BAB III KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT MENURUT IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN A. BIOGRAFI IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT MENURUT IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN A. BIOGRAFI IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN"

Transkripsi

1 BAB III KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT MENURUT IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN A. BIOGRAFI IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN 1. Ibn Miskawaih a. Riwayat Hidup Ibn Miskawaih, seorang ahli pikir Islam, filosuf, dan sejarawan terkemuka, terlahir dengan nama lengkap Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad Ibn Miskawaih di Ray yang puing-puingnya terletak di dekat Teheran sekarang pada tahun 940 M./330 H., 1 kemudian terkenal dengan nama Ibn Miskawaih. Nama Miskawaih sendiri menurut penulis terdahulu mengacu kepada bapaknya, sebagian lagi mengatakan diambil dari nama kakeknya. Bapaknya seorang majusi kemudian memeluk Islam, ini tercermin dari namanya sendiri bernama Muhammad. 2 Ibn Miskawaih Hidup pada kemunduran masa Dinasti Abbasiyah di bawah pemerintahan Bani Buwaihi di Irak dan Persia. Riwayat pendidikannya terekam di Bagdad dan ia wafat di Isfahan pada tahun 1030 M./421 H. Setelah mempelajari hampir semua cabang ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa hidupnya, Ibn Miskawaih lebih memusatkan perhatian besar pada filsafat etika dan sejarah, sehingga menjadi ahli terkemuka dalam dua bidang ilmu ini. 1 Sebagian lagi ada yang mengatakan bahwa Ibn Miskawaih di lahirkan sekitar tahun 932 M./320 H. C. E. Bosworth, et. al., The Encyclopaedia of Islam, Vol. III, (Leiden-New York: E. J. Brill, 1993), hlm Lihat juga Ibn Miskawaih, The Refinement of Character, dalam Constantine K. Zurayk, (Beirut: The American University of Beirut, 1968), hlm. ii. 2 M. M. Syarif (ed.), Para Filosof Muslim, (Bandung: Mizan, 1996), hlm. 83. lihat juga C. E. Bosworth, et. al., loc. cit. 66

2 67 Gurunya dalam bidang sejarah adalah Abu Bakr Ahmad Ibn Kamil al- Qadi, sedangkan dalam bidang filsafat adalah Ibn Khammar. 3 Masa hidupnya banyak mengabdikan diri sebagai pustakawan untuk para wazir Bani Buwaihi. Terhitung pertama mengabdi kepada al-muhallabi, wazir pangeran Buwaihi yang bernama Mu izz al- Dawlah ( H.), selanjutnya wazir Abu Fadl Muhammad Ibn al- Amid ( H.), wazir saudara Mu izz al-dawlah yang bernama Rukn al-dawlah yang berkedudukan di Ray. Ibn Amid sendiri adalah seorang yang amat pandai dan tokoh satra terkemuka. Selama tujuh tahun mengabdi sebagai pustakawan Ibn al-amid, Ibn Miskawaih banyak memperoleh ilmu dan hal positif berkat bergaul dengannya, serta mendapatkan kedudukan berpengaruh di ibukota propinsi kekuasaan Buwaihi itu. Sepeninggalan Ibn al-amid, Ibn miskawaih tetap mengabdi kepada puteranya yang bernama Abu al-fath ( H.) sebagai wazir yang kedua dari Rukn al-dawlah yang juga terkenal cakap dalam bidang sastra. Ibn Miskawaih tetap menduduki posisi ini sampai Abu al-fath dipenjarakan dan wafat pada tahun 266 H./976 M. lalu digantikan oleh musuh sengitnya, wazir terkemuka dan ahli sastra bernama al-shahib Ibn Abbad. Kemudian Ibn Miskawaih meninggalkan Ray menuju Bagdad dan mengabdi kepada istana pangeran Buwaihi Adhud al-dawlah ( H.) sebagai bendaharawan dan juga memegang jabatan-jabatan lain. 4 Loyalitas dan dedikasinya terhadap Bani Buwaihi berlanjut, sepeninggalan Adhud al-dawlah, Ibn Miskawaih tetap mengabdi kepada penggantinya, Shamsham al-dawlah (sekitar 388 H./998 M.) dan Baha al-dawlah (sekitar 403 H./1012 M.). Karena pengabdiannya sebagai pustakawan, Ibn Miskawaih mendapatkan gelar al-khazin. 3 Harun Nasution, et. al., Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992), hlm Lihat juga Taufik Abdullah (eds.), Ensiklopedi Tematis Dunia Islam: Pemikiran dan Peradaban, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993), hlm Harun Nasution, et.al., loc. cit. Lihat juga Ibn Miskawaih, loc. cit.

3 68 Selama tahun-tahun terakhir hidupnya, lebih banyak dihabiskan untuk studi dan menulis. 5 Menurut Yaqut, sepanjang hayat Ibn Miskawaih amat setia dengan pendapat yang ditulisnya tentang akhlak, antara teori yang ditulisnya dan perbuatannya sehari-hari selalu sejalan. Tetapi at- Tauhidi menyayangkan tentang kekikirannya dan kemunafikannya. Ibn Miskawaih belajar kimia karena mengharapkan harta, suka menjilat kepada guru-gurunya dan para pemimpin yang dihidmatinya. 6 Namun ada dua argumen yang dapat mengkanter pendapat Abu hayyan al-tawhidi mengenai dua sifat yang dikemukakan, Ibn Miskawaih pada dasarnya merupakan seorang ahli sejarah, penyair, dan moralis pada tahun-tahun terakhir berupaya mengikuti lima belas pokok petunjuk moral. Kesederhanaannya dalam melayani nafsu, ketegaran dalam menundukkan diri yang serakah dan kebijakan dalam mengatur dorongan-dorongan yang tidak rasional merupakan pokokpokok petunjuk ini. Ibn Miskawaih sendiri berbicara tentang perubahan moral dalam bukunya Tahzib al-akhlaq, yang menunjukkan bahwa ia melaksanakan dengan baik apa yang telah ditulisnya tentang etika. 7 b. Latar Belakang Pemikiran Ibn Miskawaih hidup pada masa puing-puing Dinasti Abbasiyah di bawah kepemimpinan Bani Buwaihi. Semenjak berdirinya sampai masa kemunduran terjadi kemajuan di berbagai bidang, termasuk ilmu pengetahuan. Saat itu budaya Yunani menjadi pijakan dan bahan yang menarik untuk dikaji oleh para ilmuan muslim. Sehingga berimbas kepada pemikiran, termasuk pemikiran Ibn Miskawaih banyak dipengaruhi oleh para filosuf Yunani dan muslim 5 Ibid. 6 Yunasril Ali, Perkembangan Pemikiran Falsafi dalam Islam, Cet. 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), hlm M. M. Syarif (ed), op. cit., hlm. 85.

4 69 yang terpengaruh oleh para filusuf Yunani sendiri. Ibn Miskawaih banyak menulis sejumlah topik yang luas sebagaimana dilakukan oleh para penulis sezamannya. Klaim yang perlu diperhatikan terletak pada sistem etikanya yang tersusun dengan baik. 8 Hal ini terlihat dalam karya monumentalnya, Tahzib al-akhlaq banyak merujuk karya-karya para filusuf Yunani, seperti Aristoteles, Zeno, Galen, dan filosuf-filosuf lain yang menulis tentang etika. 9 Literatur etika ini bercorak filosofis dan praktis yang bersumberkan konsep dan metode pembahasannya dari karya-karya Yunani yang dikenal oleh para pakar muslim. Yang pertama diantaranya adalah karya-karya Plato dan Aristoteles, selanjutnya perujukan atau peminjaman istilah dari Bryson, Galen, Porphyry, Themistius, kaum naturalis, Stoic, atau secara umum para komentator karya-karya Aristoteles dan para penganutnya. 10 Tahdzib al-akhlaq merupakan uraian suatu aliran akhlak yang materi-materinya ada yang berasal dari konsep-konsep akhlak Plato dan Aristoteles yang diramu dengan ajaran dan hukum Islam serta diperkaya dengan pengalaman hidup dan situasi zamannya. Kitab ini ditujukan untuk memberikan bimbingan bagi generasi muda dan menuntun mereka kepada kehidupan yang berpijak pada nilai-nilai akhlak yang luhur serta menghimbau mereka untuk selalu melakukan perbuatan yang bermanpaat agar mereka tidak tersesat dan umur mereka tidak disia-siakan. Olah karena itu, aliran akhlak Ibn Miskawaih merupakan paduan kajian filsafat teoritis dan tuntunan praktis, terutama segi pendidikan dan pengajaran amat menonjol. 11 Secara spesifik, dari bab pertama sampai bab kelima dalam karyanya ini, pemikiran Ibn Miskawaih diwarnai oleh pendapat para 8 Sayyed Hussein Nasr (eds.), History of Islamic Philosophy, (London and New York, Routledge, 1996), hlm Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, terj. Helmi Hidayat, (Bandung: Mizan, 1994) hlm Ibid., hlm Ibn Miskawaih, The Refinement of Character, op. cit., hlm. iii.

5 70 pendahulunya dari para filosuf Yunani dan muslim. Seperti Plato, Aristoteles, Galen, Kaum Stoa, al-kindi, al-farabi dan lainnya. Sedangkan dua bab terakhir, secara lebih banya dipengaruhi oleh Abu Bakr Zakaria al-razi tatkala membicarakan dawa al-ruhani (pengobatan jiwa). Sedangkan Al-Razi lebih senang menggunakan istilah al-tibb al-ruhani yang dijadikan sebuah buku, akan tetapi Ibn Miskawaih tidak menyebutkan namanya. Dikarenakan ada perbedaan mencolok di antara keduanya, al-razi dalam mengambil kesimpulankesimpulan dan metode penyebuhan sangat berani, rasional, dan filosofis. Walaupun tanpa mengutip ayat-ayat al-qur an atau hadits Nabi, akan tetapi keyakinannya kuat bahwa pemikiran filsafat tidak akan bertentangan dengan agama. Sementara Ibn Miskawaih, walaupun terpengaruh oleh pemikiran para filosuf Yunani dan muslim, akan tetapi dalam mengemukakan pendapat-pendapatnya serimg mengutip ayat-ayat al-qur an, hadits, ucapan Imam Ali, dan Hasan Basri serta puisi-puisi Arab. 12 Buku Ibn Miskawaih al-fauz al-asghar merupakan sebuah risalah umum yang mempunyai konsep mirip dengan bagian pertama al-farabi Ara Ahl al-madinah al-fadhilah. Buku ini terbagi atas tiga bagian, pertama berkaitan dengan pembuktian akan adanya Tuhan, kedua tentang ruh dan raganya, dan ketiga tantang kenabian. Mengenai filsafat-filsafatnya, Ibn Miskawaih banyak berhutang kepada al-farabi terutama dalam mempertemukan ajaran-ajaran Plato, Aristoteles, dan Plotinus. 13 Kembali dalam kitab Tahzib al-akhlaq, Ibn Miskawaih menolak sebagian pemikiran Yunani yang menyatakan bahwa akhlak tidak dapat berubah, karena ia berasal dari watak dan pembawaan. Baginya akhlak dapat selalu berubah dengan kebiasaan dan latihan 12 Ibid., hlm. iii-iv. Lihat juga M. M. Syarif (ed.), op. cit., hlm. 87 dan Harun Nasution, Loc. cit. Bisa dijadikan pembenaran bahwa Ibn Miskawaih adalah seorang religius sejati. 13 M. M. Syarif (ed.), op. cit., hlm. 86.

6 71 serta pelajaran yang baik, 14 sebab kebanyakan anak-anak yang hidup dan dididik dengan suatu cara tertentu dalam masyarakat ternyata mereka berbeda mencolok dalam menerima nilai-nilai akhlak yang luhur. Karena itu, manusia dapat diperbaiki akhlaknya dengan mengosongkan diri dari segala sifat tercela dan menghiasinya dengan sifat-sifat terpuji dan luhur. Ini juga merupakan tujuan pokok agama, maka ketika akhlak manusia tidak bisa diubah apalah artinya Tuhan menurunkan agama hanya sia-sia belaka. Dapat juga dipahami, agama dan filsafat akhlak memiliki kaitan erat. Keduanya berfungsi memperbaiki tingkah laku manusia sebagai mahluk sosial untuk mencapai kebahagiaan. c. Karya-karya Ibn Miskawaih termasuk penulis produktif, dapat dilihat dari karya-karyanya cukup banyak untuk ukuran saat itu. Menurut para penulis masa lalu, karyanya sebanyak 18 judul yang kebanyakan berbicara tentang jiwa dan etika. 15 M. M. Syarif berhasil mengumpulkan karya-karya Ibn Miskawaih yang dikutip dari Yaqut dan al-qifti, meliputi: 1. Al-Fauz al-akbar 2. Al-Fauz al-asghar 3. Targhib al-umam (sebuah sejarah tentang banjir yang ditulis pada tahun 369 H./979 M.) 4. Uns al-farid (kumpulan anekdot, syair, pribahasa, dan kata-kata mutiara) 5. Targhib al-sa adah (tentang akhlak dan politik) 6. Al-Musthafa (syair-syair pilihan) 7. Jawidan Kirad (kumpulan ungkapan bijak) 8. Al-Jami 9. Al-Siyar (tentang aturan hidup) 14 Yunasril Ali, op. cit., hlm Taufik Abdullah (eds.), op. cit., hlm. 197.

7 Tentang pengobatan sederhana (mengenai kedokteran) 11. Tentang komposisi bajat (mengenai komposisi memasak) 12. Kitab al-asyribah (mengenai minuman) 13. Tahdzib al-akhlak (mengenai akhlak) 14. Risalah fi al-lazazat wa al-alam fi Jauhar al-nafs (Naskah di Istambul, Ragib Majmu ah no. 1463, lembar 57a-59a) 15. Ajwiban wa As ilah fi al-nafs wa al-aql (dalam Majmu ah di atas, dalam Raghib di Istambul) 16. Al-Jawab fi al-masa il al-tsalats (Naskah di Teheran, Fihrist maktabah al-majlis, II, no. 634 (31)) 17. Risalah fi al-jawab fi Su al Ali Ibn Muhammad Abu Hayyan al- Shufi fi Haqiqah al-aql (perpustakaan Mashhad di Iran, I, no. 43 (137)) 18. Thaharah al-nafs (naskah di Koprulu, Istambul, no. 767) Abdullah Nashih Ulwan a. Sketsa Biografi dan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan seorang ulama dan tokoh pendidikan kontemporer, beliau dilahirkan di kota Halab, Syuriah, pada tahun 1928 M. karir pendidikannya kebanyakan ditempuh di kotanya sendiri. Tercatat dari mulai tingkat dasar sampai sekolah atas jurusan Syariah diselesaikannya pada tahun 1949 M. selanjutnya menyelesaikan kuliah di fakultas Ushuluddin universitas al-azhar Mesir pada tahun 1952 M, serta menerima ijazah spesialisasi pendidikan setara dengan Master of Arts (MA) pada tahun 1954 M. 17 Ulwan hidup pada masa terjadinya propaganda modernisasi pemikiran Islam, manakala terjadi dialog antara Barat dan Islam. Hal ini terekam jelas dari jejak-jejak yang ditinggalkannya melalui 16 M. M. Syarif (ed.), op. cit., hlm Dari urutan karya di atas no. 1-9 disebutkan oleh Yaqut, demikian pula al-qifti dari no. 1-4 ditambah dari no Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-aulad fi al-islam, Jilid. II, (Beirut: Dar al-salam, 1983), hlm

8 73 munculnya tokoh-tokoh modern seperti Muhammmad Abduh, Rasyid Ridha, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lain. Akan tetapi, Ulwan bukanlah orang yang mudah terpengaruh oleh hal-hal yang baru. Ulwan melihat buah pemikiran dalam Islam adalah untuk umat Islam sendiri, maka dalam Islam sendiri terdapat pokok-pokok pengetahuan yang orsinil perlu digali dan dikemukan oleh umat Islam sendiri. Seakan Ulwan tidak mengikuti jejak pendahulunya dalam modernisasi, pengakuan al-albani, Ulwan adalah seorang penulis pendidikan anak yang ditinjau dari sudut pandang secara panjang lebar, luas, dan jujur. Memperbanyak bukti-bukti Islam yang terdapat dalam al-qur an, al-sunnah, dan peninggalan intelektual pendahulu yang saleh untuk menetapkan hukum, wasiat dan adab. Beliau juga merupakan penulis mandiri di dalam pembahasan-pembahasan pendidikan yang terpenting ini dengan referensi pada tulisan-tulisan kaum muslimin secara murni, tanpa mengambil referensi kepada pendapat-pendapat pemikir dari Barat kecuali dalam keadaan yang sangat terpaksa untuk maksud tertentu. Karena beliau menulis untuk kepentingan kaum muslim dan untuk mengarahkan mereka, sehingga beliau membatasi metodenya kepada Islam, dan lagi pula karena beliau memiliki budaya dan kultur yang berlandaskan Islam serta berbagai pengalaman kaum muslimin terdahulu dan dewasa ini. Maka membuatnya tidak memerlukan pendapat orang lain. 18 Sejatinya, Ulwan adalah pemikir Islam orisinal, gambaran ini diilustrasikan dalam karya besarnya, Tarbiyah al-aulad fi al-islam. Seringkali Ulwan mengutip al-qur an dan Hadits dalam mendukung pemikiran-pemikirannya. Dalam memandang media audio-visual 18 Wahbi Sulaiman al-ghawajj al-albani, Sebuah Pengantar, dalam Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Jamaludin Miri, Jilid I, (Jakarta: Pustaka Amani, 1999), hlm. xxx-xxxi. Lihat juga Raharjo, Dr. Abdullah Nashih Ulwan Pemikiran-pemikirannya dalam Bidang Pendidikan, dalam Ruswan Thoyib (eds.), Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm

9 74 (terutama televisi), yang banyak disoroti adalah efek negatifnya yang merupakan ciri khas kaum saleh muslim (terutama kaum asketis) terdahulu. Dalam hal ini ada kemiripan dengan Ibn Miskawaih, akan tetapi ada pemisah yang mencolok antara keduanya. Ibn Miskawaih merupakan tokoh Islam yang akrab dengan pemikir-pemikir Yunani yang dipropagandakan sebagai akar pemikiran Barat, sedangkan Ulwan adalah pemikir Islam orisinal. b. Karya-karya Sama dengan Ibn Miskawaih, Ulwan juga seorang penulis produktif, banyak sekali karya-karya terkenal yang telah ditulisnya. Secara garis besar karya-karyanya dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yaitu: Bidang pendidikan dan pengajaran Ila Waratsati al-anbiya i Hatta Ya lama al-syabab Tarbiyah al-aulad fi al-islam Hukum al-islam fi al-tilfiziyyun 2. Bidang fiqh dan muammalah Fadhail al-shiyam wa Ahkamuh Ahkam al-zakat Adab al-khithabah wa al-zifaf wa Huquq al-zaujain Aqabat al-zawaj wa al-thuruq Mu alajatiha ala Dawai al- Islam Nihzam al-rizq fi al-islam Hukm al-islam fi Wasail al- Ilam Al-Islam Syariah al-zaman wa al-makan 3. Bidang akidah Syubuhat wa Rudud Haula al-aqidah wa Ashl al-irtsan 19 Abdullah Nashih Ulwan, op. cit., hlm Lihat juga Raharjo, op. cit., hlm. 54.

10 75 Huriyah al- Itiqad fi al-syari ah 4. Bidang umum Al-Takaful al-ijtima i fi al-islam Shalahuddin al-ayyubi Ahkam al-ta min Takwin al-syahsyiyah al-insaniyah fi Nazhair al-islam Al-Qaumiyah fi Mizan al-islam B. KONSEP REWARD DAN PUNISHMENT MENURUT IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN 1. Ibn Miskawaih Secara definitif, akhlak menurut Ibn Miskawaih adalah hal, keadaan jiwa yang mendorong terhadap perbuatan tanpa proses berpikir dan pertimbangan. Keadaan tersebut dapat dibagi dua, yang berasal dari naluri, tabiat pembawaan, dan yang berasal dari kebiasaan dan latihan pada awalnya terjadi karena pertimbangan dan pikiran, lalu melalui praktik yang terus menerus menjadi malakah, karakter. 20 Berangkat dari pemetaan ini, maka akhlak dapat diubah, dikembangkan melalui sebuah usaha yang tidak lain adalah pendidikan. Terma pendidikan yang diilustrasikan oleh al-qur an seperti tarbiyah, ta lim, ta dib, dan tahdzib, walaupun keempat istilah ini memiliki spesifikasi masing-masing, akan tetapi pada dasarnya memiliki kesamaan yaitu dalam rangka mewujudkan tatanan moral kemanusiaan. Terma pendidikan yang diusung oleh Ibn Miskawaih berkaitan dalam rangka perbaikan akhlak adalah tahdzib yang terlihat dalam karyanya dengan judul besar Tahdzib al-akhlak. Menurutnya tahdzib tercermin dalam usaha-usaha yang berupa al-mau izhah (nasehat), ta dib 20 Ibn Miskawaih, Tahzib al-akhlaq, Cet. 1, (Mesir: al-mathbah al-husainiyyah, 1329 H.), hlm. 25.

11 76 (pendidikan), dan al-siyasiyah al-jayyidah al-fadilah (metode-metode lain yang baik dan mulia). 21 Hans Wehr mengartikan lafal tahdzib dalam 10 macam arti. (1) expurgation, penghilangan yang jelek; (2) emendation, perbaikan; (3) corerrection atau recrectification, pembetulan; (4) revision, perbaikan; (5) trainning, pelatihan; (6) intruction, perintah; (7) education, pendidikan; (8) upbringing, penumbuhan; (9) culture, kebudayaan; dan (10) refinement, perbaikan. 22 Berangkat dari arti di atas, tahdzib merupakan segala upaya membentuk manusia untuk meningkatkan kualitas supaya moral atau akhlaknya menjadi lebih baik. Sedangkan mau izhah, nasehat, menurut Ulwan memiliki efek yang besar dalam rangka membuka kesadaran akan hakikat sesuatu, mendorong menuju harkat dan martabat yang luhur, menghiasi dengan akhlak yang mulia, serta membekali dengan prinsipprinsip Islam. 23 Mengenai ketiga yang disebutkan terakhir, al-siyasiyah al- Jayyidah al-fadilah, tergambarkan dalam beberapa uraian. Menurut Ibn Miskawaih syariat agama memiliki peran penting dalam meluruskan akhlak remaja, yang membiasakan mereka untuk melakukan perbuatan yang baik, sekaligus mempersiapkan diri mereka untuk menerima kearifan, mengupayakan kebajikan dan mencapai kebahagiaan melalui berpikir dan penalaran yang akurat. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik mereka agar mentaati syariat ini, agar berbuat baik. Hal ini dapat dijalankan melalui al-mau izhah (nasehat), al- dharb (dipukul) kalau perlu, al-taubikh (dihardik), diberi janji yang menyenangkan atau tahdzir (diancam) dengan al- uqubah (hukuman). Ketika mereka telah terbiasa dengan perilaku ini dalam kurun waktu yang relatif lama, maka mereka akan melihat hasil dari perilaku mereka itu, dan akan mengetahui jalan 21 Ibid., hlm Musthofa Rahman, Pendidikan Islam dalam Perspektif al-qur an, dalam Ismail SM. (eds.), Paradigma Pendidikan Islam, Cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-aulad fi al-islam, Jilid. II, (Beirut: Dar al-salam, 1983), hlm. 675.

12 77 kebaikan dan sampailah mereka pada tujuan. 24 Dengan kata lain, syariat agama memiliki peranan penting dalam membentuk akhlak yang baik dan mengubah akhlak yang tercela. Ary Ginanjar Agustian menemukan repetitive magic power, sebuah rahasia di balik kekuatan pengulangan dalam membentuk karakter seseorang. Semisal dalam syariat Islam ada shalat, tersirat di dalamnya unsur kedisiplinan berupa waktu pelaksanaan dan selalu diiming-imingi pahala dan siksa. Apabila hal ini terus-menerus berlangsung, apalagi jika dibiasakan sejak kecil, maka tidak mustahil akan menjadi karakter yang tertanam dalam diri. 25 Agama dijadikan sebagai aspek sekaligus prinsip dan dasar dalam mendidik moral anak didik. Dengan demikian Ibn Miskawaih cenderung mengedepankan nalar sepiritualnya di samping kemampuan berpikir filosofisnya. Terkadang agama mengalahkan kekuatan-kekuatan di luar kemampuan akal manusia. Sebagaiman telah diuraikan sebelumnya, Ibn Miskawaih selama berpuluh-puluh tahun mengabdikan diri kepada kalangan istana Bani Buwaihi. Kehidupan yang dilewatinya bersama orang-orang yang bergelimang dengan kemewahan, cinta akan emas dan harta yang kadang bias menyilaukan pandangan mata terhadap kewajiban menjalankan agama. Sehingga dari pengalamannya ini, usaha-usaha mendidik anak diarahkan untuk ketaatan dalam menjalankan ajaran agama. Selain itu, agama sangat Islam sangat memperhatikan segala gerakgerik kelakuan manusia. Islam memperhatikan kehidupan manusia dari yang bersifat mikro hingga mikro. Maka ketika seseorang melaksanakan kewajiban agama, secara tidak langsung ia telah meletakan dasar bagaimana bertingkah laku dengan baik. Selain itu, Ibn Miskawaih juga menganjurkan agar memberikan tahmid, pujian langsung ketika anak didik mnunjukkan perilaku yang baik. 24 Ibid., hlm Lebih lanjut lihat Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangkitkan ESQ Power: Sebuah Inner Journey Melalui al-ihsan, (Jakarta: Arga, 2003), hlm

13 78 Sebaliknya membuat agar dia merasa risih terhadap sesuatu tercela yang muncul darinya. 26 Tahmid (memuji) dan ikram (menghormati), diberikan ketika anak didik menunjukkan moral dan perilaku yang baik. Adapun ketika dia melakukan perbuatan tercela, maka pertama-tama yang dilakukan tidak langsung mencerca (taubikh) dan tidak mengatakan terus terang padanya bahwa dia telah melakukan perbuatan buruk. Akan tetapi, berpura-pura tidak memperhatikannya, seolah-olah dia tidak sengaja melakukan hal itu, atau bahkan dengan mengatakan sebenarnya hal itu bukan kehendaknya. Ini khususnya diperlukan bila anak menutup-nutupinya, atau bersikeras menyembunyikan dari mata umum apa yang telah dilakukannya itu. Kalau kemudian dia melakukan lagi, maka secara diam-diam mencelanya, menunjukkan betapa fatal apa yang telah dia lakukan itu, dan memperingatinya agar tidak mengulanginya lagi. Karena kalau dibiasakan mencela dan membeberkan kesalahanya secara terang-terangan, maka secara tidak langsung telah menyeretnya ke dalam keburukan. Tanpa sengaja perbuatan itu telah mendesaknya untuk mengulangi kembali perbuatan buruk yang telah dilakukan. Akibatnya, dia tidak mau lagi mengindahkan nasehat dan cercaan. 27 Hal ini mengisyaratkan Ibn Miskawaih sangat memperhatikan perkembangan anak didik. Kalau ditelusuri lebih lanjut, mendiktekan ancaman kepada anak terkesan seolah-olah merupakan anjuran bagi anak untuk mengulangi suatu perbutan yang dilarang. Hal ini disebabkan segala bentuk ancaman atau peringatan dirasakan sebagai suatu tantangan dan pukulan terhadap otonomi dan pribadi anak. Sehingga jika ia memiliki harga diri, ia akan terus melanggarnya bahwa ia bukan boneka yang segalanya diatur dan dipermainkan orang Ibn Miskawaih, Tahdzib al-akhlaq, op. cit. hlm Ibid., hlm. 49. Ibn Miskawaih juga mengutip sebuah syair yang berbunyi: biasakanlah aku dengan nasehatmu ketika aku sendirian, dan jauhkanlah aku dari nasehat di depan umum, karena sesungguhnya nasehat di depan umum itu bagian dari cerca yang tak sudi kuminum. 28 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Perkembangan Jiwa anak, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986), hlm

14 79 Bukan tidak mungkin anak akan melakukan kesalahan-kesalahan lain, bisa jadi itu karena ketidaksenangan atas tindakan yang telah dilakukan kepadanya. Karena kesalahan orang tua terlalu membiasakan cercaan kepada anaknya. Jika dia dipukul oleh gurunya, dia tidak boleh mengaduh atau mengeluh, dan tidak boleh minta perlindungan orang lain, karena tindakan seperti itu cuma pantas dilakukan para budak, hamba sahaya, serta orangorang lemah. hendaknya tidak sering menakut-nakuti anak kecil, tetapi membiasakan memberikan semangat. Memberikan al-ribh (hadiah) kalau mereka berbuat baik, agar anak tidak meminta-minta pada temannya. 29 Bentuk-bentuk dari dari istilah al-siyasiyah al-jayyidah al-fadilah yang telah dikemukakan oleh Ibn Miskawaih, kalau diformulasikan ke dalam pendidikan modern, kesemuanya merupakan bentuk-bentuk dari istilah reward dan punishment. Secara tegas Ibn Miskawaih tidak mengeluarkan istilah yang sepadan dengan konsep reward dan punishment. Akan tetapi, uraian yang telah dikemukakan olehnya tertera istilah uqub atau iqab, dan targhib 30. Kedua Istilah ini selaras dengan reward dan punishment, walaupun sebenarnya dalam al-qur an pasangan dari iqab biasanya bergandengan dengan ajr, dan targhib dengan tarhib. Targhib adalah janji yang disertai dengan bujukan dan membuat senang terhadap sesuatu yang maslahat, kenikmatan atau kesenangan kemudian diteruskan dengan perbuatan baik. Sedangkan tarhib adalah ancaman dengan hukuman sebagai akaibat melakukan dosa, perbuatan yang salah, atau akibat lalai dalam menjalankan kewajiban, perbuatan baik. 31 Tujuan yang terkandung dalam bentuk-bentuk reward dan punishment di atas, merupakan suatu cara atau jalan yang dilakukan oleh orang tua atau pendidik dalam rangka supaya anak didik menjalankan syariat agama dan menumbuhkan kesadaran untuk berbuat baik. Dengan 29 Ibn Miskawaih, Tahzib al-akhlaq, op. cit., Ibid., hlm Abdurrahman an-nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan dalam Islam, Alih Bahasa Herry Noer Ali, (Bandung: CV. Diponegoro, 1992), hlm. 412.

15 80 demikian yang ingin dicapai sebagai tujuan dari reward dan punishment adalah untuk menanamkan perilaku yang baik dan menetralisasi perbuatan jelek. Dalam memperbaiki perilaku yang tidak baik dengan hukuman, menurut Ibn Miskawaih sebaiknya pendidik memposisikan sebagai seorang tabib (dokter). 32 Seorang dokter yang berpengalaman tidaklah langsung saja mengobati suatu penyakit sebelum diketahuinya sebabsebab maka sampai penyakit itu menimpa si penderita. Setelah diketahuinya panas dan dinginnya, barulah dia memberikan ramuan obat (resep) yang bertujuan menangkis serangan penyakit dan selanjutnya membalas serangan dengan serangan pula. Dimulainya dengan penjagaan obat-obat yang lunak, sampai kemudiannya dengan meminumkan obatobat yang lebih keras dan pahit. Kadang-kadang kalau dipandangnya kalau dipandangnya sangat perlu diadakannya pemotongan (operasi). 33 Pendapat ini mengisyaratkan bahwa suatu hukuman diberikan ialah untuk memperbaiki moral yang dimanifestasikan melalui bentuk yang nyata yaitu perbuatan. Suatu hukaman tidak langsung diberikan begitu saja, apalagi langsung memberikan suatu hukuman yang paling represif. Hukuman merupakan tindakan yang tegas, sekaligus terakhir diberikan ketika cara lain sudah tidak dapat lagi. Langkah pertama yang dilakukan yaitu mengetahui sebabsebabnya, karena bias jadi itu terjadi karena tidak sengaja, ketidaktahuan, atau kelalaian. Jika perbuatan jelek tersebut tanpa alasan yang dapat dimaafkan, dimaklumi, maka hukuman dijatuhkan secara bertahap, dari 32 Sudah menjadi keharusan menjadi seorang dokter muslim untuk berakhlak Qur an dan mengikuti petunjuk Nabi saw., penyebar rahmat, bersifat penyayang, dan penuh murah hati mengusap penderitaan orang lain dengan tangannya dan meringankan derita mereka. Oleh karena itu, seorang dokter seharusnya menghadapi pasien dengan balai kasih yang mengandung belas kasih, cinta kasih. Dia harus bisa melupakan kesalahan dan keteledoran si pasien. Dia juga harus mau mendengar ucapan sang pasien dengan baik dan selalu berbuat sesuatu yang baik pula. Dia juga harus merendahkan suaranya kepada si pasien, tidak berbicara kasar atau membentak. Yang termasuk perilaku rahmat perilaku kasih sayang ialah berwajah ceria, murah senyum, mudah menghadapi segala persoalan dan tidak mempersulit orang lain. Lihat Zuhair Ahmad Assiba i, Dokter-dokter Bagaimana Akhlakmu, (Jakarta: Gema Insani, 1985), hlm. 94 dan Hamka, Lembaga Budi, (Jakarta: Pamjimas, 1982), hlm. 22.

16 81 yang lunak terlebih dahulu. Selanjutnya ketika perilaku anak didik belum menunjukkan perubahan, diberikan hukuman setingkat agak keras dari yang pertama, hingga seterusnya sampai hukuman yang paling keras. 2. Abdullah Nashih Ulwan Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, Ulwan merupakan tokoh ulama Islam orisinal, beliau jarang mengutip pendapat orang-orang di luar Islam. Ulwan mengutip sebuah hadits dari Aisyah, ketika menjawab pertanyaan tentang akhlak Nabi saw. Jawaban Aisyah akhlak Nabi adalah al-quran. Menurut Ulwan, jawaban tersebut sangat mendalam, singkat dan universal, karena menghimpun metode al-qur an secara universal dan prinsip-prinsip budi pekerti yang utama. Dengan demikian Nabi saw. merupakan penterjemah hidup keutamaan-keutamaan al-qur an, gambaran yang bergerak dari petunjuk al-quran yang abadi. 34 Sehingga segala sesuatu yang telah dicontohkan dan dipraktikan oleh Nabi saw. harus direfleksikan oleh umat Islam sendiri. Sebagaiman petunjukkan al-qur an menyebutkan: ل قد كا ن ل كم ف ي ر س ول ال له ا س و ة ح س ن ة ل م ن كا ن ي ر ج و ال له و ا لي و م ا لا خ ر و ذ كر ال له كث يرا (الا حزاب: 21 ) Sesungguh bagi kamu sekalian dalam diri Rasulullah terdapat sauritauladan yang baik bagi orang yang mengharapkan keridhaan Allah dan hari akhir, dan mengingat Allah sebanyak-banyaknya. (al-ahzab: 21) و م ا ا ت ا كم الر س و ل فخ ذوه و م ا ن ه ا ك م ش د يد ا لع قاب (الحشر: 7 ) ع ن ه فان ت ه وا و ات قوا ال له ا ن ال ل ه Dan segala apa yang telah dikerjakan oleh Rasul maka ambillah, segala apa yang dilarang olehnya maka tinggalkanlah, dan bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Ia Maha dasyat siksaan-nya. (al-hasyr: 7) 34 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-aulad fi al-islam, Jilid II, op. cit., hlm. 635.

17 82 Melihat melalui kaca mata pendidikan, Nabi saw. dianggap oleh para sahabat sebagai guru riil, an actual teacher, yang bisa dilihat seharihari dengan mata kepala sendiri. Umat yang sekarang memandang Nabi sebagai guru imajiner, tetapi efektif. Yakni guru yang belum pernah bertatap muka, tapi kedekatan umat Islam dengannya dan ajaran-ajarannya mengalahkan dimensi ruang dan waktu. 35 Sehingga pendidikan yang diajukan oleh ulwan adalah hasil dari interpretasi dan modifikasinya terhadap al-qur an dan sunnah Nabi saw. Dengan demikian, seorang pendidik harus mampu merefleksikan perilaku pendidikan yang telah dilakukan oleh Nabi yang sangat menomersatukan perhatianya terhadap umat. Ketika pendidik mendapatkan anak didiknya mengerjakan perbuatan munkar atau dosa, seperti mencuri atau mengeluarkan kata-kata kotor, pendeknya melakukan pelanggaran dan menyalahi ketentuan dari akhlak, perlu adanya tahdzir, peringatan dan penjelasan bahwa perbuatan tersebut munkar, keji, busuk dan hukumnya haram. Sebaliknya, ketika anak didik mengerjakan kebaikan atau perbuatan ma ruf seperti sadaqah atau memberikan pertolongan, pendidik memberikan targhib, dorongan atau dukungan, untuk terus mengerjakan serta menjelaskan bahwa perbuatan tersebut baik dan halal. 36 Menurut Ulwan, dalam rangka rangka menghasilkan dan memilki peran yang sangat besar dalam membentuk moral, dan membiasakan anak didik berakhlak mulia yaitu diantaranya dengan cara targhib (pemberian stimulus berupa pujian dan sesuatu yang menyenangkan) dan tarhib (pemberian stimulus berupa peringatan atau sesuatu yang ditakuti). Atau bahkan pendidik pada kondisi tertentu terpaksa memberikan uqubah, hukuman, jika dipandang terdapat kemaslahatan dalam proses taqwim alinhiraf wa al- iwijaj, meluruskan penyimpangan dan penyelewengan Abdurrahman Mas ud, Reward dan Punishment dalam Pendidikan Islam, Media, Edisi 28/th. VI /Nov. /1997, hlm Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-aulad fi al-islam, Jilid II, op. cit., hlm Ibid., hlm

18 Uraian tersebut menegaskan bahwa Ulwan memiliki Istilah yang selaras dengan konsep reward dan punishment. Tahdzir lebih mengarah kepada peringatan, bentuk verbal, sehingga dijadikan konsep umum untuk istilah punishment dalam pendidikan modern kurang terwakili. Lebih tepatnya tahdzir berkedudukan sebagai bagian dari bentuk punishment sendiri. Berbeda dengan targhib dan tarhib, keduanya memiliki makana yang lebih luas bisa berbentuk fisik maupun nonfisik, atau verbal nonverbal. 38 Uqub atau iqab, lebih mengarah kepada hukuman fisik dan keras, 83 berbeda dengan tarhib yang lebih lunak. Demikian bahasa Arab memang kaya dengan padanan kata yang memiliki kesamaan arti, namun sebenarnya masing-masing kata memiliki spesifikasi makna tertentu. Mengenai bentuk-bentuk dari targhib dan tarhib dapat berupa peringatan melalui daftar verbal ketika anak didik melakukan sesuatu yang munkar. Memberikan pujian, rasa hormat, dan dorongan ketika ia melakukan sesuatu yang baik agar senantiasa mengulangi perbuatan tersebut. 39 Menurut Ulwan syariat Islam yang lurus dan adil serta prinsipprinsipnya yang universal, sesungguhnya memiliki peran dalam melindungi kebutuhan-kebutuhan primer yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Selanjutnya kebutuhan primer tersebut terkenal dengan sebutan al-dharuriyyat al-khams, yaitu menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga kehormatan, menjaga akal dan menjaga harta benda. Dalam rangka memelihara masalah tersebut, syariat telah meletakan berbagai uqubah (hukuman) yang mencegah, bahkan bagi setiap pelanggar dan perusak kehormatannya akan merasakan kepedihan. Uqubah atau iqab (hukuman) ini dikenal dengan sebutan hudud dan ta zir Muhammad Thalib, Pendidikan dengan Metode 30 T, (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 1996), hlm Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-aulad fi al-islam, Jilid II, op. cit., hlm Ibid., hlm. 753.

19 84 Dengan demikian, Ulwan kembali mendasarkan gagasangagasannya mengenai hukuman atas hukuman-hukuman yang telah digariskan dalam syariat Islam. Oleh karena itu al-qur an dan Hadits menjadi rujukan utama dalam menetapkan hukuman. Hukum Islam memang keras dan tegas, terlihat yang paling populer yaitu mengenai hukum potong tangan. Sebenarnya, potong tangan tidak serta merta langsung diterapkan. Hakim perlu menyelidiki akar permasalahat dari sebab pencurian. Akar penyebab itulah yang kakekatnya harus dipotong. Potong tangan dalam konteks ini bias berarti riil dengan memotong tangan pencurinya, tetapi sekaligus bermakna kias memotong alasan penyebab pencurian. Jika penyebabnya akibat hobi dan kemalasan, maka tangan pencuri benar-benar dipotong. Jika penyebabnya karena kelaparan, atau berobat tidak punya uang (dan sebab-sebab lainnya yang dapat dijadikan alasan yang tepat), maka penyebab sebenarnya adalah kemiskinan. Kemiskinan itulah yang mesti dipotong, dengan memberikan pekerjaan atau tunjangan kesejahteraan. itulah substansi agung hukum Islam, yang keras, tegas, namun tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. 41 Karena tujuannya bukan kekerasan itu sendiri, tetapi sebagai langkah preventif untuk mencegas terjadinya segala bentuk kriminalitas. Ulwan mengumpulkan beberapa hukuman yang telah diuraian oleh al-qur an dan Hadits, diantaranya: 1. had bagi yang keluar dari Islam (murtad) adalah dibunuh. Hukuman ini berdasarkan hadits Nabi. 2. had bagi pembunuh adalah dibunuh, jika atas unsur kesengajaan, berdasarkan surat al-baqarah ayat had bagi pencuri adalah dipotong tangannya dari pergelangan, jika mencuri bukan karena kebutuhan yang mendesak. Hukuman ini berdsarkan surat al-maidah ayat Dhurorudin Mashad, Kisah dan Hikmah 3, (Jakarta: Erlangga, 2001), hlm

20 85 4. had menuduh orang lain berbuat zina (qadzaf) adalah dicambuk sebanyak delapan puluh kali dan tidak diterima persaksiannya. Berdasarkan surat al-nur ayat had zina dicambuk sebanyak seratus kali, jika ia belum kawin, dan dirajam hingga mati jika ia sudah kawin. Hukuman ini berdasarkan surat al-nur ayat 2. Adapun dirajam hingga mati adalah seperti tercantum dalam hadits Maiz Ibn Malik, dan perempuan dari Ghamidi. Rasulullah saw. menyuruh untuk dirajam, karena orang tersebut telah menikah. 6. had membuat kerusakan di muka bumi adalah dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan. Hukuman ini berdasrkan surat al-maidah ayat had meminum minuman yang memabukkan adalah dicambuk antara empat puluh hingga delapan puluh kali. Hukuman ini berdasarkan hadits Rasulullah dan pendapat sahabat. 42 Selain mengutip al-qur an dan hadits, Ulwan juga sering mengilustrasikan pendapat-pendapat para sahabat dan ulama, terutama ulama empat madzhab yang terkenal. Sedangkan ta zir adalah hukuman yang tidak ditentukan oleh Allah untuk setiap perbuatan maksiat yang di dalamnya tidak terdapat had atau kafarat. Karena hukumannya tidak ditentukan, maka pemimpin hendaknya memperkirakan hukuman yang sesuai dengan pendapatnya, baik kecaman, pukulan, penjara, atau dengan merampas haknya. Menurut Ulwan, Islam mensyariatkan hudud dan ta zir adalah dalam rangka merealisasikan kehidupan yang tenang, penuh kedamaian, keamanan, dan ketenteraman. Uqubah bagaimanapun bentuknya, baik hukuman qishash maupun ta zir, semuanya itu adalah cara yang tegas dan tepat untuk memperbaiki umat dan mengokohkan pilar-pilar keamanan serta ketenteraman umat manusia Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-aulad fi al-islam, Jilid II, op. cit., hlm Ibid., hlm

21 86 Hal ini selaras dengan firman Allah swt. dalam surat al-baqarah ayat 179, yang berbunyi: و لك م ف ي ا لق ص اص ح ي اة ي ا ا ول ي ا ل ا لب اب لع لك م ت ت قو ن (البقرة: ١٧٩) Dan dalam qishash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, wahai orang-orang yang berakal, supaya kamu sekalian bertakwa. (al-baqarah: 179) Ulwan mengatakan, jika hukuman itu termasuk kelompok ta zir, maka hukuman harus dilaksanakan, tidak boleh tidak. Ukurannya diserahkan kepada pemimpin (hakim) sesuai dengan kemaslahatan. Yaitu berkisar antara peringatan, kecaman, pukulan, kurungan, dan rampasan. Karena hukuman ta zir berbeda-beda, sesuai dengan usia, kultur, dan kedudukannya. Demikian pula hukuman yang diterapkan para pendidik di rumah atau di sekolah berbeda-beda dari segi jumlah dan tata caranya, tidak sama dengan hukuman yang diberikan kepada orang-orang umum. 44 Dalam menjatuhkan hukuman, Ulwan mengilustrasikan beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar pembenahan anak. Memberikan hukuman dengan cara yang ramah tamah, lemah lembut bermanis muka, di samping itu juga menanamkan bahwa pendidik memberikan hukuman hanya untuk mendidik dan memperbaikinya. Sehingga feed back, respon yang ditampilkan oleh anak didik berupa penerimaan, menyadari akan kekeliruan, tidak minder dan merasa terhina. 2. Menjaga tabiat anak yang salah dalam menggunakan hukuman. Adakalanya menghukum cukup dengan menampilkan muka cemberut dalam melarang dan memperbaiki perilaku anak. Apabila hal itu tidak berpengaruh, meningkat dengan kecaman, atau pendidik menggunakan tongkat untuk membuat jera. Variasi hukuman ini disesuaikan dengan perkembangan anak didik. 44 Ibid., hlm. 759.

22 87 3. Dalam upaya pembenahan, hendaknya dilakukan secara bertahap dari yang paling ringan hingga yang paling keras. Jika pendidik tidak menemukan hasil yang diharapkan dari pemberian hukuman yang telah diberikan, maka selanjutnya beralih secara bertahap kepada hukuman yang lebih keras, semisal dengan kecaman. Apabila kecaman tidak berefek, maka dengan pukulan yang tidak membahayakan, demikian selanjutnya hingga hukuman yang paling keras. 45 Ulwan juga mengilustrasikan metode-metode hukuman yang diberikan oleh Rasulullah, yaitu menunjukkan kesalahan dengan pengarahan, menunjukkan kesalahan dengan ramah tamah, menunjukkan dengan memberikan isyarat, menunjukkan kesalahan dengan kecaman, menunjukkan dengan memutuskan hubungan (memboikot), menunjukkan kesalahan dengan memukul, dan menunjukkan kesalahan dengan memberikan hukuman yang membuat jera. 46 Bertumpu pada metode dan tata cara yang telah digariskan oleh Rasulullah, menurut Ulwan pendidik dapat memilih metode yang paling sesuai untuk mendidik anak, yang dapat memperbaiki penyimpangannya. Terkadang perbaikan cukup dengan memberikan nasehat yang jelas dan tegas, dengan pandangan sekilas, keramahtamahan yang lembut, dengan memberikan isyarat, atau dengan melontarkan kata-kata yang menjerakan. Pada dasarnya hukuman diberikan secara bertahap dari yang paling lunak hingga jika belum terjadi perubahan, dapat meningkat sampai pada hukuman yang lebih keras dan tegas. 47 Menjatuhkan hukuman yang berbentuk pukulan, Ulwan memberikan batasan dan persyaratan, agar tidak keluar dari maksud pendidikan yaitu untuk memperbaiki dan menbuat jera. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut: 45 Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm. 767.

23 88 1. Pendidik tidak terburu-buru menggunakan metode pukulan, kecuali setelah menggunakan semua metode lembut yang mendidik dan membuat jera. 2. Pendidik tidak memukul ketika dalam keadaan sangat marah, karena dikhawatirkan menimbulkan bahaya terhadap anak. 3. Ketika memukul, hendaknya menghindari anggota badan yang peka, seperti kepala, muka, dada, dan perut. 4. Pukulan untuk hukuman, hendaknya tidak terlalu keras dan tidak menyakiti pada kedua tangan atau kaki dengan tongkat yang tidak besar. 5. Tidak memukul anak, sebelum ia berusia sepuluh tahun. 6. Jika kesalahan anak adalah untuk pertama kalinya, hendaknya ia diberi kesempatan untuk bertobat dari perbuatan yang telah dilakukan, memberi kesempatan untuk minta maaf, dan diberi kelapangan untuk didekati orang penengah, tanpa memberikan hukuman, tetapi mengambil janji untuk tidak mengulangi kesalahan itu. 7. Pendidik hendaknya memukul anak dengan tangannya sendiri, dan tidak menyerahkan kepada saudara-saudaranya, atau teman-temannya. Sehingga tidak timbul api kebencian dan kedengkian di antara mereka. 8. Jika anak sudah menginjak usia dewasa dan pendidik melihat bahwa pukulan sepuluh kali tidak juga membuat jera, maka ia boleh menambah dan mengulanginya, sehingga anak menjadi baik kembali. 48 Uraian di atas, dalam menerapkan punishment Ulwan lebih menekankan hukuman yang lembut, penuh kasih sayang, jauh dari kekerasan, di samping juga menyetujui hukuman berupa pukulan. Akan tetapi ia memberikan persyaratan yang ketat, sehingga tidak keluar dari tujuan luhur yaitu dalam meperbaiki kesalahan yang telah dilakukan anak didik. 48 Ibid., hlm

24 89 Hukuman sebagai upaya terakhir harus dilakukan secara mendidik. Hukuman yang mendidik merupakan suatu hal yang niscaya. Ironisnya, kadang-kadang masih banyak orang tua yang dalam mendidik anaknya terpaksa melakukan hukuman yang tidak mendidik. Ini tentu bertentangan dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Hukuman yang tidak tidak mendidik misalnya saja hukuman fisik. Bahkan dalam beberapa kasus, hukuman fisik ini dilakukan secara kasar dan menyakitkan anak didik. Hal ini tentu saja bukan perbuatan mendidik akan tetapi menindas. Hukuman yang bersifat fisik berakibat negatif terhadap perkembangan psikologi dan kejiwaan anak misalnya anak menjadi rendah diri, minder, penakut, dan tidak percaya diri. Akibatnya, anak tidak mekar eksistensinya dan tidak merdeka, akan tetapi sebaliknya justru menjadi kerdil pribadinya dan serba tunduk. 49 yaitu: Sebagaimana perkataan Kamil Badr, yang juga dikutip oleh Ulwan, ان المربى فی شرع الهدی رحم # بر بمرعيه لا عاتي الخلق يدمي بسوط الا ذی القطعان وهو يری # في نفسه ضيغما قد صال فيغسق ا طفالنا يا رعاة الجل عند كم # ودعة لا دمي حطم لدی النزق Sesungguhnya pendidik dalam syariat Islam yang lurus adalah manusia penuh kasih sayang, bukannya yang sombong berbangga diri. Sekumpulan gembala bercucuran darah dilucuti cemeti keangkuhan. Ia melihat dirinya singa yang telah menyerang dalam kegelapan malam 49 M. Arief Hakim, Mendidik Anak Secara Bijak: Panduan Keluarga Muslim Modern, Cet. 1, (Bandung: Marja, 2002), hlm. 26.

25 90 Anak-anak kita. Wahai para penggembala, Adalah titipan di pundak kalian bukannya boneka yang dibuat dengan tergesa. 50 Perasaan mulia yang diberikan Allah kepada hati orang tua ialah perasaan mengasihi, menyayangi dan berbuat lembut kepada anak. Hal ini merupakan perasaan mulia orang tua dalam mendidik, menyiapkan, dan membentuk anak dengan hasil utama dan pengaruh yang besar. Hati yang tidak memiliki kasih sayang membuat seseorang sewenang-wenang, kasar, hina, dan keras. Sifat-sifat negatif ini kemungkinan besar dapat menggelincirkan dan mencebloskan anak ke dalam kerikil dan perbuatan jahat, kebodohan dan penderitaan. 51 Pendidik sebagai refleksi dari orang tua bukanlah seorang hakim yang hanya bisa memutuskan benar atau salah. Akan tetapi pendidik adalah seorang yang pemaaf, menahan diri, kemarahan, lapang hati, sabar, dan tidak pemarah terhadap hal-hal kecil. Seorang pendidik harus pendai menyembunyikan kemarahannya, menampakkan kesabaran, hormat, lemah lembut, kasih sayang, dan tabah dalam mencapai sesuatu keinginan. 52 Dengan demikian dalam memandang kesalahan anak, seorang pendidik tidak langsung menyimaknya hanya sebagai kesalahan semata. Akan tetapi, harus senantiasa melihat apa sebab yang melatar belakangi kesalahan tersebut. Bisa jadi karena unsur ketidaktahuan, keteledoran, atau kemungkinan-kemungkinan lain, mengingat anak didik bukanlah seperti pendidik sendiri, bukan orang dewasa. 50 Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah al-aulad fi al-islam, Jilid II, op. cit., hlm Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam: Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, dalam Tjun Surjaman (eds.), (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1996), hlm Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 1, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hlm. 74.

BAB V PENUTUP. pengumpulan data yang menunjang dalam rangka menjawab tiga permasalahan

BAB V PENUTUP. pengumpulan data yang menunjang dalam rangka menjawab tiga permasalahan 114 BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah melakukan penelusuran melalui mendiskripsikan teori dan pengumpulan data yang menunjang dalam rangka menjawab tiga permasalahan yang telah diajukan oleh penulis, dapat

Lebih terperinci

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan.

Adab makan berkaitan dengan apa yang dilakukan sebelum makan, sedang makan dan sesudah makan. ADAB ISLAMI : ADAB SEBELUM MAKAN Manusia tidak mungkin hidup tanpa makan. Dengan makan manusia dapat menjaga kesinambungan hidupnya, memelihara kesehatan, dan menjaga kekuatannya. Baik manusia tersebut

Lebih terperinci

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya

Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya Bahaya Zina dan Sebab Pengantarnya Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan, manusia akan lebih berpengetahuan luas dan menjadi lebih bijaksana dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK. BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT BAGI NARAPIDANA MENURUT PERMEN NO.M.2.PK.04-10 TAHUN 2007 A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Penetapan 2/3 Masa Pidana Minimal

Lebih terperinci

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY

PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY PENDAPAT IMAM ASY-SYÂFI'I TENTANG PEMBERLAKUAN HUKUM RAJAM BAGI PEZINA KAFIR DZIMMY SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Dalam Ilmu Syari ah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi kehidupan manusia saat ini, pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya membimbing, mendidik, dan mengarahkan ke

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 284 ل ل ه م ا ف ي الس م او ات و م ا ف ي ال ا ر ض و ا ن ت ب د وا م ا ف ي ا ن ف س ك م ا و ت خ ف وه ي ح اس ب ك م ب ه الل ه ف ي غ ف ر ل م ن ي ش اء و ي ع ذ ب م ن ي ش اء

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam

Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Akhlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Khutbah Pertama:???????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????...????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب

ج اء ك م ر س ول ن ا ي ب ي ن ل ك م ك ث ير ا م ما ك ن ت م ت خ ف و ن م ن ال ك ت اب و ي ع ف و ع ن ك ث ير ق د ج اء ك م م ن الل ه ن ور و ك ت اب KARAKTERISTIK ETIKA ISLAM 1. Al Qur an dan Sunnah Sebagai Sumber Moral Sebagai sumber moral atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah Al Qur an dan

Lebih terperinci

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Diantara perintah Allah Azza wa Jalla kepada kita adalah perintah agar kita mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Akhlak Rasulullah Khutbah Pertama:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:??????????????????????????????????:???????????????????????

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAKAN ASUSILA DAN PENGANIAYAAN OLEH OKNUM TNI A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan Pengadilan Militer III-19 Jayapura Nomor: 143-K/PM. III-19/AD/IX/2013.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Kholiq, dkk. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi pendidikan Islam yang dilakukan dengan jalan mengadopsi sistem pendidikan Barat ternyata menimbulkan krisis dalam masyarakat Islam, yakni umat Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dan perkembangan pendidikan sejalan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perubahan akhlak pada anak sangat dipengaruhi oleh pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna dan memiliki kelebihan. Disamping terdapat kelebihannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai agama pembawa rahmat bagi seluruh alam, Islam hadir dengan ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan manusia. Islam tidak

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN A. Perbandingan Pemikiran Abdullah Nashih Ulwan dan

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 286 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 286 ل ا ي ك ل ف الل ه ن ف س ا ا ل ا و س ع ه ا ل ه ا م ا ك س ب ت و ع ل ي ه ا م ا اك ت س ب ت ر ب ن ا ل ا ت و اخ ذ ن ا ا ن ن س ين ا ا و ا خ ط ا ن ا ر ب ن ا و ل ا ت ح

Lebih terperinci

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian serta kemampuan peserta didik di sekolah maupun di luar sekolah. Oleh karena

Lebih terperinci

ISLAM IS THE BEST CHOICE

ISLAM IS THE BEST CHOICE KULIAH FAJAR MASJID AL-BAKRI TAMAN RASUNA KUNINGAN - JAKARTA SELATAN ISLAM IS THE BEST CHOICE Disusun oleh : Agus N Rasyad Sabtu, 16 Maret 2013 INTRODUCTION BEBERAPA CIRI KETETAPAN HATI, BAHWA ISLAM PILIHAN

Lebih terperinci

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH

MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH MERAIH KESUKSESAN DAN KEBAHAGIAAN HIDUP DENGAN MENELADANI RASULULLAH OLEH : DR. HJ. ISNAWATI RAIS, MA RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA (RSIJ) CEMPAKA PUTIH FISIKA SELASA, DEPARTMENT 14 FEBRUARI 2012 State Islamic

Lebih terperinci

MENGGAPAI KHUSYU. Publication : 1439 H_2017 M

MENGGAPAI KHUSYU. Publication : 1439 H_2017 M MENGGAPAI KHUSYU Publication : 1439 H_2017 M MENGGAPAI KHUSYU Disalin dari Majalah As-Sunnah Ed 07_Thn XXI_1439H/2017M hal 60-61 Judul Depan dan Teks Arab Qur an dan Hadits dari kami e-book ini didownload

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. agama. Sistem ekonomi Islam merupakan suatu sistem ekonomi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang universal yang sangat memperhatikan segala aspek kesetaraan masalah egiologi, politik, ekonomi spiritual di dalam kehidupan. Masyarakat

Lebih terperinci

Oleh : Ahmad Abdillah NPM:

Oleh : Ahmad Abdillah NPM: PETUNJUK-PETUNJUK RASULULLAH SAW TERHADAP PENDIDIKAN PEMUDA DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MASA KINI (Kajian terhadap Kitab al-hady an-nabawiy fi Tarbiyah al-aula d fi Ḍaui al-kita b wa as-sunnah)

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR: AL-QURAN KOMPETENSI DASAR Menganalisis kedudukan dan fungsi al-quran dalam agama Islam Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang melekat pada al-quran INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi

Lebih terperinci

POKOK SYARI AH. حفظه هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtaras-Sidawi. Publication: 1435 H_2014 M. 5 Tujuan Pokok Syari ah

POKOK SYARI AH. حفظه هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtaras-Sidawi. Publication: 1435 H_2014 M. 5 Tujuan Pokok Syari ah 5 TUJUAN POKOK SYARI AH حفظه هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtaras-Sidawi Publication: 1435 H_2014 M 5 Tujuan Pokok Syari ah حفظه هللا Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtaras-Sidawi Disalin dari Majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota

BAB I PENDAHULUAN. bahkan kata hikmah ini menjadi sebuah judul salah satu tabloid terbitan ibukota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai umat muslim sudah tidak asing lagi dengan kata hikmah karena kata-kata ini sering dijumpai hampir disetiap kitab-kitab yang bernuansa ibadah bahkan kata hikmah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan kepada manusia mengenai berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan bagian penting dalam mempertahankan keberlangsungan hidup agama Islam, tidak mungkin Islam dapat bertahan di tengah masyarakat bila tidak

Lebih terperinci

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 285 Tafsir Depag RI : QS 002 - Al Baqarah 285 آم ن الر س ول ب م ا ا ن ز ل ا ل ي ه م ن ر ب ه و ال م و م ن ون ك ل آم ن ب الل ه و م ل اي ك ت ه و ك ت ب ه و ر س ل ه ل ا ن ف ر ق ب ي ن ا ح د م ن ر س ل ه و ق ال وا

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pendidikan tertulis the education is the development of knowledge, skill,

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pendidikan tertulis the education is the development of knowledge, skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan 1. Secara Umum Konsep pendidikan yang Islami menurut Mohammad Natsir menjelaskan bahwa asas pendidikan Islam adalah tauhid. Ajaran tauhid manifestasinya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA

BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA 63 BAB IV ANALISA TAKDIR MENURUT MAUHAMMAD ABDUH DAN AGUS MUSTOFA Mencermati latar belakang kehidupan dan perkembangan pemikiran Muhammad Abduh dan Agus Mustofa dalam bab II dan III, maka sesungguhnya

Lebih terperinci

"Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah"

Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah Sifat Wara' ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya sebagaimana mestinya,

Lebih terperinci

Diantara rahasia dan hakekat shiyam Ramadhan dapat disimpulkan menjadi tujuh perkara yang dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan:

Diantara rahasia dan hakekat shiyam Ramadhan dapat disimpulkan menjadi tujuh perkara yang dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan: Diantara rahasia dan hakekat shiyam Ramadhan dapat disimpulkan menjadi tujuh perkara yang dapat dirasakan kenikmatannya dalam ibadah Ramadhan: 1. Menguatkan Jiwa Dalam hidup ini, tak sedikit didapati manusia

Lebih terperinci

Assalamu alaikum wr. wb.

Assalamu alaikum wr. wb. Assalamu alaikum wr. wb. Hukum Jinayat (Tindak Pidana dalam Islam) A. Pengertian Jinayat Jinayat yaitu suatu hukum terhadap bentuk perbuatan kejahatan yang berkaitan pembunuhan, perzinaan, menuduh zina,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam kehidupan masyarakat. Ahli psikologi pada umumnya sependapat bahwa dasar pembentukan akhlak

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN MAQA>S}ID AL-SHARI> AH TERHADAP TAMBAHAN HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOPHILIA

BAB IV TINJAUAN MAQA>S}ID AL-SHARI> AH TERHADAP TAMBAHAN HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOPHILIA BAB IV TINJAUAN MAQA>S}ID AL-SHARI> AH TERHADAP TAMBAHAN HUKUMAN KEBIRI BAGI PELAKU TINDAK PIDANA PEDOPHILIA A. Analisis Tambahan Hukuman Kebiri bagi Pelaku Tindak Pidana Pedophilia Hukuman kebiri dengan

Lebih terperinci

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat

(الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat (الإندونيسية بالغة) Wara' Sifat ك ن و ر ع ا ت ك ن ا ع ب د الن اس "Jadilah orang yang wara' niscaya engkau menjadi manusia yang paling beribadah" Sesungguhnya orang yang mengenal Rabb-nya dan menempatkan-nya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di

BAB 1 PENDAHULUAN. disisi Tuhan-Nya, dan untuk berpacu menjadi hamba-nya yang menang di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ajaran agama Islam merupakan tuntunan yang sangat penting dan mendasar yang merupakan tujuan untuk mengatur setiap sikap dan tingkah laku manusia, terutama kaum muslimin,

Lebih terperinci

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : :

E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : [ ] E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : MENGHORMATI ORANG LAIN "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda dari kami." Orang yang paling pantas dihormati dan dihargai

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Kesalehan Sosial Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN KESALEHAN SOSIAL Kesalehan sosial adalah suatu perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan, bahkan termuat dalam undang-undang pendidikan nasional, karena pendidikan agama mutlak

Lebih terperinci

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan

Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Iman dan Pengaruhnya dalam Kehidupan Kelompok E ; Syayid Nurrofik Bahriyan Setiaji Bilhuda Fauzu Yusuf Pengertian Iman Dalam bahasa Arab, iman berarti pengetahuan (knowledge), percayaa (belief), dan yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak dalam rumah tangga adalah tugas semua orang tua, namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut menjadi dewasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2000), hlm S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah memandang bahwa guru merupakan media yang sangat penting, artinya dalam kerangka pembinaan dan pengembangan bangsa. Guru mengemban tugas-tugas sosial

Lebih terperinci

Dengan nama Allah, maha pengasih dan penyayang. Salam kepada semua Nabi dari yang terdahulu hingga yang akhir.

Dengan nama Allah, maha pengasih dan penyayang. Salam kepada semua Nabi dari yang terdahulu hingga yang akhir. SYRIA: Tidak Untuk Invasi Asing di dunia Arab, Takutlah pada Allah wahai para pemimpin Arab! 12-09-2013-05:45 AM Dengan nama Allah, maha pengasih dan penyayang. Salam kepada semua Nabi dari yang terdahulu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan

BAB IV ANALISIS. ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan BAB IV ANALISIS A... P ersepsi Ulama terhadap Akhlak Remaja di Desa Sungai Lulut Kecamatan Banjarmasin Timur Dimaksud dengan persepsi disini adalah tanggapan atau pendapat ulama pemimpin majelis taklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman :

BAB I PENDAHULUAN. jawabanya dihadapan-nya, sebagaimana Allah SWT berfirman : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah dan amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dan dipelihara oleh orang tua, karena kelak akan di minta pertanggung jawabanya dihadapan-nya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Di Indonesia, pendidikan dilakukan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini merupakan bagian integral dalam sistem pendidikan nasional yang saat ini mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah. PAUD dari

Lebih terperinci

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain Oleh: Muhsin Hariyanto AL-BAIHAQI, dalam kitab Syu ab al-îmân, mengutip hadis Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abdullah ibn Amr ibn al- Ash: Ridha Allah bergantung

Lebih terperinci

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama

Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Cahaya di Wajah Orang-Orang Yang Memahami Ilmu Agama Khutbah Pertama:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.????????????:????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah

Hukum Onani. Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah Hukum Onani ح م الاستمناء (لعادة الرس ة) ] ندونييس Indonesian [ Indonesia Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah Syaikh Muhammad al-utsaimin rahimahullah Terjemah :Muhammad Iqbal A.Gazali Editor : Eko

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN CUTI BERSYARAT DI RUTAN MEDAENG MENURUT UU NO. 12 TENTANG PEMASYARAKATAN A. Analisis Hukum Pidana Islam Terhadap Prosedur Pelaksanaan Cuti Bersyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi

BAB I PENDAHULUAN. berpedoman penuh pada Al-Qur an dan As-Sunnah. Hukum-hukum yang melandasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi Islam atau Ekonomi berbasis Syariah adalah sebuah sistem ekonomi yang memiliki tujuan utama untuk kesejahteraan umat. Sistem ekonomi syariah berpedoman penuh

Lebih terperinci

[ ] E١٩٠ J١٨١ W F : : SIFAT TERUS TERANG Tidak ada kebaikan padamu apabila kamu tidak mengatakannya Apakah di antara konsekuensi berterus terang adalah adab yang buruk, membangkitkan fitnah, mengungkap

Lebih terperinci

Konsisten dalam kebaikan

Konsisten dalam kebaikan Konsisten dalam kebaikan Disusun Oleh: Mahmud Muhammad al-khazandar Penerjemah : Team Indonesia Murajaah : Eko Haryanto Abu Ziyad المداومة على فعل المعروف محمود محمد الخزندار Maktab Dakwah Dan Bimbingan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU

BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU BAB IV ANALISIS PENDAPAT TOKOH NU SIDOARJO TENTANG MEMPRODUKSI RAMBUT PALSU A. Analisis Pendapat Tokoh NU Sidoarjo Tentang Memproduksi Rambut Palsu Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul Pendidikan merupakan sesuatu yang urgen bagi kehidupan manusia. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah Usaha sadar yang dengan sengaja dirancang dan direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Kontemporer), Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, hal. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha investasi manusia yang sangat berharga bagi pembina dan kelangsungan bangsa dan negara. Pendidikan sesungguhnya merupakan pembibitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu faktor pokok untuk mencapai sukses dalam segala bidang baik berupa studi, kerja, hobi, atau aktivitas apapun adalah minat. Minat yang besar akan mendorong

Lebih terperinci

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M

Qawaid Fiqhiyyah. Niat Lebih Utama Daripada Amalan. Publication : 1436 H_2015 M Qawaid Fiqhiyyah ن ي ة ال م ر ء أ ب ل غ م ن ع م ل ه Niat Lebih Utama Daripada Amalan Publication : 1436 H_2015 M Sumber: Majalah as-sunnah, Ed. 01 Thn.XVIII_1435H/2014M, Rubrik Qawaid Fiqhiyyah Download

Lebih terperinci

E٤٢ J٣٣ W F : :

E٤٢ J٣٣ W F : : [ ] E٤٢ J٣٣ W F : : Masyarakat yang bersih, yang tidak dipenuhi berbagai berita adalah masyarakat yang selamat serta terjaga, dan yang melakukan maksiat tetap tertutup dengan tutupan Allah atasnya hingga

Lebih terperinci

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan

Pelanggaran terhadap nilai-nilai kesopanan yang terjadi dalam suatu. masyarakat, serta menjadikan anak-anak sebagai obyek seksualnya merupakan BAB IV ANALISIS SANKSI PIDANA PEDOPHILIA DALAM PASAL 82 UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK MENURUT PERSPEKTIF MAQA>S}ID AL- SYARI>`AH A. Analisis Pasal 82 Undang-Undang no. 23

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

Kewajiban Menunaikan Amanah

Kewajiban Menunaikan Amanah Kewajiban Menunaikan Amanah Khutbah Jumat ini menerangkan tentang wajibnya menunaikan amanah yang telah dibebankan kepada kita serta ancaman bagi orang-orang menyia-nyiakan amanah, sebagaimana yang telah

Lebih terperinci

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan

Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Urgensi Menjaga Lisan Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA Urgensi Menjaga Lisan Satu waktu Rasulullah saw pernah ditanya: keislamanan bagaimana yang utama? Beliau menjawab: siapa yang perkataan dan perbuatannya menjadikan orang Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara larangan Allah yang tertulis di Al-Qur an adalah tentang larangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia hidup di dunia mempunyai tujuan yang sangat mulia, yaitu menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan suatu apapun. Manusia juga diberi pedoman

Lebih terperinci

Membuka Kembali Lembaran Sejarah Ghadir Khum

Membuka Kembali Lembaran Sejarah Ghadir Khum Membuka Kembali Lembaran Sejarah Ghadir Khum Dalam surat al-maidah ayat 67 disebutkan: ی ا ا ی ه ا الر س ول ب ل غ م ا ا نز ل ا ل ی ک م ن ر ب ک Yang artinya: Wahai Rasul sampaikanlah (kepada masyarakat)

Lebih terperinci

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar dijadikan sebagai

Lebih terperinci

AKHLAK PRIBADI ISLAMI

AKHLAK PRIBADI ISLAMI AKHLAK PRIBADI ISLAMI Modul ke: 06Fakultas MATA KULIAH AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MERCU BUANA BEKASI Sholahudin Malik, S.Ag, M.Si. Program Studi Salah satu kunci sukses di dunia dan akhirat karena faktor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai perbandingan konsep pendidikan Islam menurut Muhammad Abduh dan Muhammad Quthb serta implikasinya terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat adalah orang-orang dewasa, orang-orang yang. dan para pemimpin formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan pendidikan. Pendidikan dalam lingkungan

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya, BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pendidikan yaitu mengajarkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya, maupun terhadap ketajaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan dari kegiatan belajarnya sesuai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 99 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kejahatan merupakan masalah sosial dan pemerintah telah melakukan berbagai macam cara untuk mengatasinya. Salah satu cara yang dapat mencegah dan mengendalikannya adalah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK Praktik sewa menyewa pohon yang terjadi di Desa Mayong merupakan suatu perjanjian yang sudah lama dilakukan dan

Lebih terperinci

Persiapan Menuju Hari Akhir

Persiapan Menuju Hari Akhir Persiapan Menuju Hari Akhir Khutbah Jumat berikut ini berisi nasihat kepada kaum muslimin untuk senantiasa mempersiapkan bekal menuju kehidupan yang sesungguhnya di akhirat. Surga sebagai balasan bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah fundamental dalam pembangunan bangsa dan merupakan bekal yang harus dimiliki oleh setiap generasi muda agar kelak dapat menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalat merupakan salah satu dari rukun Islam. Bahkan shalat merupakan tiangnya agama, artinya barangsiapa yang mendirikan shalat maka telah mendirikan agama

Lebih terperinci

[ ] E٣٢٧ J٣١٩ W F : : Al- HAYA' (Sifat PEMALU) "al Haya' ( Rasa malu) tidak datang kecuali dengan kebaikan." Sesungguhnya di antara fenomena keseimbangan dan tanda-tanda kesempurnaan dalam tarbiyah bahwa

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG

BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG 57 BAB IV TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR :191/PID.B/2016/PN.PDG 4.1. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Pidana Nomor: 191/Pid.B/2016/Pn.Pdg Pada dasarnya hakim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan penting dalam membentuk generasi mendatang. Pendidikan berupaya memanusiakan manusia sehingga

Lebih terperinci

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab

Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Lebih terperinci

REWARD DAN PUNISHMENT

REWARD DAN PUNISHMENT BAB IV REWARD DAN PUNISHMENT MENURUT IBN MISKAWAIH DAN ABDULLAH NASHIH ULWAN SEBAGI METODE PENDIDIKAN AKHLAK A. Persamaan dan Perbedaan Konsep Reward dan Punishment Menurut Ibn Miskawaih dan Abdullah Nashih

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Akhlak Sosial Islami Fakultas Tehnik Ust. H. Lathif Hakim, Lc. Dipl. DNP. MIE... Program Studi Tehnik Mesin www.mercubuana.ac.id TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS A. Menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO 65 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO B. Analisis Terhadap Penerapan Akad Qard\\} Al-H\}asan Bi An-Naz ar di BMT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai suatu proses pembelajaran kepada siswa (manusia) dalam upaya mencerdaskan dan mendewasakan siswa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN STANDARISASI TIMBANGAN DIGITAL TERHADAP JUAL BELI BAHAN POKOK DENGAN TIMBANGAN DIGITAL A. Analisis hukum islam terhadap praktek jual beli bahan pokok dengan timbangan digital

Lebih terperinci

Ciri-Ciri Akhlak Rasulullah

Ciri-Ciri Akhlak Rasulullah Ciri-Ciri Akhlak Rasulullah 1 Oleh : Ustadz Said Yai, Lc. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memiliki akhlak yang sangat mulia. Oleh karena itu, sebagai umat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa

Lebih terperinci

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam.

Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta segala puji bagi Tuhan sekalian alam. Imam Nasser Muhammad Al-Yamani 18-11 - 1430 AH 06-11 - 2009 AD 12:41 am Tuhanmu Tidak Pernah Zhalim Kepada Siapapun Dengan nama Allah yang maha pengasih, maha penyayang, dan salam kepada para Rasul serta

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat

BAB V PENUTUP. sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat 89 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, serta arahan dari pembimbing maka dalam bab ini penulis dapat menarik kesimpulan diantaranya:

Lebih terperinci

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah

Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah Ikutilah Sunnah dan Jauhilah Bid'ah Khutbah Jumat ini menjelaskan tentang perintah untuk mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan berasaha untuk menjauhi berbagai amalan yang tidak

Lebih terperinci