
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA. Supentri, S.Pd
PENDIDIKAN PANCASILA Supentri, S.Pd TIK POKOK BAHASAN KET MENJELASKAN UUD 1945 DAN GBHN SEBAGAI BAHAN PEMBANGUNAN NASIONAL 1. PENYUSUNAN DAN RUMUSAN UUD 1945 A. PENGERTIAN UUD 1945 B. KEDUDUKAN DAN SIFAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1
UNDANG-UNDANG TERSENDIRI MENGENAI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT: PERLUKAH? 1 Oleh: Manunggal K. Wardaya 2 manunggal.wardaya@gmail.com 0857 28 456 999 1. Pendahuluan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1975 TENTANG PARTAI POLITIK DAN GOLONGAN KARYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyederhanaan dan pendayagunaan kehidupan politik,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR V/MPR/2001 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/1999 TENTANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALINAU
PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN MALINAU TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciHubungan antara MPR dan Presiden
Hubungan antara MPR dan Presiden Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) merupakan suatu badan yang memegang kekuasaan tinggi sebagai wakil rakyat disamping DPR dan Presiden. Dalam UUD 1945 dijelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari permasalah yang penulis teliti, yaitu:
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dalam penulisan skripsi ini penulisan menyimpulkan tiga kesimpulan dari permasalah yang penulis teliti, yaitu: 1. Adapun yang menjadi landasan perubahan UU No.
Lebih terperinciPerubahan Ketatanegaraan Pasca Amandemen UUD Tahun 1945, Dillema. Menghidupkan Kembali Perencanaan Pembangunan Nasional Model GBHN
Perubahan Ketatanegaraan Pasca Amandemen UUD Tahun 1945, Dillema Menghidupkan Kembali Perencanaan Pembangunan Nasional Model GBHN dan Deficit Demokrasi. Cut Maya Aprita Sari, S.Sos., M.Soc.Sc Program Studi
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/1983 TENTANG PELIMPAHAN TUGAS DAN WEWENANG KEPADA PRESIDEN/MANDATARIS MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DALAM RANGKA PENSUKSESAN
Lebih terperinciPERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945
PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR 1945 1 Rumusan Pembukaan UUD 1945 merupakan hasil karya para founding fathers yang telah mengerahkan segenap pikiran dan tenaga untuk menyumbangkan karya terbaik bagi bakal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dituangkan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang mendaulat diri sebagai negara hukum sebagaimana dituangkan secara eksplisit dalam Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar NRI 1945 1. Hal
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : V/MPR/2001 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/1999 TENTANG
Lebih terperinciKETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 04 TAHUN 2000 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN
Lebih terperinciMAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA EKSISTENSI PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG DALAM SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN UNDANGAN DI INDONESIA MATERI DISAMPAIKAN OLEH: HAKIM KONSTITUSI MARIA FARIDA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR : TAHUN 2016 TANGGAL : 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016 2021 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1965 TENTANG MAJELIS PENDIDIKAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 14 TAHUN 1965 TENTANG MAJELIS PENDIDIKAN NASIONAL PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Pendidikan Nasional merupakan unsur mutlak dalam Nation dan Character Building; b. bahwa dalam
Lebih terperinciSOAL CPNS TATA NEGARA
Petunjuk! Pilihlah jawaban yang paling tepat! SOAL CPNS TATA NEGARA 1. Suatu organisasi kekuasaan yang memiliki kedaulatan disebut. a. Pemerintah b. Kerajaan c. Negara d. Kekuasaan e. Politik 2. Teori
Lebih terperinciMAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA,
KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT SEMENTARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR VIII/MPRS/1965 TAHUN 1965 TENTANG PRINSIP-PRINSIP MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT DALAM DEMOKRASI TERPIMPIN SEBAGAI PEDOMAN BAGI LEMBAGA-LEMBAGA
Lebih terperinciBerkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental
Bab III Berkomitmen terhadap Pokok Kaidah Negara Fundamental Sumber: http://www.leimena.org/id/page/v/654/membumikan-pancasila-di-bumi-pancasila. Gambar 3.1 Tekad Kuat Mempertahankan Pancasila Kalian telah
Lebih terperinci2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut
2.4.1 Struktur dan Anatomi UUD NRI tahun 1945 Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya mengandung Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara tidak ikut diamandemen. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan hukum menjadi pedoman/landasan oleh pemerintah dalam menjalankan pemerintahan negara. Makna
Lebih terperinciPROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN
PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2011-2015 DENGAN
Lebih terperinci