LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Telp.: Ext Fax.: Website:

2 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav Jakarta Telp.: Ext Fax.:

3

4 Ikhtisar Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAK) Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017 ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Pengukuran yang tertuang dalam laporan ini didasarkan pada Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun Perjanjian Kinerja disusun berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) yang berisikan sasaran dan Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal Industri Agro pada periode tahun tertentu. Sasaran tersebut mempunyai target masing-masing, dimana pelaksanaannya didukung oleh anggaran yang tersedia di dalam DIPA. Direktorat Jenderal Industri Agro secara garis besar telah berhasil melaksanakan tugas pokok, fungsi dan misi yang diembannya dalam pencapaian sasaran strategis tahun 2017 serta berkontribusi bagi pencapaian sasaran strategis Kementerian Perindustrian. Keberhasilan pencapaian sasaran strategis ini dapat dilihat dari pemenuhan target indikator kinerja yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal industri Agro Tahun 2017 yang memiliki 4 sasaran strategis yang terdiri dari 2 (dua) sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan dan 2 (dua) sasaran strategis dari perspektif proses Bisnis Internal. Sasaran strategis perspektif pemangku kepentingan memiliki 4 (empat) indikator kinerja utama dan perspekstif proses bisnis internal memiliki 3 (tiga) indikator kinerja utama. Dari total 7 (tujuh) indikator kinerja utama yang terdapat dalam perjanjian kinerja tersebut ada 2 (dua) indikator kinerja yang tidak tercapai antara lain : 1. Kontribusi ekspor produk industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional dengan nilai 29,6 persen karena adanya penurunan kontribusi sektor industri hasil hutan dan perkebunan khususnya industri Kayu 2. Produk industri agro tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) terpenuhi 13 sertifikat dari target 100 sertifikat. Pada tahun 2017 adanya keterbatasan anggaran sehingga kegiatan bussines matching antara User (perusahaan pemilik TKDN) dengan potential user (kementerian/lembaga) yang akan menggunakan produk yang ber-tkdn tidak dapat dilaksanakan. Untuk indikator kinerja yang belum sepenuhnya terealisasi tersebut diatas, perlu dilakukan evaluasi lebih lanjut terhadap proses perencanaan program dan penganggaran serta dimungkinkan untuk merevisi indikator kinerja tersebut dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 ii

5 Capaian Kinerja Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017 Sasaran Strategis Meningkatnya populasi dan persebaran industri Indikator Kinerja Unit industri pengolahan non-migas besar sedang yang tumbuh Satuan T R C T R C T R C Belum digunakan sebagai indikator ,86% Unit Nilai investasi di sektor industri pengolahan non-migas ,37 66, ,85 92,59 112,7-119,8 121,81 101,67% Rp. Triliun Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri Kontribusi ekspor produk industri pengolahan non-migas terhadap ekspor nasional 12,75 36,76 288,31 12,75 30,97 242,90 30,9-31,1 29,6 95,17% Persen Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif Produktivitas SDM industri Peraturan perundangan yang diselesaikan ,8 158, ,7 125, ,97 105,76% Rp Juta % PP/ Perpres/ Permen Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan Produk industri yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Belum digunakan sebagai indikator ,80% ,67% Sertifikat Infrastruktur kompetensi yang terbentuk Belum digunakan sebagai indikator % SKKNI LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 iii

6 Sasaran Strategis Indikator Kinerja T R C T R C T R C Satuan Terwujudnya ASN Direktorat Jenderal Industri Agro yang profesional dan berkepribadian Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien, dan berorientasi pada layanan prima Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel Prestasi pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro Produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro Kualifikasi pendidikan pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder Ketersediaqan Sistem (Uptime) Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Tingkat Kematangan SPIP Satker Mencapai Tk. 3 Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN Status pengelolaan BMN Kementerian Perindustrian Anggaran Kementerian Perindustrian yang diblokir Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan Dokumen Perencanaan Belum Digunakan sebagai Indikator Belum Digunakan sebagai Indikator 80 84,20 105,25% Nilai ,5 135,80% Jam kerja % Orang Belum Digunakan sebagai Indikator 50 29,03 58,06% Persen % Persen Belum Digunakan sebagai Indikator 76 75,76 99,68% Nilai Capaian Standar Tertinggi Capaian Standar Tertinggi 100% Capaian Standar Tertinggi 3,00 3, ,46% Level Capaian Standar Tertinggi 100% Capaian Standar Tertinggi Belum Digunakan sebagai Indikator 1 0,28 100% Persen 10 0,99 100% Persen % % % Persen LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 iv

7 Total Anggaran DIPA Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Anggaran 2017 adalah sebesar Rp ,-, yang digunakan untuk membiayai 4 program yaitu Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan dwngan anggaran sebesar Rp ,-, Penumbuhan dan Pengembangan industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar dengan anggaran Rp ,-, Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan serta Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan industri Berbasis Agro dengan masing-masing anggaran sebesar Rp ,- dan Rp ,- yang telah terealisasi sebesar 95,69 persen atau Rp ,-. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 v

8 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perbaikan pemerintahan dan sistem manajemen merupaka agenda penting dalam reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini. Sistem manajemen pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan akuntabilitas serta sekaligus peningkatan kinerja yang berorientasi pada hasil (outcome). Maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk penerapan sistem pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan efektif yang disebut dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuat laporan kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-tahapan meliputi (1) Rencana Strategis; (2) Perjanjian Kinerja; (3) Pengukuran Kinerja; (4) Pengelolaan Kinerja; (5) Pelaporan Kinerja dan; (6) Reviu dan Evaluasi Kinerja. Kegiatan tersebut saling berkaitan serta memberikan dampak dan timbal balik. Rencana yang baik adalah yang bisa dilaksanakan dengan baik dan diukur berdasarkan uraian dan target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Dalam pelaksanaan rencana yang telah ditetapkan perlu dilakukan reviu untuk meyakinkan data dan informasi yang disajikan sebelum disampaikan kepada pimpinan dan setelahnya dilakukan evaluasi dalam rangka implementasi dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP). Dalam rangka mewujudkan reformasi birokrasi dan sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Direktorat Jenderal Industri Agro melakukan pemantauahan terhadap pelaksanaan rencana kerja yang meliputi pelaksanaan program dan kegiatan, pemantauan penyerapan anggaran, pencapaian target, identifikasi kendala yang dihadapi serta melalukan evaluasi terhadap kinerja melalui penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Tahun LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 1

9 B. TUGAS POKOK DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO Direktorat Jenderal Industri Agro merupakan salah satu Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian Perindustrian yang dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor:105/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, maka Tugas Pokok Direktorat Jenderal Industri Agro adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang industri agro. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro menyelenggarakan Fungsi yaitu: a. Perumusan kebijakan di bidang industri agro termasuk penyusunan peta panduan pengembangan industri agro. b. Pelaksanaan kebijakan di bidang industri agro termasuk pengembangan industri agro. c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang industri agro. d. Pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang industri agro. e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Industri Agro. Dengan dukungan semua pegawai dalam pelaksanaan fungsi tersebut secara optimal pembangunan industri agro terlaksana dengan baik sesuai dengan sasaran dan target yang telah ditetapkan. C. LATAR BELAKANG PROGRAM Kebijakan prioritas industri nasional merupakan penjabaran dari Kebijakan Industri Nasional yang meliputi: (1) penguatan SDM Industri melalui penguatan Vokasi Industri, (2) pendalaman struktur industri melalui penguatan rantai nilai Industri, (3) industri padat karya dan orientasi ekspor, (4) pengembangan Industri Kecil dan Menengah dengan platform digital, dan (5) pengembangan industri LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 2

10 SDA, dan (6) pengembangan perwilayahan industri. Kebijakan prioritas industri agro nasional difokuskan pada: 1. Penguatan SDM Industri melalui penguatan Vokasi Industri Pengembangan industri tahun 2018 difokuskan pada peningkatan kapabilitas industri yang berorientasi ekspor dan menyerap banyak tenaga kerja melalui penguatan vokasi industri dan penguasaan teknologi dalam rangka peningkatan daya saing. 2. Pendalaman Struktur Industri melalui penguatan rantai nilai Industri Pendalaman struktur industri adalah melengkapi pohon industri untuk memaksimumkan nilai tambah. Penguatan industri adalah meningkatkan efisiensi setiap jenis industri dalam satu pohon industri untuk meningkatkan daya saing. Rantai nilai adalah rangkaian industri dari hulu ke hilir yang menggambarkan kaitan dalam pertambahan nilai. Kebijakan ini difokuskan pada industri andalan dan pendukung sesuai dengan bangun industri nasional: (1) Alat transportasi, (2) Pembangkit Energi, (3) Elektronika dan telematika, termasuk (4) industri pendukungnya yang meliputi industri barang modal, komponen, bahan penolong dan jasa industri dengan memanfaatkan internet of things (Industry 4.0). 3. Industri Padat Karya dan Orientasi Ekspor Kebijakan ini difokuskan pada industri: (1) industri tekstil dan produk tekstil, (2) industri alas kaki, (3) industri makanan & minuman, (4) industri furnitur kayu dan rotan/bambu, (5) industri barang jadi karet, (6) industri elektronika dan multimedia, (7) industri kreatif, (8) industri farmasi, kosmetika dan obat tradisional, (9) industri aneka, serta (10) industri pengolahan ikan dan rumput laut. 4. Pengembangan Industri Berbasis Sumber Daya Alam Pengembangan industri berbasis SDA adalah pembangunan industri dalam rangka pendalaman dan penguatan struktur industri di sektor Agro, Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan logam, dan Industri Kimia Dasar berbasis Migas dan Batubara. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 3

11 Dengan pengembangan industri berbasis SDA dipastikan pertumbuhan industri akan tumbuh jauh lebih tinggi, yang dampaknya akan memperluas penyerapan tenaga kerja, mengurangi tingkat kemiskinan, meningkatkan cadangan devisa negara melalui peningkatan penerimaan devisa ekspor dan juga penghematan devisa impor. Dalam jangka menengah dan panjang akan mengurangi defisit perdagangan sektor industri serta mengurangi defisit neraca transaksi berjalan, yang selanjutnya akan meningkatkan stabilitas ekonomi makro dan menjaga nilai rupiah agar tidak terlalu berfluktuasi. B. STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya,berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 107/M-IND/PER/11/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Agro terdiri dari 1 (satu) Sekretariat Direktorat Jenderal dan 3 (tiga) Direktorat, yaitu : 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro. 2) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. 3) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan. 4) Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar. 1) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro Mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro.Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran serta evaluasi dan pelaporan di bidang industri agro; b. koordinasi dan pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi di bidang industri agro; LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 4

12 c. koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan penelaahan hukum mengenai sumber daya industri, sarana prasarana industri, dan pemberdayaan industri di bidang industri agro; d. koordinasi dan penyusunan perjanjian kerja sama serta pelaksanaan administrasi kerja sama dan hubungan masyarakat di bidang industri agro; e. koordinasi dan pelaksanaan urusan keuangan direktorat jenderal; dan f. pelaksanaan urusan kepegawaian dan manajemen kinerja pegawai, organisasi dan tata laksana, rumah tangga, perlengkapan, dan tata usaha. Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro terdiri atas 4 (empat) bagian setingkat Eselon IV: a) Bagian Program, Evaluasi, dan Pelaporan; b) Bagian Hukum dan Kerja Sama; c) Bagian Keuangan; d) Bagian Kepegawaian dan Umum. 2) Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan; b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi industri hasil hutan dan perkebunan; c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 5

13 pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri hasil hutan dan perkebunan; d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri hasil hutan dan perkebunan; e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri hasil hutan dan perkebunan; f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri hasil hutan dan perkebunan; dan g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat. Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan terdiri atas: a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan; b) Subdirektorat Industri Kayu, Rotan, dan Bahan Alam Lainnya; c) Subdirektorat Industri Selulosa dan Karet Hulu; d) Subdirektorat Industri Hasil Perkebunan Nonpangan; dan e) Subbagian Tata Usaha. 3) Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 6

14 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat lndustri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengembangan industri makanan, hasil laut, dan perikanan; b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi industri makanan, hasil laut, dan perikanan; c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri makanan, hasil laut, dan perikanan; d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri makanan, hasil laut, dan perikanan; e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri makanan, hasil laut, dan perikanan; f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri makanan, hasil laut, dan perikanan; dan g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat. Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan terdiri atas: a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan; b) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Tanaman Pangan; c) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Perkebunan; d) Subdirektorat Industri Pengolahan Hasil Laut, Perikanan, dan Peternakan; LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 7

15 e) Subbagian Tata Usaha. 4) Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional, Kebijakan Industri Nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, perizinan industri, penanaman modal dan fasilitas industri, serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar. Dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Industri Minuman dan Tembakau menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan rencana, program, anggaran, evaluasi dan pelaporan pengembangan industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; b. pelaksanaan pengumpulan dan pengolahan data serta penyajian informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; c. penyiapan perumusan dan pelaksanaan rencana induk pembangunan industri nasional, kebijakan industri nasional, penyebaran industri, pembangunan sumber daya industri, pembangunan sarana dan prasarana industri, pemberdayaan, pengamanan dan penyelamatan industri, penanaman modal dan fasilitas industri serta kebijakan teknis pengembangan industri di bidang industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; d. penyiapan penyusunan dan pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; e. penyiapan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perencanaan, perizinan, data dan informasi industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; f. pelaksanaan pengawasan Standar Nasional Indonesia, standar industri hijau, Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia pada industri minuman, hasil tembakau, dan bahan penyegar; dan LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 8

16 g. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat. Direktorat Industri Minuman dan Tembakau terdiri atas: a) Subdirektorat Program Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar; b) Subdirektorat Industri Minuman Ringan dan Pengolahan Hasil Hortikultura; c) Subdirektorat Industri Pengolahan Susu dan Minuman Lainnya; d) Subdirektorat Industri Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar; dan e) Subbagian Tata Usaha. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 9

17 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL BAG. PROGRAM, EVALUASI& PELAPORAN BAG. HUKUM &KERJASAMA BAG. KEUANGAN DIREKTORAT INDUSTRI HASIL HUTAN DAN PERKEBUNAN DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN DIREKTORAT INDUSTRI MINUMAN, HASIL TEMBAKAU & BAHAN PENYEGAR SUBBAGIAN TATA USAHA SUB DIT PROGRAM, PENGEMBANGAN INDUSTRI HASIIL HUTAN DAN PERKEBUNAN SUB DIREKTORAT INDUSTRI KAYU, ROTAN DAN BAHAN ALAM LAINNYA SUB DIT PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN SUB DIT INDUSTRI HASIL TANAMAN PANGAN SUB DIT PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI INUMAN, HASIL TEMBAKAU, DAN BAHAN PENYEGAR SUB DIT INDUSTRI MINUMAN RINGAN DAN PENGOLAHAN HASIL HOLTIKULTURA SUB DIT INDUSTRI SELULOSA DAN KARET HULU SUBDIT INDUSTRI HASIL PERKEBUNAN NON PANGAN SUB DIT INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN SUBDIT INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL LAUT, PERIKANAN, DAN PETERNAKAN SUB DIT INDUSTRI HASIL TEMBAKAU DAN BAHAN PENYEGAR SUBDIT INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU DAN MINUMAN LAINNYA Gambar 1.1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Industri Agro Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 75/M-IND/PER/9/2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian dan sebagai tindak lanjut Instruksi Presiden RI Nomor 7 tanggal 15 Juni 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 10

18 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Review Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro sebagai salah satu bagian dari instansi pemerintah, wajib membuat laporan akuntabilitas kinerja. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini adalah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan/ kegagalan pelaksanaan misi Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. B. PERAN STRATEGIS Berdasarkan Renstra Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Perubahan, Direktorat Jenderal Industri Agro memiliki visi Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam. Dalam mewujudkan visi tersebut Direktorat Jenderal Industri Agro didukung oleh sektor binaan yaitu Direktorat Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Direktorat Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar, serta Direktorat Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan serta satu Sekretariat yang mendukung pelaksanaan administrasi penyusunan program, data dan informasi serta evaluasi dan pelaporan, rekomendasi iklim usaha, standarisasi dan kerjasama, keuangan, serta kepegawaian dan umum di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro. Peran strategis Direktrorat Jenderal Industri Agro diarahkan untuk mencapai tujuan pembangunan industri agro untuk 5 (lima) tahun ke depan yaitu Meningkatnya Peran Industri Agro dalam Perekonomian Nasional, Indikator kinerja ketercapaian tujuan ini adalah: 1. Laju pertumbuhan PDB industri agro; 2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB Nasional; 3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro. C. PERMASALAHAN DAN KENDALA Sasaran-sasaran strategis Direktorat Jenderal Industri Agro yang telah ditetapkan bersama para pemangku kepentingan (stakeholders) dalam dokumen LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 11

19 perencanaan belum sepenuhnya tercapai oleh karena itu dalam rangka meningkatkan kinerja guna mendukung sasaran yang telah ditetapkan dan dalam upaya meningkatkan pelayanan yang dibutuhkan pada unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Industri Agro dan dunia usaha sektor industri agro, perlu dilakukan perbaikan dalam pembinaan dan pengembangan sistem informasi industri agro ke dunia usaha industri agro dengan mengintegrasikan dengan sarana media informasi dan komunikasi sosial yang sudah ada dan tersedia di Indonesia dan Mancanegara. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 I - 12

20 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. RENCANA STRATEGIS TAHUN Rencana strategis merupakan langkah awal untuk melakukan pengukuran kinerja dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Perencanaan strategis instansi pemerintah merupakan integrasi antara keahlian sumber daya manusia dan sumber daya lainnya agar mampu menjawab tuntutan perkembangan lingkungan strategis nasional, global serta tetap berada dalam tatanan sistem manajemen nasional. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas program serta agar mampu eksis dan unggul dalam persaingan yang semakin ketat dalam lingkungan yang berubah sangat cepat, suatu instansi pemerintah harus selalu melakukan perubahan menuju perbaikan. Perbaikan tersebut perlu disusun dalam suatu pola yang sistematik dalam wujud perencanaan strategis dengan tahapan yang konsisten dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas dan kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil. Dalam Inpres nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah disebutkan bahwa perencanaan strategis merupakan proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang, dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Perencanaan strategis mengandung visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi (cara mencapai tujuan dan sasaran) yang meliputi kebijakan, program, dan kegiatan yang realistis dengan mengantisipasi perkembangan masa depan. Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian merupakan suatu komitmen perencanaan yang disusun untuk dijadikan alat bantu dan merupakan tolok ukur dalam mengemban tugas. Dokumen Renstra Sekretariat Direktorat Jenderal Industri Agro mengacu pada Renstra Eselon I yang merupakan turunan dari Renstra Kementerian Perindustrian LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 1

21 Perubahan sebagaimana telah ditetapkan pada tanggal 17 Maret 2015 melalui Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 31.1/M- IND/PER/3/2015. Dokumen tersebut masih menggunakan nomenklatur struktur organisasi yang lama sehingga diperlukan penyusunan perubahan dokumen Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun Perubahan Rencana Strategi Kementerian Perindustrian ini mencakup penyempurnaan arah kebijakan baik visi, misi, tujuan dan sasaran strategis, maupun penyesuaian target kinerja Kementerian Perindustrian. Penyempurnaan dan penyesuaian tersebut hanya mencakup periode tahun , mengingat untuk periode tahun sudah terlaksana. Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Industri Agro dan Unit Eselon II telah melakukan revisi Renstra seiring dengan telah dikeluarkannya Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Perubahan Nomor 85.1/M-IND/PER/12/2016 yang ditetapkan tanggal 23 Desember ) Arah kebijakan Direktorat Jenderal Industri Agro Visi, misi, tujuan dan sasaran kebijakan Direktorat Jenderal Industri Agro merunut pada Renstra Tahun Perubahan ditetapkan sebagai berikut: Visi Direktorat Jenderal Industri Agro: Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, diperlukan tindakan nyata dalam bentuk misi sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro yaitu: Misi Direktorat Jenderal Industri Agro: 1. Peningkatan populasi industri agro untuk memperkuat dan memperdalam struktur industri nasional; 2. Peningkatan daya saing dan produktivitas industri agro untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan. Untuk mewujudkan Visi dan melaksanakan Misi Pembangunan Industri, Direktorat Jenderal Industri Agro menetapkan Tujuan pembangunan industri agro ke LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 2

22 depan yaitu Meningkatnya Peran Industri Agro dalam Perekonomian Nasional. Indikator kinerja ketercapaian tujuan ini adalah: 1. Laju pertumbuhan PDB industri agro; 2. Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB Nasional; 3. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro. Tabel 2.1. Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro Tujuan Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional Indikator Kinerja Tujuan Laju pertumbuhan PDB industri agro Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional Satuan 6,43 6,74 6,78 7,18 7,11 7,61 Persen 8,74 8,89 8,91 9,05 8,99 9,14 Persen 6,74 6,78 6,82 6,92 6,90 7,04 Juta Orang Nilai 2) Peta Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Perubahan, telah dibangun Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Berikut ini peta strategis Direktorat Jenderal Industri Agro yang menggambarkan hubungan antara tujuan, sasaran strategis dan faktor-faktor yang mendukung pencapaiannya. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 3

23 Tujuan. Meningkatnya peran industri agro dalam perekonomian nasional PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN 1 Meningkatnya Populasi dan Persebaran Industri Agro 2 Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri agro PERUMUSAN KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN PERSPEKTIF PROSES INTERNAL 3 Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif 4 Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang berdaya saing dan berkelanjutan SDM INFORMASI ORGANISASI ANGGARAN PERSPEKTIF PEMBELAJARAN ORGANISASI Terwujudnya Terwujudnya ASN Tersedianya sistem birokrasi yang yang profesional dan informasi yang efektif, efisien, dan berkepribadian handal dan mudah berorientasi pada diakses layanan prima Tersusunnya perencanaan program, pengelolaan keuangan serta pengendalian yang berkualitas dan akuntabel Gambar 2.1. Peta Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Dalam mewujudkan tujuan Direktorat Jenderal Industri Agro diperlukan upayaupaya sistemik yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan, perspektif pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta perspektif peningkatan kapasitas kelembagaan yang dapat dirinci dalam Indikator Kinerja Sasaran sebagai berikut: Perspektif Pemangku Kepentingan a. Sasaran Strategis 1: Meningkatnya populasi dan persebaran industri Penyebaran dan pemerataan industri ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dilakukan melalui pengembangan perwilayahan industri dengan tujuan untuk meningkatkan kontribusi sektor industri pengolahan non-migas di luar pulau jawa dan menumbuhkan populasi unit usaha industri besar dan sedang di luar pulau jawa. Adapun meningkatnya populasi industri nasional diindikasikan dengan peningkatan jumlah unit industri pengolahan nonmigas serta penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan nonmigas baik industri sedang besar (IBS). Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 4

24 1) Unit industri agro besar sedang yang tumbuh. 2) Nilai investasi di sektor industri agro. b. Sasaran Strategis 2: Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri Meningkatnya daya saing dan produktivitas sektor industri dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan produk dalam negeri dibandingkan dengan seluruh pangsa pasar baik dalam negeri maupun luar negeri. Peningkatan daya saing dan produktivitas dilakukan melalui pengembangan inovasi dan penguasaan teknologi industri yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing dan kemandirian industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional. 2) Produktivitas SDM industri agro. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Industri Agro. Perspektif Proses Internal a. Sasaran Strategis 1: Tersedianya kebijakan pembangunan industri yang efektif Sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian, peran pemerintah dalam mendorong kemajuan sektor industri ke depan dilakukan secara terencana serta disusun secara sistematis dalam suatu dokumen perencanaan. Dokumen perencanaan tersebut harus menjadi pedoman dalam menentukan arah kebijakan pemerintah dalam mendorong pembangunan sektor industri dan menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam pembangunan industri nasional. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Peraturan Perundangan yang diselesaikan. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 5

25 b. Sasaran Strategis 2: Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang perindustrian yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan Standardisasi industri dan peningkatan kompetensi tenaga kerja industri bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri dan produktivitas dalam rangka penguasaan pasar dalam negeri maupun ekspor. Pembangunan tenaga kerja industri kompeten yang siap kerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan industri dan/atau perusahaan kawasan industri berdampak meningkatkan produktivitas tenaga kerja Industri, meningkatkan penyerapan tenaga kerja di sektor industri serta memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi tenaga kerja industri. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Produk industri agro yang tersertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). 2) Infrastruktur kompetensi yang terbentuk. Perspektif Pembelajaran Organisasi a. Sasaran Strategis 1: Terwujudnya ASN Kementerian Perindustrian yang kompeten, profesional dan berkepribadian Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab, Kementerian Perindustrian secara internal harus didukung oleh SDM Aparatur yang profesional dan kompeten. Dalam menjalankan fungsinya sebagai policy maker, Kementerian Perindustrian membutuhkan SDM Aparatur yang memiliki kecakapan dalam memformulasikan dan mengimplementasikan kebijakan publik, sementara sebagai public service provider membutuhkan SDM Aparatur yang berorientasi pada pelayanan prima. Pembangunan ASN Kementerian Perindustrian yang kompeten juga diperlukan dalam rangka membentuk tenaga pembina industri dari aparatur Kementerian Perindustrian yang memiliki kompetensi di bidang industri, baik pusat maupun daerah. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 6

26 1) Rata-rata nilai prestasi kerja pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro. 2) Rata-rata produktivitas kinerja minimum pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro. 3) Kualifikasi pendidikan Pegawai Direktorat Jenderal Industri Agro. b. Sasaran Strategis 2: Tersedianya sistem informasi yang andal dan mudah diakses Penerapan sistem informasi dan teknologi di lingkungan Kementerian Perindustrian bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi satuan kerja dalam pelaksanaan tugas dan fungsi dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Kesesuaian data dan informasi industri terhadap kebutuhan stakeholder. 2) Ketersediaan Sistem (uptime). c. Sasaran Strategis 3: Terwujudnya birokrasi Kementerian Perindustrian yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima Reformasi Birokrasi merupakan upaya berkelanjutan yang setiap tahapannya memberikan perubahan atau perbaikan birokrasi ke arah yang lebih baik. Reformasi birokrasi berkaitan dengan penataan ulang proses birokrasi dari tingkat (level) tertinggi hingga terendah dan melakukan terobosan baru (innovation breakthrough) dengan langkahlangkah bertahap, konkret, realistis, sungguh-sungguh, berfikir di luar kebiasaan/rutinitas yang ada (out of the box thinking), perubahan paradigma (a new paradigm shift), dan dengan upaya luar biasa (business not as usual). Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) 2) Tingkat kematangan SPIP Satuan Kerja Mencapai Tingkat 3. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 7

27 d. Sasaran Strategis 4: Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan akuntabel Peningkatan kualitas penganggaran di lingkungan Kementerian diharapkan dapat menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan dengan memperhatikan penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkeadilan. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran ini adalah: 1) Akuntabilitas Laporan Keuangan dan BMN. 2) Status pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Industri Agro. 3) Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro yang diblokir. 4) Kesesuaian rencana program dan kegiatan prioritas dengan dokumen perencanaan. B. RENCANA KINERJA Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran-sasaran industri yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun Perubahan telah dibangun Peta Strategi Direktorat Jenderal Industri Agro yang mengacu pada visi dan misi Kementerian Perindustrian. Visi Direktorat Jenderal Industri Agro yaitu Mewujudkan Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam. Indikator Kinerja Utama Untuk mengukur tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada Tahun 2017, dibutuhkan indikator kinerja utama yang merupakan ukuran kuantitatif dan/atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran yang telah ditetapkan. Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dalam perspektif pemangku kepentingan merupakan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Industri Agro yaitu: (a) Unit Industri pengolahan agro besar sedang yang tumbuh dengan target 538 unit LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 8

28 (b) Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro sebesar Rp. 112,7 Triliun Rp. 119,8 Triliun (c) Kontribusi ekspor produk industri pengolahan terhadap ekspor nasional sebesar 30,9 31,1 persen (d) Produktivitas SDM industri agro sebesar Rp. 347 Juta Kegiatan Untuk mencapai sasaran yang telah direncanakan untuk Tahun 2017, Direktorat Jenderal Industri Agro merencanakan kegiatan-kegiatan yang menjadi pendukung pencapaian sasaran tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: 1) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan 2) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar 3) Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan 4) Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Indsutri Berbasis Agro Didasarkan pada Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) yang diturunkan melalui Rencana Strategis Kementerian Perindustrian untuk pembangunan Industri nasional, selain melalui kegiatan-kegiatan tersebut diatas, Direktorat Jenderal Industri Agro juga mengemban tugas mengembangkan Industri Andalan yaitu industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian di masa yang akan datang. Selain memperhatikan potensi sumber daya alam sebagai sumber keunggulan komparatif, industri andalan tersebut memiliki keunggulan kompetitif yang mengandalkan sumber daya manusia yang berpengetahuan dan terampil, serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Industri Prioritas tersebut tertuang dalam kegiatan prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro yang tersaji dalam tabel berikut ini : LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 9

29 Tabel 2.2. Kegiatan Prioritas Direktorat Jenderal Industri Agro No. PROGRAM/KEGIATAN SASARAN KEGIATAN INDIKATOR Target Satuan 1. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan terimplementasikannya Pilot Project Aditif Aspal Berbasis Crumb Rubber sebagai upaya meningkatkan penyerapan bahan baku karet di dalam negeri melalui pemanfaatan pada pembangunan infrastruktur Jumlah pabrik/pilot project 1 Pabrik Perkebunan 2. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Terlaksanannya Bantuan Mesin dan peralatan untuk industri pengolahan kayu, industri oleokimia, kemurgi dan minyak atsiri tersusunnya rancangan SKKNI SDM industri hasil hutan dan perkebunan yaitu SKKNI yang disusun adalah SKKNI Percetakan, SKKNI Furniture dan SKKNI hilir kelapa sawit Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri dalam rangka peningkatan daya saing Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Mutu Susu Olahan Berbasis Susu Segar Dalam Negeri Tersedianya Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri dalam rangka Peningkatan Teknologi Proses Es Balok Dalam Rangka Meningkatkan Daya Simpan Produk Hasil Laut dan Mutu Es Konsumsi Tersusunnya Rancangan dan/atau revisi Standar Nasional Indonesia Produk Industri pada kegiatan Bantuan Sertifikasi Penerapan Standar di Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Tersusunnya RSKKNI/SKKNI Pada Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar jumlah unit usaha yang diberi bantuan mesin peralatan Jumlah SKKNI yang tersusun Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia Jumlah Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Jumlah Mesin / Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Jumlah Rancangan Standar Nasional Indonesia Jumlah RSKKNI/SKKNI unit RSKKNI RSNI Unit Unit RSNI RSKKNI 3. Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Industri Pengolahan Rumput Laut (Alkali Treatment Gracilaria) Tersusunnya Draft SKKNI Industri Pengolahan Daging Terfasilitasinya bantuan mesin dan peralatan Tepung Non Gandum Jumlah Unit Usaha Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Pengolahan Daging Jumlah Unit Usaha Unit Usaha RSKKNI Unit Usaha Tersusunnya Draft SKKNI Industri Gula Rafinasi Tersusunnya Draft SKKNI Industri MI Instan Tersusunnya Revisi SNI produk Tepung Jagung, Tepung Pelapis, Bumbu Perasa Daging, keripik Tahu, karagenan, Agar - Agar, Minyajk kedelai, Tauco Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Gula Rafinasi Jumlah Rancangan Standar Kompetensi Kerja Indonesia di bidang Industri Mi Instan Jumlah Rancangan SNI 1 1 RSKKNI 8 RSNI RSKKNI RSKKNI RSNI LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 10

30 C. PROGRAM KERJA DAN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO Dalam rangka melaksanakan Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Industri Agro untuk mendukung keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan industri pada awal Tahun 2017 memperoleh pagu anggaran sebesar Rp ,- namun pada 22 Juni 2017 Presiden Joko Widodo mengeluarkan Inpres Nomor 4 Tahun 2017 tentang Efisiensi Belanja Barang Kementerian/Lembaga Dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran Dalam rangka efisiensi belanja Kementerian/Lembaga Tahun Anggaran 2017 sebagaimana dimaksud, menurut Inpres tersebut, masing-masing Kementerian / Lembaga melakukan identifikasi secara mandiri terhadap belanja barang dari setiap program/kegiatan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/ Lembaga Tahun Anggaran 2017, yang akan dihemat dan memastikan anggarannya tidak dicairkan (self blocking). Kementerian Perindustrian melakukan self-blocking dengan anggaran untuk Direktorat Jenderal Industri Agro menjadi Rp ,- dan berlaku per tanggal 15 Agustus 2017 yang dialokasikan untuk membiayai 4 (empat) kegiatan yaitu Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan sebesar Rp ,-, Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar sebesar Rp ,-, Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan sebesar Rp ,-, dan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Indsutri Berbasis Agro sebesar Rp ,-. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 11

31 Tabel Alokasi Anggaran Direktorat Jenderal Industri Agro URAIAN ANGGARAN MENJADI (000) Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Berbasis Agro Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi 1.1 Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Calon Investor Yang Memperoleh Informasi Potensi Investasi Di Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Produksi Aditif Aspal Karet Dalam Rangka Pengembangan Industri Aspal Karet Alam Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktivitas Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Perusahaan Berbasis Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Menerapkan Standar Mutu Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Sdm Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Disertifikasi Sdm Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Yang Mengikuti Diklat Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Prototipe Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Meningkatkan Citra Produk Industri Hasil Hutan Dan Perkebunan Layanan Internal (overhead) Output Cadangan Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Minuman dan Tembakau Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi 2.1 Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Perusahaan Berbasis Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Yang Menerapkan Standar Mutu Pusat pengembangan Teknologi Proses dan produk di sektor industri minuman Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (rskkni) Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Sdm Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Yang Mengikuti Diklat Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Pengembangan Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Minuman, Hasil Tembakau Dan Bahan Penyegar Layanan Internal (overhead) LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 12

32 URAIAN ANGGARAN MENJADI (000) 2.10 Output Cadangan Kegiatan Penumbuhan dan Pengembangan Industri Makanan, Hasil Laut dan Perikanan Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Mendorong Iklim Investasi 3.1 Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan Bantuan Mesin Dan/atau Peralatan Dalam Rangka Penumbuhan Populasi Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan Rekomendasi Kebijakan Dalam Rangka Peningkatan Daya Saing Dan Produktifitas Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan Rancangan Standar Nasional Indonesia Terkait Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan Rancangan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (RSKKNI) Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan Perusahaan Yang Difasilitasi Untuk Peningkatan Citra Produk Industri Makanan, Hasil Laut Dan Perikanan Layanan Internal (Overhead) Output Cadangan Kegiatan Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri Agro Perencanaan Layanan Dukungan Manajemen Eselon I Layanan Internal (Overhead) Layanan Perkantoran Output Cadangan D. PERJANJIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO Penetapan kinerja dituangkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017 yang berisikan penugasan dari pimpinan Kementerian Perindustrian kepada Direktorat Jenderal Industri Agro untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Sasaran dan indikator yang akan dicapai pada perjanjian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017 adalah sebagai berikut: LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 13

33 No. Sasaran Strategis (SS) Tabel Indikator Kinerja Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Industri Agro Indikator Kinerja (IK) Target Satuan PERSPEKTIF PEMANGKU KEPENTINGAN 1. Meningkatnya Populasi 1. Unit industri pengolahan 538 Unit dan persebaran industri agro besar sedang yang tumbuh 2. Nilai investasi di sektor industri pengolahan agro 112,7 119,8 Rp Triliun 2. Meningkatnya daya saing 1. Kontribusi ekspor 30,9 31,1 Persen dan produktivitas sektor produk industri industri pengolahan agro terhadap ekspor nasional 2. Produktivitas SDM indsutri agro PERSPEKTIF PROSES BISNIS 1. Tersedianya kebijakan 1. Peraturan perundangan pembangunan industri yang diselesaikan agro yang efektif 2. Terselenggaranya urusan 1. Produk industri agro pemerintahan di bidang tersertifikasi Tingkat perindustrian yang Komponen Dalam Negeri berdaya saing dan (TKDN) berkelanjutan 2. Infrastruktur kompetensi yang terbentuk 347 Rp. Juta 1 PP/ Perpres/ Permen 100 Sertifikat 6 SKKNI LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 II - 14

34 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Tahun 2017 merupakan tahun ketiga pelaksanaan Rencana Strategis Tahun Akuntabilitas kinerja yang diukur dalam rangka menggambarkan capaian kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017 mencakup analisis capaian kinerja sasaran dan akuntabilitas keuangan. Kegiatan yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Industri Agro yaitu Program pengembangan Industri Berbasis Agro. A. Analisis Capaian Direktorat Jenderal Industri Agro Tahun 2017 Pengukuran kinerja Direktorat Jenderal Industri Agro dalam pencapaian kinerja sasaran seperti yang telah direncanakan dalam Rencana Strategis, Rencana Kinerja Tahunan yang kemudian ditetapkan sebagai perjanjian kontrak seperti dalam Dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017 mencakup pengukuran kinerja sasaran dalam perspektif stakeholder, perspektif proses bisnis dan perspektif kelembagaan. Analisis yang disajikan meliputi capaian indikator kinerja tujuan, indikator kinerja utama dan analisis pencapaian yang dilengkapi dengan pembandingan capaian dengan tahun sebelumnya serta dengan kinerja lainnya. Namun terdapat beberapa sasaran strategis maupun indikator kinerja utama yang tidak dapat diperbandingkan. Hal ini dikarenakan pada tahun sebelumnya tidak ditetapkan sebagai sasaran strategis atau indikator kinerja utama yang sama. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai Direktorat Jenderal Industri Agro tahun 2017 yang dijelaskan pada BAB II yaitu meningkatkan peran industri dalam perekonomian nasional, ukuran keberhasilan tujuan ini dihitung melalui indikator tujuan laju pertumbuhan PDB industri agro, Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional, dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas dengan capaian tertera dalam tabel dibawah ini: LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 1

35 Tujuan Meningkatnya peran industri dalam perekonomian nasional Tabel 3.1. Capaian IKT Direktorat Jenderal Industri Agro Indikator Kinerja Tujuan Laju pertumbuhan PDB industri agro Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional Penyerapan tenaga kerja di sektor industri pengolahan non-migas Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro yang andal dan profesional Satuan R R T R C 5,82 6,39 6,43 6,74 6,06 92,02 Persen 8,26 8,55 8,74 8,89 8, Persen 6,7 7,4 6,74 6,78 8,1 119,46 Juta Orang Belum menjadi indikator 75 74,73 99,64 Nilai Pada indikator kinerja tujuan laju pertumbuhan PDB industri agro tahun 2017 ditargetkan antara 6,43 6,74 persen, berdasarkan data yang dirilis BPS sampai dengan triwulan III Tahun 2017, pertumbuhan PDB Industri agro sebesar 6,06 persen dengan capaian sebesar 92,02 persen. Realisasi ini didukung oleh sektor-sektor industri agro seperti salah satunya industri makanan yang menyumbang PDB agro sebesar 8,24 persen disusul oleh sektor industri Furniture dan Pengolahan tembakau masing-masing sebesar 3,71 persen dan 1,77 persen. Peningkatan peringkat kemudahan berusaha Indonesia, yang dirilis oleh Bank Dunia terkait Ease of Doing Business (EoDB) 2018 juga turut mendorong pertumbuhan investasi yang pada akhirnya berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara umum. Bertambahnya jumlah kerja sama ekonomi yang dilakukan Indonesia dengan negara -negara mitra dagang di Eropa dan wilayah Amerika, turut menyumbang peningkatan ekspor produk industri yang juga turut mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional tahun Pada indikator kinerja Kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional dengan target sebesar 8,74 8,89 persen, berdasarkan data yang dirilis oleh BPS sampai dengan triwulan III tahun 2017, kontribusi PDB industri agro terhadap PDB nasional adalah sebesar 8,59%. Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri agro khususnya industri makanan dan minuman yang berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, turut memberikan peningkatan kontribusi PDB sektor industri makanan dan minuman terhadap PDB nasional. Berdasarkan data yang dirilis United Nations Statistics Division pada tahun 2016, Indonesia LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 2

36 menempati peringkat keempat dunia dari 15 negara yang industri manufakturnya memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) lebih dari 10%. Sektor industri Indonesia, mampu menyumbang PDB hingga mencapai 22%. Angka tersebut menempati peringkat terbesar ke-4 setelah Korea Selatan (29%), China (27%), dan Jerman (23%). Pada indikator kinerja Penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro dengan target sebesar 6,74 6,78 juta orang. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS dan SPPISE-BKPM, sampai dengan triwulan IV tahun 2017, penyerapan tenaga kerja di sektor industri agro adalah sebesar 8,1 juta orang, sehingga capaian untuk indikator kinerja ini adalah sebesar 119,46%. Data ini berdasarkan data dari Industri Besar Sedang dan Industri Menengah Kecil yang dtelah diolah oleh Pusdatin Kementerian Perindustrian. Meningkatnya jumlah investasi pada sektor industri agro, berkontribusi terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja. Hal-hal yang mendorong kemudahan investasi yang dilakukan oleh pemerintah, memberikan multiplier efect salah satunya adalah peningkatan jumlah tenaga kerja sektor industri. Pada indikator kinerja tujuan yang terakhir Manajemen Direktorat Jenderal Industri Agro Yang Andal Dan Profesional dengan target nilai sebesar 75. Untuk indikator ini berpedoman pada penilaian PMPRB tahun 2016 Kementerian Perindustrian yaitu sebesar 74,73 atau dengan tingkat capaian sebesar 99,64 persen. Penilaian ini mengacu pada penilaian tahun sebelumnya yang didasarkan pada 2 komponen yaitu komponen pengungkit dan komponen hasil. Untuk komponen pengungkit terdiri dari penilaian manajemen perubahan, penataan peraturan perundang-undangan, penataan dan penguatan organisasi, penataan tatalaksana, penat aan sistem manajemen SDM, penguatan akuntabilitas, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Komponenn hasil terdiri dari penilaian nilai akuntabilitas kinerja, survei internal integritas organisasi, opini BPK dan survei eksternal pelayanan publik. Sasaran Strategis Perspektif Stakeholder Pengukuran kinerja sasaran strategis perspektif stakeholders mempunyai 2 (dua) sasaran strategis dengan 4 (empat) indikator kinerja sasaran, meliputi : LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 3

37 1. Meningkatnya Populasi dan persebaran industri Sasaran strategis perspektif stakeholder meningkatnya populasi dan persebaran industri mempunyai 2 (dua) indikator kinerja yaitu : (a) Unit industri agro besar sedang yang tumbuh, dengan target 538 unit; (b) Nilai investasi di sektor industri agro, dengan target antara Rp. 112,7 Rp. 119,8 Triliun. Secara ringkas, capaian masing-masing indikator tersebut seperti berikut ini: Tabel 3.2. Capaian IKSS dari Meningkatnya Populasi dan persebaran industri Sasaran Strategis meningkatnya populasi dan persebaran industri Indikator Kinerja Unit industri agro besar sedang yang tumbuh Nilai investasi di sektor industri agro Satuan T R C T R C T R C ,86% Unit Belum digunakan sebagai indikator 74,6 74, ,9 117,6 105,09 112,7-119,8 121,81 101,67% Rp Triliun Realisasi indikator kinerja Unit industri agro besar sedang yang tumbuh pada tahun 2017 adalah sebanyak 774 unit yang terdiri dari 356 unit usaha bidang industri hasil hutan dan perkebunan, 171 unit usaha bidang industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar dan 247 unit usaha sedang besar dari bidang industri makanan hasil laut dan perikanan. Data yang diperoleh merupakan data penambahan jumlah IUI yang terbit sepanjang 2017 yang dikeluarkan BKPM dan di olah oleh Pusdatin Kementerian Perindustrian. Dari capaian indikator ini sebesar 143,86 persen dengan komposisi 87,5 persen merupakan industri baru yang terbangun, hal ini dapat disimpulkan bahwa pertambahan unit usaha sektor industri agro menuju ke arah yang positif akibat dari meningkatnya pertumbuhan industri agro khususnya industri makanan dan minuman serta industri furniture. Untuk indikator ini pada tahun 2015 dan 2016 belum menjadi indikator pada perjanjian kinerja sehingga tidak dapat diperbandingkan. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 4

38 Tabel Pertumbuhan Sektor Industri Agro Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro Catatan : * )Angka Sementara Industri makanan dan minuman merupakan sektor yang berperan penting dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) industri nonmigas. Selain itu, industri makanan dan minuman merupakan salah satu sektor yang strategis dan masih mempunyai prospek cukup cerah untuk ditumbuh kembangkan di Indonesia karena turut mendorong produksi sektor pertanian melalui pengolahan dan penyerapan bahan baku serta mampu membuka lapangan kerja yang cukup luas. Indikator kinerja Nilai investasi di sektor industri agro Tahun 2017 mencapai realisasi Rp. 121,81 Triliun dengan rincian sektor industri hasil hutan dan perkebunan sebesar 65,61 Triliun, sektor industri minuman, hasil tembakau dan perkebunan sebesar 10,40 Triliun, dan sektor industri makanan, hasil laut dan perikanan sebesar Rp. 45,80 Triliun. Nilai realisasi investasi tersebut didukung oleh adanya Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan Pelaksanaan Perizinan Berusaha untuk mewujudkan terlaksananya percepatan dan kemudahan berusaha, serta inovasi-inovasi yang dilakukan pemerintah dengan memanfaatkan teknologi informasi dalam menciptakan kemudahan pelayanan perizinan melalui perizinan dengan single submission dan digital LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 5

39 signature serta tetap menjalankan langkah-langkah nyata dalam memfasilitasi penyelesaian hambatan investasi, baik dari sisi regulasi maupun implementasi di lapangan, sehingga nilainya melampaui target dengan capaian sebesar 101,67 persen. Tabel 3.4 Perkembangan Investasi PMDN Sektor Industri S.D. Triwulan III Tahun 2017 (Rp Milliar) Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 6

40 Tabel 3.5. Perkembangan Investasi PMA Sektor Industri S.D. Triwulan III Tahun 2017 (Juta USD) Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro Jika dilihat lagi per sektor industri agro, untuk sektor industri hasil hutan dan perkebunan serta sektor minuman hasil laut dan perikanan mengalami penurunan jumlah investasi walaupun dari tabel 3.3 dan tabel 3.4 terjadi kenaikan investasi di bidang industri tembakau tetapi karena sifat industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar bukan merupakan usaha yang padat modal sehingga walaupun secara unit usaha meningkat tetapi investasinya menurun. Untuk sektor industri hasil hutan dan perkebunan juga terjadi penurunan khususnya pada industri kertas dan barang dari kertas. Jika dilihat pada tabel pada tahun 2016 investasi untuk bidang industri ini sangat tinggi karena adanya investasi besar yaitu pembangunan pabrik PT. OKI Pulp dan Kertas sebesar US$ dan dengan kapasitas produksi pulp 2 juta/tahun dan produksi kertas tissue 500 ribu ton/tahun sehingga jika dibandingkan dengan nilai investasi tahun 2017 sangatlah rendah. LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 7

41 2. Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri Indikator kinerja sasaran strategis (IKSS) dari sasaran strategis ini adalah: 1) Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional dengan target antara 30,9 31,1 persen. 2) Produktivitas SDM industri agro dengan target Rp. 347 Juta. Sasaran Strategis Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Sektor Industri Tabel 3.6. Capaian IKSS dari Meningkatnya Daya Saing dan Produktivitas Indikator Kinerja Kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional Produktivitas SDM industri agro Sektor Industri Satuan T R C T R C T R C 28,67 27,69 96,58 30,93 29,59 95,66 31,1 29,6 95,17 Persen 318,5 357,42 129,29 330,3 354,63 113, ,97 105,76 Rp. Juta Berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional (BPS) per Januari yang diolah oleh kementerian perindustrian nilai kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional sebesar 29,6 persen dengan capaian 95,17 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2015 dan tahun 2016, kontribusi ekspor produk industri agro terhadap ekspor nasional berturut-turut sebesar 27,69 persen dan 29,59 persen menunjukkan tren yang meningkat namun tidak begitu signifikan setiap tahunnya. Hal ini disebabkan adanya penurunan kontribusi sektor industri agro yaitu industri hasil hutan dan perkebunan khususnya industri Kayu yaitu : 1) Ekspor produk hasil hutan mengalami tekanan, terutama produk furniture ke Amerika bagian utara (Amerika Serikat, Canada, dan Mexico). Kompetitor produk furniture Indonesia yang utama adalah dari China dan Vietnam. Ekspor produk furniture dari Indonesia ke Amerika Bagian Utara rata-rata USD 500 ribu USD 600 ribu dan ke Eropa (10 negara tujuan ekspor utama) pada kisaran USD 400 ribu, sedangkan ekspor produk furniture Vietnam ke Amerika Serikat sebesar USD 3,5 juta USD 4,5 juta atau setara 9,7% dari total impor furniture Amerika. China merupakan eksportir furniture utama ke Amerika, LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 8

42 yaitu menguasai 34% pasar furniture Amerika atau rata-rata USD 15 milyar USD 16 milyar per tahun. 2) Sejak tahun 2012 sampai 2016 pertumbuhan ekspor furniture dari china ke Amerika meningkat rata-rata 5%, sedangkan pertumbuhan ekspor furniture dari Vietnam ke Amerika mengalami peningkatan yang signifikan sebesar rata-rata 20%, kondisi tersebut memberikan tekanan terhadap ekspor furniture Indonesia. Tabel 3.7 Perkembangan Ekspor Industri Agro Sampai Dengan Jan-Nov Tahun 2017 Nilai US$ Juta Sumber : BPS diolah Ditjen Ind. Agro Catatan : * )Angka Sementara Berdasarkan data tabel diatas dapat dilihat bahwa ekspor produk makanan meningkat dari tahun 2016 ke tahun Peningkatan ekspor tersebut antara lain disebabkan oleh membaiknya kondisi perekonomian di negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok dan Amerika Serikat. Berdasarkan data dari Pusdatin, pada periode bulan Januari s/d November 2017 terjadi peningkatan ekspor industri pengolahan ke Tiongkok sebesar 46,4% dan ke Amerika meningkat sebesar 10,87% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun Selain itu juga terjadi peningkatan pada komoditi minuman dan tembakau (sektor industri minuman, hasil tembakau dan bahan penyegar) yang didorong oleh pengembangan inovasi dan penerapan standar LAKIP Ditjen Industri Agro Tahun 2017 III - 9

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2017 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2016 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan

B. VISI : Indonesia Menjadi Negara Industri yang Berdaya Saing dengan Struktur Industri yang Kuat Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Berkeadilan RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 1 : RENCANA PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS PADA KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA TAHUN ANGGARAN : 216 A. KEMENTRIAN : (19) KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM PANGAN BARANG DARI KAYU DAN FURNITUR TAHUN ANGGARAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KATA PENGANTAR Sebagai salah satu unit Eselon

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 18 Januari 2016 Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Edy Sutopo

KATA PENGANTAR. Jakarta, 18 Januari 2016 Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan. Edy Sutopo KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini disusun berdasarkan Peraturan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Nomor 53 Tahun 2014 Tentang Petunjuk Teknis

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav. 52-53 Jakarta 12950 Telp.: 021-5255509

Lebih terperinci

DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2017 DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT IKM LMEA DIREKTORAT INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH LMEA DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

Lebih terperinci

Renstra Ditjen IA

Renstra Ditjen IA Renstra Ditjen IA 20209 3 PROGRAM PENUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI BERBASIS AGRO 34.789,8 646.848,3 660.630, 692.396, 72.96,9 Ditjen Industri Agro Tingginya laju pertumbuhan industri agro (persen)

Lebih terperinci

AH UN H f ls I. sm? Iftwsfiiist#' ".-» ( */ ji»«*i «"HJ" inni«r7! V"'' EKRETARIAT JENDERAL. KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN

AH UN H f ls I. sm? Iftwsfiiist#' .-» ( */ ji»«*i «HJ inni«r7! V'' EKRETARIAT JENDERAL. KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN AH UN 2 0 1 7 H f ls I sm? Iftwsfiiist#' ".-» ( */ ji»«*i «"HJ" inni«r7! V"''. EKRETARIAT JENDERAL KEMENTERfAN PERINDUSTRIAN DAFTAR ISI BAB I - PENDAHULUAN... 1 A. TUGAS DAN FUNGSI BIRO PERENCANAAN...

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 Kementerian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2017 BIRO PERENCANAAN 2017 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006

Lebih terperinci

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46

Written by Danang Prihastomo Friday, 06 February :22 - Last Updated Wednesday, 11 February :46 RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 Jakarta, 5 Februari 2015 Rapat Kerja Menteri Perindustrian Tahun 2015 dengan tema Terbangunnya Industri yang Tangguh dan Berdaya Saing Menuju

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN TAHUN 2016 DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2015 BIRO PERENCANAAN 2016 Ringkasan Eksekutif Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29

Lebih terperinci

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N

Plt. Sekretaris Jenderal Haris Munandar N KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN TRIWULAN I KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 BIRO PERENCANAAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal

Lebih terperinci

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT KEGIATAN TRIWULAN III TAHUN ANGGARAN 2016 Formulir C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 Tanggal 29 Nopember 2006 DIISI OLEH KEPALA SKPD/KEPALA BAPPEDA/MENTERI/KEPALA LEMBAGA LAPORAN KONSOLIDASI PROGRAM DIRINCI MENURUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2016 JAKARTA, 16 FEBRUARI 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Pimpinan Komisi

Lebih terperinci

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan Karunia-Nya, kami telah dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2011 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2012 RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Perindustrian ini disusun

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014

RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN 2015 JAKARTA, APRIL 2014 RENCANA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN ANGGARAN JAKARTA, APRIL DAFTAR ISI I. Laporan Rekapitulasi Rencana Kerja Kementerian Perindustrian Tahun Anggaran II. Rekapitulasi Per Program Rincian kegiatan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian

Organisasi. struktur. Kementerian Perindustrian Organisasi struktur Kementerian Perindustrian 2 3 Daftar Isi Kata Pengantar 3 4 6 7 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Kata Pengantar Struktur Organisasi Kementrian Perindustrian Arah Kebijakan Pembangunan

Lebih terperinci

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014

Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA Formulir C Laporan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksana Rencana Pembangunan Triwulan III Berdasarkan PP No.39 Tahun 2006 Tahun Anggaran 2014 Kementerian Perindustrian

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Daftar Isi Kata Pengantar Pembentukan struktur organisasi baru Kementerian Perindustrian yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri Perindustrian nomor 105/M-IND/

Lebih terperinci

REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA)

REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA) REVIU I RENCANAA STRATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 BALAI DIKLAT INDUSTRI YOGYAKARTA SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI BALAI DIKLAT INDUSTRI YOGYAKART TA Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M.

KATA PENGANTAR. Jakarta, 10 Maret 2014 Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Dr. Ir. Syafril Fauzi, M. KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2012 Ringkasan Eksekutif RINGKASAN EKSEKUTIF i Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS

BAB II 2.1. RENCANA STRATEGIS BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Agenda pembangunan bidang ekonomi sebagaimana tertuang dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun 2009-2014 adalah meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Rencana strategis merupakan proses yang berorientasi hasil yang ingin dicapai selama kurun waktu satu sampai lima tahun secara

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan

Ringkasan Eksekutif Pemantapan daya saing basis industri manufaktur yang berkelanjutan serta terbangunnya pilar industri andalan masa depan Lakip Kementerian Perindustrian Tahun 2013 Ringkasan Eksekutif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme merupakan tanggung jawab semua instansi pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

Kementerian Perindustrian

Kementerian Perindustrian Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2014 BIRO PERENCANAAN 2015 Ringkasan Eksekutif Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (Ditjen P2HP), melalui Keputusan Direktur Jenderal P2HP Nomor KEP.70/DJ-P2HP/2010 tanggal 17

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO

RENCANA STRATEGIS TAHUN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO TAHUN 2015-2019 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2015 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO NOMOR : 20.1/IA/PER/3/2015

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc

KATA PENGANTAR. Jakarta, 22 Januari 2015 Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Ir. Saut P. Hutagalung, M.Sc KATA PENGANTAR Laporan Kinerja merupakan wujud pertanggungjawaban kepada stakeholders dan memenuhi Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah/lembaga negara yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg

2017, No Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Neg No.1138, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Penetapan IKU. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 70 TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI

Lebih terperinci

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas

NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas NARASI MENTERI PERINDUSTRIAN RI Pembangunan Industri yang Inklusif dalam rangka Mengakselerasi Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas Sektor industri merupakan salah satu sektor yang mampu mendorong percepatan

Lebih terperinci

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan.

b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program, Evaluasi dan Pelaporan. BAB XX DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 400 Susunan organisasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dalam kerangka pembangunan kelautan dan perikanan saat ini dilakukan dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERINDUSTRIAN Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR SP DIPA-018.02-0/2016 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2014 Direktur Pengolahan Hasil. Dr. Ir. Santoso, M.Phil KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan laporan yang disusun sebagai pertanggungjawaban hasil kegiatan yang telah dilakukan dalam satu tahun. Laporan ini mengukur

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menindaklanjuti serangkaian kebijakan dan strategi yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Stragis KKP tahun 2010-2014, Ditjen PSDKP sesuai tugas dan fungsinya telah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat : BAB I PENDAHULUAN I.1 KONDISI UMUM ORGANISASI B agian Hukum dibentuk berdasarkan Keputusan Kepala BSN Nomor 965/BSN-I/HK.35/05/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Standardisasi Nasional. Bagian

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai

BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA. penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai BAB II PERENCANAAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT DPRD KOTA BANDUNG Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku

Lebih terperinci

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG

DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG SOP 2013 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA MALANG Gedung Perkantoran Terpadu (Block Office) Jl. Mayjen Sungkono Malang KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN A. Latar Belakang B. Norma dan Dasar Hukum C. Definisi Global dan Detail Standar D. Maksud dan Tujuan E. Kebutuhan Sumber Daya Manusia F. Kebutuhan Sarana dan Prasarana G.

Lebih terperinci

!"!"!#$%"! & ' ((( ( ( )

!!!#$%! & ' ((( ( ( ) !"!"!#$%"! & ' ((( ( ( ) *(+(, ( -./ *0$" I. Pendahuluan A. Ciri Umum ILMTA B. Lingkup Industri Binaan Ditjen ILMTA C. Gambaran Umum Perkembangan Industri Logam Mesin Tekstil dan Aneka Tahun 2005 s/d 2009

Lebih terperinci

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018

RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 RENCANA KERJA (RENJA) TAHUN ANGGARAN 2018 BIRO PENGEMBANGAN PRODUKSI DAERAH SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas segala limpahan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis Biro Perencanaan dan Keuangan DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i KATA PENGANTAR... ii BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Kondisi Umum... 2 1.1.1 Profil Biro Perencanaan dan Keuangan/Biro Perencanaan dan Organisasi... 2 1.1.2 Capaian Biro Perencanaan

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA KUNJUNGAN DI UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG, 14 APRIL 2016 Kepada Yang Terhormat: 1. Saudara Rektor Universitas Nusa

Lebih terperinci

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH

RUMUSAN HASIL RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN PEMERINTAH DAERAH TAH Jakarta, 2 Maret 2012 Rapat Kerja dengan tema Akselerasi Industrialisasi Dalam Rangka Mendukung Percepatan Pembangunan Ekonomi yang dihadiri oleh seluruh Pejabat Eselon I, seluruh Pejabat Eselon II, Pejabat

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2017 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2018 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BIRO HUKUM DAN ORGANISASI TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

BAB X INSPEKTORAT JENDERAL. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

BAB X INSPEKTORAT JENDERAL. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi - 257 - BAB X INSPEKTORAT JENDERAL Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Pasal 633 (1) Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri. (2) Inspektorat Jenderal dipimpin

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DIREKTORAT PENGEMBANGAN FASILITASI INDUSTRI WILAYAH II TAHUN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 2016 DAFTAR ISI

LAKIP DIREKTORAT JENDERAL BINA KONSTRUKSI 2016 DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL, GAMBAR, BAGAN DAN GRAFIK... ii DAFTAR LAMPIRAN... vii KATA PENGANTAR... viii RINGKASAN EKSEKUTIF... ix BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Tugas

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014 Kementerian Perindustrian REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2014 BIRO PERENCANAAN 2015 KATA PENGANTAR Penyelenggaraan Negara yang Bersih, Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

Lebih terperinci

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG

SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 56/KEP-DJPSDKP/2015 TENTANG KEMENTERIAN DIREKTORAT JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 16 Gedung Mina Bahari III Lantai 15, Jakarta 10110 Telepon (021) 3519070, Facsimile (021) 3520346 Pos Elektronik ditjenpsdkp@kkp.goid

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016 SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA KUNJUNGAN MISI EKONOMI FEDERASI EKONOMI KANSAI (KANKEIREN) JAKARTA, 08 MARET 2016 Yang terhormat Mr. Shosuke Mori, Chairman Kansai Economic Federation, Jepang; Rekan-rekan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan salah satu bisnis strategis dan andalan dalam perekonomian Indonesia, bahkan pada masa krisis ekonomi. Agribisnis subsektor ini mempunyai

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif. vii

Ikhtisar Eksekutif. vii Kata Pengantar Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi kepada masyarakat (stakeholders) dalam menjalankan visi dan misi

Lebih terperinci