GAMBARAN BERAT BADAN ANAK USIA TODDLER DI DESA TOMPO KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN BERAT BADAN ANAK USIA TODDLER DI DESA TOMPO KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU"

Transkripsi

1 GAMBARAN BERAT BADAN ANAK USIA TODDLER DI DESA TOMPO KECAMATAN BARRU KABUPATEN BARRU Sri Syatriani 1 1 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Makassar ABSTRACT Backgrounds: Weight loss is anthropometric important in infancy and toddler. Barru in the number of infants weighed as much as in 2013, which recorded weighed as much as The study aims to reveal the child's weight based on employment toddler's mother, maternal education, and history of infectious disease. Methods: This type of research is descriptive research. Samples are all children aged 1-3 years as many as 65 children were selected in total sampling. Results: The results showed that the child's weight within the normal ranges as much as 6 people with education Mrs. SD, the child's weight category over as many as 9 people with education Mother SMP, the child's weight within the normal ranges as much as 6 people with education Mother SMA and weight of children in normal category of 4 people with a college education Mother, then the child's weight within the normal ranges as many as 18 people whose mother did not work and the child's weight in the weight category is very less as many as 12 people who have had a history of infections (ARI). Conclusions: The conclusions of this research is the child's weight is at most that a child's weight is as much as 9 people were mother junior high school education, the child's weight is at most that the child's weight normally about 18 people who work mother did not work, and the child's weight is at most that the child's weight is very less as many as 12 people who have had a history of infectious disease (ispa). Advice to mothers to bring their children for regular visits to the IHC to perform inspection / weighing to prevent malnutrition. Keywords: Weight, Toddler Children, Education, Employment, Infectious Disease history PENDAHULUAN Masa balita khususnya dibawah dua tahun merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Pertumbuhan berat anak dimulai sejak lahir sampai anak berumur delapan belas tahun dan dipengaruhi beberapa faktor yang secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor genetik dan non genetik, seperti lingkungan, nutrisi dan penyakit (Mumpuni, 2012). Menurut hasil UNICEF-WHO (2012), diperkirakan terdapat 101 juta anak dibawah usia lima tahun di seluruh dunia mengalami masalah berat badan kurang, menurun dibandingkan dengan perkiraan sebanyak 159 juta pada tahun Meskipun prevalensi berat badan kurang pada anak usia dibawah lima tahun mengalami penurunan sejak tahun 1990, rata-rata kemajuan kurang berarti dengan jutaan anak masih termasuk dalam kategori beresiko. Pemantauan pertumbuhan balita yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur 6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir cenderung meningkat dari 25,5 persen (2007), 23,8 persen (2010) menjadi 34,3 persen (2013) (Riskesdas, 2013). Junlah balita di Sulawesi Selatan pada tahun 2012 yang ditimbang 26,47 % dan tidak ditimbang 73,53 % dimana pada kota makassar terdapat balita dimana yang tercatat ditimbang 80% dari jumlah total balita sedangkan dikota bone terdapat balita dimana yang tercatat ditimbang 67,11 % dari total balita (Dinkes Sulsel, 2012). Berdasarakan data Dinas Kesehatan Kabupaten Barru jumlah balita ditimbang pada tahun 2013 sebanyak (Dinkes Kabupaten Baruu, 2013). Berdasarkan hasil 93

2 survei pengambilan data awal di Puskesmas Palakka di peroleh data 65 anak usia 1-3 tahun yang berada di Desa Tompo Pemantuan pertumbuhan berat badan anak balita 6-59 bulan yang tidak pernah dipantau pertumbuhan berat badan selama enam bulan terakhir tertinggi di Sulawesi Tenggara (56,1%) dan terendah DI Yogyakarta (2,5%). Selain itu terjadinya masalah pertumbuhan kependekan, berat kurang dan obesitas, dalam kunjungan ke posyandu berkurang dikarenakan status pendidikan dan jenis pekerjaan orang tua ( Kemenkes RI, 2010). Semakin tinggi pendidikan orang tua maka semakin orangtua memperhatikan pemantauan berat badan anak. Pendidikan orangtua yang tinggi lebih mudah menerima informasi berkaitan dengan masalah-masalah pertumbuhan pada anak balita (Kemenkes RI, 2010). Pengetahuan gizi kerap dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang berdampak pada peran dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan lebih mudah menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga dapat menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pengetahuan ibu tentang kesehatan dan gizi sangat berperan nyata dalam resiko gizi kurang maupun gizi buruk. Bentuk kepedulian pada gizi anak merupakan salah satu tanggung jawab dari keluarga dalam hal ini ibu rumah tangga dan secara tidak langsung merupakan tanggung jawab masyarakat. Kegiatan-kegiatan yang menyangkut perbaikan gizi banyak melibatkan kaum ibu, maka ibu merupakan tokoh utama yang harus peduli pada keadaan gizi anak (Depkes RI, 2008). Orang tua adalah sosok yang tak bisa lepas dari proses tumbuh kembang anaknya, lebih khususnya ibu. Dewasa ini, sebagian besar ibu telah mengambil peran lebih di masyarakat, yaitu menjadi pekerja.peran wanita telah bergeser dari peran tradisional menjadi modern. Dari hanya memiliki peran untuk melahirkan anak (reproduksi) dan mengurus rumah tangga, kini wanita mempunyai peran sosial dimana dapat berkarir dalam bidang apapun didukung pendidikan yang tinggi. Dari total populasi 112 juta jumlah pekerja di Indonesia, saat ini ada 43 juta pekerja perempuan yang membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2012). Data Badan Pusat Statistik Nasional Tahun 2012 menunjukan bahwa dari 100% perempuan di Indonesia didapatkan 97,25% adalah perempuan bekerja dan sisanya 2,74% adalah perempuan tidak bekerja Ibu bekerja dapat memberikan dampak negatif maupun positif terhadap pertumbuhan anak. Dampak negatif dari ibu bekerja adalah, kehadiran ibu dalam kehidupan sehari-hari anak lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Dampak positif dari ibu bekerja terhadap pertumbuhan anak dapat dilihat dari efek yang didapat apabila anak dititipkan di tempat penitipan anak yang memperkerjakan pengasuh terlatih (Soetjiningsih, 2012). Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 menyebutkan prevalensi insiden diare pada balita di Indonesia adalah 6,7%. Aceh merupakan provinsi tertinggi dengan insiden diare mencapai 10,2%.1 Pada tahun 2013, Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) Provinsi Aceh berada pada peringkat ke-20 dengan nilai 0,6.2 Derajat kesehatan masyarakat ditentuka noleh berbagai faktor termasuk angka kematian bayi (AKB) yang erat kaitannya dengan penyakit infeksi. Penyakit infeksi yang sering menyebabkan kematian bayi seperti infeksi saluran napas dan infeksi saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri atau parasit yang menyebabkan bayi mengalami demam, muntah, sesak napas, diare, atau gejala sistemik lainnya. AKB di Provinsi Aceh tahun 2012 mencapai 10,8 bayi per 1000 kelahiran bayi hidup. Penyakit infeksi pembunuh utama pada bayi dan balita adalah diare dan pneumonia. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 1-3 tahun sebanyak 65 anak di Desa Tompo Wilayah kerja Puskesmas Palakka Kecamatan Barru Kabupaten Barru. Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 1-3 tahun sebanyak 65 Orang, yang dipilih menggunakan teknik total sampling. Data dikumpulkan dengan wawancara menggunakan kuesioner. 94

3 HASIL PENELITIAN Karateristik Responden Tabel 1 Karakteristik Responden di Desa Tompo Kecamatan Barru Kabupaten Barru Karakteristik Responden n % Pendidikan Ibu SD SMP SMA PT ,2 36,9 21,5 15,4 Pekerjaan Ibu Tidak bekerja Bekerja ,7 12,3 Jumlah ,0 Tabel 1 menunjukkan pendidikan bu yang paling banyak yaitu SMP yaitu 24 orang (36,9%) dan paling banyak ibu yang tidak bekerja yaitu 57 orang (87,7%). Karakteristik Sampel Tabel 2 Karakteristik Balita di Desa Tompo Kecamatan Barru Kabupaten Barru Karakteristik Balita n % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Umur 1 tahun 2 tahun 3 tahun Berat Badan Lebih Normal Kurang Sangat kurang Riwayat Penyakit Infeksi ISPA Tidak ada penyakit Infeksi ,5 41,5 21,5 60,0 18,5 29,2 33,8 18,5 18, , ,5 Jumlah ,0 Tabel 2 menunjukkan bahwa anak usia toddler paling banyak laki-laki yaitu 38 orang (58,5%), paling banyak berumur 2 tahun yaitu 39 orang (69,0%), paling banyak berat badan normal yaitu 22 orang (33,8%) dan paling banyak tidak ada riwayat penyakit infeksi yaitu 38 orang (58,5%). Distribusi Pendidikan Ibu dan Berat Badan Anak Tabel 3 Distribusi Berdasarkan Pendidikan Ibu dan Berat Badan Anak Usia Toddler Di Desa Tompo Kecamatan Barru Kabupaten Barru Pendidikan Ibu Berat Badan Anak Sangat Jumlah Lebih Normal Kurang Kurang n % n % n % n % n % SD 4 21,1 6 27,3 4 33, ,1 SMP 9 47,3 6 27,3 4 33,3 5 41, ,9 SMA 4 21,1 6 27,3 1 8, ,5 PT 2 10,5 4 18, , ,5 Jumlah 100,0 100, , , ,0 Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 19 anak usia toddler yang memiliki berat badan lebih paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 9 orang (37,5%) dan paling sedikit 95

4 pendidikan tinggi yaitu 2 orang (10,5%), dari 22 anak yang berat badannya normal paling banyak pendidikan ibunya SD, SMP, dan SMA yaitu 6 orang (27,3%) dan paling sedikit penguruan tinggi yaitu 4 orang (18,1%), dari 12 anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak pendidikan ibunya SD dan SMP yaitu 4 orang (33,3%) dan paling sedikit SMA yaitu 1 orang(8,4%), dari 12 anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 5 orang (41,7%) dan paling sedikit perguruan tinggi yaitu 1 orang (8,3%). Distribusi Pekerjaan Ibu dan Berat Badan Anak Tabel 4 Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Ibu dan Berat Badan Anak Usia Toddler Di Desa Tompo Kecamatan Barru Kabupaten Barru Pekerjaan Ibu Berat Badan Anak Sangat Lebih Normal Kurang Jumlah Kurang n % n % n % n % n % Tidak Bekerja 18 94, , , , ,7 Bekerja 5,3 4 18,2 2 16,7 1 8,3 8 12,3 Jumlah , , , , ,0 Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 19 anak usia toddler yang memiliki berat badan lebih paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 18 orang (94,7%), dari 22 anak yang berat badannya normal paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 18 orang (81,8%), dari 12 anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 10 orang (83,3%), dan dari 12 anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 11 orang (91,7%). Distribusi Riwayat Penyakit Infeksi dan Berat Badan Anak Tabel 5 Distribusi Berdasarkan Riwayat Penyakit Infeksi dan Berat Badan Anak Usia Toddler di Desa Tompo Kecamatan Barru Kabupaten Barru Riwayat Penyakit Infeksi Berat Badan Anak Sangat Jumlah Lebih Normal Kurang Kurang n % n % n % n % n % ISPA 5 26,3 6 27,3 4 33, , ,5 Tidak ada riwayat penyakit 14 73, ,7 8 66, ,5 infeksi Jumlah , , , , ,0 Tabel 5 menunjukkan bahwa dari 19 anak usia toddler yang memiliki berat badan lebih paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 14 orang (73,7%), dari 22 anak yang berat badannya normal paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 16 orang (72,7%), dari 12 anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 8 orang (66,7%), dan dari 12 anak yang memiliki berat badan sangat kurang semuanya menderita ISPA (100,0%). 96

5 PEMBAHASAN Pendidikan Ibu Pendidikan Ibu adalah jenjang pendidikan terakhir yang berhasil ditamatkan oleh Ibu balita. Dimana jenjang pendidikan terdiri dari pendidikan rendah, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi/perguruan tinggi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 anak usia toddler yang memiliki berat badan lebih paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 9 orang (37,5%) dan paling sedikit pendidikan tinggi yaitu 2 orang (10,5%), dari 22 anak yang berat badannya normal paling banyak pendidikan ibunya SD, SMP, dan SMA yaitu 6 orang (27,3%) dan paling sedikit penguruan tinggi yaitu 4 orang (18,1%), dari 12 anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak pendidikan ibunya SD dan SMP yaitu 4 orang (33,3%) dan paling sedikit SMA yaitu 1 orang(8,4%), dari 12 anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 5 orang (41,7%) dan paling sedikit perguruan tinggi yaitu 1 orang (8,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 anak usia toddler yang memiliki berat badan lebih paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 9 orang (37,5%) dan paling sedikit perguruan tinggi yaitu 2 orang (10,5%). Semakin tinggi pendidikan orang tua tidak selamanya pengetahuan tinggi, karena sekalipun pendidikan ibu yang tinggi apabila ibunya kurang pengetahuan, kurang informasi dan acuh tak acuh terhadap pertumbuhan balitanya maka akan berpengaruh terhadap pertumbuhan balitanya. Sebaliknya pendidikan rendah tidak selalu membuat pengetahuan rendah, karena sekalipun pendidikan ibu rendah tetapi apabila ibu sering membaca dan mendapatkan informasi tentang kesehatan serta memperhatikan anaknya maka pertumbuhan anaknya akan baik. Anak yang berat badannya normal paling banyak pendidikan ibunya SD, SMP, dan SMA yaitu 6 orang (27,3%) dan paling sedikit penguruan tinggi yaitu 4 orang (18,1%), hal ini disebabkan karena orang tua kurang pengetahuan bagaimana asupan gizi yang baik untuk anaknya, mereka cenderung untuk acuh dan menggapnya tidak penting. Selain itu pada saat saya melakukan wawancara banyak ibu beranggapan bahwa apabila anaknya gemuk mereka sangat senang dibanding anaknya kurus, padahal di dunia kesehatan anak yang mengalami berat badan lebih (obesitas) mereka rentang terhadap penyakit, selanjutnya dari 12 anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak pendidikan ibunya SD dan SMP yaitu 4 orang (33,3%) dan paling sedikit SMA yaitu 1 orang(8,4%) hal ini disebabkan karena pengetahuan Ibu yang kurang tentang pemberian jenis makanan yang seimbang. Anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 5 orang (41,7%) dan paling sedikit perguruan tinggi yaitu 1 orang (8,3%), hal ini disebabkan karena orang tua beranggapan bahwa dengan dirinya yang pintar karena pendidikanya yang tinggi mereka beranggapan adalah yang paling tahu tentang kesehatan Anaknya, padahal sebenarnya mereka masih memerlukan bantuan bimbingan dari ahli gizi dan medis serta rajin pergi ke pelayanan kesehatan atau kunjungan ke Posyandu setiap bulannya untuk mengatasi permasalahan kesehatan anaknya. Selain itu salah satu faktor yang dapat menyebabkan berta badan anak sangat kurang (malnutrisi) adalah perilaku dan pola pikir orang tua (Ibu) yang Seringkali malas datang untuk kunjungan ke Posyandu, serta orang tua yang menitipkan anaknya ke keluarga atau tetangga, otomotis anak yang ditip tersebut tidak mendapatkan perhatian semestinya sehingga berdampak ke fisik dan psikologis anak tersebut. Perilaku dan pola pikir orang tua yang seperti itu menyebabkan anak selalu dalam kondisi berat badan anak kurang, sangat kurang dan anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit. Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting untuk tumbuh kembang anak. Karena dengan pendidikan yang baik, orang tua dapat menerima segala konfirmasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anak, mendidiknya, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian Astuti (2011), menunjukkan bahwa pendidikan Ibu berhubungan dengan pengetahuan terhadap konsumsi pangan yang berpengaruh terhadap berat badan anak, karena tidak selamanya Pendidikan yang tinggi tidak selalu membuat pengetahuan tinggi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sari (2012), yang menunjukan adanya hubungan tingkat pengetahuan dengan status gizi balita. Pengetahuan yang baik akan mempengaruhi pola konsumsi makanan sehingga akan terjadi status gizi yang baik. Pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan formal maupun informal. Penelitian ini tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan status gizi, meskipun pada penelitian 97

6 lain tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status gizi. Pekerjaan Ibu Pekerjaan Ibu adalah aktivitas rutin ibu yang dilakukan pada saat survei dalam rangka memberikan penghasilan tambahan pada keluarga. Hasil penelitian menunjukkan dari 19 anak usia toddler yang memiliki berat badan lebih paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 18 orang (94,7%), dari 22 anak yang berat badannya normal paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 18 orang (81,8%), dari 12 anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 10 orang (83,3%), dan dari 12 anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 11 orang (91,7%). Hal ini disebabkan karena status pekerjaan dari ibu yang menjadi ibu rumah tangga/tidak bekerja, maka ibu akan mempunyai waktu yang lebih untuk memberikan perhatian kepada anaknya dan selalu mendampingi tumbuh kembang anak, tetapi disisi lain ibu yang tidak bekerja kurang mereka pengetahuan tentang jenis makanan yang seimbang untuk anaknya. Sebaliknya ibu yang bekerja tidak mempunyai banyak waktu untuk mengurus anaknya, selain itu rata-rata ibu yang bekerja tidak mempunyai pengasuh untuk anaknya, mereka hanya menitipkan anaknya ke keluarga atau ke tetangga. Anak usia 0-5 tahun masih sangat bergantung pada ibunya, hal ini disebabkan usia 0-5 tahun belum dapat melakukan kegiatan pribadinya seperti makan, mandi, belajar dan sebagainya. Mereka masih perlu bantuan dari orang tua dalam melakukan pekerjaan tersebut. Perhatian ibu kepada anak yang diasuh oleh ibunya sendiri tidak kepada orang lain misalnya pembantu maka status gizinya dapat terjaga dengan baik. Dampak negatif dari ibu bekerja adalah, kehadiran ibu dalam kehidupan seharihari anak lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Dampak positif dari ibu bekerja terhadap pertumbuhan anak dapat dilihat dari efek yang didapat apabila anak dititipkan di tempat penitipan anak yang memperkerjakan pengasuh terlatih (Soetjiningsih, 2012 ). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan Nasution (2010), dalam penelitian ini menjelaskan apabila pekerjaan orang tua anak dikategorikan pekerjaan tetap maka penghasilan setiap bulan dapat berpengaruh dalam pertumbuhan dan status gizi anak yang berpengaruh terhadap berat badan anak. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ony Linda dan Dian Kholika Hamal (2011) di Kota dan Kabupaten Tangerang menunjukkan bahwa lebih banyak ibu balita tidak bekerja Riwayat penyakit Infeksi Penyakit infeksi adalah penyakit yang diderita oleh balita selama tiga bulan terakhir sesuai dengan medical recordnya dan hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 19 anak usia toddler yang memiliki berat badan lebih paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 14 orang (73,7%), dari 22 anak yang berat badannya normal paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 16 orang (72,7%), dari 12 anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 8 orang (66,7%), dan dari 12 anak yang memiliki berat badan sangat kurang semuanya menderita ISPA (100,0%). Hal ini disebabkan karena faktor daya tahan tubuh yang kurang atau lemah. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada keadaan gizi sangat kurang balita lebih mudah terserang ISPA berat bahkan seranganya lebih lama. Oleh karena itu diharapkan peran keluarga baik yang dilakukan oleh ibu maupun anggota keluarga lainnya untuk pencegahan dan penangulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dengan cara membawa balita ke pelayanan kesehatan untuk ditindak lanjuti agar penyakit tidak menjadi lebih berat. Selain itu keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini ISPA. Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam masyarakat atau keluarga, karena penyakit ini banyak menuyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit. Balita sangat rentan terhadap penyakit, sehingga angka kematian balita juga tinggi, terutama kematian bayi. Kerentangan terhadap penyakit dapat dikurangi antara lain dengan memberikan gizi yang baik termasuk ASI (air susu ibu), meningkatkan sanitasi, da memberikan imunisasi. Dengan demikian, diharapkan anak terhindar dari penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Setiap anak sebaiknya mendapatkan imunisasi terhadap berbagai penyakit yaitu TB, Polio, 98

7 DPT (Dipteri, Pertusis, Tetanus), hepatitis B, campak, MMR (measles. Mumps, rubella), HIB (hemophilus influenza B), hepatitis A, demam tifoid, Varisella, IPD (invasive pneumococcal disease), virus influenza, HPV (human papilloma virus), rotavirus, dan sebagainya (Soetjiningsih, 2012). Hasil penelitian Susi (2011), sejalan dengan penelitian ini yang meneliti tentang hubungan penyakit Infeksi Ispa dengan pneumonia dengan status Gizi anak Balita gizi kurang RSUD pasar Rebo Jakarta menemukan bahwa ada hubungan bermakna yang sangat siknifikan antara status gizi balita gizi kurang dengan ISPA. SIMPULAN 1. Berat badan anak yang paling banyak adalah berat badan normal yaitu 22 orang (33,8%) dan paling sedikit berat badan kurang dan sangat kurang yaitu 12 orang (18,5%). 2. Anak yang berat badannya normal paling banyak pendidikan ibunya SD, SMP, dan SMA yaitu 6 orang (27,3%) 3. Anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak pendidikan ibunya SD dan SMP yaitu 4 orang (33,3%). 4. Anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak pendidikan ibunya SMP yaitu 5 orang (41,7%). 5. Anak yang berat badannya normal paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 18 orang (81,8%). 6. Anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 10 orang (83,3%). 7. Anak yang memiliki berat badan sangat kurang paling banyak ibunya tidak bekerja yaitu 11 orang (91,7%). 8. Anak yang berat badannya normal paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 16 orang (72,7%). 9. Anak yang memiliki berat badan kurang paling banyak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu 8 orang (66,7%), 10. Anak yang memiliki berat badan sangat kurang semuanya menderita ISPA (100,0%). SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat diberikan saran sebagi berikut: 1. Ibu disarankan lebih memperbanyak pengetahuan/wawasan mengenai pertumbuhan berat badan anak dengan cara rutin memeriksa kesehatan anaknya di pusat pelayanan terdekat, serta menggunakan media internet yang ada. 2. Ibu yang bekerja diharapkan untuk membagi waktunya terutama mengenai kebutuhan anaknya. 3. Riwayat penyakit Infeksi sangat rentang terhadap balita oleh karena itu diharapkan kepada ibu untuk menjaga kesehatan anaknya dengan cara rutin memeriksakan anaknya di pusat pelayanan kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Astuti. R. K Hubungan antara Status Sosial Ekonomi Keluarga dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah Di SDN Godog I Polokarto Sukoharjo. Skripsi. Fik Ums. - hubungan - antara - status sosial ekonomi - keluarga - dengan- status. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016 Biro Pusat Statistik, 2012, Indonesia dalam Angka Tahun Depkes, RI, Profil Kesehatan Indonesia. Dinkes Provinsi Sulawesi Selatan, Profil Kesehatan SULSEL tahun. related: press.com/profil-kesehatan/dinkesprov-sulsel/ dinkes prov sulsel tentang berat badan diakses pada tanggal 13 Januari 2016 jam 14:00 Dinkes Kabupaten Barru, Profil Kesehatan Kabupaten Barru. Kemenkes, RI Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Linda Ony, dan Hamal D.K., Hubungan pendidikan dan pekerjaan orangtua serta Pola Asuh dengan status Gizi Balita di kota dan Kabupaten Tangerang Banten. Proseding Penelitian Bidang Ilmu Eksaskta Mumpuni. EA Jurnal Gambaran Berat Badan anak Usia Toddler Ditinjau Dari Pendidikan dan Pekerjaan Ibu Dalam Kunjungan Ke posyandu Balita Desa Mayang Wilayah Kerja Puskesmas Gatak. ums. ac. id/21979/25/naskah_publikasi.pdf. Diakses pada tanggal 25 Desember 2015 Nasution, D. R. Sari Jurnal Gambaran Status Gizi Balita Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Makanan Tambahan Di Puskesmas Mandala Medan Tahun Skripsi. 99

8 FK. USU usu. ac.id/bitstream/ /14265/1/10 E pdf. Diakses pada tanggal 20 Februari 2016 RISKESDAS Prevalensi Balita Gizi Buruk. Jakarta Sari Endah Purnama, Hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan Status Gizi Balita di Posyandu Wijya Kusuma RT 04, Geblagan, Tamantirto Kasihan Bantul. mod=browse&op=read&id=yoptumyfkp p-gdl-endahpurna-575 diakses pada tanggal 25 Januari Susi Hartati, Hubungan penyakit infeksi ISPA dengan status pada anak balita di RSUD Pasar Rebo Jakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia content/uploads/2015/05/9-jurnal- RAHMA-RASYID.pdf. Diakses pada tanggal 25 Januari 2016 Soetjiningsih dan Ranuh Tumbuh Kembang Anak Edisi 2. EGC : Jakarta 100

BAB I PENDAHULUAN. yaitu faktor genetik dan non genetik, seperti lingkungan, nutrisi, dan penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu faktor genetik dan non genetik, seperti lingkungan, nutrisi, dan penyakit. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita khususnya dibawah dua tahun merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat dibandingkan dengan kelompok umur lainnya. Pertumbuhan berat badan

Lebih terperinci

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22 HUBUNGAN PENIMBANGAN BALITA BAWAH DUA TAHUN (BADUTA) TERHADAP STATUS GIZI BADUTA BAWAH GARIS MERAH (BGM) (Relationship between weighing of Children Under Two Years (BADUTA) With Nutrition Status of Below

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses tumbuh kembang balita. Balita pendek memiliki dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya.

Lebih terperinci

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009

GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 GAMBARAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI KABUPATEN BULUKUMBA; STUDI ANALISIS DATA SURVEI KADARZI DAN PSG SULSEL 2009 Nadimin1) 1) Department of Nutritional Health Polytechnic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakancg Pada negara-negara berkembang seperti halnya Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama tingginya angka kesakitan (mordibity) dan angka kematian (mortality).

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI (Studi Observasional di Wilayah Kerja Puskesmas Martapura Timur Kabupaten Banjar Tahun 2017) Elsa Mahdalena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, perkembangan dan peningkatan kualitas hidup anak merupakan upaya penting untuk masa depan Indonesia yang lebih baik. Upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG. 50 GIZIDO Volume 5 No. 1 Mei 013 Hubungan Pengetahuan Ibu Els Ivi Kulas HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan yang penting karena menjadi penyebab pertama kematian balita di Negara berkembang.setiap tahun ada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat, penyakit ini sering menyerang anak balita, namun juga dapat ditemukan pada orang dewasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bayi dibawah lima tahun adalah kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap berbagai penyakit (Probowo, 2012). Salah satu penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2010 sekitar 2,5 juta kematian diperkirakan setiap tahun di usia kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di wilayah Asia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA HUBUNGAN STATUS GIZI DAN STATUS IMUNISASI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA Erni Yuliastuti Poltekkes Kemenkes Banjarmasin Jurusan Kebidanan email : yuliastutierni @ymail.com Abstrak Latar Belakang : Infeksi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA Tita Restu Yuliasri, Retno Anjar Sari Akademi Kebidanan Ummi Khasanah email : tita_dheta@yahoo.com Abstrak :Hubungan Tingkat

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5

GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5 GAMBARAN TINGKAT PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP PENIMBANGAN ANAK USIA 0-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAAL X KOTA JAMBI TAHUN 2015 DESCRIPTION OF LEVEL EDUCATION, EMPLOYMENT AND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9 bulan. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit saluran pernapasan akut yang mengenai saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang disebabkan oleh agen infeksius disebut infeksi saluran pernapasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa yang paling sulit untuk dilalui oleh individu, masa yang paling kritis bagi perkembangan pada tahap kehidupan selanjutnya untuk menuju pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50% BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di Negara berkembang. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional yang diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat sangat ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM). SDM yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ISPA adalah proses infeksi akut berlangsung selama 14 hari, yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menyerang salah satu bagian, dan atau lebih dari saluran napas, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat

Lebih terperinci

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG Dwi Novrianda Fakultas Keperawatan Universitas Andalas e-mail: dwinov_82@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pandemik yang terlupakan atau the forgotten pandemic. Tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit pembunuh utama pada balita di dunia, kasus tersebut lebih banyak jika dibandigkan dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di

Lebih terperinci

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016 30 KETERKAITAN KEKURANGAN ENERGI PROTEIN (KEP) DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA USIA (1-5 TAHUN) Nurwijayanti Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Surya Mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia balita merupakan masa di mana proses pertumbuhan dan perkembangan terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup dalam jumlah

Lebih terperinci

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI

Yelli Yani Rusyani 1 INTISARI HUBUNGAN ANTARA WAKTU PENYAPIHAN, POLA PEMBERIAN MAKAN DAN FREKUENSI KUNJUNGAN POSYANDU DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 12-60 BULAN DI DESA GARI, KECAMATAN WONOSARI, KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2012 Yelli

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM:

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM: HUBUNGAN PEMBERIAN MAKAN PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA GAYAMAN KECAMATAN MOJOANYAR KABUPATEN MOJOKERTO SUHUFIL ULA NIM: 1212020028 Subject Pemberian makan, Status gizi, Balita Description

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan terjadi hampir di seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan utama dalam suatu bangsa adalah membangun sumberdaya manusia yang berkualitas sehat, cerdas dan produktif. Pencapaian pembangunan manusia yang diukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang anak karena anak sedang dalam masa tumbuh sehingga segala kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang kesehatan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang ditata dalam Sistem Kesehatan Nasional diarahkan untuk mencapai derajat kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Imunisasi merupakan pemberian vaksin pada balita agar imunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian bayi di Indonesia pada tahun 2013 belum dapat memenuhi target Millenium Depelopment Goals (MDGs) 2015. Dimana angka kematian bayi (AKB) di Indonesia

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA PAPARAN ROKOK DAN TERJADINYA ISPA PADA BALITA DI DUSUN PATUKAN AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Sarjana Keperawatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hak bagi setiap warga Negara Indonesia, termasuk anak-anak. Setiap orang tua mengharapkan anaknya tumbuh dan berkembang secara sehat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari

Lebih terperinci

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Imunisasi Campak Pada Bayi Di Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu Indriyati Mantang 1, Maria Rantung 2, FreikeLumy 3 1,2,3 Jurusan Kebidanan Polekkes Kemenkes Manado

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena 17 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah gizi pada anak masih menjadi masalah dibeberapa negara. Tercatat satu dari tiga anak di dunia meninggal setiap tahun akibat buruknya kualitas gizi. Salah

Lebih terperinci

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita

Kata Kunci : Pola Asuh Ibu, Status Gizi Anak Balita HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMARATAS KECAMATAN LANGOWAN BARAT Preisy D. Mongkol*, Nova H. Kapantow*, Nancy S. H. Malonda** *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA PENDERITA GIZI BURUK DI KABUPATEN BENGKULU SELATAN TAHUN 2014 Yuliarti Akademi Kebidanan Manna Abstrak: Dampak gizi buruk apabila tidak diatasi akan menyebabkan infeksi

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran 21 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Kekurangan gizi pada usia dini mempunyai dampak buruk pada masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan tingkat produktifitas yang

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS

PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS PENDIDIKAN ORANG TUA, PENGETAHUAN IBU, PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-24 BULAN DI KELURAHAN TAROADA KABUPATEN MAROS Asmarudin Pakhri 1, Fahrizal R. Pangestu 2, Salmiah

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM GRINGSING BATANG 5 Anjar Puji Hastuti ABSTRAK World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. penyakit sehingga berkontribusi besar pada mortalitas Balita (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebanyak 6,6 juta anak di bawah lima tahun meninggal pada tahun 2012 di seluruh dunia, dari data tersebut malnutrisi merupakan penyebab dasar pada sekitar 45% kematian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling terkait baik secara langsung maupun tidak langsung. Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN KARAKTERISTIK KEJADIAN LUAR BIASA CAMPAK PADA SALAH SATU DESA DI KABUPATEN PESAWARAN PROPINSI LAMPUNG Nurlaila*, Nur Hanna* Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Lebih dari 12 juta anak berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahun, sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Serangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN DAN MP- DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta) Atikah*, R. Djoko Nugroho**,Siti Fatimah P** * ) Mahasiswa Peminatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas merupakan modal utama atau investasi dalam pembangunan kesehatan. Gizi merupakan penentu kualitas sumber daya manusia.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015 HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015 Puspita Sari*,Vitawati** * Departemen Patologi Klinik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli

Lebih terperinci

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Dedek Mikehartatik 1610104413 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG Ida Fitriya *), Purbowati,S.Gz.,M.Gizi **), dr. H. Adil Zulkarnain, Sp. OG (K) ***) *) Alumnus Program Studi D-IV

Lebih terperinci

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015)

HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015) HUBUNGAN RIWAYAT PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 7 BULAN (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kahuripan Kota Tasikmalaya 2015) Maya Oktaviani 1) Hj. Ai Sri Kosnayani dan Lilik Hidayanti 2) Mahasiswa

Lebih terperinci

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif

Immawati, Ns., Sp.Kep.,A : Pengaruh Lama Pemberian ASI Eklusif PENGARUH LAMA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MULYOJATI KECAMATAN METRO BARAT Immawati Akper Dharma Wacana Metro ABSTRACT Background: Infant mortality rate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional jangka panjang yang didasarkan pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka kematian bayi. Untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan nasional seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Kesehatan RI No 36 Tahun 2009, yaitu tercapainya derajat kesehatan secara optimal bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah gizi buruk dan gizi kurang nampaknya belum bisa teratasi dengan baik dalam skala internasional maupun nasional, tercatat 101 juta anak di dunia berusia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli, serta disusun dalam satu program kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat pula menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan suatu bangsa, sebab anak sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan Ibu dan Anak sebagai bagian dari tujuan MDG s dikarenakan masih tingginya Angka Kematian Bayi dan Anak yang merupakan indikator kesehatan umum dan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi adalah masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak hanya dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOMBOS KOTA MANADO Krisna Lumban Gaol *, Maureen I. Punuh*, Nancy S. H Malonda*. *Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013 PROFILE OF TODDLER MALNUTRITION AT PRIMARY HEALTH CENTER CARINGIN BANDUNG AT SEPTEMBER 2012

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas periode pertumbuhan (Golden Age Periode) dimana pada usia ini sangat baik untuk pertumbuhan otak

Lebih terperinci

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT VOLUME 3 Nomor 03 November 2012 Tinjauan Pustaka PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BALITA DI POSYANDU MONITORING THE GROWTH OF INFANTS IN POSYANDU Fatmalina Febry Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab kedua kematian pada anak dibawah lima tahun. Didapatkan data dari World Gastroenterology Organisation Global Guideline

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012

ARTIKEL ILMIAH. Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012 ARTIKEL ILMIAH Analisis Deskriptif Angka Kematian Balita di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2012 KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mencapai gelar Dimploma III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara

BAB I PENDAHULUAN. sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia merupakan salah satu dari infeksi saluran napas yang sering dijumpai pada anak-anak maupun orang dewasa di negara berkembang. Pneumonia adalah salah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014 Klemens STIKes Prima Jambi Korespondensi penulis :kornelis.klemens@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak balita merupakan kelompok masa yang dianggap kritis sekaligus masa keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila ditinjau dari kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat dalam hal kepadatan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat diperlukan di masa mendatang (Depkes RI, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Kekurangan gizi belum dapat diselesaikan, prevalensi masalah gizi lebih dan obesitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN Mira Yunita 1, Adriana Palimbo 2, Rina Al-Kahfi 3 1 Mahasiswa, Prodi Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seribu hari pertama kehidupan bayi merupakan periode emas karena terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256. ABSTRACT ERNY ELVIANY SABARUDDIN. Study on Positive Deviance of Stunting Problems among Under five Children from Poor Family in Bogor City. Under direction of IKEU TANZIHA and YAYAT HERYATNO. The objectives

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG ANAK USIA 1-3 TAHUN Arifah Istiqomah, Titin Maisaroh Akademi Kebidanan Ummi Khasanah, Jl. Pemuda Gandekan, Bantul e-mail : ariffah@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI Firdawsyi Nuzula 1, Maulida Nurfazriah Oktaviana 1, Roshinta Sony Anggari 1 1. Prodi D

Lebih terperinci

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban)

Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban) Hubungan Antara Jenis Dan Frekuensi Makan Dengan Status Gizi (Bb) Pada Anak Usia 36 48 Bulan (Studi 5 Posyandu Di Desa Remen Kecamatan Jenu - Tuban) Relationship Between The Type And Frequency Of Eating

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WALANTAKAN KECAMATAN LANGOWAN UTARA KABUPATEN MINAHASA Rodela A. Irot*, Nova H. Kapantow*, Maureen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah dasar fundamental bagi pembangunan manusia. Tanpa memandang status sosial semua orang menjadikan kesehatan sebagai prioritas utama dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merujuk pada kebijakan umum pembangunan kesehatan nasional, upaya penurunan angka kematian bayi dan balita merupakan bagian penting dalam program nasional bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari-hari. Makanan atau zat gizi merupakan salah satu penentu kualitas kinerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang memerlukan energi untuk melakukan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari. Energi ini diperoleh dari hasil metabolisme bahan makanan sehari-hari. Makanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA OLEH IBU YANG BERKUNJUNG KE PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN The Relationship of Education and Occupation Prevention

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah tujuh persen per tahun, lebih tinggi dari dekade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa dan pada kelompok usia lanjut. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian jika tidak segera diobati.

Lebih terperinci

Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK

Eva Silviana Rahmawati STIKES NU TUBAN ABSTRAK Gambaran Pemberian Asi Eksklusif dengan Kejadian ISPA Pada Balita Usia 1-4 Tahun di Puskesmas Tuban The Description of Exclusive Breastfeeding Toddlers With the Incidence of ARI in Aged 1-4 Years in Tuban

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (Studi di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun 2014 ) Nurlia Savitri e-mail : savitri.nurlia@gmail.com Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare adalah sindrom penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja melambat sampai mencair, serta bertambahnya frekuensi buang air besar dari

Lebih terperinci