TINJAUAN PENYELESIAN KREDIT MACET PADA. PT PEGADAIAN (Persero) CABANG PEMBANTU ULAK KARANG PADANG TUGAS AKHIR. Oleh : Rahma Anisa Bp:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PENYELESIAN KREDIT MACET PADA. PT PEGADAIAN (Persero) CABANG PEMBANTU ULAK KARANG PADANG TUGAS AKHIR. Oleh : Rahma Anisa Bp:"

Transkripsi

1 TINJAUAN PENYELESIAN KREDIT MACET PADA PT PEGADAIAN (Persero) CABANG PEMBANTU ULAK KARANG PADANG TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Diploma III Oleh : Rahma Anisa Bp: KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI POLITEKNIK NEGERI PADANG 2018

2 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagai mahasiswa D3 Program Studi Administrasi Bisnis dengan Judul Tinjauan Penyelesaian Kredit Macet pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. Tugas Akhir ini dibuat berdasarkan penelitian yang sudah dilaksanakan dan Tugas Akhir ini berguna sebagai syarata akademik untuk menyelesaikan kuliah pada Program Studi Administrasi Bisnis Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang. Selama pembuatan Tugas Akhir ini ini, sampai penulis menyelesaikannya, semua tidak lepas dari Ridho Allah SWT. Segala keterbatasan dan kekurangan yang penulis miliki tantangan dan kendala dapat penulis lewati dengan baik serta dengan kesabaran. Hal ini tentunya berkat bantuan, dukungan, bimbingan, arahan dan penjelasan dari banyak pihak yang sangat besar dan berarti bagi penulis. Secara Khusus penulis sampaikan kepada 1. Kedua orang tua Papa dan mama (Alm) dan Saudara/saudari kandung yang telah memberikan dorongan moral maupun material kepada penulis sampai terselesaikan nya tugas akhir ini. 2. Bapak Surfa Yondri, ST,S.ST.,M.Kom Selaku Direktur Politeknik Negeri Padang.

3 3. Ibu Dr. Primadona, SE.M.Si selaku Ketua Jurusan Administrasi Niaga Politeknik Negeri Padang. 4. Bapak Benny Chandra. S.E,M.M selaku Sekretaris Jurusan Administrasi Niaga. 5. Ibu Nurhayati. S.E,M.M Selaku Ketua Program Studi Administrasi Bisnis. 6. Ibu Endang Afriyeni. S.E,M.Si Selaku Pembimbing 1 Tugas Akhir Penulis. Yang telah memberikah bimbingan dan arahan, dan nasehat kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan dengan baik. 7. Ibu Ika Yuanita. S.E,M.M Selaku Pembimbing 2 Tugas Akhir Penulis. Yang telah memberikah bimbingan dan arahan, dan nasehat kepada penulis sehingga Tugas Akhir ini terselesaikan dengan baik. 8. Hendra Saputra. S,E selaku pembimbing dalam pengambilan data pada Kantor PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. 9. Seterusnya Kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat Tugas Akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun dari para pembaca demi perbaikan dimasa yang akan datang. Padang, 18 Maret 2018 Rahma Anisa, A.md

4 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... viiii DAFTAR LAMPIRAN... ix ABSTARAK... x BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Batasan Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data... 9

5 1.7 Sistematika Penulisan BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kredit Unsur - Unsur Kredit Tujuan Kredit Fungsi Kredit Jenis - Jenis Kredit Prinsip Pemberian Kredit Kredit Macet Faktor yang Memepengaruhi Kredit Macet Jaminan Kredit Kredit Tanpa Jaminan Gadai Objek Gadai Dikuasai Oleh Kreditur Larangan Dalam Gadai Gadai di kalangan Perbankan Fidusia Objek Fidusia Syarat-syarat Perjanjian Fidusia Teknik Penyelesaian Kredit BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah Singkat PT. Pegadaian (Persero) Pengelolaan Perusahaan Budaya Perusahaan... 37

6 3.1.3 Moto dan Logo PT. Pegadaian (Persero) Visi dan Misi PT. Pegadaian (Persero) Struktur Organisasi PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang Job Description Produk PT. Pegadaian (Persero) Cabang Ulak Karang Padang Produk Pembiayaan Emas Aneka Jasa BAB IV PEMBAHASAN Penyebab Terjadinya Kredit Macet KRASIDA dan KREASI Faktor Exsternal(Nasabah) Faktor Internal (Pegadaian) Penyelesaian Kredit Macet KRASIDA Tindakan Persuasif Surat Peringatan (Somasi) Penarikan Barang Jaminan Penyelesaian Kredit Macet KREASI Tindakan Persuasif Surat Peringatan Somasi Reschedulling Penarikan Barang Jaminan... 61

7 BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Logo PT. Pegadaian (Persero)...38

9 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Data PerkembanganProduk KRASIDA Yang Disalurkan Pada PT.Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang... 4 Tabel 1.2 Data Perkembangan Produk KREASI Yang Disalurkan Pada PT.Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang... 5 Tabel 4.1 Data Perkembangan Produk KRASIDA Yang Disalurkan Pada PT.(Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang Tabel 4.2 Data Perkembangan Produk KREASI Yang Disalurkan pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang...58

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 2 Kutipan Hasil Wawancara Lampiran 3 Somasi 1 Lampiran 4 Somasi 2 Lampiran 5 Somasi 3

11 Nomor Alumni RAHMA ANISA BIODATA: a) Tempat/Tanggal Lahir: Bawan, 09 Juni 1996 b). Nama Orang Tua: Andri dan Yurnalis. A (ALM) c). Fakultas: Politeknik Negeri Padang d). Jurusan: Administrasi Niaga e). Program Studi: Administrasi Bisnis f). No. BP: g). Tanggal Lulus: 14 Maret 2018 h). Predikat Lulus: Sangat Memuaskan i). IPK: 3,17 j). Lama Studi: 3 Tahun 6 Bulan k). Alamat Orang Tua: Depan SMA Pudung Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. TINJAUAN PENYELESAIAN KREDIT MACET PRODUK KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) Pada PT. PEGADAIAN CABANG PEMBANTU ULAK KARANG PADANG Tugas Akhir DIII oleh Rahma Anisa Pembimbing I: Endang Afriyeni, SE., M.Si Pembimbing II: Ika Yuanita, SE., MM ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kredit macet produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) oleh PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang serta mengetahui penyebab terjadinya kredit macet pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode Analisa deskriptif. KRASIDA adalah kredit angsuran bulanan yang diberikan kepada masyarakat umum baik untuk kebutuhan konsumtif maupun produktif dengan sistim gadai. penyebab terjadinya kredit macet faktor eksternal (nasabah) dan internal (pegadaian) penyelesaian kredit macet produk KRASIDA ini dengan tindakan persuasif, somasi, reschedulling serta penarikan agunan, Pada penyelamatan kredit macet produk KRASIDA ini bagus karena kredit macet produk ini mengalami penurunan per semester dari semester sampai dengan smester Penulis menyarankan dalam penyebab terjadinya kredit macet produk KRASIDA dalam internal (pegadaian) seharusnya PT. Pegadaian (persero) melakukan monitoring terhadap kredit yang diberikan kepada nasabah secara berkala agar kredit macet KRASIDA ini angka penurunan persemester jumlahnya lebih kecil dibanding jumlah semester 1 tahun 2016 sampai dengan semester Tugas akhir ini telah dipertahankan di depan tim penguji dan dinyatakan LULUS pada tanggal 14 Maret Abstrak ini telah disetujui oleh penguji: Tanda Tangan Nama Terang Endang Afriyeni, SE., M.Si Novirwan Trinanto, SE., M.Si Dr. Primadona, SE., M.Si Afifah, SE., M.Si Mengetahui: Ketua Jurusan Dr. Primadona, SE,M.Si Nip Tanda Tangan

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kredit merupakan salah satu alternatif pembayaran yang banyak dilakukan masyarakat luas. Kredit adalah pemberian dan penggunaan berupa uang atau barang kepada orang lain di waktu tertentu dengan jaminan atau tanpa jaminan dengan pemberian jasa dan bunga atau tanpa bunga. Pemberian kredit kepada masyarakat dilakukan melalui suatu perjanjian kredit antara pemberi dan penerima kredit sehingga terjadi hubungan hukum diantara keduanya. Perjanjian kredit mempunyai fungsi yang sangat penting dalam pemberian, pengelolaan dan pelaksanaan kredit tersebut dalam kesepakatan atau perjanjian yang telah dibuat oleh kedua belah pihak, yaitu pihak pemberi dan pihak penerima kredit. Apabila penerima sudah menandatangani perjanjian kredit yang dianggap sudah mengikat kedua belah pihak dan berlaku sebagai Undang- Undang oleh keduanya, jika penerima kredit mengalami keterlambatan dalam pembayaran maka kredit tersebut sudah dikategorikan dalam kredit macet. Menurut Riva i (2008) kredit macet merupakan kesulitan nasabah di dalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya terhadap Bank. Baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, maupun pembayaran ongkosongkos Bank yang menjadi beban nasabah debitur yang bersangkutan. PT. Pegadaian (Persero) adalah Salah satu lembaga keuangan di Indonesia yang menyalurkan kredit kepada masyarakat luas. PT. Pegadaian (Persero) merupakan sebuah lembaga resmi BUMN di indonesia yang menyalurkan kredit

13 kepada masyarakat berdasarkan hukum gadai dan mikro. PT. Pegadaian (Persero) berbentuk lembaga Non Bank yang kegiatan nya bergerak pada tiga lini bisnis yaitu, Pembiayaan (Kredit), Emas dan Aneka Jasa. Berikut pemberian pembiayaan (kredit) pada PT. Pegadaian (Persero) yaitu : 1. Produk Kredit Cepat dan Aman (KCA) Kredit ini diberikan kepada masyarakat luas dengan sistim gadai. Produk KCA ini memiliki jangka waktu kredit 4 bulan dan pada pembayarn kredit tersebut per 15 hari, jika nasabah tidak membayar kredit atau tidak memperpanjang kredit selama 4 bulan kedepan maka kredit tersebut akan dilelang oleh PT. Pegadaian (Persero), KCA ini tidak memiliki kredit macet tetapi kredit ini langsung masuk ke sistim pelelangan. 2. Produk Kredit Angsuran Sistem Gadai (KRASIDA) Kredit ini diberikan kepada masyarakat luas dengan sistem gadai. Produk KRASIDA ini memiliki jangka waktu kredit 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan, dan 36 bulan. Agunan KRASIDA ini berupa emas. Apabila nasabah mengalami keterlambatan dalam pembayaran kredit selama 3 bulan atau 90 hari lamanya maka kredit nasabah tersebut sudah dikategorikan ke dalam kredit macet. Maka nasabah tersebut akan dikenakan denda yang telah ditetapkan oleh pihak PT Pegadaian (Persero). 3. Produk Kredit Angsuran Sistem Fidusia (KREASI) Merupakan kredit pinjaman angsuran bulanan. Produk ini diberikan kepada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk pengembangan usaha dengan sistim fidusia. Jaminan agunan untuk produk KREASI ini berupa BPKB

14 motor atau mobil dan syarat harus ada usaha yang sudah berjalan selama 1 tahun lamanya. Jangka waktu kredit KREASI selama 12 bulan, 18 bulan, 24 bulan dan 36 bulan. Apabila nasabah mengalami keterlambatan dalam pembayaran kredit selama 3 bulan atau 90 hari lamanya maka kredit tersebut sudah dikategorikan dalam kredit macet dan nasabah akan dikenakan denda yang telah ditetapkan oleh PT. Pegadaian (Persero). Produk KRASIDA dan KREASI ini diluncurkan pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang tahun Menurut hasil wawancara (Lampiran 1) pada tanggal 17 Juli tahun 2017 Jam dengan bapak Hendra Saputra, salah seorang Karyawan Penaksir di PT.Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. Bahwa produk KRASIDA dan KREASI ini mempunyai nasabah yang mengalami keterlambatan dalam pembayaran kredit. Jumlah kredit yang di salurkan mengalami peningkatan tiap semester, sedangkan kredit macet juga mengalami penurunan pada tiap semesternya. Berikut ini data perkembangan produk KRASIDA dan KREASI jumlah kredit yang disalurkan dan kredit macet pada tabel 1.1 dan tabel 1.2

15 Tabel 1.1 Data Perkembangan Produk KRASIDA Yang Disalurkan Pada PT.Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembang an NPL Semester Kredit Yang Kredit (Non Disalurkan (%) Macet (%) Performing Loan) (%) Semester Rp Rp Semester Rp Rp ,52 Semester Rp Rp , Total Rp Rp Sumber : PT.Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang tahun 2017 Berdasarkan tabel 1.1 dapat dijelaskan bahwa Jumlah kredit yang disalurkan pada produk KRASIDA, semester 1 tahun 2016 sebesar Rp dan pada semester 2 tahun 2016 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp kredit ini mengalami presentase peningkatan dari semester 1 tahun 2016 ke semester 2 tahun 2016 sebesar 20,52%. Sedangkan semester 1 tahun 2017 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp dan mengalami peningkatan lagi dari semester 2 tahun 2016 ke semester 1 tahun 2017 sebesar 23,80%. Kredit macet produk KRASIDA pada semester 1 tahun 2016 jumlah kredit macet sebesar Rp dan pada semester 2 tahun 2016 jumlah kredit macet sebesar Rp kredit ini mengalami penurunan dari semester 1 tahun 2016 ke semester 2 tahun 2016 sebesar 22,35 %.Sedangkan jumlah kredit macet semester 1 tahun 2017 sebesar Rp kredit ini mengalami penurunan lagi pada semester 2 tahun 2016 ke semester 1 tahun 2017 sebesar 51,46%. Sedangkan NPL (Non Performing Loan) jumlah kredit macet secara keseluruhan untuk Produk KRASIDA semester 1 tahun tahun 2016 sebesar 7%

16 dan untuk semester 2 tahun 2016 sebesar 4,52% dan semester 1 tahun 2017 sebesar 1,77%, NPL juga mengalami penurunan tiap semester nya. Pada tabel 1.2 yaitu produk KREASI. Berikut ini data perkembangan jumlah kredit yang disalurkan dan kredit macet. Tabel 1.2 Data Perkembangan Produk KREASI Yang Disalurkan Pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang Jumlah Perkembangan Jumlah Perkembangan NPL Semester Kredit Yang (%) Kredit (%) (Non Disalurkan Macet Performing Loan) (%) Semester Rp Rp ,47 Semester Rp ,36 Rp ,20 Semester Rp ,42 Rp ,96 1,39 Total Rp Rp Sumber : PT.Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang tahun 2017 Berdasarkan tabel 1.2 dapat dijelaskan bahwa jumlah kredit yang disalurkan produk KREASI, semester 1 tahun 2016 sebesar Rp dan pada semester 2 tahun 2016 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp kredit ini mengalami presentase peningkatan dari semester ke semester 2 tahun 2016 sebesar 16,36%. Sedangkan semester 1 tahun 2017 jumlah kredit yang disalurkan sebesar Rp dan mengalami peningkatan lagi dari semester 2 tahun 2016 ke semester 1 tahun 2017 sebesar 26,42% Kredit macet produk KREASI pada semester 1 tahun 2016 jumlah kredit macet sebesar Rp dan pada semester 2 tahun 2016 jumlah kredit macet sebesar Rp kredit ini mengalami penurunan dari semester 1 tahun 2016 ke semester 2 tahun 2016 sebesar 65,71%. sedangkan jumlah kredit macet semester 1 tahun 2017 sebesar Rp kredit ini mengalami

17 penurunan lagi pada semester 2 tahun 2016 ke semester 1 tahun 2017 sebesar 19,96%. Sedangkan NPL (Non Performing Loan) jumlah kredit macet secara keseluruhan untuk Produk KREASI semester 1 tahun 2016 sebesar 7,47% dan untuk semester 2 tahun 2016 sebesar 2,20% dan semester 1 tahun 2017 sebesar 1,39%, NPL juga mengalami penurunan tiap semester nya. Berdasarkan penjelasan tabel diatas bahwa kredit macet produk KRASIDA dan KREASI mengalami penurunan tiap semester nya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang penanganan kredit macet yang dilakukan oleh PT. Pegadaian (Persero). Penulis tertarik untuk membahas Tugas Akhir ini mengenai Tinjauan Penyelesaian Kredit Macet pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang 1.2 Batasan Masalah Pada penelitian ini penulis membatasi masalah pembahasan tentang penyelesaian kredit macet produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) dan KREASI (Kredit Angsuran sisti Fidusia) pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dibahas di latar belakang masalah, bahwa yang akan penulis bahas yaitu : 1. Apa saja penyebab terjadinya kredit macet produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) dan KREASI (Kredit Angsuran Sistim Fidusia) pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang?

18 2. Bagaimana penyelesaian kredit macet produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) dan KREASI (Kredit Angsuran Sistim Fidusia) pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kredit macet produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) dan KREASI (Kredit Angsuran Sistim Fidusia) pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang? 2. Untuk mengetahui Bagaimana penyelesaian kredit macet produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) dan KREASI (Kredit Angsuran Sistim Fidusia) pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang? 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang akan didapatkan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi Penulis Dalam penelitian ini penulis dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam produk KRASIDA (Kredit Angsuran Sistim Gadai) serta pemahaman tentang kredit macet yang ada pada produk tersebut. 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi perusahaan PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Kota Padang untuk lebih maju dalam penanganan maupun penyelesaian kredit macet yang ada pada perusahaan tersebut.

19 3. Bagi Pembaca Pembaca dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan sehingga pembaca dapat menambah ilmu pengetahuan serta dapat menjadikan pedoman ataupun referensi dalam melakukan penelitian yang lebih relevan. 1.6 Metode Penelitian Penelitian Lapangan (Field Research) Pada penelitian ini penulis mendapatkan data melalui : a. Wawancara Menurut Sugiyono (2014) wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Dan dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan salah satu karyawan penaksir pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang padang untuk mengetahui penyebab dan penyelesaian kredit macet pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. b. Observasi Menurut Sugiyono (2014) Observasi teknik pengumpulan data mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu dengan wawancara kalau wawncara selalu berkonunikasi, maka observasi ini tidak terbatas pada orang dan obyek-obyek yang lainnya.

20 c. Study Kepustakaan (Library Research) Penulis melakukan pengumpulan data dan informasi melalui teori-teori yang bersumber dari buku-buku dan literatur lainnya Metode Analisis Data Untuk membahas masalah dalam penulisan ini, analisis data yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif, yaitu menganalisis data dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana mestinya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku general (Sugiyono, 2014). Metode ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai penyelesaian kredit macet yang ada pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Kota Padang. Secara akurat berdasarkan data-data yang telah diperoleh langsung dari lapangan kemudian ditulis dalam tugas akhir ini.

21 1.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN BAB ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis menjelaskan tentang apa saja teori-teori yang berhubungan dengan pemberian KRASIDA (Kredit Angsuran Sitim Gadai) dan KREASI (Kredit Angsuran Sistim Fidusia). BAB III : GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini berisi gambaran umum perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis, yaitu sejarah perusahaan, struktur organisasi, deskripsi jabatan serta produk-produk perusahaan. BAB IV : PEMBAHASAN Bab ini membahas tentang penyebab dan penyelesaian kredit macetproduk KRASIDA dan KREASI pada PT. Pegadaian (Persero) Cabang Pembantu Ulak Karang Padang. BAB V : PENUTUP Bab ini menjelaskan kesimpulan yang dapat diambil dari uraian yangtelah dibahas dan berisi tentang saran yangmungkin dapat bermanfaat bagi perusahaan.

22 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kredit Istilah kredit dalam Supramono (2009) bukan hal yang asing lagi dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Berbagai macam transaksi sudah banyak dijumpai seperti jual beli barang dengan cara kredit. Jual beli tersebut tidak dilakukan secara tunai/kontan, tetapi pembayaran harga barang dilakukan dengan angsuran. Selain itu dijumpai pula banyak warga masyarakat yang menerima kredit dari koperasi maupun bank untuk kepentingan memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka pada umumnya mengartikan kredit sama dengan utang karena setelah jangka waktu tertentu mereka wajib membayar dengan lunas. Kata kredit berasal dari bahasa Romawi yaitu Credere yang artinya percaya. Apabila hal tersebut dihubungkan dengan tugas-tugas bank, maka tekandung pengertian bahwa bank selaku kreditur percaya untuk meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah (debitur) karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang ditentukan Definisi kredit berbeda-beda dimasyarakat walaupun pada dasarnya memiliki arti yang sama, yaitu sama-sama meminjam baik itu berupa barang maupun uang. Pengertian kredit dalam pasal 1 angka 11 UU Perbankan dalam Supramono (2009), yaitu :

23 Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya, setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Menurut Hasibuan (2004) pengertian kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah imbalan bunga atau pembagian hasil keuntungan (UU RI. No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan Bab 1, Pasal 1, ayat (2). Kredit adalah pinjaman yang diberikan atas kepercayaan terhadap sipeminjam sanggup untuk melunasi dan membayar pinjaman kreditnya pada waktu yang telah ditentukan dan adanya ketentuan yang sudah disepakati bersama oleh kreditur dengan nasabah penerima kredit debitur serta telah menyetujui syarat-syarat yang dibuat bersama Unsur-unsur Kredit Kredit mengandung berbagai maksud atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Sehingga jika kita bicara kredit, maka termaksud membicarakan unsur-unsur yang terkandung di dalamnya. Menurut Kasmir (2013) unsur-unsur yang terkandungdalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut :

24 1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan bagi si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum kredit dikucurkan harus dilakukan penelitian dan penyelidikan lebih dulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara interen maupun secara eksteren. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etikat baik nasabah terhadap bank. 2. Kesepakatan, yaitu di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan anatara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. 3. Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk jangka pendek dibawah 1 tahun, jangka menengah 1 sampai 3 tahun atau jangka panjang di atas 3 tahun. 4. Risiko, akibat adanya tenggang waktu maka pengembalian kredit akan memungkinkan suatu risiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka akan semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggung bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah maupun risiko yang tidak disengaja, 5. Balas jasa, bagi bank balas jasa merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Dalam bank jenis konvensional balas jasa kita dikenal

25 dengan bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah tanpa ada usur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya Tujuan Kredit Pemberiansuatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Dalam praktik nya tujuan pemberian suatu kredit menurut Kasmir (2013), sebagai berikut : 1. Mencari keuntungan, tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. 2. Membatu usaha nasabah, tujuannya untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja, sehingga nasabah dapat mengembangkan bisnisnya menjadi besar. 3. Membantu pemerintah, semakin banyak kredit yang diberikan oleh pihak perbankan maka semakin baik, karena dengan adanya kredit terjadinya peningkatan pembangunan diberbagai sektor Fungsi Kredit Fungsi kredit yaitu pemenuhan jasa untuk melayani kebutuhan masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan dan produksi, jasa-jasa

26 dan bahkan konsumsi yang kesemuanya itu pada akhirnya ditujukan untuk menaikan taraf hidup rakyat banyak. Menurut Kasmir (2013)fungsi kredit adalah sebagai berikut : 1. Untuk meningkatkan daya guna uang. Pemberian kredit dapat meningkatkan daya guna uang, maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa si penerima kredit dan juga dapat memberikan penghasilan tambahan. 2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya. 3. Untuk meningkatkan daya guna barang Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. 4. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat menambah atau memperlancar arus barang dari suatu wilayah ke wilayah lainya, sehingga jumlah barang yang beredar dari suatu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. 5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

27 kredit dapat dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. 6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha Maksudnya adalah bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha, apalagi bagi nasabah yang memang modal nya cukup. Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk memperbesar atau memperluas usahanya. 7. Untuk Meningkatkan pemerataan pendapat Semakin banyak kredit yang disalurkan, maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional Kredit yang diberikn oleh suatu Negara ke Negara lain akan memberikan kerja sama dan membina hubungan yang baik sesama Negara Jenis-Jenis Kredit Menurut Kasmir (2013) beragamnya jenis kegiatan usaha menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dana yang diinginkan nasabah.dalam praktiknyakredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Menurut Kasmir (2013) jenis-jenis kredit dilihat dari segi kegunaannya adalah sebagai berikut : 1. Dilihat dari segi kegunaannya

28 Maksudnya jenis kredit dilihat dari segi kegunaanya adalah untuk melihat penggunaan uang tersebut apakah untuk digunakan dalam kegiatan utama atau hanya kegiatan tambahan. Jika ditinjau dari segi kegunaanya terdapat dua jenis kredit, yaitu : a. Kredit investasi, merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru untuk keperluan rehabilitas. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. b. Kredit modal kerja,merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan. 2. Dilihat dari segi tujuan kredit Kredit jenis ini dilihat dari tujuan pemkaian suatu kredit, apakah bertujuan untuk diusahakan kembali atau dipakai untuk keperluan pribadi. Jenis kredit dilihat dari segi tujuan adalah sebagai berikut. a. Kredit produktif, yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang dan jasa contohnya adalah kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan pertanian, pertambangan, dan menghasilkan barang industri. b. Kredit konsumtif, kredit yang digunakan untuk konsumsi atau untuk dipakai secara pribadi pada kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan contohnya adalah kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

29 c. Kredit perdagangan, kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang membeli barang dalam jumlah besar contoh Kredit ini misalnya, kredit ekspor dan inpor. 3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu Dilihat dari segi jangka waktu, artinya lamanya masa pemberian kredit mulai dari pertama kali diberikan sampai masa pelunasannya jenis kredit ini adalah sebagai berikut : a. Kredit jangka pendek, merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari seatu tahun paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya, untuk peternakan, peternakan ayam atau untuk pertanian seperti tanaman padi. b. Kredit jangka menengah, merupakan jangka kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan biasanya kredit ini digunakan untuk keperluan modal kerja. Kredit ini digunakan untuk melakukan investasi sebagai contoh, kredit untuk pertanian seperti jeruk atau peternakan kambing. c. Kredit jangka panjang Merupakan kredit yang masa pengembaliaanya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliaanya diatas tiga tahun atau lima tahun biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti, perkebunan

30 karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti perumahan. 4. Dilihat dari segi jaminan Dilihat dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pemberian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai kredit yang diberikan, jenis kredit dilihat dari segi jaminan yaitu : a. Kredit dengan jaminan, merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang. Artinya setiap kredit yang dikeuarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan calon debitur. b. Kredit tanpa jaminan, merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas sicalon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan. 5. Dilihat dari Sektor Usaha Setiap sektor usaha meliki karakteristik yang berbeda-beda oleh karena itu, pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula, jenis kredit jika dilihat dari sektor usaha sebagai berikut : a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayaiuntuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

31 b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang peternakan sapi. c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar. d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, tambang minyak, atau timah. e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan dan dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa. f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan profesional seperti, dosen, dokter atau pengacara. g. Kredit perumahan, merupakan kredit untuk mebiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka panjang Prinsip Pemberian Kredit Sebelum kredit diberikan kepada nasabah maka dunia perbankan dan lembaga non bank akan meyakini terlebih dahulu bahwa kredit yang diberikan kepada nasabah benar-benar akan kembali untuk mengetahui atau menentukan bahwa seseorang dipercaya untuk memperoleh kredit, menurut Supramono (2009) menggunakan analisis 5C sadalah sebagai berikut : 1. Watak (Chracter)watak seorang nasabah dinilai oleh bank adalah untuk mengetahui sifat-sifatnya dalam hubungannya masalah dan tanggung jawab nasabah. Penilaian watak didasarkan pada hubungan nasabah yang selama ini

32 telah terjalin dengan bank. Penilaian watak dapat diperoleh dari data-data yang disampaikan dalam permohonan kredit. Disitu dapat dilihat apakah datadata yang disampaikan terdapat hal yang tidak benar, misalnya data itu fiktif atau karangan belaka. Dari hal tersebut dapat dinilai nasabah tidak jujur dan beritikad tidak baik. 2. Kemampuan(Capacity) dalam pengajuan kredit nasabah pasti mengemukakan apa tujuan penggunaan kredit yang diminta. Untuk itu bank harus melakukan penelitian akan kemampuan nasbah dalam mengelola proyek yang akan dibiayai dengan kredit. Apabila kredit yang diminta untuk pembiayaan pembangunan gedung (kredit jasa kontruksi) maka bank harus meneliti latar belakang pendidikan dan pengalaman nasabah dibidang pembangunan tersebut, kemudian kemampuan nasabah dalam mengelola usahanya selama ini juga dapat diketahui. 3. Modal (Capital) penilaian terhadap modal dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang disampaikan oleh nasabah, biasanya nasabah diminta oleh bank untuk menyampaikan laporan keuangan minimal dua tahun terakhir. Laporan tersebut akan diperbandingkan untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam mengelola keuangan dan permodalah perusahaan. 4. Jaminan (Collateral) penililaian terhadap jaminan dilakukan terhadap barangbarang yang akan dijaminkan oleh nasabah pada bank penilaiannya dengan menaksir nilai barang nya akan dapat menutup kredit yang akan diberikan bank seandainya nasabah tidak dapat melunasi utang nya dikemudian hari. 5. Prospek (Prospect)

33 Usaha dari objek yang dibiayai dengan kredit hrus dinilai oleh bank untuk mengetahui keadaan masa depannya. Penilaiannya dilakukan dari berbagai segi sehingga dapat diketahui kemungkinan adanya faktor yang menghambat atau memperlancar kedaan usaha nasabah. Sedangkan menurut Kasmir (2003) penilaian kredit dengan metode analisis 7 P sebagai berikut: 1. Personality, merupakan penilaian nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masalalu nya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku tindakan nasabah menghadapi suatu masalah. 2. Party, adalah mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 3. Purpose, untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termaksud jenis kredit yang di inginkan nasabah. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau unttuk investasi konsumtif atau produktif dan lainnya. 4. Prospec, maksudnya menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang. Hal ini penting menigat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayaitanpa mempunyai Prospect, bukan hanya bank yang rugi tetapi juga nasabah. 5. Payment, merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 6. Profitabillity, yaituuntuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

34 7. Protection, yaitutujuannya bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau jaminan asuransi. 2.2 Kredit Macet Menurut Hasibuan (2002) kredit macet adalah kredit yang diklasifikasikan pembayarannya tidak lancar yang dilakukan oleh debitur. Menurut Kasmir (2013) Kredit macet adalah nasabah yang telah memperoleh fasilitas kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan utangnya dengan lancar sesuai dengan waktu yang telah diperjanjikan. Pada kenyataannya di dalam praktik selalu ada sebagian nasbah yang tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka akan tergambar perjalanan kredit menjadi terhenti atau macet. Menurut Supramono (2009) faktor yang mempengaruhi Kredit macet adalah sebagai berikut : 2.3 Faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet yaitu : 1. Faktor yang berasal dari nasabah a. Nasabah yang menyalah gunakan kredit, setiap kredit yang diperoleh nasabah telah diperjanjikan kredit tentang tujuan pemberian kreditnya. Dengan telah diperjanjikan demikian, maka nasabah setelah mnerima kredit wajib mempergunakan sesuai dengan tujuannya. b. Nasabah kurang mampu mengelola usahanya, nasabah yang telah menerima fasilitas kredit ternyata di dalam praktik tidak mengelola usaha yang dibiayai dengan kredit bank. Nasabah tidak prefesional dalam

35 melakukan pekerjaan karena kurang menguasai secara teknis usaha yang dijalankan. Akibatnya hasil kerja kurang maksimal sehingga mempengaruhi masyrakat terhadap minat konsumsi produk yang dihasilkan, akibat nya berdampak pada penghasilan nasabah sehingga berpengaruh terhadap kelancaran kreditnya. c. Nasabah beritikad tidak baik, ada sebagian nasabah yang mungkin jumlah nya tidak banyak yang sengaja dengan segala daya dan upaya mendapatkan kredit dari Bank. Namun setelah kredit diperoleh digunakan begitu saja tanpa dapat dipertanggung jawabkan. 2. Faktor yang berasal dari BANK a. Kualitas pejabat bank, setiap kualitas atau pejabat Bank manapun dituntut untuk melaksanakan pekerjaannya secara prefesional sehingga dapat tercipta pelayanan terhadap masyarakat yang memadai. Meskipun demikian tidak semua pejabat bank mempunyai kualitas seperti yang diharapkan. b. Persaingan antar Bank, makin hari jumlahnya makin banyak, hal ini merupakan hal yang wajar, dengan jumlah penduduk yang bertambah mempengaruhi jumlah kebutuhan terhadap bank bertambah pula. Dengan bertambhanya jumlah bank maka akan mempengaruhi persaingan Bank semakin ketat. c. Hubungan interen Bank, kredit macet juga dapat terjadi karena bank terlalu memperhatikan hubungan kedalam Bank, penyaluran kredit tidak merata dan lebih cendrung diberikan kepadapengurus dan pengawas serta pegawai Bank.

36 d. Pengawasan Bank, mulai dari proses pemberian kredit, terjadinya perjanjian kredit selalu mendapat pengawasan. Pekerjaan Bank diawasi oleh pengawas interen Bank dan pengawas eksteren yaitu BI. Dan BPKP khusus untuk Bank milik negara. 2.4 Jaminan Kredit Menurut Kasmir (2013) untuk melindungi uang yang dikucurkan lewat kredit dari risiko kerugian, maka pihak perbankan membuat pengamanan dengan kondisi yang baik atau dengan analisis sebaik mungkin, risiko kredit macet tidak dapat dihindari. Keamanan yang dibuat biasanya berupa jaminan yang harus disediakan debitur. Tujuan jaminan adalah untuk melindungi kredit dari risiko kerugian baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Lebih dari itu jaminan yang diserahkan oleh nasabah merupakan beban sehingga nasabah akan bersungguh-sungguh untuk mengembalikan kredit yang diambilnya. 2.5 Kredit Tanpa Jaminan Menurut Kasmir (2013) kredit tanpa jaminan yaitu kredit yang diberikan bukan dengan jaminan barang tertentu. Biasanya kredit ini diberikan untuk perusahaan yang benar-benar profesional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Kredit tanpa jaminan hanya mengandalkan kepada penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusahapengusaha yang memiliki loyalitas yang tinggi. 2.6 Gadai Menurut Supramono (2009) pengertian gadai dalam pasal 1150 KUH Perdata disebutkan gadai adalah sesuatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas

37 suatu barang bergerak diserahkan oleh seorang debitur atau orang lain atas namanya, dan memberi kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut dengan mendahulukan dirinya dengan kreditur-kreditur lainnya, dengan kekecualian mendahulukan pembayaran-pembayaran biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang yang digadaikan itu.t Objek Gadai Dikuasai Kreditur Menurut Supramono (2009) Objek gadai berupa barang bergerak saja. Barang bergerak ada dua macam yaitu barang bergerak yang bertubuh dan barang bergerak tidak bertubuh. Barang bergerak yang bertubuh adalah barang bergerak yang dapat dilihat secara kasat mata dan dapat diraba atau dipegang serta dapat dipindahkan dari tempat semula antara lain seperti, kendaraan mobil dan sepeda motor, alat-alat rumah tangga seperti, meja, kursi, lemari dan televisi, perhiasaan seperti gelang, kalung, dan cincin. Sedangkan barang bergerak tidak bertubuh barang bergerak yang tidak dapat dilihat dan dipegang tetapi dapat dirasakan manfaatnya seperti hak tagih, hak cipta hak merek, hak penguasaan hutan dan sebagainya. Barang bergerak yang dijaminkan sebuah utang dengan gadai pada prinsipnya adalah milik debitur dan diserahkan kreditur untuk disimpan selama utang debitur belum lunas. Dengan terjadinya gadai pada mumnya istilah yang digunakan adalah pemberi gadai debitur dan pemegang gadai atau penerima gadai kreditur.

38 Penyerahan barang yang digadaikan oleh pemberi gadai kepada pemegang gadai harus dilakukan menurut ketentuan pasal 1162 Ayat (1) dan pasal 1153 KUH Perdata, sebagai berikut : a. Hak gadai atas barang-barang bergerak dan piutang-piutang atas bawa dengan cara membawa barang-barang tersebut dan menyerahkan kepada kreditur. b. Hak gadai atas surat-surat tunjuk selain dengan endosemennya, juga menyerahkan surat-suratnya. c. Hak gadai atas barang-barang bergerak yang tidak bertubuh, kecuali suratsurat tunjuk atau surat-surat bawa, dengan cara memberitahukan tentang perjanjian gadai kepada kreditur dan kreditur dapat minta bukti tertulis dari debitur Larangan Dalam Gadai Menurut Supramono (2009) dalam membuat perjanjian gadai baik pihak pemberi maupun pemegang gadai selain memperhatikan prosedurnya, juga perlu memperhatikan larangannya. Larangan gadai diatur dalam Pasal 1154 KUH perdata yang menyebutkan, kreditur tidak diperkenankan memiliki barang yang digadaikan, apabila debitur ternyata tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya. Begitu pula jika terdapat janji yang bertentangan dengan larangan tersebut, mengakibatkan perjanjian gadai menjadi batal, dan dianggap tidak pernah terjadi gadai. Larangan tersebut erat hubungannya dengan utang piutang yang merupakan perjanjian-perjanjian pokoknya. Barang yang dijaminkan dikuasai oleh kreditur karena sebagai jaminan utang, dan bukan untuk dimiliki kreditur. Larangan

39 kreditur utuk memiliki barang jaminan bukan karena didasarkan atas perjanjian jual beli yang tujuan nya untuk memindahkan hak milik barang Gadai di Kalangan Perbankan Menurut Supramono (2009) di kalangan perbankan gadai cenderung untuk tidak diterapkan sebagai jaminan kredit. Dalam jaminan gadai mewajibkan kreditur menguasai barang yang digadaikan, maka konsekuensinya bank wajib pula menyediakan tempat untuk menyimpan barang tersebut. Barang yang digadaikan beraneka macam dan bentuk serta ukurannya mempengaruhi tempat penyimpanan dan cara perawatannya. Apabila berukuran kecil seperti perhiasaan tidak menjadi masalah penyimpanannya, namun jika barangnya berujuran besar misalnya kendaraan berupa truk maupun pesawat udara memerlukan tempat yang luas. Barang yang digadaikan harus tetap utuh seperti keadaannya semula, oleh karena itu kreditur mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan merawat barang dengan baik. Dengan melihat kelemahan yang terdapat dalam gadai tersebut, maka pada umumnya untuk barang-barang bergerak yang dijaminkan kredit oleh nasabah, bank lebih memilih dibebani dengan jaminan fidusia, karena dipandang lebih praktis dan menguntungkan kedua belah pihak. Dalam jaminan fidusia objeknya tetap dikuasai oleh debitur dan kreditur memiliki kedudukan yang diistimewakan. 2.7 Fidusia Dengan berlakunya UU No. 42 Tahun 1999 dalam Supramono (2009), maka pengertian fidusia digunakan rumusan yang terdapat pada pasal 1 angka 1 yang berbunyi, fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda dengan hak kepemilikannya

40 diahlihkan tersebut tetap dalam pengawasan pemilik benda. Dari rumusan tersebut dapat diketahui bahwa pengalihan hak milik atas suatu barang bergerak yang dijaminkan hanya sebatas secara kepercayaan saja. Pengalihan secara kepercayaan merupakan perbuatan abstrak yang dilandasi oleh alam pemikiran barat. Seolaholah barang tersebut milik kreditur selama perjanjian utang piutang belum berakhir Objek Fidusia Menurut Supramono (2009) barang yang dapat menjadi objek fidusia pada prinsipnya adalah barang bergerak. Hal ini disebabkan karena latar belakang fidusia sebagai jaminan utang berawal dari masalah yang dihadapi oleh jaminan gadai yang prosedurnya wajib menyerahkan barang kepada kreditur untuk dikuasainya. Dalam perkembangannya, ternyata bukan hanya barang bergerak saja yang dapat difidusiakan, akan tetapi barang tidak bergerak juga dapat dijaminkan dengan jaminan tersebut walaupun sifatnya terbatas Syarat-syarat Perjanjian Fidusia Menurut Supramono (2009) perjanjian fidusia harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan oleh UU fidusia, yaitu syarat formil dan syarat materil. Mengenai syarat formil, mengharuskan bentuk perjanjian Fidusia tertulis dengan akta notaris. Sedangkan syarat materilnya, bahwa isi perjanjian Fidusia telah ditetapkan secara limitatif dalam pasal 6 UU fidusia, adalah sebagai berikut : a. Bentuknya dengan akta notaris Fidusia perjanjiannya dalam bentuk tertulis yang dituangkan dalam akta notaris pasal 5 ayat 1 UU Fidusia, bentuk perjanjian fidusia yang demikian bersifat mutlak karena merupakan syarat yang wajib dipenuhi oleh pemberi

41 dan pemegang gadai. Hal tersebut ada hubungannya dengan masalah pembuktiaan dan kepercayaan. b. Isi perjanjiannya Perjanjian fidusia dilihat dari segi materinya Supramono (2009), telah ditetapkan dalam pasal UU Fidusia, yaitu minimal isi perjanjian fidusia harus memuat tentang : 1. Identitas para pihak, yaitu para pihak dan identitas harus dicantumkan secara lengkap dalam akta fidusia yang meliputi keterangan, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, agama, tempat tinggal serta bertindak untuk dan atas nama siapa. 2. Data perjanjian pokok, yaitu dicantumkan dalam perjanjian fidusia karena perjanjian utang piutang merupakan dasar dari perjanjian fidusia. Kemudian di dalam perjanjian accesoir ini jumlah utang harus dimuat dengan jelas berhubung utang tersebut merupakan hal paling esensial dijaminkan dengan fidusia. 3. Uraian objek fidusia yaitu, dalam perjanjian fidusia juga harus dimuat tentang barang yang menjadi ojek jaminan fidusia, barang tersebut harus diuraikan dengan apa saja yang menjadi identitasnya. Supaya jelas macam dan bentuk serta status barang yang dijaminkan oleh pemberi fidusia. 4. Nilai penjaminan yaitu, dengan pencantuman secara lengkap uraian tentang barang yang dijaminkan tersebut tampaknya tidak cukup hanya disebutkan demikian sehubungan dengan itu di dalam akta fidusia wajib dicantumkan pula besarnya nilai penjaminan utang yang dapat dicapai

42 dari ojek fidusia pada umumnya nilai penjaminan tersebut dihubungkan dengan nilai utang debitur. 5. Nilai barang jaminan, yaitu besarnya nilai barang jaminan yang sesungguhnya. Besarnya nilai penjaminan tidak boleh melebihi nilai barang jaminan, karena nilai penjaminan diukur dari besarnya nilai barang jaminan. Karena nilai penjamin diukur dari besarnya nilai barang jaminan. Untuk itu diperlukan adanya penaksiran nilai barang jaminan yang dilakukan oleh juru taksir berdasarkan harga pasaran umum agar nilainya objektif. 2.8 Teknik Penyelesaian Kredit Menurut Kasmir (2013) bahwa pemberian suatu fasilitas kredit mengandung suatu risiko kemacetan. Akibatnya kredit tidak dapat ditagih sehingga menimbulkan kerugian yang harus ditanggung oleh bank. Dalam praktiknya kemacetan suatu kredit disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut : 1. Dari pihak Perbankan, yaitu pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang harusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. 2. Dari pihak nasabah, adanya unsur sengaja atau tidak sengaja. Dalam unsur sengaja nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikan macet. Sedangkan unsur tidak sengaja debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu, atau kredit yang dibiayai mengalami musibah. Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan kredit, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian.

43 Menurut Kasmir (2013) penyelamatan kredit macet dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Reschedulling, yaitu suatu tindakan di ambil dengan cara memperpanjang jangka waktu kredit atau jangka waktu angsuran. Dalam hal ini debitur diberi keringanan dalam masakah jangka waktu kredit pembayaran kredit, misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun, sehingga debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya 2. Reconditioning, maksudnya dalah bank mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti: a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. c. Penurunan suku bunga dimaksud,agar lebih meringankan beban nasabah. Misalnya per tahun sebelumnya dibebankan 20% diturunkan menjadi 18% penurunan suku bunga dilakukan berdasarkan pertimbangan bank bersangkutan. d. Pembebasan bunga diberikan kepada nasabah sudah tidak mampu lagi membayar pokok pinjamanya sampai lunas. 3. Restructuring, merupakan tindakan bank kepada nasabah dengan cara menambah modal nasabah dengan pertimbangan nasabah memang membutuhkan tambahan dana dan usaha yang dibiayai memang masih layak. Tindakan ini meliputi, dengan menambah jumlah kredit dan dengan

44 menambah equity dengan menyetor uang tunai dan tambahan dari pemilik. Restructuring dapat dilihat sebagai berikut : a. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis metode yang di atas. Misalnya kombinasi antara restructuring dengan Reconditioning dan rescheduling dengan restructuring b. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benarbenar tidak punya itikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua utang-utangnya.

45 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat PT.Pegadaian (Persero) Sejarah Pegadappian dimulai pada saat Pemerintah Penjajahan Belanda (VOC) mendirikan BANK VAN LEENING yaitu lembaga keuangan yang memberikan kredit dengan sistem gadai. Lembaga ini pertama kali didirikan di Batavia pada tanggal 20 Agustus Ketika Inggris mengambil alih kekuasaan Indonesia dari tangan Belanda ( ) Bank Van Leening milik pemerintah dibubarkan, dan masyarakat diberi keleluasaan untuk mendirikan usaha pegadaian asal mendapat lisensi dari Pemerintah Daerah setempat (liecentie stelsel). Namun metode tersebut berdampak buruk, pemegang lisensi menjalankan praktek rentenir atau lintah darat yang dirasakan kurang menguntungkan pemerintah berkuasa (Inggris). Oleh karena itu, metode liecentie stelsel diganti menjadi pacth stelsel yaitu pendirian pegadaian diberikan kepada umum yang mampu membayarkan pajak yang tinggi kepada pemerintah. Pada saat Belanda berkuasa kembali, pola atau metode pacth stelsel tetap dipertahankan dan menimbulkan dampak yang sama dimana pemegang hak ternyata banyak melakukan penyelewengan dalam menjalankan bisnisnya. Selanjutnya pemerintah Hindia Belanda menerapkan apa yang disebut dengan cultuur stelsel dimana dalam kajian tentang pegadaian, saran yang dikemukakan adalah sebaiknya kegiatan pegadaian ditangani sendiri oleh pemerintah agar dapat memberikan perlindungan dan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.

46 Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Staatsblad (Stbl) No. 131 tanggal 12 Maret 1901 yang mengatur bahwa usaha Pegadaian merupakan monopoli Pemerintah dan tanggal 1 April 1901 didirikan Pegadaian Negara pertama di Sukabumi (Jawa Barat), selanjutnya setiap tanggal 1 April diperingati sebagai hari ulang tahun Pegadaian. Pada masa pendudukan Jepang, gedung Kantor Pusat Jawatan Pegadaian yang terletak di Jalan Kramat Raya 162 dijadikan tempat tawanan perang dan Kantor Pusat Jawatan Pegadaian dipindahkan ke Jalan Kramat Raya 132. Tidak banyak perubahan yang terjadi pada masa pemerintahan Jepang, baik dari sisi kebijakan maupun Struktur Organisasi Jawatan Pegadaian. Jawatan Pegadaian dalam Bahasa Jepang disebut Sitji Eigeikyuku, Pimpinan Jawatan Pegadaian dipegang oleh orang Jepang yang bernama Ohno-San dengan wakilnya orang pribumi yang bernama M. Saubari. Pada masa awal pemerintahan Republik Indonesia, Kantor Jawatan Pegadaian sempat pindah ke Karang Anyar (Kebumen) karena situasi perang yang kian terus memanas. Agresi militer Belanda yang kedua memaksa Kantor Jawatan Pegadaian dipindah lagi ke Magelang. Selanjutnya, pasca perang kemerdekaan Kantor Jawatan Pegadaian kembali lagi ke Jakarta dan Pegadaian kembali dikelola oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dalam masa ini Pegadaian sudah beberapa kali berubah status, yaitu sebagai Perusahaan Negara (PN) sejak 1 Januari 1961, kemudian berdasarkan PP.No.7/1969 menjadi Perusahaan Jawatan (PERJAN), selanjutnya berdasarkan PP.No.10/1990 (yang diperbaharui dengan PP.No.103/2000) berubah lagi menjadi Perusahaan Umum (PERUM) hingga sekarang.

47 Kini usia Pegadaian telah lebih dari seratus tahun, manfaat semakin dirasakan oleh masyarakat, meskipun perusahaan membawa misi public service obligation, ternyata perusahaan masih mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam bentuk pajak dan bagi keuntungan kepada Pemerintah, disaat mayoritas lembaga keuangan lainnya berada dalam situasi yang tidak menguntungkan Pengelolaan Perusahaan PT. Pegadaian (Persero) menyadari bahwa penerapan GCG secara sistematis dan konsisten merupakan kebutuhan yang harus dilaksanakan. Penerapan GCG pada Perseroan diharapkan dapat memacu perkembangan bisnis, akuntabilitas serta mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang tanpa mengabaikan kepentingan stakeholders lainnya.good Corporate Governance Perseroan ini merupakan penjabaran dari kaidah-kaidah Good Corporate Governance, Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor Per- 01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang penerapan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara, Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan TerbatasRegulasi di bidang Pasar Modal, Anggaran Dasar Perseroan, Visi dan Misi Perseroan serta Praktik-Praktik terbaik dalam Good Corporate Governance. Pelaksanaan GCG yang baik membutuhkan check and balance pada setiap proses bisnis di tiap level maupun fungsi, sehingga pengelolaan Perseroan yang berdasarkan prinsip-prinsip GCG dapat terwujud dan dengan peraturan ini mampu mendorong Insan Perseroan untuk mencapai visi,misi dan tujuan Perseroan.

48 3.1.2 Budaya Perusahaan Untuk mendukung terwujudnya visi dan misi Perseroan, maka telah ditetapkan budaya perusahaan yang harus selalu dipelajari, dipahami, dihayati, dan dilaksanakan oleh seluruh insan Pegadaian yaitu jiwa INTAN yang terdiri dari Inovatif, Nilai moral tinggi, Terampil, Adi layanan dan Nuansa citra. Adapun sepuluh perilaku utama insan pegadaian yaitu: 1. Berinisiatif, kreatif, produktif dan adaptifpada solusi bisnis. 2. Taat beribadah. 3. Jujur dan berfikir positif. 4. Kompeten di bidang tugasnya. 5. Selalu mengembangkan diri. 6. Peka dan cepat tanggap. 7. Empatik, santun dan ramah. 8. Bangga sebagai insan pegadaian. 9. Bertanggungg jawab atas aset dan reputasi perusahaan Moto PT. Pegadaian (Persero) Moto PT. Pegadaian (persero) ini adalah mengatasi masalah tanpa masalah dan sedangkan, logo Pegadaian memiliki tiga bulatan berwarna hijau dan sebuah timbangan. Tiga bulatan ini menandakan bahwa Pegadaian mempunyai tiga produk yang dapatmembantu laju perekonomian di masyarakat. Bulatan pertama yaitu menggambarkan produk gadai, kedua produk layanan emas, dan ketiga yaitu usaha lainnya berupa payment. Tidak hanya bulatan, namun adapula timbangan yang masih tetap sama seperti logo sebelumnya. Tiga bulatan dalam logo ini menggambarkan produk Pegadaian yang saat ini sedang gencar di

49 laksanakan. Jadi Pegadaian tidak hanya melayani jasa gadai saja namun ada juga investasi emas dan usaha lainnya berupa payment. Yang nantinya dimungkinkan akan ada layanan properti yang termasuk dalam usaha lain. Logo baru ini berlandaskan pada filosofi kolaborasi, transparansi, dan terpercaya. Mengatasi Masalah Tanpa Masalah Sumber: PT. Pegadaian (Persero) tahun 2017 Gambar 1.1 Motto PT Pegadaian (Persero) Visi dan Misi PT.Pegadaian (Persero) Visi PT. Pegadaian (Persero) Visi PT. Pegadaian (Persero) adalah sebagai solusi bisnis terpadu terutama berbasis gadai yang selalu menjadi market leader dan mikro berbasis fiduasi selalu menjadi yang terbaik untuk masyarakat menengah ke bawah Misi PT. Pegadaian (Persero) Misi PT. Pegadaian adalah sebagai berikut : a. Memberikan pembiayaan tercepat,termudah dan selalu memberikan pembinaan terhadap usaha golongan menengah kebawah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. b. Memastikan pemerataan pelayanan dan infrastruktur yang memberikan kemudahan dan kenyamanan diseluruh pegadaian dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian Prosedur adalah suatu urutan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu bagian atau lebih, disusun untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang

BAB II Kajian Pustaka. mampu diserap dari masyarakat dan disalurkan kembali kepada masyarakat yang BAB II Kajian Pustaka 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Dunia keuangan khususnya perbankan dari tahun ketahun telah mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ini ditunjukkan dari jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetian Deposito Berjangka Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account dimana artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Amsyah (1977: 11), menyatakan bahwa prosedur adalah aturan permainan atau langkah-langkah aturan yang harus dipatuhi oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. LANDASAN TEORI 2.1.1 Pengertian Bank Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Semua sektor usaha baik sektor industri, perdagangan, pertanian,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan bahasa latin kredit berarti credere yang artinya percaya. Maksud dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Dalam arti luas kredit diartikan sebagai sebagai kepercayaan. Begitu pula dengan bahasa latin kredit berarti credere yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kredit Menurut asal mulanya, kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan. Maksudnya adalah apabila seseorang memperoleh kredit, berarti mereka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian Indonesia secara

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2005:5) prosedur ialah urutan kegiatan klerikal biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih,

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank Penyaluran kredit merupakan salah satu jasa perbankan yang utama dalam mendukung perputaran ekonomi. Melalui kredit, sektor usaha akan mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Kredit Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, salah satu pengertian kredit adalah pinjaman uang dengan pembayaran pengembalian secara mengangsur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian bank Pengertian bank menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kabupaten kota. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1993 Pasal 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kabupaten kota. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1993 Pasal 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian BPR Pada khususnya telah begitu banyak tersebarnya BPR yang perkembangannya cukup pesat. Perkembanghan ini dapat terlihat dengan adanya BPR yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangat besar. Sektor sektor ekonomi yang menopang perekonomian di Indonesia seperti sektor perdagangan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Tentang Perbankan Berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian bank, fungsi bank, dan jenis jenis bank : 2.1.1 Pengertian Bank Di Indonesia terdapat banyak

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Landasan penelitian terdahulu yang dijadikan pertimbangan oleh peneliti pernah dilakukan oleh Papalangi (2013), tentang Penerapan SPI dalam Menunjang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang jasa perbankan sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Jasa perbankan pada umumnya terbagi atas dua tujuan yaitu, menghimpun dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan

BAB III TELAAH PUSTAKA. diharapkan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang 28. Seseorang dikatakan 33 BAB III TELAAH PUSTAKA A. Peranan Peran ialah sesuatu yang diharapkan dimiliki oleh yang memiliki kedudukan dalam masyarakat 26. Peranan ialah bagian dari tugas utama yang harus dilakukan 27. Pemeranan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembiayaan atau Kredit BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi Pembiayaan dan Kredit Menurut Hasibuan (2007:87) pengertian pembiayaan adalah jenis-jenis pinjaman yang harus dibayar kembali bersama bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi Koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

Sistem Pembukuan Dan, Erida Ayu Asmarani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Ketentuan mengenai gadai ini diatur dalam KUHP Buku II Bab XX, Pasal 1150 sampai dengan pasal 1160. Sedangkan pengertian gadai itu sendiri dimuat dalam Pasal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2008:2) Bank merupakan Lembaga Keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

II. LANDASAN TEORI. atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat. II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Bank adalah salah satu badan financial yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk kelangsungan usaha demi menunjang kehidupan mereka, namun

BAB I PENDAHULUAN. produktif untuk kelangsungan usaha demi menunjang kehidupan mereka, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi suatu negara terlihat baik apabila perekonomian masyarakat suatu negara tersebut makmur dan sejahtera. Masyarakat bisa dikatakan makmur apabila masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit menurut Undang-undang RI No. 10 tentang perbankan (1998) adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan

Lebih terperinci

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI

DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI DILARANG MENGUTIP SEBAHAGIAN ATAU KESELURUHAN ISI JURNAL INI TANPA SEIZIN REDAKSI VERSI ONLINE http://www.manbisnis.tripod.com, Vol. 02 No. 01 April 2002 ---DAFTAR ISI--- ANALISIS KEBUTUHAN PASAR DAN PREDIKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bank adalah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu credere yang artinya

BAB II URAIAN TEORITIS. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu credere yang artinya BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. KREDIT 2.1.1. Pengertian kredit Kata kredit berasal dari bahasa Yunani, yaitu credere yang artinya percaya (Prapto dan Achmad Anwari). Dalam arti luas, kredit diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Perbankan Menurut UU No 10 tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 mengatakan Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992

PENDAHULUAN. mempengaruhi tingkat kesehatan dunia perbankan. 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-undang nomor 7 tahun 1992 PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kondisi ekonomi nasional semakin hari kian memasuki tahap perkembangan yang berarti. Ekonomi domestik indonesia pun cukup aman dari dampak buruk yang diakibatkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2017 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.1 Pengertian UMKM Ada beberapa pengertian UMKM menurut para ahli atau pihak yang langsung berhubungan dengan UMKM, antara lain: 1.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu banca yang berarti tempat penukaran uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit. bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Fungsi Bank Umum dalam Pemberian Kredit Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bank Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan apa yang direncanakan. Prosedur arti umumnya adalah suatu sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan apa yang direncanakan. Prosedur arti umumnya adalah suatu sistem BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Prosedur Untuk mencapai suatu tujuan kegiatan membutuhkan prosedur sesuai dengan apa yang direncanakan. Prosedur arti umumnya adalah suatu sistem atau tata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA

BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA BAB II KAJIA PUSTAKA DA KERA GKA PEMIKIRA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tinjauan Umum Kredit 2.1.1.1. Pengertian Kredit Lembaga keuangan bank maupun bukan bank tidak pernah lepas dari masalah kredit. Bahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini, banyak orang atau badan hukum yang memerlukan dana untuk mengembangkan usaha, bisnis, atau memenuhi kebutuhan keluarga (sandang,pangan,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kebutuhan yang mendesak atau kekurangan dana dalam memenuhi kebutuhan sehari - hari merupakan masalah yang sering terjadi pada kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1. Menurut Taswan dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan

BAB II LANDASAN TEORI. Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1. Menurut Taswan dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Ada beberapa pengertian ataupun definisi bank yaitu : 1. Menurut Taswan dalam bukunya Manajemen Perbankan, Teori dan Aplikasi (2010 : 06), definisi dari bank adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga perbankan adalah salah satu lembaga keuangan yang mempunyai nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Dalam hal ini lembaga perbankan berperan

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Kredit Istilah kredit bukanlah suatu hal yang asing lagi bagi kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sebab sering dijumpai ada anggota masyarakat yang menjual dan membeli barang-barang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. nasional, kearah peningkatan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan di Indonesia termasuk Hukum Perbankan Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan yang berdasarkan Demokrasi Ekonomi dengan fungsi utamanya yaitu sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat, memiliki peranan yang strategis untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel 3.1.1 Populasi Populasi adalah jumlah dari keseleruhan objek yang karakteristiknya hendak diduga. Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memelihara kesinambungan pembangunan nasional guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat kalangan bawah sampai dengan menengah yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat, upaya yang dilakukan pemerintah

Lebih terperinci

PENGALOKASIAN DANA BANK

PENGALOKASIAN DANA BANK PENGALOKASIAN DANA BANK Alokasi Dana : menjual kembali dana yang diperoleh dari penghimpunan dana dalam bentuk simpanan. Wujud dari pengalokasian dana adalah kredit atau aset yang dianggap menguntungkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan era global saat ini semakin ketat, strategi bisnis dan teknologi yang semakin canggih sangat berpengaruh bagi sebuah perusahaan. Persaingan yang ketat antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit 1. Pengertian Bank Membicarakan bank, maka yang terbayang dalam benak kita adalah suatu tempat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya seperti modal untuk membangun usaha, untuk. membesarkan usaha, untuk membangun rumah atau untuk mencukupi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Seiring berkembangnya perekonomian suatu negara, maka akan semakin banyak lembaga keuangan yang berdiri. Lembaga keuangan ini sangat berpengaruh besar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan yang ada di masyarakat sangat beraneka ragam. selain kebutuhan sandang dan pangan, kebutuhan akan perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya bank baru di Indonesia, sehingga persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan suatu lembaga yang menerima dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang kekurangan dana. Sedangkan pengertian bank menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dewasa ini mendorong semakin meningkatnya kebutuhan hidup masyarakat. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan

Lebih terperinci

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian atau perkembangan suatu kegiatan usaha dari suatu perusahaan, maka akan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional

BAB II LANDASAN TEORI. II Pengertian Audit Operasional. melainkan untuk menvalidasikan efektivitas prosedur. II Tujuan Audit Operasional BAB II LANDASAN TEORI II.1 Kerangka Teori dan Literatur II.1.1 Audit Operasional II.1.1.1 Pengertian Audit Operasional Mengacu pada pendapat McLeod dan Schell (2008), pengertian Audit Operasional adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. transaksi dapat terjadi berulang kali dan dilaksanakan secara seragam. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Kata Prosedur Kredit terdiri dari 2 (dua) kata yaitu Prosedur dan Kredit. Menurut Ardiyos (2004:73) arti dari Prosedur adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun Menurut Pasal 1 ayat 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian bank secara otentik telah dirumuskan di dalam Undangundang Perbankan 7 Tahun 1992 yang telah diubah menjadi Undangundang Perbankan Nomor 10 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan berkesinambungan secara bertahap untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Prosedur Dan Sistem Informasi Akuntansi. harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Prosedur Dan Sistem Informasi Akuntansi. harus dilakukan untuk menjalankan suatu fungsi tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Prosedur Dan Sistem Informasi Akuntansi 1. Pengertian Prosedur Menurut Susanto (2008:264), Prosedur adalah rangkaian aktivitas atau kegiatan yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan bukan bank, yang menawarkan pemberian pinjaman baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pembiayaan bukan bank, yang menawarkan pemberian pinjaman baik dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mengingat kebutuhan masyarakat Indonesia mengenai pembiayaan yang semakin meningkat, baik itu masyarakat awam, pengusaha mikro ataupun makro. Sehingga mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Deposito 1. Pengertian Deposito Secara umum, deposito diartikan sebagai simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut

Lebih terperinci