ntuk Penguatan Literasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ntuk Penguatan Literasi"

Transkripsi

1 Vol. 1, No. 2, Mei 2017 ntuk Penguatan Literasi BOS, Literasi, dan Peradaban Oleh Benni Setiawan OPINI ARTIKEL WAWANCARA Modus Korupsi dalam Pendidikan Oleh Ari Susanto BOS Hadir untuk Menyelesaikan Kesenjangan Pendidikan Oleh Dr. Arie Sudjito (Sosiolog UGM)

2 Editorial "Siapa yang Menguasai Informasi, maka akan Menguasai Dunia" Oleh Iman Sumarlan, S.I. P. M.H. I. Direktur Pendidikan untuk Indonesia Judul di atas merupakan adagium yang begitu terkenal dan sering didengar diberbagai tempat. Adagium itu tepat sekali untuk menggambarkan pen ngnya gerakan literasi di tanah air. Sebab, kemajuan suatu bangsa dan negara diukur dari seberapa cepat dia memperoleh informasi, serta seberapa tepat informasi itu direproduksi menjadi pengetahuan baru. Kondisi ini selaras dengan tesis Daniel Bell, bahwa pengetahuan dan informasi akan menjadi kunci sukses ekonomi dan pembangunan sosial. Agar dapat menguasai informasi, maka kuncinya adalah membaca. Hal inilah yang menjadi dasar pen ngnya gerakan literasi, terutama di sekolah sebagai pilar kedua pengembangan karakter bangsa setelah keluarga. Mimpi menguasai dunia agaknya dak akan pupus. Sebab, baru-baru ini Mendikbud mengeluarkan kebijakan yang spektakuler, yakni Permendikbud No 8 tahun 2017 tetang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sekilas terlihat Permendikbud ini biasa-biasa saja, dan merupakan ru nitas belaka, tetapi ternyata isinya sangat menakjubkan, yakni memuat perintah bahwa sekolah harus mencadangkan 20% dari BOS dalam satu tahun untuk pembelian Buku Teks Pelajaran (BTP) dan Buku Non Teks Pelajaran (BNTP). Padahal pada tahun 2016, hanya sebesar 5%. Jadi, ini sebuah kemajuan yang luar biasa. Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah ditegaskan dalam Permendikbud No 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Peker (PBP). Tujuan dari gerakan ini dijelaskan pada Pasal 2 huruf b, yaitu menumbuhkembangkan kebiasaan yang baik sebagai bentuk pendidikan karakter sejak di keluarga, sekolah, dan masyarakat. Meskipun kebijakan ini dikeluarkan oleh Mendikbud sebelumnya, tetapi yang menggerakan adalah Mendikbud yang sekarang. Jadi, yang membuat kapal adalah Mendikbud Anis Baswedan, dan yang memberikan bahan bakar Mendikbud Muhadjir Effendy. Kolaborasi kebijakan yang berkesinambungan. GLS ini selaras dengan nawacita yang digulirkan oleh pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla. Tepatnya pada Nawacita ke-8, yakni: melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seper pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patrio sme dan cinta Tanah Air, semangat bela Negara, dan budi peker di dalam kurikulum pendidikan Indonesia. Kebijakan yang apik ini dak selalu berjalan mulus. Kultur bangsa yang instan terkadang menjadi penghambat utama. Begitu juga kultur korup yang masih bersemai di dunia pendidikan. Meskipun sudah ditegaskan di Permendikbud tentang alokasi anggaran BOS 20% untuk pembelian buku, bisa jadi yang terealisir hanya 10%. Oleh karena itu, masyarakat Dewan Penasehat: Buya Ahmad Syafii Ma arif, Ari Sujito, Penanggungjawab: Iman Sumarlan, Pimpinan Redaksi: Hatib Rahmawan, Redaktur Pelaksana: Agus Budiarjo, Sekretaris Redaksi: Ari Susanto, Reporter: Nuzul Purwandana, Mufidah, Bahtiar, Disain dan Layout: Dwi Setyawan, Dsitributor: Neri Yulianto. Alamat: Jl. Kebun Raya, Rt. 18 Rw.06, Gg. Melati, Rejosari GK. I Yogyakarta Website: pundi.or.id, pundijogja@gmail.com, HP/WA:

3 Editorial harus ikut mengawasi dan mengontrol kebijakan ini. Karena, kalau masyarakat acuh, cita-cita bangsa untuk menguasai dunia, sebagaimana adagium di atas dak akan tercapai. G L S s e b a ga i s e b u a h g e ra k a n t e n t u n y a memerlukan upaya serentak antara pemerintah mulai Kemendikbud, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, hingga Satuan Pendidikan dengan Masyarakat. Jika dak serentak, gerakan ini akan menjadi jargon dan pepesan kosong belaka. Selain itu juga, perlu adanya komitmen, yakni kesungguhan menjalankan GLS. Di sekolah, sebelum pelajaran dimulai, siswa diberi kesempatan membaca selama 15 menit. Di rumah, masyarakat seper nya juga perlu meniru hal serupa. Cukup 15 menit sampai 60 menit perhari ma kan gadget dan televisi, orang tua dan anak meluangkan waktu sejenak untuk membaca. Seper nya gerakan ini akan indah hasilnya. Berdasarkan narasi di atas, Bule n Pendidikan untuk Indonesia edisi kali ini akan mengupas tentang GLS yang berhubungan dengan BOS. Diharapkan ulasan yang termuat dalam bule n ini dapat menyadarkan berbagai kalangan agar lebih peduli dan b ergerak sesuai kapasitas masing-masing untuk mewujudkan gerakan literasi, baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. 3

4 Optimalisasi Penggunaan BOS untuk Penguatan Literasi N Sebuah lembaga atau instansi dak dapat terlepas dari persoalan pendanaan, begitu pula dengan lembaga yang bersifat nonprofit (lembaga sosial). Sekolah sebagai bagian dari lembaga nonprofit, khususnya sekolah negeri, membutuhkan sun kan dana untuk menjalankan proses belajar-mengajar. Pemerintah dalam hal ini, bertanggungjawab membiayai sepenuhnya kebutuhan pendidikan tersebut, dan salah satu caranya adalah mengeluarkan BOS. Besaran BOS yang didapatkan sekolah sebenarnya telah diperhitungkan pemerintah. Dengan dana BOS tersebut, harapannya semua masyarakat dapat mengakses pendidikan dengan mudah. Jadi, sekolah-sekolah negeri dak dapat seenaknya membebankan biaya yang nggi kepada wali murid. Meskipun dak dapat dimungkiri, dana BOS yang diberikan pemerintah dak begitu menghiraukan inflasi ekonomi di daerah-daerah, sehingga masih saja terdapat kesenjangan kualitas pendidikan antara satu daerah dengan daerah yang lain. Sekolah negeri memang agak berbeda dengan sekolah swasta yang pembiayaannya sebagian besar dibebankan kepada siswa atau wali murid. Meskipun sebagian besar kebutuhan anggaran sekolah swasta dibebankan kepada siswa atau wali murid, tetapi sekolah swasta juga dak dapat mematok pembiayaan seenaknya saja, apalagi sekolah tersebut mendapatkan BOS, kecuali jika pembiayaannya sepenuhnya mandiri dan sekolah dak mengajukan BOS kepada pemerintah. Permendikbud omor 8 Tahun 2017 mengamanatkan agar sekolah mengalokasikan 20% dari total pendapatan dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) untuk pembelian Buku Teks Pelajaran (BTP) dan Buku Non Teks Pelajaran (BNTP). Jadi, sekolah yang mendapat BOS harus tetap memperha kan unsur keterjangkauan pembiayaan. Sebab pada hakekatnya BOS diberikan kepada semua siswa di pelosok tanah air, baik negeri maupun swasta, sebagai bentuk komitmen dan tanggungjawab pemerintah mencerdaskan bangsa. Oleh karena itu, sekolah yang mendapatkan BOS harus ikut peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah, salah satunya adalah Permendikbud No 8 Tahun Itulah komitmen pemerintah dalam mewujudkan wajib belajar 9 tahun bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara umum BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 (sembilan) tahun. Sedangkan tujuan khusus BOS adalah untuk membebaskan pungutan biaya operasional sekolah terhadap peserta didik. Dengan demikian maka diharapkan dak ada lagi anak-anak usia sekolah yang dak mengenyam bangku sekolah atau putus sekolah (Permendikbud No. 8 Tahun 2017, lampiran 1). BOS merupakan kebijakan alokasi anggaran pendidikan untuk sekolah, supaya sekolah dapat menjalankan kegiatan belajar- mengajar. Sebagaimana yang disampaikan oleh Didik Wardaya, Kepala Bidang Pendidikan Luar Biasa dan Sekolah Dasar (PLB dan Dikdas) Disdikpora Daerah Is mewa Yogyakarta, saat dikonfirmasi menyatakan bahwa pemerintah memiliki tanggungjawab akan keberlangsungan pendidikan di Indonesia agar sekolah dapat terus berjalan, sekolah negeri menjadi tanggungjawab 4

5 pemerintah. Sedangkan sekolah swasta oleh pemerintah sudah dibantu dengan BOS yang dihitung berdasarkan banyak siswa. Pada tahun anggaran 2016 pemerintah pusat mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar ,30 miliar rupiah. Dari total anggaran tersebut ,60 miliar rupiah dialokasikan untuk BOS. Pada tahun 2017 pemerintah juga masih konsisten mengalokasikan 20% APBN menopang pendidikan Indonesia. Besaran BOS yang didapat sekolah didasarkan pada banyak siswanya, menurut Permendikbud No 8 tahun Untuk SD per anak dianggarkan Rp ,00 sedangkan untuk SMP Rp ,00 serta untuk SMA Rp ,00 Adapun proses penyaluran dapat menggunakan sistem triwulan (se ap ga bulan sekali) atau menggunakan sistem semester (enam bulan sekali), sedangkan untuk triwulan masing-masing porsi pencairan 20 %, 40 %, 20 %, 20 %, serta jika dengan sistem semester 60 % dan 40 %. BOS diorientasikan sebagai biaya operasional sekolah, untuk mendukung proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Didik Wardaya BOS pada dasarnya adalah bantuan untuk menutup biaya operasional sekolah nonpersonal. Jadi, kegunaannya untuk menjaga keberlangsungan proses belajar-mengajar di sekolah. Dengan rincian penggunaan dana sudah diatur di dalam Permendikbud tersebut. Alokasi 20% untuk Buku Penguatan literasi di sekolah saat ini kian menggembirakan dengan adanya peraturan baru tentang petunjuk teknis BOS Petunjuk Teknik BOS tersebut termuat dalam Permendikbud No 8 Tahun 2017 yang menggan kan Permendikbud No 16 tahun Permendikbud No 8 Tahun 2017 mengamanatkan agar sekolah mengalokasikan 20% dari total pendapatan dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) untuk pembelian Buku Teks Pelajaran (BTP) dan Buku Non Teks Pelajaran (BNTP). Sebagaimana tertuang pada Lampiran Permendikbud No. 8 Tahun 2017 Bab V Bagian B sekolah harus mencadangkan separuh BOS yang diterima di triwulan II (untuk sekolah yang menerima penyaluran ap triwulan) atau seper ga dari BOS yang diterima di semester I (untuk sekolah yang menerima penyaluran ap semester), 20% dari alokasi sekolah dalam satu tahun, di rekening sekolah untuk pembelian Buku Teks dan Nonteks yang harus dibeli sekolah. Selain 20 % untuk buku, menurut Permendikbud No 8 Tahun 2017, op malisasi penggunaan BOS juga diperuntukan pengembangan perpustakaan, penerimaan peserta didik baru, kegiatan belajar dan ekstrakulikuler, evaluasi belajar, pengelolaan sekolah, pengembangan profesi guru dan tenaga pendidik, pengembangan manajemen sekolah, pemeliharaan dan perawatan sarana dan prasarana sekolah, pembayaran honor, serta pembelian/perawatan alat mul media pembelajaran. untuk Penguatan Literasi DANA BOS 2017 Tim BOS Provinsi dan Tim BOS Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya harus memas kan bahwa sekolah mencadangkan seper ga dari BOS semester I (20% dari alokasi satu tahun) di rekening sekolah untuk pembelian buku teks yang harus dibeli sekolah. SANKSI BAGI SEKOLAH Berdasarkan Permendikbud Nomor 8 Tahun 2016, sekolah yang dak menggunakan Buku Teks Pelajaran yang telah ditetapkan pemerintah akan dikenai sanksi berupa: 1. Rekomendasi penurunan peringkat akreditasi. 2. Penangguhan bantuan pendidikan. 3. Penghen an bantuan pendidikan. 4. Rekomendasi atau pencabutan ijin operasional Satuan Pendidikan sesuai kewenangan. 5

6 Bersekongkol dalam pengadaan barang dan jasa merupakan tindak pidana korupsi menurut UU Tipikor Sekongkol itu misalnya dalam perencanaan yang sudah diarahkan bahwa penerbit tertentu yang masuk di sekolah, bahkan menjadi penerbit tunggal dalam penyediaan buku. Kebijakan mengenai BOS tahun 2017 jauh lebih baik dari sebelumnya. Permendikbud No 16 tahun 2016 dak secara tegas menetapkan besaran anggaran untuk pembelian buku. Permendikbud No 16 tahun 2016 hanya mengalokasikan 5% untuk penguatan perpustakaan, ketegasan alokasi 5% ini pun merupakan amanah Undang- Undang No 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan. Jadi, selama sembilan tahun, BOS hanya memberikan porsi yang kecil untuk literasi. Kebijakan 20% dari BOS untuk buku merupakan sebuah keputusan yang tepat, melihat selama ini penggunaan dana BOS hanya untuk perbaikan dan pengembangan gedung sekolah. Padahal esensi dari sebuah pendidikan adalah proses memahamkan dan penyadaran kepada siswa. Proses penyadaran dan memahamkan ini mutlak harus didukung dua komponen utama, pertama kualitas guru dan kedua adalah kualitas Buku Teks Pelajaran/ Non Teks Pelajaran. Dalam proses kegiatan belajar-mengajar harus terjadi transfer pengetahuan dan proses penyadaran akan ar pen ng dari sebuah mata pelajaran. Kehadiran BTP dan BNTP menjadi alat bantu mendalami dan memahami ilmu pengetahuan, sehingga keberadaanya menjadi pen ng. Oleh sebab itu, BTP dan BNTP menjadi keharusan bagi siswa. BTP dan BNTP menjadi pendamping siswa dalam memperkuat analisis dan proses berfikir. Begitu pen ngnya BTP bagi siswa, maka sudah selayaknya jika alokasi anggaran BOS 20% diperuntukan untuk penguatan literasi siswa. Pendidikan untuk Indonesia (PUNDI) memberikan apresiasi atas terobosan Muhadjir Effendy, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, yang dengan tegas menetapkan batas minimum anggaran 20% untuk pembelian buku. Terkait pengadaan BTP, maka semua pihak harus merujuk pada Permendikbud No 8 Tahun 2016 Tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan. Dalam pembelian Buku Teks, yang harus diperha kan oleh sekolah adalah resmi dan daknya Buku Teks tersebut. Buku Teks yang resmi, menurut Permendikbud No 8 tahun 2016, sebagaimana yang tertuang dalam pasal 6, harus melalui proses penilaian (kriteria dan kelayakan) dan lolos verifikasi oleh Tim Penelaah dan atau Tim Penilai Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Jadi sekolah dak dapat seenaknya menggunakan Buku Teks, kecuali resmi dikeluarkan oleh pemerintah. Munculnya peraturan tentang buku menandakan pemerintah telah berkomitmen dalam menjaga kualitas pendidikan bangsa ini. Se daknya dua manfaat yang didapat dari aturan tersebut, yaitu: Pertama, Buku Teks kualitasnya terjamin, baik dari fisik dan isisnya. Buku Teks yang dikeluarkan oleh pemerintah secara fisik penampilannya bagus, isi buku menggunakan kertas HVS 70 gr, dengan cover kertas Ivory 260 gr, dilayout dengan gambar yang menarik, dan dicetak dengan full collor, sehingga anak dak bosan. Dari segi isi telah melalui proses penilaian dari m penelaah Kemendikbud, sehingga isinya sesuai standar kurikulum dan bebas dari unsur-unsur yang dilarang, seper kekerasan, sara, dan pornografi (lihat Permendikbud No 8 tahun 2016, pasal 2). Kedua, dari sisi harga cukup terjangkau, misalnya untuk buku K-13 kelas 2 SD berkisar Rp9.000,00- Rp23.000,00. Jika siswa membeli BTP dari penerbit swasta akan mendapat harga berkisar Rp35.000,00-Rp50.000,00 dengan isi yang belum terjamin. Oleh karena itu, pihak sekolah seharusnya taat dan hanya membeli melalui laman e-katalog secara daring ( online). Selama ini orang tua siswa dipusingkan dengan mahalnya tagihan BTP yang dijual sekolah karena dibandrol sangat nggi berkisar Rp ,00 hingga Rp ,00. Berdasarkan penelusuran litbang PUNDI, itu disebabkan adanya persekongkolan antara pihak sekolah dan penerbit, untuk meraup untung dari penjualan buku. Menurut Zaenur, ak vis Pusat Kajian An Korupsi UGM, bersekongkol dalam pengadaan barang dan jasa merupakan ndak pidana korupsi menurut UU Tipikor Sekongkol itu misalnya dalam perencanaan yang sudah diarahkan bahwa penerbit tertentu yang masuk di sekolah, bahkan menjadi penerbit tunggal dalam penyediaan buku. Sebagai upaya menghindari adanya prak k persekongkolan dan korupsi di dunia pendidikan, dan juga untuk menjaga kualitas BTP, sejak tahun 2016 pemerintah mengubah sistem pengadaan Buku Teks, yang semula diserahkan pada pasar dan sekolah dibiarkan membeli langsung ke penerbit yang buku-bukunya lolos seleksi, kemudian diubah dengan sistem daring. Sekolah yang mendapatkan BOS tentu dapat mengakses laman tersebut, sebab password dan user id-nya sama dengan password dan user id yang digunakan untuk mengakses BOS. Dengan sistem ini, jalur distribusi buku menjadi sangat pendek, sehingga menutup peluang munculnya konspirasi dan persekongkolan pihak-pihak tertentu untuk mencari rabat. Dengan sistem ini, pemerintah berhasil mengamankan penggunaan BOS secara efek f dan efisien. Ke ka sekolah yang mendapatkan BOS dak melakukan pembelian BTP di e-katalog.lkpp.go.id. sebenarnya telah melakukan pelanggaran terhadap undangundang. Adapun sanksi yang didapat sekolah sangat berat, mulai dari pembatalan pemberian bantuan hingga pencabutan izin satuan pendidikan. (Asus/HR) 6

7 Upaya Mewujudkan BUKU GRATIS Sumber: BOS tahun 2017 sudah saatnya digunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan Indonesia, yang salah satunya melalui penguatan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Jika selama ini BOS dihabiskan untuk pengembangan tenaga pendidik, kegiatan pengembangan siswa, dan selebihnya dialokasikan untuk aspek oprasional yang mendesak, maka tahun ini sekolah harus memprioritaskan 20% BOS untuk pengembangan GLS. Adanya perubahan peraturan tentang petunjuk teknis Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dari Permendikbud No 8 tahun 2016 ke Permendikbud No 8 Tahun 2017 memberikan gambaran yang pas akan masa depan bangsa Indonesia. Peraturan ini secara nyata mendukung program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di tahun 2015 untuk peningkatan budi peker melalui Gerakan Literasi Sekolah. Melalui gerakan membaca 15 menit sebelum berlangsungnya pelajaran diharapkan akan meningkatkan wawasan dan cakrawala berfikir siswa, hingga mampu mendorong daya krea vitas dan inova vitas siswa. Salah satu upaya pengembangan kualitas siswa adalah dengan memperbanyak buku bacaan siswa, baik Buku Teks Pelajaran (BTP) maupun Buku Non T eks Pelajaran (BNTP). 7

8 BTP adalah buku pegangan mata pelajaran sedangkan BNTP terutama adalah buku pengayaan dan buku referensi. Permendikbud No 8 tahun 2017 mengamanatkan alokasi BOS 20% untuk penguatan literasi dengan mewajibkan sekolah untuk membeli buku. Sekolah yang mendapatkan BOS wajib membeli Buku Teks Pelajaran yang telah dinilai dan ditetapkan Harga Eceran Ter nggi (HET) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Pembelian dilakukan secara online melalui laman website e- katalog.lkpp.go.id oleh sekolah. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat serius dalam peningkatan kemampuan sumberdaya manusia Indonesia dengan melakukan GLS dan memprioritaskan 20% BOS untuk pembelian buku. Dengan demikian, masyarakat luas harus mengawal kebijakan ini agar berjalan dengan baik. Perlu pengawalan dan peran serta stake holder dan lingkungan pendidikan agar kebijakan 20% berjalan secara op mal. Dengan alokasi 20% BOS untuk pembelian buku, maka sudah dapat dipas kan bahwa se ap siswa akan mendapatkan buku gra s yang berkualitas dan lulus Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Hal tersebut ditegaskan oleh Chateri Mulya Girsang, Staf Ahli Kemendikbud Bidang Regulasi ke ka ditemui Tim PUNDI dalam acara Diskusi Publik Pesta Pendidikan 2017 menyatakan bahwa Buku Teks Pelajaran adalah murni tanggungjawab Pemerintah. Pemerintah terus mendorong untuk terwujudnya buku murah, merata, dan berkualitas. Hal ini akan dikuatkan dalam RUU Perbukuan yang akan segera disahkan oleh DPR. Grafik Perbandingan Harga Buku K-13 untuk siswa Kelas II (dua) Resmi Pemerintah dan Penerbit Swasta Total pembelian buku terbitan swasta Rp Harga Buku Total pembelian buku resmi Zona V cuma Rp Judul Buku Sumber : Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 124/P/2016 tentang Harga Eceran Tertinggi Buku Teks Pelajaran SD-SMA, dan katalog harga buku pelajaran K-13 jenjang SD/MI Edisi April 2017 Sebuah Penerbit Swasta. Dari data di atas dapat dilihat bahwa buku resmi pemerintah dan lulus BSNP jauh lebih murah dibandingkan dengan buku yang beredar dari penerbit swasta yang belum lulus BSNP. Kualitas buku pemerintah telah terjamin dan dapat dilihat di keputusan menteri pendidikan dan kebudayaan No 124 tahun 2016 tentang Harga Eceran Ter nggi (HET). Data di atas menunjukkan bahwa buku swasta jauh lebih mahal, dengan perbandingan harga lebih mahal 125% dari harga buku resmi pemerintah. Dengan demikian maka sekolah wajib hukumnya untuk menolak buku teks pelajaran dari penerbit swasta dan sekolah wajib melaksanakan pembelian buku resmi yang telah lolos seleksi oleh pemerintah dan BSNP. Dengan adanya alokasi BOS 20% untuk buku, sesungguhnya se ap siswa dapat memperoleh buku gra s. Sebab, selain mendapatkan BOS dari Pusat, pemerintah daerah juga mengeluarkan BOS. Sebagai contoh misalnya Daerah Kota Yogyakarta mengeluarkan BOS sebesar Rp ,00. Jika besaran BOS pusat untuk siswa SD adalah Rp ,00 sedangkan BOS Pemerintah Kota Yogyakarta untuk siswa SD adalah Rp , maka se ap siswa mendapatkan total BOS sebesar Rp ,00 persiswa. Jika 20% dari total BOS diperuntukan membeli buku, maka se ap anak memiliki anggaran sebesar Rp ,00. Anggaran sebesar itu lebih dari cukup untuk membeli BTP se ap semester. Oleh sebab itu dengan anggaran sebesar itu, sesungguhnya se ap siswa mendapatkan BTP gra s tanpa keterkecuali. (Asus/HR) 8

9 Budaya Literasi dan Komitmen Pemerintah Dalam diskusi, terungkap bahwa tidak semua sekolah di DIY memiliki ruang perpustakaan. Bahkan yang memprihatinkan pada saat penilaian akreditasi sekolah, ruang kelas disulap menjadi perpustakaan. maternity package Pendidikan untuk Indonesia (PUNDI) Kamis (23/2) melakukan audiensi dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Daerah Is mewa Yogyakarta (DIKPOPRA DIY) berbincang terkait dengan budaya literasi sekolah. Dalam diskusi, terungkap bahwa dak semua sekolah di DIY memiliki ruang perpustakaan. Bahkan yang mempriha nkan pada saat penilaian akreditasi sekolah, ruang kelas disulap menjadi perpustakaan. Ke adaan ruang perpustakaan jika terus dibiarkan akan sangat mengkhawa rkan, bahkan bisa menjadi kendala untuk peningkatan budaya literasi. Ruang perpustakaan yang nyaman, tenang, sejuk, dan terisi penuh dengan berbagai koleksi buku, tentu saja menjadi salah satu pemicu bagi tumbuhnya ketertarikan para siswa untuk duduk dan membaca buku apa pun yang diinginkannya. Membaca merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Dengan rajin membaca, pikiran semua orang menjadi terbuka. Dengan membaca juga membantu seseorang keluar dari buta informasi dan kebodohan. Semakin banyak membaca, entah itu buku atau koran, maka anak semakin luas pengetahuan dan wawasannya. Belajar dari Negara Lain Bangsa-bangsa eropa maju begitu pesat karena pemerintahnya mendukung penuh budaya literasi bagi warganya. Ruang publik dibuat senyaman mungkin. Orang bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca di ruang terbuka tersebut. Demikian pula dengan alat transportasi umum, disediakan secara aman dan nyaman bagi para penumpang yang ingin memanfaatkan waktunya untuk membaca buku selama dalam perjalanan ke tempat kerja, kampus, sekolah, atau ke tempat-tempat liburan. Berbicara tentang budaya membaca, bangsa ini patut meniru Finlandia, negara yang masuk peringkat pertama dunia dalam hal membaca. Di sana, budaya membaca sudah dimulai sejak bayi lahir. Hal tersebut terlihat dari kado ( ) orang tua untuk si bayi. Beranjak dewasa, anak-anak dibacakan dongen oleh orang tuanya sebelum mereka dur. Memasuki usia sekolah, anak-anak Finlandia selalu dibiasakan untuk membaca buku. Di sekolah, perpustakaan telah disiapkan dengan fasilitas buku yang sangat memadai. Selain di sekolah, pemerintah Finlandia juga membuka ruang publik yang aman dan nyaman bagi warganya untuk membaca. Perpustakaan dengan berbagai macam koleksi buku ada di mana-mana. Demikian juga dengan fasilitas umum lainnya seper kafe, restoran, selalu memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang ingin membaca. In nya, kebiasaan membaca warga Finlandia diwariskan secara turun-temurun. Ak fitas menonton TV juga sangat dibatasi bagi anak-anak di sana. Sama seper Finlandia, negara asia seper Jepang juga masuk dalam da ar 20 besar negara dengan peringkat literat terbaik di dunia. Hal ini tentu saja dak terlepas dari komitmen pemerintah Jepang dalam mendorong dan mendukung budaya membaca bagi warganya. Kebisaan membaca sejak kecil, penyediaan sarana dan prasarana pendukung (buku, perpustakaan) serta ruang publik yang aman dan nyaman merupakan upaya pemerintah Jepang dalam mendukung gerakan literasi di negaranya tersebut. 9

10 Gambar di atas adalah sebuah Caffe yang terdapat di Medison Amerika Serikat, namanya Café San Carlos. Berdiri sejak tahun 1984 hingga saat ini. Café ini merupakan simbol budaya membaca yang tinggi. Di café ini disediakan banyak bacaan. Setiap orang datang untuk membaca dan menikmati tradisi yang sudah berlangsung bertahun-tahun. Terkadang tamu yang datang membacakan novel-novel karya penulis dunia sementara yang lain asik menyimak. Komitmen Bagaimana dengan budaya literasi di Indoneia? Berdasarkan release tahun 2015 Central Connec cut State University yang diku p Kompas (07/02/17) terkait World's Most Literate Na ons (Negara-negara yang Gemar Membaca), yang melakukan pengamatan tahun , menyatakan bahwa literasi Indonesia berada dalam peringkat ke 60 dari 61 negara yang diteli. Sedangkan United Na ons Educa onal, Scien fic and Cultural Organiza on (UNESCO) tahun 2012 menerangkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 % dari total penduduk Indonesia. Hasil peneli an ini menunjukan tradisi membaca di negeri ini sangat mempriha nkan. Padahal membaca merupakan tradisi posi f untuk memperbaiki kualitas SDM sebuah bangsa. Bangsa yang besar selalu memiliki tradisi literasi yang baik. Melihat data di atas, yang menerangkan rendahnya budaya literasi masyarakat Indonesia, maka PUNDI mencoba mengunjungi beberapa sekolah di Kota Yogyakarta untuk mendapatkan informasi seputar kemampuan sekolah dalam meningkatkan budaya literasi. Hasilnya adalah minat baca siswa masih rendah. Siswa lebih suka bermain internet daripada membaca, sebagaimana yang disampaikan Fajar Kusumawa, pengelola Perpustakaan SMP 15 Koya Yogyakarta. Iya, sekarang anak-anak lebih cenderung suka ke internet, minat baca buku rendah ujarnya. Si Nur Wulandari pengelola perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta membenarkan hal yang serupa. Anak-anak lebih senang menghabiskan waktu dengan gadget ke mbang ke perpustakaan untuk membaca ungkapnya. Keadaan ini tentu saja berbanding terbalik dengan kebiasaan menonton TV anak Indonesia. Berdasarkan data BPS, waktu yang digunakan anak Indonesia untuk menonton TV adalah 300 menit per hari. Jumlah ini terlalu besar dibanding anak-anak Australia yang hanya menhabiskan 150 menit per hari, dan di Amerika yang hanya 100 menit per hari, bahkan di Kanada hanya 60 menit per hari. Bangsa Eropa maju dan berkembang pesat dikarenakan pengetahuan mereka yang sangat luas, dan hal tersebut didapat melalui membaca. Dengan membaca mereka mampu menguasai ilmu pengetahuan dalam bentuk apapun. Pengaruh ilmu pengetahuan yang mereka miliki menjadikan bangsa eropa semakin krea f, maju, dan selalu membentuk peradaban-peradaban baru. 10

11 Sebagai bangsa dengan populasi penduduk terbesar keempat di dunia, sudah seharusnya mampu bersaing dengan negara-negara maju lainnya baik di Eropa maupun di Asia. Salah satu caranya adalah dengan mendongkrak budaya membaca agar semakin hari semakin meningkat. Selama ini, ada kesan bahwa komitmen pemerintah dalam mendongkrak budaya baca masyarakat belum dijalankan sepenuh ha. Hal tersebut dapat dilihat dari; Pertama, anggaran pendidikan untuk penyediaan sarana pendukung seper membeli buku, penyediaan perpustakaan di sekolah-sekolah masih sangat minim. Anggaran terbesar justru dipergunakan untuk membayar gaji guru dan tenaga pendidik lainnya. Hal ini dibenarkan oleh Si pengelola perpustakaan SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Menurut pengakuannya, alokasi buku hanya 5% dari BOS. Itu karena mengacu pada peraturan lama. Harapannya dengan peraturan baru, Permendikbud No 8 Tahun 2017 akan memperkuat literasi di sekolah-sekolah, ungkapnya. Kedua, harga buku yang masih mahal, terutama Buku Teks Pelajaran (BTP) dan Buku Non Teks Pelajaran (BNTP) untuk anak di sekolah. BTP dan BNTP yang mahal disebabkan karena dak adanya pengawasan yang ketat dari pemerintah. Mafia BTP dan BNTP masuk ke sekolah-sekolah dan menjual bukunya dengan sangat mahal. Alhasil banyak siswa dan orang tua dak mampu membayar biaya-biaya buku tersebut. Hal ini juga dibenarkan oleh direktur PUNDI, Iman Sumarlan. Selain Kongkalikong dengan Penerbit dalam pengadaan buku di sekolah untuk mendapatkan rabat sebesar-besarnya, sekolah melakukan modus baru, yaitu guru di depan kelas menyampaikan buku pegangan belajar, dan menggiring siswa untuk membeli di toko yang telah ditentukan. Ke ga, masalah ruang publik yang sangat terbatas dak aman dan nyaman. Sebagai contoh di Yogyakarta saja, sangat sedikit bisa dijumpai ruang publik yang terbuka bagi masyarakat untuk dapat beris rahat sambil membaca. Ruang publik di Yogyakarta diambil-alih dengan kehadiran kafe dan mall yang berjejal bahkan masuk sampai di depan pintu-pintu sekolah dan universitas. Ruang-ruang publik yang ada di dekat Kampus dan Sekolah hanya diisi dengan sekelompok anak-anak muda yang menghabiskan waktu dengan nongkrong dan hura-hura. Komunitas pegiat literasi, kelompok diskusi, yang menjadi ciri khas Yogyakarta mulai tergerus zaman. Kebiasaan memperdengarkan cerita dan dongeng pada anak dapat meningkatkan budaya literasi di kemudian hari. Sementara tradisi bermain dengan gadget tidak memberikan dampak pada pengembangan budaya literasi. Di mana Ada Kemauan Di situ Ada Jalan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) telah diresmikan oleh pemerintah sejak tahun 2015 silam. Adanya GLS merupakan wujud komitmen dan keseriusan pemerintah dalam upaya mencerdaskan anak bangsa. Melalui budaya literasi, diharapkan anak bangsa memiliki budi peker dan karakter yang kuat dalam budaya literasi. Sebagai upaya untuk meningkatkan budaya literasi, SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta telah menjalankan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dengan mewajibkan siswa membaca buku Non Teks pelajaran dengan durasi 15 menit perhari. Di sekolah ini ada budaya membaca buku 15 menit, buku apapun itu, biasanya non fiksi, ungkap Si Nur Wulandari saat dikunjungi oleh m PUNDI. Untuk mendongkrak tradisi membaca bangsa Indonesia, NGO interna onal, The United States Agency for Interna onal Development ( USAID) ikut membantu ribuan buku yang disebarkan ke SD dan SMP di 19 Kabupaten/Kota yang ada di Indonesia. Semangat menumbuhkembangkan gerakan literasi juga muncul dari eksponen masyarakat, seper Rumah Baca Aneuk Nanggroe (Ruman) yang ada di Aceh. Rumah baca ini buka se ap 11

12 Minggu pagi, untuk melayani masyarakat sembari menikma olahraga pagi (Kompas, 24/3). Sedangkan di Yogyakarta ada Rumah Baca Komunitas yang se ap minggu pagi membuka perpustakaan jalanan di kawasan alun-alun utara kota Yogyakarta. Ada juga Taman Pustaka MPI PDM Kota Yogyakarta bekerjasama dengan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta melakukan kegiatan perpustakaan keliling ke kampung-kampung kawasan kota Yogyakarta. Sebagai upaya untuk mengembangkan indeks pembangunan manusia Indonesia, sudah selayaknya pemerintah melalui sekolah membudayakan GLS. Sekolah harus menjadi basis pembangunan budaya literasi Indonesia di masa depan. Dukungan pemerintah daerah untuk menyukseskan GLS sangat dibutuhkan, termasuk penyediaan buku bacaan yang bermutu. Pemerintah melalui Permendikbud No 8 Tahun 2017 mewajibkan 20% untuk pembelian buku. Langkah ini perlu diapresiasi bersama, karena kebijakan tersebut berguna untuk mendongkrak budaya membaca di sekolah. Langkah tersebut dak berhen pada alokasi penganggaran saja, tetapi juga butuh monitoring dan evaluasi karena persoalan terbesar selama ini adalah penggunaan BOS dak sesuai peruntukannya. Nah, di sinilah dibutuhkan komitmen pemerintah yang sepenuh ha, yakni tetap memberi ruang publik yang aman bagi masyarakat agar dapat digunakan untuk membaca dan menulis. Jika pemerintah telah serius, kini saatnya semua eksponen masyarakat ikut mengontrol komitmen pemerintah tersebut. (Gusbud/Asus/Yul) Buku pegangan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dapat diunduh di: APA GERAKAN LITERASI SEKOLAH? Sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik. Seperti apakah sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang literat? Sekolah yang menyenangkan dan ramah anak di mana semua warganya menunjukkan empati, kepedulian, semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan, cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada lingkungan sosialnya. Apa Pelibatan publik? Peran serta warga sekolah (guru, kepala sekolah, peserta didik, orang tua, tenaga pendidikan, pengawas sekolah, dan Komite Sekolah) akademisi, dunia usaha dan industri dan pemangku kepentingan di bawah koordinasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 12

13 Bisnis Buku, BOS, dan Nawacita Pengawasan yang lemah, ditambah mentalitas korup yang mengakar, menjadi salah satu kendala bagi perbaikan kualitas pendidikan di negeri ini. Bisnis buku sangat menguntungkan. Sebuah buku dapat dijual lima kali lipat dari harga pokok produksi. Misal sebuah buku harga pokok produksinya Rp10.000,00 dapat dijual seharga Rp50.000,00 Jadi, Penerbit yang menjual buku mendapatkan untung Rp40.000,00. Jika penerbit dapat menjual 1000 eksemplar buku, maka keuntungannya mencapai Rp ,00. Sebuah keuntungan yang sangat menggiurkan. Salah satu cara agar penjualan berjalan cepat, biasanya penerbit bekerjasama dengan pihak-pihak terkait seper toko atau instansi tertentu yang dapat menjualkan buku. Instansi yang paling prospek dalam bisnis ini adalah sekolah. Biasanya penerbit memberikan rabat 20-40% pada sekolah jika dapat menjualkan buku. Bisa dibayangkan berapa keuntungan sekolah (atau oknum tertentu di sekolah) jika dapat menjual sejumlah buku? Sebagai contoh jika rabat yang diberikan 40% dari harga buku Rp50.000,00 maka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp20.000,00 per buku. Jika jumlah siswa 500 orang, maka sekolah (atau oknum di sekolah) akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp ,00. Ini keuntungan dari penjualan satu buku mata pelajaran tertentu. Jika satu semester ada delapan mata pelajaran maka sekolah bisa mendapatkan keuntungan sebesar Rp ,00. Sebuah bisnis yang sangat prospek. Melihat keuntungan dari bisnis buku yang sangat besar, maka penerbit biasaya mencoba mengikat sekolah dengan berbagai pu muslihat, salah satunya dengan membuat kontrak kerjasama dengan sekolah-sekolah selama 4-5 tahun dengan kompensasi bantuan mobil. Dengan keuntungan Rp ,00 per semester, penerbit berani memberikan dua buah mobil kepada sekolah, dengan catatan se ap semester ikut menjualkan buku dari penerbit tersebut. Jika dinominalkan, selama lima tahun, sekolah tersebut telah menghasilkan uang sebesar Rp ,00. Nominal sebesar itu diwujudkan dalam bentuk mobil di awal kontrak. Proses inilah akhirnya yang menjebak sekolah. Sekolah yang mes nya dak terlibat dalam proses bisnis, akhirnya selama kurun waktu tertentu menjadi corong bisnis sebuah perusahaan penerbit tertentu. Itulah sebabnya mengapa sekolah memungut biaya buku sangat nggi. Hal ini juga yang menyebabkan sekolah dak dapat menerapkan Permendikbud No 8 Tahun 2016 Tentang Buku yang Digunakan oleh Satuan Pendidikan. Lalu siapa yang dirugikan? Siapa lagi kalau bukan orang tua murid. Se ap tahun orang tua murid dibebani biaya buku yang harganya sangat mahal. Dalam banyak kasus dak sedikit orang tua yang dak mampu membayarnya dan berimplikasi pada Bulying siswa bahkan sampai pada penahanan ijazah. Ini baru kasus buku, tentu masih banyak problem pungli pendidikan lainnya yang sampai hari ini masih dirasakan oleh orang tua murid. Bagi orang tua yang mampu membeli buku dengan harga berapapun mungkin dak menjadi masalah, tapi bagaimana dengan yang miskin? Tahun 2009, pemerintah mulai mengeluarkan kebijakan baru bagi pembiyaan pendidikan di sekolah berupa paket kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Kebijakan BOS tersebut merupakan bagian dari komitmen 13

14 Di sekolah Fee, Rp Bilang ke orang tua, daripada report nyari di luar, dan harganya lebih mahal mending nitip ke bapak aja. nanti bapak bantu... Di rumah Mak, ini tagihan buku semester ini...! Tugas! Belilah Buku, penerbitnya xxxxxx Tagihan Buku Buku Harga Hidup rukun Bermain di Lingkunganku Tugasku Aku dan Sekolahku Pintar Bahasa Indonesia Aku Cinta Matematika Sehat Jasmani Alam Semesta Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Total pemerintah dalam mendukung kebijakan 20% APBN dialokasikan ke sektor pendidikan. Dari segi komitmen, kebijakan BOS ini sangat baik dan bermanfaat karena dapat membantu pembiyaan operasional sekolah, seper rehap gedung, belanja buku, dan gaji guru. Namun, data di lapangan menunjukan bahwa, terjadi penyimpangan dana BOS besar-besaran yang dilakukan oleh oknum Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah dan Guru. Dana BOS banyak yang dak dipergunakan sebagaiman mes nya. Termasuk dalam membeli buku, mafia buku bekerja sama dengan pihak lain dengan harapan mendapat keuntungan yang sebesarnya-besarnya. Buku yang dibelanjakan kadang dak sesuai dengan standar pemerintah atau membeli buku murah tetapi diperjualkan kepada murid dengan harga yang sangat mahal. Pengawasan yang lemah, ditambah mentalitas korup yang mengakar, menjadi salah satu kendala bagi perbaikan kualitas pendidikan di negeri ini. Mentalitas korup oknum pemerintahan dan guru banyak mengorbankan orang miskin. Padahal mereka berharap anaknya mampu mendapatkan pendidikan yang layak, sebagaimana amanat UUD 1945, pasal 31, yaitu semua warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan adil. Amanat Pasal 31 UUD 1945 inilah yang kemudian dijawab oleh pasangan Jokowi-JK ke ka terpilih mejadi Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 silam. Visi-Misi pasangan ini hadir dalam sembilan (9) agenda prioritas dengan jargon Nawacita. Dalam poin yang ke delapan Nawacita tersirat agenda revolusi dalam bidang pendidikan. Poin kedelapan Nawacita terlihat keinginan Jokowi-JK, untuk 14 merubah karakter bangsa lewat perubahan dunia pendidikan. Perubahan karakter itu harus dimulai dari pemerintah. Sistem korup yang tertanam kuat dalam tubuh birokrasi harus mulai dibenahi. Di masa pemerintahan Jokowi-JK, penggunaan dana BOS oleh sekolah mulai dikontrol secara ketat oleh pemerintah. Salah satunya lewat pengadaan Buku Teks Pelajaran (BTP) melalui e-catalog. Hal ini tentu saja dalam rangka mencegah terjadinya korupsi dalam pengadaan BTP. Dengan sistem ini semuanya bersifat terbuka, dak terjadi tawar-menawar harga, dak ada komitmen rabat, dan sangat efisien karena mampu memotong jalur distribusi buku yang sangat panjang. Dengan sistem tersebut sekolah hanya mengklik buku yang muncul di laman, lalu pesan, kemudian bayar jika buku sudah sampai di tempat. Sangat efek f dan efisien tentunya. Demikian pula dengan komitmen meningkatkan mutu pendidikan. Melalui Permendikbud No 8 Tahun 2017, tentang Petunjuk Teknis BOS, Pemerintah menaikan anggaran pengadaan buku menjadi 20 %. Pesannya jelas, pemerintah ingin agar kualitas pendidikan di Indonesia ke depannya semakin baik. Dengan ditambahnya alokasi untuk pengadaan buku, diharapkan dak ada lagi pungutan liar, dak ada lagi beban biaya buku, terutama bagi siswa miskin. Pada akhirnya dak ada lagi cerita putus sekolah karena semua masyarakat Indonesia mampu mengenyam pendidikan formal minimal sampai ngkat SMA. Inilah yang disebut negara hadir di tengah masarakat, inilah yang disebut revolusi karakter atau mental itu sebagaimana pesan tersirat dari Nawacita. (Gus Bud/HR)

15 Wawancara BOS Hadir untuk Menyelesaikan Kesenjangan Pendidikan Dr. Ari Sujito Pakar Sosiologi Universitas Gajah Mada Dalam dunia pendidikan formal, seper sekolah seringkali terdengar tesis yang linier antara hubungan mahalnya dana pendidikan dan kualitas pendidikan, 'semakin mahal sekolah,, maka semakin berkualitas sekolah tersebut'. Padahal pemerintah telah membuat program BOS untuk membiayai pendidikan. Namun, BOS sering dianggap belum bisa memenuhi kebutuhan operasional sekolah. Oleh karena itu, untuk menutup kekurangan biaya operasional, sekolah membebankan biaya pendidikan kepada orang tua murid. Sebagai lembaga nonprofit, apakah dengan adanya BOS dan pungutan pada orang tua murid, sekolah terhindar dari ndak korupsi.? Untuk melihat hal itu, maka wartawan Pendidikan untuk Indonesia (PUNDI) melakukan wawancara dengan Arie Sudjito, Penasehat Sanggar Maos Jogja untuk melihat pola dan model korupsi yang dapat terjadi dalam dunia pendidikan. Menurut Pak Arie, Apakah BOS telah sesuai dengan tujuannya, yaitu membebaskan pungutan peserta didik yang dak mampu sesuai dalam Permendikbud No. 44 Tahun 2012? 15

16 Wawancara Kembali lagi ke dalam UUD 1945 Pasal 31, hak se ap warga negara untuk mendapatkan pendidikan, jadi se ap warga wajib menuntut haknya dan negara harus hadir betanggung jawab sesuai isi pasal 31 tadi. Perlu diingat persoalan utama adalah kembalikan ideologi pendidikan pada ideologi kerakyatan. Dalam konsep welfare state (negara kesejahteraan) yang kapitalis k terjadi kesenjangan anatra kalangan kaya dengan kalangan miskin. BOS mengarahnya pada menggempur kesenjangan tersebut bagaimana pendidikan dinikma kaum terpinggirkan. Menurut Pak Arie bagaimana cara supaya pengelolaan dana BOS benar-benar efek f? Yang saya liat pengelolaan dana BOS terlihat kaku karena mengedepankan hal administra f dak melihat bagimana tujuan pendidikan itu yang sebenarnya, yaitu ''mencerdaskan kehidupan bangsa''. Seper yang saya katakan di atas, bahwa pendidikan berawal dari ideologi pendidikan. Arahkan pada ideologi kerakyatan. Mulai dari perencanaan, distribusi, sampai pengawasan dipas kan sebesarbesarnya untuk kepen ngan rakyat. Dalam Permendikbud No 8 tahun 2017, jika ada oknum yang melakukan pelanggaran dalam pengelolaan dana BOS diberikan sanksi penghen an BOS dan pelakunya hanya dipindah tugaskan. Apakah itu sudah memenuhi unsur keadilan? Jika berkaitan dengan oknum harusnya sudah menyentuh ndak pidana, dalam beberapa kasus memang sanksinya seper yang disebut tadi. Harus dibedakan antara sekolah dan oknum. BOS itu hak peserta didik. Jangan gara-gara oknum hak anak hilang. Oleh karena itu pemerintah harus lebih tegas lagi menyikapi oknum-oknum seper itu. Jika sanksinya hanya seper itu dak mungkin menimbulkan efek jera bagi pelaku penyimpangan dalam pengelolaan dana BOS. Agar BOS benar dirasakan oleh siswa dan orang tua murid, pengalokasian dana BOS sebesar 20% untuk pembelian buku merupakan terobosan yang menguntungkan rakyat, yang sebelumnya hanya 5%. Tanggapan Pak Arie mengenai kebijakan ini? Tidak pen ng berbicara mengenai angka-angka dalam persentase tersebut, yang terpen ng adalah pemerataan jangkauan pengalokasian, dana BOS tersebut harus terasa di semua lapisan. Kondisi ap sekolah ap daerah juga berbeda-beda, ada yang keuangan stabil bahkan fasilitasnya lebih, ada juga yang serba kekurangan. Jadi pas kan prinsip pemerataan dan keadilan menjangkau di seluruh daerah Indonesia. Harusnya BOS dapat menuntaskan kesenjangan dalam pendidikan. Bagaimana tatakelola BOS yang baik dan efisien sehingga benar-benar dapat dirasakan oleh rakyat? Salah satunya adalah Transparansi baik dinas, sekolah, komite, serta pemerataan pengelolaan dana BOS ke ap daerah di Indonesia, dak terpusat di kotabesar. Berikutnya dengan pengawasan mulai dari perencanaan, pendistribusian dan penggunaannya oleh kelompok kri s seper LSM, Media masa dan kampus. Dana BOS itu dari rakyat maka harus transparan di display di ruang terbuka sehingga bisa dibaca se ap orang. Bebicara mengenai tata-kelola, mengawali pembenahan tata-kelola keuangan pendidikan dimulai darimana menurut Pak Arie? Idealnya yang harus direformasi adalah paradigma birokasi saat ini harus dirubah. Tidak terpaku kepada hal yang bersifat administra f. Administra f itu pen ng tapi jangan sampai melupakan tujuan pendidikan. 16

17 Wawancara _ atalo Kepsek Idealis Kepsek Abal-abal Hilangkan mental korup f dari hulu sampai ke hilir. Pejabat harus di reform, Kepala Dinas, Kepala Sekolah, dan guru harus di reform. Dengan melihat fakta dan realita di lapangan, banyak pemberitaan media mengenai penyimpangan BOS, seper apa pola korupsi dalam dunia pendidikan yang Pak Arie lihat? Bila melihat beberapa kasus terdapat banyak pola, misalnya mark up anggaran sekolah, pengadaan fasilitas sekolah, bahkan pengadaan buku yang dak sesuai dengan standar ketentuan yang telah ditetapkan. Bagaimana upaya stakeholder terkait dalam mewujudkan zero corrup on dalam dunia pendidikan? Controling- Monitoring secara berkala dan berkelanjutan dak hanya Dinas, LSM, Masyarakat, Wali Murid, Komite Sekolah, Kepala Sekolah bahkan elemen Gerakan Mahasiswa juga harus terlibat memantau jalannya kebijakan serta anggaran dalam dunia pendidikan. Kebijakan baru pemerintah mengenai pengadaan salah satu fasilitas pendidikan menerapkan model e- purchasing, yaitu tata cara pembelian melalui katalog elektronik, apakah hal ini efek f untuk menghindari penyimpangan (korupsi)? Dalam se ap hal potensi korupsi akan selalu ada, namun dengan adanya sistem tersebut dapat meminimalisir penyimpangan atau korupsi dalam dunia pendidikan karena di sistemnya otoma s terdata oleh pengelola web katalog pemesanan. Namun gerakan mengawasi se ap kebijakan itu harus. Jadi kita peka terhadap persoalan yang berpotensi pada korupsi. Melihat beberapa kasus yang ada dalam dunia pendidikan terutama korupsi, bagaimana dampak tersebut menurut Pak Arie? Dalam persaingan global, kita bukan lagi berbicara persaingan suku, ras, agama, persaingan iden tas dan sebagainya. Yang menjaga marwah Indonesia adalah dunia pendidikannya, baik manajemen pendidikan bahkan strategi pendidikan. Banyak sekali orang Indonesia yang cerdas dan berkaliber dunia nggal dukungan pemerintah terus memperha kan pendidikan dengan lebih serius. Menyiapkan SDM unggul Indonesia lewat pendidikan, jika pendidikannya korup menggangu sekali pada penyiapan SDM tersebut. Maka Indonesia makin ke nggalan dalam percaturan dunia. 17

18 Artikel MODUS KORUPSI DALAM PENDIDIKAN Ari Susanto, S.E.I Kepala Penelitian dan Pengembangan Pendidikan untuk Indonesia (PUNDI) Ada anggapan bahwa biaya pendidikan berbanding lurus dengan kualitas mutu pendidikan. Semakin nggi biaya pendidikan, maka semakin berkualitas mutu pendidikan. Konsekuensi logis dari asumsi tersebut adalah sekolah boleh mematok biaya pendidikan se nggi- ngginya asal untuk menunjang kualitas pendidikan. Selanjutnya, orang tua harus membayar biaya pendidikan yang nggi jika ingin anaknya mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Kesimpulannya, hanya orang yang berduit yang dapat menikma pendidikan yang berkualitas. Inilah asumsi yang berkembang di sebagian benak masyarakat. Sebenarnya kualitas pendidikan dak berbanding lurus dengan biaya pendidikan. Hal yang berbanding lurus dengan biaya pendidikan adalah fasilitas pendidikan. Masyarakat salah memahami terminologi ini. Sekolah dengan fasilitas yang baik menuntut biaya yang nggi, ini pas. Namun, sekolah dengan fasilitas yang baik belum menjamin kualitas pendidikan menjadi baik. Sebab, pendidikan berkorelasi dengan norma, nilai, dan lingkungan, bukan fasilitas. The Educa on Sector Analitycal and Capacity Development Partnership (ACDP-2016), Bidang Pengembangan Strategis Pendidikan Dasar Bebas Pengutan, pernah melakukan survei terkait kontribusi orang tua dalam Pendidikan Dasar (Mei 2013). Hasil survei tersebut anatara lain: Pertama, bahwa kontribusi orangtua sangat signifikan terhadap biaya pendidikan siswa. Ar nya penopang utama biaya pendidikan sebuah sekolah adalah orang tua siswa. Kedua, adanya peningkatan besaran biaya pendidikannya di se ap tahun ajaran baru. Dengan demikian se ap ajaran baru, orang tua mengalami tekanan ekonomi, khususnya untuk membiayai sekolah anaknya. Hasil survei di atas hingga saat ini masih relevan. Sebab kenaikan biaya pendidikan masih terjadi. Catatan pen ng lain hasil survei yang dilakukan ACDP-2016 adalah ternyata sekolah mengabaikan aspek transparansi anggaran. Sekolah dak pernah membuat laporan secara terbuka kepada masyarakat (orang tua siswa) mengenai biaya pendidikan. Sekolah dak berani mengungkapkan pendapatan sekolah dari mana saja dan besarannya berapa serta pengeluarannya untuk apa saja dan jumlahnya berapa. Kondisi seper ini merupakan modus korupsi. Dalam Permendikbud No 44 tahun 2012 Tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar, pasal 11 menjelaskan bahwa sekolah dilarang menarik pungutan dari orang tua siswa dak mampu secara ekonomis. Pasal 5, ayat c menjelaskan sekolah negeri dak boleh melakukan pungutan, namun di perbolehkan untuk menarik sumbangan. Pasal 6, ayat b memaparkan bahwa sekolah swasta boleh menerima pungutan dan sumbangan dari berbagai pihak. Celah inilah yang digunakan sekolah untuk mengeruk dana dari orang tua di se ap ajaran baru. Dari sinilah pungutan liar terjadi di dunia pendidikan. Sekolah dapat berkilah jika menerapkan pungutan atas nama sumbangan sukarela, meskipun faktanya jika orang tua siswa dak ikut serta mendapat tekanan dari pihak sekolah. Mirisnya, tekanan itu terkadang dak ditujukan kepada orang tua siswa, melainkan pada anak yang dak tau menahu persoalan. Pengalaman lapangan advokasi Pendidikan Untuk Indonesia (PUNDI) bekerjasama dengan Satuan Orang Tua Murid Peduli Pendidikan (Sarang Lidi) dan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Yogyakarta atas SD Model di Sleman merupakan salah contoh dari sekian kasus di berbagai daerah di Indonesia. Di Sekolah tersebut, Komite Sekolah bersekongkol dengan pihak Sekolah (dalam hal ini Kepala Sekolah) untuk menyepaka sumbangan 'sukarela', meskipun ujung-ujungnya memuat unsur paksaan, untuk membiayai beberapa program sekolah. Padahal programprogram sekolah tersebut sudah tercakup dan teranggarkan dalam Bantuan Oprasinal Sekolah (BOS), seper biaya cetak lembar ujian, biaya penda aran, biaya buku, listrik, serta pengembangan guru dan siswa. Modus korupsi yang terjadi di SD Model Sleman ini terbilang sangat sistema s. Karena ada konspirasi antara Komite Sekolah, yang mes nya berperan mengontrol kebijakan sekolah, dengan pihak sekolah. Maka dak jarang pada saat pemilihan ketua Komite Sekolah, pihak sekolah melakukan proses poli k, lobi sana-sini, agar ketua yang terpilih se daknya minimal acuh, syukur dak kri s terhadap kebijakan anggaran sekolah. Terjadinya korupsi di dunia pendidikan diperjelas dengan data dari Indonesia Corrup on Watch (ICW) yang melakukan peneli an sejak tahun 2003 hingga ICW mencoba melakukan pengamatan bagaimana proses dan pola korupsi terjadi dalam dunia pendidikan. Berdasarkan pengamatan ICW, diketahui bahwa selama , penegak hukum berhasil menindak kasus korupsi pendidikan sebanyak 296 kasus dengan indikasi kerugian negara sebesar 619,0 miliar rupiah. Modus korupsi dalam dunia pendidikan ditemukan pada pos-pos anggaran BOS, dan Dana Alokasi 18

19 Artikel Ayahku bukan koruptor, Hebat! Khusus (DAK), dengan berbagai pola seper penggelapan, proyek fik f, pungutan liar, laporan fik f, pengadaan barang dak sesuai spesifikasi, dan pemotongan anggaran. Dari data ini lengkaplah derita dunia pendidikan di tanah air ini. Modus korupsi terjadi dari hulu (pemegang kebijakan) hingga hilir (pelaku pendidikan di lapangan). Pendidikan yang mes nya menjadi benteng moral bangsa menjadi ajang pesta pora modus korupsi. Apakah masih ada harapan? Mengupayakan Zero Corrup on Untuk menyelesaikan kasus di atas se daknya ada ga langkah yang perlu diambil, yakni: Pertama, memperkuat peraturan. Pengabaian sekolah akan prinsip transparansi dan akuntabilitas publik dalam pengelolaan dana pendidikan, disebabkan karena adanya cela peraturan yang dibuat pemerintah. Sebagai contoh dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia No 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan yang terdiri dari 88 pasal dak satupun pasal yang menerangkan sangsi atau punishment terhadap pelanggaran pengelolaan dana pendidikan. Contoh lainnya misalnya Permendikbud No 75 Tahun 2016 tentang Komite Sekolah dan Permendikbud No. 44 Tahun 2012 tentang Pungutan dan Sumbangan Biaya Pendidikan pada Satuan Pendidikan Dasar, masih memuat dua hal yang saling bertentangan. Permendikbud No 75 Tahun 2016 pasal 12, ayat b melarang komite sekolah melakukan pungutan kepada siswa atau orang tua murid, sementara Permendikbud No 44 Tahun 2012 membolehkan sekolah negeri menarik sumbangan dan untuk sekolah swasta boleh menarik pungutan dan sumbangan. Penerapan penarikan sumbangan di sekolah yang seharusnya dengan prinsip suka rela, dak terikat waktu dan dak memaksa, namun pada prakteknya menjadi pungutan yang telah ditetapkan, ditentukan batas waktu dan wajib membayarnya. Jika memang kontribusi pendanaan dari orang tua dianggap masih dibutuhkan, pemerintah harus tegas memberikan aturan secara kongkrit. Misalnya, kontribusi dari orang tua diperbolehkan asal dak lebih 25 % dari total kekurangan anggaran sekolah. Kedua, memberlakukan sistem yang menutup akses korupsi. Langkah selanjutnya adalah peran pemerintah dalam menutup cela korupsi menggunakan sistem. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk memberantas para mafia Buku Teks Pelajaran melalui sistem daring ( e-katalog). Sistem tersebut memangkas jalur distribusi buku yang cukup panjang sehingga harga buku sangat murah. Sekolah langsung bertransaksi ke sistem untuk membeli buku, dan itupun dilakukan secara daring, sehingga dak ada transaksi tawar-menawar yang dak memungkinkan mark up anggaran dan pemberian rabat. Kita patut bersyukur, melalui Lembaga Kebijakan Pembelian Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) telah menutup cela korupsi terkait hal perbukuan di dalam dunia pendidikan. Ke ga, peran masyarakat. Selanjutnya adalah peran masyarakat dalam mengawal pengelolaan pendanaan sekolah. Masyarakat harus ak f dan berani melakukan gerakan an korupsi dengan menagih laporan keuangan sekolah secara berkala. Ke ka ada kejanggalan dalam pengelolaan dana pendidikan masyarakat bisa segera melaporkan kepada pihak yang berwajib seper polisi dan juga ombudsmen RI. Ditengah mencuatnya pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi yang nampak melalui revisi UU KPK, gerakan an korupsi harus tumbuh dari masyarakat dalam bentuk pengawasan. Tidak perlu mengawasi hal-hal besar, namun dimulai dari hal kecil, seper di sekolah. Jadi kepedulian masyarakat sangat dibutuhkan untuk mewujudkan kultur jujur dan hal tersebut merupakan investasi besar untuk masa depan pendidikan Indonesia. Inilah upaya terbaik mewujudkan zero corrup on di dunia pendidikan. Pendidikan harus menjadi tempat bembentukan moral bangsa, pendidikan dak saja melahirkan orang cerdas namun juga bermoral. Orang tua dan masyarakat harus berani dan peduli, sebab diam menjadi cendawan korupsi di zaman transisi seper saat ini. 19

20 Opini BOS, Literasi, dan Peradaban Oleh Benni Setiawan Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bukan sekadar uang glondongan. Ar nya, BOS perlu dimanfaatkan dengan baik guna mendukung sistem pendidikan. Salah satunya adalah untuk membangun dan mengembangkan literasi. Literasi adalah gerakan mampu membaca dan menulis. Literasi merupakan ruh pendidikan. Tanpa ruh, maka se ap makhluk hidup akan disebut ma. Demikian pula dengan sistem pendidikan, tanpa spirit literasi maka ia akan ma. Ironisnya, literasi di Indonesia masih sangat minim untuk dak menyebut rendah. Survei Unesco misalnya menempatkan Indonesia pada posisi ke-61 dari 62 negara yang disurvei terkait dengan literasi. Iqra' Posisi itu sungguh menyayat ha. Pasalnya, Indonesia dengan negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia menunjukkan sikap yang jauh dari prinsip dasar Islam, yaitu iqra (membaca). Iqra' merupakan ayat dan kata pertama yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Iqra' dengan demikian mempunyai peran pen ng dalam peri kehidupan masyarakat. Pasalnya, Allah pas telah memilih dan memilah kata yang tepat sehingga manusia mampu memahami diri dan lingkungannya. Iqra' bukanlah perkara yang mudah. Dalam sejarah Rasul Muhammad., s.a.w, sebagai Nabi penerima wahyu al-qur'an, misalnya, tergambar 20 Literasi merupakan ruh pendidikan. Tanpa ruh maka setiap makhluk hidup akan disebut mati. kondisi yang berat. Rasulullah gemetar saat Jibril menyampaikan wahyu itu. Rasul pun sempat tak sadarkan diri saat menerima perintah iqra' yang kedua. Kondisi itu perlu dipahami dalam makna kekinian. Dimana membaca memang pekerjaan yang dak mudah. Membaca merupakan perintah yang memang berat untuk dilakukan secara konsisten ( is qamah). Tidak banyak seseorang yang mampu bertahan secara lama dalam gerakan gemar membaca. Saat telah membaca mereka seringkali ter mpa kebosanan dan mengalihkan pada pekerjaan lain. Demikian juga saat seseorang telah terbiasa membaca, namun mereka seringkali berhen pada ak fitas itu. Padahal selayaknya seorang yang telah terbiasa dan terla h membaca meningkatkan pada fase berikutnya, yaitu menulis. Persoalan di atas telah jamak diketahui. Masyarakat Indonesia bahkan lebih banyak menghabiskan uang untuk membeli rokok daripada membeli buku. Masyarakat Indonesia lebih suka menghabiskan waktu untuk ngobrol tanpa ar daripada tekun membaca. Masyarakat Indonesia juga lebih suka menonton daripada berkhidmat dalam waktu yang lama dengan guyuran kata. Kehadiran dana BOS yang mengamanatkan untuk literasi merupakan angin segar. Ar nya, pemerintah sudah mulai memikirkan dana BOS dak sekadar untuk habis pakai. Selama ini BOS seringkali digunakan untuk pembiayaan habis pakai. Walaupun ini baik namun

21 Opini habis pakai yang dapat dimanfaatkan secara lama menjadi sebuah kebutuhan. Literasi merupakan investasi jangka panjang. Pasalnya, ia dilakukan kini, tetapi diunduh pada masa depan. Investasi literasi melalui pendanaan BOS merupakan langkah maju dan berani. Pasalnya, melalui literasi masyarakat akan mampu mencintai buku dan segala kegiatannya. Dana BOS untuk membeli buku misalnya, akan merangsang anak-anak gemar membaca. Membeli buku dengan dana BOS akan mampu menggan buku-buku yang sudah lusuh dan usang di rak perpustakaan sekolah. Telah kita ketahui, bahwa ruang perpustakaan sekolah terutama di ngkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama jauh dari kata layak. Perpus sekolah lebih banyak ditempatkan di posisi yang kurang merangsang minat baca. Itulah yang mungkin menjadi salah satu alasan mengapa anak usia sekolah dak atau kurang suka dengan buku dan dunia literasi. Melalui dana BOS diharapkan perpus sekolah kini dibangun dengan lebih bagus dan memadai. Koleksi bukunya pun dak hanya buku paket dari kementerian. Namun, juga buku-buku bacaan yang menarik dan menambah wawasan. Merangsang Minat Selama ini peserta didik datang ke perpus hanya sekadar meminjam buku paket. Itupun sudah lusuh dan ketersediaanya terbatas. Saat dana BOS sudah dialokasikan untuk kepen ngan literasi, maka, ada harapan anak didik menjadi semakin cinta dan rajin datang ke perpustakaan. Mereka datang dak hanya sekadar memanfaatkan buku, namun, sebagai ruang belajar bersama. Di perpustakaan mereka dapat membagi informasi tentang buku baru dan atau pengalaman terkait membaca. Peserta didik pun akan semakin ak f mengembangkan potensi diri dengan semakin lekatnya mereka dengan membaca. Saat semakin banyak peserta didik suka membaca, maka langkah selanjutnya adalah guru perlu membimbing anak-anak untuk melukiskan dan menggambarkan hasil bacaannya dengan menulis. Guru dapat merangsang dengan memberikan tugastugas sederhana dan ringan. Misalnya, dengan menuliskan kegiatan harian yang mereka lakukan se ap hari. Seorang guru pun dapat meminta peserta didik untuk menggambarkan apa yang mereka lihat dan dengar dalam ak fitas sehari-hari. Dana BOS untuk literasi akan menggairahkan kebangsaan. Pasalnya, bangsa Indonesia akan dipenuhi oleh manusia beradab. Manusia yang tahu makna diri dan lingkungan serta mampu mengaktulisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Manusia literasi akan banyak menghabiskan waktu dengan hal-hal posi f. Saat seseorang telah banyak menghabiskan waktu dengan hal posi f, maka kebangsaan akan dipenuhi oleh tanda kemanusiaan yang beradab. Manusia yang senan asa ingin bersikap dan ber ndak baik untuk sesama hidup. Pada akhirnya, kehadiran dana BOS untuk literasi menjadi langkah maju pemerintah dalam mendorong masyarakat dalam kegiatan posi f. Semoga dengan program ini lima tahun ke depan bangsa Indonesia sudah sejajar dengan bangsa maju dalam literasi seper Jerman dan Jepang. Selamat datang era baru BOS untuk literasi. Jika ingin menghancurkan sebuah bangsa dan peradaban, hancurkan buku-bukunya; maka pastilah bangsa itu akan musnah. 21

22 Suara Mahasiswa Pendidikan Tak Sekadar Transfer Pengetahuan Nuzulul Purwandana (Ketua Umum IMM Djasman Al-Kindi Kota Yogyakarta) Pendidikan dak sekadar sebagai tempat untuk melakukan transfer ilmu pengetahuan. Sekolah harus menjadi tempat untuk membangun karakteris k siswa. Dengan membangun karakter, maka secara mental dia memiliki kekuatan dan kemandirian. Masyarakat modern semakin sadar akan pen ngnya pendidikan. Bahkan pendidikan telah menjadi 'candu' bagi masyarakat. Mereka memiliki harapan dengan menyekolahkan anaknya akan membawa pada kesuksesan. Oleh karenanya, dengan berbagai upaya orang tua mengusahakan agar anaknya dapat mengiku pendidikan formal. Namun, nampaknya harapan itu kosong, ke ka realitas para sarjana menyumbang terbesar angka pengangguran. Sekian puluh tahun proses pendidikan formal di Indonesia terus berjalan. Agaknya ada suatu yang luput dari perha an kita akan pen ngnya sekolah sebagai tempat untuk membangun mentalitas. Kita melihat bahwa proses pendidikan kita selama ini hanya sebatas pada transfer ilmu pengetahuan. Sehingga yang terjadi, guru menjadi kebenaran tunggal dan siswa menjadi penganut se a. Kelemahannya adalah siswa dak berkembang dan cenderung terbonsai daya dan nalar krea fitasnya. Kini ada harapan besar setelah Mendikbud mengeluarkan kebijakan untuk memperkuat karakter siswa melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan mewajibkan siswa mengiku kegiatan ekstrakulikuler pramuka. Maka dengan demikian, sekolah dak hanya melakukan transfer pengetahuan namun menjadi wadah dalam membentuk karakter siswa. Dengan dua upaya di atas diharapkan tumbuh generasi manusia Indonesia yang kuat secara lahir dan ba n. Secara lahir memiliki fisik yang sehat dan secara ba n memiliki mentalitas yang kuat serta cerdas. Gerakan literasi sekolah harus diapresiasi dan dibumikan tanpa keterkecuali oleh sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Dengan meluangkan waktu 15 menit perhari sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar untuk membaca, dapat memacu wawasan yang luas sehingga mampu mendongkrak daya krea fitas dan inovasi siswa. Apa lagi, melalui dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sekolah diwajibkan mencadangkan anggaran untuk membeli buku sebesar 20 persen dari total BOS. Kegiatan ekstrakulikuler seper Pramuka juga dapat menjadi ajang dalam penguatan kepemimpinan serta pembentukan mentalitas siswa. Dalam kegiatan pramuka diajarkan bagaimana hidup berdampingan, saling gotong royong, kedisiplinan, kebersamaan, yang dengan demikian akan menciptakan kepekaan sosial satu dengan yang lain. Bahwa menurut peneli an ak vitas fisik yang baik akan membawa pdaa kecerdasan pula, karena sirkulasi aliran darah dan oksigen ke otak berjalan lancar. Maka menjadi tanggungjawab bersama, bagaimana mewujudkan sekolah yang tak sekadar transfer pengetahuan, tetapi sekaligus sebagai tempat untuk menguatkan karakter siswa. Dengan demikian, bangsa Indonesia akan memanen generasi berkualitas yang memiliki kekuatan mental dan kecerdasan, sebagaimana harapan generasi emas pada 2045 mendatang. 22

23 Resensi Oleh Iman Sumarlan Judul Buku: Pendidikan An Korupsi; Kajian Teori dan Praktek. Editor : Chatrina Darul Rosikah dan Dessy marliani Lis aningsih Penerbit : Sinar Grafika Cetakan : I. Jakarta Tebal : iv Halaman ISBN : Korupsi termasuk kejahatan luar biasa. Perlu ndakan luar biasa pula untuk memberantasnya. Korupsi dak bisa hilang jika disikapi secara reak f, namun harus preven f. Upaya preven f salah satunya adalah dengan pendidikan an korupsi kepada anak sejak dini. Anak-anak di sekolah harus ditanamkan kebencian terhadap prilaku korupsi, sebagaimana menanamkan kebencian terhadap prilaku menyontek. Bentukbentuk korupsi juga perlu dikenalkan sejak dini dengan bahasa yang tepat agar mereka kelak dak mengiku nya. Anak-anak harus ditanamkan rasa malu, jika orangtuanya menjadi pelaku korupsi. Rasa benci ini kelak akan membentuk mental an korupsi yang sangat baik. Anak-anak perlu diajari menulis surat kepada orangtuanya, jangan sampai dia dina ahi dengan uang haram hasil korupsi. Anak-anak perlu diajak sesekali melihat nasib koruptor yang meringkuk di penjara. Anak-anak perlu juga diajak membuat poster atau tulisan yang mengecam ndakan korupsi. Seper mengecam pungli, mengecam sogokmenyogok, dan sebagainya. Jika emosi an korupsi ini tertanam dalam jiwa, suatu saat nan hal tersebut akan menjadi iman perjuangan melawan korupsi. Sekolah juga harus memberikan contoh yang baik terkait pendidikan an korupsi. Sebagai contoh selalu memberikan laporan kepada siswa mengenai progress sekolah, alokasi anggaan BOS untuk apa saja, serta dana sumbangan dibelikan apa saja. Meskipun siswa dak memahami itu, namun se daknya mereka melihat ritual posi f yang akan di ru di kemudian hari. Sekolah juga perlu membuat sepanduk yang dapat mengasah nalar anak agar sigap terhadap ndakan korupsi. Seper sepanduk yang bertuliskan Sekolah ini dak menerima suap dalam bentuk apapun. Bisa juga dengan tulisan, Sekolah ini menjunjung nggi kejujuran. Di kelas-kelas juga perlu dipasang tulisan-tulisan yang menumbuhkan semangat an korupsi, seper : Mencontek sama dengan kekalahan, Jujur adalah kemenangan. Bahasa-bahasa afirmasi seper ini akan menjadi kekuatan untuk membentuk karakter siswa. Anak juga perlu ditanamkan sikap berani. Berani menaseha orang lain. Diam melihat temannya melakukan kesalahan sama saja membiarkan temannya menderita. Katakan pada siswa, apakah kalian ingin temanmu menderita? Jika siswa serempak teriak dak, maka katakan tolong naseha temanmu jika mereka berbuat buruk. Menaseha teman sama dengan menolong teman. Menolong teman sama dengan menolong diri sendiri dari penderitaan. Perilaku seper ini akan membentuk solidaritas anak, sehingga anak kelak dak akan diam melihat ndak keburukan atau korupsi. Anak-anak seper ini kelak ke ka dewasa akan paham fungsinya. Ke ka dia melihat korupsi yang sesungguhnya, dia akan tau dimana tempat harus melapor. Melakukan hal sebagaimana yang digambarkan di atas, se daknya telah menyelamatkan satu generasi dari jeratan korupsi yang menggurita. Dimana penyebarannya terkadang dak dapat dirasakan. Buku ini dilatarbelakangi oleh kepriha nan dua penulis atas maraknya perilaku korupsi. Keduanya sebagai wartawan dan pemerha pendidikan menyajikan tulisan dengan bahasa ringan mudah difahami oleh masyarakat awam yang ingin menggali informasi terkait kejahatan korupsi dan secara ak f hendak mencegah korupsi. Urutan penulisan yang sistema s menambah kemudahan menalar penger an korupsi, jenis-jenis korupsi, dampak korupsi, pendidikan an korupsi dan contohcontoh kasus besar korupsi yang terjadi di Indonesia. Judul Pendidikan An Korupsi menjadi kabur karena dak sesuai dengan konten. Kajian dan informasi yang menyoro pendidikan an korupsi dibahas sangat sedikit hanya menjadi sub bab sehingga menjadi kelemahan buku ini. Contoh-contoh yang sangat aplika f dalam pendidikan untuk individu, keluarga, masyarakat dan lembaga swadaya masyarakat dak diulas dengan mendalam. Namun demikian buku ini menjadi pendorong agar siapapun peduli pada pemberantasan korupsi dan mengambil ndakan lebih kongkrit sesuai kapasitasnya masing-masing. 23

24 3. Kegiatan Pembelajaran & Ekstrakulikuler 1. Pengembangan Perpustakaan 4. Kegiatan Evaluasi Belajar 2. Penerimaan Peserta Didik Baru 8. Pengembangan Profesi Guru & Tenaga Pendidik 5. Pengelolaan Sekolah 6. Pemeliharaan & Perawatan Sarana Prasarana Sekolah 10. Pembelian/Perawatan Multimedia Pembelajaran 7. Langganan Daya & Jasa 9. Pembayaran Honor (Guru Honorer, Satpam, Petugas Kebersihan) BAB IX Pengawasan dan Sanksi Huruf B Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara, sekolah, dan/atau peserta didik akan diberikan oleh aparat/pejabat yang berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya seper berikut: 1. penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (pemberhen an, penurunan pangkat, dan/atau mutasi kerja); 2. penerapan tuntutan perbendaharaan dan gan rugi, yaitu BOS yang terbuk disalahgunakan agar dikembalikan kepada sekolah; 3. penerapan proses hukum, yaitu proses penyelidikan, penyidikan, dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbuk melakukan Skema BOS Menurut Permendikbud No. 8 Tahun 2017 BAB V Huruf B penyimpangan BOS; 4. apabila berdasarkan hasil monitoring atau audit sekolah terbuk melakukan penyimpangan atau dak menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan BOS (termasuk laporan online ke laman BOS di Tim BOS Kabupaten/Kota dapat meminta secara tertulis kepada bank (dengan tembusan ke sekolah) untuk menunda pengambilan BOS dari rekening sekolah; 5. pemblokiran dana dan penghen an sementara terhadap seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada provinsi/kabupaten/kota, apabila terbuk pelanggaran tersebut dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, dan/atau golongan; 6. sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 24

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti, pikiran, dan tubuh anak. Bagian-bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita. Ki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional karena merupakan salah satu penentu kemajuan bagi suatu negara (Sagala, 2006).

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG GERAKAN LITERASI KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat pencapaian pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu indikator untuk kemajuan pembangunan suatu bangsa. Bahkan pendidikan menjadi domain

Lebih terperinci

2017, No diatur secara komprehensif sehingga perlu pengaturan perbukuan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, h

2017, No diatur secara komprehensif sehingga perlu pengaturan perbukuan; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, h No.102, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Perbukuan. Sistem. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6053) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan.

I. PENDAHULUAN. aparatur pemerintah dan kalangan-kalangan yang memiliki akses kekuasaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterpurukan pemerintah semenjak jatuhnya rezim Orde Baru dibawah kepemimpinan Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 menjadi pemandangan yang wajar dilihat maupun didengar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa bidang pendidikan merupakan

Lebih terperinci

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945.

A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. 1 A. PENGANTAR Sekolah merupakan salah satu instansi tempat perwujudan cita-cita bangsa dalam rangka mencerdaskan anak bangsa sesuai amanat UUD 1945. Oleh karena itu dengan cara apapun dan jalan bagaimanapun

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Pendidikan juga penting bagi terciptanya kemajuan dan kemakmuran

Lebih terperinci

2/9/2014. BIAYA PENDIDIKAN (Kajian Permasalahan & Solusi) PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO

2/9/2014. BIAYA PENDIDIKAN (Kajian Permasalahan & Solusi) PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO LOGO Dasar Filosofis BIAYA PENDIDIKAN (Kajian Peran & Solusi) Oleh: Pipin Piniman Pasca Sarjana Universitas Galuh Untuk menghasilkan sumber daya manusia diharapkan, tidak mungkin terjadi secara alamiah arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia telah diatur di dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasca amandemen Pasal 31 ayat satu, dua, tiga dan empat. Ayat 1 berbunyi Setiap warga

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2012 (http://www.bps.go.id/) menunjukkan bahwa, masyarakat Indonesia, (18.57%) memilih mendengar radio,

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 37 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

2013, No

2013, No 2013, No.834 8 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA 1 STANDAR PEMBIAYAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SPMI - STMM SM 03 07 Revisi ke - Tanggal - Dikaji ulang oleh Pembantu Ketua I Dikendalikan oleh Pusat Penjaminan Mutu Disetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi, keduanya memiliki makna yang hampir mirip yakni pelimpahan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi, keduanya memiliki makna yang hampir mirip yakni pelimpahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah sudah berjalan sejak diterbitkannya UU No 22/1999 dan 25/1999, menandakan sistem pemerintahan sudah beralih dari sentralisasi menjadi desentralisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan bagi setiap orang, karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kehidupan setiap manusia. Dengan pendidikan

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DAN MEKANISME PENGGALIAN SUMBANGAN SUKARELA DARI MASYARAKAT KATEGORI MAMPU DALAM IKUT MEMBANTU PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMETAAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan individu. Melalui pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa sebagai amanat Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG DUKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR GRATIS DAN RINTISAN WAJIB BELAJAR 12 TAHUN KEPADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Vol. 1, No. 1, Oktober 2016 // Buletin Tiga Bulanan

Vol. 1, No. 1, Oktober 2016 // Buletin Tiga Bulanan Vol. 1, No. 1, Oktober 2016 // Buletin Tiga Bulanan Editorial Upaya memajukan pendidikan merupakan tanggung jawab se ap anak bangsa. Tak terkecuali lembaga PUNDI hadir dalam rangka mengambil peran terhadap

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DAK BIDANG PENDIDIKAN MENENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 I. KETENTUAN UMUM

Lebih terperinci

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA 1 STANDAR SUASANA AKADEMIK SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SPMI - STMM SM 03 10 Revisi ke - Tanggal - Dikaji ulang oleh Pembantu Ketua I Dikendalikan oleh Pusat Penjaminan Mutu

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013

PETUNJUK TEKNIS KEBIJAKAN DAK BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN DASAR TAHUN ANGGARAN 2013 PETUNJUK TEKNIS I. UMUM

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 33 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.469, 2015 KEMENDIKBUD. Dana Alokasi Khusus. Bidang Pendidikan. Penggunaan. Pencabutan PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM

PETUNJUK TEKNIS I. KETENTUAN UMUM SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS

Lebih terperinci

STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA

STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA 1 STANDAR KEMAHASISWAAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MULTI MEDIA SPMI - STMM SM 03 09 Revisi ke - Tanggal - Dikaji ulang oleh Pembantu Ketua I Dikendalikan oleh Pusat Penjaminan Mutu

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013

Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Petunjuk Pelaksanaan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Menengah Tahun 2013 Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2013 DAFTAR ISI 1 Pengertian, Kebijakan,

Lebih terperinci

MASYARAKAT DIMINTA LAPORKAN PUNGLI PENDIDIKAN

MASYARAKAT DIMINTA LAPORKAN PUNGLI PENDIDIKAN MASYARAKAT DIMINTA LAPORKAN PUNGLI PENDIDIKAN pontianak.tribunnews.com Maraknya pungutan liar terkait biaya pendidikan memang mengkhawatirkan. Karena itu, Ombudsman dan Indonesia Corruption Watch (ICW)

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS ~ 1 ~ SALINAN Menimbang BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENDIDIKAN GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I

BAB I PENDAHULUAN BAB I BAB I BAB I 1 A Latar Belakang Lahirnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) merupakan perwujudan dari tekad melakukan reformasi pendidikan untuk menjawab tuntutan

Lebih terperinci

KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN

KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN KOMPILASI POIN-POIN PENTING ATURAN TENTANG PEMBIAYAAN PENDIDIKAN Pengantar Pembiayaan adalah persoalan yang sangat dinamis. Di samping secara langsung bersentuhan dengan masyarakat, masalah ini juga terkait

Lebih terperinci

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian

Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun Bahan Kajian Pembiayaan Pendidikan Perspektif PP 48 Tahun 2008 dengan Perpres 87 Tahun 2016 Bahan Kajian 2 SUMBER BIAYA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PEND DASAR PEND MENENGAH PEND DASAR DAN MENENGAH Pemerintah/

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015 Topik #10 Wajib Belajar 12 Tahun Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Menjawab Daya Saing Nasional Latar Belakang Program Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban

BAB I PENDAHULUAN. pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kewajiban Negara memberikan pelayanan pendidikan dasar tertuang pada pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara berkewajiban untuk melindungi segenap

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa Edisi Desember Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa Edisi Desember 2016 PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah ke arah ini telah dilaksanakan dengan menambah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha pemerintah ke arah ini telah dilaksanakan dengan menambah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di era sekarang ini memperoleh prioritas dalam pengembangannya. Pendidikan yang maju perlu ditunjang sarana dan prasarana yang memadai. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkembangan jaman telah berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dimana perkembangan ini telah membawa perubahan dalam kehidupan manusia.

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 113 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENDANAAN PENDIDIKAN BAGI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA), MADRASAH ALIYAH (MA) DAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI/SWASTA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 36 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN TENTANG EVALUASI PELAKSANAAN BOS TINGKAT SDN DI KABUPATEN BANJAR KERJASAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN, PENELITIAN, DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BANJAR DENGAN LEMBAGA PENELITIAN

Lebih terperinci

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017 BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN PARTISIPATIF DI LINGKUP DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN MESUJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Kurikulum Kurikulum 2013

Kurikulum Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 kurikulum 2013 merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun.

Lebih terperinci

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH JAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemenuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan

BAB I PENDAHULUAN. pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Awal tahun 2014 lalu, masyarakat Indonesia dihebohkan dengan adanya pengesahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Lebih terperinci

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah

Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah KEMENTERIAN Program Pengembangan BOSDA Meningkatkan Keadilan dan Kinerja Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah Mei 2012 Dari BOS ke BOSDA: Dari Peningkatan Akses ke Alokasi yang Berkeadilan Program

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2010 TANGGAL 1 FEBRUARI 2010 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2010 I. KETENTUAN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU SALINAN GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan

BAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 ini, kemampuan literasi peserta didik di Indonesia berkaitan erat dengan keterampilan membaca yang berkelanjutan pada kemampuan memahami informasi

Lebih terperinci

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DASAR & FUNGSI Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DI KABUPATEN SUMENEP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : : BUPATI SUMENEP

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT NOMOR 02 TAHUN 2011 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DI KABUPATEN SERAM BAGIAN BARAT Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Menimbang PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN GRATIS DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat menambah potensi

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat menambah potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat menambah

Lebih terperinci

non pemerintah/ swasta yang dananya bersumber dari dana publik, baik APBN/ APBD, sumbangan masyarakat, maupun dari luar negeri.

non pemerintah/ swasta yang dananya bersumber dari dana publik, baik APBN/ APBD, sumbangan masyarakat, maupun dari luar negeri. 1 I. PENGANTAR Di era globalisasi saat ini kebutuhan dan keterbukaan akan informasi merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia dalam mengembangkan wawasan serta ilmu baik secara pribadi maupun golongan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN BANTUAN OPERASIONAL PERGURUAN TINGGI NEGERI KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI 2016 Petunjuk Teknis Pelaksanaan Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri

Lebih terperinci

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H

ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN Oleh. I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H ANALISIS UNDANG-UNDANG SISDIKNAS NOMOR 20 TAHUN 2003 Oleh I Kadek Arta Jaya, S.Ag.,M.Pd.H I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dan yang paling pokok dalam menentukan kemajuan dan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SD/SDLB)

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK SEKOLAH DASAR/SEKOLAH DASAR LUAR BIASA (SD/SDLB) SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2012 UNTUK

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU DAN PESERTA DIDIK PINDAHAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016

Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Kenaikan Biaya Pendidikan Universitas Indonesia Tahun 2016 Oleh Sandi Aria Mulyana / FISIP UI 2012 Pada masa pemilihan Calon Rektor Universitas Indonesia pada tahun 2014 lalu, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang merupakan faktor determinan pembangunan. Pendidikan adalah

Lebih terperinci

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN

Pengelolaan. Pembangunan Desa. Buku Bantu PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Buku Bantu Pengelolaan Pembangunan Desa PENGANGGARAN PELAKSANAAN PERENCANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PELAPORAN Berdasarkan Undang-Undang No 6 Tahun 2014 tentang Desa Buku Bantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mewujudkan masyarakat yang cerdas di era seperti

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah

1 BAB I PENDAHULUAN. memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu. Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Dasar 1945 yang telah mengalami amandemen sebanyak 4 kali, melalui pasal 31 ayat 1 menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan baik formal, non formal, maupun informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan baik formal, non formal, maupun informal memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lembaga Pendidikan baik formal, non formal, maupun informal memiliki peranan yang sangat penting yaitu sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan dan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan. yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) mulai tahun 2011 akan dilakukan perubahan dari dana APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun BPK merupakan suatu lembaga negara yang bebas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 adalah lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan adalah salah satu kunci dalam peningkatan taraf hidup sebuah masyarakat. Oleh karena itu, negara sebagai penjamin kehidupan masyarakat harus mampu menyelenggarakan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNIS PENULISAN NASKAH BACAAN SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH, TAHUN 2009 KATA PENGANTAR

PANDUAN TEKNIS PENULISAN NASKAH BACAAN SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH, TAHUN 2009 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR PANDUAN TEKNIS PENULISAN NASKAH BACAAN SEKOLAH DASAR KELAS RENDAH, TAHUN 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI

PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI KATA PENGANTAR PROGRAM BEASISWA BIDIK MISI BEASISWA PENDIDIKAN BAGI CALON MAHASISWA BERPRESTASI DARI KELUARGA KURANG MAMPU DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI DIREKTORAT

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk membina dan mengembangkan

Lebih terperinci

2018, No.4-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia

2018, No.4-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia No.4, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPK. Tugas Belajar. PERATURAN KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG TUGAS BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PIMPINAN

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN UNTUK RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK A. PENDAHULUAN Salah satu agenda pembangunan nasional yang tertuang dalam Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data

METODE PENELITIAN. (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode Data 50 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtun waktu (time series),berupa data tahunan dalam kurun waktu periode 2001-2012. Data

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran

DESKRIPSI PROGRAM BANTUAN PERALATAN E-PEMBELAJARAN. 2. NAMA PROGRAM : BANTUAN PERALATAN e-pembelajaran KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan kekuatan sehingga telah tersusun Petunjuk Teknis (Juknis) Bantuan Pemerintah untuk pembinaan SMK

Lebih terperinci

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai

Tahun), sampai saat ini pemerintah masih dihadapkan pada berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 6 mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH GRATIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, disahkan pada tanggal 15 Januari 2014 dan secara resmi mulai di implementasikan di tahun 2015. Undang-undang ini menghadirkan

Lebih terperinci