PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI"

Transkripsi

1 PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI SUTRADARA RIRI RIZA, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SEMESTER 2 SMA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Oniek Lieuska Paramitha NIM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO 2014 i

2

3

4

5 MOTO DAN PERSEMBAHAN MOTO Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar (al-ahzab ayat 70). PERSEMBAHAN Karya sederhana ini penulis persembahkan untuk semua insan peminat yang mengindahkan ilmu pragmatik, semoga dapat menjadi bahan perbendaharaan pustaka. v

6 PRAKATA Alhamdulillah, itulah kalimat tahmid yang penulis ucapkan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Swt. yang telah memberikan berbagai kenikmatan usaha dan doa penulis dalam penyusunan skripsi ini dapat membuahkan hasil. Skripsi dengan judul Penerapan Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza, Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara, dan Skenario Pembelajarannya di Kelas X Semester 2 SMA ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata I pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari campur tangan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Universitas Muhammadiyah Purworejo dengan fasilitas yang nyaman. 2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang mendukung penyusunan skripsi ini. Tanpa dukungan beliau, skripsi ini belum layak untuk dijadikan perbendaharaan pustaka di universitas. vi

7

8 ABSTRAK Oniek Lieuska Paramitha. Penerapan Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza, Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara, dan Skenario Pembelajarannya di Kelas X Semester 2 SMA. Skripsi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. FKIP, Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza; (2) bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza; (3) relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA; dan (4) skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA dengan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza. Secara teoretis, dalam penelitian ini digunakan pendekatan pragmatik, sedangkan secara metodologis, digunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Data berupa percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam film Sang Pemimpi. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan metode simak bebas libat cakap dan catat. Analisis dilakukan dengan metode padan dan metode agih. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa (1) bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang ditemukan oleh penulis adalah bentuk pematuhan maksim: kearifan, kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, dan simpati dengan variasi bentuk yang bermacam-macam; (2) bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang ditemukan oleh penulis adalah bentuk pelanggaran maksim: kearifan, pujian, dan kesepakatan; (3) relevansi prinsip kesantunan berbahasa yang dipatuhi dan dilanggar oleh tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA adalah percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Kompetensi dasar yang dipilih terdapat dalam silabus adalah 9.2 menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau media elektronik; dan (4) skenario pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan berbicara KD 10.1 pada siswa kelas X semester 2 di SMA menggunakan media film Sang Pemimpi dengan mengombinasikan tiga metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film (Film Talk- Back), dan metode pemberian tugas. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), skenario pembelajaran menyimak dan berbicara dilakukan dengan tiga langkah pembelajaran, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kata Kunci: kesantunan berbahasa, film Sang Pemimpi, relevansi, dan skenario pembelajaran menyimak dan berbicara viii

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN... MOTO DAN PERSEMBAHAN... PRAKATA... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i ii iii iv v vi viii ix xi xii BAB 1 BAB II PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Penegasan Istilah... 9 C. Batasan Masalah D. Rumusan Masalah E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian F. Sistematika Skripsi TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS A. Tinjauan Pustaka Penelitian Rifa i (2012) Penelitian Fitriyanti (2011) B. Kajian Teoretis Prinsip Kesantunan Berbahasa Skala Kesantunan Berbahasa Karakteristik Percakapan Pemain dalam Film Sang Pemimpi Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara di SMA BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian B. Objek Penelitian C. Sumber Data D. Fokus Penelitian E. Instrumen Penelitian F. Teknik Pengumpulan Data G. Teknik Analisis Data H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ix

10 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA A. Penyajian Data Pematuhan Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi a. Pematuhan Maksim Kearifan b. Pematuhan Maksim Kedermawanan c. Pematuhan Maksim Pujian d. Pematuhan Maksim Kerendahan hati e. Pematuhan Maksim Kesepakatan f. Pematuhan Maksim Simpati Pelanggaran Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi a. Pelanggaran Maksim Kearifan b. Pelanggaran Maksim Pujian c. Pelanggaran Maksim Kesepakatan Relevansi Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi dengan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara di SMA Skenario Pembelajaran Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza di Kelas X Semester 2 SMA B. PembahasanData Pematuhan Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi a. Pematuhan Maksim Kearifan b. Pematuhan Maksim Kedermawanan c. Pematuhan Maksim Pujian d. Pematuhan Maksim Kerendahan hati e. Pematuhan Maksim Kesepakatan f. Pematuhan Maksim Simpati Pelanggaran Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi a. Pelanggaran Maksim Kearifan b. Pelanggaran Maksim Pujian c. Pelanggaran Maksim Kesepakatan Relevansi Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi dengan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara di SMA Skenario Pembelajaran Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza di Kelas X Semester 2 SMA BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Karakter Otak Kiri... 6 Tabel 2. Karakter Otak Kanan... 7 Tabel 3. Format Kartu Pencatat Data Tabel 4. Contoh Format Pengisian Kartu Pencatat Data Tabel 5. Kategori Pematuhan Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza Tabel 6. Kategori Pelanggaran Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza Tabel 7. Perbedaan Mendengar dan Mendengarkan Tabel 8. Contoh Format Pengisian Kartu Informasi Tabel 9. Contoh Pengisian Kriteria Merumuskan Pokok Persoalan Tabel 10. Rubrik Penilaian Aspek Menyimak Lembar Kerja Kelompok Siswa Tabel 11. Rubrik Penilaian Aspek Berbicara Lembar Kerja Kelompok Siswa Tabel 12. Perhitungan Skor dengan Sistem Bobot xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Silabus Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lampiran 3. Data dan Instrumen Data Lampiran 4. Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 5. Surat Keputusan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Lampiran 6. Autobiografi Penulis Lampiran 7. Rekaman CD Berisi Film Sang Pemimpi dan Soal Uji Keterampilan Menyimak xii

13 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang, penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. A. Latar Belakang Tawuran yang makin meningkat di kalangan pelajar bukan hal yang positif. Penyebab tawuran antarpelajar terkadang persoalan yang sepele, misalnya saling mengejek. Dampak yang diperoleh adalah korban tawuran ada yang meninggal dunia seperti yang pernah terjadi di Jakarta. Aksi tawuran antara pelajar SMA N 6 dan SMA N 70, Bulungan, Jakarta Selatan, yang telah menewaskan Alawy, pelajar SMA N 6 Jakarta Selatan (Suara Merdeka, 2012: 2). Pemerhati pendidikan anak misalnya Seto Mulyadi, mengatakan bahwa pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan pendidikan tidak tegas dalam menangani kasus kekerasan di kalangan pelajar sehingga kasus serupa terus terulang (Suara Merdeka, 2012: 9). Kita prihatin melihat aksi negatif pelajar melalui media cetak yang banyak memberitakan tawuran antarpelajar. Para pelajar yang seharusnya belajar, justru sering tawuran antara satu sekolah dan sekolah yang lain. Selain tawuran, ada juga aksi pelajar SMP membunuh teman lantaran dipicu saling mengejek satu sama lain melalui pesan singkat telepon seluler di Purbalingga. Mohamad Ardian, siswa SMP 2 Rembang, Purbalingga tewas akibat ditusuk temannya, Nn di halaman sekolah setempat pada hari Sabtu tanggal 22 September 2012 (Suara Merdeka, 2012: 13). 1

14 2 Perkelahian antarpelajar yang terjadi di berbagai daerah akhir-akhir ini merupakan tanda bahwa pendidikan perlu ditinjau ulang. Pendidikan telah dinilai belum maksimal membangun karakter siswa. Tujuan pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab (Depdikbud, 2009: 6). Tujuan pendidikan nasional tersebut jelas bahwa pendidikan karakter merupakan bagian dari proses pendidikan. Namun, pada penerapan di lapangan pendidikan karakter tersebut tidak dilakukan secara maksimal di sekolah. Salah satu aspek pembentukan karakter siswa adalah sikap sopan santun. Pembentukan karakter siswa untuk menjadi siswa yang memiliki sikap sopan santun dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan di sekolah, di rumah, dan di lingkungan tempat tinggal dapat ditanamkan melalui proses pembiasaan. Proses pembiasaan ini akan berhasil secara efektif jika dilakukan kerja sama antara peran orang tua di rumah dan peran sekolah. Teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui penerapan penanaman sikap sopan santun dalam semua bidang pelajaran, terkhusus mata pelajaran Bahasa Indonesia karena siswa dituntut untuk menggunakan bahasa yang santun saat berkomunikasi.

15 3 Idealnya proses pendidikan yang berlangsung di sekolah dapat menghasilkan siswa yang tidak hanya memiliki kompetensi secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia. Dari bekal akhlak mulia ini siswa akan berkembang menjadi siswa yang baik dan memiliki karakter yang santun ketika ia berkomunikasi. Hal ini senada dengan pendapat Pranowo (2008: 1), orang yang ketika berbicara menggunakan pilihan kata,ungkapan yang santun, struktur kalimat yang baik menandakan bahwa kepribadian orang itu memang baik. Sebaliknya, jika ada orang yang sebenarnya kepribadiannya tidak baik, meskipun berusaha berbahasa secara baik, benar, dan santun di hadapan orang lain; pada suatu saat dia tidak mampu menutup-nutupi kepribadian buruknya muncul pilihan kata, ungkapan, atau struktur kalimat yang tidak baik dan tidak santun. Salah satu perwujudan dari sikap sopan santun adalah menghormati orang lain dengan menggunakan bahasa yang tidak meremehkan atau merendahkan orang lain. Sikap sopan ditandai dengan perilaku menghormati kepada orang yang lebih tua, menggunakan bahasa yang sopan, tidak memiliki sifat yang sombong. Sikap sopan ini tidak sekadar hanya dipelajari di rumah, tetapi sekolah perlu merancang penerapan sopan santun dalam kehidupan di sekolah. Di samping itu, sekolah berkerja sama dengan keluarga untuk berperan membiasakan sikap sopan santun bagi siswa ketika di rumah dan di lingkungan sekitar. Peran orang tua di rumah dalam membiasakan sikap sopan santun bagi siswa sangat penting mengingat sebagian besar waktu siswa lebih banyak di rumah. Sekolah menitikberatkan pengembangan sikap sopan santun pada siswa. Dengan demikian, kerja sama yang baik antara sekolah dan orang tua dalam mendidik siswa tidak lagi

16 4 hanya sebatas pada pembagian tugas atau orang tua menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah, tetapi perlu ada kerja sama dalam pelaksanaan proses pendidikan itu sendiri. Penerapan kesantunan berbahasa dalam proses pembelajaran di kelas X semester 2 SMA dapat dijadikan bahan untuk skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Hasil penelitian tentang maksim kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi ini dapat dijadikan sebagai alternatif bahan pembelajaran. Penelitian ini disesuaikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara berdasarkan kompetensi dasar 9.2 menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik. Hasil perpaduan penelitian antara bahasa dan sastra ini digunakan untuk membantu kegiatan komunikasi sehari-hari siswa yang menerapkan kesantunan berbahasa setelah siswa mendapatkan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA. Pemilihan bahan pembelajaran yang diambil dari contoh tuturan dalam percakapan film ini sekaligus dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan berbahasa siswa yang santun. Salah satu penerapan kesantunan berbahasa dalam kehidupan dapat ditemukan dalam film. Film merupakan gambar-gambar dalam bingkai yang diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu bergerak. Film bergerak dengan cepat dan bergantian sehingga memberikan visual yang terus berlanjut. Kemampuan film melukiskan gambar hidup dan suara

17 5 memberinya daya tarik tersendiri. Film pada umumnya digunakan untuk tujuan hiburan, dokumentasi, dan pendidikan. Media ini dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap (Arsyad, 2011: 49). Hal ini menandakan film sebagai media komunikasi sosial yang terbentuk dari penggabungan dua indera, yakni penglihatan dan pendengaran dengan tema sebuah cerita yang mengungkapkan realita sosial terjadi di sekitar lingkungan. Sang Pemimpi sebagai salah satu film sutradara Riri Reza merupakan suguhan efektif dalam proses belajar mengajar yang dapat memberi rasa menghibur dan menarik untuk ditonton semua kalangan. Tuturan tokoh diungkapkan dengan sindiran dan pujian dalam percakapan film Sang Pemimpi. Di dalam sebuah film, terdapat adegan-adegan yang memuat dialog, latar, karakter tokoh, dan konteks yang melingkupinya. Unsur film Sang Pemimpi mengarah pada prinsip kesantunan berbahasa. Prinsip kesantunan dalam tuturan terkadang diabaikan oleh partisipan dalam mengutarakan maksud tertentu. Dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi ini terdapat tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan berbahasa. Berkaitan dengan hal di atas, penulis mengkaji analisis maksim prinsip kesantunan berbahasa dan mengkaitkan dengan skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA. Kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi dianggap penting pada proses belajar mengajar sebagai salah satu

18 6 variasi pembelajaran. Adanya variasi pembelajaran ini membantu guru untuk memaksimalkan fungsi otak siswa. Suroso (2010: 11) menerangkan bahwa bagian-bagian otak dan fungsinya masing-masing sebagai berikut. 1. Korteks prefrontal berfungsi sebagai proses berpikir. 2. Korteks motor berfungsi mengendalikan aktivitas. 3. Lobus temporal berfungsi sebagai pusat pendengaran di otak. 4. Lobus parietal berfungsi menangani kemampuan spasial. 5. Lobus oksipital berfungsi sebagai pusat penglihatan. 6. Serebelum (otak kecil) berperan penting dalam penyesuaian postur dan keseimbangan. 7. Amigdala, hipocampus, dan caudate nucleus berfungsi menyebarkan pesanpesan penting di berbagai bagian otak. Otak sebagai organ tubuh yang paling penting dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu otak kanan dan otak kiri (Suroso, 2010: 2). Santoso dalam bukunya Right Brain for Kids menyatakan bahwa karakter masing-masing belahan otak secara rinci sebagai berikut (Suroso, 2010: 4). Karakter Rasional Matematis Analitis Detailed Controlled Objective Realistic Dominant Worldly Tabel 1 Karakter Otak Kiri Ciri Otak Kiri Orientasi terhadap hal yang sudah terjadi Orientasi pada hal yang bisa dihitung Kecenderungan menganalisis Kecenderungan pada detail-detail Kecenderungan mengontrol Orientasi pada tujuan akhir Kecenderungan pada yang nyata Kecenderungan pada maksimalisasi Kecenderungan melakukan secara langsung

19 7 Directed Active Reading Writing Naming Sequential Ordering Abstract Explicit Verbal Successive Speech Differential Deductive Convergent Discrete Historical Eye Western Karakter Relational Special Musical Acoustic Holistic Multiple Artistic Symbolic Imaginative Simultaneous Continuous Emotional Senseous Intuitive Creative Minor-Quiet Kecenderungan pada hal-hal jasmani Kecenderungan melakukan lebih dahulu Kemampuan membaca Kemampuan menulis Kemampuan memberi identitas Orientasi pada tahapan Orientasi pada perintah Orientasi penggambaran tanpa bentuk Kecenderungan pada ketegasan Kecenderungan secara lisan Kecenderungan berurutan Kemampuan berkata-kata Kecenderungan perbedaan Kecenderungan menyimpulkan Kecenderungan menghimpun Kecenderungan berciri lain Orientasi pada sejarah Orientasi pada indera penglihatan Orientasi pada pola pikir Tabel 2 Karakter Otak Kanan Ciri Otak Kanan Orientasi pada hubungan-hubungan Orientasi ruang dan bentuk dimensi Kemampuan mengerti musik Kecenderungan menyerap bunyi Pandangan yang meyeluruh Kecenderungan penggandaan Orientasi pada keindahan Orientasi pada simbol-simbol Kecenderungan berimajinasi Kecenderungan secara tetap Tindakan yang berlanjut Orientasi pada otak emosional Orientasi pada perasaan Orientasi penggunaan intuisi Orientasi pada kreativitas Kecenderungan selalu bergerak

20 8 Timeless Spiritual Divergent Metaphoric Qualitative Subjective Receptive Horizontal Synthetic Concrete Facial Recognition Coraprochensive Impulsive Existential Perception of abstract patterns Recognition of complex figures Tidak terikat waktu Orientasi pada kejiwaan Kecenderungan berbeda Kemampuan pada hal tak kasat mata Orientasi pada kualitas Orientasi pada proses Orientasi pada sikap membuka diri Orientasi pada pemikiran menyamping Kecenderungan meniru Kecenderungan pada hal konkret Kemampuan pengenalan tampilan Orientasi berpikir luas Kemampuan bertindak tanpa rencana Kemampuan menampilkan diri Persepsi pada pola-pola abstrak Pengenalan pada pola yang kompleks Dengan kata lain, pengelompokan karakter yang berbeda antara otak kanan dan otak kiri secara singkat bahwa otak kanan menekankan rima, irama, musik, gambar, dan imajinasi, sedangkan otak kiri menekankan kata-kata, logika, angka, hitungan, dan urutan. Dengan demikian, kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi yang dikaitkan dengan skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA mengacu pada keseimbangan otak siswa. Film Sang Pemimpi sebagai salah satu bagian dari kesenian dan materi berkenaan dengan prinsip kesantunan berbahasa yang disampaikan oleh guru sesuai dengan standar kompetensi dapat lebih mengoptimalkan otak kanan siswa. Prinsip kesantunan berbahasa dapat mempengaruhi sikap siswa secara emosional. Pengoptimalan otak kiri siswa dapat ditunjukkan melalui analisis dan pengungkapan kembali materi yang telah disimak. Pengoptimalan otak kanan dan otak kiri ini dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan karakter yang santun sehingga

21 9 siswa dapat memilih dan menerapkan tuturan yang santun saat berinteraksi dengan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahan interpretasi, penulis menjabarkan cakupan dan batasan operasional terhadap beberapa istilah yang menjadi judul penelitian. Di bawah ini dipaparkan definisi operasional istilah-istilah yang ada pada judul penelitian ini. 1. Prinsip Kesantunan Berbahasa Teori kesantunan berbahasa banyak dicetuskan oleh para ahli seperti Nadar (2009), Tarigan (2009), Rustono (1999), Hwang (2007) dan Leech (2011). Istilah santun berbahasa menurut Leech (2011: 124) adalah prinsip sopan santun harus menjaga keseimbangan sosial dan keramahan hubungan, karena hanya dengan hubungan-hubungan yang demikian dapat mengharapkan bahwa peserta yang lain akan bekerja sama. Penulis menggunakan prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech untuk menyesuaikan isi analisis penelitian ini. Prinsip kesantunan berbahasa dalam konteks judul penelitian ini mengacu pada tuturan yang diterapkan oleh penutur dan mitra tutur agar lebih santun. 2. Percakapan Istilah mengenai percakapan dijelaskan oleh Rustono (1999: 47) adalah interaksi verbal yang berlangsung secara tertib dan teratur dan melibatkan dua pihak atau lebih guna mencapai tujuan tertentu sebagai wujud peristiwa komunikasi. Rustono menganggap prinsip percakapan meliputi dua, yaitu

22 10 prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Dalam penelitian ini, digunakan prinsip kesantunan dalam percakapan yang mengacu pada produk bahasa berupa tuturan tokoh dalam film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza. 3. Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara Hasil analisis tentang penerapan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza akan dihubungkan dan dijadikan bahan pembelajaran kesantunan berbahasa di sekolah. Dalam hal ini, jenjang pendidikan yang dipilih adalah kelas X semester 2 SMA dengan kompetensi dasar 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik. Dalam menyimpulkan isi informasi melalui tuturan dan menyampaikan pendapat atau kritik menerapkan kesantunan berbahasa. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa judul Penerapan Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza, Relevansinya sebagai Bahan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara, dan Skenario Pembelajarannya di Kelas X Semester 2 SMA merupakan analisis terhadap penerapan prinsip kesantunan berbahasa meliputi enam maksim kesantunan dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza dan hasil analisis dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran kesantunan berbahasa dalam skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA.

23 11 C. Batasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas, penulis perlu memberikan batasan masalah. Pembatasan masalah dalam penelitian ini meliputi: 1. penelitian ini hanya terbatas pada tuturan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang termasuk kategori pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa; 2. data yang dipilih sebagai bahan pembelajaran, hanya data yang sesuai dengan pembelajaran menyimak dan berbicara bagi siswa kelas X semester 2 SMA. D. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis angkat dalam penelitian dipaparkan dalam kalimat pertanyaan berikut ini. 1. Bagaimana bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza? 2. Bagaimana bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza? 3. Bagaimana relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA? 4. Bagaimana skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA dengan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza?

24 12 E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Di bawah ini dipaparkan tujuan dan kegunaan penelitian. 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan: a. bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza; b. bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza; c. relevansi prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA; dan d. skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA dengan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza. 2. Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan teoretis dan praktis. Kegunaan tersebut dipaparkan di bawah ini. a. Kegunaan Teoretis Secara teoretis, penelitian ini dapat bermanfaat di bidang ilmu pragmatik dan pendidikan. Di bidang ilmu pragmatik, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kajian pragmatik pada umumnya dan prinsip kesantunan berbahasa pada khususnya, terutama percakapan yang

25 13 ada di film. Di bidang pendidikan, penelitian ini bermanfaat untuk menambah konsep materi dalam bidang kesantunan berbahasa. b. Kegunaan Praktis Secara praktis, manfaat penelitian ini dapat memberikan terobosan baru untuk menggunakan film sebagai media pembelajaran menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA. Penelitian ini juga dapat memberikan petunjuk menunjang pengetahuan tentang kesantunan berbahasa dalam percakapan sehari-hari. F. Sistematika Skripsi Penulisan skripsi ini disusun sesuai dengan format yang telah ditetapkan oleh universitas. Berikut ini dipaparkan sistematika penulisan skripsi. Secara garis besar, skripsi ini terbagi ke dalam tiga bagian: bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Pada bagian awal, penulis menyertakan halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, pengesahan penguji, surat pernyataan keautentikan karya, moto dan persembahan, prakata, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. Bagian isi terbagi ke dalam lima bab. Bab I adalah pendahuluan yang memuat latar belakang, penegasan istilah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan skripsi. Latar belakang berisi hal atau permasalahan yang menjadi alasan mengapa penelitian mengenai kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza layak diteliti. Pada penegasan istilah, dijabarkan definisi istilah yang dipakai dalam judul serta pembatasannya. Selanjutnya, subbab tujuan dan kegunaan peneliti-

26 14 an menjelaskan tujuan penelitian dan manfaatnya, baik secara teoretis maupun praktis. Subbab sistematika skripsi memaparkan urutan penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini. Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka menguraikan relevansi antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifa i (2012) dalam skripsinya yang berjudul Operasi Prinsip Sopan Santun Tuturan SMS dalam Rubrik Njur Piye Harian Suara Merdeka Edisi September 2011 dan Fitriyanti (2011) dalam skripsinya yang berjudul Ungkapan Kesantunan Imperatif antartokoh dalam Film Laskar Pelangi dan Model Pembelajarannya di SMP. Kajian teoretis menguraikan teori yang menjadi landasan penelitian. Dalam kajian teori ini penulis menjabarkan pengertian prinsip kesantunan berbahasa, skala kesantunan berbahasa, karakteristik percakapan pemain dalam film Sang Pemimpi, pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA. Bab III berisi metode penelitian. Metode penelitian mencakup pendekatan penelitian, objek penelitian, sumber data, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. Bab IV berisi penyajian data beserta pembahasannya. Pada subbab penyajian data ini dipaparkan data-data yang ditemukan untuk menjawab rumusan masalah. Selanjutnya, pada subbab pembahasan data, data-data yang ditemukan tersebut dianalisis dan dideskripsikan sesuai dengan pematuhan dan pelanggaran terhadap

27 15 kesantunan berbahasa, relevansi, dan skenario pembelajaran yang menerapkan kesantunan berbahasa. Bab V merupakan bab penutup, berisi simpulan dan saran. Simpulan merupakan jawaban pertanyaan atas masalah, sedangkan saran adalah rekomendasi yang disampaikan kepada pembaca berdasarkan simpulan dari penelitian ini. Pada bagian akhir skripsi, disertakan daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang mendukung penelitian ini. Termasuk di dalam lampiran adalah silabus, RPP, data dan instrumen data, kartu bimbingan skripsi, surat keputusan penetapan dosen pembimbing, dan autobiografi penulis.

28 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS Bab ini berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka menguraikan relevansi antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu, sedangkan kajian teoretis menguraikan teori yang menjadi landasan penelitian. A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka merupakan kajian secara kritis terhadap penelitian terdahulu sehingga dapat diketahui perbedaan yang khas antara kajian terdahulu dengan kajian yang akan dilakukan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Rifa i (2012) dalam skripsinya yang berjudul Operasi Prinsip Sopan Santun Tuturan SMS dalam Rubrik Njur Piye Harian Suara Merdeka Edisi September 2011 dan Fitriyanti (2011) dalam skripsinya yang berjudul Ungkapan Kesantunan Imperatif antartokoh dalam Film Laskar Pelangi dan Model Pembelajarannya di SMP. Perbedaan dan kesamaan antara penelitian ini dengan kedua penelitian tersebut, penulis simpulkan sebagai berikut. 1. Muhammad Rifa i (2012) Melalui skripsinya yang berjudul Operasi Prinsip Sopan Santun Tuturan SMS dalam Rubrik Njur Piye Harian Suara Merdeka Edisi September 2011, Rifa i menganalisis pematuhan dan pelanggaran prinsip sopan santun Leech pada rubrik Njur Piye harian Suara Merdeka. Dari hasil pendekatan pragmatik dan analisis isinya, Rifa i menemukan 393 data sms dengan rincian: pematuhan 16

29 17 prinsip sopan santun berjumlah 300 data sms, dan 93 data selebihnya merupakan data sms yang termasuk pelanggaran prinsip sopan santun. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Rifa i terletak pada teori yang digunakan dalam menganalisis sumber data yakni sama-sama menggunakan teori prinsip kesopanan Leech. Meskipun menganalisis dengan teori yang sama, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Rifa i. Perbedaan tersebut terletak pada sumber data dan tujuan penelitian. Rifa i menggunakan sumber data dari harian Suara Merdeka, sebuah surat kabar dengan jangkauan terluas di Jawa Tengah, sedangkan penulis menggunakan sumber data tuturan antartokoh dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza. Tujuan penelitian Rifa i terbatas pada deskripsi pematuhan dan pelanggaran prinsip sopan santun, sedangkan penelitian ini dilengkapi dengan relevansinya sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara serta skenario pembelajaran di kelas X semester 2 SMA. Penelitian Rifa i mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan itu terletak pada cakupan analisis data. Dalam menguraikan analisinya, Rifa i menggunakan bahasa yang lugas sehingga mudah dipahami, sedangkan kekurangan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rifa i hasil analisis yang telah Rifa i lakukan tidak dihubungkan dengan pembelajaran di sekolah. Mengingat bahwa latar belakang penulisnya, Rifa i berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purworejo.

30 18 2. Fitriyanti (2011) Fitriyanti (2011), mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan melalui skripsinya yang berjudul Ungkapan Kesantunan Imperatif antartokoh dalam Film Laskar Pelangi dan Model Pembelajarannya di SMP menganalisis kesantunan imperatif antartokoh dalam film Laskar Pelangi dan aplikasi pada model pembelajaran di SMP. Dari hasil pendekatan pragmatik ditemukan bentuk kesantunan imperatif dalam interaksi antartokoh pada film Laskar Pelangi meliputi kesantunan linguistik, kesantunan pragmatik, makna pragmatik imperatif dalam interaksi antartokoh pada film Laskar Pelangi, dan model pembelajaran kesantunan imperatif yaitu model pembelajaran siswa aktif yang diintegrasikan dalam aspek berbicara kegiatan diskusi. Kesamaan penelitian ini dengan penelitian Fitriyanti terletak pada sumber data yang digunakan dan aplikasi hasil penelitian dalam pembelajaran di sekolah. Data yang digunakan sama-sama berupa film yang berbeda judulnya dan aplikasi pembelajaran diterapkan pada jenjang pendidikan yang berbeda tingkatannya. Meskipun menggunakan sumber data yang sama, terdapat perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Fitriyanti. Perbedaan tersebut terletak pada analisisnya. Penelitian yang dilakukan Fitriyanti hanya sekadar menganalisis kesantunan imperatif dan diperluas dengan aplikasi pembelajarannya di SMP, sedangkan penelitian ini fokus menganalisis prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan antartokoh film Sang Pemimpi dengan

31 19 relevansi sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA. B. Kajian Teoretis Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang berupa kumpulan materi terpilih dari berbagai sumber untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang diteliti. Dalam kajian teori ini penulis akan menjabarkan pengertian prinsip kesantunan berbahasa, skala kesantunan berbahasa, karakteristik percakapan pemain dalam film Sang Pemimpi, pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di SMA. 1. Prinsip Kesantunan Berbahasa Definisi kesantunan telah dikemukakan oleh beberapa pakar. Istilah santun berbahasa menurut Parera (1993: 136) adalah perilaku berbahasa yang disesuaikan dengan konteks percakapan atau pembicaraan. Dalam santun berbahasa, pelibat bicara akan memperhatikan status, umur, jenis kelamin, jabatan pelibat bicara, dan juga asal suku pelibat bicara. Santun berbahasa akan tampak dalam pilihan kata, misalnya bentuk sapaan dan salam. Rustono (1999: 19) menambahkan bahwa konteks merupakan sarana pemerjelas suatu maksud. Sarana itu meliputi dua macam, yang pertama berupa bagian ekspresi yang dapat mendukung kejelasan maksud dan yang kedua berupa situasi yang berhubungan dengan suatu kejadian. Konteks terdiri atas berbagai unsur seperti situasi, pembicara, pendengar, waktu, tempat, adegan, topik, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan sarana (Alwi, 2003: 421). Hwang (2007: 13) menambahkan bahwa konteks yang terdiri dari tiga bagian, yakni konteks fisik,

32 20 konteks linguistik, dan konteks pengetahuan yang diperlukan oleh penutur dan mitra tutur untuk memberikan maksud dalam percakapan secara tepat. Selanjutnya, Kridalaksana (2011: 119) mendefinisikan bahwa kesantunan sebagai hal memperlihatkan kesadaran akan martabat orang lain. Dasar kebenaran bagi ungkapan-ungkapan kesopansantunan ialah dapatnya ungkapanungkapan itu secara tepat menerangkan aneka asimetris yang seperti itu, dan konsekuensi-konsekuensinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Pertama peneliti harus menerangkan dengan mengacu pada jenis sopan santun apa yang paling penting dalam masyarakat penutur (Tarigan, 2009: 45). Tarigan menganggap bahwa ada baiknya peneliti menghubungkan aneka tindak ilokusi secara tepat dengan aneka jenis kesopansantunan yang serasi. Leech (2011: 126) menjelaskan bahwa ada ilokusi-ilokusi yang pada dasarnya memang tidak sopan dan ada ilokusi-ilokusi yang pada dasarnya sopan. Oleh karena itu, sopan santun negatif berfungsi mengurangi ketidaksopanan ilokusiilokusi yang tidak sopan dan sopan santun positif bertugas membuat ilokusi yang sopan menjadi sesopan mungkin. Leech (2011: 124) menambahkan bahwa prinsip sopan santun harus menjaga keseimbangan sosial dan keramahan hubungan, karena hanya dengan hubungan-hubungan yang demikian dapat mengharapkan bahwa peserta yang lain akan bekerja sama. Secara umum, prinsip sopan santun dapat dirumuskan gunakanlah sesedikit mungkin tuturan-tuturan yang mengungkapkan pendapat yang tidak sopan (Leech, 2011: 123). Alasan dicetuskannya prinsip kesantunan adalah bahwa di dalam tuturan penutur tidak cukup hanya dengan mematuhi prinsip

33 21 kerja sama. Prinsip kesantunan diperlukan untuk melengkapi prinsip kerja sama dan mengatasi kesulitan yang timbul akibat penerapan prinsip kerja sama (Rustono, 1999: 61). Dari pendapat-pendapat ahli di atas, dapat dirumuskan bahwa prinsip kesantunan berbahasa adalah aturan dalam percakapan yang digunakan oleh penutur agar mitra tutur mendapatkan keuntungan yang sesuai dengan konteks tuturan. Mitra tutur tidak merasa dirugikan oleh penutur karena penutur berusaha untuk menciptakan tuturan yang meminimalkan ketaksantunan tuturan dalam komunikasi sosial di masyarakat. Secara lengkap, Leech (2011: 206) menawarkan bahwa prinsip kesantunan yang meliputi enam bidal beserta subbidalnya sebagai berikut. a. Maksim kearifan (tact maxim) dalam ilokusi-ilokusi impositif dan komisif. Maksim kearifan ditandai sebagai berikut. 1) Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin. 2) Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin. b. Maksim kedermawanan (generosity maxim) dalam ilokusi-ilokusi impositif dan komisif. Maksim kedermawanan ditandai sebagai berikut. 1) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin. 2) Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin. c. Maksim pujian (approbation maxim) dalam ilokusi-ilokusi ekspresif dan asertif. Maksim pujian ditandai sebagai berikut. 1) Kecamlah orang lain sesedikit mungkin. 2) Pujilah orang lain sebanyak mungkin.

34 22 d. Maksim kerendahan hati (modesty maxim) dalam ilokusi-ilokusi ekspresif dan asertif. Maksim kerendahan hati ditandai sebagai berikut. 1) Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin. 2) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. e. Maksim kesepakatan (agreement maxim) dalam ilokusi-ilokusi asertif. Maksim kesepakatan ditandai sebagai berikut. 1) Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan pihak lain terjadi sesedikit mungkin. 2) Usahakan agar kesepakatan antara diri dan pihak lain terjadi sebanyak mungkin. f. Maksim simpati (sympathy maxim) dalam ilokusi-ilokusi asertif. Maksim simpati ditandai sebagai berikut. 1) Kurangilah rasa antipasti antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin. 2) Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain. Berikut penjabaran keenam maksim prinsip kesantunan menurut Leech beserta contoh. a. Maksim Kearifan Petunjuk dalam bidal ini diminimalkan biaya kepada pihak lain dan memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain. Pihak lain di dalam tuturan hendaknya dibebani biaya seringan-ringannya tetapi dengan keuntungan sebesar-besarnya (Leech, 2011: 166; Nadar, 2009: 30; Rustono, 1999: 66; Tarigan, 2009: 44; dan Wijana, 1996: 56). Pelanggaran maksim kearifan terjadi jika penutur tidak menaati maksim kearifan. Penutur selalu menam-

35 23 bah keuntungan diri sendiri dan merugikan pihak lain. Perhatikan contoh maksim kearifan di bawah ini. Konteks : Pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2013 pukul WIB, diadakan acara pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Purworejo bertempat di kantor Balai Desa Pituruh. Untuk kepentingan tersebut, mahasiswa bertemu dengan Pak Lurah dan terjadilah percakapan. Percakapan I Mahasiswa : [1] Kalau Bapak tidak ada kegiatan dan tidak berkeberatan, mohon kehadiran Bapak dalam acara pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Purworejo bertempat di kantor Balai Desa Pituruh pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2013 pukul WIB. Pak Lurah : Insya Allah saya hadir. Percakapan II Mahasiswa : [2] Bapak hadir ya dalam acara pelepasan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Purworejo bertempat di kantor Balai Desa Pituruh pada hari Kamis tanggal 28 Februari 2013 pukul WIB. Pak Lurah : Insya Allah saya hadir.

36 24 Analisis : Dari kedua percakapan tersebut, tuturan [1] dinilai mengurangi beban biaya kepada Pak Lurah, sedangkan tuturan [2] penutur tidak menaati maksim kearifan yang merugikan pihak lain yaitu memaksa Pak Lurah harus menuruti permintaan dari mahasiswa untuk hadir dalam acara pelepasan mahasiswa KKN. Dengan demikian, tuturan [1] dinilai mematuhi maksim kearifan, sedangkan tuturan [2] dinilai melanggar maksim kearifan. b. Maksim Kedermawanan Bidal ini memberi penjelasan penutur meminimalkan keuntungan kepada diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain. Pihak lain di dalam tuturan hendaknya diupayakan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sementara itu penutur hendaknya berupaya mendapatkan keuntungan yang sekecil-kecilnya (Leech, 2011: 209; Nadar, 2009: 30; Rustono, 1999: 67; Tarigan, 2009: 77; dan Wijana, 1996: 57). Maksim kedermawanan diharapkan para peserta tutur dapat menghormati orang lain dengan baik. Penghormatan kepada orang lain dapat terjadi apabila orang dapat mengurangi kadar keuntungan bagi diri sendiri dan memaksimalkan kadar keuntungan bagi pihak lain dengan cara mengutamakan kepentingan bagi orang lain. Pelanggaran maksim kedermawanan terjadi apabila peserta tutur menambah keuntungan diri sendiri dan mengurangi pengorbanan terhadap diri sendiri. Perhatikan contoh maksim kedermawanan berikut ini.

37 25 Konteks : Pada hari Selasa tanggal 12 Februari 2013 pukul WIB, diadakan kegiatan pelantikan kaur pembangunan yang bertempat di Balai Desa Pituruh. Untuk kepentingan tersebut, Pak Lurah akan berangkat ke Balai Desa Pituruh bertemu dengan mahasiswa dan terjadilah percakapan. Percakapan I Pak Lurah : Bagaimana saya sampai ke Balai Desa agar tepat waktu? Mahasiswa : [3] Tidak perlu khawatir, Pak. Saya dapat meminjamkan sepeda motor saya kepada Bapak. Percakapan II Pak Lurah : Bagaimana saya sampai ke Balai Desa agar tepat waktu? Mahasiswa : [4] Jalan melewati gang alternatif saja, Pak. Kami naik sepeda motor dan menunggu Bapak di Balai Desa. Analisis : Tuturan [3] dinilai telah meminimalkan keuntungan kepada diri mahasiswa dengan menawarkan sepeda motor miliknya kepada Pak Lurah, sedangkan tuturan [4] dinilai melanggar maksim kedermawanan karena menguntungkan diri sendiri, yakni menyuruh Pak Lurah jalan melewati gang alternatif padahal mahasiswa menggunakan sepeda motor untuk sampai ke Balai Desa.

38 26 c. Maksim Pujian Bidal ini menyarankan penutur agar meminimalkan penjelekan kepada pihak lain dan memaksimalkan pujian kepada pihak lain (Leech, 2011: 211; Nadar, 2009: 30; Rustono, 1999: 68; Tarigan, 2009: 79; dan Wijana, 1996: 57). Pelanggaran maksim penghargaan terjadi jika penutur menambah penjelekan pada orang lain dan mengurangi pujian pada orang lain. Perhatikan contoh maksim pujian berikut ini. Konteks : Pada hari Jumat tanggal 1 Februari 2013 pukul WIB, kedatangan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Purworejo disambut oleh Lurah dan warga desa. Untuk kepentingan menginap selama kegiatan KKN berlangsung, mahasiswa bertemu dengan Pak Lurah dan terjadilah percakapan. Percakapan I Pak Lurah : Maaf, seadanya. Ada dua rumah kosong yang masih layak huni, satu untuk mahasiswa laki laki dan satu untuk mahasiswa perempuan. Silakan menginap di rumah itu. Mahasiswa : [5] Ya. Terima kasih, Pak. Kami senang bisa menempati rumah ini. Percakapan II Pak Lurah : Maaf, seadanya. Ada dua rumah kosong yang masih layak huni, satu untuk mahasiswa laki laki dan satu

39 27 untuk mahasiswa perempuan. Silakan menginap di rumah itu. Mahasiswa : [6] Terima kasih, rumah kosong ini sungguh angker dan kotor. Analisis : Tuturan [5] mematuhi maksim pujian karena meminimalkan penjelekan kepada pihak lain dengan ucapan terima kasih walau rumah kosong itu memang angker dan kotor, sedangkan tuturan [6] dinilai melanggar maksim pujian karena memaksimalkan penjelekan terhadap pihak lain dengan mengatakan bahwa rumah kosong itu sangat angker dan kotor. d. Maksim Kerendahan Hati Bidal ini menyarankan penutur agar meminimalkan pujian kepada diri sendiri dan memaksimalkan penjelekan kepada diri sendiri. Dalam bidal ini penutur merendahkan diri agar tidak terkesan sombong (Leech, 2011: 214; Nadar, 2009: 30; Rustono, 1999: 69; Tarigan, 2009: 80; dan Wijana, 1996: 58). Maksim kerendahan hati berpusat pada diri sendiri. Maksim ini menuntut setiap penutur untuk meminimalkan rasa hormat pada diri sendiri. Orang yang dianggap santun dalam maksim ini adalah orang yang bersikap rendah hati. Pelanggaran maksim kerendahan hati terjadi jika mitra tutur memaksimalkan rasa hormat pada diri sendiri yang terkesan menyombongkan diri. Perhatikan contoh maksim kerendahan hati berikut ini. Konteks : Pada hari Sabtu tanggal 23 Februari 2013 pukul WIB, diadakan kegiatan lomba memasak bertempat di kantor Balai

40 28 Desa Pituruh. Untuk kepentingan tersebut, mahasiswa selaku panitia memberikan arahan dan dukungan kepada semua kelompok kemudian terjadilah percakapan. Percakapan I Mahasiswa : Wah, kompak sekali kelompok dukuh pesantren yang paling rapi, bersih dan selesai tepat waktu. Ibu : [7] Alhamdulillahirrabbil alamin, terima kasih. Itu juga atas dukungan dari Mbak UMP. Percakapan II Mahasiswa : Wah, kompak sekali kelompok dukuh pesantren yang paling rapi, bersih dan selesai tepat waktu. Ibu : [8] Ya inilah Ibu-Ibu paling handal memasak. Analisis : Tuturan [7] dinilai mematuhi maksim kerendahan hati karena memaksimalkan penjelekan kepada diri sendiri walau mendapat pujian dari penutur, sedangkan tuturan [8] melanggar maksim kerendahan hati karena memaksimalkan pujian kepada diri sendiri yang seolah-olah Ibu itu terlihat sombong setelah dipuji mahasiswa. e. Maksim Kesepakatan Bidal ini memberi penjelasan penutur meminimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dan pihak lain dan memaksimalkan kesetujuan antara diri sendiri dan pihak lain (Leech, 2011: 218; Nadar, 2009: 30; Rustono, 1999: 69; Tarigan, 2009: 82; dan Wijana, 1996: 59). Pelanggaran terhadap maksim

41 29 kesepakatan ini sebagai akibat salah seorang mitra tutur meminimalkan kecocokan antara penutur dengan lawan tutur dan memaksimalkan ketidakcocokan antara penutur dengan lawan tutur. Perhatikan contoh maksim kesepakatan di bawah ini. Konteks : Pada hari Senin tanggal 18 Februari 2013 pukul WIB, diadakan kegiatan PKK bertempat di rumah Bu Bayan. Untuk kepentingan tersebut, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Universitas Muhammadiyah Purworejo diminta untuk mengisi kegiatan PKK oleh Bu Bayan kemudian terjadilah percakapan. Percakapan I Bu Bayan : Nanti ada kegiatan PKK, mohon mbak UMP mengisi dengan tema keharmonisan rumah tangga dalam kegiatan tersebut yang bertempat di rumah saya. Mahasiswa : [9] Insya Allah, kami siap mengisi kegiatan PKK. Percakapan II Bu Bayan : Nanti ada kegiatan PKK, mohon mbak UMP mengisi dengan tema keharmonisan rumah tangga dalam kegiatan tersebut yang bertempat di rumah saya. Mahasiswa : [10] Tidak, Bu. Kami malu.

42 30 Analisis : Tuturan [9] dinilai santun karena mematuhi maksim kesepakatan yakni dengan mensetujui permintaan Bu Bayan untuk mengisi kegiatan PKK, sedangkan tuturan [10] dinilai melanggar maksim kesepakatan karena memaksimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dengan pihak Bu Bayan. f. Maksim Simpati Bidal ini memberi penjelasan hendaknya penutur meminimalkan antipati antara diri sendiri dan pihak lain dan memaksimalkan simpati antara diri sendiri dan pihak lain (Leech, 2011: 219; Nadar, 2009: 31; Rustono, 1999: 70; Tarigan, 2009: 82; dan Wijana, 1996: 60). Jika mitra tutur mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, penutur wajib memberikan ucapan selamat. Bila lawan tutur mendapat kesusahan, atau musibah penutur layak berduka, atau mengutarakan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian. Pelanggaran pelaksanaan maksim simpati terjadi jika penutur menambah antipati antara diri sendiri dengan orang lain dan mengurangi kesimpatian antara diri sendiri dengan orang lain. Perhatikan contoh maksim simpati berikut ini. Konteks : Pada hari Kamis tanggal 7 Februari 2013 pukul WIB, mahasiswa KKN mengikuti takziyah di Dukuh Krajan. Dalam hal ini, mahasiswa bertemu dengan yang sedang berduka dan terjadilah percakapan. Percakapan I Mahasiswa : [11] Dari lubuk hati yang dalam, kami ikut berduka atas meninggalnya Bapak Heri. Semoga amal ibadah

43 31 diterima di sisi Allah. Orang : Terima kasih. Percakapan II Mahasiswa : [12] Alhamdulillah, akhirnya Bapak Heri meninggal dunia. Orang : Terima kasih. Analisis : Dalam konteks tersebut, tuturan [11] mahasiswa santun dan telah mematuhi maksim simpati karena memaksimalkan simpati antara diri sendiri dan pihak lain mengenai berbela sungkawa atas meninggalnya Bapak Heri, sedangkan tuturan [12] mahasiswa dinilai melanggar maksim simpati karena mahasiswa membuat orang yang sedang berduka itu merasa tidak nyaman atas tuturan [12] tesebut yang meminimalkan simpati antara diri sendiri dan pihak lain. Penjelasan dan contoh di atas menggambarkan bahwa prinsip kesantunan Leech memudahkan penulis mengidentifikasi tuturan dalam percakapan film Sang Pemimpi. Oleh karena itu, penulis memilih prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech sebagai acuan analisis. 2. Skala Kesantunan Berbahasa Skala pengukur peringkat kesantunan berbahasa yang masih digunakan sebagai acuan yaitu skala kesantunan menurut Leech. Realisasi konsep kesantunan akhirnya menyangkut apakah suatu tuturan itu lebih santun atau kurang santun. Dengan adanya konsep itu penilaian atas suatu tuturan dapat

44 32 dilakukan. Pengukuran kesantunan tuturan itu didasarkan pada suatu skala, yaitu rentangan tingkatan untuk menentukan sesuatu. Skala kesantunan berarti rentangan tingkatan untuk menentukan kesantunan suatu tuturan. Makin tinggi tingkatan di dalam kesantunan, makin santunlah suatu tuturan. Sebaliknya, kurang santunlah suatu tuturan yang berada pada tingkatan skala kesantunan yang rendah. Leech menuturkan tiga macam skala yang dapat digunakan untuk mengukur atau menilai kesantunan suatu tuturan berkenaan dengan bidal ketimbangrasaan prinsip kesantunan. Berikut uraian ketiga skala kesantunan tersebut (Rustono, 1999: 72). a. Skala Biaya Keuntungan Skala biaya keuntungan atau skala untung rugi berupa rentangan tingkatan untuk menghitung biaya dan keuntungan di dalam melakukan suatu tindakan berkenaan dengan penutur dan mitra tuturnya. Makna skala biaya keuntungan itu adalah makin memberikan beban biaya (sosial) kepada mitra tutur makin kurang santunlah tuturan itu. Sebaliknya, makin memberikan keuntungan kepada mitra tutur, makin santunlah tuturan itu. Tuturan yang memberikan keuntungan kepada penutur merupakan tuturan yang kurang santun. Sementara tuturan itu, tuturan yang membebani biaya (sosial) yang besar kepada penutur merupakan tuturan yang santun (Rustono, 1999: 72).

45 33 b. Skala Keopsionalan Skala keopsionalan adalah rentangan pilihan untuk menghitung jumlah pilihan tindakan bagi mitra tutur. Makna skala keopsionalan itu adalah makin memberikan banyak pilihan kepada mitra tutur makin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, makin tidak memberikan pilihan tindakan kepada mitra tutur, makin kurang santunlah tuturan itu (Rustono, 1999: 73). Sebagai contoh, seorang mahasiswa yang akan latihan drama sedang meminta pelatih datang untuk memberikan latihan drama. Mahasiswa itu menuturkan tuturan bermaksud meminta pelatih datang, yakni kalau tidak lelah, ada waktu, dan tidak berkeberatan, sudikah Bapak datang melatih drama kelompok kami. Tuturan mahasiswa tersebut dianggap santun karena tuturan itu memberikan pilihan di dalam jumlah yang paling banyak. c. Skala Ketaklangsungan Skala ketaklangsungan menyangkut ketaklangsungan tuturan. Skala ini berupa rentangan ketaklangsungan tuturan sebagai indikator kesantunannya. Makna skala ketaklangsungan itu adalah makin tak langsung, makin santunlah tuturan itu. Sebaliknya, makin langsung, makin kurang santunlah tuturan itu (Rustono, 1999: 75). Leech (2011: 194) menambahkan bahwa tiga skala yang menunjukkan derajat kearifan yang sesuai dengan situasi percakapan tertentu sebagai berikut. 1) Skala untung-rugi, pada skala ini diperkirakan untung-rugi tindakan tuturan bagi penutur atau bagi mitra tutur.

46 34 2) Skala kemanasukaan, skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut jumlah pilihan yang diberikan oleh penutur kepada mitra tutur. 3) Skala ketaklangsungan, dari sudut pandangan penutur skala ini mengurut ilokusi-ilokusi menurut panjang jalan yang menghubungkan tindak ilokusi dengan tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara-tujuan. Untuk kepentingan penelitian ini, skala yang digunakan untuk mengukur nilai kesantunan tuturan dalam percakapan adalah skala biaya keuntungan menurut Leech. 3. Karakteristik Percakapan Pemain dalam Film Sang Pemimpi Film Sang Pemimpi bercerita tentang mimpi-mimpi seorang remaja di Belitong yang ingin belajar di Eropa. Mereka tinggal bersama, berjuang bersama jauh dari keluarga mereka. Sebelum mereka meraih cita-cita, bermacam-macam masalah bermunculan yang membuat konflik tersendiri dalam cerita. Perjalanan cerita ketiga tokoh sentral film Sang Pemimpi ini memang sangat menarik untuk diikuti. Percakapan pemain dalam film Sang Pemimpi memiliki karakteristik khas. Bahasa yang digunakan dalam dialog antartokoh adalah bahasa Indonesia, bahasa Daerah Belitong yang masih dipengaruhi oleh bahasa Melayu, dan bahasa lain yang sesuai dengan karakter masing-masing pemain. Ciri yang menjadi khas percakapan pemain dalam film Sang Pemimpi umumnya berisi tuturan yang memiliki nilai kesantunan positif dan negatif sesuai dengan konteks percakapan dan emosional sehingga tuturan tersebut menginspirasi

47 35 penulis melakukan penelitian tentang penerapan kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi. 4. Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara di kelas X semester 2 SMA Bruce, Weil, dan Calhoun menuturkan bahwa pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses yang kompleks (rumit), dengan maksud yang sama, yaitu memberi pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan (Asra, 2009: 3). Tujuan yang hendak dicapai sebenarnya merupakan acuan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran berorientasi pada siswa yang aktif dan guru sebagai fasilitator dapat menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan standar kompetensi. Dalam proses pembelajaran terdapat empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa, yaitu keterampilan menyimak atau mendengarkan, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis. Penelitian ini mengacu pada keterampilan menyimak dan berbicara. Dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, digunakan bahasa santun tuturan tokoh film Sang Pemimpi yang disertai dengan konteks sebagai bagian dari peristiwa komunikasi. Menurut Brooks, antara berbicara dan menyimak terdapat hubungan yang erat. Hubungan ini terdapat pada hal-hal berikut (Tarigan, 2008 a : 3; Tarigan, 2008 b : 4). a. Ujaran (speech) biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru (imitasi). Oleh karena itu, model atau contoh yang disimak serta direkam oleh siswa sangat penting dalam penguasaan serta kecakapan berbicara.

48 36 b. Kata-kata yang akan dipakai serta dipelajari oleh siswa biasanya ditentukan oleh perangsang (stimuli) yang ditemuinya (misalnya, kehidupan desa dan kota) dan kata-kata yang paling banyak memberi bantuan atau pelayanan dalam penyampaian gagasan-gagasannya. c. Ujaran siswa mencerminkan pemakaian bahasa di rumah dan masyarakat tempatnya hidup. Hal ini terlihat nyata dalam ucapan, intonasi, kosa kata, penggunaan kata-kata, dan pola-pola kalimat. d. Siswa dapat memahami kalimat-kalimat yang jauh lebih panjang dan rumit daripada kalimat-kalimat yang dapat diucapkannya. e. Meningkatkan keterampilan menyimak berarti pula membantu meningkatkan kualitas berbicara siswa. f. Bunyi suara merupakan suatu faktor penting dalam peningkatan cara pemakaian kata-kata oleh siswa. Oleh karena itu, siswa akan tertolong kalau dia mendengarkan serta menyimak ujaran-ujaran yang baik dan benar dari guru, rekaman-rekaman yang bermutu, cerita-cerita yang bernilai tinggi, dan lain-lain. g. Berbicara dengan bantuan alat-alat peraga (visual aids) akan menghasilkan penangkapan informasi yang lebih baik pada pihak penyimak. Umumnya siswa menggunakan bahasa yang didengar serta disimaknya. Penulis memilih kompetensi dasar keterampilan menyimak dan berbicara yang terdapat pada silabus kelas X semester 2 SMA, yaitu 9.2 menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 memberikan kritik terhadap informasi dari media

49 37 cetak dan atau elektronik. Untuk kepentingan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, diwujudkan dengan menerapkan kesantunan berbahasa pada tuturan. Salah satu penerapan kesantunan berbahasa pada tuturan dapat ditemukan dalam film Sang Pemimpi. Hasil perpaduan penelitian antara bahasa dan sastra ini digunakan untuk membantu kegiatan komunikasi sehari-hari siswa yang menerapkan tuturan lebih santun setelah mencapai indikator pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA.

50 38 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi pendekatan penelitian, objek penelitian, sumber data, fokus penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil analisis data. A. Pendekatan Penelitian Penulis menggunakan dua jenis pendekatan, yakni pendekatan teoretis dan pendekatan metodologis. 1. Pendekatan Teoretis Secara teoretis, penulis menggunakan pendekatan pragmatik, yakni pendekatan dengan menghubungkan penggunaan bahasa sebagai unsur utama dan pengaruh konteks tertentu dalam tuturan. Hal ini senada dengan penuturan Levinson, pragmatik adalah telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi suatu catatan atau laporan pemahaman bahasa, dengan kata lain telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa menghubungkan serta penyerasian kalimat-kalimat dan konteks-konteks secara tepat (Tarigan, 2009: 31). 2. Pendekatan Metodologis Secara metodologis, penulis menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam penelitian ini penulis berusaha memperoleh data berupa kata-kata yang diamati dan dianalisis berdasarkan fakta data yang ada. Sebagaimana dikatakan oleh Moleong (2011: 11) bahwa data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Selanjutnya, Bogdan dan 38

51 39 Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011: 4). B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah prinsip kesantunan berbahasa pada tuturan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang diadaptasi dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. C. Sumber Data Arikunto (2010: 172) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek dari data yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada tuturan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang diadaptasi dari novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yang mematuhi dan melanggar prinsip kesantunan berbahasa. D. Fokus Penelitian Penelitian ini difokuskan pada pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam tuturan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron pada film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam tuturan tersebut direlevansikan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara serta skenario pembelajaran di kelas X semester 2 SMA. E. Instrumen Penelitian Sebagaimana dikatakan oleh Moleong (2011: 9) bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan dari orang lain merupakan alat

52 40 pengumpul data utama. Arikunto (2010: 203) menambahkan bahwa instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dalam penelitian ini, penulis berperan sebagai instrumen penelitian dan dibantu dengan kartu pencatat data. Di bawah ini disajikan format kartu pencatat data. Tabel 3 Format Kartu Pencatat Data Nomor data Sumber Data Kategori pematuhan dan pelanggaran kesantunan berbahasa Konteks : Tuturan : Analisis : Contoh pengisian kartu data di atas dapat dilihat tabel berikut. No. 01 Konteks Tabel 4 Contoh Format Pengisian Kartu Pencatat Data Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kearifan : Ikal, tukang sortir di kantor pos, pulang kerja. Ketika Ikal di depan pintu masuk rumah, seorang ibu dari sebelah rumahnya memberi tahu kepada Ikal bahwa ada surat. Terjadilah percakapan Ikal dengan ibu tersebut pada adegan ke-1. Tuturan : Ibu : Kal, kayaknya ada surat tuh buat kamu sama Arai. Ikal Ibu selipin aja di bawah pintu. Arai belum pulangpulang ya. : Makasih ya, Bu.

53 41 Analisis : Ibu memaksimalkan keuntungan pada Ikal dengan menyelipkan surat di bawah pintu. F. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik dasar berupa teknik sadap dengan teknik lanjutan simak bebas libat cakap dan catat. Subroto (1992: 41) menyoroti bahwa teknik simak dan catat yang dimaksudkan adalah mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai dengan sasaran dan tujuan penelitian. Sudaryanto (1993: 133) menambahkan bahwa disebut metode simak atau penyimakan karena memang berupa penyimakan dilakukan dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa. Adapun teknik lanjutannya yakni teknik simak bebas libat cakap, peran penulis hanya sebagai pemerhati yang dengan penuh minat tekun mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang yang hanyut dalam proses berdialog. Teknik catat dilakukan dengan mencatat data yang diperlukan dari suatu peristiwa yang terjadi. Teknik catat dimaksudkan untuk menunjang dan melengkapi teknik simak bebas libat cakap. Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam prosedur kerja pengumpulan data sebagai berikut. 1. Menyimak tuturan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron pada film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza. 2. Menyeleksi tuturan yang diduga termasuk dalam kategori pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa. Tuturan yang tidak termasuk dalam

54 42 kategori penelitian dihilangkan. Tuturan yang dihilangkan berupa tuturan yang sulit menentukan konteks. 3. Mencatat data yang diperlukan dalam kartu pencatat data. 4. Mengklasifikasikan tuturan tokoh yang telah dicatat dalam kartu pencatat data termasuk dalam kategori pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa. G. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode padan dan metode agih dalam menganalisis data. Subroto (1992: 55) menyatakan bahwa metode padan ialah metode yang dipakai untuk mengkaji atau menentukan identitas satuan lingual tertentu dengan memakai alat penentu yang berada di luar bahasa, terlepas dari bahasa, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Senada dengan pernyataan tersebut, Sudaryanto (1993: 13) mengemukakan bahwa metode padan, alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan. Metode padan tepat untuk penelitian ini karena penulis memperhatikan konteks tuturan untuk menjelaskan pematuhan dan pelanggaran maksim prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech. Selanjutnya, menurut Sudaryanto (1993: 15-16), alat penentu metode agih adalah bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri, seperti kata, fungsi sintaktis (subjek, objek, preposisi, adverbia, dan sebagainya), klausa, dan sebagainya. Metode agih digunakan oleh penulis untuk menjelaskan makna kata yang dapat ditafsirkan secara semantis. Metode agih sebagai teknik analisis

55 43 lanjutan difokuskan pada relevansi dan skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA. Dalam penelitian ini digunakan teknik pragmatis dengan alat penentunya lawan wicara karena tuturan yang dituturkan menimbulkan reaksi. Reaksi misalnya bertindak menuruti atau menentang penutur, bertutur tidak hanya dengan isi yang informatif, tergerak emosinya, diam, tetapi menyimak dan berusaha mengerti apa yang dituturkan oleh penutur, dan sebagainya (Sudaryanto, 1993: 25). Subroto (1992: 61) menambahkan bahwa pemakaian metode padan dengan alat penentu lawan bicara ini juga banyak dipakai di dalam analisis linguistik terutama yang mengikuti pendekatan pragmatik, yaitu pendekatan yang mendasarkan diri pada reaksi atau tanggapan menurut lawan bicara. Penjabaran langkah-langkah analisis sebagai berikut: 1. menganalisis konteks tuturan; 2. menafsirkan daya pragmatik dengan langkah mencari verba sebagai kata kunci dan memperhatikan konteks; 3. mengidentifikasi pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa; 4. mengklasifikasi pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa; dan 5. menjelaskan analisis hasil klasifikasi. H. Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Data yang telah dianalisis kemudian disajikan. Dalam penyajian hasil analisis data, penulis menggunakan teknik informal, yakni menggunakan bahasa penulis sendiri. Sebagaimana dikatakan oleh Sudaryanto (1993: 145) bahwa perumusan data secara informal dilakukan dengan kata-kata biasa, tidak menggunakan tanda

56 44 atau simbol secara khusus. Berdasarkan teknik informal tersebut, hasil analisis yang berupa pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa pada tuturan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza, relevansinya sebagai bahan pembelajaran, dan skenario pembelajarannya di kelas X semester 2 SMA, disajikan dengan kata-kata biasa dan tidak menggunakan tanda atau simbol secara khusus.

57 45 BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA Bab ini berisi penyajian dan pembahasan data. Dalam penelitian ini dimuat jawaban rumusan masalah mengenai pematuhan dan pelanggaran kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza, relevansinya sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, dan skenario pembelajarannya di kelas X semester 2 SMA. Jumlah hasil analisis data dimuat dalam penyajian data, sedangkan proses analisis data dimuat dalam pembahasan data. A. Penyajian Data Berikut ini disajikan data mengenai pematuhan kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi, pelanggaran kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi, relevansinya sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, dan skenario pembelajarannya di kelas X semester 2 SMA. 1. Pematuhan Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi Pada penyajian data ini disajikan data mengenai pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron sesuai dengan kesantunan berbahasa menurut Leech, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Data yang berhasil didapat oleh penulis mengenai pematuhan prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan 45

58 46 Jimbron film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza berjumlah 15 data dari 22 data percakapan. Penjabaran dari hasil analisis 15 data disajikan dalam tabel berikut. Tabel 5 Kategori Pematuhan Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza No. Maksim Nomor Data Jumlah 1. Kearifan (01), (03), (18) 3 2. Kedermawanan (04), (09) 2 3. Pujian (11), (13), (16), (21) 4 4. Kerendahan hati (15) 1 5. Kesepakatan (05), (08), (12), (14) 4 6. Simpati (22) 1 Berikut ini disajikan data percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron yang akan dibahas mengenai pematuhan prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech dalam film Sang Pemimpi. a. Pematuhan Maksim Kearifan Di bawah ini disajikan data yang termasuk kategori pematuhan maksim kearifan. Dari data nomor (01) terlihat bahwa penutur memaksimalkan keuntungan kepada mitra tutur. Ibu bermaksud memberitahukan tentang adanya surat untuk Ikal dan Arai. Tuturan Ibu yang telah menyelipkan surat di bawah pintu termasuk meminimalkan biaya pada Ikal. Berikut ini disajikan data nomor (01). No. 01 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kearifan : Ikal, tukang sortir di kantor pos, pulang kerja. Ketika Ikal di depan pintu masuk rumah, seorang ibu dari sebelah rumahnya

59 47 memberi tahu kepada Ikal bahwa ada surat. Terjadilah percakapan Ikal dengan ibu tersebut pada adegan ke-1. Tuturan : Ibu : Kal, kayaknya ada surat tuh buat kamu sama Arai. Ibu selipin aja di bawah pintu. Arai belum pulangpulang ya. Ikal : Makasih ya, Bu. Analisis : Ibu memaksimalkan keuntungan pada Ikal dengan menyelipkan surat di bawah pintu. Pematuhan maksim kearifan dengan kasus berbeda dari data nomor (01), ditemukan pada data nomor (03). Dari data nomor (03) terlihat bahwa penutur memaksimalkan keuntungan dengan maksud menghibur mitra tutur. Berikut ini disajikan data nomor (03). Film Sang Pemimpi No. 03 Pematuhan Maksim Kearifan Konteks : Ikal dan Ayahnya datang menjemput Arai yang sebatang kara. Ikal, Ayahnya, dan Arai naik perahu kayu. Terjadi percakapan Arai dengan Ikal pada adegan ke-2. Tuturan : Arai : Kal. (sambil menunjukkan mainan semacam gasing). Aku sendiri yang membuatnya. (mempraktikkan cara memainkan gasing tersebut). Coba, Kal. Ikal : Yah. (gasing tercebur di laut). Arai : Masih ada lagi. (sambil mengeluarkan seekor kumbang sagu). Ikal : Ah, kumbang sagu. Analisis : Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal dengan maksud menghibur Ikal. Keuntungan yang diberikan oleh Arai berupa memberi mainan gasing dan mengeluarkan kumbang sagu.

60 48 Data nomor (18) di bawah ini juga mematuhi maksim kearifan yang bersifat menawarkan. Biaya yang diminimalkan oleh Jimbron berupa memberikan dua tabungan berisi uang miliknya kepada Arai dan Ikal. No. 18 Konteks Tuturan Analisis Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kearifan : Setelah lulus SMA Arai dan Ikal hendak pergi merantau ke Jakarta. Ketika Arai dan Ikal selesai berpamitan dengan Pak Mustar, Pak Balia, Ibu, dan Ayahnya, Jimbron duduk di dermaga dengan memangku dua tempat menyimpan uang koin berbentuk kuda. Arai dan Ikal mendatangi Jimbron duduk di sampingnya. Percakapan terjadi pada adegan ke-19. : Jimbron : Ini aku siapkan untuk kalian. (memberikan celengan kuda kepada Ikal dan Arai) Isinya sama rata seperti yang kau bilang dulu, Kal. Kalian ke Paris dengan kuda-kudaku. Ikal : Jimbron. (menangis sambil memeluk Jimbron) Arai : (memeluk Jimbron) Baik-baik kau di sini, Bron. Baik-baik, Bron. : Jimbron meminimalkan biaya pada Ikal dan Arai. Jimbron memberikan dua tabungan yang berisi uang. b. Pematuhan Maksim Kedermawanan Di bawah ini disajikan data yang termasuk kategori pematuhan maksim kedermawanan. Dari data nomor (04) terlihat bahwa penutur memaksimalkan keuntungan pada pihak lain. Penutur dengan rela menggerak-gerakkan antena televisi sedangkan pihak lain hanya duduk menonton gambar di televisi.

61 49 No. 04 Konteks Tuturan Analisis Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kedermawanan : Arai dan Ikal sedang menonton televisi. Arai mencari sinyal dengan menggerak-gerakkan antena. Arai menuturkan kepada Ikal mengenai kejelasan gambar dalam televisi. Percakapan terjadi pada adegan ke-3. : Arai : Gimana, Boy? (sambil menggerak-gerakkan kayu antena televisi). Ikal : Ah, lah, Boy. Mantap, Boy. : Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal. Arai dengan rela menggerak-gerakkan antena televisi sedangkan Ikal hanya duduk menonton gambar di televisi. Berikut ini data pematuhan maskim kedermawanan yang meminimalkan keuntungan kepada diri sendiri terdapat pada nomor (09). Keuntungan yang diminimalkan Arai dan Ikal berupa ikhlas membeli terigu, gandum, dan gula dengan uang tabungan mereka untuk Mak Cik. No. 09 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kedermawanan Konteks : Arai dan Ikal mendatangi rumah Mak Cik sambil membawa terigu, gandum, dan gula yang mereka beli di toko Tionghhoa. Percakapan terjadi antar Arai dan Mak Cik di rumah Mak Cik pada adegan ke-4. Tuturan : Mak Cik : (terkejut) Ikal. Arai. Bawa apa itu? Arai : Ini Mak Cik, biar bisa bikinkan jual kue. Mak Cik pandai kan buat kue? (sambil tersenyum menyerahkan terigu, gandum, dan gula). Mak Cik : Nurmi. (menatap Ikal) Makasih ya, Nak.

62 50 Analisis : Arai dan Ikal meminimalkan keuntungan pada diri sendiri. Arai dan Ikal ikhlas membeli terigu, gandum, dan gula dengan uang tabungan mereka untuk Mak Cik. c. Pematuhan Maksim Pujian Di bawah ini disajikan data yang termasuk kategori pematuhan maksim pujian. Dari data nomor (11) terlihat bahwa penutur memaksimalkan pujian pada mitra tutur. No. 11 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian Konteks : Pak Julian Balia mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan bertanya pada siswa satu persatu mengenai kata-kata inspirasi. Arai tergerak untuk melontarkan kata-kata inspirasi. Percakapan terjadi pada adegan ke-5 di dalam kelas. Tuturan : Pak Julian : Para pelopor, sebelum kita tutup kelas hari ini pekikkan kata-kata yang memberimu inspirasi. (memilih siswa satu persatu). Arai : (mengangkat tangan kemudian berdiri) Pak Julian : Arai. Arai : (berdiri) Tidak semua yang dapat dihitung, diperhitungkan dan tidak semua yang diperhitungkan dapat dihitung. Albert Einstein. Pak Julian : (sambil tersenyum) Cerdas, cerdas sekali anak muda. Analisis : Pak Balia memaksimalkan pujian pada Arai. Berikut ini data yang memaksimalkan pujian kepada pihak lain juga ditemukan pada nomor (13). Tuturan Pak Julian bersifat mengharapkan sesuatu dari

63 51 mitra tutur. Pak Julian berharap Ikal dapat menjadi penulis besar melalui karangannya. No. 13 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian Konteks : Pak Julian memanggil Ikal saat istirahat sekolah. Mereka bercakap di depan ruang guru pada adegan ke-6. Tuturan : Pak Julian : Ikal! Ikal : (mendekati Pak Julian) Pak Julian : Bapak telah baca karangan engkau. Kau itu berbakat menulis. Jangan ragu-ragu untuk mengekspresikan diri melalui karangan kau. Kalau kau terus bebaskan imajinasi kau, suatu saat kau akan jadi penulis besar, kawan. (menepuk pundak Ikal). Ikal : (menganggukkan kepala, berjalan beberapa langkah meninggalkan Pak Julian, dan membalikkan badan sambil tersenyum) Makasih, Pak. Analisis : Pak Julian menaruh harapan besar atas karangan Ikal berarti beliau memaksimalkan pujian pada Ikal. Selanjutnya data yang mematuhi maksim pujian juga terdapat pada nomor (16). Penutur memuji nilai rapor pihak lain dengan mengatakan bahwa mereka meraih kembali juara di kelas dan hasil nilai rapor mereka juga bagus. No. 16 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian : Sore hari, Arai dan Ikal sedang duduk di warung Koh A Yung. Koh A Yung mengetahui hasil nilai rapor mereka. Percakapan terjadi pada adegan ke-8.

64 52 Tuturan Analisis : Koh A Yung : Kalian juara lagi ya. Bagus lagi nilai rapornya. Singkong dan kopi aku kasih free-lah buat kalian. Ikal : (melambaikan tangan) Makasih, Koh A Yung. : Koh A Yung memaksimalkan pujian kepada Ikal dan Arai. Data yang mematuhi maksim pujian juga diperoleh pada nomor (21) berikut ini. Penutur memaksimalkan pujian kepada mitra tutur. Pujian dituturkan oleh Ibu setelah membaca proposal Ikal. Ibu bertutur bahwa proposal Ikal sungguh overwhelming, ceritanya sungguh luar biasa, penuh semangat, dan penuh mimpi. Tuturan Ibu termasuk dalam tindak tutur ekspresif, yakni memuji dengan rasa gembira. No. 21 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian Konteks : Ikal menemui panitia pembukaan beasiswa di gedung. Ikal bermaksud untuk menyerahkan proposal hasil karyanya. Percakapan terjadi antara panitia dan Ikal pada adegan ke-20 siang hari. Tuturan : Ibu : Jadi sampai hari ini kamu belum bertemu lagi dengan Arai? Ikal : Belum, bu. Saya tidak tahu lagi dia ada di mana. Ibu : Ceritamu memang sungguh luar biasa. Luar biasa! Penuh semangat, penuh mimpi. Saya tidak mengenal basa basi anak muda. Proposalmu sungguh overwhelming. Saya tidak bisa berjanji, tapi saya harap kamu bisa mendapatkan beasiswa ini. Tunggu kabar dari kami. Ikal : Iya, Bu.

65 53 Analisis : Ibu panitia memaksimalkan pujian pada Ikal dengan gembira dan penuh harapan. d. Pematuhan Maksim Kerendahan hati Di bawah ini disajikan data nomor (15) yang termasuk kategori pematuhan maksim kerendahan hati. Penutur memaksimalkan penjelekan dengan mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. No. 15 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kerendahan Hati Konteks : Siang hari Ikal, Arai, dan Jimbron mendapat hukuman dari Pak Mustar. Mereka mendapat hukuman karena kemarin malam Pak Mustar memergoki mereka sedang menonton film dewasa di bioskop. Hukuman itu berupa membersihkan toilet sekolah. Percakapan terjadi antara Ikal dan Arai. Tuturan : Ikal : Diam! (ember Jimbron jatuh). Arai : Kenape kau, Boy? Ikal : Kenape kata kau? Ini semua gara-gara kau. Mimpimimpi kau. Nda cukup apa? Kita ini orang miskin. Harus dihukum segini. Arai : Ada apa ini? Hei, kau marah pengin nuntut. Kita bertambah miskin gara-gara itu. Payah kau, Kal. Ini belum seberapa, Kal. Tantangan kita di Jakarta lebih besar lagi, Kal. Analisis : Ikal memaksimalkan penjelekan pada diri sendiri. Ikal mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. e. Pematuhan Maksim Kesepakatan Di bawah ini disajikan data nomor (05) yang termasuk kategori pematuhan maksim kesepakatan dengan cara memberikan senyuman.

66 54 No. 05 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kesepakatan Konteks : Ketika Ikal dan Arai sedang memonton televisi, Jimbron datang dengan maksud ikut menonton televisi. Jimbron menuturkan secara langsung mengenai kuda yang ada di televisi kepada Arai dan Ikal. Percakapan terjadi pada adegan ke-3. Tuturan : Jimbron : (gagap) Itu namanya kuda stallion. Kuda itu hewan luar biasa. Arai : Kenapa gitu, Boy? Jimbron : Hewan kuat, kendaraan perang. Hewan yang memenangkan perang Badar. Arai : (bersama dengan Ikal tersenyum). Analisis : Arai dan Ikal memaksimalkan kesepakatan pada Jimbron dengan cara tersenyum berdasarkan pemberitahuan yang dilontarkan oleh Jimbron mengenai kuda stallion. Pematuhan maksim kesepakatan juga ditemukan pada nomor (08) berikut ini. Kesetujuan ditunjukkan oleh Ikal berupa memberikan tabungan miliknya kepada Arai untuk membeli terigu, gandum, dan gula. No. 08 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kesepakatan Konteks : Setelah Ikal dan Arai berhenti saling menarik karung gandum yang berisi uang koin tersebut, mereka duduk terdiam. Kemudian Ikal memulai percakapan pada adegan ke-4. Tuturan : Ikal : Tabungan ini, kita butuh nanti. Arai : Tolong ikut saja dulu dengan aku, Kal. Kini kau mengerti. (bersama Ikal membeli terigu, gandum dan gula). Analisis : Ikal memaksimalkan kesetujuan dengan Arai.

67 55 Selanjutnya, pematuhan maksim yang memaksimalkan kesetujuan antara diri sendiri dan pihak lain juga terdapat pada data bernomor (12). Mitra tutur memaksimalkan kesepakatan dengan cara menganggukkan kepala. No. 12 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kesepakatan Konteks : Arai, Ikal, dan Jimbron mengantarkan barang kepada penjual warung di pasar Manggar. Mereka menari-nari. Tiba-tiba Jimbron melihat Laksmi sedang bekerja. Percakapan terjadi antara Arai dan Jimbron pada adegan ke-5. Tuturan : Arai : Bisa tipis kulit si Laksmi gara-gara kau pandangi terus. Joget lagilah, ayo. Jimbron : (menganggukkan kepala dan berjoget). Analisis : Jimbron memaksimalkan kesepakatan dengan Arai. Selanjutnya, pematuhan maksim kesepakatan diperoleh pada nomor (14). Penutur berusaha meyakinkan pihak lain agar setuju dengan idenya. Kesetujuan pihak lain ditunjukkan dengan cara menegaskan tuturan, menganggukkan kepala, dan bertepuk tangan. No. 14 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kesepakatan Konteks : Arai menempelkan peta dunia ke dinding rumah bermaksud menunjukkan kepada Ikal dan Jimbron. Percakapan terjadi pada adegan ke-6. Tuturan : Arai : Jadi begini rencananya. (menghela nafas) Kita lulus SMA dengan nilai terbaik, lalu kita berangkat ke Jakarta. Kuliah di sana. Lalu kita kejar beasiswa ke Paris. Sambil kuliah di Paris,

68 56 Analisis kita jelajah Eropa, kita jelajah Afrika, seperti kata Pak Balia. Ini harus jadi mimpi kita. Kita harus kerja lebih keras lagi sekarang untuk dapat berangkat ke Jakarta. Nanti di Jakarta. Kita bisa cari kerja yang lebih tinggi lagi jadinya untuk biaya hidup kita di Paris dan keliling Eropa. Gimana, Boy? Ikal : Kita ke Paris dan keliling dunia. Jimbron : (menganggukkan kepala dan bertepuk tangan) : Ikal dan Jimbron memaksimalkan kesetujuan pada Arai. Arai ingin mengajak mereka ke Paris dan keliling dunia dengan menegaskan tuturannya disertai semangat kegembiraan. f. Pematuhan Maksim Simpati Di bawah ini disajikan data nomor (22) yang termasuk kategori pematuhan maksim simpati. Penutur memaksimalkan simpati pada pihak lain dengan cara mendoakan agar penutur dapat bertemu temannya. No. 22 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Simpati Konteks : Ikal menemui panitia pembukaan beasiswa di gedung. Ikal bermaksud untuk menyerahkan proposal hasil karyanya. Percakapan terjadi antara panitia dan Ikal pada adegan ke-20 siang hari. Tuturan : Ibu : Yang pasti saya berdoa supaya kamu bisa ketemu lagi dengan Arai. Ikal : Terima kasih, Bu. Analisis : Ibu panitia memaksimalkan simpati pada Ikal dengan berdoa agar Ikal dapat bertemu Arai.

69 57 2. Pelanggaran Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi Pada penyajian data ini disajikan data mengenai pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron. Data yang berhasil didapat oleh penulis mengenai pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza berjumlah 7 data dari 22 data percakapan. Penjabaran dari hasil analisis 7 data disajikan dalam tabel berikut. Tabel 6 Kategori Pelanggaran Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza No. Maksim Nomor Data Jumlah 1. Kearifan (10), (20) 2 2. Kedermawanan Pujian (06), (17) 2 4. Kerendahan hati Kesepakatan (02), (07), (19) 3 6. Simpati - - Kategori pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa meliputi maksim kearifan, maksim pujian, dan maksim kesepakatan. Berikut ini disajikan data pelanggaran kategori prinsip kesantunan berbahasa. a. Pelanggaran Maksim Kearifan Di bawah ini disajikan data nomor (10) yang termasuk kategori pelanggaran maksim kearifan. Penutur memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan meminta pihak lain memainkan biolanya. No. 10 Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kearifan

70 58 Konteks : Setelah Arai menyerahkan terigu, gandum, dan gula kepada Mak Cik. Tiba-tiba Nurmi segera keluar rumah sambil membawa biola dan bertemu dengan Arai. Arai menuturkan tuturan kepada Nurmi agar memainkan sebuah lagu dengan biolanya. Tuturan : Arai : Nurmi, mainkan sebuah lagu untuk Abang. Nurmi : (memainkan biola di tepi danau dekat rumah) Analisis : Arai memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan meminta Nurmi memainkan biolanya. Data yang melanggar maksim kearifan juga ditemukan pada nomor (20). Penutur memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan menyuruh pihak lain mengambilkan buku miliknya. No. 20 Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kearifan Konteks : Malam hari, Ikal dan Arai sedang belajar, dan Jimbron sedang makan. Selesai makan Jimbron meminta bantuan kepada Arai untuk mengambil buku. Percakapan terjadi pada adegan ke-12 Tuturan : Jimbron : Buku aku itu! Arai : (mengambilkan buku Jimbron) Cepatlah kau habiskan makanan engaku tuh. Supaya kita dapat nyaman belajar. (bersama Ikal tertawa) Analisis : Jimbron memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan menyuruh Arai mengambilkan buku miliknya. b. Pelanggaran Maksim Pujian Di bawah ini disajikan data yang termasuk kategori pelanggaran maksim pujian. Dari data nomor (06) terlihat bahwa terjadi pelanggaran maksim pujian dengan saling menyindir, berkata kasar, dan terkesan sombong.

71 59 No. 06 Konteks Tuturan Analisis Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Pujian : Arai dan Ikal masuk ke rumah dan saling menunjukkan tabungan yang berisi uang koin. Percakapan terjadi antara Arai dan Ikal pada adegan ke-4. : Arai : Mana punya engkau, pemalas. Ikal : Kau dengar sendiri. Hampir penuh, Boy. Hampir penuh. : Arai dan Ikal saling meminimalkan penjelekan kepada diri sendiri. Mereka nenyampaikan tuturan dengan kata-kata kasar, terkesan sombong, dan menyindir pihak lain. Data yang melanggar maksim pujian juga diperoleh pada nomor (17) berikut ini. Arai meminimalkan penjelekan terhadap diri sendiri dengan dengan melontarkan tuturan yang bermaksud menyindir pada Jimbron. No. 17 Konteks Tuturan Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Pujian : Ketika Arai dan Ikal duduk santai di warung, Jimbron datang dengan membawa dua tempat penyimpanan uang koin berbentuk kuda. Percakapan terjadi pada adegan ke-8. : Jimbron : Hei. Arai : Cerdasnya kau, Bron. Tak ada yang asli, tanah liat pun jadi. Ikal : Dari mana kau dapat ini, Bron. Jimbron : Bang Rokib baru datang dari Jakarta. Ini kan kuisi sama rata nanti. Arai : Bawa dua celengan kuda untuk beli dua kuda maksud kau. (bersama Ikal tertawa) Hah kopi, Bron.

72 60 Analisis : Arai meminimalkan penjelekan terhadap diri sendiri dengan melontarkan tuturan yang bermaksud menyindir pada Jimbron. c. Pelanggaran Maksim Kesepakatan Di bawah ini disajikan data nomor (02) yang termasuk kategori pelanggaran maksim kesepakatan. Ikal meminimalkan kesetujuan dengan Arai. Ikal menolak ajakan Arai. No. 02 Konteks Tuturan Analisis Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kesepakatan : Ikal dan Arai berlari masuk ke dalam pasar karena dikejar oleh Pak Mustar yang sedang marah. Sampai di tempat penjual ikan, Arai mempunyai ide agar dia dan Ikal tidak diketahui oleh Pak Mustar, yakni dengan masuk ke dalam tempat penyimpanan ikan yang penuh dengan batu es. Arai menuturkan tuturan secara langsung kepada Ikal. Percakapan terjadi pada adegan ke-1. : Arai : Loncat situ, Kal? Ikal : Ini es. Apa kau nda lihat? Tiap hari Capo Ah Lung ada di situ. Arai : Alah, ayolah. : Ikal meminimalkan kesetujuan dengan Arai. Ikal menuturkan tuturan tidak setuju diiringi dengan penolakan. Selanjutnya, data yang melanggar maksim kesepakatan juga terdapat pada nomor (07). Ikal memaksimalkan ketidaksetujuan dengan cara memberontak ajakan Arai. No. 07 Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kesepakatan

73 61 Konteks Tuturan Analisis : Ikal dan Arai mendatangi sebuah toko orang Tionghoa bermaksud untuk membeli sesuatu. Ketika Arai menuturkan secara langsung kepada pemilik toko untuk membeli terigu, gandum, dan gula, tiba-tiba Ikal memotong tuturan Arai. Percakapan Arai dan Ikal terjadi pada adegan ke-4. : Arai : (sambil menaruh uang koin di atas meja) Nyah, aku nak beli terigu, gandum, gula. Ikal : Apa-apaan, kau? Arai : Ssssstt. Ikal : Hampir setahun kita menabung. Kau cuma pakai buat beli terigu? Gile, kau. Arai : Ini penting bahan-bahan ini. Ikal : Apanya yang penting. Susah payah aku menabung bahkan tabungan aku lebih banyak daripada kau. Kalau kau nak main-main pakai saja duit kau sendiri. Arai : Wah, bodoh sekali anak ini. (Arai dan Ikal saling menarik paksa karung gandum berisi uang koin). : Ikal melontarkan tuturan yang memaksimalkan ketidaksetujuan dengan memberontak terhadap perilaku Arai. Data yang memaksimalkan ketidaksepakatan antara diri sendiri dan pihak lain juga ditemukan pada nomor (19). Ikal yang sedang kelelahan memaksimalkan kertidaksetujuan kepada Arai. No. 19 Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kesepakatan Konteks : Saat istirahat kerja siang hari, Arai mengajak Ikal dan Jimbron yang sedang duduk. Percakapan terjadi pada adegan ke-9. Tuturan : Arai : Ikut yuk. Ikal : Ah, ke mana, Rai? Hampir patah tulangku semua nih.

74 62 Analisis Arai : Ayolah kalian akan terpana nanti. (menatap Jimbron) Jimbron : (menganggukkan kepala dan ikut dengan Arai) : Ikal memaksimalkan ketidaksetujuan pada Arai. Arai menyuruh Ikal mengikuti Arai. 3. Relevansi Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi dengan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara di SMA Di bawah ini disajikan sampel data kesantunan berbahasa yang dipatuhi dan dilanggar dalam percakapan film Sang Pemimpi yang relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. a. Pematuhan Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Film Sang Pemimpi Pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi yang diperoleh penulis meliputi: (1) maksim kearifan, (2) maksim kedermawanan, (3) maksim pujian, (4) maksim kerendahan hati, (5) maksim kesepakatan, dan (6) maksim simpati. Sampel data dari enam maksim tersebut relevan dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Berikut ini disajikan sampel data pematuhan maksim kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi akan direlevansikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. 1) Pematuhan Maksim Kearifan Pematuhan maksim kearifan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan ibu dan Ikal pada data nomor (01). Dalam data nomor (01) tersebut dapat dipahami bahwa ibu berperan sebagai penutur dan Ikal sebagai mitra tutur. Ibu bermaksud memberitahukan adanya surat untuk

75 63 Ikal dan Arai. Tuturan ibu yang menunjukkan keuntungan secara maksimal, yaitu Ibu selipin aja di bawah pintu. Tuturan ibu telah memaksimalkan keuntungan pada Ikal, sebagaimana dikemukakan oleh Leech (2011: 166), Nadar (2009: 30), Rustono (1999: 66), Tarigan (2009: 44), dan Wijana (1996: 56). Dengan demikian, biaya yang harus dikeluarkan Ikal berupa tenaga untuk mengambil surat yang terselip di bawah pintu dan ucapan terima kasih sebagai penghormatan atas kebaikan Ibu. 2) Pematuhan Maksim Kedermawanan Pematuhan maksim kedermawanan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (04). Tindakan kedermawanan yang ditunjukkan Arai sebagai penutur jelas membebani biaya diri sendiri, yakni memanjat pagar, meraih tiang antena, dan menggerak-gerakkan antena televisi. Tuturan Arai, yaitu gimana, Boy? menunjukkan bahwa Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal, sebagaimana dijelaskan oleh Leech (2011: 209), Nadar (2009: 30), Rustono (1999: 67), Tarigan (2009: 77), dan Wijana (1996: 57). Ikal yang sedang duduk di depan televisi memberi respon dengan tuturan, yakni mantap, Boy terhadap gambar di televisi. 3) Pematuhan Maksim Pujian Dalam kategori pematuhan maksim pujian, percakapan Pak Julian dan Arai misalnya, pada data nomor (11) dalam film Sang Pemimpi dapat direlevansikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan ber-

76 64 bicara. Tuturan Pak Julian telah memaksimalkan pujian kepada Arai, sebagaimana pendapat yang dikemukakan oleh Leech (2011: 211), Nadar (2009: 30), Rustono (1999: 68), Tarigan (2009: 79), dan Wijana (1996: 57). Tuturan Pak Julian memberikan penilaian secara maksimal pada Arai setelah menuturkan kata-kata inspirasi. Penilaian Pak Julian ialah memuji Arai dengan mengatakan bahwa Arai, anak muda yang cerdas sekali. 4) Pematuhan Maksim Kerendahan Hati Pematuhan maksim kerendahan hati dalam film Sang Pemimpi, percakapan Ikal dan Arai pada data nomor (15) misalnya, relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Tuturan Ikal mematuhi maksim kerendahan hati ditunjukkan dengan mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. Tuturan Ikal tersebut telah memaksimalkan penjelekkan terhadap diri sendiri, sebagaiman diungkapkan oleh Leech (2011: 214), Nadar (2009: 30), Rustono (1999: 69), Tarigan (2009: 80), dan Wijana (1996: 58). 5) Pematuhan Maksim Kesepakatan Pematuhan maksim kesepakatan dalam film Sang Pemimpi, percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (14) misalnya, relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Maksud tuturan Arai ialah mengajak Ikal dan Jimbron untuk menggapai mimpi sampai ke Paris dan keliling dunia. Kesepakatan yang ditunjukkan oleh Ikal berupa tuturan yang mengatakan bahwa mereka akan ke Paris dan keliling dunia. Kesepakatan ditunjukkan Ikal sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Leech

77 65 (2011: 218), Nadar (2009: 30), Rustono (1999: 69), Tarigan (2009: 82), dan Wijana (1996: 59). 6) Pematuhan Maksim Simpati Pematuhan maksim simpati dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan ibu dan Ikal pada data nomor (22). Ibu sebagai penutur melontarkan tuturan dengan mengatakan bahwa ia berdoa supaya Ikal bisa bertemu dengan Arai. Tuturan Ibu menunjukkan rasa bersedih atas menghilangnya Arai tanpa kabar. Tuturan ibu tersebut telah memaksimalkan rasa simpati, sebagaimana diungkapkan oleh Leech (2011: 219), Nadar (2009: 31), Rustono (1999: 70), Tarigan (2009: 82), dan Wijana (1996: 60). b. Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Film Sang Pemimpi Pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi yang diperoleh penulis meliputi: (1) maksim kearifan, (2) maksim pujian, dan (3) maksim kesepakatan. Sampel data dari tiga maksim tersebut relevan dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Berikut ini disajikan sampel data pelanggaran maksim kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi akan direlevansikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. 1) Pelanggaran Maksim Kearifan Pelanggaran maksim kearifan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Jimbron dan Arai pada data nomor (20). Tuturan Jimbron yang mengatakan bahwa buku itu miliknya bermaksud menyuruh Arai

78 66 mengambilkan buku itu. Tuturan Jimbron menerapkan tuturan kurang santun karena membebani biaya pada Arai. Biaya yang harus dikeluarkan oleh Arai berupa mengambilkan buku dan menyerahkannya pada Jimbron. 2) Pelanggaran Maksim Pujian Pelanggaran maksim pujian dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (06). Tuturan Arai dan Ikal termasuk tuturan kurang santun. Mereka saling melontarkan tuturan dengan kata-kata kasar, terkesan sombong, dan menyindir. Arai mengatakan bahwa Ikal seorang pemalas. Kata pemalas jelas bukan merupakan pujian pada pihak lain. Tuturan Ikal yang menunjukkan kesan sombong dengan mengatakan bahwa tabungan uang koin miliknya hampir penuh. Tuturan Arai jelas menyinggung perasaan Ikal. Akibatnya, tuturan Ikal terkesan sombong dan menyindir Arai. Penyebab tuturan Arai dan Ikal kurang santun karena saling kritik secara langsung dengan kata-kata kasar. 3) Pelanggaran Maksim Kesepakatan Pelanggaran maksim kesepakatan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (19). Arai bermaksud mengajak Ikal dan Jimbron untuk mengikutinya. Ketidaksetujuan muncul pada tuturan Ikal, yakni Ah, ke mana, Rai? Hampir patah tulangku semua nih. Penyebab tuturan tersebut kurang santun adalah

79 67 dorongan rasa emosi Ikal, yaitu rasa kesal terhadap Arai yang memaksa Ikal untuk mengikutinya padahal Ikal sedang kelelahan. Berdasarkan kurikulum pembelajaran di SMA, berikut ini disajikan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara yang terdapat dalam silabus kelas X semester 2 SMA. a. Pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA dalam standar kompetensi 9. Memahami informasi melalui tuturan dan 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. b. Kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus adalah 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau media elektronik. c. Indikator keterampilan menyimak 9.2 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan; 2) menyimpulkan isi informasi yang didengar; dan 3) menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas. Indikator keterampilan berbicara 10.1 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya; 2) merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat; dan 3) memberikan kritik dengan disertai alasan.

80 68 d. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator dan tujuan penelitian. Penelitian ini penulis meneliti penggunaan kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi. Dengan demikian, tujuan pembelajarannya dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang santun. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan menyimak 9.2 adalah: 1) siswa mampu mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan; 2) siswa mampu menyimpulkan isi informasi yang didengar; dan 3) siswa mampu menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas dengan menerapkan kesantunan berbahasa. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan berbicara 10.1 adalah: 1) siswa mampu mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya; 2) siswa mampu merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat; dan 3) siswa mampu memberikan kritik dengan disertai alasan dengan menerapkan kesantunan berbahasa. e. Bahan pembelajaran Bahan atau sumber pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah (1) buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X karangan Agus

81 69 Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga dan (2) modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di SMA. Film Sang Pemimpi digunakan sebagai media pembelajaran. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi dapat dijadikan bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, diharapkan siswa mampu memahami tuturan dan menafsirkan maksud dari tuturan tersebut sehingga dapat mempraktikkan penggunaan tuturan yang santun dalam berkomunikasi. 4. Skenario Pembelajaran Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza di Kelas X Semester 2 SMA Pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA menggunakan media film Sang Pemimpi disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran. Kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena kurikulum pembelajaran tersebut menekankan siswa sebagai subjek pembelajaran, sumber belajar serta pengaruh teknologi yang memadai, dan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dengan demikian, pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA menekankan siswa sebagai subjek pembelajaran, memanfaatkan media elektronik, dan lingkungan sekitar siswa sebagai bahan pembelajaran. Penyajian skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA menggunakan media film Sang Pemimpi ber-

82 70 dasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendiidikan (KTSP) disajikan sebagai berikut. a. Standar kompetensi yang dipilih dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara adalah standar kompetensi 9. Memahami informasi melalui tuturan dan 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. b. Kompetensi dasar yang dijadikan sebagai target pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara adalah 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau media elektronik. c. Indikator keterampilan menyimak 9.2 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mencatat pokok-pokok isi informasi percakapan tokoh melalui rekaman film Sang Pemimpi; 2) menyimpulkan isi informasi percakapan tokoh yang didengar; dan 3) menyampaikan secara lisan isi informasi percakapan tokoh secara runtut dan jelas. Indikator keterampilan berbicara 10.1 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mendata informasi percakapan tokoh dari sebuah rekaman film Sang Pemimpi dengan mengetahui sumbernya; 2) merumuskan pokok persoalan dari percakapan tokoh film Sang Pemimpi; dan 3) memberikan kritik dengan disertai alasan terhadap percakapan tokoh.

83 71 d. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator dan tujuan penelitian. Penelitian ini penulis meneliti penggunaan kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi. Dengan demikian, tujuan pembelajarannya dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang santun. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan menyimak 9.2 adalah: 1) siswa mampu mencatat pokok-pokok isi informasi percakapan tokoh melalui rekaman film Sang Pemimpi; 2) siswa mampu menyimpulkan isi informasi percakapan tokoh yang didengar; dan 3) siswa mampu menyampaikan secara lisan isi informasi percakapan tokoh secara runtut dan jelas dengan menerapkan kesantunan berbahasa. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan berbicara 10.1 adalah: 1) siswa mampu mendata informasi percakapan tokoh dari sebuah rekaman film Sang Pemimpi dengan mengetahui sumbernya; 2) siswa mampu merumuskan pokok persoalan dari percakapan tokoh film Sang Pemimpi; dan 3) siswa mampu memberikan kritik dengan disertai alasan terhadap percakapan tokoh dengan menerapkan kesantunan berbahasa. e. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran yang digunakan terdapat dalam bahan pembelajaran adalah (1) buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas

84 72 X karangan Agus Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga dan (2) modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di kelas X semester 2 SMA. f. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA adalah metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back), dan metode pemberian tugas. g. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran dengan mengombinasikan tiga metode pembelajaran dilakukan secara bertahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. h. Langkah-Langkah Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA dilakukan dengan tiga langkah, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. i. Alokasi waktu Dalam silabus, pembelajaran keterampilan menyimak satu Minggu hanya satu pertemuan dan pembelajaran keterampilan berbicara dicapai satu Minggu dua pertemuan. Waktu yang disediakan untuk pembelajaran keterampilan menyimak adalah dua jam pelajaran atau 2 x 45 menit sedangkan pembelajaran keterampilan berbicara adalah empat jam pelajaran atau 4 x 45 menit.

85 73 j. Media Pembelajaran Media yang digunakan sebagai alat bantu agar mengefektifkan proses pembelajaran adalah rekaman film Sang Pemimpi berupa CD dan ditayangkan menggunakan LCD. k. Sumber Belajar Sumber pembelajaran yang digunakan adalah (1) buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X karangan Agus Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga dan (2) modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di SMA. l. Nilai-nilai karakter bangsa Nilai-nilai karakter bangsa yang dicapai dalam pembelajaran keterampilan menyimak memahami isi informasi dan berbicara mengungkapkan komentar terhadap informasi percakapan tokoh adalah kepedulian, keadaban, kesantunan, kritis, demokratis, kebijaksanaan, sikap berempati, kedermawanan, pandai berterima kasih, kerendahan hati, kehormatan, dan kearifan. m. Penilaian Unsur penilaian terdiri dari teknik penilaian, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. B. Pembahasan Data Sistematika pembahasan data terbagi dalam empat subbahasan, yakni pematuhan prinsip kesantunan berbahasa, pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa, relevansinya sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara, dan skenario pembelajarannya di kelas X semester 2 SMA.

86 74 1. Pematuhan Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa total data pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi terdapat 15 data. Berikut ini dibahas data pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi sesuai dengan kategori maksim yang dipatuhi. a. Pematuhan Maksim Kearifan Maksim kearifan memberi petunjuk supaya penutur menuturkan tuturan yang memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain dan meminimalkan biaya kepada pihak lain. Berdasarkan penyajian data, didapat tiga data yang termasuk kategori pematuhan maksim kearifan, yakni data yang bernomor (01), (03), dan (18). Tuturan (01) mematuhi maksim kearifan karena penutur melontarkan tuturan yang menguntungkan pihak lain. Ibu berperan sebagai penutur dan Ikal sebagai mitra tutur. Tuturan ibu yang menunjukkan keuntungan secara maksimal, yaitu Ibu selipin aja di bawah pintu. Tuturan Ibu bermaksud memberitahukan adanya surat untuk Ikal dan Arai. Dengan demikian, biaya yang harus dikeluarkan Ikal berupa tenaga untuk mengambil surat yang terselip di bawah pintu dan ucapan terima kasih sebagai penghormatan atas kebaikan Ibu. Selanjutnya, tuturan (03) mematuhi maksim kearifan karena penutur memaksimalkan keuntungan pada mitra tutur. Arai berperan sebagai penutur dan Ikal sebagai mitra tutur. Tuturan Arai yang mengatakan bahwa ia yang

87 75 membuat mainan gasing termasuk ilokusi impositif dengan menyuruh Ikal untuk mencoba main gasing tersebut. Biaya yang harus dikeluarkan Ikal berupa mempraktikkan gasing tersebut. Kemudian Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal dengan maksud menghibur Ikal karena gasing tersebut tercebur ke laut. Tindakan Arai bermaksud menghibur Ikal, yakni mengeluarkan seekor kumbang sagu. Ikal yang merasa dihibur terkejut dengan tindakan Arai. Tuturan (18) mematuhi maksim kearifan karena penutur meminimalkan biaya pada pihak lain dengan memberikan dua tabungan yang berisi uang. Tuturan Jimbron sebagai penutur, yakni Ini aku siapkan untuk kalian. Isinya sama rata seperti yang kau bilang dulu, Kal. termasuk tuturan yang memenuhi maksim kearifan karena Jimbron menawarkan tabungannya pada pihak lain, yakni Ikal dan Arai secara maksimal. Jimbron memaksimalkan keuntungan yang lebih pada Ikal dan Arai, yakni memberikan dua celengan uang koin berbentuk kuda yang isi uang koin sama rata. Ikal dan Arai merasa terharu dengan tindakan Jimbron. Tidak ada biaya yang dikeluarkan Ikal dan Arai karena mereka menentukan pilihan, yakni menerima tabungan yang berisi uang koin. b. Pematuhan Maksim Kedermawanan Maksim kedermawanan memberi petunjuk supaya penutur menuturkan tuturan yang memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain dan meminimalkan keuntungan kepada diri sendiri. Berdasarkan penyajian data, didapat dua data yang termasuk kategori pematuhan maksim kedermawanan, yakni data yang bernomor (04) dan (09).

88 76 Tuturan (04) mematuhi maksim kedermawanan karena penutur memaksimalkan keuntungan pada pihak lain. Tindakan kedermawanan yang ditunjukkan Arai sebagai penutur jelas membebani biaya diri sendiri, yakni memanjat pagar, meraih tiang antena, dan menggerak-gerakkan antena televisi. Ikal yang sedang duduk di depan televisi memberi respon terhadap gambar di televisi. Ikal, sebagai mitra tutur tidak mengeluarkan biaya. Selanjutnya, tuturan (09) mematuhi maksim kedermawanan karena penutur meminimalkan keuntungan pada diri sendiri. Tuturan Arai, sebagai penutur yang mematuhi maksim kedermawanan, yakni Ini Mak Cik, biar bisa bikinkan jual kue. Mak Cik pandai kan buat kue? Tuturan Arai termasuk dalam ilokusi komisif yang bersifat menawarkan terigu, gula, dan gandum kepada pihak lain. Mak Cik tidak mengeluarkan biaya sedangkan Arai mengeluarkan biaya. Biaya yang dikeluarkan Arai berupa mengumpulkan uang koin dari tabungannya dan Ikal, datang ke toko Tionghoa bermaksud untuk membeli terigu, gandum, dan gula dengan uang tersebut, dan mengantarkan terigu, gandum, dan gula ke rumah Mak Cik. Mak Cik merasa terkejut penuh haru terhadap tindakan Arai dan Ikal. c. Pematuhan Maksim Pujian Maksim pujian memberi petunjuk supaya penutur menuturkan tuturan yang memaksimalkan pujian dan meminimalkan penjelekan terhadap pihak lain. Berdasarkan penyajian data, didapat empat data yang termasuk kategori pematuhan maksim pujian, yakni data yang bernomor (11), (13), (16), dan (21). Tuturan (11) mematuhi maksim pujian karena penutur meminimalkan

89 77 penjelekan pada pihak lain. Tuturan Pak Julian termasuk tindak tutur ekspresif, yakni memuji Arai. Tuturan Pak Julian memberikan penilaian secara maksimal pada Arai setelah menuturkan kata-kata inspirasi. Penilaian Pak Julian ialah memuji Arai dengan mengatakan bahwa Arai, anak muda yang cerdas sekali. Selanjutnya, tuturan (13) termasuk maksim pujian karena penutur melontarkan pujian yang disertai harapan pada pihak lain. Tuturan Pak Julian sebagai penutur memaksimalkan pujian pada Ikal sebagai mitra tutur mengenai karangan yang dibuat oleh Ikal. Pak Julian memuji karangan Ikal dengan berkata bahwa Ikal berbakat menulis dan memberikan dukungan untuk memantapkan ekspresi diri melalui karangan. Tuturan Pak Julian bersifat mengharapkan sesuatu dari mitra tutur. Pak Julian berharap Ikal dapat menjadi penulis besar melalui karangannya. Mendengar tuturan Pak Julian, Ikal mengucapkan terima kasih sebagai bentuk penghormatan atas pujian dari Pak Julian. Tuturan (16) mematuhi maksim pujian karena penutur memaksimalkan pujian pada pihak lain. Koh A Yung sebagai penutur dan Ikal sebagai pihak lain. Koh A Yung memuji nilai rapor Ikal dan Arai dengan mengatakan bahwa mereka meraih kembali juara di kelas dan hasil nilai rapor mereka juga bagus. Mendengar tuturan Koh A Yung, Ikal mengucapkan terima kasih sebagai penghormatan atas pujian dari Koh A Yung. Tuturan (21) mematuhi maksim pujian karena penutur memaksimalkan pujian disertai ekspresi gembira pada pihak lain. Ibu sebagai penutur dan Ikal sebagai pihak lain. Pujian dituturkan oleh Ibu setelah membaca proposal Ikal.

90 78 Ibu bertutur bahwa proposal Ikal sungguh overwhelming, ceritanya sungguh luar biasa, penuh semangat, dan penuh mimpi. Tuturan Ibu termasuk dalam tindak tutur ekspresif, yakni memuji dengan rasa gembira. Mendengar tuturan Ibu, Ikal merasa bangga dan senang atas proposalnya. Sebagian besar konsep proposal Ikal diperoleh dari skripsi sarjana, ditambah pengalaman pribadi menjadi orang kampung, dan pengalaman yang dilalui bersama Arai. d. Pematuhan Maksim Kerendahan Hati Maksim kerendahan hati memberi petunjuk supaya penutur menuturkan tuturan yang memaksimalkan penjelekan terhadap diri sendiri dan meminimalkan pujian kepada diri sendiri. Berdasarkan penyajian data, didapat satu data yang termasuk kategori pematuhan maksim kerendahan hati, yakni data yang bernomor (15). Tuturan (15) mematuhi maksim kerendahan hati karena Ikal memaksimalkan penjelekan pada diri sendiri. Ikal sebagai penutur dan Arai sebagai mitra tutur. Percakapan terjadi antara Ikal dan Arai di toilet sekolah karena mereka sedang dihukum Pak Mustar untuk membersihkan toilet. Tuturan Ikal mematuhi maksim kerendahan hati ditunjukkan dengan mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. e. Pematuhan Maksim Kesepakatan Maksim kesepakatan memberi petunjuk supaya penutur menuturkan tuturan yang memaksimalkan kesetujuan antara diri sendiri dan pihak lain. Ketidaksetujuan dengan pihak lain dianggap sebagai tindakan yang kurang santun. Berdasarkan penyajian data, didapat empat data yang termasuk kategori

91 79 pematuhan maksim kesepakatan, yakni data yang bernomor (05), (08), (12), dan (14). Tuturan (05) mematuhi maksim kesepakatan karena memaksimalkan kesepakatan terhadap pemberitahuan mengenai kuda stallion yang dilontarkan oleh Jimbron sebagai penutur. Tuturan Jimbron termasuk tindak tutur asertif, yakni memberitahukan informasi mengenai kuda stallion. Mendengar tuturan Jimbron, kesepakatan Arai dan Ikal ditunjukkan dengan cara ekspresi tersenyum. Tuturan (08) termasuk pematuhan maksim kesepakatan karena penutur melontarkan kesetujuan dengan pihak lain berupa mengikuti ajakan pihak lain. Arai mengajak Ikal untuk mengikuti kemauannya. Maksud dari tuturan Arai, yakni menggabungkan uang koin milik Ikal dan miliknya untuk membeli terigu, gandum, dan gula. Ikal sepakat untuk memberikan uang koin kepada Arai. Kesepakatan Ikal ditunjukkan dengan cara menyerahkan uang koin miliknya kepada Arai. Senada dengan tuturan (08), tuturan (12) termasuk maksim kesepakatan karena penutur mengajak pihak lain untuk mengikutinya. Tuturan Arai yang menunjukkan ajakan ialah Joget lagilah, ayo. Kesepakatan ditunjukkan oleh Jimbron berupa menganggukkan kepala dan kembali menari. Tuturan (14) termasuk maksim kesepakatan karena kesepakatan terjadi antara diri sendiri dan pihak lain. Tuturan Arai bermaksud mengajak Ikal dan Jimbron untuk menggapai mimpi sampai ke Paris dan keliling dunia. Kesepakatan yang ditunjukkan oleh Ikal berupa tuturan yang mengatakan bahwa mereka ke Paris dan keliling dunia. Kesepakatan ditunjukkan oleh Jimbron

92 80 dengan mengekspresikan bahasa tubuh, yakni menganggukkan kepala dan bertepuk tangan. f. Pematuhan Maksim Simpati Maksim simpati memberi petunjuk supaya penutur mengucapkan tuturan yang mengekspresikan rasa simpati terhadap kesuksesan atau musibah yang dialami pihak lain. Berdasarkan penyajian data, didapat satu data yang termasuk kategori pematuhan maksim simpati, yakni data yang bernomor (22). Tuturan (22) termasuk pematuhan maksim simpati karena penutur memaksimalkan simpati antara diri sendiri dengan pihak lain. Ibu sebagai penutur melontarkan tuturan dengan mengatakan bahwa ia berdoa supaya Ikal bisa bertemu dengan Arai. Tuturan Ibu menunjukkan sikap ikut bersedih atas menghilangnya Arai tanpa kabar. 2. Pelanggaran Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa total data pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi terdapat 7 data. Berikut ini pembahasan data pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi sesuai dengan kategori maksim yang dilanggar. a. Pelanggaran Maksim Kearifan Tuturan yang termasuk biaya yang membebani pihak lain, maka penutur telah melanggar maksim kearifan. Berdasarkan penyajian data, didapat dua data yang termasuk kategori pelanggaran maksim kearifan, yakni data yang bernomor (10) dan (20).

93 81 Tuturan (10) termasuk pelanggaran maksim kearifan karena Arai memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan meminta Nurmi memainkan biolanya. Arai sebagai penutur meminta biaya dengan memaksa Nurmi untuk memainkan biola. Tuturan Arai menerapkan tuturan kurang santun karena membebani biaya kepada pihak lain. Biaya yang harus dikeluarkan Nurmi adalah mengambil biola di rumah dan memainkan biola di pinggir danau. Penyebab ketidaksantunan tuturan Arai karena ia protektif terhadap pendapat melalui tuturannya. Protektif terhadap pendapat ditunjukkan Arai dengan memaksa Nurmi untuk memainkan biola. Variasi lain dari pelanggaran maksim kearifan, yakni terdapat pada tuturan data nomor (20). Tuturan (20) melanggar maksim kearifan karena Jimbron memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan menyuruh Arai mengambilkan buku miliknya. Tuturan Jimbron yang mengatakan bahwa buku itu miliknya bermaksud menyuruh Arai mengambilkan buku itu. Tuturan Jimbron menerapkan tuturan kurang santun karena membebani biaya pada Arai. Biaya yang harus dikeluarkan oleh Arai berupa mengambilkan buku dan menyerahkannya pada Jimbron. Penyebab ketidaksantunan tuturan Jimbron karena sengaja memojokkan Arai agar Arai menjadi tidak berdaya atas apa yang dikatakan Jimbron. b. Pelanggaran Maksim Pujian Pelanggaran maksim pujian terjadi apabila penutur memaksimalkan penjelekan pada pihak lain dan memaksimalkan pujian terhadap diri sendiri. Ber-

94 82 dasarkan penyajian data, didapat dua data yang termasuk kategori pelanggaran maksim pujian, yakni data yang bernomor (06) dan (17). Tuturan (06) melanggar maksim pujian karena Arai dan Ikal saling meminimalkan penjelekan kepada diri sendiri. Mereka nenyampaikan tuturan dengan kata-kata kasar, terkesan sombong, dan menyindir pihak lain. Tuturan Arai dan Ikal termasuk tuturan kurang santun. Mereka saling melontarkan tuturan dengan kata-kata kasar, terkesan sombong, dan menyindir. Arai mengatakan bahwa Ikal seorang pemalas. Kata pemalas jelas bukan merupakan pujian pada pihak lain. Tuturan Ikal yang menunjukkan kesan sombong dengan mengatakan bahwa tabungan uang koin miliknya hampir penuh. Penyebab tuturan Arai dan Ikal kurang santun karena saling kritik secara langsung dengan kata-kata kasar. Tuturan Arai jelas menyinggung perasaan Ikal. Akibatnya, tuturan Ikal terkesan sombong dan menyindir Arai. Tuturan (17) melanggar maksim pujian karena Arai meminimalkan penjelekan terhadap diri sendiri dengan melontarkan tuturan yang bermaksud menyindir pada Jimbron. Tuturan Arai yang termasuk menyindir dengan kedatangan Jimbron yang membawa dua tempat uang koin berbentuk kuda, yakni Cerdasnya kau, Bron. Tak ada yang asli, tanah liat pun jadi. Arai mengejek tempat uang koin berbentuk kuda milik Jimbron dengan maksud bukan kuda asli yang dibawa melainkan tanah liat yang berbentuk kuda. Penyebab tuturan Arai kurang santun karena protektif terhadap pendapatnya mengenai tabungan Jimbron berbentuk kuda. Arai menuturkan tuturan yang bersifat menyindir. Akibatnya, terjadi kesalahpahaman antara Ikal dan Arai.

95 83 c. Pelanggaran Maksim Kesepakatan Pelanggaran maksim kesepakatan jelas terjadi apabila penutur memaksimalkan ketidaksetujuan antara diri sendiri dan pihak lain. Berdasarkan penyajian data, didapat tiga data yang termasuk kategori pelanggaran maksim kesepakatan, yakni data yang bernomor (02), (07), dan (19). Tuturan (02) melanggar maksim kesepakatan karena Ikal meminimalkan kesetujuan dengan Arai. Ikal menuturkan tuturan tidak setuju diiringi dengan penolakan. Tuturan Arai yang mengatakan bahwa Ikal melompat bermaksud mengajak Ikal melompat bersama. Tuturan Ikal termasuk memaksimalkan ketidaksetujuan atas ajakan Arai. Ikal tidak setuju dengan ajakan Arai karena tempat yang akan mereka lompati berisi balok batu es. Penyebab tuturan Ikal kurang santun karena Ikal protektif terhadap pendapat. Protektif terhadap pendapat mengenai tidak bersedia melompat ke tempat berisi balok batu es dan adanya pengawasan dari Capo Ah Lung. Penolakan Ikal berupa mengingatkan Arai agar tidak melompati tempat berisi balok batu es dan adanya pengawasan dari Capo Ah Lung. Tuturan (07) melanggar maksim kesepakatan karena Ikal melontarkan tuturan yang memaksimalkan ketidaksetujuan dengan memberontak terhadap perilaku Arai. Ketidaksetujuan Ikal terhadap sikap Arai yang hendak membeli terigu, gula, dan gandum. Ikal tidak setuju karena uang yang dipakai untuk membeli terigu, gula, dan gandum ialah uang koin milik Arai dan Ikal. Alasan Ikal memberontak karena uang koin miliknya itu tabungan selama hampir setahun yang dikumpulkannya dengan susah payah. Arai memaksa Ikal untuk

96 84 menyerahkan uang koin milik Ikal. Ikal tidak memberikan uang tersebut tetapi berebut dengan Arai menarik karung yang berisi uang koin. Penyebab tuturan Ikal kurang santun ialah dorongan rasa emosi Ikal yang kesal terhadap Arai, penggunaan kata kasar, dan protektif terhadap pendapat. Kata kasar yang dilontarkan Ikal, yakni Gile, kau. Tuturan Ikal yang menunjukkan protektif terhadap pendapat, yakni Apanya yang penting. Susah payah aku menabung bahkan tabungan aku lebih banyak daripada kau. Kalau kau nak main-main pakai saja duit kau sendiri. Akibat dari pelanggaran maksim kesepakatan pada data nomor (07) adalah terjadi perkelahian antara Ikal dan Arai. Tuturan (19) melanggar maksim kesepakatan karena Ikal memaksimalkan ketidaksetujuan pada Arai. Arai bermaksud mengajak Ikal dan Jimbron untuk mengikutinya. Ketidaksetujuan muncul pada tuturan Ikal yang menanyakan bahwa Arai akan ke mana. Ikal juga memberitahukan bahwa tulang Ikal hampir patah dengan maksud Ikal masih kelelahan. Arai memaksa Ikal untuk tetap ikut dengannya. Ketidaksantunan terjadi pada tuturan Ikal, yakni Ah, ke mana, Rai? Hampir patah tulangku semua nih. Penyebab tuturan tersebut kurang santun adalah dorongan rasa emosi Ikal, yaitu rasa kesal terhadap Arai yang memaksa Ikal untuk mengikutinya padahal Ikal sedang kelelahan. 3. Relevansi Kesantunan Berbahasa dalam Percakapan Film Sang Pemimpi dengan Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara di SMA Di bawah ini dibahas data kesantunan berbahasa yang dipatuhi dan dilanggar dalam percakapan film Sang Pemimpi yang relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara.

97 85 a. Pematuhan Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Film Sang Pemimpi Pematuhan prinsip kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi yang diperoleh penulis meliputi maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Data dari enam maksim tersebut relevan dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Berikut ini dibahas data pematuhan maksim kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi yang direlevansikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. 1) Pematuhan Maksim Kearifan Pematuhan maksim kearifan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan ibu dan Ikal pada data nomor (01). Informasi data nomor (01) adalah adanya surat. Ketika Ibu mendapat surat yang ditujukan kepada Ikal, ada usaha yang harus dilakukan ibu. Usaha tersebut dilakukan oleh ibu agar mitra tutur memperoleh keuntungan yang maksimal. Ibu memberikan keuntungan yang banyak pada Ikal. Tuturan ibu telah memaksimalkan keuntungan pada Ikal dengan tindakan menyelipkan surat di bawah pintu rumah Ikal. Relevansi data nomor (01) dengan keterampilan menyimak dapat dilihat dari segi mitra tutur. Dalam peristiwa tersebut Ikal, sebagai mitra tutur telah menyimak tuturan ibu. Tanda bahwa Ikal telah menyimak dengan saksama tuturan ibu, yaitu Ikal merespon ibu dengan ucapan terima

98 86 kasih. Ikal memahami tuturan yang diucapkan Ibu. Infomasi yang didapat Ikal, yaitu surat yang terselip di bawah pintu rumahnya. Relevansi data nomor (01) dengan keterampilan berbicara dapat dilihat dari ibu, sebagai penutur. Tuturan Ibu, yaitu Ibu selipin aja di bawah pintu bertujuan untuk memudahkan Ikal mengambil surat yang terselip di bawah pintu rumah Ikal. Tuturan ibu memaksimalkan keuntungan pada Ikal. Dalam kehidupan sehari-hari, jika siswa dititipi surat oleh seseorang, siswa tersebut harus menyampaikan surat itu. Akan tetapi, orang yang dituju tidak di rumah, hendaknya ada usaha yang harus dilakukan agar mitra tutur memperoleh keuntungan secara maksimal. 2) Pematuhan Maksim Kedermawanan Pematuhan maksim kedermawanan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (04). Informasi data nomor (04) adalah gambar yang jelas di televisi. Ketika Arai dan Ikal sedang menonton televisi, ada usaha yang harus dilakukan Arai. Usaha tersebut dilakukan oleh Arai agar Ikal memperoleh keuntungan. Tindakan yang dilakukan oleh Arai merupakan tindakan yang membebani biaya pada diri sendiri. Bentuk tindakan yang membebani diri Arai, yaitu memanjat pagar, meraih tiang antena, dan menggerak-gerakkan antena televisi. Tuturan Arai, yaitu gimana, Boy? menunjukkan bahwa Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal.

99 87 Relevansi data nomor (04) dengan keterampilan menyimak dapat dilihat dari tuturan Ikal, sebagai mitra tutur. Dalam peristiwa tersebut Ikal, telah menyimak tuturan Arai. Tanda bahwa Ikal telah menyimak dengan saksama tuturan Arai, yaitu Ikal yang sedang duduk di depan televisi memberi respon dengan tuturan, yakni mantap, Boy terhadap gambar di televisi. Relevansi data nomor (04) dengan keterampilan berbicara dapat dilihat dari tuturan Arai, sebagai penutur. Tuturan Arai, yaitu gimana, Boy? menunjukkan bahwa Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal. Tindakan yang dilakukan oleh Arai merupakan tindakan yang membebani biaya pada diri sendiri, yakni memanjat pagar, meraih tiang antena, dan menggerakgerakkan antena televisi. Dalam kehidupan sehari-hari, jika siswa mengalami peristiwa yang sama dengan data nomor (04), hendaknya ada usaha yang dilakukan oleh siswa untuk memudahkan mitra tutur menonton televisi dengan gambar yang jelas. Usaha tersebut membebani diri sendiri dengan maksud memberikan keuntungan pada pihak lain. Tindakan kedermawanan yang ditunjukkan siswa jelas membebani biaya diri sendiri, misalnya memanjat pagar, meraih tiang antena, dan menggerak-gerakkan antena televisi. 3) Pematuhan Maksim Pujian Dalam kategori pematuhan maksim pujian, percakapan Pak Julian dan Arai misalnya, pada data nomor (11) dalam film Sang Pemimpi dapat direlevansikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan ber-

100 88 bicara. Informasi data nomor (11) adalah kata-kata inspirasi dari tokoh ternama, Albert Einstein. Tuturan Pak Julian telah memaksimalkan pujian kepada Arai. Tuturan Pak Julian memberikan penilaian secara maksimal pada Arai setelah menuturkan kata-kata inspirasi. Penilaian Pak Julian ialah memuji Arai dengan mengatakan bahwa Arai, anak muda yang cerdas. Relevansi data nomor (11) dengan keterampilan menyimak dapat dilihat dari tuturan Pak Julian. Dalam peristiwa tersebut Pak Julian telah menyimak tuturan Arai. Tanda bahwa Pak Julian telah menyimak dengan saksama tuturan Arai, yaitu Pak Julian merespon Arai dengan mengatakan bahwa Arai, anak muda yang cerdas sekali. Tuturan Pak Julian telah memaksimalkan pujian kepada Arai. Tuturan Pak Julian memberikan penilaian secara maksimal pada Arai setelah menuturkan kata-kata inspirasi. Relevansi data nomor (11) dengan keterampilan berbicara dapat dilihat dari tuturan Arai. Tuturan Arai bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kata-kata inspirasi dari tokoh ternama, Albert Einstein. Dalam kehidupan sehari-hari, jika siswa mendengar tuturan berisi kata-kata inspirasi yang diucapkan oleh seseorang, hendaknya siswa memberikan pujian terhadap tuturan tersebut. 4) Pematuhan Maksim Kerendahan Hati Pematuhan maksim kerendahan hati dalam film Sang Pemimpi, percakapan Ikal dan Arai pada data nomor (15) misalnya, relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Informasi data nomor (15) adalah penutur memaksimalkan penjelekkan pada diri sendiri. Tuturan

101 89 Ikal mematuhi maksim kerendahan hati ditunjukkan dengan mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. Relevansi data nomor (15) dengan keterampilan menyimak dapat dilihat tuturan Arai. Dalam peristiwa tersebut Arai telah menyimak tuturan Ikal. Tanda bahwa Arai telah menyimak dengan saksama tuturan Ikal, yaitu menanyakan maksud ucapan Ikal yang mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. Arai memahami tuturan yang diucapkan Ikal. Relevansi data nomor (15) dengan keterampilan berbicara dapat dilihat dari tuturan Ikal. Tuturan Ikal mematuhi maksim kerendahan hati ditunjukkan dengan mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. Hal ini Ikal telah memaksimalkan penjelekkan terhadap diri sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, jika siswa mengalami kejadian yang sama pada data nomor (15), hendaknya siswa selalu merasa rendah hati. Kerendahan hati ini dapat membentuk karakter pribadi siswa menjadi lebih santun dalam berkomunikasi. 5) Pematuhan Maksim Kesepakatan Pematuhan maksim kesepakatan dalam film Sang Pemimpi, percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (14) misalnya, relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Informasi data nomor (14) adalah ajakan Arai pada Ikal dan Jimbron untuk menggapai mimpi sampai ke Paris dan keliling dunia. Kesepakatan yang ditunjukkan oleh Ikal berupa tanggapan yang mengatakan bahwa mereka akan ke Paris dan keliling

102 90 dunia, sedangkan kesepakatan yang ditunjukkan oleh Jimbron berupa menganggukkan kepala dan bertepuk tangan. Relevansi data nomor (14) dengan keterampilan menyimak dapat dilihat tuturan Ikal dan gerakan Jimbron. Dalam hal itu Ikal dan Jimbron telah menyimak tuturan Arai. Tanda bahwa Ikal dan Jimbron telah menyimak dengan saksama tuturan Arai, yaitu Ikal merespon dengan mengatakan bahwa mereka akan ke Paris dan keliling dunia sedangkan Jimbron berupa menganggukkan kepala dan bertepuk tangan. Tindakan Ikal dan Jimbron menunjukkan kesepakatan terhadap ajakan Arai. Relevansi data nomor (14) dengan keterampilan berbicara dapat dilihat dari tuturan Arai, sebagai penutur. Tuturan Arai mempunyai nilai persuasif bertujuan untuk mengajak mitra tutur sepakat dengan apa yang dikatakannya dan berusaha mempengaruhi Ikal dan Jimbron untuk mengikuti perkataan Arai. Tuturan ibu memaksimalkan keuntungan pada Ikal. Dalam kehidupan sehari-hari, jika ada siswa yang bertutur mengenai mimpi yang bermanfaat dengan kalimat persuasif, yakni siswa tersebut mengajak temannya untuk ikut menggapai mimpi itu bersama, hendaknya siswa lain menunjukkan tanda kesepakatan yang maksimal berupa penggunaan kata setuju dan anggukkan kepala. 6) Pematuhan Maksim Simpati Pematuhan maksim simpati dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misal-

103 91 nya percakapan ibu dan Ikal pada data nomor (22). Informasi data nomor (22) adalah kepergian Arai tanpa kabar pada Ikal. Ketika ibu mendengar kisah hidup Ikal dan Arai, ada perasaan sedih. Hal ini ditunjukkan oleh ibu yang memiliki rasa simpati kepada Ikal dengan mengatakan bahwa beliau berdoa supaya Ikal bisa bertemu dengan Arai. Tuturan ibu tersebut telah memaksimalkan rasa simpati antara diri sendiri dan pihak lain. Relevansi data nomor (22) dengan keterampilan menyimak dapat dilihat dari tuturan Ikal. Dalam percakapan tersebut, Ikal telah menyimak tuturan ibu. Bukti bahwa Ikal telah menyimak dengan saksama tuturan Ibu, yaitu Ikal merespon ibu dengan ucapan terima kasih. Ikal memahami tuturan yang diucapkan Ibu. Relevansi data nomor (22) dengan keterampilan berbicara dapat dilihat dari tuturan ibu, sebagai penutur. Tuturan Ibu, yaitu yang pasti saya berdoa supaya kamu bisa ketemu lagi dengan Arai menunjukkan rasa simpati pada Ikal. Ibu berharap Ikal dapat bertemu dengan Arai. Dalam kehidupan sehari-hari, jika ada siswa mengalami peristiwa yang bersifat suka dan/atau duka, hendaknya siswa lain memiliki rasa simpati pada peristiwa yang dialami temannya. Rasa simpati yang ditunjukkan oleh pihak lain berupa tuturan yang membangkitkan semangat bagi siswa yang mengalami peristiwa tersebut. b. Pelanggaran Prinsip Kesantunan Berbahasa dalam Film Sang Pemimpi Pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi yang diperoleh penulis meliputi maksim kearifan, maksim pujian, dan maksim

104 92 kesepakatan. Sampel data dari tiga maksim tersebut relevan dengan keterampilan menyimak dan berbicara. Berikut ini dibahas sampel data pelanggaran maksim kesantunan berbahasa dalam film Sang Pemimpi akan direlevansikan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. 1) Pelanggaran Maksim Kearifan Pelanggaran maksim kearifan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Jimbron dan Arai pada data nomor (20). Tuturan Jimbron yang mengatakan bahwa buku itu miliknya bermaksud menyuruh Arai mengambilkan buku itu. Tuturan Jimbron menerapkan tuturan kurang santun karena membebani biaya pada Arai. Biaya yang harus dikeluarkan oleh Arai berupa mengambilkan buku dan menyerahkannya pada Jimbron. Relevansi data nomor (20) dengan keterampilan menyimak dapat dilihat gerakan dan tuturan Arai. Dalam percakapan tersebut, Arai menyimak tuturan Jimbron. Bukti bahwa Arai telah menyimak dengan saksama tuturan Jimbron, yaitu respon berupa mengambil buku Jimbron sambil mengatakan bahwa ia menyuruh Jimbron cepat menghabiskan makanan agar dapat nyaman belajar bersama. Relevansi data nomor (22) dengan keterampilan berbicara dapat dilihat dari tuturan Jimbron, sebagai penutur. Tuturan Jimbron yang mengatakan bahwa buku itu miliknya dengan intonasi tinggi bermaksud menyuruh Arai mengambilkan buku itu. Tuturan Jimbron menerapkan tuturan kurang santun karena membebani biaya pada Arai.

105 93 Dalam kehidupan sehari-hari, jika siswa menjumpai fenomena tuturan yang kurang santun, hendaknya ia berusaha mengingatkan dan memberitahukan tuturan yang santun. Hal ini dilakukan agar terhindar dari konflik kesalahpahaman. 2) Pelanggaran Maksim Pujian Pelanggaran maksim pujian dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (06). Tuturan Arai dan Ikal termasuk tuturan kurang santun. Mereka saling melontarkan tuturan dengan kata-kata kasar, terkesan sombong, dan menyindir. Arai mengatakan bahwa Ikal seorang pemalas. Kata pemalas jelas bukan merupakan pujian pada pihak lain. Tuturan Ikal yang menunjukkan kesan sombong dengan mengatakan bahwa tabungan uang koin miliknya hampir penuh. Tuturan Arai jelas menyinggung perasaan Ikal. Akibatnya tuturan Ikal terkesan sombong dan menyindir Arai. Penyebab tuturan Arai dan Ikal kurang santun karena saling kritik secara langsung dengan kata-kata kasar. Relevansi data nomor (06) dengan keterampilan menyimak dilihat dari tuturan Ikal. Tuturan Ikal menunjukkan kesan sombong dengan mengatakan bahwa tabungan uang koin miliknya hampir penuh. Kata kasar tersebut terlontar setelah Ikal menyimak tuturan Arai yang bermaksud bahwa Ikal malas menabung. Relevansi data nomor (06) dengan keterampilan berbicara dilihat dari tuturan Arai. Arai mengatakan bahwa Ikal seorang pemalas. Kata pemalas

106 94 jelas bukan merupakan pujian pada pihak lain. Tuturan Arai tersebut tidak santun. Tuturan Arai jelas menyinggung perasaan Ikal. Dalam kehidupan sehari-hari siswa harus bertutur secara santun agar terhindar dari akibat konflik yang dapat memicu perkelahian. Cara yang digunakan oleh siswa agar terhindar dari konflik, yaitu berupa memilih diksi yang tepat saat bertutur sehingga tidak menyinggung perasaan mitra tutur. 3) Pelanggaran Maksim Kesepakatan Pelanggaran maksim kesepakatan dalam percakapan film Sang Pemimpi relevan dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara misalnya percakapan Arai dan Ikal pada data nomor (19). Arai bermaksud mengajak Ikal dan Jimbron untuk mengikutinya. Ketidaksetujuan muncul pada tuturan Ikal yakni Ah, ke mana, Rai? Hampir patah tulangku semua nih. Penyebab tuturan tersebut kurang santun adalah dorongan rasa emosi Ikal, yaitu rasa kesal terhadap Arai yang memaksa Ikal untuk mengikutinya padahal Ikal sedang kelelahan. Relevansi data nomor (19) dengan keterampilan menyimak dilihat dari tuturan Arai. Arai bermaksud mengajak Ikal dan Jimbron untuk mengikutinya. Dalam percakapan tersebut, Arai kurang optimal menyimak tuturan Ikal. Arai tidak memahami maksud dari tuturan Ikal mengenai keadaan Ikal yang kelelahan. Akibatnya, Arai tetap memaksa Ikal untuk mengikuti ajakannya.

107 95 Relevansi data nomor (19) dengan keterampilan berbicara dilihat dari tuturan Ikal. Tuturan Ikal memaksimalkan ketidaksetujuan dengan Arai. Tuturan Ikal, yaitu Ah, ke mana, Rai? Hampir patah tulangku semua nih bermaksud memberitahukan Arai bahwa ia sedang kelelahan usai bekerja. Akan tetapi, Ikal menyampaikan tuturan secara implisit. Dalam kehidupan sehari-hari siswa harus bertutur secara santun dan memperhatikan konteks tuturan tersebut. Diharapkan siswa tidak hanya memahami tuturan secara eksplisit, tetapi juga mampu memahami maksud tuturan yang disampaikan secara implisit sehingga terhindar dari kesalahpahaman. Salah satu media yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara adalah tuturan dalam percakapan film Sang Pemimpi. Tuturan dalam percakapan film Sang Pemimpi ditemukan pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech sehingga relevan apabila film Sang Pemimpi tersebut dijadikan sebagai media pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA. Berdasarkan kurikulum pembelajaran di SMA, berikut ini dibahas pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara yang terdapat dalam silabus kelas X semester 2 SMA. a. Pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA dalam standar kompetensi 9. Memahami informasi melalui tuturan dan 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. Penggunaan media film Sang Pemimpi, diharapkan siswa terampil

108 96 menyimak informasi melalui tuturan dan terampil berbicara mengungkapkan komentar terhadap informasi dalam film tersebut. b. Kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus adalah 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau media elektronik. Dalam proses pembelajaran, analisis tuturan tokoh film Sang Pemimpi dijadikan sebagai contoh penerapan kesantunan berbahasa dalam menyimpulkan isi informasi dan mengungkapkan kritik terhadap informasi secara santun, sedangkan media film Sang Pemimpi diharapkan dapat memperjelas penerapan prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech, memvariasi metode pembelajaran, dan menjadikan pembelajaran lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam belajar. c. Indikator keterampilan menyimak 9.2 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan; Rekaman yang digunakan sebagai media pembelajaran misalnya film Sang Pemimpi. Pencapaian indikator poin pertama ini dapat dilihat dari kemampuan siswa menyimak dengan saksama percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Hasil dari menyimak percakapan tokoh, yakni siswa mampu mencatat pokok-pokok isi informasi dalam kartu informasi.

109 97 2) menyimpulkan isi informasi yang didengar; Pencapaian indikator poin kedua ini dapat dilihat dari kemampuan siswa memperoleh isi informsi dengan cara mencari dan menemukan gagasan percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Simpulan siswa harus menampilkan urutan informasi secara runtut, menggunakan bahasa yang baik, benar, mudah dipahami, aktual, akurat, dan kritis. 3) menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas; Pencapaian indikator poin ketiga ini dapat dilihat dari keaktifan siswa menyampaikan secara lisan isi informasi dengan runtut dan jelas. Dalam menyampaikan secara lisan isi informasi ini siswa memperhatikan intonasi, artikulasi yang jelas, dan volume suara. Indikator keterampilan berbicara 10.1 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya; Rekaman yang digunakan misalnya percakapan film Sang Pemimpi. Pencapaian indikator poin pertama ini dilihat dari kemampuan siswa mengetahui sumber pembuatan film Sang Pemimpi sehingga siswa dapat mendata informasi dari rekaman tersebut. 2) merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat; Pencapaian indikator poin kedua dapat dilihat dari kemampuan siswa merumuskan pokok persoalan dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Dalam merumuskan pokok persoalan ini kriteria yang harus

110 98 dipahami siswa, yakni apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, dan apa latar belakangnya. 3) memberikan kritik dengan disertai alasan. Jika siswa menyampaikan kritik terhadap suatu hal, siswa harus menggunakan bahasa yang sopan dan disertai dengan alasan yang tepat. Dalam menyampaikan kritik ini siswa dapat memperhatikan hal-hal yang dilarang dan harus dilakukan ketika berbicara secara santun. Untuk menyampaikan kritik, siswa dapat menggunakan kata kunci, yakni saya tidak sependapat bahwa. d. tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator dan tujuan penelitian. Penelitian ini penulis meneliti penggunaan kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi. Dengan demikian, tujuan pembelajarannya dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang santun. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan menyimak 9.2 adalah: 1) siswa mampu mencatat pokok-pokok isi informasi percakapan tokoh melalui rekaman film Sang Pemimpi; 2) siswa mampu menyimpulkan isi informasi percakapan tokoh yang didengar; dan 3) siswa mampu menyampaikan secara lisan isi informasi percakapan tokoh secara runtut dan jelas dengan menerapkan kesantunan berbahasa. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan berbicara 10.1 adalah:

111 99 1) siswa mampu mendata informasi percakapan tokoh dari sebuah rekaman film Sang Pemimpi dengan mengetahui sumbernya; 2) siswa mampu merumuskan pokok persoalan dari percakapan tokoh film Sang Pemimpi; dan 3) siswa mampu memberikan kritik dengan disertai alasan terhadap percakapan tokoh dengan menerapkan kesantunan berbahasa. Tujuan penulis membelajarkan materi kesantunan berbahasa dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara dengan menggunakan media film Sang Pemimpi, penulis paparkan dalam uraian di bawah ini. 1) Meningkatkan kesenangan dan keterampilan siswa dalam menyimpulkan isi informasi melalui menyimak film Sang Pemimpi dan mengungkapkan kritik terhadap informasi. 2) Mengenalkan prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech pada siswa. 3) Mengenalkan tuturan yang santun dan tuturan yang kurang santun pada siswa dengan tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi. 4) Mengembangkan landasan berpikir kritis dan kesantunan pada siswa. 5) Membentuk kesadaran siswa terhadap pentingnya kesantunan berbahasa khususnya adalah penerapan bahasa yang santun dalam menyimpulkan isi informasi dan mengungkapkan kritik dengan memperhatikan hal-hal yang dilarang dan harus dilakukan ketika berbicara secara santun. e. bahan pembelajaran Bahan atau sumber pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Bahan pembelajaran yang digunakan adalah (1) buku Panduan Belajar

112 100 Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X karangan Agus Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga dan (2) modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di SMA. Alasan penulis memilih materi pembelajaran kesantunan berbahasa dalam menyimpulkan isi informasi dan menyampaikan kritik adalah: 1) prinsip kesantunan berbahasa menurut Leech terbagi menjadi enam maksim, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati; 2) berdasarkan kenyataan yang ada di masyarakat, penggunaan kesantunan berbahasa menurut Leech yang digunakan untuk berkomunikasi dijumpai dalam tuturan yang dikemas pada media audiovisual, misalnya film Sang Pemimpi; 3) prinsip kesantunan menurut Leech dapat lebih mudah diterima atau dipahami oleh siswa; dan 4) penerapan etika kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi dapat membentuk karakter siswa. Yule (2006: 183) menyampaikan pendapat bahwa kesopanan merupakan suatu sistem hubungan antarmanusia yang diciptakan untuk mempermudah hubungan dengan meminimalkan potensi konflik dan perlawanan yang melekat dalam segala kegiatan manusia. Menyimpulkan isi informasi yang didengar dan memberikan krtitik merupakan kegiatan sering dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, orang yang menyimpulkan isi informasi dan memberikan kritik selain

113 101 menggunakan kalimat yang jelas dan disertai alasan juga menerapkan kesantunan dalam menyampaikan isi informasi dan kritik. Dalam dunia pendidikan, penerapan prinsip kesantunan berbahasa dapat membantu pembentukan karakter peserta didik dan tenaga pendidik berkomunikasi lebih santun. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi dapat dijadikan bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara sehingga diharapkan siswa mampu memahami tuturan dan menafsirkan maksud dari tuturan tersebut serta dapat mempraktikkan penggunaan tuturan yang santun dalam berkomunikasi. 4. Skenario Pembelajaran Film Sang Pemimpi Sutradara Riri Riza di Kelas X Semester 2 SMA Pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA menggunakan media film Sang Pemimpi disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran. Kurikulum pembelajaran yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) karena kurikulum pembelajaran tersebut menekankan siswa sebagai subjek pembelajaran, sumber belajar serta pengaruh teknologi yang memadai, dan pemanfaatan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa sebagai subjek pembelajaran diharapkan mampu mencapai indikator keterampilan menyimak dan berbicara serta dapat membangun karakter siswa menjadi pribadi yang sesuai dengan Pancasila. Pembahasan skenario pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA menggunakan media film Sang Pemimpi

114 102 berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendiidikan (KTSP) dipaparkan sebagai berikut. a. Standar kompetensi yang dipilih dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara adalah standar kompetensi 9. Memahami informasi melalui tuturan dan 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. Dengan demikian, dimaksudkan penggunaan film Sang Pemimpi sebagai media pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan siswa menyimak memahami isi informasi dan berbicara mengungkapkan komentar terhadap isi informasi tersebut. b. Kompetensi dasar yang dijadikan sebagai target pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara adalah 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau media elektronik. Dengan demikian, pemilihan materi pembelajaran yang disampaikan ialah perpaduan materi pokok dari buku paket dan materi tambahan, yaitu referensi tentang berbagai fenomena sosial misalnya prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi. c. Indikator keterampilan menyimak 9.2 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mencatat pokok-pokok isi informasi percakapan tokoh melalui rekaman film Sang Pemimpi; Rekaman yang digunakan sebagai media pembelajaran misalnya film Sang Pemimpi. Pencapaian indikator poin pertama ini dapat dilihat dari kemampuan siswa menyimak dengan saksama percakapan tokoh film

115 103 Sang Pemimpi. Hasil dari menyimak percakapan tokoh, yakni siswa mampu mencatat pokok-pokok isi informasi dalam kartu informasi. 2) menyimpulkan isi informasi percakapan tokoh yang didengar; Pencapaian indikator poin kedua ini dapat dilihat dari kemampuan siswa memperoleh isi informsi dengan cara mencari dan menemukan gagasan percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Simpulan siswa harus menampilkan urutan informasi secara runtut, menggunakan bahasa yang baik, benar, mudah dipahami, aktual, akurat, dan kritis. 3) menyampaikan secara lisan isi informasi percakapan tokoh secara runtut dan jelas; Pencapaian indikator poin ketiga ini dapat dilihat dari keaktifan siswa menyampaikan secara lisan isi informasi dengan runtut dan jelas. Dalam menyampaikan secara lisan isi informasi ini siswa memperhatikan intonasi, artikulasi yang jelas, dan volume suara. Indikator keterampilan berbicara 10.1 yang menjadi fokus penelitian adalah: 1) mendata informasi percakapan tokoh dari sebuah rekaman film Sang Pemimpi dengan mengetahui sumbernya; Rekaman yang digunakan misalnya percakapan film Sang Pemimpi. Pencapaian indikator poin pertama ini dilihat dari kemampuan siswa mengetahui sumber pembuatan film Sang Pemimpi sehingga siswa dapat mendata informasi dari rekaman tersebut.

116 104 2) merumuskan pokok persoalan dari percakapan tokoh film Sang Pemimpi; Pencapaian indikator poin kedua dapat dilihat dari kemampuan siswa merumuskan pokok persoalan dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Dalam merumuskan pokok persoalan ini kriteria yang harus dipahami siswa, yakni apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, dan apa latar belakangnya. 3) memberikan kritik dengan disertai alasan terhadap percakapan tokoh. Jika siswa menyampaikan kritik terhadap suatu hal, siswa harus menggunakan bahasa yang sopan dan disertai dengan alasan yang tepat. Dalam menyampaikan kritik ini siswa dapat memperhatikan hal-hal yang dilarang dan harus dilakukan ketika berbicara secara santun. Untuk menyampaikan kritik, siswa dapat menggunakan kata kunci, yakni saya tidak sependapat bahwa. d. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan indikator dan tujuan penelitian. Penelitian ini penulis meneliti penggunaan kesantunan berbahasa dalam percakapan film Sang Pemimpi. Dengan demikian, tujuan pembelajarannya dikaitkan dengan penggunaan bahasa yang santun. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan menyimak 9.2 adalah: 1) siswa mampu mencatat pokok-pokok isi informasi percakapan tokoh melalui rekaman film Sang Pemimpi; 2) siswa mampu menyimpulkan isi informasi percakapan tokoh yang didengar; dan

117 105 3) siswa mampu menyampaikan secara lisan isi informasi percakapan tokoh secara runtut dan jelas dengan menerapkan kesantunan berbahasa. Fokus tujuan pembelajaran keterampilan berbicara 10.1 adalah: 1) siswa mampu mendata informasi percakapan tokoh dari sebuah rekaman film Sang Pemimpi dengan mengetahui sumbernya; 2) siswa mampu merumuskan pokok persoalan dari percakapan tokoh film Sang Pemimpi; dan 3) siswa mampu memberikan kritik dengan disertai alasan terhadap percakapan tokoh dengan menerapkan kesantunan berbahasa. e. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran yang digunakan terdapat dalam bahan pembelajaran adalah (1) buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X karangan Agus Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga dan (2) modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di SMA. Berikut ini dipaparkan materi pembelajaran yang terkait dengan kompetensi dasar menyimpulkan isi informasi dan mengungkapkan kritik serta hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menerapkan kesantunan berbahasa. 1) Materi Pembelajaran Menyimak a) Menyimpulkan Isi Informasi yang Didengar melalui Tuturan Tidak Langsung (Rekaman atau Teks yang dibacakan)

118 106 Mendengar ialah dapat menangkap bunyi/suara dengan alat dengar/ telinga. Mendengar lebih banyak dilakukan secara tidak sengaja. Istilah lain yang lebih tepat untuk mendengarkan adalah menyimak (listening) yaitu mendengar sesuatu dengan sungguh-sungguh, memperhatikan, dan mengindahkan. Istilah tersebut memiliki pengertian lebih mendalam dibandingkan dengan istilah pertama. Mendengarkan dilakukan dengan sengaja dan sadar serta melibatkan pikiran dan perasaan. Secara singkat istilah tersebut dapat dibandingkan sebagai berikut. Tabel 7 Perbedaan Mendengar dan Mendengarkan No Mendengar Mendengarkan Dapat menangkap bunyi Hanya menggunakan telinga Dilakukan tidak sengaja dan tanpa sadar Dilakukan tanpa konsentrasi Tidak ada tujuan tertentu Pesan suara belum tentu dikirim ke otak Menangkap bunyi Menggunakan telinga melibatkan pikiran dan perasaan. Dilakukan dengan sengaja, sadar, dan secara sungguh-sungguh. Dilakukan dengan penuh konsentrasi/ perhatian. Bertujuan memperoleh informasi. Pesan suara dsampaikan ke otak. Penggunaan tuturan secara konvensional menandai kelangsungan suatu tindak tutur. Tuturan deklaratif, tuturan introgatif, dan tuturan imperatif secara konvensional diujarkan untuk menyatakan suatu informasi, menanyakan sesuatu, dan memerintahkan mitra tutur melakukan sesuatu. Kesesuaian antara tuturan dan fungsinya secara konvensional merupakan tindak tutur langsung. Sebaliknya, tuturan deklaratif di-

119 107 gunakan untuk bertanya atau memerintah merupakan tindak tutur tidak langsung (Rustono, 1999: 41). Contoh tuturan berikut merupakan tindak tutur langsung karena memang digunakan secara konvensional, yakni tuturan tolong, buka pintu! dimaksudkan sebagai perintah supaya pintu dibuka. Penggunaan tuturan berikut yang secara tidak konvensional merupakan tindak tutr tidak langsung, yakni sudah jam sembilan dimaksudkan untuk meminta tamu mengakhiri kunjungannya di pondokan putri. Ketika teks wacana dibacakan, kita dapat menemukan pokokpokok informasi. Pokok-pokok informasi tersebut perlu dicatat agar menjadi informasi yang betul-betul bermanfaat, baik untuk kepentingan penambahan ilmu pengetahuan, sebagai bahan/data karya tulis, maupun untuk kepentingan lain. Mencatat informasi dari suatu sumber harus selalu menyebutkan sumbernya agar tidak dianggap menjiplak atau mencuri karangan orang lain. Agar lebih mudah dipahami, pencatatannya harus jelas. Pencatatan informasi tersebut dapat dilakukan dengan tiga cara berikut ini. (1) Mencatat dan menuliskan ide-ide pokok paragraf dalam blangko pencatatan informasi. (2) Mengidentifikasi pokok informasi dengan 5 W + 1 H. Pokok informasi dicari dengan mengajukan pertanyaan menggunakan kata tanya apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana. Pokok-

120 108 pokok informasi yang dicatat merupakan jawaban dari pertanyaanpertanyaan tersebut. (3) Mencatat pokok-pokok informasi dalam kartu informasi. Caranya yaitu di bagian kanan atas kartu pencatat informasi dituliskan pokok masalah. Di bawahnya dicatat sumber informasi. Di bawah sumber informasi, dituliskan pokok informasi yang diperoleh/diperlukan. b) Mengidentifikasi Pokok Informasi dengan Kata Tanya 5 W + 1 H. Cara menulis berita atau mengemukakan opini yang terkenal dalam jurnalistik adalah menggunakan rumus 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, dan How). Artinya, berita atau opini tersebut merupakan jawaban pertanyaan atas apa yang terjadi, siapa yang terlibat, kapan terjadi, di mana terjadi, mengapa terjadi, dan bagaimana kejadiannya. Jika kita ingin mencari pokok informasi dalam teks berita atau opini di media massa, kita dapat mengemukakan kembali pertanyaan-pertanyaan tersebut dan mencari jawabannya dalam teks berita. Jawabanjawaban yang kita peroleh itulah yang merupakan pokok-pokok informasi. Perhatikan kutipan percakapan tokoh film Sang Pemimpi berikut ini beserta cara mencari pokok-pokok informasinya. Konteks : Setelah lulus SMA Arai dan Ikal hendak pergi merantau ke Jakarta. Ketika Arai dan Ikal selesai berpamitan dengan Pak Mustar, Pak Balia, Ibu, dan Ayahnya, Jimbron duduk di dermaga dengan memangku dua tempat menyimpan uang koin berbentuk kuda. Arai dan

121 109 Tuturan Ikal mendatangi Jimbron duduk di sampingnya. Percakapan terjadi pada adegan ke-19. : Jimbron : Ini aku siapkan untuk kalian. (memberikan celengan pada Ikal dan Arai) Isinya sama rata seperti yang kau bilang dulu, Kal. Kalian ke Paris dengan kuda-kudaku. Ikal : Jimbron. (menangis sambil memeluk Jimbron) Arai : (memeluk Jimbron) Baik-baik kau di sini, Bron. Baik-baik, Bron. c) Mencatat Pokok-pokok Informasi dalam Kartu Informasi Cara ketiga untuk mencatat pokok-pokok informasi adalah dengan mencatatnya dalam kartu informasi. Cara tersebut lebih singkat karena kita hanya menuliskan pokok pokok informasi utama dari sebuah sumber informasi. Ketika kita mencatat pokok informasi, di bagian kanan atas kartu informasi, dituliskan pokok masalah. Di bawahnya, dicatat sumber informasi yang diperoleh. Perhatikan contoh-contoh pencatat pokok informasi dalam kartu informasi berikut. Tabel 8 Contoh Format Pengisian Kartu Informasi KARTU INFORMASI 1 Pokok masalah: Perpisahan Ikal dan Arai di dermaga. Sumber: film Sang Pemimpi Pokok informasi: Tuturan tersebut mematuhi maksim kearifan karena penutur

122 110 meminimalkan biaya pada pihak lain dengan memberikan dua tabungan yang berisi uang. Tuturan Jimbron sebagai penutur, yakni Ini aku siapkan untuk kalian. Isinya sama rata seperti yang kau bilang dulu, Kal. termasuk tuturan yang memenuhi maksim kearifan karena Jimbron menawarkan tabungannya pada Ikal dan Arai. Tidak ada biaya yang dikeluarkan Ikal dan Arai karena mereka menentukan pilihan, yakni menerima tabungan yang berisi uang koin. d) Menyimpulkan Isi informasi dengan Urutan yang Runtut dan Mudah Dipahami Simpulan isi informasi wacana dapat diperoleh dengan cara mencari dan menemukan gagasan umum yang ada pada ide-ide paragraf. Menarik simpulan juga dapat dilakukan dengan membaca dan mencermati isi paragraf pertama dan paragraf terakhir wacana. Umumnya, kedua paragraf tersebut berisi ringkasan bahan yang dibicarakan. Berikut ini dipaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan agar kita mendapatkan simpulan yang tepat. (1) Simpulan harus menampilkan urutan informasi secara runtut. (2) Menggunakan bahasa yang baik, benar, dan mudah dipahami. (3) Akurat: sesuai dengan informasi yang kita terima, tidak dilebihlebihkan. (4) Aktual: informasi perlu segera disampaikan agar tidak ketinggalan. (5) Kritis: sanggup membedakan berita yang diperlukan dengan yang tidak.

123 111 e) Menyampaikan Simpulan Isi Informasi Secara Lisan dengan Runtut dan Jelas Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering mendapat informasi dari berbagai sumber, seperti melalui percakapan, siaran media elektronik, atau berita di media cetak. Simpulan informasi yang kita terima tersebut dapat kita laporkan kepada orang lain agar mereka juga mendapatkan tambahan pengetahuan. Penyampaian simpulan informasi dapat kita lakukan secara lisan maupun tertulis. Berikut ini dipaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan jika kita menyampaikan simpulan secara lisan. (1) Penyampaian dilakukan secara lisan, bukan dengan membacakan simpulan tertulisnya. (2) Menguasai simpulan informasi yang akan kita sampaikan. (3) Volume, intonasi, dan artikulasi harus baik. (4) Volume suara hendaknya disesuaikan dengan kondisi pendengar dan situasi ruang. (5) Intonasi mencakup tiga hal, yaitu: (a) tekanan adalah keras lemahnya suara; (b) tempo adalah cepat lambatnya pengucapan; dan (c) nada adalah tinggi rendahnya nada suara. (6) Artikulasi adalah kejelasan ucapan. Beberapa hambatan yang sering dialami pada saat seseorang mendengarkan atau menyimak sebagai berikut.

124 112 (a) Artikulasi: jelas tidaknya pengucapan kata/kalimat. (b) Volume suara sumber informasi. (c) Kondisi indera pendengaran yang dimiliki pendengar. (d) Konsentrasi pendengar. (e) Daya ingat pendengar. 2) Materi Pembelajaran Berbicara a) Mengungkapkan Komentar terhadap Informasi dari Berbagai Sumber Jika kamu berkecipung di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (baik sebagai pelajar, mahasiswa, pengamat, pencari informasi, penulis, peneliti, pendidik maupun profesi (profesi lain yang sejenis), kita perlu mengetahui cara-cara mendata informasi dari berbagai sumber-sumber itu dapat berupa media massa (cetak atau elektronik), buku, hasil penelitian, ensiklopedia, dan kamus. Pendataan informasi sangat penting mengingat informasi itu banyak fungsinya, baik sebagai saran pengembangan pengetahuan seseorang sebagai bahan rujukan atau referensi sebagai data atau bukti maupun kepentingan lain. Sumber informasi juga harus dicantumkan secara jujur dan jelas sebagai penghormatan atas hak cipta. b) Merumuskan Pokok Persoalan yang menjadi Bahan Perdebatan Umum di Masyarakat (Apa Isunya, Siapa yang Memunculkan, Kapan Dimunculkan, Apa Latar Belakangnya) Kriteria merumuskan pokok persoalan adalah: (1) isu/masalah yang dibahas;

125 113 (2) orang/pihak yang mengemukakan; (3) waktu mengemukakan; (4) tempat mengemukakan; dan (5) latar belakangnya. Berikut ini contoh percakapan tokoh dalam film Sang Pemimpi beserta analisisnya. Tabel 9 Contoh Pengisian Kriteria Merumuskan Pokok Persoalan Konteks : Malam hari, Ikal dan Arai sedang belajar, dan Jimbron sedang makan. Selesai makan Jimbron meminta bantuan kepada Arai untuk mengambil buku. Percakapan terjadi pada adegan ke-12 Tuturan : Jimbron : Buku aku itu! Kriteria Arai : (mengambilkan buku Jimbron) Cepatlah kau habiskan makanan engaku tuh. Supaya kita dapat nyaman belajar. (bersama Ikal tertawa) : (1) Isu/masalah yang dibahas adalah tuturan yang kurang santun ketika menyuruh Arai mengambilkan buku milik Jimbron (2) Orang/pihak yang mengemukakan adalah Jimbron (3) Waktu mengemukakan, yakni malam hari saat Arai dan Ikal sedang beajar sedangkan jimbron sedang makan. (4) Tempat mengemukakan, yakni di kamar kos. (5) Latar belakangnya adalah malam hari, Ikal dan Arai sedang belajar, dan Jimbron sedang makan. Selesai makan Jimbron meminta bantuan kepada Arai untuk mengambil buku.

126 114 c) Memberikan Kritik terhadap Informasi dari Media Cetak yang Diterimanya dengan Disertai Alasan yang Jelas Sebaik apa pun informasi, secara manusiawi, informasi itu selalu mempunyai kekurangan. Kekurangan informasi ini dapat terkait dengan isi seperti kekurangan dalam hal substansi, relevansi dengan kebutuhan masyarakat, ketuntasan atau kelangkapannya. Kekurangan juga mungkin dapat pada bagian alur (pola, keruntutan, kelancaran), kosakata, serta pemakaian kaidah bahasa (struktur kalimat, bentuk kata, ejaan, dan tanda baca). Oleh karena itu, seorang dapat memberikan kritik terhadap informasi yang diterimanya untuk perbaikan informasi, penyampaiannya, atau kelengkapannya. Pernahkah Anda menyampaian kritik terhadap sesuatu? Kritik muncul karena seseorang tidak setuju akan sesuatu. Jika Anda menyampaikan kritik terhadap suatu hal, Anda harus menggunakan bahasa yang sopan dan disertai dengan alasan yang tepat. Untuk menyampaikan kritik, Anda dapat menggunakan kata kunci sebagai berikut. (1) Saya tidak sependapat bahwa. karena. (2) Saya kurang sependapat bahwa.karena. 3) Kesantunan Berbahasa dalam Tuturan Secara lengkap, Leech (2011: 206) menawarkan bahwa prinsip kesantunan yang meliputi enam bidal yang terdapat dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi sebagai berikut.

127 115 a) Maksim kearifan (tact maxim) Dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi ini diperoleh tiga data yang mematuhi maksim kearifan, yaitu data nomor (01), (03), dan (18). Selanjutnya, dua data yang melanggar maksim kearifan, yaitu data nomor (10) dan (20). b) Maksim kedermawanan (generosity maxim) Dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi ini diperoleh dua data yang mematuhi maksim kedermawanan, yaitu data nomor (04) dan (09). c) Maksim pujian (approbation maxim) Dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi ini diperoleh empat data yang mematuhi maksim pujian, yaitu data nomor (11), (13), (16), dan (21). Selanjutnya, dua data yang melanggar maksim pujian, yaitu data nomor (06) dan (17). d) Maksim kerendahan hati (modesty maxim) Dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi ini diperoleh satu data yang mematuhi maksim kerendahan hati, yaitu data nomor (15). e) Maksim kesepakatan (agreement maxim) Dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi ini diperoleh empat data yang mematuhi maksim kesepakatan, yaitu data nomor (05), (08), (12), dan (14). Selanjutnya, tiga data yang melanggar makism kesepakatan, yaitu data nomor (02), (07), dan (19).

128 116 f) Maksim simpati (sympathy maxim) Dalam percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron film Sang Pemimpi ini diperoleh satu data yang mematuhi maksim simpati, yaitu data nomor (22). Hal-hal yang berupa larangan agar dapat menggunakan bahasa yang santun (Chaer, 2010: 109) sebagai berikut. a) Jangan mempermalukan lawan tutur. Dalam arti mengejek, menyepelekan, menghina, dan merendahkan lawan tutur. b) Jangan menyombongkan diri, membanggakan diri, atau memuji diri di hadapan lawan tutur. c) Jangan menghina atau menjelek-jelekkan milik orang lain sehingga orang tersebut merasa tidak senang dan marah. d) Jangan menunjukkan perasaan senang terhadap kemalangan yang dialami orang lain. e) Jangan menyatakan ketidaksetujuan dengan lawan tutur. f) Jangan menggunakan kalimat langsung untuk menyuruh atau menolak suatu permintaan dari lawan tutur. g) Jangan memaksa lawan tutur untuk melakukan sesuatu. Jika kita ingin berbicara secara santun (Chaer, 2010: 113), ada beberapa hal yang harus kita lakukan, antara lain: a) membuat lawan tutur merasa senang; b) memberi pujian kepada lawan tutur; c) menunjukkan persetujuan kepada lawan tutur;

129 117 d) bersikap rendah terhadap lawan tutur; e) penutur harus memberi simpati pada lawan tutur; f) menggunakan kosakata yang secara sosial budaya terasa lebih santun dan sopan; g) menggunakan kata sapaan dan kata ganti yang sesuai dengan identitas sosial penutur dan lawan tutur; h) menggunakan kata maaf bila harus menyebutkan kata-kata yang dianggap tabu; i) menggunakan kalimat tidak langsung dalam menyuruh; j) menggunakan kalimat berputar dalam menolak suatu suruhan, ajakan, atau permintaan; k) dalam meminta maaf gunakan kata maaf yang disertai dengan pen-jelasan dan akan lebih santun lagi kalau diawali dengan kata mohon; dan l) menggunakan kata mohon untuk meminta bantuan, tetapi tidak ada kesan memaksa. Tuturan yang santun tidak ada artinya apabila tidak disertai dengan sikap atau perilaku yang santun juga sesuai dengan norma-norma sosial budaya yang berlaku adalah (1) memberikan perhatian penuh ketika lawan tutur berbicara, (2) memberikan senyum yang disertai anggukan kepala ketika memberi salam, (3) menyimak baik-baik tuturan lawan tutur agar kita dapat mengerti dengan baik isi informasi dan juga sikap penuh perhatian, (4) jangan cepat-cepat dan selalu menyela atau menginterupsi ketika lawan tutur berbicara, (5) jangan meninggalkan tempat diskusi tanpa pemberitahuan

130 118 kepada moderator atau pimpinan sidang, dan (6) jangan sampai ada kesan, kita meyuruh mereka mendengarkan tuturan kita, sedangkan kita tidak mau mendengarkan tuturan mereka (Chaer, 2010: 119). f. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA adalah metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back), dan metode pemberian tugas. 1) Metode ceramah Metode ceramah adalah cara penyajian pembelajaran yang dilakukan oleh guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung terhadap siswa (Djamarah dan Zain, 2010: 97). Dengan demikian, dipahami bahwa metode ini menuntut lebih banyak keaktifan guru daripada siswa, tetapi metode ini tetap tidak bisa ditinggalkan dalam proses pembelajaran. Metode ini mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangn sebagai berikut. a) Keunggulan metode ceramah adalah: (1) guru mudah menguasai kelas; (2) mudah mengorganisasikan tempat duduk; (3) dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar; (4) mudah mempersiapkan dan melaksanakannya; dan (5) guru mudah menerangkan materi pembelajaran dengan baik.

131 119 b) Kekurangan metode ceramah adalah: (1) sebagian siswa belum mengerti isi ceramah; (2) bila selalu digunakan dan terlalu lama, membosankan; dan (3) menitikberatkan pada pendengaran siswa sehingga menyebabkan siswa menjadi pasif. 2) Metode diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back) Menurut Surjadi (2012: 49), metode diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back) ialah sebuah film (gambar hidup) diikuti oleh diskusi terbuka oleh anggota-anggota kelompok dengan tujuan menyampaikan informasi tentang suatu objek kepada suatu kelompok dan mendiskusikan tanggapantanggapan terhadap informasi itu. Berikut ini dipaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru saat menggunakan metode diskusi Film Talk-Back (Surjadi, 2012: 49). a) Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan. b) Menyiapkan alat dan tempat yang tepat bagi operator projektor. c) Memperkenalkan film atau film trip itu kepada siswa. d) Menyarankan pertanyaan-pertanyaan atau hal tertentu untuk diperhatikan siswa selama mereka melihat film itu. e) Mempertunjukkan film kepada siswa. f) Memimpin kelompok mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan sebelum film dipertunjukkan. g) Mempertunjukkan film lagi bila memang dapat bermanfaat bagi kelompok.

132 120 h) Merangkum pendapat-pendapat tiap kelompok. i) Menyarankan studi lebih lanjut atau tindak lanjut yang perlu dilakukan. j) Mengevaluasi pengalaman belajar kelompok. Selanjutnya, di bawah ini dipaparkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh siswa (Surjadi, 2012: 50). a) Memperjelas tujuan film itu dipertunjukkan. b) Memahami betul pertanyaan atau hal-hal yang penting sambil melihat film itu. c) Melihat film dengan cermat dan mendengarkan baik-baik selama film itu dipertunjukkan, dengan selalu mengingat pertanyaan yang diajukan oleh guru. d) Menganalisis apa yang dilihat dan didengar. e) Membicarakan bersama informasi yang mereka peroleh dari film itu. f) Menentukan tindak lanjut atau cara untuk mempergunakan informasi yang diperoleh itu. g) Mengevaluasi pengalaman belajar kelompok. 3) Metode pemberian tugas Metode pemberian tugas adalah metode penyajian materi, yakni guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah dan Zain, 2010: 85). Tugas merangsang siswa untuk aktif belajar secara individu dan/atau kelompok. Berikut ini disajikan langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode pemberian tugas (Djamarah dan Zain, 2010: 86).

133 121 a) Fase Pemberian Tugas Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: (1) tujuan yang akan dicapai; (2) jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang ditugaskan tersebut; (3) sesuai dengan kemampuan siswa; (4) ada petunjuk dan sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa; dan (5) sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut. b) Langkah Pelaksanaan Tugas Langkah pelaksanaan tugas meliputi: (1) diberikan bimbingan dan pengawasan oleh guru; (2) diberikan dorongan sehingga siswa mau bekerja; (3) dikerjakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain; dan (4) dianjurkan agar siswa mencatat hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik. c) Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini adalah: (1) laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya; (2) ada diskusi kelas; dan (3) penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes.

134 122 Penggunaan ketiga metode pembelajaran tersebut dapat dilakukan dengan pemberian materi pembelajaran yang akan didiskusikan kepada siswa, lalu memberikan masalah yang akan didiskusikan. Kemudian diikuti dengan tugas yang harus dikerjakan siswa. Metode ceramah dimaksudkan untuk memberikan penjelasan informasi mengenai materi yang akan dibahas dalam diskusi sehingga diskusi dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pada akhir kegiatan diskusi siswa diberikan beberapa tugas yang harus dikerjakan saat itu juga. Untuk mengetahui hasil yang dicapai siswa melalui diskusi tersebut, digunakan metode pemberian tugas. Dengan demikian, tugas ini merupakan umpan balik bagi guru terhadap hasil diskusi yang dilakukan siswa. g. Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran dengan mengombinasikan tiga metode pembelajaran dilakukan secara bertahap, yakni tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berikut ini penjelasan tahapan strategi pembelajaran. Tahap persiapan, tahap ini digunakan guru untuk menentukan dan menjelaskan materi tentang cara menyimpulkan isi informasi, menyampaikan isi informasi, dan mengungkapkan kritik terhadap informasi dengan referensi tambahan mengenai prinsip kesantunan berbahasa dalam percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Pada tahap ini guru memberikan penjelasan materi dengan menggunakan metode ceramah. Dalam tahap persiapan ini, guru menyediakan buku dan modul berisi ringkasan terkait sebagai bahan pembelajaran dan projektor untuk memutarkan film Sang Pemimpi sebagai media pembelajaran.

135 123 Tahap pelaksanaan, pada tahap ini guru membagi siswa dalam bentuk kelompok. Guru memberikan pertanyaan sesuai dengan materi pembelajaran dan mengacu pada indikator dalam kompetensi dasar. Guru mempertunjukkan film Sang Pemimpi. Siswa diminta untuk menyimak film tersebut dan menjawab pertanyaan dari guru. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi. Tahap evaluasi, pada tahap evaluasi ini siswa mencatat hasil diskusi, menilai hasil diskusi, dan membuat kesimpulan diskusi. Setelah itu, guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencatat isi informasi dan menyampaikan kritik dengan menerapkan kesantunan berbahasa. h. Langkah-Langkah Pembelajaran Langkah-langkah pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X semester 2 SMA dilakukan dengan tiga langkah, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. 1) Langkah-langkah pembelajaran keterampilan menyimak Pertemuan ke-1 a) Kegiatan pendahuluan (10 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan guru pada kegiatan ini adalah: (1) membuka dengan salam dan berdoa dengan maksud syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pembelajaran; (2) mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas, menanyakan kabar siswa berfokus kepada siswa yang tidak datang, dan jika ada siswa yang sakit ungkapkan keprihatinan;

136 124 (3) mengawali pertanyaan motivasi: apakah siswa sudah pernah menonton film Sang Pemimpi?; (4) mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini; dan (5) menjelaskan aturan main dalam pembelajaran, yaitu untuk mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan, menyimpulkan isi informasi yang didengar, dan menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas melalui metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film, dan metode pemberian tugas. b) Kegiatan inti (70 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan pada kegiatan ini adalah: (1) guru menjelaskan materi mengenai mencatat pokok informasi dan menyimpulkan isi informasi secara runtut dan jelas; (2) guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masing-masing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (3) siswa menyimak tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi yang ditayangkan oleh guru; (4) siswa mencatat pokok-pokok informasi percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (5) siswa berdiskusi dengan tujuan menganalisis isi informasi yang terdapat pada percakapan tokoh film Sang Pemimpi;

137 125 (6) siswa menyampaikan secara lisan pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan siswa tiap kelompok untuk dikoreksi oleh guru; (7) guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan; dan (8) guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. c) Kegiatan penutup (10 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan guru pada kegiatan ini adalah: (1) merefleksi hasil pembelajaran. Sebagai contoh, memberikan pujian kepada kelompok yang telah bekerja dengan baik dan menasehati kelompok yang belum bekerja dengan baik; (2) memberikan tugas lanjutan yang harus dikerjakan secara individu; dan (3) berdoa dan mengucap salam. 2) Langkah-langkah pembelajaran keterampilan berbicara Pertemuan ke-1 a) Kegiatan pendahuluan (10 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan guru pada kegiatan ini adalah: (1) membuka dengan salam dan berdoa dengan maksud syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pembelajaran; (2) mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas, menanyakan kabar siswa berfokus kepada siswa yang tidak datang, dan jika ada siswa yang sakit ungkapkan keprihatinan;

138 126 (3) mengawali pertanyaan motivasi: apakah siswa sudah pernah mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya dan merumuskan pokok persoalan terhadap percakapan film Sang Pemimpi?; (4) mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini; dan (5) menjelaskan aturan main dalam pembelajaran, yaitu untuk mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya dan merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat melalui metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film, dan metode pemberian tugas. b) Kegiatan inti (70 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan pada kegiatan ini adalah: (1) guru menjelaskan materi mengenai mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya dan merumuskan pokok persoalan; (2) guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masing-masing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (3) siswa menyimak tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi yang ditayangkan oleh guru; (4) siswa mendata informasi dan merumuskan pokok persoalan percakapan tokoh film Sang Pemimpi;

139 127 (5) siswa berdiskusi dengan tujuan menganalisis pokok persoalan yang terdapat pada percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (6) siswa menyampaikan secara lisan pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan siswa tiap kelompok untuk dikoreksi oleh guru; (7) guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan; dan (8) guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. c) Kegiatan penutup (10 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan guru pada kegiatan ini adalah: (1) merefleksi hasil pembelajaran. Sebagai contoh, memberikan pujian kepada kelompok yang telah bekerja dengan baik dan menasehati kelompok yang belum bekerja dengan baik; (2) memberikan tugas lanjutan yang harus dikerjakan secara individu; dan (3) berdoa dan mengucap salam. Pertemuan ke-2 a) Kegiatan pendahuluan (10 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan guru pada kegiatan ini adalah: (1) membuka dengan salam dan berdoa dengan maksud syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pembelajaran;

140 128 (2) mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas, menanyakan kabar siswa berfokus kepada siswa yang tidak datang, dan jika ada siswa yang sakit ungkapkan keprihatinan; (3) mengawali pembelajaran dengan mengulas sedikit materi pada pertemuan ke-1; (4) memberi pertanyaan motivasi: apakah siswa sudah pernah memberikan kritik terhadap percakapan film Sang Pemimpi; (5) mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran; dan (6) menjelaskan aturan main dalam pembelajaran, yaitu untuk memberikan kritik terhadap percakapan film Sang Pemimpi dengan menerapkan kesantunan berbahasa melalui metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film, dan metode pemberian tugas. b) Kegiatan inti (70 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan pada kegiatan ini adalah: (1) guru menjelaskan materi mengenai kata kunci untuk memberikan kritik dan hal-hal yang dilarang dan dilakukan ketika berbicara secara santun; (2) guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masing-masing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (3) siswa menyimak tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi yang ditayangkan oleh guru;

141 129 (4) siswa berdiskusi dengan tujuan memberikan komentar berupa kritik terhadap percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (5) siswa menyampaikan secara lisan dengan menerapkan kesantunan berbahasa terhadap pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan siswa tiap kelompok untuk dikoreksi oleh guru; (6) guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan; dan (7) guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. c) Kegiatan penutup (10 menit) Hal-hal yang dapat dilakukan guru pada kegiatan ini adalah: (1) merefleksi hasil pembelajaran. Sebagai contoh, memberikan pujian kepada kelompok yang telah bekerja dengan baik dan menasehati kelompok yang belum bekerja dengan baik; (2) memberikan tugas lanjutan yang harus dikerjakan secara individu; dan (3) berdoa dan mengucap salam. i. Alokasi waktu Dalam silabus, pembelajaran keterampilan menyimak satu Minggu hanya satu pertemuan dan pembelajaran keterampilan berbicara dicapai satu Minggu dua pertemuan. Waktu yang disediakan untuk pembelajaran keterampilan menyimak adalah dua jam pelajaran atau 2 x 45 menit sedangkan pembelajaran keterampilan berbicara adalah empat jam pelajaran atau 4 x 45 menit.

142 130 j. Media Pembelajaran Media yang digunakan sebagai alat bantu agar mengefektifkan proses pembelajaran adalah rekaman film Sang Pemimpi berupa CD dan ditayangkan menggunakan LCD. k. Sumber Belajar Sumber pembelajaran yang digunakan adalah (1) buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X karangan Agus Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga dan (2) modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di SMA. l. Nilai-nilai karakter bangsa Nilai-nilai karakter bangsa yang dicapai dalam pembelajaran keterampilan menyimak memahami isi informasi dan berbicara mengungkapkan komentar terhadap informasi adalah kepedulian, keadaban, kesantunan, kritis, demokratis, kebijaksanaan, sikap berempati, kedermawanan, pandai berterima kasih, sifat menghormati orang lain, kerendahan hati, kehormatan, dan kearifan. Berikut ini dipaparkan makna nilai-nilai karakter di atas menurut Samani dan Hariyanto (2013: 116). 1) Kepedulian Makna kepedulian sebagai nilai karakter di sekolah adalah memperlakukan orang lain dengan penuh kebaikan dan kedermawanan, peka terhadap perasaan orang lain, siap membantu orang yang membutuhkan pertolongan, tidak pernah berbuat kasar dan menyakiti hati orang lain, peduli pada lingkungan (Samani dan Hariyanto, 2013: 117). Dengan

143 131 demikian, karakter siswa mengenai kepedulian diwujudkan dengan memaksimalkan biaya pada diri sendiri kepada pihak lain untuk memperoleh keuntungan. 2) Keadaban Samani dan Hariyanto (2013: 118) menjelaskan bahwa makna keadaban sebagai nilai karakter di sekolah adalah memiliki sifat santun dan beradab, beretika, dan selalu menghormati orang lain. Dengan demikian, pembentukan karakter siswa diwujudkan saat siswa berada dalam situasi saling mengungkapkan kritik. 3) Kesantunan Menurut Samani dan Hariyanto (2013: 119), makna kesantunan sebagai nilai karakter di sekolah adalah biasa berperilaku sopan santun, berbudi bahasa halus sebagai perwujudan rasa hormatnya kepada orang lain. Karakter siswa terbentuk dimulai dalam diri sendiri dan diwujudkan dengan perilaku yang santun. 4) Kritis Makna kritis sebagai nilai karakter di sekolah adalah gemar melakukan analisis, mengklasifikasikan, menafsirkan atau menilai suatu karya/produk (Samani dan Hariyanto, 2013: 119). Karakter kritis ini dapat menunjang siswa untuk berpikir kritis dalam hal mengungkapkan kritik terhadap iinformasi.

144 132 5) Demokratis Samani dan Hariyanto (2013: 120) menjelaskan bahwa makna demokratis sebagai nilai karakter di sekolah adalah menghargai pendapat orang lain, toleran, terbuka, berprinsip musyawarah untuk mufakat, bukan semata-mata kepentingan pribadi dan golongan, taat kepada aturan main. Nilai karakter ini menunjang kemampuan siswa dalam mengolah hati, pikiran, rasa, dan karsa. 6) Kebijaksanaan Menurut Samani dan Hariyanto (2013: 121), kebijaksanaan sebagai nilai karakter di sekolah adalah mengenal dan menjauhi kata-kata, tindakan, dan sikap yang dapat menimbulkan akibat-akibat yang tidak diinginkan, atau dapat menyakiti hati orang lain. Dengan demikian, karkater siswa diwujudkan dengan memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain. 7) Sikap berempati Makna sikap berempati sebagai nilai karakter di sekolah adalah bertindak, berpartisipasi, dan terlibat sesuatu berlandaskan empati, ikut merasakan penderitaan dan kesedihan yang menimpa orang lain (Samani dan Hariyanto, 2013: 121). Nilai karakter, yakni sikap berempati menuntut siswa menitikberatkan pada olah hati. 8) Kedermawanan Samani dan Hariyanto (2013: 123) menerangkan bahwa makna kedermawanan sebagai nilai karakter di sekolah adalah mengelola sumber

145 133 daya yang dimiliki secara hemat dan cermat sehingga secara bebas dapat memberikannya kepada seseorang yang amat membutuhkan. Nilai karakter ini menunjang kemampuan siswa dalam mengolah hati, rasa, dan karsa. 9) Pandai berterima kasih Menurut Samani dan Hariyanto (2013: 123), makna pandai berterima kasih sebagai nilai karakter di sekolah diwujudkan melalui ucapan, sikap, atau tindakan diri pribadi, melakukan sesuatu yang terbaik bagi orang lain sebagai balasan karena mereka pernah memberikan jasa terbaiknya. Nilai karakter ini menunjang kemampuan siswa dalam mengolah hati, rasa, dan karsa. 10) Kerendahan hati Makna kerendahan hati sebagai nilai karakter di sekolah adalah mengakui adanya peranan dan jasa orang lain, tidak pernah menonjolkan diri (Samani dan Hariyanto, 2013: 124). Karakter siswa terhadap nilai kerendahan hari dimaksudkan untuk menghindarkan siswa dari sifat sombong. Nilai karakter ini menunjang kemampuan siswa dalam mengolah hati, rasa, dan karsa. 11) Kehormatan Samani dan Hariyanto (2013: 128) menerangkan bahwa makna kehormatan sebagai nilai karakter di sekolah adalah menghargai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, menghargai orang lain, beradab dan sopan, tidak melecehkan dan menghina orang lain, tidak menilai orang lain

146 134 sebelum mengenalnya dengan baik. Nilai karakter ini menunjang kemampuan siswa dalam mengolah hati, rasa, dan karsa. 12) Kearifan Menurut Samani dan Hariyanto (2013: 133), makna kearifan sebagai nilai karakter di sekolah adalah melaksanakan penerapan praktis kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa siswa telah membentuk pribadi yang selalu memaksimalkan keuntungan kepada pihak lain. m. Penilaian Pembelajaran kesantunan berbahasa yang diintegrasikan dengan keterampilan menyimak dan berbicara pada siswa kelas X SMA diperlukan unsur penilaian. Unsur penilaian terdiri dari teknik penilaian, bentuk instrumen, dan contoh instrumen. 1) Teknik Penilaian Teknik penilaian yang dipakai adalah tes tertulis dan nontes. Arifin (2011: 118) menjelaskan bahwa tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan pengukuran harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik. Berdasarkan jumlah siswa, tes hasil belajar ada dua jenis, yaitu tes kelompok dan tes perorangan. Untuk kepentingan berkaitan dengan metode pembelajaran dalam skenario pembelajaran keterampilan menyimak 9.2 dan berbicara 10.1, digunakan tes kelompok dan tes perorangan serta nontes. Tes kelompok dan tes perorangan digunakan

147 135 untuk mengukur pengetahuan teoretis siswa sedangkan nontes digunakan untuk mengukur perubahan sikap siswa. 2) Bentuk Instrumen Dalam penilaian pembelajaran keterampilan menyimak digunakan bentuk instrumen dari teknik penilaian tes berupa lembar kerja kelompok siswa dan tes objektif, sedangkan dalam penilaian keterampilan berbicara digunakan bentuk instrumen dari teknik penilaian tes berupa lembar kerja kelompok siswa dan tes esai. Selanjutnya, bentuk instrumen dari teknik penilaian nontes berupa penilaian diri. Penilaian diri selama proses pembelajaran menyimak KD 9.2 meliputi: a) sikap siswa dalam bekerja sama dengan teman kelompoknya, misalnya siswa aktif dalam berdiskusi dengan teman; b) sikap siswa dalam mengidentifikasi isi informasi tuturan, ditinjau dari segi siswa mampu menyimpulkan isi informasi secara akurat, aktual, dan kritis; dan c) sikap siswa dalam menyampaikan isi informasi, dilihat dari cara siswa menyampaikan isi informasi percakapan tokoh film Sang Pemimpi dengan memperhatikan artikulasi, intonasi, volume suara, dan menerapkan kesantunana berbahasa. Penilaian diri selama proses pembelajaran berbicara KD 10.1 meliputi: a) sikap siswa dalam bekerja sama dengan teman kelompoknya, ditinjau dari segi keaktifan siswa dalam berdiskusi dengan temannya;

148 136 b) sikap siswa dalam mendidentifikasi pokok permasalahan, ditinjau dari segi kemampuan siswa dalam menganalisis informasi sesuai dengan kriteria merumuskan pokok persoalan terhadap percakapan tokoh film Sang Pemimpi; c) sikap siswa dalam menyampaikan kritik secara santun, dilihat dari siswa yang telah mempraktikkan hal-hal yang harus dilakukan dalam mengungkapkan kritik terhadap informasi dengan menggunakan bahasa yang santun dan gerak tubuh yang santun; dan d) sikap siswa dalam menanggapi pendapat dari teman, dilihat dari kemampuan siswa telah mempraktikkan hal-hal yang harus dilakukan dan menghindari hal-hal yang dilarang dengan menggunakan bahasa yang santun. 3) Contoh Instrumen a) Lembar Kerja Kelompok Siswa Lembar kerja kelompok siswa di bawah ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran menyimak dan berbicara. (1) Keterampilan menyimak KD 9.2 Berikut ini disajikan format lembar kerja kelompok siswa yang dibuat guru sesuai dengan tujuan pembelajaran keterampilan menyimak. Tugas Kelompok 1. Buatlah kelompok yang tiap kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa!

149 Simak dan pahami percakapan tokoh dalam film Sang Pemimpi! 3. Catatlah pokok informasi dengan kartu informasi dan simpulkan isi informasi dari percakapan tokoh tersebut! 4. Sampaikan secara lisan hasil pekerjaan kalian dari perwakilan satu siswa tiap kelompok secara bergiliran! 5. Siswa dari kelompok yang lain menanggapi hasil pekerjaan yang disampaikan teman. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Kelompok Siswa Tabel 10 Rubrik Penilaian Aspek Menyimak Lembar Kerja Kelompok Siswa Kelompok :. Nama Siswa No. Aspek :. Penilaian 1. Kelengkapan mengisi kartu informasi Deskripsi Ya Tidak Apakah kartu informasi sudah terisi dengan runtut dan benar? 2. Isi informasi Apakah isi informasi sudah 3. Keterpaduan simpulan informasi 4. Kejelasan penyampaian akurat, aktual, dan kritis? Apakah simpulan informasi saling berkaitan dengan isi informasi dalam kartu data? Apakah informasi yang disampaikan sudah jelas dan runtut? Penilai, ( )

150 138 (2) Keterampilan berbicara KD 10.1 Berikut ini disajikan lembar kerja kelompok siswa yang dibuat guru sesuai dengan tujuan pembelajaran keterampilan berbicara. Tugas Kelompok 1. Buatlah kelompok yang tiap kelompok terdiri dari empat sampai lima siswa! 2. Simak dan pahami percakapan tokoh dalam film Sang Pemimpi! 3. Datalah informasi, rumuskan pokok persoalan sesuai dengan merumuskan pokok persoalan, dan berikan kritik terhadap percakapan tokoh film tersebut! 4. Sampaikan secara lisan hasil pekerjaan kalian dari perwakilan satu siswa tiap kelompok secara bergiliran! 5. Siswa dari kelompok yang lain menanggapi sekaligus memberikan kritik terhadap pekerjaan teman apabila berbeda pendapat. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Kelompok Siswa Tabel 11 Rubrik Penilaian Aspek Berbicara Lembar Kerja Kelompok Siswa Kelompok :. Nama Siswa :. No. Aspek Penilaian Deskripsi Ya Tidak 1. Ketepatan merumuskan pokok persoalan Apakah pokok persoalan percakapan tokoh film Sang Pemimpi sudah runtut dengan merumuskan pokok persoalan?

151 Ketepatan memberikan kritik 3. Keterpaduan kritik dengan alasan yang logis 4. Kejelasan pelafalan Apakah kritik dapat diterima khalayak umum? Apakah kritik sesuai dengan alasan yang logis? Apakah lafal sudah jelas dalam menyampaikan kritik? Penilai, ( ) b) Tes Objektif Tes objektif terdiri dari sepuluh (10) pertanyaan yang harus dijawab siswa. Untuk soal nomor 1 sampai dengan 5, disesuaikan denngan tujuan pembelajaran adalah siswa mampu mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman film Sang Pemimpi. Untuk soal nomor 6 sampai dengan 10, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran adalah siswa mampu menyimpulkan isi informasi yang didengar. Berikut ini disajikan contoh instrumen tes objektif dalam proses pembelajaran menyimak melalui rekaman. Tugas Individu 01. WANITA : Anak-anak, saat ini kalian akan mengikuti uji keterampilan menyimak. Nah, simak petunjuk yang saya sampaikan berikut ini. (PAUSE)

152 140 Soal uji keterampilan menyimak ini dikelompokkan menjadi dua. Kelompok pertama harus kalian kerjakan dengan memilih jawaban yang disediakan pada Lembar Pilihan Jawab. Kelompok kedua kalian kerjakan dengan memilih jawaban yang terdapat di dalam rekaman. Baik untuk soal kelompok pertama maupun kelompok kedua kalian kerjakan dengan memberikan tanda silang pada huruf a, b, c, d, atau e pada Lembar Jawab. (PAUSE) Kalian mempunyai kesempatan memikirkan dan menyilang jawaban sampai tanda bel berbunyi. Setelah tanda bel berbunyi, bersiap-siaplah kalian menyimak pertanyaan berikutnya. (PAUSE) Nah, mari kita mulai soal uji keterampilan menyimak. 02. WANITA : Bagian pertama Kepada kalian akan diperdengarkan penggalan percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Setelah itu, akan diperdengarkan pertanyaan yang berhubungan dengan percakapan tersebut. Contoh: 03. JIMBRON : Ini aku siapkan untuk kalian. (memberikan celengan kuda kepada Ikal dan Arai) Isinya sama rata seperti yang kau bilang dulu, Kal. Kalian ke Paris dengan kuda-kudaku. 04. IKAL : Jimbron. (menangis sambil memeluk Jimbron) 05. ARAI : (memeluk Jimbron) Baik-baik kau di sini, Bron. Baik-baik, Bron. 06. WANITA : Dalam penggalan percakapan tadi, apa yang diberikan Jimbron pada Ikal dan Arai? (PAUSE) Pada Lembar Jawab disediakan pilihan.

153 PRIA : a. kuda-kuda b. uang tabungan Jimbron c. seekor kuda d. kuda mainan e. kuda yang sama rata 08. WANITA : Jawaban yang betul adalah b. Oleh karena itu, kalian harus menyilang b pada Lembar Jawab. Nah, mari kita mulai! Nomor satu: 09. IBU : Kal, kayaknya ada surat tuh buat kamu sama Arai. Ibu selipin aja di bawah pintu. Arai belum pulang-pulang ya. 10. IKAL : Makasih ya, Bu. 11. WANITA : Apa pokok informasi dari percakapan tokoh tersebut? (PAUSE) Pada Lembar Jawab disediakan pilihan. a. ada surat untuk Ikal dan Arai b. di bawah pintu c. Arai belum pulang d. ada surat untuk Ibu e. Ibu belum pulang (PAUSE: 10 BEL) 12. WANITA : Pertanyaan nomor dua: Di bawah ini cara mencatat pokok informasi, kecuali.(pause) Pada Lembar Jawab disediakan pilihan. a. menuliskan ide pokok paragraf b. mengidentifikasi pokok informasi dengan 5 W +1 H c. mencatat dalam kartu informasi d. menemukan sumbernya e. mencatat ide pokok paragraf dalam blangko

154 142 (PAUSE: 10 BEL) 13. WANITA : Simaklah baik-baik penggalan percakapan berikut, kemudian jawablah pertanyaan yang berhubungan dengan percakapan tersebut! Nomor tiga: 14. MAK CIK : (terkejut) Ikal. Arai. Bawa apa itu? 15. ARAI : Ini Mak Cik, biar bisa bikinkan jual kue. Mak Cik pandai kan buat kue? (sambil tersenyum menyerahkan terigu, gandum, dan gula). 16. MAK CIK : Nurmi. (menatap Ikal) Makasih ya, Nak. 17. WANITA : Apa yang isi informasi dari percakapan tadi? Pada Lembar Jawab disediakan pilihan. a. Mak Cik membawa terigu untuk Arai b. Ikal membawa gula dan gandum untuk Arai c. Arai dan Ikal membawa terigu, gandum, dan gula untuk Mak d. Arai membuat Mak Cik terkejut e. Arai membuat kue (PAUSE: 8 BEL) 18. KOH A : Kalian juara lagi ya. Bagus lagi nilai rapornya. YUNG Singkong dan kopi aku kasih free-lah buat kalian. 19. IKAL : (melambaikan tangan) Makasih, Koh A Yung. 20. WANITA : Pertanyaan nomor empat: Mengapa Koh A Yung memberi singkong dan kopi gratis pada Ikal? Pada Lembar Jawab disediakan pilihan. a. karena Ikal bekerja di toko Koh A Yung b. karena Ikal mendapat juara di sekolah dan nilai rapor bagus c. karena Arai dan Ikal beli singkong dan kopi

155 143 d. karena Koh A Yung senang kedatangan Ikal e. karena Koh A Yung mendapat juara di sekolah (PAUSE: 8 BEL) 21. IBU : Yang pasti saya berdoa supaya kamu bisa ketemu lagi dengan Arai. 22. IKAL : Terima kasih, Bu. 23. WANITA : Pertanyaan nomor lima: Apa isi informasi dari tuturan ibu tadi? Pada Lembar Jawab disediakan pilihan. a. Ibu berdoa supaya Ikal dapat bertemu dengan Arai b. Ikal berdoa supaya Ibu dapat bertemu dengan Arai c. Arai berdoa supaya Ikal bertemu dengan Mak Cik d. Ibu berdoa supaya Ikal diterima bekerja di perusahaan e. Ibu berdoa supaya Ikal diterima kuliah di Paris (PAUSE: 6 BEL) 24. WANITA : Bagian kedua Kepada kalian akan diperdengarkan penggalan percakapan, pertanyaan, dan pilihan jawab. Pilihlah satu jawaban yang paling tepat. 25. ARAI : Mana punya engkau, pemalas. 26. IKAL : Kau dengar sendiri. Hampir penuh, Boy. Hampir penuh. 27. WANITA : Pertanyaan nomor enam: Apa simpulan isi percakapan tersebut? 28. PRIA : a. saling menasehati (PAUSE: 04 ) b. saling menegur (PAUSE: 04 ) c. saling pamer tabungan (PAUSE: 04 ) d. saling berkelahi (PAUSE: 04 )

156 144 e. saling menyindir dan mengeluarkan kata kasar (PAUSE: 04 ) (PAUSE: 8 BEL) 29. WANITA : Pertanyaan nomor tujuh: Apa arti akurat dalam menyimpulkan isi informasi? 30. PRIA : a. menggunakan bahasa yang baik dan benar (PAUSE: 04 ) b. menampilkan urutan informasi secara runtut (PAUSE: 04 ) c. informasi segera disampaikan (PAUSE: 04 ) d. sanggup membedakan berita yang perlu dan tidak (PAUSE: 04 ) e. sesuai dengan informasi yang kita terima, tidak dilebih-lebihkan (PAUSE: 04 ) (PAUSE: 10 BEL) 31. ARAI : (sambil menaruh uang koin di atas meja) Nyah, aku nak beli terigu, gandum, gula. 32. IKAL : Apa-apaan, kau? 33. ARAI : Ssssstt. 34. IKAL : Hampir setahun kita menabung. Kau cuma pakai buat beli terigu? Gile, kau. 35. ARAI : Ini penting bahan-bahan ini. 36. IKAL : Apanya yang penting. Susah payah aku menabung bahkan tabungan aku lebih banyak daripada kau. Kalau kau nak main-main pakai saja duit kau sendiri. 37. ARAI : Wah, bodoh sekali anak ini. (Arai dan Ikal saling menarik paksa karung gandum berisi uang koin).

157 WANITA : Pertanyaan nomor delapan: Hal apakah yang menjadi simpulan dari percakapan tadi? 39. PRIA : a. kemarahan Ikal pada Arai (PAUSE: 04 ) b. kelalaian Ikal dalam bekerja (PAUSE: 04 ) c. ketidaksetujuan Ikal memberikan uang tabungan pada Arai (PAUSE: 04 ) d. kecemburuan Ikal karena tabungan Arai lebih besar (PAUSE: 04 ) e. kesenangan Ikal menyerahkan uang tabungan pada Arai (PAUSE: 04 ) (PAUSE: 6 BEL) 40. WANITA : Pertanyaan nomor sembilan: Tuturan yang menunjukkan ketidaksetujuan dan dinilai kurang santun dalam percakapan tadi adalah. 41. PRIA : a. Ini penting bahan-bahan ini. (PAUSE: 06 ) b. Nyah, aku nak beli terigu, gandum, gula. (PAUSE: 06 ) c. Ssssstt. (PAUSE: 06 ) d. Hampir setahun kita menabung. Kau cuma pakai buat beli terigu? Gile, kau. (PAUSE: 06 ) e. Apa-apaan, kau? (PAUSE: 06 ) (PAUSE: 8 BEL) 42. WANITA : Pertanyaan nomor sepuluh: Apa saja hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyampaian simpulan? 43. PRIA : a. volume suara, intonasi dan artikulasi harus baik (PAUSE: 03 ) b. pakaian harus menarik perhatian (PAUSE: 03 )

158 146 c. penyampaian dilakukan secara tertulis (PAUSE: 03 ) d. volume suara rendah (PAUSE: 03 ) e. artikulasi kurang jelas didengar (PAUSE: 03 ) (PAUSE: 8 BEL) 44. WANITA : Anak-anak, selesailah uji keterampilan menyimak. Semoga sukses! Kunci Jawaban Tes Objektif 1. A 2. D 3. C 4. B 5. A 6. E 7. E 8. C 9. D 10. A Rubrik Penilaian Tes Objektif Rubrik penilaian tes objektif menggunakan penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu. Skor siswa diperoleh dengan cara menghitung banyak-butir soal yang dijawab benar (Arifin, 2011: 229). Rumus : S = B N x 100 (skala 0-100) Keterangan: B = Jumlah jawaban benar N = Jumlah soal

159 147 c) Tes Esai Tes esai terdiri dari sepuluh (10) pertanyaan yang harus dijawab siswa. Untuk soal nomor 1 sampai dengan 5, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu mendata dan merumuskan pokok persoalan terhadap percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Untuk soal nomor 6 sampai dengan 10, disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu memberikan kritik disertai alasan dengan menerapkan kesantunan berbahasa. Berikut ini disajikan contoh instrumen tes esai dalam proses pembelajaran berbicara. Tugas Individu 1. Perhatikan percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan! Konteks : Ikal menemui panitia pembukaan beasiswa di gedung. Ikal bermaksud untuk menyerahkan proposal hasil karyanya. Percakapan terjadi antara panitia dan Ikal pada adegan ke-20 siang hari. Tuturan : Ibu : Yang pasti saya berdoa supaya kamu bisa ketemu lagi dengan Arai. Ikal : Terima kasih, Bu. Siapa yang mengemukakan rasa simpati dalam percakapan di atas? 2. Cermati percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan! Konteks : Ikal dan Arai mendatangi sebuah toko orang Tionghoa bermaksud untuk membeli sesuatu.

160 148 Tuturan Ketika Arai menuturkan secara langsung kepada pemilik toko untuk membeli terigu, gandum, dan gula, tiba-tiba Ikal memotong tuturan Arai. Percakapan Arai dan Ikal terjadi pada adegan ke-4. : Arai : (sambil menaruh uang koin di atas meja) Nyah, aku nak beli terigu, gandum, gula. Ikal : Apa-apaan, kau? Arai : Ssssstt. Ikal : Hampir setahun kita menabung. Kau cuma pakai buat beli terigu? Gile, kau. Arai : Ini penting bahan-bahan ini. Ikal : Apanya yang penting. Susah payah aku menabung bahkan tabungan aku lebih banyak daripada kau. Kalau kau nak mainmain pakai saja duit kau sendiri. Arai : Wah, bodoh sekali anak ini. (Arai dan Ikal saling menarik paksa karung gandum berisi uang koin). Kapan muncul konflik dalam percakapan tersebut? 3. Pahami percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan! Konteks : Ketika Ikal dan Arai sedang menonton televisi, Jimbron datang dengan maksud ikut menonton televisi. Jimbron menuturkan secara langsung mengenai kuda yang ada di televisi kepada Arai dan Ikal. Percakapan terjadi pada adegan ke-3. Tuturan : Jimbron : (gagap) Itu namanya kuda stallion. Kuda itu hewan luar biasa.

161 149 Arai Jimbron Arai : Kenapa gitu, Boy? : Hewan kuat, kendaraan perang. Hewan yang memenangkan perang Badar. : (bersama dengan Ikal tersenyum). Apa isu yang dibahas dalam percakapan di atas? 4. Perhatikan percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan! Konteks : Siang hari Ikal, Arai, dan Jimbron mendapat hukuman dari Pak Mustar. Mereka mendapat hukuman karena kemarin malam Pak Mustar memergoki mereka sedang menonton film dewasa di bioskop. Hukuman itu berupa membersihkan toilet sekolah. Percakapan terjadi antara Ikal dan Arai. Tuturan : Ikal : Diam! (ember Jimbron jatuh). Arai : Kenape kau, Boy? Ikal : Kenape kata kau? Ini semua gara-gara kau. Mimpi-mimpi kau. Nda cukup apa? Kita ini orang miskin. Harus dihukum segini. Arai : Ada apa ini? Hei, kau marah pengin nuntut. Kita bertambah miskin gara-gara itu. Payah kau, Kal. Ini belum seberapa, Kal. Tantangan kita di Jakarta lebih besar lagi, Kal. Apa latar belakang masalah dalam percakapan tersebut? 5. Pahami percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan!

162 150 Konteks Tuturan : Ikal dan Arai mendatangi sebuah toko orang Tionghoa bermaksud untuk membeli sesuatu. Ketika Arai menuturkan secara langsung kepada pemilik toko untuk membeli terigu, gandum, dan gula, tiba-tiba Ikal memotong tuturan Arai. Percakapan Arai dan Ikal terjadi pada adegan ke-4. : Arai : (sambil menaruh uang koin di atas meja) Nyah, aku nak beli terigu, gandum, gula. Ikal : Apa-apaan, kau? Arai : Ssssstt. Ikal : Hampir setahun kita menabung. Kau cuma pakai buat beli terigu? Gile, kau. Arai : Ini penting bahan-bahan ini. Ikal : Apanya yang penting. Susah payah aku menabung bahkan tabungan aku lebih banyak daripada kau. Kalau kau nak mainmain pakai saja duit kau sendiri. Arai : Wah, bodoh sekali anak ini. (Arai dan Ikal saling menarik paksa karung gandum berisi uang koin). Apa latar belakang masalah dalam percakapan tersebut sehingga menimbulkan perkelahian? 6. Cermati percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan! Konteks : Saat istirahat kerja siang hari, Arai mengajak Ikal dan Jimbron yang sedang duduk. Percakapan terjadi pada adegan ke-9.

163 151 Tuturan : Arai : Ikut yuk. Ikal : Ah, ke mana, Rai? Hampir patah tulangku semua nih. Arai : Ayolah kalian akan terpana nanti. (menatap Jimbron) Jimbron : (menganggukkan kepala dan ikut dengan Arai) Jelaskan mengapa Anda tidak sependapat dengan tuturan Arai! 7. Sebutkan hal-hal yang harus dihindari ketika memberi dan menanggapi kritikan! 8. Tuturan apa saja yang harus digunakan dalam menanggapi kritikan! 9. Perhatikan percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan! Konteks Tuturan : Arai dan Ikal masuk ke rumah dan saling menunjukkan tabungan yang berisi uang koin. Percakapan terjadi antara Arai dan Ikal pada adegan ke-4. : Arai : Mana punya engkau, pemalas. Ikal : Kau dengar sendiri. Hampir penuh, Boy. Hampir penuh. Tunjukkan tuturan yang dinilai kurang santun dalam percakapan tersebut! Jelaskan alasan Anda! 10. Cermati percakapan berikut ini dan jawablah pertanyaan berikut secara lisan! Konteks : Ikal dan Arai berlari masuk ke dalam pasar karena dikejar oleh Pak Mustar yang sedang marah.

164 152 Tuturan Sampai di tempat penjual ikan, Arai mempunyai ide agar dia dan Ikal tidak diketahui oleh Pak Mustar, yakni dengan masuk ke dalam tempat penyimpanan ikan yang penuh dengan batu es. Arai menuturkan tuturan secara langsung kepada Ikal. Percakapan terjadi pada adegan ke-1. : Arai : Loncat situ, Kal? Ikal : Ini es. Apa kau nda lihat? Tiap hari Capo Ah Lung ada di situ. Arai : Alah, ayolah. Berilah kritik mengenai peristiwa tersebut! Kunci Jawaban Tes Esai 1. Orang yang mengemukakan rasa simpati dalam percakapan di atas adalah ibu panitia. Ibu sebagai penutur melontarkan tuturan dengan mengatakan bahwa ia berdoa supaya Ikal bisa bertemu dengan Arai. Tuturan Ibu menunjukkan sikap ikut bersedih atas menghilangnya Arai tanpa kabar. 2. Muncul konflik dalam percakapan tersebut yakni pada waktu siang hari dan bertempat di toko sembako milik Tionghoa. 3. Isu yang dibahas dalam percakapan di atas adalah tangguhnya kuda stallion yang dijelaskan oleh Jimbron. 4. Latar belakang masalah dalam percakapan tersebut ialah kekesalan Ikal karena janji meraih mimpi ke Paris dan keliling dunia sesuai ajakan Arai justru mereka dihukum membersihkan toilet sekolah. 5. Latar belakang masalah dalam percakapan tersebut sehingga menimbulkan perkelahian ialah ketidaksetujuan Ikal memberikan uang tabungan kepada Arai hanya untuk membeli terigu, gandum, dan gula.

165 Alasan saya tidak sependapat dengan tuturan Arai memaksa mengajak Ikal dan Jimbron karena Arai tidak mengetahui kelelahan yang dirasakan oleh Ikal usai bekerja. 7. Hal-hal yang harus dihindari ketika memberi dan menanggapi kritikan adalah: a. jangan mempermalukan lawan tutur; b. jangan menyombongkan diri, membanggakan diri, atau memuji diri di hadapan lawan tutur; c. jangan menghina atau menjelek-jelekkan milik orang lain sehingga orang tersebut merasa tidak senang dan marah; d. jangan menunjukkan perasaan senang terhadap kemalangan yang dialami orang lain; e. jangan menyatakan ketidaksetujuan dengan lawan tutur; f. jangan menggunakan kalimat langsung untuk menyuruh atau menolak suatu permintaan dari lawan tutur; dan g. jangan memaksa lawan tutur untuk melakukan sesuatu. 8. Tuturan yang harus digunakan dalam menanggapi kritikan berikut ini: a. menggunakan kata maaf bila harus menyebutkan kata-kata yang dianggap tabu; b. dalam meminta maaf gunakan kata maaf yang disertai dengan penjelasan dan akan lebih santun lagi kalau diawali dengan kata mohon; dan c. menggunakan kata mohon untuk meminta bantuan, tetapi tidak ada kesan memaksa. 9. Tuturan yang dinilai kurang santun dalam percakapan tersebut adalah kata pemalas dituturkan oleh Arai. Kata pemalas jelas bukan merupakan pujian pada pihak lain. Tuturan Arai jelas menyinggung perasaan Ikal. Akibatnya, tuturan Ikal terkesan sombong dan menyindir Arai.

166 Kritik mengenai peristiwa tersebut adalah saya tidak sependapat dengan tuturan Arai mengajak Ikal untuk masuk ke dalam tempat berisi balok batu es. Alasan saya karena Ikal telah mengingatkan Arai agar tidak melompati tempat berisi balok batu es dan adanya pengawasan dari Capo Ah Lung. Akan tetapi, Arai tidak mendengarkan apa yang diucapkan Ikal. Rubrik Penilaian Tes Esai Rubrik penilaian tes esai menggunakan sistem bobot. Bobot dinyatakan dalam bilangan-bilangan tertentu sesuai dengan tingkat kesukaran soal. Misalnya, soal yang mudah diberi bobot 3, soal sedang diberi bobot 4, dan soal sukar diberi bobot 5. Cara ini memungkinkan siswa mendapat skor sepuluh. Berikut disajikan tabel perhitungan skor dengan sistem bobot (Arifin, 2011: 224). Tabel 12 Perhitungan Skor dengan Sistem Bobot Nomor Tingkat Soal Kesukaran Jawaban Skor (X) Bobot (B) XB 1 Mudah Betul Mudah Betul Sedang Betul Sukar Betul Sukar Betul Sedang Betul Mudah Betul Sedang Betul Sukar Betul Sukar Betul Jumlah

167 155 Rumus : skor = Keterangan: XB B Jadi, skor siswa: = 10 X B XB = skor tiap soal = bobot sesuai dengan tingkat kesukaran soal = jumlah hasil perkalian X dengan B

168 156 BAB V PENUTUP Bab ini berisi simpulan dan saran. Simpulan berisi pembahasan padat hasil analisis data dari penelitian ini, sedangkan saran berisi masukan penulis kepada pihak-pihak yang dapat memanfaatkan hasil penelitian. A. Simpulan Berdasarkan pembahasan data yang terdapat dalam bab IV, pertanyaan dari rumusan masalah dapat terjawab. Hasil pembahasan data dari bab IV dapat penulis simpulkan sebagai berikut. 1. Bentuk pematuhan prinsip kesantunan berbahasa tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang ditemukan oleh penulis adalah bentuk pematuhan maksim: kearifan, kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, dan simpati dengan variasi bentuk yang bermacam-macam. Dalam pematuhan prinsip kesantunan berbahasa ditemukan variasi bentuk yang mematuhi maksim kearifan, yakni bermaksud memberikan informasi, menghibur, dan menawarkan. Variasi bentuk yang mematuhi maksim kedermawanan bermaksud memaksimalkan keuntungan pada pihak lain dan meminimalkan keuntungan pada diri sendiri. Variasi bentuk yang mematuhi maksim pujian bermaksud memuji mitra tutur. Variasi bentuk yang mematuhi maksim kerendahan hati bermaksud memaksimalkan penjelekan terhadap diri sendiri. Variasi bentuk yang mematuhi maksim kesepakatan 156

169 157 dengan cara memberikan senyuman, memberikan tabungan sendiri untuk pihak lain, menegaskan tuturan, menganggukkan kepada, dan bertepuk tangan. Variasi bentuk yang mematuhi maksim simpati bermaksud mendoakan mitra tutur. 2. Bentuk pelanggaran prinsip kesantunan berbahasa tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza yang ditemukan oleh penulis adalah bentuk pelanggaran maksim: kearifan, pujian, dan kesepakatan. Variasi bentuk yang melanggar maksim kearifan bermaksud memaksa pihak lain dan menyuruh pihak lain. Variasi bentuk yang melanggar maksim pujian bermaksud saling menyindir, berkata kasar, dan terkesan sombong. Variasi bentuk yang melanggar maksim kesepakatan bermaksud menolak ajakan penutur, memberontak, dan dorongan rasa emosi. Penyebab terjadi pelanggaran kesantunan berbahasa adalah paksaan pada pihak lain, berkata kasar, saling menyindir, protektif terhadap pendapat, dan dorongan rasa emosi. Akibat dari pelanggaran kesantunan berbahasa adalah dapat terjadi kesalahpahaman dan perkelahian antara penutur dan mitra tutur. 3. Relevansi prinsip kesantunan berbahasa yang dipatuhi dan dilanggar oleh tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron dalam percakapan film Sang Pemimpi sutradara Riri Riza dengan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara di kelas X semester 2 SMA adalah percakapan tokoh Arai, Ikal, dan Jimbron digunakan sebagai bahan pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara. Kompetensi dasar yang dipilih terdapat dalam silabus

170 158 adalah 9.2 menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) dan 10.1 memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau media elektronik. Penerapan prinsip kesantunan berbahasa dapat membantu pembentukan karakter siswa berkomunikasi lebih santun sehingga diharapkan siswa mampu memahami tuturan dan menafsirkan maksud dari tuturan tersebut serta dapat mempraktikkan penggunaan tuturan yang santun dalam berkomunikasi. 4. Skenario pembelajaran keterampilan menyimak KD 9.2 dan berbicara KD 10.1 pada siswa kelas X semester 2 di SMA menggunakan media film Sang Pemimpi dengan mengombinasikan tiga metode pembelajaran, yaitu metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back), dan metode pemberian tugas. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), skenario pembelajaran menyimak dan berbicara dilakukan dengan tiga langkah pembelajaran, yakni kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah pembelajaran keterampilan menyimak dan berbicara adalah (a) kegiatan pendahuluan, meliputi: (1) guru membuka dengan salam dan berdoa; (2) guru mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas; (3) guru mengawali pertanyaan motivasi dan sekilas mengulas sedikit materi pada pembelajaran sebelumnya; (4) guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa; dan (5) guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran, (b) kegiatan inti, meliputi: (1) guru menjelaskan materi pembelajaran;

171 159 (2) guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masing-masing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (3) siswa menyimak tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (4) siswa mencatat pokok-pokok informasi percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (5) siswa berdiskusi dengan tujuan menganalisis isi informasi, merumuskan pokok persoalan, dan memberikan komentar berupa kritik dengan menerapkan kesantunan berbahasa terhadap percakapan tokoh film Sang Pemimpi; (6) siswa menyampaikan secara lisan dengan menerapkan kesantunan berbahasa terhadap pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan tersebut tiap kelompok untuk dikoreksi oleh guru; (7) guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan; dan (8) guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi, dan (c) kegiatan penutup, meliputi: (1) guru merefleksi hasil pembelajaran; (2) guru memberikan tugas lanjutan yang harus dikerjakan siswa secara individu; dan (3) berdoa dan mengucap salam. B. Saran Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, penulis memberikan saran kepada: 1. Guru Kesantunan dalam berbahasa hendaknya selalu diterapkan pada kehidupan sehari-hari, khususnya setiap kegiatan belajar mengajar. Dengan membiasakan menerapkan prinsip kesantunan berbahasa dalam

172 160 pendidikan, diharapkan dapat menunjang guru sekaligus siswa membentuk karakter. Dalam menunjang pendidikan karakter, tidak hanya menggunakan materi yang sudah ada di dalam buku teks, tetapi guru juga dapat berkreasi dengan materi yang diadopsi dari berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik. Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif dalam proses pembelajaran. 2. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian tentang pragmatik di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo masih sedikit. Penelitian ini pun hanya sebagian kecil dari ilmu pragmatik. Oleh karena itu, untuk menambah pustaka di universitas, penulis menyarankan agar mahasiswa dapat mengembangkan penelitian mengenai prinsip kesantunan berbahasa dengan lebih luas.

173 DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Arifin, Zainal Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Arsyad, Azhar Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Asra, Sumiati Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Cegah Tawuran Pelajar, M Nuh Bentuk Satgas Suara Merdeka, kolom 2, Rubrik Nasional, hal.2. Rabu 26 September Chaer, Abdul Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. Depdikbud Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib Belajar. Bandung: Citra Umbara. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Fitriyanti. Ungkapan Kesantunan Imperatif antartokoh dalam Film Laskar Pelangi dan Model Pembelajarannya di SMP. Skripsi. Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Hwang, Yan Pragmatics. New York: Oxford University Press. Kridalaksana, Harimurti Kamus Linguistik. Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia. Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Nadar, F. X Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Parera, Jos Daniel Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 161

174 162 Pemecatan Siswa Tawuran Bukan Solusi Suara Merdeka, kolom 5, Rubrik Edukasia, hal.9. Kamis 27 September Pranowo Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa. Diakses dari kesantunan-berbahasa-indonesia-sebagai-pembentuk-kepribadian-bangsa/ pada tanggal 23 Mei Rifa i, Muhammad. Operasi Prinsip Sopan Santun Tuturan SMS dalam Rubrik Njur Piye Harian Suara Merdeka Edisi September Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo Purworejo Rustono Pokok-pokok Pragmatik. Semarang: CV. IKIP Semarang Press. Saling Ejek, Siswa SMP Bunuh Temannya Suara Merdeka, kolom 1, hal.13. Minggu 23 September Samani, Muchlas dan Hariyanto Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Subroto, Edi Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Surjadi Membuat Siswa Aktif Belajar. Bandung: CV Mandar Maju. Suroso Smart Brain Metode Menghafal Cepat dan Meningkatkan Ketajaman Memori. Surabaya: Penerbit SIC. Tarigan, Henry Guntur a. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur b. Menyimak sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun Kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Wijana, I. Dewa Putu Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset. Yule, George Pragmatik. (Terjemahan Indah Fajar Wahyuni). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. (Buku asli diterbitkan tahun 1996).

175 SILABUS Lampiran 1 Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : X Semester : 2 Standar Kompetensi : Menyimak 9. Memahami informasi melalui tuturan Standar Kompetensi Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) Rekaman informasi atau teks yang dibacakan Pokok-pokok isi informasi Simpulan informasi Mendengarkan informasi yang disampaikan melalui rekaman atau teks yang dibacakan Menyimpulkan isi informasi dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami Menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas Mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan Menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas Menyimpulkan isi infomasi yang didengar Jenis Tagihan: Tugas individu Tugas kelompok Ulangan Bentuk instrumen Jawaban singkat Alokasi Waktu 2X45 menit Sumber/ Bahan/Alat Rekaman informasi/ teks yang dibacakan Buku teks Bahasa Indonesia Buku pelengkap

176 SILABUS Lampiran 1 Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : X Semester : 2 Standar Kompetensi : Berbicara 10.1 Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber Standar Kompetensi Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik Artikel dalam media cetak atau internet yang menjadi bahan perdebatan umum (misalnya, kenaikan harga BBM atau berita terorisme) Kata kunci (saya kurang sependapat., karena.) untuk menyampaikan kritik atau dukungan terhadap suatu pendapat atau gagasan Membaca artikel Mendiskusikan persoalan yang menjadi perdebatan umum di masyarakat ( apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakang, dsb.) Memberikan kritik dengan disertai alasan Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.) Memberikan kritik dengan disertai alasan Jenis Tagihan: Tugas individu Tugas kelompok Ulangan Bentuk instrumen performansi uraian format pengamatan Alokasi Waktu 4X45 menit Sumber/ Bahan/Alat Artikel dari media cetak dan atau elektronik Buku teks Bahasa Indonesia Buku pelengkap

177 44 Lampiran 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Jenjang Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : X Semester : 2 Standar Kompetensi : 9. Memahami informasi melalui tuturan Kompetensi Dasar : 9.2 Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) Indikator : 1. Mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan. 2. Menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas. 3. Menyimpulkan isi informasi yang didengar. Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik mampu mencatat pokok-pokok isi informasi percakapan tokoh melalui rekaman film Sang Pemimpi. 2. Peserta didik mampu menyimpulkan isi informasi percakapan tokoh yang didengar.

178 45 3. Peserta didik mampu menyampaikan secara lisan isi informasi percakapan tokoh secara runtut dan jelas dengan menerapkan kesantunan berbahasa. B. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Berikut ini disajikan materi pembelajaran dengan menerapkan kesantunan berbahasa. 1. Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan). 2. Mengidentifikasi pokok informasi dengan kata tanya 5 W + 1 H. 3. Mencatat pokok-pokok informasi dalam kartu informasi. 4. Menyimpulkan isi informasi dengan urutan yang runtut dan mudah dipahami. 5. Menyampaikan simpulan isi informasi secara lisan dengan runtut dan jelas. 6. Kesantunan berbahasa dalam tuturan. C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back) 3. Pemberian tugas D. Nilai Karakter Nilai-nilai karakter bangsa yang dicapai dalam pembelajaran keterampilan menyimak adalah kepedulian, keadaban, kesantunan, kritis, demokratis, kebijaksanaan, sikap berempati, kedermawanan, pandai berterima kasih, sifat menghormati orang lain, kerendahan hati, kehormatan, dan kearifan.

179 46 E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode pembelajaran Waktu Pendahuluan 10 menit eksplorasi Guru membuka dengan salam dan berdoa dengan maksud syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pembelajaran. eksplorasi Guru mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas, menanyakan kabar siswa berfokus kepada siswa yang tidak datang. eksplorasi Guru mengawali pertanyaan motivasi: apakah siswa sudah pernah menonton film Sang Pemimpi? eksplorasi Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini. eksplorasi Guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran, yaitu untuk mencatat pokok-pokok isi informasi melalui rekaman atau teks yang dibacakan, menyimpulkan isi informasi yang didengar, dan menyampaikan secara lisan isi informasi secara runtut dan jelas melalui metode ceramah, film Talk-Back, dan pemberian tugas.

180 47 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode pembelajaran Waktu Kegiatan Inti eksplorasi eksplorasi elaborasi Guru menjelaskan materi mengenai mencatat pokok informasi dan menyimpulkan isi informasi secara runtut dan jelas. Guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masing-masing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi. Siswa menyimak tuturan percakapan ceramah 70 menit tokoh film Sang Pemimpi yang ditayangkan oleh guru. elaborasi Siswa mencatat pokok-pokok informasi percakapan tokoh film Sang Pemimpi. elaborasi Siswa berdiskusi dengan tujuan film talk-back menganalisis isi informasi yang terdapat pada percakapan tokoh film Sang Pemimpi. elaborasi Siswa menyampaikan secara lisan pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan siswa tiap kelompok untuk dikoreksi guru. konfirmasi Guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan. konfirmasi Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.

181 48 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode pembelajaran Waktu Penutup 10 menit konfirmasi Guru merefleksi hasil pembelajaran. Sebagai contoh, memberikan pujian kepada kelompok yang telah bekerja dengan baik dan menasehati kelompok yang belum bekerja dengan baik. konfirmasi Guru memberikan tugas lanjutan yang pemberian harus dikerjakan secara individu. tugas konfirmasi Berdoa dan mengucap salam. F. Sumber Belajar 1. Buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X karangan Agus Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga. 2. Modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di kelas X semester 2 SMA. 3. Buku penunjang lain yang berhubungan dengan materi pembelajaran. 4. Rekaman film Sang Pemimpi. G. Penilaian 1. Teknik : Tes tertulis 2. Bentuk Instrumen : Pilihan ganda Mengetahui, Kepala Sekolah, Purworejo, 2 Maret 2014 Guru Mata Pelajaran, ( ) NIP ( ) NIP

182 44 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Jenjang Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas : X Semester : 2 Standar Kompetensi : Berbicara 10. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber Kompetensi Dasar : 10.1 Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau media elektronik Indikator : 1. Mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya. 2. Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat. 3. Memberikan kritik dengan disertai alasan. Alokasi Waktu : 4 x 45 menit A. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik mampu mendata informasi percakapan tokoh dari sebuah rekaman film Sang Pemimpi dengan mengetahui sumbernya. 2. Peserta didik mampu merumuskan pokok persoalan dari percakapan tokoh film Sang Pemimpi.

183 45 3. Peserta didik mampu memberikan kritik dengan disertai alasan terhadap percakapan tokoh dengan menerapkan kesantunan berbahasa. B. Materi Pembelajaran Materi pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. Berikut ini disajikan materi pembelajaran dengan menerapkan kesantunan berbahasa. 1. Mengungkapkan komentar terhadap informasi dari berbagai sumber. 2. Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, dan apa latar belakangnya). 3. Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak yang diterimanya dengan disertai alasan yang jelas. 4. Kesantunan berbahasa dalam tuturan. C. Metode Pembelajaran 1. Ceramah 2. Diskusi mempergunakan film (Film Talk-Back) 3. Pemberian tugas D. Nilai Pendidikan Karakter Nilai-nilai karakter bangsa yang dicapai dalam pembelajaran keterampilan menyimak memahami isi informasi adalah kepedulian, keadaban, kesantunan, demokratis, kebijaksanaan, sikap berempati, pandai berterima kasih, sifat menghormati orang lain, kerendahan hati, kehormatan, dan kearifan.

184 46 E. Langkah-Langkah Pembelajaran Pertemuan ke-1 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode Pembelajaran Waktu Pendahuluan 10 menit eksplorasi Guru membuka dengan salam dan berdoa dengan maksud syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pembelajaran. eksplorasi Guru mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas, menanyakan kabar siswa berfokus kepada siswa yang tidak datang, dan jika ada siswa yang sakit ungkapkan keprihatinan. eksplorasi Guru mengawali pertanyaan motivasi: apakah siswa sudah pernah mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya dan merumuskan pokok persoalan terhadap percakapan film Sang Pemimpi? eksplorasi Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran hari ini.

185 47 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode Pembelajaran Waktu eksplorasi Guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran, yaitu untuk mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya dan merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat melalui metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film, dan metode pemberian tugas. Kegiatan Inti 70 menit eksplorasi Guru menjelaskan materi ceramah mengenai mendata informasi dari sebuah rekaman dengan mengetahui sumbernya dan merumuskan pokok persoalan. elaborasi Guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masing-masing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi. elaborasi Siswa menyimak tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi yang ditayangkan oleh guru.

186 48 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode Pembelajaran Waktu elaborasi Siswa mendata informasi dan merumuskan pokok persoalan percakapan tokoh film Sang Pemimpi. elaborasi Siswa berdiskusi dengan tujuan film talk-back menganalisis pokok persoalan yang terdapat pada percakapan tokoh film Sang Pemimpi. elaborasi Siswa menyampaikan secara lisan pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan siswa tiap kelompok untuk dikoreksi oleh guru. konfirmasi Guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan. konfirmasi Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. Penutup 10 menit konfirmasi Guru merefleksi hasil pembelajaran. Sebagai contoh, memberikan pujian kepada kelompok yang telah bekerja dengan baik dan menasehati kelompok yang belum bekerja dengan baik. konfirmasi Guru memberikan tugas lanjutan pemberian yang dikerjakan secara individu. tugas konfirmasi Berdoa dan mengucap salam.

187 49 Pertemuan ke-2 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode Pembelajaran Waktu Pendahuluan 10 menit eksplorasi Guru membuka dengan salam dan berdoa dengan maksud syukur atas nikmat kesehatan dan diberi cahaya hikmah agar mudah menerima pembelajaran. eksplorasi Guru mengecek kehadiran siswa dengan presensi kelas, menanyakan kabar siswa berfokus kepada siswa yang tidak datang, dan jika ada siswa yang sakit ungkapkan keprihatinan. eksplorasi Guru mengawali pembelajaran dengan mengulas sedikit materi pada pertemuan ke-1. eksplorasi Guru memberi pertanyaan motivasi: apakah siswa sudah pernah memberikan kritik terhadap percakapan film Sang Pemimpi? eksplorasi Guru mengomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa melalui pembelajaran.

188 50 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode Pembelajaran Waktu eksplorasi Guru menjelaskan aturan main dalam pembelajaran, yaitu untuk memberikan kritik terhadap percakapan film Sang Pemimpi dengan menerapkan kesantunan berbahasa melalui metode ceramah, metode diskusi mempergunakan film, dan metode pemberian tugas. Kegiatan Inti 70 menit eksplorasi Guru menjelaskan materi ceramah mengenai kata kunci untuk memberikan kritik dan hal-hal yang dilarang dan dilakukan ketika berbicara secara santun. eksplorasi Guru membagi kelas menjadi kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa, masing-masing kelompok diberi permasalahan, yakni beberapa percakapan tokoh film Sang Pemimpi. elaborasi Siswa menyimak tuturan percakapan tokoh film Sang Pemimpi yang ditayangkan guru. elaborasi Siswa berdiskusi dengan tujuan film talk-back memberikan komentar berupa kritik terhadap percakapan tokoh.

189 51 Kegiatan Pembelajaran Perincian Kegiatan Metode Pembelajaran Waktu elaborasi Siswa menyampaikan secara lisan dengan menerapkan kesantunan berbahasa terhadap pekerjaan yang telah selesai kemudian mengumpulkan pekerjaan siswa tiap kelompok untuk dikoreksi oleh guru. konfirmasi Guru meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan. konfirmasi Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. Penutup 10 menit konfirmasi Guru merefleksi hasil pembelajaran. Sebagai contoh, memberikan pujian kepada kelompok yang telah bekerja dengan baik dan menasehati kelompok yang belum bekerja dengan baik. konfirmasi Guru memberikan tugas lanjutan pemberian tugas yang harus dikerjakan secara individu. konfirmasi Berdoa dan mengucap salam. F. Sumber Belajar 1. Buku Panduan Belajar Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA dan MA Kelas X karangan Agus Haryanta dan Alex Suryanto terbitan Erlangga.

190 52 2. Modul berisi ringkasan materi yang dibuat oleh guru sesuai dengan kurikulum pembelajaran di kelas X semester 2 SMA. 3. Buku penunjang lain yang berhubungan dengan materi pembelajaran. 4. Rekaman film Sang Pemimpi. G. Penilaian 1. Teknik : tes tertulis 2. Bentuk Instrumen : uraian Mengetahui, Kepala Sekolah, Purworejo, 2 Maret 2014 Guru Mata Pelajaran, ( ) NIP ( ) NIP

191 Lampiran 3 DATA DAN INSTRUMEN DATA No. 01 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kearifan : Ikal, tukang sortir di kantor pos, pulang kerja. Ketika Ikal di depan pintu masuk rumah, seorang ibu dari sebelah rumahnya memberi tahu kepada Ikal bahwa ada surat. Terjadilah percakapan Ikal dengan ibu tersebut pada adegan ke-1. Tuturan : Ibu : Kal, kayaknya ada surat tuh buat kamu sama Arai. Ibu selipin aja di bawah pintu. Arai belum pulangpulang ya. Ikal : Makasih ya, Bu. Analisis : Ibu memaksimalkan keuntungan pada Ikal dengan menyelipkan surat di bawah pintu. No. 02 Konteks Tuturan Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kesepakatan : Ikal dan Arai berlari masuk ke dalam pasar karena dikejar oleh Pak Mustar yang sedang marah. Sampai di tempat penjual ikan, Arai mempunyai ide agar dia dan Ikal tidak diketahui oleh Pak Mustar, yakni dengan masuk ke dalam tempat penyimpanan ikan yang penuh dengan batu es. Arai menuturkan tuturan secara langsung kepada Ikal. Percakapan terjadi pada adegan ke-1. : Arai : Loncat situ, Kal? Ikal : Ini es. Apa kau nda lihat? Tiap hari Capo Ah Lung ada di situ. Arai : Alah, ayolah. Analisis : Ikal meminimalkan kesetujuan dengan Arai. Ikal menuturkan tuturan tidak setuju diiringi dengan penolakan.

192 No. 03 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kearifan : Ikal dan Ayahnya datang menjemput Arai yang sebatang kara. Ikal, Ayahnya, dan Arai naik perahu kayu. Terjadi percakapan Arai dengan Ikal pada adegan ke-2. Tuturan : Arai : Kal. (sambil menunjukkan mainan semacam gasing). Aku sendiri yang membuatnya. (mempraktikkan cara memainkan gasing tersebut). Coba, Kal. Ikal : Yah. (gasing tercebur di laut). Arai : Masih ada lagi. (sambil mengeluarkan seekor kumbang sagu). Ikal : Ah, kumbang sagu. Analisis : Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal dengan maksud menghibur Ikal. Keuntungan yang diberikan oleh Arai berupa memberi mainan gasing dan mengeluarkan kumbang sagu. No. 04 Konteks Tuturan Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kedermawanan : Arai dan Ikal sedang menonton televisi. Arai mencari sinyal dengan menggerak-gerakkan antena. Arai menuturkan kepada Ikal mengenai kejelasan gambar dalam televisi. Percakapan terjadi pada adegan ke-3. : Arai : Gimana, Boy? (sambil menggerak-gerakkan kayu antena televisi). Ikal : Ah, lah, Boy. Mantap, Boy. Analisis : Arai memaksimalkan keuntungan pada Ikal. Arai dengan rela menggerak-gerakkan antena televisi sedangkan Ikal hanya duduk menonton gambar di televisi.

193 No. 05 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kesepakatan : Ketika Ikal dan Arai sedang memonton televisi, Jimbron datang dengan maksud ikut menonton televisi. Jimbron menuturkan secara langsung mengenai kuda yang ada di televisi kepada Arai dan Ikal. Percakapan terjadi pada adegan ke-3. Tuturan : Jimbron : (gagap) Itu namanya kuda stallion. Kuda itu hewan luar biasa. Arai Jimbron Arai : Kenapa gitu, Boy? : Hewan kuat, kendaraan perang. Hewan yang memenangkan perang Badar. : (bersama dengan Ikal tersenyum). Analisis : Arai dan Ikal memaksimalkan kesepakatan pada Jimbron dengan cara tersenyum berdasarkan pemberitahuan yang dilontarkan oleh Jimbron mengenai kuda stallion. No. 06 Konteks Tuturan Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Pujian : Arai dan Ikal masuk ke rumah dan saling menunjukkan tabungan yang berisi uang koin. Percakapan terjadi antara Arai dan Ikal pada adegan ke-4. : Arai : Mana punya engkau, pemalas. Ikal : Kau dengar sendiri. Hampir penuh, Boy. Hampir penuh. Analisis : Arai dan Ikal saling meminimalkan penjelekan kepada diri sendiri. Mereka nenyampaikan tuturan dengan kata-kata kasar, terkesan sombong, dan menyindir pihak lain.

194 No. 07 Konteks Tuturan Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kesepakatan : Ikal dan Arai mendatangi sebuah toko orang Tionghoa bermaksud untuk membeli sesuatu. Ketika Arai menuturkan secara langsung kepada pemilik toko untuk membeli terigu, gandum, dan gula, tiba-tiba Ikal memotong tuturan Arai. Percakapan Arai dan Ikal terjadi pada adegan ke-4. : Arai : (sambil menaruh uang koin di atas meja) Nyah, aku nak beli terigu, gandum, gula. Ikal : Apa-apaan, kau? Arai : Ssssstt. Ikal : Hampir setahun kita menabung. Kau cuma pakai buat beli terigu? Gile, kau. Arai : Ini penting bahan-bahan ini. Ikal : Apanya yang penting. Susah payah aku menabung bahkan tabungan aku lebih banyak daripada kau. Kalau kau nak main-main pakai saja duit kau sendiri. Arai : Wah, bodoh sekali anak ini. (Arai dan Ikal saling menarik paksa karung gandum berisi uang koin). Analisis : Ikal melontarkan tuturan yang memaksimalkan ketidaksetujuan dengan memberontak terhadap perilaku Arai. No. 08 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kesepakatan : Setelah Ikal dan Arai berhenti saling menarik karung gandum yang berisi uang koin tersebut, mereka duduk terdiam. Kemudian Ikal memulai percakapan pada adegan ke-4. Tuturan : Ikal : Tabungan ini, kita butuh nanti.

195 Arai : Tolong ikut saja dulu dengan aku, Kal. Kini kau mengerti. (bersama Ikal membeli terigu, gandum dan gula). Analisis : Ikal memaksimalkan kesetujuan dengan Arai. No. 09 Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kedermawanan Konteks : Arai dan Ikal mendatangi rumah Mak Cik sambil membawa terigu, gandum, dan gula yang mereka beli di toko Tionghhoa. Percakapan terjadi antar Arai dan Mak Cik di rumah Mak Cik pada adegan ke-4. Tuturan : Mak Cik : (terkejut) Ikal. Arai. Bawa apa itu? Arai Mak Cik : Ini Mak Cik, biar bisa bikinkan jual kue. Mak Cik pandai kan buat kue? (sambil tersenyum menyerahkan terigu, gandum, dan gula). : Nurmi. (menatap Ikal) Makasih ya, Nak. Analisis : Arai dan Ikal meminimalkan keuntungan pada diri sendiri. Arai dan Ikal ikhlas membeli terigu, gandum, dan gula dengan uang tabungan mereka untuk Mak Cik. No. 10 Konteks Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kearifan : Setelah Arai menyerahkan terigu, gandum, dan gula kepada Mak Cik. Tiba-tiba Nurmi segera keluar rumah sambil membawa biola dan bertemu dengan Arai. Arai menuturkan tuturan kepada Nurmi agar memainkan sebuah lagu dengan biolanya. Tuturan : Arai : Nurmi, mainkan sebuah lagu untuk Abang. Nurmi : (memainkan biola di tepi danau dekat rumah) Analisis : Arai memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan meminta Nurmi memainkan biolanya.

196 No. 11 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian : Pak Julian Balia mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan bertanya pada siswa satu persatu mengenai kata-kata inspirasi. Arai tergerak untuk melontarkan kata-kata inspirasi. Percakapan terjadi pada adegan ke-5 di dalam kelas. Tuturan : Pak Julian : Para pelopor, sebelum kita tutup kelas hari ini pekikkan kata-kata yang memberimu inspirasi. (memilih siswa satu persatu). Arai Pak Julian Arai Pak Julian : (mengangkat tangan kemudian berdiri) : Arai. : (berdiri) Tidak semua yang dapat dihitung, diperhitungkan dan tidak semua yang diperhitungkan dapat dihitung. Albert Einstein. : (sambil tersenyum) Cerdas, cerdas sekali anak muda. Analisis : Pak Balia memaksimalkan pujian pada Arai. Film Sang Pemimpi No. 12 Pematuhan Maksim Kesepakatan Konteks : Arai, Ikal, dan Jimbron mengantarkan barang kepada penjual warung di pasar Manggar. Mereka menari-nari. Tiba-tiba Jimbron melihat Laksmi sedang bekerja. Percakapan terjadi antara Arai dan Jimbron pada adegan ke-5. Tuturan : Arai : Bisa tipis kulit si Laksmi gara-gara kau pandangi terus. Joget lagilah, ayo. Jimbron : (menganggukkan kepala dan berjoget). Analisis : Jimbron memaksimalkan kesepakatan dengan Arai.

197 No. 13 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian : Pak Julian memanggil Ikal saat istirahat sekolah. Mereka bercakap di depan ruang guru pada adegan ke-6. Tuturan : Pak Julian : Ikal! Ikal Pak Julian Ikal : (mendekati Pak Julian) : Bapak telah baca karangan engkau. Kau itu berbakat menulis. Jangan ragu-ragu untuk mengekspresikan diri melalui karangan kau. Kalau kau terus bebaskan imajinasi kau, suatu saat kau akan jadi penulis besar, kawan. (menepuk pundak Ikal). : (menganggukkan kepala, berjalan beberapa langkah meninggalkan Pak Julian, dan membalikkan badan sambil tersenyum) Makasih, Pak. Analisis : Pak Julian menaruh harapan besar atas karangan Ikal berarti beliau memaksimalkan pujian pada Ikal. No. 14 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kesepakatan : Arai menempelkan peta dunia ke dinding rumah bermaksud menunjukkan kepada Ikal dan Jimbron. Percakapan terjadi pada adegan ke-6.

198 Tuturan : Arai : Jadi begini rencananya. (menghela nafas) Kita lulus SMA dengan nilai terbaik, lalu kita berangkat ke Jakarta. Kuliah di sana. Lalu kita kejar beasiswa ke Paris. Sambil kuliah di Paris, kita jelajah Eropa, kita jelajah Afrika, seperti kata Pak Balia. Ini harus jadi mimpi kita. Kita harus kerja lebih keras lagi sekarang untuk dapat berangkat ke Jakarta. Nanti di Jakarta. Kita bisa cari kerja yang lebih tinggi lagi jadinya untuk biaya hidup kita di Paris dan keliling Eropa. Gimana, Boy? Ikal Jimbron : Kita ke Paris dan keliling dunia. : (menganggukkan kepala dan bertepuk tangan) Analisis : Ikal dan Jimbron memaksimalkan kesetujuan pada Arai. Arai ingin mengajak mereka ke Paris dan keliling dunia dengan menegaskan tuturannya disertai semangat kegembiraan. No. 15 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kerendahan Hati : Siang hari Ikal, Arai, dan Jimbron mendapat hukuman dari Pak Mustar. Mereka mendapat hukuman karena kemarin malam Pak Mustar memergoki mereka sedang menonton film dewasa di bioskop. Hukuman itu berupa membersihkan toilet sekolah. Percakapan terjadi antara Ikal dan Arai. Tuturan : Ikal : Diam! (ember Jimbron jatuh). Arai Ikal Arai : Kenape kau, Boy? : Kenape kata kau? Ini semua gara-gara kau. Mimpimimpi kau. Nda cukup apa? Kita ini orang miskin. Harus dihukum segini. : Ada apa ini? Hei, kau marah pengin nuntut. Kita bertambah miskin gara-gara itu. Payah kau, Kal. Ini belum seberapa, Kal. Tantangan kita di Jakarta lebih besar lagi, Kal.

199 Analisis : Ikal memaksimalkan penjelekan pada diri sendiri. Ikal mengatakan bahwa ia, Arai, dan Jimbron adalah orang miskin. No. 16 Konteks Tuturan Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian : Sore hari, Arai dan Ikal sedang duduk di warung Koh A Yung. Koh A Yung mengetahui hasil nilai rapor mereka. Percakapan terjadi pada adegan ke-8. : Koh A Yung : Kalian juara lagi ya. Bagus lagi nilai rapornya. Singkong dan kopi aku kasih free-lah buat kalian. Ikal : (melambaikan tangan) Makasih, Koh A Yung. Analisis : Koh A Yung memaksimalkan pujian kepada Ikal dan Arai. No. 17 Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Pujian Konteks Tuturan : Ketika Arai dan Ikal duduk santai di warung, Jimbron datang dengan membawa dua tempat penyimpanan uang koin berbentuk kuda. Percakapan terjadi pada adegan ke-8. : Jimbron : Hei. Arai : Cerdasnya kau, Bron. Tak ada yang asli, tanah liat pun jadi. Ikal : Dari mana kau dapat ini, Bron. Jimbron : Bang Rokib baru datang dari Jakarta. Ini kan kuisi sama rata nanti. Arai : Bawa dua celengan kuda untuk beli dua kuda maksud kau. (bersama Ikal tertawa) Hah kopi, Bron.

200 Analisis : Arai meminimalkan penjelekan terhadap diri sendiri dengan melontarkan tuturan yang bermaksud menyindir pada Jimbron. No. 18 Konteks Tuturan Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Kearifan : Setelah lulus SMA Arai dan Ikal hendak pergi merantau ke Jakarta. Ketika Arai dan Ikal selesai berpamitan dengan Pak Mustar, Pak Balia, Ibu, dan Ayahnya, Jimbron duduk di dermaga dengan memangku dua tempat menyimpan uang koin berbentuk kuda. Arai dan Ikal mendatangi Jimbron duduk di sampingnya. Percakapan terjadi pada adegan ke-19. : Jimbron : Ini aku siapkan untuk kalian. (memberikan celengan kuda kepada Ikal dan Arai) Isinya sama rata seperti yang kau bilang dulu, Kal. Kalian ke Paris dengan kuda-kudaku. Ikal Arai : Jimbron. (menangis sambil memeluk Jimbron) : (memeluk Jimbron) Baik-baik kau di sini, Bron. Baik-baik, Bron. Analisis : Jimbron meminimalkan biaya pada Ikal dan Arai. Jimbron memberikan dua tabungan yang berisi uang. No. 19 Konteks Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kesepakatan : Saat istirahat kerja siang hari, Arai mengajak Ikal dan Jimbron yang sedang duduk. Percakapan terjadi pada adegan ke-9. Tuturan : Arai : Ikut yuk. Ikal Arai : Ah, ke mana, Rai? Hampir patah tulangku semua nih. : Ayolah kalian akan terpana nanti. (menatap Jimbron)

201 Jimbron : (menganggukkan kepala dan ikut dengan Arai) Analisis : Ikal memaksimalkan ketidaksetujuan pada Arai. Arai menyuruh Ikal mengikuti Arai. No. 20 Konteks Film Sang Pemimpi Pelanggaran Maksim Kearifan : Malam hari, Ikal dan Arai sedang belajar, dan Jimbron sedang makan. Selesai makan Jimbron meminta bantuan kepada Arai untuk mengambil buku. Percakapan terjadi pada adegan ke-12. Tuturan : Jimbron : Buku aku itu! Arai : (mengambilkan buku Jimbron) Cepatlah kau habiskan makanan engaku tuh. Supaya kita dapat nyaman belajar. (bersama Ikal tertawa) Analisis : Jimbron memaksimalkan keuntungan pada diri sendiri dengan menyuruh Arai mengambilkan buku miliknya. No. 21 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Pujian : Ikal menemui panitia pembukaan beasiswa di gedung. Ikal bermaksud untuk menyerahkan proposal hasil karyanya. Percakapan terjadi antara panitia dan Ikal pada adegan ke-20 siang hari. Tuturan : Ibu : Jadi sampai hari ini kamu belum bertemu lagi dengan Arai? Ikal Ibu : Belum, bu. Saya tidak tahu lagi dia ada di mana. : Ceritamu memang sungguh luar biasa. Luar biasa! Penuh semangat, penuh mimpi. Saya tidak mengenal basa basi anak muda. Proposalmu sungguh overwhelming. Saya tidak bisa berjanji, tapi saya harap kamu bisa mendapatkan beasiswa ini. Tunggu kabar dari kami.

202 Ikal : Iya, Bu. Analisis : Ibu panitia memaksimalkan pujian pada Ikal dengan gembira dan penuh harapan. No. 22 Konteks Film Sang Pemimpi Pematuhan Maksim Simpati : Ikal menemui panitia pembukaan beasiswa di gedung. Ikal bermaksud untuk menyerahkan proposal hasil karyanya. Percakapan terjadi antara panitia dan Ikal pada adegan ke-20 siang hari. Tuturan : Ibu : Yang pasti saya berdoa supaya kamu bisa ketemu lagi dengan Arai. Analisis Ikal : Terima kasih, Bu. : Ibu panitia memaksimalkan simpati pada Ikal dengan berdoa agar Ikal dapat bertemu Arai.

203

204

205

206

207

208

209

210 Lampiran 6 AUTOBIOGRAFI Nama : Oniek Lieuska Paramitha Tempat lahir : Purworejo Tanggal lahir : 12 Februari 1989 Alamat : Jalan Majapahit 18 RT 02 RW 10 Kembangarum Timur, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. Kata ibu, waktu itu pukul WIB tepat di hari Minggu Legi, beliau meloloskanku dari rahimnya. Tangis pertamaku disambut suka cita oleh keluarga. Oniek Lieuska Paramitha, itulah nama yang diberikan ayahku. Pertanyaan yang sampai sekarang belum terjawab adalah Apa arti nama Oniek Lieuska Paramitha? Sama dengan orang lain, aku juga tidak tahu arti namaku. Ketika aku berusia 2 tahun, aku ingin sekali bertanya pada ayah tentang arti namaku. Akan tetapi, beliau telah berada di sisi Allah. Konon, ayahku menginginkan anak perempuan seperti artis ternama Paramitha Rusady sehingga nama belakangku ialah Paramitha. Banyak orang mengira aku beragama non-islam. Pada kenyataannya, alhamdulillahirrabil alamin, aku beragama Islam. Riwayat Pendidikan Layaknya anak lain, aku juga dibekali pendidikan informal dan formal. Pendidikan informal, aku peroleh dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat, misalnya mengaji. Dalam hal pendidikan formal, akulah yang mempunyai jenjang pendidikan tertinggi di keluargaku. Pendidikan formalku diawali dari sekolah TK ( ) yakni TK Handayani II. Setelah dua tahun di TK dan dinyatakan lulus, aku melanjutkan studi di Sekolah Dasar ( ). SD Negeri Kutoarjo 1 adalah pilihanku karena sekolah tersebut paling favorit di desaku. Di SD tidak ubahnya di TK. Bermain dan belajar. Setelah enam tahun studi di SD Negeri Kutoarjo 1, aku lulus dan melanjutkan ke SMP ( ). Aku melanjutkan di SMP Negeri 3 Purworejo yang terletak di Kutoarjo. SMP Negeri yang dapat dikatakan favorit di kecamatan. Setelah tiga tahun studi dan dinyatakan lulus, aku melanjutkan studi ke SMA ( ). Aku diterima di SMA Negeri 2 Purworejo. Ketika aku kelas XI, aku menjabat sebagai sekretaris PP di bidang Palang Merah Remaja. Setelah dinyatakan lulus dari SMA, aku mencoba peruntungan di dunia pekerjaan. Aku telah bekerja di studio foto daerah Pekalongan, Kutowinangun, dan Yogyakarta selama hampir 2 tahun. Selesai bekerja, aku melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Universitas Muhammadiyah Purworejo dengan pilihan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia adalah pilihanku. Ketika autobiografi ini ditulis, aku sedang menanti wisuda. Di bahuku tertumpuk harapan bahagia, ikhlas, dan nikmat syukur untuk lembaran masa depan.

PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI

PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PEMIMPI SUTRADARA RIRI RIZA DAN RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo PENERAPAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PERCAKAPAN FILM SANG PENCERAH SUTRADARA HANUNG BRAMANTYO, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENYIMAK DAN BERBICARA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia   ABSTRAK REALISASI PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA INDONESIA DI LINGKUNGAN SMA MUHAMMADIYAH PURWOREJO TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA DI SMA Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA SUTRADARA HERWIN NOVIANTO, RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS X SMA Oleh: Sri Utami Fatimah Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bertutur merupakan suatu kegiatan sosial. Bertutur merupakan realisasi dari berbahasa. Karena bahasa bersifat abstrak, sedangkan bertutur bersifat konkret (Chaer, 2010:

Lebih terperinci

Oleh: Eti Suryati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Idonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo

Oleh: Eti Suryati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Idonesia Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DALAM ARGUMENTASI RUBRIK PIKIRAN PEMBACA SURAT KABAR KEDAULATAN RAKYAT EDISI JANUARI 2013, RELEVANSINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI, DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH UTAMA DALAM FILM KEHORMATAN DI BALIK KERUDUNG SUTRADARA TYA SUBIYAKTO DAN RELEVANSINYA DENGAN PEMBELAJARAN MENYIMAK DAN BERBICARA DI KELAS X SMA Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan media yang utama dalam komunikasi manusia untuk menyampaikan informasi. Bahasa itu bersifat unik bagi manusia sekaligus bersifat universal. Anderson

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan hidupnya. Keahlian itu sangat ditekankan pada arah dan tujuan pembentukan emosional. Seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh semua makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan melakukan komunikasi dengan sesamanya

Lebih terperinci

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN Dhafid Wahyu Utomo 1 Bayu Permana Sukma 2 Abstrak Di ranah formal, seperti di perguruan tinggi, penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh

KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO. Oleh KESANTUNAN BERTUTUR DIALOG TOKOH DALAM FILM SANG PENCERAH KARYA HANUNG BRAMANTYO Oleh Yorista Indah Astari Nurlaksana Eko Rusminto Munaris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan e-mail: yoristaindahastari@ymail.com

Lebih terperinci

PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA PERANGKAT DESA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MASYARAKAT DI BALAI DESA PANDAK KECAMATAN SUMPIUH-BANYUMAS

PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA PERANGKAT DESA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MASYARAKAT DI BALAI DESA PANDAK KECAMATAN SUMPIUH-BANYUMAS PRINSIP KESOPANAN BERBAHASA PERANGKAT DESA DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN MASYARAKAT DI BALAI DESA PANDAK KECAMATAN SUMPIUH-BANYUMAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi. Berbahasa berkaitan dengan pemilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar BelakangPenelitian Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa, manusia dapat saling menyapa dengan manusia lain serta mengungkapkan perasaan dan gagasannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Chaer (2011: 1) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang berupa bunyi, bersifat

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik manusia. Bahasa merupakan salah satu ciri pembeda utama umat manusia dengan makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seseorang ketika berbicara tidak lepas dari penggunaan bahasa. Pengertian bahasa menurut KBBI (2007:88) adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunkaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar sesama dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan kepada orang lain sehingga dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum 2013 yang wajib dilaksanakan dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan dalam pembelajaran berpengaruh pada tingkat pencapaian hasil belajar. Hasil belajar yang dicapai tentu harus melalui proses pembelajaran secara

Lebih terperinci

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian kesantunan bertutur dialog tokoh dalam film Sang Kiai karya Rako Prijanto, ditemukan tuturan yang menaati maksim-maksim kesantunan bertutur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi vital yang dimiliki oleh manusia dan digunakan untuk berinteraksi antarsesamanya. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki

Lebih terperinci

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia yang dilaksanakan seumur hidup. Pendidikan ini harus terus dilaksanakan untuk menjaga keberlangsungan hidup manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa,

BAB I PENDAHULUAN. dicapai siswa yaitu menemukan pokok-pokok berita (apa, siapa, mengapa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang disajikan melalui ujaran. Keterampilan menyimak merupakan dasar keterampilan dalam komunikasi lisan. Apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau

BAB I PENDAHULUAN. Selatan, bahasa yang paling sering disebut Hangungmal ( 한국말 ; 韩国말 ), atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Korea ( 한국어 / 조선말 ) adalah bahasa yang paling luas digunakan di Korea, dan merupakan bahasa resmi Korea Selatan. Secara keseluruhan terdapat sekitar 78 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh penuturnya. Bahasa dipisahkan menjadi dua kelompok besar, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Sebagaimana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A 310060149

SKRIPSI. Diajukan untuk. Oleh: AH A 310060149 ANALISIS TINDAK TUTUR ILOKUSI GURU BAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 7 BANYUDONO BOYOLALI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sebuah interaksi sosial akan terjalin dengan baik jika syarat syarat tertentu terpenuhi. Salah satunya adalah kesadaran terhadap bentuk sopan santun. Kesopansantunan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik) IMPLEMENTASI KESANTUNAN LEECH TERHADAP KEHIDUPAN BERMASYARAKAT (Suatu Strategi untuk Menciptakan Kerukunan Hidup Bermasyarakat yang Damai dan Harmonis) Nisa Afifah S111308007 Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI Irfai Fathurohman Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Prinsip kerja..., Ratih Suryani, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia di segala bidang kehidupannya untuk komunikasi. Fungsi bahasa yang mendasar adalah untuk komunikasi. Fungsi bahasa tersebut bergantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38). Komunikasi merupakan suatu hal penting dalam membangun relasi antarindividu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang tersebut diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik dan sebagainya. Berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur

III. METODE PENELITIAN. kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur 61 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif karena mendeskripsikan kesantunan berbahasa dalam percakapan. Penelitian kualitatif adalah prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data III. METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data penelitian, instrumen penelitian, metode dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, yang bunyinya sebagai berikut:

Lebih terperinci

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI

ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI ANALISIS PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA PADA KEGIATAN DISKUSI KELAS SISWA KELAS XI SMA N 1 SLEMAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Erly Haniyati Nisak NIM 100210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA DALAM TALK SHOW EMPAT MATA DI TRANS 7 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dari sudut pandang: (i) hakikat menulis, (ii) fungsi, tujuan, dan manfaat menulis, (iii) jenis-jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA NILAI PENDIDIKAN AKHLAK DALAM FILM CINTA SUCI ZAHRANA SUTRADARA CHAERUL UMAM DAN SKENARIO PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Rochimah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simpulan dari penelitian

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut.

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk. konvensi (kesepakatan) dari masyarakat pemakai bahasa tersebut. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia. Sebagai makhluk sosial, dorongan untuk berkomunikasi muncul dari keinginan manusia untuk dapat berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: AMIN KARTIKA SARI A 310 090 251 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson

BAB I PENDAHULUAN. umum dari komunikasi adalah percakapan. Percakapan menurut Levinson BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal terpenting bagi manusia untuk menjaga hubungan dengan manusia lain, bahkan sejak lahir di dunia. Salah satu bentuk umum dari komunikasi

Lebih terperinci

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA 1 PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA Herlina Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas

Lebih terperinci

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan dasar bagi pengetahuan manusia. Bahasa juga dikatakan sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh setiap manusia dengan yang lain. Sebagai alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh Azam Rizqi Muttaqin NIM. FO.5.4.10.135 Persoalan pendidikan hingga kini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan pikiran manusia. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif bagi manusia. Tanpa bahasa, sulit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengadakan akumulasi data dasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. mengadakan akumulasi data dasar. Metode penelitian deskriptif kualitatif 62 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Secara harfiah metode deskriptif adalah metode penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan Penelitian yang berjudul Prinsip Kesopanan Berbahasa dalam Acara Talk Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang relevan. Salah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim prinsip kesantunan tuturan tokoh-tokoh dalam drama serial Korea God s Quiz. Setelah melakukan analisis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia, bahkan bahasa selalu digunakan oleh manusia dalam segala kegiatan. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi,

Lebih terperinci

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009)

SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) SKRIPSI PENYIMPANGAN PRAGMATIK KARTUN OPINI DALAM BUKU DARI PRESIDEN KE PRESIDEN KARUT MARUT EKONOMI HARIAN & MINGGUAN KONTAN (2009) KARYA BENNY RACHMADI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang kepentingannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat indonesia. Pembangunan yang dimaksud disini adalah pembangunan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian informasi baik secara lisan maupun tertulis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dalam kegiatan berkomunikasi berfungsi sebagai alat penyampai pesan atau makna. Bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulis. Kedua bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN

TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN TINDAK KESANTUNAN BERBAHASA: STUDI KASUS PADA KOMUNIKASI PEMBANTU-MAJIKAN DI KECAMATAN GEMOLONG, KABUPATEN SRAGEN Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan

BAB I PENDAHULUAN. tadinya tidak terampil menjadi terampil (Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belajar merupakan aktivitas yang disengaja dan dilakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian Analisis Pemanfaatan Prinsip Kesantunan Berbahasa pada Kegiatan Diskusi Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian

Lebih terperinci