Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2017
|
|
- Ida Sanjaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2017 Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 2018
2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Tahun 2017 Editor: Ivanovich Agusta Sumber Data: Diterbitkan oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi 2018
3 Daftar Isi Pendahuluan 1 Latar Belakang 1 Manfaat Pengetahuan APBDes 1 Konsep Legal 3 Metode 7 Hasil Pendataan Pendapatan, Belanja, dan Desa 9 Pendapatan 9 Belanja Komparasi Desa-desa Antardaerah 16 Daftar Pustaka 24 Lampiran 25
4 Daftar Tabel Teks Tabel 1 Pendapatan Desa di Indonesia, Tabel 2 Perbandingan dan Persentase Rata-rata APBDes Tiap Desa di Indonesia, 2015 dan Tabel 3 Provinsi menurut Persentase Pendapatan Asli Desa di Indonesia, Tabel 4 Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Indonesia, Tabel 5 Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembangunan Desa di Indonesia, Tabel 6 Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembinaan Kemasyarakatan Desa di Indonesia, Tabel 7 Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pemberdayaan Masyarakat Desa di Indonesia, Tabel 8 Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Desa di Indonesia, Lampiran Tabel 1 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Provinsi di Indonesia, Tabel 2 Pendapatan Desa menurut Provinsi di Indonesia, Tabel 3 Belanja Desa menurut Provinsi di Indonesia, Tabel 4 Desa menurut Provinsi di Indonesia, Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, 2017 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, 2017 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, 2017 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia, 2017 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi,
5 Indonesia, 2017 Tabel 10 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, Tabel 11 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia, Tabel 12 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia, Tabel 13 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia, Tabel 14 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia, Tabel 15 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, Tabel 16 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, Tabel 17 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di DI Yogyakarta, Indonesia, Tabel 18 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, Tabel 19 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia, Tabel 20 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali, Indonesia, Tabel 21 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia, Tabel 22 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Tabel 23 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, Tabel 24 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, Tabel 25 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, Tabel 26 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan 52
6 Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, 2017 Tabel 27 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, Tabel 28 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, Tabel 29 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia, Tabel 30 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, Tabel 31 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, Tabel 32 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia, Tabel 33 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia, Tabel 34 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku, Indonesia, Tabel 35 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku Utara, Indonesia, Tabel 36 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia, Tabel 37 Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua Barat, Indonesia, Tabel 38 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, Tabel 39 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, Tabel 40 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, Tabel 41 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia, Tabel 42 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia, Tabel 43 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, Tabel 44 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia, Tabel 45 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi 73
7 Lampung, Indonesia, 2017 Tabel 46 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia, Tabel 47 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia, Tabel 48 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, Tabel 49 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, Tabel 50 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi DI Yogyakarta, Indonesia, Tabel 51 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, Tabel 52 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia, Tabel 53 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali, Indonesia, Tabel 54 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia, Tabel 55 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Tabel 56 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, Tabel 57 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, Tabel 58 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, Tabel 59 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, Tabel 60 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, Tabel 61 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, Tabel 62 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia, Tabel 63 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, Tabel 64 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, Tabel 65 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia, Tabel 66 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia, Tabel 67 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku, Indonesia, Tabel 68 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku Utara, Indonesia, Tabel 69 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia, Tabel 70 Anggaran Pendapatan Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua 103
8 Barat, Indonesia, 2017 Tabel 71 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, Tabel 72 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, Tabel 73 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, Tabel 74 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia, Tabel 75 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia, Tabel 76 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, Tabel 77 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia, Tabel 78 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia, Tabel 79 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia, Tabel 80 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia, Tabel 81 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, Tabel 82 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, Tabel 83 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi DI Yogyakarta, Indonesia, Tabel 84 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, Tabel 85 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia, Tabel 86 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali, Indonesia, Tabel 87 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia, Tabel 88 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, Tabel 89 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, Tabel 90 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, Tabel 91 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, Tabel 92 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, Tabel 93 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, Tabel 94 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Selawesi Utara, Indonesia, Tabel 95 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi 133
9 Sulawesi Tengah, Indonesia, 2017 Tabel 96 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, Tabel 97 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, Tabel 98 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia, Tabel 99 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia, Tabel 100 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku, Indonesia, Tabel 101 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku Utara, Indonesia, Tabel 102 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia, Tabel 103 Anggaran Pengeluaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua Barat, Indonesia, Tabel 104 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Aceh, Indonesia, Tabel 105 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia, Tabel 106 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia, Tabel 107 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Riau, Indonesia, Tabel 108 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jambi, Indonesia, Tabel 109 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia, Tabel 110 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Bengkulu, Indonesia, Tabel 111 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Lampung, Indonesia, Tabel 112 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Bangka Belitung, Indonesia, Tabel 113 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau, Indonesia, Tabel 114 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, Tabel 115 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia, Tabel 116 Anggaran Desa menurut Kabupaten di DI Yogyakarta, Indonesia, Tabel 117 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, Tabel 118 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Banten, Indonesia, Tabel 119 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Bali, Indonesia, Tabel 120 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa 160
10 Tabel 121 Tabel 122 Tabel 123 Tabel 124 Tabel 125 Tabel 126 Tabel 127 Tabel 128 Tabel 129 Tabel 130 Tabel 131 Tabel 132 Tabel 133 Tabel 134 Tabel 135 Tabel 136 Tenggara Barat, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia, 2017 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia, 2017 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, 2017 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Maluku, Indonesia, 2017 Anggaran Desa menurut Kabupaten di Provinsi Maluku Utara, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua, Indonesia, 2017 Anggaran Desa Menurut Kabupaten di Provinsi Papua Barat, Indonesia,
11 Daftar Gambar Teks Gambar 1 Struktur APBDes menurut Permendagri No 113/ Gambar 2 Dana Desa dan Pendapatan Desa di Indonesia, Gambar 3 Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, Gambar 4 Persentase Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia,
12 Pendahuluan Latar Belakang Nawacita pemerintahan Joko Widodo telah mencanangkan pembangunan dari pinggiran, daerah dan desa. Visi tersebut mendukung rekognisi dan subsidiaritas desa, sebagaimana tercantum dalam UU No 6/2014 tentang Desa. Operasionalisasi rekognisi desa mutakhir antara lain berbentuk transfer dana desa. Sumber transfer baru ke desa ini diambil dari 10 persen dana transfer ke kabupaten/kota di luar dana alokasi khusus. Nilainya sangat besar bagi desa: jumlah dana desa Rp 20,7 triliun pada 2015 setara melipatgandakan jumlah pendapatan seluruh desa seindonesia tahun sebelumnya sebesar Rp 24 triliun, nilainya pada 2017 mencapai lebih dari Rp 800 juta perdesa atau 4 kali lipat rata-rata perolehan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Berkaitan dengan itu, pembahasan terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) menjadi krusial. Sejak awal 2015, ketersediaan APBDes menjadi syarat perolehan transfer dana desa. Kemudian, pada akhir tahun lazim kepala desa melaporkan realitas pendapatan, pengeluaran, dan pembiayaan desa. Laporan APBDes yang dikumpulkan di sini membuat sejarah baru, karena dikumpulkan dari registrasi seluruh desa seindonesia. Dapat dibandingkan, pengumpulan data APBDes di tingkat nasional telah lama dilakukan dalam bentuk survai terhadap sekitar 10 persen desa. Laporan registrasi lengkap diharapkan mampu menjelaskan berbagai potensi dan masalah keuangan desa secara lebih memadai. Harapannya, perbaikan keuangan desa dapat mempercepat pencapaian misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) berupa peningkatan daya saing desa dan pemerataan pembangunan. Manfaat Pengetahuan APBDes Pengetahuan terhadap APBDes saat ini sangat relevan dan bermanfaat: 1
13 1. Mengetahui keseluruhan pendapatan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 2. Mengetahui rincian pendapatan asli desa untuk mengetahui tingkat kemandirian keuangan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 3. Mengetahui rincian dukungan dari luar desa sebagaimana terekam sebagai rincian pendapatan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 4. Mengetahui keseluruhan pengeluaran desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 5. Mengetahui kapasitas pemerintah desa sebagaimana tecermin dalam pengeluaran untuk pemerintahan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 6. Mengetahui tingkat pembangunan desa sebagaimana tecermin dalam pengeluaran untuk pembangunan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 7. Mengetahui dukungan pemerintah desa terhadap golongan miskin dan marjinal secara langsung melalui pengeluaran untuk pembinaan kemasyarakatan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 8. Mengetahui dukungan pemerintah desa untuk memberdayakan warga melalui pengeluaran pemberdayaan masyarakat desa di di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 9. Mengetahui keseluruhan pembiayaan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 10. Mengetahui tingkat investasi yang dilakukan pemerintah desa untuk meningkatkan dan menjaga kemandirian keuangan desa di Indonesia, pada tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten/kota 2
14 Konsep Legal Proses penyusunan hingga pelaporan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) didasarkan pada Permendagri No 113/2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa. Regulasi tersebut merujuk desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun keuangan desa merujuk pada semua hak dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban Desa. Pengelolaan keuangan desa meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa. Setiap tahun desa menyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) untuk jangka waktu satu tahun. Sejalan dengan RKPDes tersebut disusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sebagai rencana keuangan tahunan Pemerintahan Desa. APBDes terdiri atas (Gambar 1) 1. pendapatan desa: semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa a. Pendapatan Asli Desa (PADes), terdiri atas: i. Hasil usaha: hasil Bumdes, tanah kas desa ii. Hasil aset: tambatan perahu, pasar desa, tempat pemandian umum, jaringan irigasi iii. Swadaya, partisipasi dan gotong royong: melibatkan peran serta masyarakat berupa tenaga, barang yang dinilai dengan uang iv. Lain-lain pendapatan asli desa: hasil pungutan desa b. Transfer, terdiri atas: 3
15 i. Dana Desa: dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota ii. Bagian dari Hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota dan Retribusi Daerah iii. Alokasi Dana Desa (ADD): dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota setelah dikurangi Dana Alokasi Khusus iv. Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi v. Bantuan Keuangan APBD Kabupaten/Kota c. Pendapatan lain-lain, terdiri atas: i. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat: pemberian berupa uang dari pihak ke tiga ii. Lain-lain pendapatan desa yang sah: pendapatan sebagai hasil kerjasama dengan pihak ketiga dan bantuan perusahaan yang berlokasi di desa 2. belanja desa: semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa a. Penyelenggaraan Pemerintahan Desa b. Pelaksanaan Pembangunan Desa c. Pembinaan Kemasyarakatan Desa d. Pemberdayaan Masyarakat Desa e. Belanja Tak Terduga 3. pembiayaan desa: semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, terdiri atas: a. Penerimaan pembiayaan i. Sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun sebelumnya ii. Pencairan dana cadangan: menganggarkan pencairan dana cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas Desa dalam tahun anggaran iii. Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan. b. Pengeluaran pembiayaan, terdiri atas: 4
16 i. Pembentukan dana cadangan: untuk mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam satu tahun anggaran ii. Penyertaan modal desa Gambar 1. Struktur APBDes menurut Permendagri No 113/ Pendapatan Desa Rp Belanja Desa a. Penyelenggaraan Pemerintah Desa Rp... b. Pembangunan Rp... c. Pembinaan Kemasyarakatan Rp... d. Pemberdayaan Masyarakat Rp... e. Tak Terduga Rp... Belanja Rp... Surplus/Defisit Rp... = = = = = = = = = === 3. Desa a. Penerimaan Rp.... b. Pengeluaran Rp.... Selisih ( a b ) Rp... = = = = = = = = = ====== Penerimaan desa adalah uang yang berasal dari seluruh pendapatan desa yang masuk ke APBDes melalui rekening kas desa. Pengeluaran desa adalah uang yang dikeluarkan dari APBDes melalui rekening kas desa. Surplus anggaran desa adalah selisih lebih antara pendapatan desa dengan belanja desa. Defisit anggaran desa adalah selisih kurang antara pedapatan desa dengan belanja desa. Kelompok belanja dibagi dalam kegiatan sesuai dengan kebutuhan desa yang telah dituangkan dalam RKPDesa. Kegiatan tersebut terdiri atas jenis belanja : 1. Pegawai: dianggarkan untuk pengeluaran penghasilan tetap dan tunjangan bagi kepala desa dan perangkat desa serta tunjangan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) 2. Barang dan Jasa: pengeluaran pembelian/pengadaan barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 bulan, terdiri atas: a. alat tulis kantor 5
17 b. benda pos c. bahan/material d. pemeliharaan e. cetak/penggandaan f. sewa kantor desa g. sewa perlengkapan dan peralatan kantor h. makanan dan minuman rapat i. pakaian dinas dan atributnya j. perjalanan dinas k. upah kerja l. honorarium narasumber/ahli m. operasional pemerintah desa n. operasional BPD o. insentif Rukun Tetangga /Rukun Warga p. pemberian barang pada masyarakat/kelompok masyarakat 3. Modal: pengeluaran dalam rangka pembelian/pengadaan barang atau bangunan yang nilai manfaatnya lebih dari 12 bulan. Dalam keadaan darurat dan/atau Keadaan Luar Biasa (KLB), pemerintah desa dapat melakukan belanja yang belum tersedia anggarannya. Kegiatan dalam keadaan darurat dianggarkan dalam belanja tidak terduga. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa) adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Silpa antara lain pelampauan penerimaan pendapatan terhadap belanja, penghematan belanja, dan sisa dana kegiatan lanjutan. Silpa digunakan untuk: 1. menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja 2. mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan 3. mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. 6
18 Metode Upaya pemerintah untuk mennyosialisasikan struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sesuai dengan UU No 6/2014 tentang desa telah dilakukan sejak Sebuah sistem keuangan desa (Siskeudes) telah disusun dan disosialisasikan ke desadesa. Siskeudes disusun secara offline dan hanya berlaku untuk satu komputer. Beberapa pemerintah daerah telah berupaya untuk menyatukan ke dalam sistem tingkat kabupaten. Adapun upaya untuk mengompilasi data APBDes secara nasional baru dilaksanakan dalam Sistem Informasi Pembangunan Desa (Sipede) yang terletak di Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Sistem ini dapat diakses secara online pada situs Proses pengumpulan data dilaksanakan sebagai berikut: 1. Pendamping lokal desa mengumpulkan APBDes seluruh desa dalam format MS Excel. 2. Pendamping lokal desa mengunggah APBDes ke dalam Sipede. Sistem ini telah memungkinkan formal Siskeudes langsung diunggah apa adanya. 3. Pendamping desa di kecamatan serta tenaga ahli di kabupaten melakukan validasi data. 4. Tenaga ahli teknologi informasi di Jakarta melakukan pengecekan dan pengolahan data 5. Ilmuwan data (data scientist) mengolah dan menganalisis data sesuai dengan keperluan. Publikasi ini menggunakan data pada status 7 Februari 2018, di mana telah terkumpul dan tervalidasi APBDes pada desa atau 93% desa. Ini adalah capaian kompilasi APBDes tertinggi yang pernah dilakukan. Sebagai perbandingan, setidaknya sejak 2008 Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan survai keuangan desa pada sekitar 10% populasi desa. Berbagai kompilasi lainnya berjumlah di bawah itu. Penghitungan dalam publikasi ini dilakukan dnegan pembulatan kepada 100% desa. Proses pengolahan ini mempertimbangkan jumlah dana desa yang sudah disalurkan namun data APBDes belum terkumpul di kabupaten tersebut. Pertimbangannya, dana desa terserap 7
19 lebih dari 99% sementara APBDes telah terkumpul 93%, sehingga dapat digunakan sebagai dugaan bagi 7% desa atau desa. Analisis dilakukan lintas tahun (time series) hanya pada tingkat nasional, di mana tahun-tahun sebelumnya diambil dari data survai BPS terhadap dokumen keuangan desa. Data lintas tahun juga dibandingkan dengan hasil penelitian keuangan desa lainnya yang dilaksanakan dengan sampel besar. Di antara berbagai komponen APBDes, telah diperoleh data transfer dana desa. Data ini digunakan untuk melihat elastisitas dana desa bagi peningkatan pemasukan desa. Analisis terhadap komponen pendapatan, pengeluaran dan pembiayaan dilakukan secara sosiologis. Interpretasi disusun untuk menggali kecenderungan tindakan pemerintahan desa bagi pembangunan dan kesejahteraan warga. 8
20 Hasil Pendataan Pendapatan, Belanja, dan Desa Pendapatan Pada tahun 2017 terdapat desa di Indonesia yang tercatat secara resmi sehingga mendapatkan dana desa sebesar Rp 60 triliun. Adapun hasil pendataan APBDes 2017 (Tabel 1) menunjukkan pendapatan seluruh desa mencapai Rp 102,5 triliun (tepatnya Rp ). Tabel 1. Pendapatan Desa di Indonesia, 2017 Komponen APBDes Seluruh Indonesia Rata-rata Tiap Desa Persentase (%) Pemasukan Pengeluaran Surplus Pendapatan Pendapatan Asli Desa ,97 Dana Desa ,46 Bagian dari Hasil Pajak & Restribusi (BHP) ,25 Alokasi Dana Desa (ADD) ,43 Bantuan Provinsi ,21 Bantuan Kabupaten ,83 Pendapatan Lain - lain ,29 Belanja Penyelenggaraan Pemerintahan Desa ,18 Pelaksanaan Pembangunan Desa ,09 Pembinaan Kemasyarakatan ,37 Pemberdayaan Masyarakat , Penerimaan ,57 Pengeluaran ,24 Sumber: 9
21 Pada kenyataannya, jumlah pemasukan seluruh desa mencapai Rp 104 triliun (tepatnya Rp ). Tambahan terhadap pendapatan desa diperoleh dari penerimaan pembiayaan sebesar Rp 1,6 triliun (tepatnya Rp ). Jika dirata-ratakan untuk setiap desa, diperoleh informasi pendapatan sebesar Rp 1,4 miliar perdesa (tepatnya Rp perdesa). Dengan menambahkan pendapatan pembiayaan, terkumpul pemasukan rata-rata Rp 1,4 miliar perdesa (tepatnya Rp ). Selisih antara pendapatan dan belanja desa menginformasikan suplus APBDes 2017 sebesar Rp 3,6 triliun (tepatnya Rp ). Atau, rata-rata surplus tiap desa Rp 48 juta (tepatnya Rp ). Nilai setara dengan 3 persen dari keseluruhan pendapatan desa. Di antara komponen pendapatan, yang tertinggi ialah dana desa (sebesar 57 persen). Dana desa diperoleh dari pemerintah pusat, yang disalurkan langsung dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) ke desa. Secara teknis, rekening kas umum negara (RKUN) mencairkan dana desa ke rekening kas umum daerah (RKUD) di kabupaten/kota, lalu segera dicairkan ke rekening kas desa (RKDesa). Dana desa yang terserap pada tahun 2017 mencapai Rp 60 triliun (tepatnya Rp ). Nilai transfer dana desa untuk rata-rata desa ialah Rp 800 juta (tepatnya Rp ). Sesuai dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi No 22/2016 yang diubah menjadi No 4/2017, dana desa diperuntukkan bagi pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat. Dari histori pendapatan pemerintah desa sejak 2008, terlihat peningkatan pesat sejak dana desa mulai ditransfer Rp 21 triliun pada 2015, Rp 47 triliun pada 2016, dan Rp 60 triliun pada 2017 (Gambar 2). Dana desa semakin efektif untuk meningkatkan pendapatan desa hingga 208 persen antara 2016 dan Efektivitas tersebut ditunjukkan pada peningkatan dana desa Rp 26 T meningkatkan pendapatan desa Rp 25 T. Elastisitas dana desa terhadap pendapatan desa masih 0,39 atau inelastis. Sebaliknya, mulai tahun peningkatan dana desa Rp 13 T meningkatkan pendapatan desa Rp 27 T, sehingga elastisitasnya menjadi 1,27. Nilai elastisitas di atas 1 menunjukkan dana desa semakin menentukan pendapatan desa atau elastis. Diperkirakan penambahan dana desa turut mempertinggi peningkatan pendapatan desa. 10
22 Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017), Gambar 2. Dana Desa dan Pendapatan Desa di Indonesia, Pada peringkat berikutnya ialah Alokasi Dana Desa (ADD). Proporsinya mencapai 30 persen pendapatan desa, dengan nilai absolut Rp 32 triliun (tepatnya Rp ). Rata-rata ADD yang diperoleh setiap desa sebesar Rp 422 juta (tepat Rp ). ADD biasa dibelanjakan untuk penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa, serta pembiayaan birokrasi desa. Dana dari kabupaten/kota lainnya ialah dari bantuan kabupaten serta bagian dari hasil pajak dan retribusi (BHP). Proporsi bantuan kabupaten 3 persen, senilai Rp 3 triliun (tepatnya Rp ). Rata-rata bantuan kabupaten tiap desa Rp 39 juta (tepatnya Rp ). Proporsi hasil pajak dan retribusi (BHP) ialah 2 persen, atau mencapai Rp 2 triliun (tepatnya Rp ). Nilai rata-rata tiap desa ialah Rp 31 juta (tepatnya Rp ). Proporsi bantuan provinsi juga 2 persen. nya Rp 2 triliun, tepatnya Rp Rata-rata tiap desa mendapat bantuan Rp 31 juta (tepatnya Rp ). Dengan demikian, keseluruhan pendapatan desa dari pemerintah daerah mencapai proporsi 38 persen. Nilainya Rp 39 triliun (tepatnya Rp ). 11
23 Berbagai pendapatan lainnya, termasuk dari perusahaan dan donor, tergolong pendapatan lain-lain. Proporsinya hanya 0,29 persen, dengan jumlah 300 miliar (tepatnya Rp ). Sayang pendapatan asli desa (PADes) hanya mencapai 3 persen. Nilainya Rp 3 triliun (tepatnya Rp ). Rata-rata PADes tiap desa Rp 41 juta (tepatnya Rp ). Ini menunjukkan rendahnya kemandirian keuangan desa. Sepanjang tahun PADes keseluruhan desa di Indonesia meningkat dari Rp 1,5 triliun menjadi Rp 3 triliun (Gambar 3). Hanya saja, antara terjadi penurunan PADes dari Rp 4 triliun menjadi Rp 3 triliun. Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017), Gambar 3. Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, Dari data (Gambar 4) terlihat kemandirian cenderung 20 persen pada , lalu menurun drastis sejak Ini disebabkan transfer dana desa pada 2015 saja sudah senilai seluruh pendapatan desa sendiri saat itu. Dana desa kemudian bertambah setia tahun sampai Pada 2017 PADes hanya mencapai 3 persen dari keseluruhan pemasukan desa. 12
24 Sumber: BPS (2009, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014, 2015, 2017), Gambar 4. Persentase Pendapatan Asli Desa (PADes) di Indonesia, Perlu diwaspadai, bahwa penurunan angka dapat saja muncul akibat perubahan metode pengambilan data. Angka diperoleh dari survai BPS pada sekitar 10 persen desa. Angka 2017 diperoleh dari kompilasi 93 persen APBDes seindonesia. Tabel 2. Perbandingan dan Persentase Rata-rata APBDes Tiap Desa di Indonesia, 2015 dan 2017 APB Desa Rp x % Rp x % I Pendapatan Pendapatan Asli Desa (PAD) , ,97 2 Pendapatan transfer , ,17 3 Pendapatan lain-lain , ,29 II Pengeluaran penyelenggaraan pemerintahan desa , ,18 2 pelaksanaan pembangunan desa , ,09 3 pembinaan kemasyarakatan , ,37 4 pemberdayaan masyarakat , ,53 5 Belanja Tak Terduga 13 0,23 III Penerimaan pembiayaan 123 0, ,57 2 Pengeluaran , ,24 Sumber: Irawan (2017), 13
25 Untuk perbandingan, disajikan pula hasil survai besar (sekitar 300 desa) oleh Irawan (2017) berdasarkan data APBDes 2015 (Tabel 2). Bila dibandingkan survai BPS, metode yang digunakan Irawan lebih serupa dengan registrasi desa dalam dua hal: menggunakan konsep APBDes sebagaimana Permendagri 113/2014 (BPS menggunakan Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa/APPKD dari regulasi lebih lama), dan mengumpulkan hampir seluruh desa (95 persen desa salah satu kebupaten). Tabel tersebut menunjukkan pendapatan desa meningkat dua kali lipat antara Bersamaan dengan itu PADes juga meningkat secara absolut maupun proporsional. Nilai absolut meningkat dari rata-rata Rp 16 juta perdesa menjadi Rp 41 juta perdesa. Proporsinya meningkat dari 2 persen menjadi 3 persen. Data ini megindikasikan peningkatan kemandirian desa. Yang lebih tepat ialah membandingkan data antartahun dari metode pengambilan data yang sama. Dalam konteks ini, registrasi desa yang berulang dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi menjadi penting. Belanja Tabel 1 menunjukkan belanja seluruh desa mencapai Rp 99 triliun (tepatnya Rp ). Pada kenyataannya, jumlah pengeluaran seluruh desa mencapai Rp 100 triliun (tepatnya Rp ). Tambahan terhadap belanja desa diperoleh dari pengeluaran pembiayaan sebesar Rp 1,2 triliun (tepatnya Rp ). Jika dirata-ratakan untuk setiap desa, diperoleh informasi belanja sebesar Rp 1,3 miliar perdesa (tepatnya Rp perdesa). Dengan menambahkan pendapatan pembiayaan, terkumpul pengeluaran rata-rata Rp 1,3 miliar perdesa (tepatnya Rp ). Proporsi pengeluaran terbesar ialah untuk bidang pembangunan desa. nya Rp 59 triliun (tepatnya Rp ), setara dengan 59 persen. Rata-rata pengeluaran pembangunan tiap desa ialah Rp 800 juta (tepatnya Rp ). Dominasi pengeluaran untuk pembangunan menciptakan optimisme pencapaian kegiatan pembangunan dari pinggiran. Apalagi, jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan, 2017) pada Tabel 2, nilai dan proporsi pengeluaran bidang pembangunan meningkat pesat. Nilainya meningkat hampir 3 kali lipat, dari rata-rata Rp 300 juta perdesa menjadi Rp 800 juta perdesa. Proporsinya meningkat 11 persen, dari 48 persen menjadi 59 persen. 14
26 Sebaliknya, penurunan tajam terhadap pada proporsi pengeluaran bidang penyelenggaraan pemerintahan desa. Jika dibandingkan dengan tahun 2015 (Irawan, 2017), semula mencapai 42 persen, sedangkan pada 2017 tinggal 30 persen. Persentase ini sesuai dengan aturan PP 43/2014 yang diperbarui menjadi PP 47/2015, bahwa diharapkan proporsi pengeluaran bidang pemerintahan desa tidak lebih dari 30 persen. Yang menarik, meskipun proporsinya menurun, namun nilai pengeluaran bidang pemerintahan desa meningkat hampir 2 kali lipat, dari rata-rata Rp 200 juta perdesa menjadi rata-rata Rp 400 juta per desa. Ini mengindikasikan kualitas dukungan birokrasi desa meningkat pesat. Upaya pemerintah desa untuk meningkatkan kemandirian masyarakat tecermin pada pengeluaran bidang pemberdayaan masyarakat. Pada 2017 nilainya Rp 10 triliun (tepatnya Rp ), dan proporsinya mencapai 10 persen. Rata-rata pengeluaran bidang pemberdayaan per desa Rp 127 juta (tepatnya Rp ). Jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan 2017), terjadi peningkatan pesat jumlah dan proporsi pengeluaran bidang pemberdayaan masyarakat. Secara absolut, jumlahnya meningkat 6 kali lipat dari rata-rata Rp 21 juta perdesa menjadi Rp 127 juta per desa. Proporsinya meningkat lebih dari 2 kali lipat 4 persen menjadi 10 persen. Ini mengindikasikan jumlah dan kualitas kegiatan pemberdayaan masyarakat meningkat. Pengeluaran untuk warga desa marjinal terbaca pada bidang pembinaan kemasyarakatan. Pada tahun 2017 nilainya Rp 5 triliun (tepatnya Rp ). Proporsinya 5 persen. Nilai rata-rata per desa Rp 71 juta (tepatnya Rp ). Dibandingkan tahun 2015 (Irawan, 2017), proporsi pengeluaran bidang pembinaan kemasyarakatan tetap 5 persen. Namun, nilainya meningkat lebih dari 2 kali lipat, dari ratarata Rp 28 juta per desa menjadi Rp 72 juta perdesa. Ini mengindikasikan peningkatan kualitas kegiatan pembinaan kemasyarakatan desa. Penerimaan pembiayaan dapat berupa Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (Silpa). Nilai Silpa dapat bermakna positif jika terkumpul dari penghematan anggaran, atau sebaliknya bermakna negatif sebagai bukti kekurangmampuan perencanaan anggaran desa. Apapun maknanya, karena uangnya tetap berada di desa, maka penerimaan pembiayaan meningkatkan kapasitas keuangan desa. Nilai penerimaan pembiayaan seluruh 15
27 desa pada 2017 sebesar Rp 1,6 triliun (tepatnya Rp ). Proporsinya hanya 2 persen. Rata-rata penerimaan pembiayaan tiap desa Rp 22 juta (tepatnya Rp ). Jika dibandingkan tahun 2015 (Irawan), proporsi penerimaan pembiayaan meningkat 2 persen (dari 0 persen menjadi 2 persen). Adapun nilainya meningkat pesat (dari Rp 123 ribu menjadi Rp 22 juta). Pengeluaran pembiayaan lebih bermakna, karena sering menunjukkan investasi yang dikeluarkan pemerintah desa, misalnya untuk pembiayaan bumdes. Pada tahun 2017 nilai pengeluaran pembiayaan seluruh desa mencapai Rp 1,2 triliun (tepatnya Rp ). Proporsinya hanya 1 persen. Rata-rata pengeluaran tiap desa Rp 17 juta (tepatnya Rp ). Jika dibandingkan kondisi 2015 (Irawan, 2017), nilai pengeluaran pembiayaan meningkat. Nilainya meningkat 3 kali lipat dari rata-rata Rp 5 juta perdesa menjadi Rp 17 juta perdesa. Proporsinya tetap 1 persen. Ini mengindikasikan investasi kepada permodalan bumdes kemungkinan meningkat, meskipun investasi belum dianggap penting oleh pemerintah desa. Komparasi Desa-desa Antardaerah Proporsi pendapatan asli desa (PADes) sebagai indikasi kemandirian keuangan desa masih tergolong rendah. Desa-desa pada 29 provinsi hanya memiliki proporsi PADes 0-1 persen (Tabel 3). Hanya desa-desa di Jawa yang memiliki proporsi PADes lebih tinggi. Proporsi PADes sebanyak 2-9 persen dari pendapatan desa terdapat di Jawa Barat dan Jawa Timur. Proporsi PADes tertinggi (lebih dari 10 persen) terdapat di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Fikal desa yang sehat antara lain ditunjukkan oleh pengeluaran untuk bidang penyelenggaraan pemerintahan desa maksimal 30 persen. Ternyata Tabel 4 menunjukkan desa-desa pada 11 provinsi memiliki proporsi di atas 31 persen, yaitu di Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat. Di antara 22 provinsi yang memiliki fiskal desa sehat, sebanyak 3 provinsi memiliki proporsi di bawah 20 persen. Ini dapat mengindikasikan efisiensi birokratisasi desa yang tinggi. Desa-desa tersebut terdapat di Provinsi Aceh, Kalimantan Timur, dan Papua Barat. 16
28 Tabel 3. Provinsi menurut Persentase Pendapatan Asli Desa di Indonesia, 2017 Persentase Pendapatan Asli Desa Provinsi 10% ke atas 1 Jawa Tengah 2 DI Yogyakarta 2-9% 1 Jawa Barat 2 Jawa Timur 0-1% 1 Aceh 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Jambi 6 Sumatera Selatan 7 Bengkulu 8 Lampung 9 Bangka Belitung 10 Kepulauan Riau 11 Banten 12 Bali 13 Nusa Tenggara Barat 14 Nusa Tenggara Timur 15 Kalimantan Barat 16 Kalimantan Tengah 17 Kalimantan Selatan 18 Kalimantan Timur 19 Kalimantan Utara 20 Sulawesi Utara 21 Sulawesi Tengah 22 Sulawesi Selatan 23 Sulawesi Tenggara 24 Gorontalo 25 Sulawesi Barat 26 Maluku 27 Maluku Utara 28 Papua 29 Papua Barat Sumber: (diolah) 17
29 Tabel 4. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Penyelenggaraan Pemerintahan Desa di Indonesia, 2017 Persentase Pengeluaran Penyelenggaraan Pemerintahan Desa No Provinsi 31% ke atas 1 Sumatera Barat 2 Riau 3 Bangka Belitung 4 Kepulauan Riau 5 Jawa Barat 6 Jawa Tengah 7 DI Yogyakarta 8 Jawa Timur 9 Banten 10 Nusa Tenggara Barat 11 Kalimantan Barat 21-30% 1 Sumatera Utara 2 Jambi 3 Sumatera Selatan 4 Bengkulu 5 Lampung 6 Bali 7 Nusa Tenggara Timur 8 Kalimantan Tengah 9 Kalimantan Selatan 10 Kalimantan Utara 11 Sulawesi Utara 12 Sulawesi Tengah 13 Sulawesi Selatan 14 Sulawesi Tenggara 15 Gorontalo 16 Sulawesi Barat 17 Maluku 18 Maluku Utara 19 Papua 0-20% 1 Aceh 2 Kalimantan Timur 3 Papua Barat Sumber: (diolah) 18
30 Kekuatan mesin pembangunan desa diindikasikan oleh dominasi proporsi pengeluaran bidang pembangunan. Tabel 5 menunjukkan desa-desa di Kalimantan Timur memiliki kekuatan yang sangat tinggi, dengan proporsi pengeluaran bidang pembangunan di atas 70 persen. Terdapat pula 6 provinsi yang memiliki desa-desa dengan proporsi pengeluaran bidang pembangunan persen. Provinsi tersebut mencakup Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. Sayang, masih terdapat 7 provinsi dengan proporsi pengeluaran bidang pembangunan di bawah 50 persen. Provinsi tersebut mencakup Sumatera Barat, Bangka Belitung, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara. Upaya penangguangan kemiskinan langsung dan bantuan bagi golongan yang tersisihkan terbaca dari proporsi pengeluaran untuk bidang pembinaan kemasyarakatan desa. Ternyata terdapat 1 provinsi dengan pengeluaran di atas 10 persen, yaitu desa-desa di Bali (Tabel 6). Sebaliknya, desa-desa di 16 provinsi hanya mengeluarkan belanja pembinaan kemasyaratan 0-4 persen, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, dan Papua Barat. Proporsi yang lebih tinggi pada bidang pemberdayaan masyarakat desa. Tabel 7 menunjukkan proporsi di atas 20 terdapat pada desa-desa di Gorontalo dan Maluku. Desadesa di Maluku Utara dan Papua mengeluarkan belanja bidang pemberdayaan masyarakat sebesar persen. Terdapat 8 provinsi dengan desa-desa mengeluarkan belanja bidang pemberdayaan masyarakat persen, yaitu Aceh, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara. Desa-desa di provinsi mengeluarkan belanja pemberdayaan masyarakat 0-9 persen. Investasi desa diindikasikan oleh proporsi pengeluaran pembiayaan. Di Aceh desadesa belanja pengeluaran pembiayaan 5-9 persen. Hanya 6 provinsi di mana desa-desa belanja pengeluaran pembiayaan dengan proporsi 2-4 persen, yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Kepulauan Riau, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, dan Maluku Utara. Sebanyak 25 provinsi lainnya bersi desa-desa dengan rata-rata pengeluaran pembiayaan 0-1 persen. 19
31 Tabel 5. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembangunan Desa di Indonesia, 2017 Persentase Pengeluaran No Provinsi Pembangunan Desa 70% ke atas 1 Kalimantan Timur 60-69% 1 Sumatera Utara 2 Bengkulu 3 Kalimantan Selatan 4 Sulawesi Selatan 5 Sulawesi Barat 6 Papua Barat 50-59% 1 Aceh 2 Riau 3 Jambi 4 Sumatera Selatan 5 Lampung 6 Kepulauan Riau 7 Jawa Barat 8 Jawa Tengah 9 Jawa Timur 10 Banten 11 Bali 12 Nusa Tenggara Barat 13 Nusa Tenggara Timur 14 Kalimantan Barat 15 Kalimantan Tengah 16 Kalimantan Utara 17 Sulawesi Utara 18 Sulawesi Tenggara 19 Papua 0-49% 1 Sumatera Barat 2 Bangka Belitung 3 DI Yogyakarta 4 Sulawesi Tengah 5 Gorontalo 6 Maluku 7 Maluku Utara Sumber: (diolah) 20
32 Tabel 6. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pembinaan Kemasyarakatan Desa di Indonesia, 2017 Persentase Pengeluaran Pembinaan Kemasyarakatan No Provinsi 10% ke atas 1 Bali 5-9% 1 Aceh 2 Sumatera Barat 3 Riau 4 Jambi 5 Sumatera Selatan 6 Lampung 7 Bangka Belitung 8 Kepulauan Riau 9 DI Yogyakarta 10 Nusa Tenggara Barat 11 Kalimantan Barat 12 Kalimantan Tengah 13 Kalimantan Timur 14 Sulawesi Tengah 15 Maluku Utara 16 Papua 0-4% 1 Sumatera Utara 2 Bengkulu 3 Jawa Barat 4 Jawa Tengah 5 Jawa Timur 6 Banten 7 Nusa Tenggara Timur 8 Kalimantan Selatan 9 Kalimantan Utara 10 Sulawesi Utara 11 Sulawesi Selatan 12 Sulawesi Tenggara 13 Gorontalo 14 Sulawesi Barat 15 Maluku 16 Papua Barat Sumber: (diolah) 21
33 Tabel 7. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Pemberdayaan Masyarakat Desa di Indonesia, 2017 Persentase Pengeluaran No Provinsi Pemberdayaan Masyarakat 20% ke atas 1 Gorontalo 2 Maluku 15-19% 1 Maluku Utara 2 Papua 10-14% 1 Aceh 2 Sumatera Selatan 3 Bangka Belitung 4 Nusa Tenggara Timur 5 Kalimantan Utara 6 Sulawesi Utara 7 Sulawesi Tengah 8 Sulawesi Tenggara 0-9% 1 Sumatera Utara 2 Sumatera Barat 3 Riau 4 Jambi 5 Bengkulu 6 Lampung 7 Kepulauan Riau 8 Jawa Barat 9 Jawa Tengah 10 DI Yogyakarta 11 Jawa Timur 12 Banten 13 Bali 14 Nusa Tenggara Barat 15 Kalimantan Barat 16 Kalimantan Tengah 17 Kalimantan Selatan 18 Kalimantan Timur 29 Sulawesi Selatan 20 Sulawesi Barat 21 Papua Barat Sumber: (diolah) 22
34 Tabel 8. Provinsi menurut Persentase Pengeluaran Desa di Indonesia, 2017 Persentase Pengeluaran No Provinsi 5-9% 1 Aceh 2-4% 1 Sumatera Utara 2 Bengkulu 3 Kepulauan Riau 4 Nusa Tenggara Barat 5 Sulawesi Tenggara 6 Gorontalo 7 Maluku Utara 0-1% 1 Sumatera Barat 2 Riau 3 Jambi 4 Sumatera Selatan 5 Lampung 6 Bangka Belitung 7 Jawa Barat 8 Jawa Tengah 9 DI Yogyakarta 10 Jawa Timur 11 Banten 12 Bali 13 Nusa Tenggara Timur 14 Kalimantan Barat 15 Kalimantan Tengah 16 Kalimantan Selatan 17 Kalimantan Timur 18 Kalimantan Utara 19 Sulawesi Utara 20 Sulawesi Tengah 21 Sulawesi Selatan 22 Sulawesi Barat 23 Maluku 24 Papua 25 Papua Barat Sumber: (diolah) 23
35 Daftar Pustaka BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. BPS Statistik Keuangan Pemerintah Desa Jakarta: BPS. Irawan, Nata Tata Kelola Pemerintahan Desa Era UU Desa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 24
36 Lampiran 25
37 Tabel 1. Desa, Dana Desa, Pemasukan Desa, dan Pengeluaran Desa Menurut Provinsi di Indonesia, 2017 No Propinsi Desa Dana Desa (Rp x 1000) Pemasukan Pengeluaran 1 Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Utara Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Papua Barat Indonesia
BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH
Lebih terperinciBUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LAMONGAN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciBUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA,
BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan Menteri
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : bahwa berdasarkan ketentuan Pasal
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN KUPANG TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI REMBANG NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DI KABUPATEN TANAH
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul
Lebih terperinciPENGELOLAAN KEUANGAN DESA. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa
PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa ASAS PENGELOLAAN KEUANGAN DESA Keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan,
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciB U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162
B U P A T I S I M A L U N G U N PAMATANG RAYA SUMATERA UTARA Kode Pos 21162 PERATURAN BUPATI SIMALUNGUN NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NAGORI KABUPATEN SIMALUNGUN
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8 TAHUN 201515 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BLORA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI
BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 SERI PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,
Lebih terperinciBUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES
PERATURAN DAERAHKABUPATEN BREBES NOMOR 004 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 71 sampai dengan pasal 75
Lebih terperinciBUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI PACITAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUKU PINTAR PENYUSUNAN RANCANGAN APBDESA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KECAMATAN BUAYAN
BUKU PINTAR PENYUSUNAN RANCANGAN APBDESA TAHUN ANGGARAN 2016 DI KECAMATAN BUAYAN I. PENGERTIAN 1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan
Lebih terperinciBUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI SRAGEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciBUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU
BUPATI ROKAN HILIR PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN KEPENGHULUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HILIR, Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,
SALINAN PERATURAN BUPATI FLORES TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Desa Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,
BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 Peraturan
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
1 BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 19 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN PURWAKARTA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Review Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian pernah dilakukan untuk menganalisis pengelolaan keuangan lembaga publik, diantaranya Sumiati (2015), meneliti tentang Pengelolaan
Lebih terperinciBUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
SALINAN BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
SALINAN BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 65 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : Mengingat : bahwa dalam
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciBUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA
BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN GAMPONG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciDAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009
ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN TANAH BUMBU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUniversitas Pendidikan Ganesha, Singaraja, Indonesia
Pelatihan Dan Pendampingan Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Serta Laporan Keuangan Desa Untuk Pertanggungjawaban Dan Pelaporan Perangkat Desa Pada Desa Di Kecamatan Busungbiu Ni Luh Gede Erni
Lebih terperinciPEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN
1 PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang :a. bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah
Lebih terperinci15. Peraturan Daerah Kabupaten Banjar Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pemerintahan Desa ( Lembaran Daerah Kabupaten Banjar Tahun 2017 Nomor 1);
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUKABUMI NOMOR 98 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SUKABUMI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinci2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2015 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717). PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS,
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan telah diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014
Lebih terperinciBUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA
BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 2 0 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 2 0 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang
Lebih terperinciFORMAT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN...
FORMAT ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA... TAHUN ANGGARAN... KODE REKENING URAIAN ANGGARAN (Rp). KETERANGAN 1. 1.1 1.1.1 1.1.2 1.1.3 1.1.4 1.1.5 PENDAPATAN Pendapatan Asli Desa Hasil
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DESA SIMPANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SIMPANG, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah Provinsi Papua. Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi terkaya di Indonesia dengan luas wilayahnya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN
Lebih terperinciBUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 08 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang : a.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN
Lebih terperinciMATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN
MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN BUPATI WAKATOBI NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL
1 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL No.88,2016 Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DESA.ADMINISTRASI.KEUANGAN. Pengelolaan Keuangan Desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016
SALINAN BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 50 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 50 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG
-1- BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG SUMBER PENDAPATAN KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TENGAH, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA
BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pengaturan
Lebih terperinciBUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA
BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANGANDARAN, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan
Lebih terperinciTELAHAAN STAF. Kekeliruan penempatan dan penetapan besaran penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.
STAF AHLI BUPATI BENGKULU SELATAN BIDANG EKONOMI DAN KEUANGAN Jl. Raya Padang Panjang No.01 Manna email : sabbengkuluselatanbidangekuang@yahoo.co.id TELAHAAN STAF Kepada : Yth. Bapak Bupati Bengkulu Selatan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desentralisasi fiskal sudah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 2001. Hal ini ditandai dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
Lebih terperinci4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan
4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota
Lebih terperinciPROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015
PROVINSI LAMPUNG Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 4 TAHUN 2015 : : TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG UTARA, bahwa sebagai pelaksana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau village diartikan sebagai a groups of hauses or shops in a country area,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Desa Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA, BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA, DAN BANTUAN KEUANGAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN : 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimban g :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kesatuan yang berbentuk Republik terdiri dari beberapa wilayah (daerah) provinsi, kabupaten/kota, di bawah kabupaten/kota terdiri
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN, PEMBAGIAN, PENYALURAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN PURBALINGGA
Lebih terperinciBUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 09 TAHUN 2016 TENTANG
1 Menimbang : a. BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 09 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciRUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN
Pembangunan Perumahan Dan Kawasan Permukiman Tahun 2016 PERUMAHAN PERBATASAN LAIN2 00 NASIONAL 685.00 1,859,311.06 46,053.20 4,077,857.49 4,523.00 359,620.52 5,293.00 714,712.50 62,538.00 1,344,725.22
Lebih terperinciKEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT
KABUPATEN BANDUNG BARAT PERATURAN DESA CINTAKARYA NOMOR: 4 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDESA) TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciGrafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016
BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KUPANG PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN BUPATI KUPANG NOMOR : 8 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENETAPAN BESARAN BAGIAN HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DI KABUPATEN
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kondisi Geografi dan Demografi Provinsi Jawa Timur terletak pada 111,0 hingga 114,4 Bujur Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi Jawa Timur
Lebih terperinciLaporan Keuangan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Semester 1 Tahun 2013
RINGKASAN Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah diubah dengan 233/PMK.05/2011
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perubahan yang cukup berfluktuatif. Pada
Lebih terperinciTABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011
TABEL 1 GAMBARAN UMUM No. Provinsi Lembaga Pengelola Pengunjung Judul Buku 1 DKI Jakarta 75 83 7.119 17.178 2 Jawa Barat 1.157 1.281 72.477 160.544 3 Banten 96 88 7.039 14.925 4 Jawa Tengah 927 438 28.529
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO KUALA, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 135 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN DAN PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA
BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG SUMBER-SUMBER PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG
SALINAN KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 041/P/2017 TENTANG PENETAPAN ALOKASI DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN ANGGARAN 2017 MENTERI PENDIDIKAN
Lebih terperinci