PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETEPENG DAN ABU SABUT KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

Transkripsi

1 PEMANFAATAN EKSTRAK DAUN KETEPENG DAN ABU SABUT KELAPA UNTUK PERTUMBUHAN TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) Rahmawasiah Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau, Dilaksanakan di Kelurahan Buntu Datu, Kecamatan Bara Kota Palopo, yang dimulai Juni sampai September Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok yang terdiri dari 4 perlakuan, masing masing perlakuan sebagai berikut PO Kontrol, P1 (Ekstrak daun ketepeng 100 ml dan abu sabut kelapa 5,0 gr/tanaman), P2 (Ekstrak daun ketepeng 300 ml dan abu sabut kelapa 10 gr/tanaman), P3 (Ekstrak daun ketepeng 500 ml dan abu sabut kelapa 15 gr/tanaman). Masing masing perlakuan diulang sebanyak 4 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan jenis perlakuan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah daun sedangkan tinggi tanaman tidak berpengaruh nyata. Kata kunci: Ekstrak daun ketepeng, abu sabut kelapa, tanaman kacang hijau PENDAHULUAN Di Indonesia kacang hijau sebagai salah satu bahan makanan terpopuler. Hampir di seluruh wilayah tumbuh di daerah yang beriklim tropis, serta memiliki banyak manfaat karena tingginya kandungan protein nabati dari kacang hijau setelah kacang kedelai dan kacang tanah. Kandungan gizi yang terdapat dalam 100 gr kacang hijau adalah 345 kalori, 22 gr protein, 1,2 gr lemak, karbohidrat 62,90 gr, dan sisanya berupa kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin C, vitamin E, air (Ari, 2011). Kacang hijau enak dan banyak mengandung vitamin dan mineral bermanfaat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti beri -beri, radang ginjal, tekanan darah tinggi, mengurangi gatal karena biang keringat, muntaber, menguatkan fungsi limpa dan

2 lambung, impotensi, TBC, jerawat, mengatasi flek hitam di wajah, dan menurunkan demam. Dengan kandungan gizi dan manfaat dari kacang hijau untuk kesehatan yang begitu banyaknya, sehingga tak heran jika banyak warga Indonesia yang mengkonsumsi tanaman kacang hijau (Atman, 2007). Namun tanaman kacang hijau masih kurang mendapat perhatian petani, meskipun hasil tanaman ini mempunyai nilai gizi yang tinggi dan harga yang baik. Dibanding dengan tanaman kacang-kacangan yang lain, kacang hijau memiliki kelebihan ditinjau dari segi agronomi maupun ekonomis, seperti lebih tahan kekeringan, serangan hama penyakit lebih sedikit, dapat dipanen pada umur hari, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, dan cara budidayanya yang mudah. Dengan demikian kacang hijau mempunyai potensi yang tinggi untuk dikembangkan (Sunantara, 2000). Masalah yang dihadapi dalam pengembangan kacang hijau adalah masih rendahnya produksi yang dicapai petani. Rendahnya hasil disebabkan oleh budidaya yang kurang baik, persediaan air tidak JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO cukup, adanya serangan hama dan penyakit terutama seperti bercak daun Cercospora, karat daun, embun tepung, kudis (scab) dan (Rukmana, 1997). virus Salah satu alternatif untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan pemberian bahan organik. Bahan organik yang mempunyai potensi untuk digunakan dan mudah didapat antara lain adalah sabut kelapa. Sabut kelapa merupakan limbah pertanian yang selama ini kurang dimanfaatkan keberadaannya. Pemanfaatan sabut kelapa sebagai pengganti pupuk KCL merupakan salah satu alternatif untuk menurunkan biaya produksi. Selain itu pemberian sabut kelapa dalam bentuk abu memberikan keuntungan bila dibandingkan pemberian dalam bentuk segar, karena pemberian dalam bentuk abu unsur hara yang terkandung di dalamnya lebih cepat tersedia bagi tanaman (Denian dan Fiani, 2001). Penambahan abu sabut kelapa mampu menambah tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah polong dan jumlah biji per polong. Pemberian bahan organik ke dalam tanah memperlihatkan pengaruh yang sangat penting bagi tanaman, karena

3 menyumbangkan hara, terutama unsur kalium (K) sehingga kalium tersedia di dalam tanah meningkat. Dengan besarnya ketersediaan kalium di dalam tanah memungkinkan akar tanaman menyerap unsur kalium yang tersedia untuk memenuhi kebutuhannya (Gusnadi, 1999). Pada saat ini petani lebih cenderung menggunakan bahan anorganik yang dapat merusak sifat fisika, kimia, maupun biologi tanah, bahkan dapat merugikan ekosistem yang ada di alam. Dengan melihat masalah tersebut dapat diaplikasi pengendalian sederhana dalam mengendalikan hama dan penyakit dengan menggunakan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa. Di samping itu juga dapat digunakan sebagai penyubur tanah. Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai efektifitas penggunaan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.). Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah penggunaan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.). Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau (Phaseolus radiatus L.). Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan informasi atau referensi bagi para mahasiswa dan masyarakat tentang pemanfaatan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa sebagai bahan yang dapat digunakan kembali. 2. Memberikan pengetahuan baru tentang cara budidaya tanaman kacang hijau dengan menggunakan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa. METODE PENELITIAN Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Cokroaminoto Palopo Kelurahan Buntu Datu, Kecamatan

4 Bara, Kota Palopo. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni sampai September Bahan Dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang hijau, tanah, pupuk kandang, ekstrak daun ketepeng, abu sabut kelapa, air. Alat yang digunakan adalah polybag, gembor, sekop, timbangan, blender, handsprayer, mistar, dan alat tulis menulis. Metode Percobaan Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali sehingga terdapat 16 unit percobaan. Dengan konsentrasi sebagai berikut: P0= Kontrol P1= Ekstrak daun ketepeng 100 ml dan abu sabut kelapa 5,0 gr/tanaman P2= Ekstrak daun ketepeng 300 ml dan abu sabut kelapa 10 gr/tanaman P3= Ekstrak daun ketepeng 500 ml dan abu sabut kelapa 15 gr/tanaman Metode Pelaksanaan a. Persiapan Media Tanam Menyiapkan media tanam yang akan digunakan yaitu tanah dan pupuk kandang. Kedua JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO bahan tersebut dicampur menjadi satu dengan perbandingan 1:1 kemudian dimasukkan ke dalam polybag yang tersedia. Agar tidak terjadi perbedaan perlakuan yang diberikan, maka media tanam dalam polybag ditimbang dengan berat yang sama. Setelah itu polybag disusun dan diletakkan berdasarkan denah yang telah dibuat sesuai metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). b. Penanaman Penanaman benih kacang hijau dilakukan setelah benih direndam, kemudian benih kacang hijau ditanam pada polybag yang sudah diisikan tanah dan pupuk kandang sebanyak 5 benih/polybag. Setelah tumbuh 1 mst dilakukan penjarangan dengan menyisakan 2 tanaman tiap polybag dengan memilih tanaman yang sehat pertumbuhannya. c. Pemeliharaan Untuk mendapatkan hasil pertumbuhan yang baik harus dilakukan pemeliharaan secara intensif, pemeliharaan meliputi penyiraman, penyiangan, dan

5 pemasangan kayu penyanggah. Penyiraman dilakukan pada pagi dan sore hari sedangkan penyiangan dilakukan jika terdapat gulma tumbuh disekitar tanaman. Pemasangan kayu penyanggah dilakukan pada saat tanaman kacang hijau mulai berbuah agar tanaman tidak rebah, kayu penyanggah dipasang di dalam polybag kemudian diikatkan dengan tanaman kacang hijau. d. Panen Tanaman kacang hijau dipanen pada umur 7 minggu setelah tanam, dengan ciri-ciri polong berwarna coklat sampai hitam, kulit polongnya mengeras atau mengering. Panen dilakukan dengan cara dipetik dan dimasukkan ke dalam plastik. Adapun Parameter pengamatan pada penelitian ini adalah: 1. Tinggi tanaman (cm), diukur dari pangkal sampai titik tumbuh tanaman. 2. Jumlah daun (helai), dihitung jumlah daun yang terbentuk sempurna. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Tinggi Tanaman (cm) Hasil pengamatan rata-rata tinggi tanaman dari pengamatan minggu 2 sampai minggu 7 serta sidik ragamnya dapat disajikan pada Tabel Lampiran 1a hingga 6a dan 1b hingga 6b. Sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa yang digunakan berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman kacang hijau.. Parameter Pengamatan

6 JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO Rerata Tinggi Tanaman ,75 37,075 29,75 32,25 P 0 P 1 P 2 P 3 Gambar 1. Diagram rata-rata tinggi tanaman kacang hijau pada akhir percobaan Diagram tersebut di atas analisis rata-rata dan sidik ragam menunjukkan bahwa pada (P3) yang menunjukkan berpengaruh penggunaan ekstrak daun ketepeng 500 ml dan abu sabut kelapa 15 gr/tanaman, memperlihatkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dengan rata-rata tinggi tanaman 37,075 (cm), dan yang paling terendah adalah pada perlakuan (P0) kontrol dengan rata-rata tinggi tanaman 29,75 (cm). 2. Jumlah Daun (Helai) nyata terhadap perlakuan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa, hal ini dapat dilihat pada Tabel Lampiran 7a hingga 12a dan 7b hingga 12b. Pengaruh perlakuan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa terhadap tanaman kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 2 diagram dan Tabel 1 dibawah ini. Pada pengamatan jumlah daun tanaman kacang hijau dihasilkan

7 Rerata Jumlah Daun 60 52, ,75 31, P 0 P 1 P 2 P 3 Gambar 2. Diagram rata-rata jumlah daun tanaman kacang hijau pada akhir percobaan Berdasarkan diagram di atas memperlihatkan bahwa rata-rata jumlah daun pada P0 lebih rendah bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, akan tetapi pada penggunaan ekstrak daun ketepeng 500 ml dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dari sidik ragam pada Tabel Lampiran 1a hingga 6a dan 1b hingga 6b menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa memberikan pengaruh tidak nyata namun pada (P3) ekstrak daun ketepeng 500 ml dan abu sabut kelapa 15 gr/tanaman relatif lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lainnya terhadap tinggi tanaman. Hal ini disebabkan abu sabut kelapa 15 gr/tanaman kondisi tanaman kacang hijau menunjukkan jumlah daun yang lebih banyak dan Tabel sidik ragam memperlihatkan berpengaruh nyata. karena terdapat kandungan nitrogen yang berfungsi merangsang pertumbuhan vegetatif pada tanaman salah satunya yaitu memicu pertumbuhan tinggi tanaman. Sedangkan pada perlakuan (P1) ekstrak daun ketepeng 100 ml dan abu sabut kelapa 5,0 gr/tanaman dan (P2) daun ketepeng 300 ml dan abu sabut kelapa 10 gr/tanaman lebih rendah karena pemberian ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa lebih sedikit. Penambahan nitrogen

8 JURNAL PERBAL UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO yang cukup pada tanaman akan mempercepat laju pembelahan dan pemanjangan akar, batang dan daun. Pertambahan tinggi tanaman berpengaruh pada pertambahan jumlah daun tanaman. Data hasil pengamatan pada Tabel Lampiran 7a hingga 12a dan 7b hingga 12b menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak daun ketepeng dan abu sabut kelapa memberikan pengaruh nyata dan jumlah daun yang terbanyak pada perlakuan (P3) ekstrak daun ketepeng 500 ml dan abu sabut kelapa 15 gr/tanaman. Pengaruh yang terjadi terhadap banyaknya jumlah daun ini, tidak jauh beda terhadap pertumbuhan tinggi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan ekstrak daun ketepeng 500 ml dan abu sabut kelapa 15 gr/tanaman pada perlakuan (P3) memberikan hasil yang terbaik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun. tanaman, dimana nitrogen selain berfungsi merangsang pertumbuhan tinggi tanaman juga merangsang pertumbuhan daun. Nitrogen juga berfungsi untuk sintesa klorofil dan protein dalam tanaman. Selain itu abu sabut kelapa terdapat unsur magnesium (Mg) yang berfungsi sebagai pembentukan klorofil, aktifator dari berbagai enzim dalam reaksi fotosintesis dan respirasi. Bahkan di dalam abu sabut kelapa terdapat kandungan kalium yang berfungsi untuk memperkuat tubuh tanaman agar daun tidak mudah gugur sehingga akan mendorong pembentukan daun yang lebih banyak. Saran Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan konsentrasi ekstrak daun ketepeng dan dosis abu sabut kelapa untuk mendapatkan hasil yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau. DAFTAR PUSTAKA Ari, A Teknologi Pangan dan Gizi. m.html. Akses Tanggal 23 Oktober Surabaya.

9 Ardi dan Rio Unsure Hara Makro dan Mikro Dalam Tanah. 07/09/03/unsur-hara-dalamtanah-makro-dan-mikro/. Akses Tanggal 23 Desember Bogor. Atman, Teknologi budidaya kacang hijau (Vigna radiata L.). Jurnal Ilmiah Tambua, Vol. VI, No.1, hlm. BPTP Sumatera Barat. Eko, P Pengertian Unsur Hara Esensial. ertian-unsur-hara-esensial. Akses Tanggal 21 Oktober Denian, A. dan A. Fiani, Tanggap Terhadap Bahan Organik Limbah. Stigma 9 : Gusnadi, Pengaruh Pemberian Berbagai Jenis Abu Tanaman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai. Skripsi Sarjana. Fakultas Pertanian Universitas Jambi, Jambi. Hartono dan Purwono, Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta. Haryono, S Penyakit-penyakit Tanaman Pangan Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hilman, Kacang-kacangan Kontribusi Terhadap Ketahanan Pangan dan Perkembangan Teknologinya. Inovasi Pertanian Tanaman Pangan. Puslitbangtan Bogor. Kuswadi, Pengapuran tanah Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Marzuki, A. R. dan Soeprapto HS., Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta. Purwono, Budidaya dan Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadaya. Jakarta. Putut, U Pestisida Organik. pot. Diakses 21 Oktober Rukmana, R Kacang Hijau Budidaya dan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta. Suharto, Pengenalan dan Pengendalian Hama Tanaman Pangan. Andi Offset. Yogyakarta. Sunantara, Teknik Produksi Benih Kacang Hijau. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (Teknologi Produksi Benih Kacang Hijau. Denpasar. Bali. Syamsuhayyu, Manfaat Unsur Hara Esensial. Akses tanggal 21 Oktober Syamsuhidayat,S. dan Ria,J Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.