BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konvoi Suporter Bola Aremania yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konvoi Suporter Bola Aremania yang"

Transkripsi

1 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Konvoi Suporter Bola Aremania yang Berujung dengan Pengrusakan Kendaraan Pribadi di Kota Malang. Konvoi merupakan iring-iringan kendaraan seperti sepeda motor, mobil, kapal dan lain sebagainya yang dilakukan sekelompok orang dalam perjalanan bersama dan terkadang ada yang disertai dengan pengawalan bersenjata. Konvoi biasa dilakukan untuk memperingati suatu kemenangan, contohnya dalam hal konvoi karena memperingati kemenangan tim sepak bolanya. Konvoi suporter bola merupakan suatu kebiasaan yang sering dilakukan oleh para pecinta bola untuk mendukung dan menyemangati tim sepak bola kesayangan mereka. Konvoi yang identik dengan kemenangan ini seringkali dilakukan dengan bebas dan ramai, ada yang membawa bendera berukuran besar dengan tulisan slogan untuk tim sepakbola kesayangannya, beriring-iringan mengendarai angkutan umum maupun angkutan pribadi dengan memblokade jalan dan lain sebagainya. Tentu saja hal-hal tersebut harus dilakukan dengan atas izin pejabat setempat.sebenarnya konvoi merupakan hal wajar yang biasa dilakukan oleh suporter apapun tidak terkecuali hanya sepakbola saja namun seperti yang kita ketahui bahwasanya konvoi pun harus dilakukan sesuai dengan aturan hukum 48

2 yang ada dan tidak boleh melanggar norma-norma yang ada pada masyarakat. Aturan tentang konvoi memang belum diatur secara eksplisit didalam sebuah undang-undang namun banyak juga aturan-aturan terkait yang berhubungan dengan konvoi misalnya saja seperti yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, pengguna jalan yang memperoleh hak utama diprioritaskan. Telah dijelaskan dalam pasal tersebut bahwa pengguna jalan yang wajib diprioritaskan salah satunya adalahkonvoi dan/atau Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia. Yang dimaksud dengan "kepentingan tertentu" adalah kepentingan yang memerlukan penanganan segera, antara lain, Kendaraan untuk penanganan ancaman bom, Kendaraan pengangkut pasukan, Kendaraan untuk penanganan huru-hara, dan Kendaraan untuk penanganan bencana alam. Dan dalam Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan jalan pun telah dijelaskan bahwasanya pengguna jalan wajib berperilaku tertib dan/atau mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keama nan dan keselamatan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, atau yang dapat menimbul kan kerusakan Jalan. Sudah jelas apabila kita melihat dari penjelasan diatas maka Konvoi pun harus dilakukan sesuai dengan ketentuan diatas, tidak boleh mengganggu ketertiban umum dan meresahkan masyarakat sekitar. Namun pada kenyataanya konvoi sering dilakukan dengan tanpa memperhatikan peraturan-peraturan yang sudah ada, seringkali konvoi dilakukan dengan ugal-ugalan tanpa memperhatikan keamanan dan kenyamanan di 49

3 lingkungan sekitarnya.oleh karena itu banyak aksi konvoi yang berakhir dengan kerusuhan yang mengarah pada tindakan pengrusakan.tindakan pengrusakan yang terjadi dilakukan oleh para anggota konvoi itu sendiri merupakan tindak pidana. Konvoi yang berakhir pengrusakan sering kali juga menelan korban jiwa dan luka-luka baik dari pihak anggota konvoi sendiri maupun dari pihak lain. Dan apabila kita menengok kasus diatas sudah jelas bahwasanya konvoi yang berujung dengan pengrusakan tersebut telah menyalahi beberapa aturan contohnya saja pada pasal 406 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang mengatur tentang Tindak Pidana Pengrusakan telah merumuskan sebagai berikut: (1) Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusakkan, membikin tidak dapat dipakai atau menghilangkan suatu benda yang seluruhnya atau sebagian adalah milik orang lain diancam dengan pidana oenjara paling lama 2 tahun 8 bulan atau denda paling banyak Rp 4.500,00. (2) Dijatuhkan pidana yang sama terhadap orang yang dengan sengaja dan melawan hukum membunuh, merusakkan, membikin tidak dapat dipergunakan atau menghilangkan hewan yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain. Mengapa Konvoi yang berujung dengan Pengrusakan ini sangat marak terjadi padahal sudah banyak Pihak Kepolisian yang selalu mengawal jalannya Konvoi tersebut ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu sebenarnya apasaja faktor penyebab terjadinya konvoi oleh suporter bola Aremania yang berujung dengan Pengrusakan ini apakah disebabkan karena faktor lingkungan, pergaulan 50

4 yang berbeda-beda ataukah karena faktor kontrol sosial. Apabila dalam buku karangan Soerjono tentang Penanggulangan Kejahatan, Faktor-Faktor terjadinya Tindak Pidana ini bisa disebabkan oleh pengaruh lingkungan, pergaulan yang berbeda-beda dan multifaktor yang penjelasannya dapat kita lihat pada tinjauan pustaka. 29 Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, Pihak Kepolisian menerangkan bahwasanya faktor-faktor penyebab terjadinya Konvoi yang berujung Pengrusakan oleh Suporter Bola Aremania ini terjadi karena beberapa hal diantaranya adalah: 1. Pengaruh Alkohol. Jadi pada malam hari atau satu hari sebelum konvoi dilaksanakan, para suporter tersebut mengadakan sebuah pesta minum-minuman keras yang menyebabkan mereka pada pagi harinya masih terasa mendem atau mabuk. Biasanya hal tersebut dilakukan apabila konvoi pada keesokan harinya adalah konvoi untuk merayakan kemenangantim sepakbola Aremania. Selain itu, ada juga para suporter yang memang pada hari H konvoi mengkonsumsi alkohol sehingga pada hari tersebut ia merasa mabuk dan memiliki tingkat emosional yang tidak beraturan karena seperti yang kita ketahui sendiri bahwasanya Alkohol merupakan minuman yang dapat menyebabkan tingkat kesadaran seseorang menurun seperti narkoba. 29 Soejono Penanggulangan Kejahatan. Alumni. Bandung. Hlm

5 2. Fanatisme Suporter Selain karena faktor diatas, konvoi berujung Pengrusakan ini juga kebanyakan disebabkan oleh rasa kecintaan para Suporter Bola terhadap timnya yang terlalu berlebihan. Fanatisme yang berlebihan terhadap tim sepakbola inilah yang menimbulkan rasa kebencian terhadap pihak-pihak yang memang bisa dikatakan Anti dengan Tim sepak bola tersebut. Suporter bola tersebut akan melakukan hal yang Anarkis apabila mendengar kata-kata provokasi atau kata-kata yang menjatuhkan tim sepak bola kesayangannya tersebut. Sehingga ia akan langsung menyerang para pihak-pihak yang menjatuhkan tim sepakbolanya tersebut tidak memperdulikan kaidah hukum yang ada karena mereka beranggapan hal tersebut merupakan bukti solidaritas mereka terhadap tim sepakbolanya. 3. Adanya Provokasi dari Pihak-Pihak Tertentu Pada saat melakukan konvoi tentunya melibatkan banyak orang dan hal ini membuat situasi sangat sulit untuk dikontrol dan dikendalikan, selain itu banyaknya massa juga sangat rawan dengan provokasi baik provokasi dari dalam maupun provokasi dari luar. Provokasi dari dalam biasanya dilakukan oleh salah satu anggota suporter yang memiliki perilaku menyimpang dalam kesehariannya sehingga dimanapun orang tersebut berada maka akan ada kemungkinan untuk rusuh akibat perilaku yang dilakukannya. Lalu provokasi juga bisa ditimbulkan dari pihak luar yang memang menginginkan konvoi tersebut menjadi rusuh, contohnya seperti menjelek-jelekan tim sepakbola 52

6 yang pada saat itu sedang berkonvoi. Tentu saja pihak suporter yang mendengar akan tersulut emosinya dan susah mengendalikan perilaku sehingga timbulah tindak pidana pengrusakan. Bapak Roni selaku Anggota Unit Pidana Umum Polres Kota Malang menjelaskan bahwa para pelaku Pengrusakan tersebut kebanyakan dari kalangan anak dibawah umur atau pelajar. Mereka melakukan hal tersebut karena masih tidak tahu bagaimana cara bersikap dengan baik, kurangnya pengetahuan akan ketentuan-ketentuan saat berkonvoi seperti batasan waktu saat berkonvoi, rute jalan selama berkonvoi, menggunakan atribut berlalu lintas dan sebagainya. Seperti saat ulangtahun Arema kemarin, Arema tetap diwajibkan memakai heem, tidak urakan dan tidak anarkis. 30 Begitu penjelasan Bapak Rony Sa dillah selaku Anggota Unit Pidum Satreskrim Polres Malang Kota. Beliau mengatakan bahwa jarang sekali pelaku Pengrusakan tersebut dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua karena kebanyakan dari mereka sudah sangat sering dan lama mengikuti konvoi setiap acara ulangtahun atau kemenangan Arema sehingga merekapun sudah tahu bagaimana cara berkonvoi yang baik, berbeda dengan anak-anak yang masih dibawah umur. Sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Rico Hermawan dan Dicky Putra selaku Aremania Malang mengatakan bahwa faktor penyebab Aremania dapat melakukan tindak pidana pengrusakan kendaraan pribadi pada 30 Wawancara dengan Bapak Roni Sa dillah selaku Anggota Unit Pidana Umum Satreskrim Polres Malang Kota, 10 November

7 saat konvoi suporter bola adalah karena sebagai bentuk solidaritas yang tinggi kepada sesama suporter klub bola. Rasa solidaritas yang tinggi mereka kepada tim Aremania membuat mereka tidak mau melihat tim sepakbolanya dijatuhkan atau dicaci maki oleh orang lain sehingga apabila mereka mendengarkan kata-kata yang memprovokasi tim sepakbola mereka tak segan-segan akan melakukan tindakan kepada siapa saja yang telah menjatuhkan nama tim sepakbola kesayangan mereka. Dari fenomena yang penulis dapatkan selama melakukan wawancara dengan pihak kepolisian, maka penulis dapat menganalisa bahwa faktor penyebab terjadi pengrusakan oleh suporter Aremania tersebut dapat dimasukan kedalam Teori Multi Faktor menurut Soejono.Dimana Teori ini mengatakan bahwa penyebab terjadinya kejahatan tidak ditentukan oleh satu atau dua faktor sajatapi dapat lebih dari itu.seperti pada hasil penelitian diatas, faktor penyebab terjadinya Pengrusakan yang disebabkan oleh Konvoi Suporter Arema adalah karena pengaruh Alkohol, faktor sumber daya manusia antara pihak Kepolisian dan pihak Suporter Aremania yang tidak seimbang, selain itu juga faktor Fanatisme yang berlebihan dari pihak suporter Aremania yang kebanyakan berasal dari anak-anak dibawah umur yang masih belum mengetahui aturan cara berkonvoi yang baik dan benar, rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan hukum serta adanya provokasi. Faktor pengaruh alkohol dan fanatisme yang berlebihan menurut pendapat Soejono berdasarkan analisa penulis termasuk kedalam Teori Pergaulan yang Berbeda-beda. Dikarenakan pergaulan yang berbeda-beda 54

8 tersebut masyarakat khususnya masyarakat yang awam akan pengetahuan akan kesulitan untuk beradaptasi dan membedakan perbuatan yang baik dan yang buruk. Sehingga hal-hal tersebutlah yang merupakan faktor penyebab terjadinya kejahatan Pengrusakan Kendaraan Pribadi dalam Konvoi Suporter Bola Aremania di Kota Malang. B. Kendala yang Dialami oleh Kepolisian Pada Saat Menyelesaikan Kasus Pengrusakan Kendaraan Pribadi dalam Konvoi Suporter Bola Aremania di Kota Malang. Apabila para suporter bola Aremania melakukan konvoi, pihak Kepolisian selalu melakukan Pengawalan karena sesuai Prosedur yang ada untuk melakukan Konvoi para Pihak-Pihak yang terlibat harus melakukan ijin terlebih dahulu kepada Pihak Kepolisian atau Pejabat Setempat.Melalui sebuah proposal mereka mengajukan permohonan izin untuk berkonvoi, mereka mengajukan permohonan izin berkonvoi ke bagian Intel yang mengurus tentang Keramaian termasuk seperti demonstrasi dan sebagainya. Selanjutnya apabila Kepala Kepolisian menyetujui maka akan dikeluarkan Surat Izin Berkonvoi dari pihak Kepolisian yang mengartikan bahwa Polisi siap untuk melakukan Pengawalan pada konvoi tersebut. Ketentuan konvoi seperti apa yang akan dikawal ditentukan oleh tingkat intensitas massa nya, apabila masih masuk kedalam kategori konvoi kecil yang massa nya berjumlah kurang dari seribu orang maka akan dikawal oleh Polsek 55

9 sedangkan apabila konvoi tersebut termasuk kedalam konvoi besar yang massa nya melebihi 2000 orang maka akan dikawal oleh Polres Kota. Apabila misalkan saja massa konvoi melebihi 2000 orang massa maka perbandingan polisi yang akan dikeluarkan biasanya ya hampir setengah dari seluruh jumlah anggota Kepolisian. Anggap saja dipolres ini ada 1500 orang maka yang dikeluarkan ya 1000 orang. 31 Begitu tanggapan Bapak Arianto selaku Penyidik di Polres Kota Malang tersebut. jadi apabila massa nya lebih dari 5000 dan polisi hanya seribu tentunya pihak Kepolisian akan mengalami banyak kendala, tambahnya. Berdasarkan hasil penelitian, kendala yang sering dialami oleh Pihak Kepolisian dalam mengawal Konvoi Suporter Bola Aremania ini adalah: 1. Kurangnya Jumlah Sumber Daya Manusia Kurangnya Sumber Daya Manusia dari Pihak Kepolisian itu sendiri yang terkadang membuat jumlah masa dan jumlah Polisi yang melakukan Pengawalan terkesan tidak seimbang sehingga Polisi kewalahan melakukan pengawalan yang memang pada dasarnya tidak bisa mengawal orang satu persatu. Akibat dari faktor kurangnya SDM tersebut membuat polisi lengah dan tidak mengetahui apabila ada massa yang melakukan pengrusakan karena posisi polisi saat melakukan Pengawalan berpencar dan tidak mendampingi setiap 31 Wawancara dengan Bapak Arianto Selaku Anggota Penyidik di Polres Kota Malang, 10 November

10 massa satu persatu. Contohnya saja apabila massa yang konvoi ada 5000 orang namun polisi hanya berjumlah 1500 maka tentu saja setiap polisi tidak bisa mengawasi masa satu persatu dan hal tersebut merupakan kendala tersendiri bagi pihak kepolisian, kecuali apabila satu massa dikawal satu polisi maka tentu saja konvoi akan berjalan dengan tertib dan aman namun tentu saja hal tersebut sangat mustahil untuk dilakukan oleh Pihak Kepolisian mengingat jumlah anggota Kepolisian yang tidak sebanding dengan jumlah massa pada saat berkonvoi. 2. Kurangnya Kesadaran Diri akan Hukum Kurangnya kesadaran diri para suporter terhadap hukum yang berlaku membuat para suporter berlaku semena-mena pada saat berkonvoi. Mereka terlalu menganggap remeh akan hukum yang berlaku dan juga sanksi hukum yang berlaku. Seolah-olah hukum tidak memberikan efek jera terhadap para suporter tersebut sehingga mereka mengabaikan hukum yang ada disekitar mereka dan tidak berperilaku sesuai hukum atau norma yang berlaku. Pada saat para suporter mendapatkan surat ijin untuk berkonvoi tentunya mereka secara langsung telah membuat perjanjian yang mengikat kedua belah pihak yaitu para suporter dan pihak Kepolisian. Dalam perjanjian biasanya diatur mengenai: a. Rute mana saja yang akan mereka lewati 57

11 b. Batasan waktu selama berkonvoi, batasan waktu ini sangat relatif tergantung permintaan para pihak suporter namun pihak kepolisian juga bisa menolak permintaan tersebut apabila diperkirakan batasan waktu yang diminta terlalu berlebihan. Apabila permintaan mengenai batasan waktu tersebut ditolak, maka batasan waktu menggunakan ketentuan dari pihak kepolisian. c. Tidak diperbolehkan bersifat Anarkis d. Harus mematuhi rambu-rambu lalu lintas dan tetap menggunakan atribut dalam berkendara seperti memaiaki helm, kaca spion, lampu menyala untuk kendaraan bermotor dan sebagainya. Namun pada saat dilapangan, mereka mengabaikan perjanjian tersebutsehingga mereka berlaku semau mereka sendiri dan tidak mengindahkan peraturan serta perjanjian yang mereka buat dengan pihak Kepolisian. Pihak Kepolisian yang mempercayai para suporter tersebut tentunya juga merasa kecewa karena izin yang mereka berikan tidak dimanfaatkan dengan baik. Dan para pihak Kepolisian pun tidak bisa melakukan banyak hal karena mengingat jumlah massa yang melebihi jumlah aparatur kepolisian itu sendiri sehingga pihak kepolisian hanya bisa berlandaskan pada perjanjian yang dibuat 58

12 sebelumnya sehingga apabila terjadi pengrusakan maka pihak kepolisian bisa langsung memproses pelaku pengrusakan tersebut. 3. Kurangnya Pengetahuan tentang Berkonvoi Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara berkonvoi ini kebanyakan dimiliki oleh para suporter baru seperti anak-anak yang masih dibawah umur. Mereka baru pertama kali atau beberapa kali mengikuti konvoi dan faktor usia mereka pun masih berada dalam tahap yang mudah berubah-ubah mengikuti lingkungan sekitar. Sehingga apabila mereka mendengar kata-kata provokasi yang terkesan menjatuhkan tim dukungannya maka mereka akan langsung menyerbu pihak-pihak tersebut. Selain itu mereka juga belum pernah mengikuti sosialisasi tentang cara berkonvoi yang baik dan benar dikarenakan usia mereka memang masih pada masa-masa bersekolah sehingga menonton sepak bola merupakan kegiatan mereka disaat tidak ada sekolah atau tugas sekolah yang harus mereka kerjakan. Kendala yang dialami polisi ketika melakukan pengawalan adalah karena kurangnya sumber daya manusia dari kepolisian yang tidak seimbang dengan pihak massa, sehingga tidak bisa mengawal orang satu-persatu sehingga sering kewalahan berbeda apabila setiap orang dikawal oleh satu polisi maka konvoi tentunya akan berjalan sangat tertib. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwasanya kendala yang dialami 59

13 oleh Kepolisian adalah karena tidak seimbangnya jumlah SDM antara pihak Kepolisian dengan pihak Suporter. C. Upaya Kepolisian dalam Menyelesaikan Kasus Pengrusakan Kendaraan Pribadi oleh Suporter Bola Aremania di Kota Malang. Dalam teori yang telah penulis masukan kedalam tinjauan pustaka, Upaya penyelesaian tindak pidana dapat diselesaikan melalui upaya Penal dan Upaya Non Penal. Upaya Penal sendiri lebih menitikberatkan pada sifat Represif yaitu penindasan atau pemberantasan atau penumpasan sesudah kejahatan terjadi, sedangkan Upaya Non Penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif yaitu pencegahan atau penangkalan atau pengendalian sebelum kejahatan terjadi. 32 Berdasarkan hasil Penelitian dilapangan, dalam mengatasi kasus Pengrusakan yang dilakukan oleh Suporter Bola Arema ini Pihak Kepolisian Polres Kota Malang melakukan 2 Upaya Penanggulangan yaitu dengan menggunakan tindakan Preventiv dan Tindakan Represif. B.1 Tindakan Preventif Merupakan suatu tindakan Pencegahan yang dilakukan oleh Aparat Kepolisian sebelum terjadinya suatu Tindak Pidana.Dan berdasarkan hasil penelitian di Polres Kota Malang, upaya pencegahan atau Preventif yang telah dilakukan oleh pihak Kepolisian Polres Kota Malang adalah : 32 Dirdjosisworo, Soedjono Penanggulangan Kejahatan ( Crime Prevention ). Alumni. Bandung. Hlm

14 1. Sosialisasi Didalam Polres Kota Malang terdapat bagian Binmas ( Pembinaan Masyarakat ) dan Humas ( Hubungan Masyarakat ) yang bertugas untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat khususnya kelompok suporter Arema di Kota Malang bagaimana cara berkonvoi dengan baik dan benar tanpa melanggar hukum. Hal ini dilakukan bertujuan untuk memberikan kesadaran pada kelompok suporter agar memenuhi aturan hukum agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.tindakan anarki yang dilakukan oleh suporter justru akan menimbulkan kerugian disemua pihak, baik masyarakat umum maupun tim itu sendiri. Pembinaan dan penyuluhan ini dilakukan oleh Polmas sedangkan untuk penegakan hukum apabila terjadi sesuatu tindak pidana dilakukan oleh reserse kriminal atau Reskrim. 2. Pengamanan Rute Jalan yang dilalui oleh Konvoi. Bapak Rony selaku Anggota Unit Pidana Umum menerangkan bahwasanya satu hari sebelum konvoi pihak kepolisian akan melakukan pengamanan rute jalan tersebut. Biasanya pihak Polres Kota Malang melakukan pengamanan dengan cara berkeliling melewati rute konvoi tersebut dengan membawa TOA dan memberikan informasi kepada masyarakat sekitar bahwasanya pada keesokan harinya rute jalan tersebut akan dilewati oleh Konvoi Suporter Bola Aremania, tak lupa pihak Kepolisian selalu mengingatkan agar masyarakat selalu berhati- 61

15 hati dan menjaga tutur kata serta sikap agar tidak menimbulkan amarah pihak suporter bola Arema guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. B.2 Tindakan Represif Tindakan Represif yaitu merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadinya tindakan pidana. Tindakan represif ini lebih dititikberatkan terhadap orang yang melakukan tindak pidana yaitu antara lain dengan memberikan hukuman yang setimpal atas perbuatannya. Tindakan ini sebenarnya juga bisa dipandang sebagai pencegahan untuk masa yang akan datang. Tindakan ini meliputi cara aparatur hukum dalam melakukan penyidikan, penyidikan lanjutan, penuntutan pidana, pemeriksaan di pengadilan, eksekusi dan seterusnya sampai pembinaan narapidana.pihak Kepolisian Polres Kota Malang harus memberiakn hukuman kepada pelaku pengrusakan karena mengingat bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam hal penegakan hukum di Indonesia berpedoman pada KUHP dan KUHAP seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun Apabila melihat aksi suporter, hukum yang dapat dikenakan kepada pelaku tindak pidana terkait suporter adalah: (1) Pasal 170 KUHP : kejahatan terhadap ketertiban umum (2) Pasal 187 KUHP : kejahatan membahayakan ketertiban umum bagi orang atau barang (3) Pasal 351 KUHP : kejahatan penganiayaan 62

16 (4) Pasal 352 KUHP : penganiayaan ringan (5) Pasal 354 KUHP : penganiayaan berat (6) Pasal 406 jo. 407 KUHP : menghancurkan dan merusak barang milik orang lain (7) Pasal 408 jo. 409 KUHP : menghancurkan bangunan sarana dan keperluan umum 33 Berdasarkan hasil penelitian dilapangan, upaya Represif Polres Kota Malang sejauh ini tentunya akan menjatuhkan hukuman bagi siapa saja yang melakukan perbuatan menyimpang pada saat konvoi. Bapak Arianto menegaskan bahwasanya tindak pidana pengrusakan apabila dilakukan oleh lebih dari 1 orang maka melanggar pasal 170 KUHP dan masuk kedalam kategori pengroyokan, apabila hanya dilakukan oleh 1 orang maka dijerat pasal 406 KUHP namun apabila ada kejadian bunuh-membunuh maka akan dilakukan penyidikan dan apabila tersangka ditangkap tersangka dapat dijerat pasal 338 atau 340 KUHP tergantung motif pelaku tindak pidana atau bisa juga pasal 351 KUHP apabila pembunuhan tersebut merupakan pembunuhan berencana. Namun di Kota Malang ini kebanyakan pelaku pengrusakan telah melanggar pasal 170 KUHP yaitu tindak pidana pengroyokan. Dan apabila ada pelaku pengroyokan maka pihak Kepolisian akan langsung memproses secara hukum. Upaya penegakan hukum tidak hanya dilakukan kepada masyarakat, tetapi juga kepada para personil anggota kepolisian itu sendiri. Hal ini dilakukan apabila 33 Soesilo.R Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.Bogor. Politeia 63

17 terjadi kesalahan prosedur dalam proses pengamanan dalam pertandingan sepakbola atau konvoi. Para anggota kepolisian yang didapati melakukan kesalahan prosedur dalam proses pengamanan tersebut dikenai sanksi menurut ketentuan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Sanksi yang diberikan kepada angoota kepolisian bisa berupa teguran atau pun secara tertulis.apabila sudah 3 kali mendapatkan sanksi secara tertulis maka anggota tersebut dapat dipecat atau diberhentikan dari kepolisian. Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa aparat kepolisian sudah melakukan perannya sesuai dengan apa yang telah diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia. Karena berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia Aparat Kepolisian sebagai aparatur negara memiliki tanggung jawab atas keamanan dalam negeri yang berfungsi di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Oleh sebab itu peran polisi dalam memberikan pengamanan pada saat berkonvoi ini sangatlah penting karena pengrusakan pada konvoi ini tidak hanya melanggar hukum tapi juga meresahkan masyarakat.hanya saja dalam upaya penegakan hukum bagi suporter yang melakukan kerusuhan atau pengrusakan masih begitu sulit untuk menemukan alat bukti karena banyaknya masa sehingga terjadi aksi saling menutupi jika dimintai keterangan. Sedangkan dari segi penegakkan hukum terhadap aparat kepolisian itu sendiri sudah dilakukan sesuai dengan Kode 64

18 Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Divisi Profesi dan Pengamanan Polres Kota Malang yaitu dengan memberikan sanksi yang tegas berupa teguran secara lisan maupun tertulis kepada Kepala Satuan Pengendalian Masyarakat selaku personil yang bertanggungjawab dalam tugas pengendalian massa Ghusnie Arinie Adriani Kajian Kriminologis Aksi Kekerasan Suporter Sepakbola. Hasil Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret. Surakarta 65

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin modern suatu masyarakat, semakin banyak bidang-bidang kehidupan yang di atur oleh hukum. Hal ini terutama disebabkan oleh karena suatu masyarakat modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjadinya pelanggaran lalu lintas merupakan salah satu bentuk problematika yang sering menimbulkan permasalahan di jalan raya. Hal tersebut dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suporter sepakbola merupakan kerumunan di mana diartikan sebagai sejumlah orang yang berada pada tempat yang sama, adakalanya tidak saling mengenal, dan memiliki

Lebih terperinci

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan

V. PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan 52 V. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai upaya penanggulangan terhadap tindak kekerasan yang dilakukan oleh geng motor di Bandung Jawa Barat yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara perlu adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan rakyat. Peran dan partisipasi rakyat sangat besar peranannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di dalamnya diatur oleh hukum. Tujuan dibuatnya hukum ini adalah untuk menciptakan suatu masyarakat yang

Lebih terperinci

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

Foto 5. public adress Foto 7. public adress LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN 1. Dokumentasi Penelitian 2. Pedoman wawancara 3. UU No.22 tahun 2009 4. Surat Telegram Kapolres Bantul No:ST/598/X/2011 5. Surat Ijin Penelitian DOKUMENTASI PENELITIAN Foto 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum. Hal ini tertuang dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara Indonesia berdasar atas hukum, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman sekarang ini membawa perubahan besar terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat dan terus bertambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak hukum di Indonesia harus ditegakkan dengan sebaik mungkin. Hukum di Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita tentang peristiwa pidana, baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin tidak ada habisnya, mengenai masalah ini dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti

Lebih terperinci

DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta)

DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta) DESKRESI KEPOLISIAN DALAM PENYELEAIAN KASUS PENGRUSAKAN FASILITAS STADION OLEH SUPORTER SEPAK BOLA (studi kasus di Poltabes Surakarta) Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN Diajukan oleh : GERRY PUTRA GINTING NPM : 110510741 Program Studi : Ilmu Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat berbeda dalam sifat dan substansinya (Rahardjo, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. sangat berbeda dalam sifat dan substansinya (Rahardjo, 2010) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah profesi yang unik dan rumit. Dikatakan unik karena untuk merumuskan masalah secara tuntas adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Polisi merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Peranan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh seseorang memerlukan adanya suatu dorongan sehingga kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengendalian Sosial Pada Pelanggaran Lalu Lintas Sepeda Motor Oleh Pelajar SMA di Kota Tasikmalaya, maka diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum. Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak menimbulkan kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN (Studi Kasus pada Satlantas Kepolisian Resor Subang Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Publik Jakarta tersentak tatkala geng motor mengamuk. Mereka menebar teror pada dini hari tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia memiliki peran penting dalam tonggak perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi hukum, mulai dari pengamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) yang menegaskan bahwa Negara Republik Indonesia berlandaskan hukum, tidak berdasarkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan memiliki peranan yang penting dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya pengguna jalan khususnya pada wilayah kota-kota besar di Indonesia berdampak langsung pada sistem lalu lintas yang ada. Terbukti dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Pembangunan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat, untuk itu pembangunan memerlukan sarana dan prasarana pendukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Di era globalisasi yang serba modern saat ini salah satu produk modern yang banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan sepeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting dalam memperlancar pembangunan yang pemerintah laksanakan, karena merupakan sarana untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbedaan pandangan, suku, budaya, dan pergaulan dapat menyebabkan konflik di dalam kehidupan bermasyarakat. Tidak jarang terjadi perkelahian antar kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas dan tanggung jawab yang dijalankan kepolisian tertuju pada tercipta dan terwujudnya rasa aman, tentram, tertib dan damai sebagai suatu amanah dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada zaman modern sekarang ini, pertumbuhan dan perkembangan manusia seakan tidak mengenal batas ruang dan waktu karena didukung oleh derasnya arus informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pada saat ini banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para penegak hukum dan aparat

Lebih terperinci

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah A. Latar Belakang Keamanan dan ketertiban di dalam suatu masyarakat merupakan masalah yang penting, dikarenakan keamanan dan ketertiban merupakan cerminan keamanan di dalam masyarakat melaksanakan kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum mempunyai berbagai cara dan daya upaya untuk menjaga ketertiban dan keamanan dimasyarakat demi terciptanya

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang 39 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis terhadap pembahasan dan hasil penelitian yang telah diuraikan di dalam Bab II, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia, yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan sosial di tengah-tengah masyarakat selalu mengalami perubahan dan akan terus berkembang mengikuti dinamika masyarakat itu sendiri. Tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan teknologi yang sangat cepat, berpengaruh secara signifikan terhadap kehidupan sosial masyarakat. Dalam hal ini masyarakat dituntut

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kejahatan dalam kehidupan manusia merupakan gejala sosial yang akan selalu dihadapi oleh setiap manusia, masyarakat, dan bahkan negara. Kenyataan telah membuktikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat

I. PENDAHULUAN. Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geng motor telah merajarela di Kota Bandung dan sangat meresahkan masyarakat setempat pelakunya mulai dari pelajar SMP bahkan pelajar SMA kegiatan mereka tidak lain hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap norma kesusilaan dan norma hukum. Salah satu dari pelanggaran hukum yang terjadi di

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti tentang respon orang tua terhadap anak di bawah umur yang menggunakan kendaraan bermotor di Desa Hajimena Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka,

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kekerasan maupun pembunuhan bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat, sudah banyak tindak kriminalitas yang terjadi di jaman sekarang ini. Pelakunya pun tak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi di kota akan terus berkembang jika pertumbuhan penduduk serta kebutuhannya untuk bergerak atau berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya semakin meningkat.

Lebih terperinci

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR Diajukan oleh : I Putu Putra Jaya Negara NPM : 100510256 Program Studi Program Kekhususan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU

LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU Pertanyaan : Apa sebenarnya faktor faktor penyebab terjadinya kerusuhan pada waktu melakukan demonstrasi? Jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu Indonesia adalah negara hukum, sebagaimana telah diatur dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum. merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara hukum yang mengandung arti bahwa hukum merupakan tiang utama dalam menggerakkan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia, adalah salah satu institusi pemerintah yang bertugas sebagai ujung tombak penegakan hukum di Indonesia. Tugas yang diemban ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu negara tanpa memiliki aparat yang melaksanakan fungsi keamanan dan ketertiban masyarakat, maka negara tersebut tidak akan mampu bertahan lama, karena pelanggaran

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat.

BAB III PENUTUP. Yogyakarta melakukan upaya sebagai berikut : Pemasangan kamera CCTV di berbagai tempat. 51 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka untuk menjawab rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang semakin banyak, serta kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa implikasi semakin ramainya transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak, memiliki wilayah yang sangat luas dan beraneka ragam budaya. Selain itu Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar di Indonesia termasuk di Kota Medan. Sejak berbagai pemberitaan tentang geng motor menjadi sajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma-norma yang oleh pembentuk undang-undang ditanggapi dengan suatu hukuman pidana. Maka, sifat-sifat yang ada di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi dikatakan sebagai tonggak awal kemajuan zaman telah memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga membawa dampak perubahan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi permasalahan, banyaknya kasus yang ditemukan oleh aparat penegak hukum merupakan suatu bukti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1 Pernyataan tersebut secara tegas tercantum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. 1 Artinya

BAB I PENDAHULUAN. yang berbunyi Negara Indonesia adalah negara hukum. 1 Artinya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Eksistensi Indonesia sebagai negara hukum secara tegas telah disebutkan didalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu di dalam Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu berubah sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

serta merta bebas digunakan oleh setiap pengguna jalan. kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain.

serta merta bebas digunakan oleh setiap pengguna jalan. kerugian, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. undang nomor 22 tahun 2009 Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menerangkan bahwa Pengguna Jalan adalah setiap orang yang menggunakan Jalan untuk berlalu Lintas. Akan tetapi, jalan raya

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, adalah : dengan prosedur penyidikan dan ketentuan perundang-undangan yang V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran penyidik di Polresta Bandar Lampung dalam penerapan diversi terhadap anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembiusan sebelum pasien dioperasi. Seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya narkotika hanya digunakan untuk pengobatan, adapun jenis narkotika pertama yang digunakan pada mulanya adalah candu atau lazim disebut sebagai madat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan transportasi untuk memindahkan orang dan atau barang dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu lintas merupakan subsistem dari ekosistem kota, berkembang sebagai bagian kota karena naluri dan kebutuhan penduduk untuk bergerak atau menggunakan transportasi

Lebih terperinci

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia otomotif di Indonesia semakin bertambah maju dan berkembang sangat pesat, ini terlihat dari banyaknya penggemar-penggemar motor atau mobil dengan merk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan jumlah penduduk merupakan permasalahan yang memiliki dampak terhadap seluruh aspek kehidupan, salah satunya terhadap lalu lintas. Semakin banyakn

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belakangan marak diberitakan tentang tuduhan pencemaran nama baik oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list (milis), meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hampir setiap hari surat kabar maupun media lainnya memberitakan tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas selalu menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pemeriksaan oleh Ankum yang menangani pelanggaran disiplin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyidikan adalah merupakan kegiatan/proses yang dilakukan oleh penyidik kepada tersangka yang melakukan perbuatan pidana. Seseorang dapat dikatakan tersangka

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasi penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dianalisis dan dikaji dengan beberapa teori yang berkaitan, pada tahap berikutnya penulis memaparkan beberapa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL

EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL EFEKTIVITAS PEMBERLAKUAN HELM SNI TERHADAP TINGKAT KETAATAN MASYARAKAT DALAM HUBUNGANNYA DENGAN FUNGSI HUKUM SEBAGAI ALAT PENGENDALI SOSIAL Oleh : Eddhie Praptono, SH.MH Abstrak Salah satu perubahan ketentuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Anak dan Anak Nakal Pengertian masyarakat pada umumnya tentang anak adalah merupakan titipan dari Sang Pencipta yang akan meneruskan keturunan dari kedua orang tuanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beribu pulau, terletak memanjang di garis khatulistiwa, serta di antara dua benua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi darat berperan sangat penting dalam mendukung pembangunan nasional serta mempunyai kontribusi terbesar dalam melayani mobilitas manusia maupun distribusi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 726 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENANGGULANGAN PENYAKIT MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang berciri Nusantara dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angka kecelakaan lalu lintas yang selalu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Segala bentuk kekerasan yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa seseorang harus dapat ditegakkan hukumnya. Penghilangan nyawa dengan tujuan kejahatan, baik yang disengaja

Lebih terperinci

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas

Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas XIX Peningkatan Keamanan dan Ketertiban serta Penanggulangan Kriminalitas Keamanan dan ketertiban merupakan prasyarat mutlak bagi kenyamanan hidup penduduk, sekaligus menjadi landasan utama bagi pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu pergaulan hidup di dalam masyarakat yang teratur dan maju tidak dapat berlangsung tanpa adanya jaminan akan kepastian hukum serta penegakan hukum yang baik demi terwujudnya

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG Diajukan Guna Memenuhi Sebahagian Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia bertujuan mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu 120 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu lintas yang dilakukan di SMA Negeri I Cipatat maka penulis dapat mengambil kesimpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Setiap individu mengalami perubahan melalui serangkaian tahap perkembangan. Pelajar dalam hal ini masuk dalam tahap perkembangan remaja.

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D 101 07 509 ABSTRAK Lalu-lintas dan angkutan jalan mempunyai peran yang cukup penting dalam rangka pembangunan pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia salah satunya Kota Malang terdapat tradisi yang biasanya masyarakat lakukan dalam memperingati hari raya idul fitri, peringatan pergantian tahun baru, perayaan

Lebih terperinci